Anda di halaman 1dari 21

PAPER

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN SEPANJANG


HAYAT (PSH) YANG PRODUKTIF

Pada Mata Kuliah


Analisis Pengembangan PAUD dan PLS

Malim Soleh Rambe


(19169015)

Dosen Pengampu
Prof. Dr. Jamaris, M.Pd.
Prof. Dr. Solfema, M.Pd.

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM DOKTOR PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
TAHUN 1442 H / 2020 M

i
1
A. Ringkasan Materi (Maks 2 Halaman)
Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin
mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk
meningkatkan kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan
pengetahuan, kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar,
maka selama itulah pendidikan masih berjalan terus. Pendidikan sepanjang
hayat merupakan asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam
dunia transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti
saat zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang
dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam
abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan
manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada
tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat.
Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel.
Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan
dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu
sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta
kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju
akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju.
Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf,
maka upaya pemberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat
prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang
telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh
perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai
segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia,
sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses
pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang
individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak
diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua dan anak. Dalam
berinteraksi dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan
tertentu sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga. Sekolah
merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah

2
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya.
Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan
sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya.
Dalam kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu
keharusan, karena tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak
sudah tidak memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang
diberikan di sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak,
berisikan nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan
sains dan teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang
langsung dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang
diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan
pada perolehan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara
langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh
Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat,
antara lain : (1) program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah
atau putus sekolah; (2) program pemberantasan buta huruf; (3) penitipan bayi dan
penitipan anak pra sekolah; (4) kelompok pemuda tani; (5) perkumpulan olah raga
dan rekreasi; dan (6) kursus-kursus keterampilan.
Adapun implikasi pendidikan sepanjang hayat yaitu bahwa pendidikan
berlangsung dari masa bayi sampai dengan pendidikan diri sendiri pada masa
manula. Seperti telah dijelaskan terdapat ciri-ciri khas PSH yang diharapkan
menjiwai pendidikan masa kini dan pada masa mendatang, adapun ciri-ciri yang
dimaksud ialah: 1) PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan
lingkungan kehidupan nyata diluar sekolah, 2) PSH menempatkan kegiatan
belajar sebagai bagian integral dari proses hidup yang berkesinambungan, 3) PSH
lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi pendidikan, 4)
PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama
didalam proses pendidikan, yang mengarah pada diri sendiri, autodidak yang aktif
kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah, dan tahan bantingan, dan
yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar.

3
B. Pembahasan (Minimal 7 Halaman)
1. PSH dan Seumur Hidup
Konsep pendidikan sepanjang hayat merupakan gagasan yang universal.
Konsep pendidikan sepanjang hayat memandang pendidikan sebagai satu
sistem yang menyeluruh yang di dalamya terkandung prinsip-prinisp
penggorganisasian untuk pengembangan pendidikan. Terjadinya perubahan
yang begitu cepat terhadap kehidupan manusia dan keadaan jaman lebih-lebih
dengan timbulnya gejala globalisasi yang seolah-olah sudah tidak mengenal
batas ruang, waktu dan tempat ini merupakan tantangan tersendiri bagi
manusia.  Oleh karena itu untuk bisa bertahan dan menguasai nasib sendiri
dalam kehidupan peranan pendidikan atau belajar sepanjang hayat diperlukan 
oleh setiap orang.  Dalam hal ini belajar sepanjang hayat menjadi alat untuk
membangun keseimbangan antara belajar  dan bekerja, adaptasi yang terus-
menerus untuk sejumlah pekerjaan dan  untuk pelaksanaan kewarganegaraan
yang aktif.
Berikut bahwa diungkapkan pula mengenai empat pilar pendidikan
sepanjang hayat, yaitu merupakan empat sendi atau sokoguru pengetahuan
sebagai landasan berpijaknya pendidikan non formal. Keempat pilar tersebut
adalah pertama learning to know yaitu belajar untuk menguasai instrumen-
instrumen pengetahuan.  Kedua Learning to do (belajar berbuat) yaitu  sebuah
konsepsi bagaimana kita bisa berbuat dan melakukan atau mempraktekkan dari
apa yang sudah kita pelajari. Ketiga yaitu Learning to live together (belajar
hidup bersdama, belajar hidup berasama orang lain yaitu  konsepsi
bagaimana kita bisa hidup bersama dengan orang laing yang memiliki latar,
budaya, sosial, ekonomi dan agama dan keaneka ragaman yang berbeda-beda.
Dan pilar yang keempat adalah learning to be (belajar  menjadi
seseorang artinya adalah bahwa pendidikan harus bisa menyumbangkan
perkembangan yang seutuhnya kepada setiap orang baik dalam jiwa raga,
itelegensia, kepekaan, rasa, estetika tanggung jawab pribadi dan nilai-nilai
spiritual. Keempat pilar pendidikan tersebut dijadikan landasan untuk
pencapaian tujuan pendidikan sepanjang hayat.
Hal lain yang sudah dibahas adalah mengenai teori pendidikan sepanjang
hayat dimana diungkapkan mengenai pendekatan teori ekonomi sebagai salah
satu pendekatan terhadap konsepsi pendidikan sepanjang hayat. Serta dibahas
pula mengenai beberapa perkembangan pendidikan sepanjang hayat dibeberapa
negara berkembang dan negara industri. Djudju Sudjana menambahkan tentang
hakekat pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO
Institute for Education (1979),  memberikan arahan supaya pendidikan non
formal dikembangkan  di atas prinsip-prinsip pendidikan sebagai berikut:

