Anda di halaman 1dari 23

A.

JAWAN SOAL NOMOR 1


1. Manusia adalah makhluk individu dengan segala keunikannya yang perlu
dididik.

JAWABAN
a. Permasalahan
Seorang siswa yang sekolah dilanjutan tingkat atas (SLTA) tidak bisa
mengikuti proses belajar mengajar di kelas dengan baik, setelah diberikan
angket bakat dan minat ternyata 80 % memiliki bakat musik. Setelah
dilaksanakan wawancara terhadap siswa tersebut ditemukan bahwa
sebenarnya dia memiliki keinginan untuk masuk SMAK jurusan musik,
tapi karena orang tua ingin anaknya jadi Dokter, maka dimasukkanlah ke
SMA Jurusan IPA. Padahal dia memiliki bakat seni musik yang berasal
dari orang tuanya juga sebagai ahli seni musik, hal ini terlihat bahwa
orang tua menurunkan bakat atau kemampuan mereka kepada anaknya
dan kemampuan anak akan bisa lagi melebihi kemampuan orang tuanya.
b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Adapun aliran filsafat berdasarkan permasalahan di
atas adalah Nativisme, dimana faktor pembawaan bersifat kodrati tidak
dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar dan pendidikan. Untuk
mendukung teori tersebut di era sekarang banyak dibuka pelatihan dan
kursus untuk pengembangan bakat sehingga bakat yang dibawa sejak lahir
itu dilatih dan dikembangkan agar setiap individu manusia mampu
mengolah potensi diri. Sehingga potensi yang ada dalam siswa tersebut
tidak sia-sia kerena tidak dikembangkan, dilatih dan dimunculkan.
Tetapi pelatihan yang diselenggarakan itu didominasi oleh orang-
orang yang memang mengetahui bakat yang dimiliki, sehingga pada
pengenalan bakat dan minat pada usia dini sedikit mendapat paksaan dari
orang tua dan hal itu menyebabkan bakat dan kemampuan anak cenderung
tertutup bahkan hilang karena sikap otoriter orangtua yang tidak
mempertimbangkan bakat, kemampuan dan minat anak.

1
Teorinya : Secara teori hakikat manusia itu sendiri menurut
pandangan nativisme bahwa perkembangan anak ditentukan oleh
hereditas, pembawaan sejak lahir, dan faktor alam secara kodrati. Faktor
hereditas dan pembawaan manusia dipandang sebagai hal yang urgen dan
menentukan nasib dan perkembangan anak. Jangan sempat orang tua
memaksakan kehendak sendiri kepada anaknya, padahal anak tidak
memiliki bakat tersebut, hal inilah yang menjadi penyebab adanya sekolah
menengah kejuruan (SMK) yaitu mewadahi mereka yang memiliki bakat
atau skill dalam bidang tertentu. Pengarahan orang tua dan lembaga
pelatihan ini dibuat agar menjadi suatu wadah untuk menampung suatu
bakat agar kemampuan yang dimiliki oleh anak dapat tersalurkan dan
berkembang dengan baik sehingga hasil yang dicapai dapat maksimal.
Praksisnya : Tugas mendidik sudah dijabarkan dalam undang-undang
pendidikan nasional bahkan sudah ditegaskan dalam kurikulum 2013,
yaitu melakukan pengajaran dengan benar dan tepat tujuan sesuai bakat
dan keterampilan peserta didik,  jika pendidik memiliki gambaran yang
jelas tentang siapa manusia itu sebenarnya. Pemahaman pendidik terhadap
sikap hakikat manusia akan membentuk peta tentang karateristik manusia.
Peta ini akan menjadi landasan serta memberi acuan bagi pendidik dalam
bersikap, menyusun strategi, metode, dan teknik, serta memilih pendekatan
dan orientasi dalam merancang dan melaksanakan komunikasi didalam
interaksi edukatif. Gambaran yang benar dan jelas tentang manusia atau
individu itu perlu dimiliki oleh pendidik adalah karena adanya
pengembangan sains dan teknologi yang pesat.
Praktiknya : Dalam praktiknya disekolah-sekolah masih banyak
yang belum mengarahkan minat bakat siswa sesuai bawaannya lahir,
sehingga ketika mengikuti proses pembelajaran tidak bisa berkembang
dengan baik. Baik ketika memilih jurusan di SMA, ketika masuk kuliah ,
ketika melamar pekerjaan, semua tes yang diberikan hanya bertumpu pada
kemampuan akdemiknya saja, padahal dengan pengarahan minat bakat
akan menjadikan siswa lebih percaya diri dengan kemampuan yang

2
dimilikinya. Apalagi Tanpa disadari di lembaga pendidikan terdapat
kegiatan-kegiatan yang bisa mengembangkan dan menyalurkan bakat anak
diluar kegiatan akademik. Sehingga selain anak mendapat ilmu
pengetahuan didalam kelas, tetapi juga bisa mengembangkan bakat yang
dimilikinya di luar kelas. Sasaran pendidikan adalah manusia. Pendidikan
bermaksud membantu  peserta didik untuk menumbuh kembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Potensi kemanusiaan merupakan benih
kemungkinan untuk menjadi manusia.

B. JAWABAN SOAL NOMOR 2


2. Sebagai suatu ilmu, pendidik memiliki objek formal dan material yang
kajiannya adalah akal-budi manusia.

JAWABAN
a. Permasalahan
Seorang guru lakil-laki bingung dengan profesi yang dimilikinya,
setiap hari ke sekolah untuk mengajar siswa-siswa, dengan profesi guru
yang ditekuninya sekarang dia mengeluh karena pola tingkah laku dan
karakter siswa sekarang sangat buruk. Kebetulan beliau mengajar di SMA
sehingga sering siswa itu melecehkannya bahkan mengajaknya berkelahi.
Di lihat dari latar belakang kehidupan dan sekolah si guru tersebut
ditemukan bahwa awalnya dia tidak mau menjadi guru, karena
jurusannya dulu adalah teknik mesin, tapi karena ayahnya yang punya
sekolah maka dia bekerja di sekolah tersebut. Pemahaman tentang hakikat
dan tujuan akhir dari pendidikan belum termaknai. Guru tersebut belum
memahami tugasnya sebagai pendidik dan belum memaknai objek
pendidikan yaitu interaksi dan akal budi manusia.

b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Berdasarkan kasus di atas landasan filosofisnya adalah
menjadi sebuah paradigma pendidikan, hal ini dikarenakan guru tersebut
belum mampu memahami bahawa pendidikan merupakan usaha sadar dan

3
terencana yang dilaksanakan untuk mengembangkan berbagai potensi
peserta didik serta mempersiapkan mereka dengan berbagai kompetensi
untuk menjadi generasi bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan
negaranya.
Menurut Kneller (1971). Pendidikan membutuhkan filsafat karena
masalah-masalah pendidikan tidak hanya menyangkut pelaksanaan
pendidikan yang dibatasi pengalaman, tetapi masalah-masalah yang lebih
luas, lebih dalam, dan  lebih kompleks yang tidak dibatasi pengalaman
maupun fakta-fakta pendidikan, dan tidak memungkinkan dapat dijangkau
oleh sains pendidikan.
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, yang
memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara,
mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori pendidikan ini lebih
menekankan peranan isi pendidikan dari pada prosesnya.  Isi pendidikan
atau bahan pengajaran diambil dari sari ilmu pengetahuan yang telah
ditemukan dan dikembangkan oleh para ahli di bidangnya dan disusun
secara logis dan sistematis.
Teoritisnya : Berdasarkan permasalahan di atas landasan teorinya
adalah teori-teori yang terdapat dalam ilmu pendidikan yaitu aliran
empirisme, aliran nativisme, aliran aaturalisme, aliran konvergensi,
konstruktivisme, pragmatisme, idealisme, rasionalisme dan lain-lain.
Kesemua aliran ini sudah membahas pendidikan dan manusia itu secara
tuntas dan mendalam, apalagi masalah akal budi manusi.
Belajar adalah sebagai perubahan tingkah laku yang merupakan hasil
dari interaksi dan proses yang disengaja (intentional learning), bersifat
permanen yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pendidik berusahan menciptakan proses interaksi akal budi peserta
didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Bisa berupa pembelajara dari input yang terdiri dari main input, resources
input, environmental input, serta output.

4
Menurut penulis mengenai akal budi manusia terutama peserta didik
ataupun guru sangat menuntun pembentukan pengetahuan secara
sistematis dengan mengatur kondisi-kondisi yang nyata yang akan
mendukung seluruh proses pendidikan. Bahkan segala sesuatu di alam
semesta ini termasuk manusia berperilaku menurut hukum-hukum tertentu.
Tetapi hanya guru yang profesionallah yang dapat berperilaku sesuai
dengan konsepsi hukum-hukum.
Praksisnya : Bahwa aplikasi dari pemikiran filosofi dan teori
pendidikan tentunya amat perlu diwujudkan dalam praktek pendidikan
saat ini. Pendidik yang ideal hendaknya jangan hanya menyampaikan
pelajaran di kelas tanpa memperhatikan sikap dan prilaku anak didiknya.
Bahkan ada guru yang terhadap dirinya sendiri tidak peduli, sehingga tidak
patut diteladani. Guru ini hanya peduli pada kemampuan intelektual. Ada
juga, di samping mengajar karena memiliki kompetensi intelektual, juga
perhatian terhadap sikap dan perilaku anak didiknya, terutama
pengembangan akal budi manusia. Guru harus sadar, sebagai guru yang
layak di gugu dan ditiru.
Guru harus memiliki kemampuan moral yang dalam. Ada guru yang
lebih baik lagi. Di samping berprilaku seperti yang kedua, juga mau
berkorban waktu dan tenaganya bahkan sebagai harta untuk keberhasilan
anak didiknya, karena dia memiliki kemampuan sosial. Ada juga yang
memiliki lebih dari itu, yaitu guru ideal yang berciri sebagaimana di atas
ditambah keikhlasan berdoa, dan berkorban untuk anak didiknya agar tidak
saja berhasil dalam menuntut ilmu tapi juga menjadi anak yang sholeh dan
memiliki ilmu yang bermanfaat. Terhadap muridnya, dia bersikap
sebagaimana kepada anak kandungnya sendiri. Dia guru yang memiliki
kemampuan spiritual. Hal inilah yang sudah dijelaskan dalam undang-
undang Pendidikan ideal di Inonesia yaitu memiliki empat kompetensi
sebagaimana di atas (intelektual, moral, sosial, dan spiritual).
Praktiknya : Dalam praktiknya di lapangan bisa dilihat dari contoh
permasalahan di atas, tidak adanya pemahaman yang dalam oleh tenaga

5
pendidik tentang tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru, ditambah lagi
pemahaman mereka yang rendah tentang eksistensi manusia itu sendiri,
sehingga pesimis dengan siswa, melaksanakan kekerasan kepada peserta
didik, lalai dengan tanggu jawab dan tugasnya dan lain-lain.
Dengan demikian melalui kajian pendidikan, pendidik diharapkan
untuk selalu meluruskan paradigma tentang hakikat pendidikan dan
pembelajaran, bahwa belajar itu hakikatnya memanusiakan manusia.
Pendidik seyogyanya mendalami filsafat pendidikan karena hal itu
berkaitan dengan hal-hal yang fundamental di dalam proses pembelajaran.