4
a) Pendidikan hanya berakhir apabila manusia telah meninggalkan dunia fana
ini.
b) Pendidikan sepanjang hayat merupakan motivasi yang kuat bagi peserta
didik untuk merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara
terorganisasi dan sistematis.
c) Kegiatan belajar ditujukkan untuk memperoleh, memperbaharui, dan atau
miningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang telah dimiliki dan
yang mau atau tidak mauh harus dimiliki oleh peserta didik.
d) Pendidikan memiliki tujuan-tujuan berangkat dalam memenuhi kebutuhan
belajar dan dalam mengembangkan kepuasan diri setiap insan yang
dilakukan dalam kegiatan belajar.
e) Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan
manusia, baik untuk memotivasi diri maupun untuk meningkatkan
kemampuannya, agar manusia selalu melakukan kegiatan belajar guna
memenuhi kebutuhan hidupnya.
f) Pendidikan nonformal mengakuai eksistensi dan pentingnya pendidikan
formal serta dapat menerima pengaruh dari pendidikan formal karena
kehadirannya kedua jalur pendidikan ini untuk saling melengkapi dan saling
mendukung antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Suklani dalam bukunya Dasar-Dasar Kependidikan, ada beberapa
ciri-ciri pendidikan seumur hidup, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Keterpaduan Vertikal
Konsep perpaduan vertical mengandung arti bahwa pendidikan
tidaklah berakhir atau berhenti setelah pendidikan di sekolah usai.
Pendidikan terus berlangsung setelah pendidikan di sekolah tamat, dengan
kata lain pendidikan terus berlangsung sampai seseorang menemui ajalnya.
Perpanjangan pendidikan itu tidaklah berarti masa pendidikan sekolah
diperpanjang sampai mati, tetapi pendidikan haruslah menjadi tangga atau
jalan uantuk mampu belajar terus setiap waktu dalam hidup seseorang
sesuai denagn kebutuhannya setelah seseorang tamat sekolah. Dengan kata
lain, pendidikan seumur hidup mencakup keseluruhan masa pendidikan
sejak lahir hingga mati, yang terdiri atas masa pendidikan sebelum, selama,
dan setelah sekolah.
b) Keterpaduan Horizontal
Makna lain dari perpaduan horizontal ini ialah bahwa pendidikan
seumur hidup mencakup pendidikan umum dan pendidikan professional,
Yang saling melengkapi atau saling menunjang. Pendidikan seumur hidup
menghendaki agar pendidikan tidak hanya mengembangkan efesiensi kerja
secara professional, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek kehidupan
manusia sebagai anggota masyarakat, warga negara dan sesama umat.