C. JAWABAN SOAL NOMOR 3


3. Hakikat ilmu pendidikan dapat dianalisis secara ontologi, epistemologi dan
aksiologi.

JAWABAN
a. Permasalahan
Hakikat dan Perkembangan pendidikan di Indonesia secara umum
sudah terus berganti dari priode satu ke priode yang lain, terutama dalam
hal kurikulum, mulai dari KBK, KTSP dan yang sekarang adalah
Kurikulum 2013 (KURTILAS). Namun seiring dengan perkembangan
kebijakan pendidikan baik yang dibuat oleh pemerintah maupun perancang
undang-undang (legislatif/DPR) sudah dapatkah memberikan efek yang
baik dan positif terhadap kebijakan pendidikan, guru, siswa bahkan orang
tua, baik di tingkat daerah maupun pusat atau di tingkat Kota dan desa.
Permasalahan-permasalahan yang terjadi pada saat sekarang dalam
bidang pendidikan sangat mencengangkan, mulai undang-undang
pendidikan, perilaku siswa yang tingkat kriminalnya meningkat, guru yang
tidak beretika, kesejahteraan guru, Guru besar yang bermalam dengan
mahasiswanya, bisa dilihat sekarang di Papua aceh demo mahasiswa dan
lain-lain.

6
b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Belajar hendaknya menjadi salah satu karakter yang
selalu melekat di dalam perilaku suatu bangsa. Dari hal itulah setiap bangsa
berusaha mengunggulkan pendidikan sebagai sebuah fondasi dari pendirian
sebuah bangsa. Proses pendidikan tidak terlepas dari konsep ontology,
epistemologi, dan akasiologi di dalam pengkajiaanya dimana pelaksannanya
harus mencerminkan aktualisasi dari cita - cita suatu bangsa.
Sebagai ontologi dari sebuah pendidikan adalah mengubah baik
perilaku, kognitif, dan psikomotor sebagai sebuah perubahan yang riil
dimana penerapannya kepada peserta didik harus dilandasi dengan
humanisme yang akan merubah dari ketiga aspek tersebut dari background
yang buruk atau kurang baik menjadi lebih baik. Hakekat dari sebuah
pendidikan haruslah secara proper berniat dan berperilaku sebagai penerang
suatu bangsa dari kegelapan berpikir.
Teoritisnya : Adapun landasan teori pendidikan ini yaitu merupakan
salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain. Pendidikan lahir
dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari dari induknya. Pada
awalnya pendidikan berada bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak
pernah bisa membebaskan diri dengan pembentukan manusia. Filsafat
diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami kedudukan manusia,
pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Agar pendidikan dalam praktek terbebas dari keragu-raguan, maka
objek formal ilmu pendidikan dibatasi pada manusia seutuhnya di dalam
fenomena atau situasi pendidikan. Didalam situiasi sosial manusia itu sering
berperilaku tidak utuh, hanya menjadi makhluk berperilaku individual
dan/atau makhluk sosial yang berperilaku kolektif. Hal itu boleh-boleh saja
dan dapat diterima terbatas pada ruang lingkup pendidikan makro yang
berskala besar mengingat adanya konteks sosio-budaya yang terstruktur
oleh sistem nilai tertentu.

7
Praksisnya : Pemerintah sebagai pemangku kebijakan pendidikan
harus memiliki peran dan tindakan yang serius di dalam memecahkan
persoalan pendidikan. Dalam membuat, ataupun menerapkan aturan
perundang - undangan di dalam proses pendidikan hendaklah pemerintah
menyatukan konsep ontologi dalam tataran praktis bukan dalam tataran
teoretis.
Pencapaian tujuan pendidikan haruslah benar-benar di imbangi
dengan undang-undang yang berhakekat dengan pendidikan agar para
generasi pendidik dan peserta didik memiliki wawasan, jiwa, karakter yang
benar - benar pembelajar sejati bukan hanya belajar dimaknai sebagai cara
untuk mendapatkan gelar ataupun ijazah, tetapi hakekat dari pencarian ilmu
haruslah menjadi landasan yang utama di dalam medesain, merumuskan,
melaksanakan, mengevaluasi sebuah sistem atau kurikulum pendidikan
Indonesia.
Proses pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari bagaimana
pendidikan itu di rancang, di rumuskan, dilaksanakan, ataupun di evaluasi.
Dalam epistimologi dikenal sebuah cara untuk mendapatkan sebuah ilmu,
maka di dalam pendidikan mulai dari perancangan sampai evaluasi
pendidikan haruslah dilakukan secara benar, tepat dan ilmiah. Pendidikan
tidak bisa dilaksanakan secara pengalaman, oleh karena itu di dalam
mengkaji sebuah sistem proses pendidikan dan kurikulum haruslah sebuah
hasil dari kajian yang amat mendalam.
Peraturan baik itu perundang-undangan sampai kurikulum harus
memiliki dasar ilmiah dan kuat sehingga dalam pengambilan tindakan tidak
serta merta berdasakan pengalaman dari sebuah kebijakan masa lampau.
Desain sebuah pendidikan dan kurikulum merupakan proses yang sangat
bermakna di dalam pencerdasan bangsa. Patokan atau pedoman yang akan
dilaksanakan merupakan sebuah mekanisme bagi para pelaksana baik di
tingkat pusat sampai pada guru yang sebagai ujung tombak pendidikan.
Analisis data, pengujian data harus selalu dilakukan agar menciptakan
sebuah pengembangan metode ataupun sistem pembelajaran.