5
Dengan demikian, pendidikan tidak hanya tertuju kepada pengembangan
seseorang untuk mampu melaksanakan peranan-peranannya sebagai pekerja
belaka, tetapi lebih dari itu yaitu mampu melaksanakan peranan-peranan
sebagai anggota dalam keseluruhan kehidupan manusia.
c) Keterpaduan Ekologis
Makna lain dari keterpaduan ekologis ialah bahwa lembaga
pendidikan seperti sekolah, perguruan tinggi dan pusat-pusat latihan
merupakan tempat belajar yang penting, tetapi hanya sebagai salah satu saja
dari lembaga-lembaga formal tidaklah memonopoli dalam penyelenggaraan
pendidikan, dan harus tidak terpisahkan dari lembaga-lembaga pendidikan
lain yang terdapat dalam masyarakat. Dengan demikian perlu adanya
kerjasama antara pendiidikan formal, pendidikan non formal dan pendidikan
informal.
d) Keragaman dan Kelugasan dalam Pendidikan
Konsep pendidikan seumur hidup menghendaki keragaman dan
kelugasan dalam program dan kegiatan pendidikan. Pendidikan tidak
bersifat satu jalur pengalaman belajar (monopolitik), tetapi berbagai
pengalaman belajarnya diseleraskan kepada kesempatan dan minat
seseorang. Program dan kegiatan  pendidikan hendaknya disesuaikan
kepada kebutuhan dan kondisi seseorang berbeda-beda. Kegiatan belajar
hendaknya mengarah kepada kegiatan belajar sendiri dan pembinaan
sendiri.
Pendidikan seumur hidup menghendaki agar pendidikan berfungsi adaftif
sekaligus. Pendidikan hendaknya memungkinkan seseorang untuk mampu
menyesuaikan dirinya kepada perubahan-perubahan social, ekonomi, industri,
dan ekologis. Penyesuaian diri pribadi terhadap kekuatan-kekuatan dari luar
tersebut merupakan penyesuaian kehidupan diri pribadi seseorang. Oleh karena
itu pendidikan harus tertuju kepada perwujudan kemampuan diri,
penyempurnaan diri, dan pengembangan kepribadian sepenuhnya. Untuk
mencapai tujuan tersebut membutuhkan keikutsertaan seseorang secara inovatif
dan kreatif dalam meningkatkan pertumbuhan budaya, professional dan
pribadi. Gagasan pendidikan seumur hidup bagi masyarakat dan dunia modern
lebih menekankan kepada fungsi pendidikan yang bersifat pembaharuan
(inovatif) dari pada fungsi adatif atau penyesuaian.
Muhammad Munir Mursa mengatakan bahwa pendidikan islam tidak
terbatas pada suatu periode atau jenjang tertentu, tetapi berlangsung sepanjang
hayat. Ia merupakan pendidikan dari buaian hingga liang lahat, selalu
memperbarui diri, serta terus-menerus mengembangkan kepribadian dan
memperkaya kemanusiaan. Dengan kata lain, ia senantiasa membimbing
manusia untuk maju. Dalam GBHN termaktub: “Pendidikan berlangsung

6
seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah
dan masyarakat. Karena itu, pendidikan ialah tanggung jawab bersama antara
keluarga, masyarakat dan pemerintah”. Berarti setiap insan Indonesia dituntut
selalu berkembang sepanjang hidupnya. Sementara itu masyarakat dan
pemerintah harus menciptakan suasana untuk selalu belajar. Sebab masa
sekolah (formal) bukanlah masa “satu-satunya”, tetapi hanya sebagian dari
waktu belajar yang berlangsung sepanjang hidup.

2. Perlunya PSH
Pendidikan sepanjang hayat diperlukan untuk meningkatkan persamaan
distribusi pelayanan pendidikan, memiliki implikasi ekonomi yang
menyenangkan, dan esensial dalam menghadapi struktur sosial yang berubah
menjadi lebih baik sehingga akan menghantarkan peningkatan kualitas hidup
yang baik juga. Gagasan dasarnya bahwa pendidikan harus dikonsepkan secara
formal sebagai proses yang terus-menerus dalam kehidupan individu, mulai
dari anak-anak sampai dewasa.
Peranan pendidikan sepanjang hayat sangatlah mempengaruhi di dalam
kehidupan ini, dimulai dari yang terkecil maupun yang terbesar pengaruhnya.
Pengaruh pendidikan sepanjang hayat tidak hanya dibidang pendidikan akan
tetapi di segala bidang. Dengan demikian, pendidikan sepanjang hayat sangat
penting dan akan terbawa selama perjalanan hidup kita. Peranan pendidikan
sepanjang hayat yaitu:
a) Pendidikan sepanjang hayat (long life education) memungkingkan
seseorang mengembangkan potensi-potensinya sesuai dengan kebutuhan
hidupnya, sebab pada dasarnya semua manusia dilahirkan ke dunia
mempunyai hak sama, khususnya untuk mendapatkan pendidikan dan
peningkatan pengetahuan dan keterampilannya (skill). Dengan potensi,
pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki tersebut dapat dikembangkan
dengan baik dalam hidupnya. Dan dengan potensi tersebut, dapat
mendorong manusia untuk lebih bekerja keras dalam menjalani hidup
dengan pengetahuan tersebut, sehingga manusia tidak mudah untuk
dibohongi. Dan dengan keterampilan tersebut, manusia dapat membuat hal
yang baru dan berguna dalam kehidupan.
b) Melalui pendidikan sepanjang hayat, kita dapat menemukan cara yang
paling efektif untuk keluar dari suatu lingkaran kebodohan dan kemiskinan.
c) Meningkatkan produktifitas yang dimilikinya sehingga mampu
memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.
d) Memelihara dan mengembangkan sumber daya yang dimilikinya untuk
pengembangan dirinya sendiri maupun orang lain yang berada disekitarnya.

7
e) Memungkinkan hidup dalam lingkungan yang lebih sehat dan
menyenangkan karena pendidikan yang telah diajarkan kepada kita semasa
muda.
f) Pendidikan sepanjang hayat dapat mengubah pandangan mereka yang
semula bersikap acuh tak acuh kepada pendidikan menjadi berpikiran positif
yaitu dengan pendidikan mampu mengubah sikap atau karakter seseorang
menjadi lebih baik, lebih terampil dan lebih berguna bagi keluarga dan
lingkungan sekitarnya. Sehingga dengan pendidikan sepanjang hayat ini kita
bisa memperbaiki kehidupan kita menjadi lebih baik dan sejahtera.
g) Pendidikan sepanjang hayat memberikan pengetahuan yang belum dimiliki
maupun yang belum diketahui. karena di era globalisasi seperti sekarang ini,
tampaknya dunia dilanda oleh eksplorasi ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) dengan berbagai produk yang dihasilkannya. Semua orang, tak
terkecuali para pendidik, sarjana, pemimpin dan sebagainya dituntut selalu
memperbarui pengetahuan dan keterampilannya seperti apa yang terjadi di
negara maju.
h) Pedidikan mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang
kuat dalam diri anak untuk belajar terus sepanjang hidupnya, memberikan
skill kepada anak didik secara efektif agar dia mampu beradaptasi dalam
masyarakat yang cenderung berubah secara cepat. Berkenaan dengan hal
tersebut, perlu diciptakan suatu kondisi yang merupakan aplikasi asas
pendidikan seumur hidup.

Pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga pendidikan,


sumber-sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan
sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu
meliputi:

a) Pendidikan dalam sekolah


Pendidikan dalam sekolah adalah suatu proses yang berlangsung di
sekolah secara teratur dan bertingkat mengikuti syarat-syarat yang jelas dan
ketat. Dalam arti pendidikan formal berada dalam lingkup sekolah dengan
adanya kurikulum. Tujuan pendidik adalah untuk memperkaya budi pekerti,
pengetahuan dan untuk menyiapkan seseorang agar mampu dan terampil
dalam suatu bidang pekerjaan tertentu.
b) Pendidikan Luar Sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah suatu proses komunikasi yang teratur
dan terarah di luar sekolah untuk memperoleh informasi, pengetahuan,
latihan maupun bimbingan yang sesuai dengan usia dan kebutuhan hidupnya
dengan tujuan mengembangkan tingkat keterampilan, sikap, dan nilai-nilai

8
yang memungkinkan baginya menjadi peserta-peserta yang efisien dan
efektif dalam lingkungan keluarga, pekerjaan, bahkan lingkungan
masyarakat dan negaranya.
Sumber informasi baik berupa terbitan buku, majalah atau media massa
baik cetak atau elektronik atau sajian dalam internet yang dapat menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan. Iu semua merupakan sarana untuk belajar
seumur hidup.