8
Praktiknya : Dalam pengembangan penelaahan sistem pendidikan
tersebut tentulah memiliki implikasi dan dampak yang sangat luas. Apabila
semua tindakan epistemologi di lakukan dari tingkat pusat sampai guru,
maka proses pendidikan ini tidak akan mengalami bias yang sangat terlihat.
Masalah kekerasan, etika guru dan siswa, pengangguran bukan hanya
karena masalah kurangnya lapangan kerja tetapi sangat kurangnya kualitas
lulusan yang siap untuk bekerja, ataupun pengetahuan, ilmu yang mumpuni
untuk menciptakan lapangan kerja.
Jika pendidikan hanya selalu di jadikan objek pencarian hasil (ijazah
atau gelar) semata, maka semakin ironis apabila di Indonesia banyak
meluluskan sarjana yang mencetak lapangan pengangguran yang baru.
Harapannya jangan sampai pengangguran menjadi sebuah Stag of
Unemployment. Sudah barang tentu apabila semua desain, rumusan,
tindakan, evaluasi dilakukan secara benar, tepat dan ilmiah, sudah bisa
dipastikan HDI (Human Development Index) Indonesia dari sektor
pendidikan akan menjadi lebih baik, dan terus membaik
yang sustainable dari waktu kewaktu.
Secara teori menurut penulis bahwa Filsafat Ilmu pendidikan terdiri
dari apa yang diyakini seseorang mengenai pendidikan yang merupakan
kumpulan dari prinsip yang membimbing tindakan profesional seseorang.
Lebih jauh lagi filsafat Ilmu pendidikan berkaitan dengan “Penetapan
hakekat dari tujuan, alat pendidikan, dan menerjemahkan prinsip-prinsip ini
dalam kebijakan-kebijakan untuk mengimplementasikan. Maka dengan
memahami filsafat ilmu pendidikan. Pelaksanaan pendidikan akan lebih
efektif dan efisien lebih mengarah kepada sasaran yang akan di capai
sehingga mempercepat tercapainya tujuan pendidikan.
Pembangunan dalam pendidikan menuntut semua pihak yang terlibat
dalam pendidikan memahami hakekat pendidikan yang sesungguhnya,
dalam hal ini implementasi filasafat pendidikan perlu dijalankan oleh semua
pihak yang terlibat dalam pendidikan.

9
D. JAWAN SOAL NOMOR 4
4. Terjadinya ilmu pendidikan berawal dari realitas interaksi yang terdapat
pada setiap tingkah laku manusia (realisme).

JAWABAN
a. Permasalahan
Seorang siswa di salah satu sekolah menengah atas di sumatera
utara yang berbagi pemikirannya dengan penulis, siswa ini
menyampaikan bahwa seluruh ide dan pemikirannya yang sudah lama
direncanakan, tidak ujung terkabul. Padahal teman-teman seumurannya
sudah sukses dengan berbagai macam keterampilan dan bakat yang
mereka miliki dan sudah bisa mengikuti kegiatan lomba atau studi
banding sampai ke luar provinsi bahkan ke kancah nasional.
Sementara siswa ini hanya sibuk dengan ide-ide dan pemikirannya
saja tanpa diaktualisasikan, berbeda dengan teman-temannya yang terus
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, latihan pengembangan diri di kota
tersebut dan di sekolah tersebut bahkan mengikuti seminar-seminar
tentang bakat dan keterampilan yang dilaksanakan universitas di daerah
tersebut.

b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Dari kasus bapak petani tersebut permasalahan berakar
dari kurangya beliau melakukan pengembangan filsafat realisme.
Pendidikan dan pengembangan dalam realisme mengatakan bahwa pikiran
jiwa manusia tidak lain adalah tabula rasa, ruang kosong tak ubahnya
kertas putih kemudian menerima impresi dari lingkungan. Oleh karena itu
pendidikan dan pengembangan diri  dipandang dibutuhkan  karena untuk
membentuk  setiap individu agar mereka menjadi sesuai  dengan apa yang
dipandang baik.
Teoritisnya : Teori yang dikembangkan dalam kaitannya dengan
hakikat nilai, filsafat ini berdasarkan permasalahan di atas menyatakan
bahwa standar tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam, dan pada