3. Kaitan PSH dengan PLS


Pendidikan diadakan untuk dapat memecahkan masalah. Peserta didik
diproses dalam pendidikan persekolahan melalui sentuhan guru untuk dapat
memecahkan problem hidup dan kehidupan. Dengan kebutuhan yang beragam,
kompleks dan semakin sulit, maka pemenuhan kebutuhan peserta didik
menuntut kompetensi memerlukan kecakapan hidup (Life Skill).
Sebagai mana penjelasan sebelumnya, bahwa pendidikan merupakan
fitrah manusia, di mana sejak lahir hingga menjelang hayatnya akan terus
menerus mendaapatkan pendidikan. Sehingga secara tidak langsung dalam
kehidupan manusia mengalir unsure-unsur pendidikan. Oleh karena itu sebagai
bentuk penyajian pendidikan kita kenal dengan istilah jenjang, jenis dan jalur
pendidikan. Yang mana dari ketiga hal tersebut saling berkaitan antara satu
dengan yang lainnya. Sebagai contoh kita sebut dengan jalur formal, non-
formal dan in-formal. Dari ketiga hal tersebut saling mengisi dan menutupi
kekurangan antara satu dan yang lainnya.
PLS yang merupakan aplikasi dari pendidikan non-formal dan in-formal
tidak bisa dengan begitu begitu saja berdiri tanpa ada keterkaitan dengan
pendidikan formal. Begitu halnya pendidikan formal tidak akan berjalan
dengan sendirinya tanpa ada katerkaitan dengan dua jalur pendidikan diatas.
Sehingga jika kita hubungkan dengan PSH akan membentuk suatu garis
penghubung antara PLS dan PSH itu sendiri. Jika kita perhatikan mengenai
bagaimana PLS memiliki ketentuan sebagai proses layaknya pendidikan
formil, maka penjelasan selanjutnya hanya mengenai PLS yang ditinjau dari
segi berlangsungnya yaitu PLS hanya sebagai sub-sistem dalam pendidikan.
Oleh karena itu kedudukan PSH berada diatas PLS, sebab secara system
ataupun prakteknya PSH merupakan konsep fitrah manusia sedangkan PLS
hanya merupakan sarana pendidikan yang berlangsung di luar jalur pendidikan
sekolah. Terlepas dari itu semua PLS tersebut dalam hubungannya dengan PSH
sebagai implikasi mengenai proses pendidikan seumur hidup.
Dewasa ini pendidikan semakin menempati raung lebih besar dari
kehidupan manusia dan peranannya semakin meningkat di antara kekuatan-

9
kekuatan yang mengatur masyarakat modern. Beberapa alasan yang melatari
peranan pendidikan yang semakin besar antara lain:
a) Pembagian kehidupan tradisional yang membagi kehidupan manusia
menjadi masa kanak-kanak, dan pemuda (digunakan untuk pendidikan)
masa dewasa (masa untuk bekerja), dan akhirnya masa pensiun, tidak
relevan lagi dengan dengan tuntutan kenyataan dan tuntutan masa depan.
b) Pendidikan juga berubah cepat. Waktu belajar sekarang ini adalah seluruh
waktu hidup manusia. Di dalam dunia, dimana tingkat perubahan terjadi
dengan pesat dan globalisasi berlangsung dengan mengubah hubungan-
hubungan perorangan dalam ruang yang tanpa sekat dan waktu yang tidak
terbatas, maka pendidikan sepanjang hayat diperluakan oleh siapapun untuk
tetap menguasai nasib sendiri, bertahan hidup dan meningkatkan kehidupan.
Gagasan awal pendidikan sepanjang hayat yang menandasarkan bahwa
individu dalam masyarakat dapat belajar dan semestinya terus belajar, dan
secara berkesinambungan berupaya mengikis kebodohan dan fatalisme,
mengandung tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup. Dalam pencapain
tujuan tersebut muncul gagasan learning to be (belajar menjadi seseorang)
dan learning society (masyarakat belajar).
Learning to be menjadi tujuan dari belajar berfikir, belajar menjadi warga
negara yang produktif, belajar berbuat dan bertingkah laku sebagai warga
negara yang baik. The learning society adalah masyarakat yang di dalamnya
terdapat lembaga-lembaga pendidikan dan lembaga-lemba non pendidikan
yang secara potensial dan nyata memberikan pelayanan pendidikan kepada
warga masyarakat yang membutuhkan. Pendidikan luar sekolah, sebagai salah
satu jenis pendidikan, memiliki keterkaitan dengan pendidikan sepanjang
hayat, dimana keduanya memiliki tujuan yang sama yaitu untuk bertahan hidup
dan mempertahankan kehidupannya, serta untuk meningkatkan kualitas hidup.
Pendidikan luar sekolah memiliki fungsi dalam kaitan dengan pendidikan
sekolah, dan dalam kaitan dunia kerja serta dalam kaitan dengan kehidupan.
Dalam kaitannya dengan kegiatan pendidikan sekolah, fungsi pendidikan luar
sekolah adalah sebagai subtitusi, komplemen dan suplemen. Dalam kaitannya
dengan dunia kerja, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai kegiatan yang
menjembatani seseorang masuk ke dunia kerja. Dan dalam kaitannya dengan
kehidupan, pendidikan luar sekolah berfungsi sebagai wahana untuk bertahan
hidup dan mengembangkan kehidupan seseorang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Pendidikan Luar sekolah dalam
kerangka pendidikan sepanjang hayat:
a) Pada hakekatnya adalah melihat keterkatian dan hubungan antara komponen
fungsi-fungsi, karakteristik dan tujuan PLS dalam konstalasi pendidikan
sepanjang hayat. Artinya unsur-unsur tadi memiliki keterkaitan dan