10
taraf yang lebih rendah diatur oleh kebijaksanaan yang telah teruji dalam
kehidupan, pendidikan pengembangan adalah proses perkembangan
intelegensi, daya kreatif dan sosial individu yang mendorong pada
terciptanya kesejahteraan umum. Berbeda dengan kasus bapak tersebut
yang terfokus hanya pada taraf ide, tidak bisa mengembangkan
berdasarkan realitas yang ada. Padahal teman-temannya sudah
membuktikan disekelilingnya, semestinya dia belajar dari lingkungan dan
fakta yang ada, bukan menutup diri untuk berkembang dengan kemajuan
zaman sekarang.
Salah satu prinsip psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak begitu
saja memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa atau individulah
yang harus aktif membangun pengetahuan dalam pikiran mereka
sendiri. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus
mengkonstruksi pengetahuan dan memberi makna melalui pangalaman
nyata.
Praksisnya : Dalam hubungannya dengan pendidikan, pendidikan
harus universal, seragam, dimulai sejak pendidikan yang paling rendah,
dan merupakan suatu kewajiban. Pada tingkat pendidikan yang paling
rendah, anak akan menerima jenis pendidikan yang sama. Pembawaan dan
sifat manusia sama pada semua orang. Oleh karena itulah, metode, isi, dan
proses pendidikan harus seragam.
Namun, manusia tetap berbeda dalam derajatnya, di mana ia dapat
mencapainya. Oleh karena itu, pada tingkatan pendidikan yang paling
tinggi tidak boleh hanya ada satu jenis pendidikan, melainkan harus
beraneka ragam jenis pendidikan. Inisiatif dalam pendidikan terletak pada
pendidik bukan pada peserta didik.
Materi atau bahan pelajaran yang baik adalah bahan pelajaran yang
memberi kepuasan pada minat dan kebutuhan pada peserta didik. Namun,
yang paling penting bagi pendidik adalah bagaimana memilih bahan
pelajaran yang benar, bukan memberikan kepuasan terhadap minat dan

11
kebutuhan pada peserta didik. Memberi kepuasan terhadap minat dan
kebutuhan siswa hanyalah merupakan alat dalam mencapai tujuan
pendidikan, atau merupakan strategi mengajar yang bermanfaat.
Praktiknya : Dalam praktiknya dalam pendidikan realisme adalah
sebagai berikut: (1) Tujuan: penyesuaian hidup dan tanggung jawab sosial;
(2) Kurikulum: komprehensif mencakup semua pengetahuan yang berguna
berisi pentahuan umum dan pengetahuan praktis; (3) Metode: Belajar
tergantung pada pengalaman baik langsung atau tidak langsung.
Metodenya harus logis dan psikologis. (4) Peran peserta didik adalah
menguasai pengetahuan yang handal dapat dipercaya. Dalam hal
disiplin,  peraturan yang baik adalah esensial dalam belajar. Disiplin
mental dan moral dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang baik; (5)
Peranan pendidik adalah menguasai pengetahuan, terampil dalam teknik
mengajar dan dengan keras menuntut prestasi peserta didik.
Pendidikan dan pengembangan diri harus menekankan pada
pembentukan individu agar mampu melaksanakan tanggung jawab sosial
dalam menjalani kehidupan bermasyarakat. Untuk mencapainya
diperlukan pelatihan dan pendidikan yang ketat dan sistematis dengan
dukungan kurikulum yang komprehensif dan kegiatan belajar yang teratur
di bawah arahan oleh tenaga pendidik atau tutor.

E. JAWABAN SOAL NOMOR 5


5. Pendidikan yang dapat dikatakan baik apabila dilakukan secara alamiah,
ilmiah dan menyatu dengan alam (naturalisme).

JAWABAN
a. Permasalahan
Perkembangan tekhnologi saat ini membuat anak-anak tidak belajar
dengan alam, semuanya serba praktis. Sesuai dalam berita hari ini di
Jombang ada salah satu siswa kelas V SD yang sudah kecanduan main
game, individualis, egois, cepat marah dan tidak memiliki rasa sosial.

12
Setelah ditelusuri ternyata siswa tersebut semenjak kecil tidak didorong
oleh orang tuanya untuk mandiri, manja dan serba mudah dan praktis.
Bila dilihat latar belakang orang tuanya, ternyata ayah dan ibunya
juga termasuk berlatar belakang tidak memiliki rasa mandiri, mereka tidak
membolehkan anaknya untuk berbuat dan bersikap mandiri tapi semua
yang diinginkan dan sarana yang dibutuhkan selalu langsung diberikan.
Akhirnya anak tidak memiliki keterampilan dan kemandirian untuk
melakukan sesuatu yang akhirnya sekarang justru malah sosial dan
emosionalnya sudah bermasalah.
b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Adapun analisis filsafat permasalahan di atas adalah
tidak menerapkan filsafat naturalisme, pendidikan mengajarkan bahwa guru
paling alamiah dari seorang anak adalah kedua orang tuanya. Oleh karena
itu, pendidikan perlu dimulai jauh hari sebelum proses pendidikan
dilaksanakan. Sekolah merupakan dasar utama dalam keberadaan aliran
filsafat naturalisme karena belajar merupakan sesuatu yang natural. Penulis
memandang guru tidak mengajar subjek, melainkan mengajar murid.
Dimensi utama dari pemikiran filsafat pendidikan Naturalisme di bidang
pendidikan adalah pentingnya pendidikan itu sesuai dengan perkembangan
alam.
Teoritisnya : Pendidikan harus menyesuaikan diri dengan alam
sehingga individu lebih alami dalam mengembangkan kompetensi dirinya.
Proses pendidikan yang baik haruslah menyenangkan bagi anak didik,
Pendidikan harus berdasarkan spontanitas dari aktivitas anak. Model
pendidikan seperti ini yang tidak dikembangkan oleh orang tua seperti
contoh di atas.
Naturalisme memiliki tiga prinsip tentang proses pembelajaran
(M.Arifin dan Aminuddin R. dalam makalah Ahmad, 2012), yaitu : Anak
didik belajar melalui pengalamannya sendiri. Kemudian terjadi interaksi
antara pengalaman dengan kemampuan pertumbuhan dan pengalaman di
dalam dirinya secara alami.

13
Praksisnya : Pemerintah, guru atau pendidik harus menyediakan
lingkungan belajar yang menyenangkan. Pemerintah dan tenaga pendidik
berperan sebagai fasilitator, menyediakan lingkungan yang mampu
mendorong keberanian anak ke arah pandangan yang positif dan tanggap
terhadap kebutuhan untuk memperoleh bimbingan dan sugesti dari pendidik.
Serta memberikan tanggung jawab belajar pada diri anak didik sendiri.
Program pendidikan di sekolah harus disesuaikan dengan minat dan
bakat dengan menyediakan lingkungan belajar yang beorientasi pada pola
belajar anak didik.  Anak didik diberi kesempatan menciptalan lingkungan
belajarnya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan yang benar tentu harus menitikberatkan
pada strategi pembelajaran yang bersifat paedosentris, artinya, faktor
kemampuan anak didik menjadi pusat kegiatan proses belajar dan mengajar.
Nampaknya, paham ini sudah dilaksanakan dan diterapkan dalam kurikulum
baru yang sedang digulirkan oleh pemerintah, yaitu kurikulum 2013.
Praktiknya : Dalam kurikulum 2013 ini proses pendekatan proses
pembelajaran berupa pendekatan saintifik. Intinya, pendekatan tersebut
menitik beratkan pada penggalian potensi-potensi siswa atau dikenal dengan
istilah student centered, namun tanpa mengabaikan landasan utama
pendidikan yaitu prinsip religius. Peran guru selama proses pembelajaran
hanya sebagai pembimbing, fasilitator, dan motivator bagi siswa. Dengan
pendekatan tersebut, diharapkan dapat terbentuk generasi-generasi
berakhlak baik, aktif sebagai pelopor, dan kreatif dalam menciptakan
inovasi-inovasi.
Sementara di lapangan bisa dilihat banyak guru yang tidak profesional
dalam menjalankan tugasnya, begitu juga di sekolah, peminatan yang tidak
sesuai dengan bakat siswa, pengarahan pemilihan perguruan tinggi yang
tidak maksimal, penerimaan siswa baru yang tidak baik, dan permasalahn-
permasalahan lain yang menyangkut kasus di atas.

14
F. JAWABAN SOAL NOMOR 6
6. Ilmu pendidikan saat ini dipengaruhi oleh kemajuan tekhnologi informasi,
karena dipandang bermanfaat dalam meningkatkan kualitas manusia
(pragmatisme).

JAWABAN
a. Permasalahan
Tekhnologi informasi yang berkembang sekarang ini sangat cepat
dan pesat bila dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya, baik dari
perkembangan telekomunikasi, jaringan dan internet. Sehingga dengan
perkembangan yang ada siswa ataupun pelajar tidak mau melakukan hal-
hal yang sulit, semuanya sudah serba internet. Hal inipun merambas ke
proses pembelajaran di kelas dan sekolah, berkembangnya e-learning
dimana-mana, bahkan ada kampus yang sekarang ini tak perlu belajar di
kelas hanya ketika wisuda saja kita bertemu dengan dosennya. Pelajar
dituntut untuk berkembang semaksimal mungkin dengan segala kapasitas
dan kemampuannya.
Dengan perkembangan di atas akhirnya sekarang kita lihat kontak
psikologis antara anak dengan orang tua sudah berkurang, siswa dengan
guru, tenggang rasa tidak ada lagi kehidupan pelajar sekarang hanya
bersifat individualis dan tidak bisa diarahkan kepada hal-hal yang
sistematis dan rumit.
b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Berdasarkan permasalahan di atas merupakan dampak
negatif dari pengembangan filsafat pragmatisme, yang semestinya harus
terdampingi dengan baik. Padahal tujuan sekolah adalah untuk
membangkitkan sikap hidup yang demokratis dan untuk
mengembangkannya, pendidikan itu harus lebih mementingkan aspek
praksis, problem solving, dan berguna bagi kehidupan secara langsung.
Lebih penting lagi melatih pikiran pelajar untuk memecahkan masalah yang
mereka dihadapi, daripada mengisinya dengan formulasi-formulasi yang
bersifat teoretis.

15
Tekanan utama pragmatisme dalam pendidikan selalu dilandaskan
bahwa subjek didik bukanlah objek, melainkan subjek yang memiliki
pengalaman. Setiap subjek didik tidak lain adalah individu yang mengalami
sehingga mereka berkembang, serta memiliki insiatif dalam mengatasi
problem-problem hidup yang mereka miliki.
Teoritisnya : Pendidikan yang baik menurut aliran pragmatisme
adalah Sebagai kehidupan yaitu pendidikan adalah pengorganisasian
kembali terus menerus, merekonstruksi dan mengintegrasikan pengalaman
dan aktivitas . Kehidupan atau budaya yang selalu diasumsikan berubah
mengimplikasikan pendidikan lama dan tradisional tidak lagi perlu
dipelajari. Tujuan pendidikan adalah melestarikan budaya masa lalu yang
berharga, memikirkan solusi untuk memenuhi situasi baru dan kemudian
mengintegrasikan keduanya (Sooraj, 2013).
Perkembangan zaman yang ada semestinya menjadikan pendidikan
sebagai pertumbuhan maksudnya adalah mengembangkan semua
kemampuan inheren anak sampai batas maksimal. Manusia memiliki
keunikan dan kemampuan masing-masing. Potensi diri tersebut
dikembangkan dalam pendidikan dalam rangka membangun dirinya sendiri
dan masyarakat tempat asalnya menjadi lebih baik, mampu menyesuaikan
dengan perubahan zaman.
Dalam bidang sosial diharapkan orang tua, guru dan siswa
mengembangkan nilai-nilai sosialnya karena manusia itu adalah makhluk
sosial, sehingga pendidikan juga merupakan proses sosial. Menurut
pragmatisme, pendidikan anak harus melalui media masyarakat sehingga
berkembang dalam dirinya kualitas yang diinginkan secara sosial yang
meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaannya.
Praksisnya : Pemerintah pusat dan daerah diharapkan dapan
melaksanakan tujuan pendidikan secara maksimal yaitu dengan
mempersiapkan calon pendidik, siswa atau mahasiswa yang siap untuk
terjun di dalam dunia masyarakat dan mampu mengatasi masalah-masalah
yang terjadi. Oleh karena tujuan pendidikan yang praksis dan dinamis itu,

16
kurikulum pendidikan menjadi kurang diperhatikan, semestinya lebih
berfokus pada mengembangkan minat individu daripada idealisasi
kurikulum.
Praktiknya : Model pembelajaran yang harus dikembangkan saat ini
adalah student-centered learning yaitu yang membuat guru dianggap
sebagai penolong dan pembimbing. Penekanan pada problem solving dalam
proses pembalajaran menuntut guru untuk menyarankan masalah praksis
pada muridnya. Guru juga harus mampu merangsang muridnya untuk
menemukan sendiri solusinya. Guru harus memberikan kesempatan bagi
perkembangan alami kualitas bawaan anak, bukan memaksa dan
menjejalinya dengan berbagai pengetahuan teoritis.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan pragmatisme mengarahkan agar
subjek didik saat belajar di sekolah tak berbeda ketika ia berada di luar
sekolah. Oleh karenanya, kehidupan di sekolah selalu disadari sebagai
bagian dari pengalaman hidup, bukan bagian dari persiapan untuk menjalani
hidup. Di sini pengalaman belajar di sekolah tidak berbeda dengan
pengalaman saat ia belajar di luar sekolah. Pelajar menghadapi problem
yang menyebabkan lahirnya tindakan penuh dari pemikiran yang relative.
Di sini kecerdasan disadari akan melahirkan pertumbuhan dan pertumbuhan
akan membawa mereka di dalam beradaptasi dengan dunia yang berubah.
Ide gagasan yang berkembang menjadi sarana keberhasilan.

G. JAWABAN SOAL NOMOR 7


7. Belajar dan pembelajaran menjadi prasyarat penting dalam pendidikan.

JAWABAN
a. Permasalah
Pengelolaan kelas yang baik adalah penciptaan lingkungan belajar
yang kondusif, pemahaman psikologis anak, penguasaan materi yang baik
dan kepribadian guru yang profesional akan menciptakan belajar dan
pembelajaran yang maksimal. Sementara kalau dilihat dari fakta yang
berkembang saat ini banyak fasilitias sekolah yang tidak memadai,

17
kepribadian guru yang tidak profesional ditambah dengan kebijakan-
kebijakan pendidikan yang tidak optimal membuat perkembangan
peningkatan pendidikan di Indonesia sangat lambat dibanding dengan
negara-negara tetangga yang sudah berkembang maksimal.
Lain lagi halnya pelajar yang putus sekolah, tidak bisa melanjutkan
ke perguruan tinggi karena kemampuan ekonomi dan sumber daya
manusianya yang lemah. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran
semakin meningkat. Padahal dengan belajar maka individu tersebut akan
menemukan makna hidup dan dengan itu juga sumber daya manusia
Indonesia ini terus meningkat.
b. Analisis Permasalahan
Filosofisnya : Berdasarkan permasalahan di atas filsafat yang bisa
kita berikan untuk mengatasi hal tersebut adalah konstruktivisme, yaitu
dimana seorang guru dan orang tua berperan sebagai mediator dan
fasilitator, dapat menerima dan menghormati upaya-upaya siswa untuk
membentuk suatu pengertian baru, sehingga dapat menciptakan berbagai
kemungkinan untuk siswa berkreasi.
Piaget menegaskan bahwa penekanan teori kontruktivisme pada
proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas
lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme
adalah sebagai fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari
kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir yang dikembangkan dari teori
belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu pengetahuan dibangun
dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi sesuai
dengan skemata yang dimilikinya.
Teorinya : Pada teorinya guru dan orang tua Membebaskan siswa
dari beban ikatan kurikulum dan membolehkannya untuk berfokus pada
ide-ide yang menyeluruh (big concepts), Memberikan kewenangan dan
kebebasan kepada siswa untuk mengikuti minatnya, mecari keterkaitan,
mereformulasikan ide, dan mencapai kesimpulan yang unik. Berbagi
informasi dengan siswa tentang kompleksitas kehidupan di mana terdapat

18
berbagai perspektif, dan kebenaran merupakan interpretasi orang per orang,
Mengakui bahwa belajar dan proses penilaian terhadap belajar merupakan
hal yang tidak mudah untuk dikelola, karena banyak hal yang tidak kasat
mata, tetapi lebih kepada rasionalitas individu.
Selain penguasaan yang luas dan mendalam, seorang guru atau orang
tua dituntut untuk menguasai beragam strategi pembelajaran sehingga dapat
disesuaikan dengan kebutuhandan situasi siswa saat ini. Hal ini disebabkan
tidak ada satu strategi pembelajaran yang cocok untuk semua situasi, waktu,
dan tempat. Strategi yang disusun guru hanyalah suatu alternatif, bukan
menu yang sudah jadi.
Praksisnya : Hal yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, guru dan
orang tua dalam konstruktivisme ialah mengevaluasi hasil belajar individu.
Dalam mengevaluasi, pemerintah, guru atau orang tua sebenarnya
menunjukkan kepada siswa bahwa pikiran/ pendapat mereka tidak sesuai
untuk persoalan yang dihadapi berdasarkan prinsip atau teori tertentu.
Kebenaran bukanlah hal yang dicari, namun berhasilnya suatu proses
adalah hal yang dinilai.
Proses evaluasi dalam pembelajaran yang dilakukan tidak tergantung
pada bentuk asesmen yang menggunakan paper and pencil test atau bentuk
tes objektif. Bentuk asesmen yang digunakan disebut altenative assessment,
seperti portfolio, observasi proses, dinamika kelompok, studi kasus,
simulasi dan permainan, performance appraisal sehingga dengan berbagai
metode tersebut secara otomatis pendidikan di Indonesia lebih kuat dan
kokoh.
Praktiknya : Adapun praktik dilapangan bisa dilihat kurangnya
strategi pemerintah, guru ataupun orang tua dalam menimbulkan situasi
belajar dan pembelajaran, stackholder pendidikan sekarang sibuk untuk
mengejar nilai dan peringkat baik di pusat maupun di daerah, pemerintah
dan sekolah lupa terhadap proses, padahal proses itulah yang akan
menentukan keberhasilan peserta didik. Adapun strategi pembelajaran yang
baik sehingga meningkatkan sumber daya manusia Indonesia adalah :

19
Student-centered learning, Student-centered Learning Strategies : belajar
aktif, belajar mandiri, belajar kooperatif dan kolaboratif, generative
learning, model pembelajaran kognitif : problem based learning, discovery
learning, cognitive strateg.
Sehubungan dengan hal di atas, Tasker (1992: 30) mengemukakan
tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme sebagai berikut. Pertama
adalah peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara
bermakna. Kedua adalah pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam
pengkonstruksian secara bermakna. Ketiga adalah mengaitkan antara
gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan
dalam teori belajar konstruktivisme, Hanbury (1996: 3) mengemukakan
sejumlah aspek dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
1. Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide
yang mereka miliki.
2. Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
3. Strategi siswa lebih bernilai, dan
4. Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Dari beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan bahwa


pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka. Bukan kepatuhan siswa dalam refleksi atas apa yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Dengan kata lain, siswa lebih
diutamakan untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui
asimilasi dan akomodasi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adib, Mohammad. 2011. Filsafat Ilmu; Ontologi, Epistemologi, Aksiologi, dan


logika Ilmu pengetahuan(cetakan II), Yogyakarta: Pustaka Pelajara.
Baqir, Zainal Abidin. 2005. Integrasi Ilmu dan Agama; Interpretasi dan Aksi,
Bandung: PT Mizan Pustaka.
Fuad Ihsan. 2010.”Filasafat Ilmu”. Rineka Cipta: Jakarta.
Husaini, Adian at. al.. 2013. Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam. Depok:        
Gema Insani.
Imam Barnadib. 1976. “Filsafat Pendidikan (Sistem dan Metode)”. Andi Offset :
Yogyakarta.
Kochhar. 2008. “Pembelajaran Sejarah ( Teaching of History)”. Gramedia : Jakarta
Muhammad Adib. 2011. “Filsafat Ilmu (Ontologi, Epistemologi, Aksiologi dan
Logika Ilmu Pengetahuan)”. Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Soejono, Ag. 1987. Aliran Baru dalam Pendidikan Bagian ke-1. Bandung: C.V.   
Ilmu.
Sukarjo, M., dan Ukim Komarudin. 2010. Landasan Pendidikan Konsep dan         
Aplikasinya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Surajiyo. 2010. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia, Jakarta: Bumi
Aksara.
Tafsir, Ahmad. 2010. Filsafat Ilmu. Badung:Remaja Rosdakarya.
Teguh Wangsa Gandhi. 2011. “Filsafat Pendidikan (Mazhab-mazhab filsafat
pendidikan)”. Ar-Ruzz Media : Yogyakarta.
Tim Dosen Filsafat Ilmu Fakultas Filsafat UGM. 2000. Filsafat Ilmu. Yogyakarta:
Penerbit Liberty Yogyakarta bekerjasama dengan YP Fakultas filsafat.
Uyoh Sadulloh. 2008. “Pengantar Filsafat Pendidikan”. Alfabeta : Bandung.

21
UJIAN TENGAH SEMESTER

JAWABAN UJIAN TAKE HOME PADA MATA KULIAH


ANALISIS FILSAFAT DAN TEORI PENDIDIKAN

Pada Mata Kuliah


Analisis Filsafat dan Teori Pendidikan

Nama : Malim Soleh Rambe


NIM : 19169015
Dosen Pengampu : 1. Prof. Dr. Jamaris, M.Pd.
2. Prof. Dr. Sufyarma Marsidin, M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 1441 H / 2019 M

22
DAFTAR ISI

COVER ....................................................................................................................i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ii

A. Jawaban Nomor 1.........................................................................................1

B. Jawaban Nomor 2.........................................................................................3

C. Jawaban Nomor 3.........................................................................................6

D. Jawaban Nomor 4.........................................................................................10

E. Jawaban Nomor 5.........................................................................................12

F. Jawaban Nomor 6.........................................................................................15

G. Jawaban Nomor 7.........................................................................................17

DAFTAR RUJUKAN ..............................................................................................21

ii 23

Anda mungkin juga menyukai