10
hubungan yang erat dengan aspek dan komponen yang ada  dalam
Pendidikan sepanjang hayat.
b) Bahwa pendidikan persekolahan punya beban yang begitu besar, dan
dikhawatirkan tidak bisa tertangani semua maka pendidikan secara umum
diletakan dalam konteks pendidikan sepanjang hayat, melalui
pengembangan program-program PLS, karena dengan keluasan dan
keragaman progsram-program pada PLS sangat dimungkinkan akan
mengantarkan individu kepada dimensi pendidikan sepanjang hayat.

4. PSH yang Produktif


Pendidikan sepanjang hayat (PSH) atau pendidikan seumur hidup yang
secara operasional sering pula disebut pendidikan sepanjang raga (long life
education) bukanlah sesuatu yang baru. Pada abad 14 yang lampau, tepatnya
pada zaman Nabi Muhammad SAW ide dan konsep itu telah disiarkannya
dalam bentuk suatu imbauan, dalam haditsnya: artinya: ”Tuntutlah ilmu oleh
kalian mulai sejak di buaian hingga liang lahat.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari dari dahulu sudah dapat dilihat
bahwa pada hakikatnya orang belajar sepanjang hidup, meskipun dengan cara
yang berbeda dan melalui proses yang tidak sama. Jelasnya tidak ada batas usia
yang menunjukan tidak mungkinnya dan tidak dapatnya orang belajar. Jika
seorang petani yang sudah tua berusaha mencari tahu mengenai cara-cara baru
dalam bercocok tanam, pemberantasan hama, dan pemasaran hasil yang lebih
menguntungkan, itu adalah pertanda bahwa belajar itu tidak dibatasi usia.
Dorongan belajar sepanjang hayat itu terjadi karena dirasakan sebagai
kebutuhan. Setiap orang merasa butuh untuk mempertahankan hidup dan
kehidupannya dalam menghadapi dorongan-dorongan dari dalam dan
tantangan alam sekitar, yang selalu berubah. Sepanjang hidup manusia
memang tidak pernah berada di dalam suatu vakum. Mereka dituntut untuk
mampu menyesuaikan diri secara aktif, dinamis, kreatif, dan inovatif terhadap
diri dan kemajuan zaman.
Dengan kata lain, pendidikan itu merupakan bagian integral dari hidup itu
sendiri. Prinsip pendidikan seperti itu mengandung makna bahwa pendidikan
itu lekat dengan diri manusia, karena dengan itu manusia dapat terus menerus
meningkatkan kemandiriannya sebagai pribadi dan sebagai anggota
masyarakat, meningkatkan rasa pemenuh maknaan (self fulfillment) dan terarah
kepada aktualisasi diri.
Pendidikan sepanjang hayat yang dalam prakteknya telah lama
berlangsung secara ilmiah dalam kehidupan manusia itu dalam perjalanannya
menjadi pudar, disebabkan oleh semakin kukuhnya kedudukan sistem
pendidikan persekolahan di tengah-tengah masyarakat. Sistem
persekolahannya yang polanya membentuk masyarakat tersendiri dan

11
memisahkan diri dari lingkungan masyarakat luas dengan benteng dan pagar
pekarangan sekolah, membatasi waktu belajarnya sampai usia tertentu dan
jangka waktu tertentu. Seolah-olah sekolah membentuk masyarakat khusus
yang mempersiapkan diri, dengan membekali ilmu pengetahuan dan
keterampilan menurut porsi yang telah ditetapkan dan cocok dengan tuntutan
zaman. Kenyataannya menunjukan bahwa masyarakat selalu berubah dengan
membawa tuntutan-tuntutan baru.
PSH bertumpu pada keyakinan bahwa pendidikan itu tidak identik dengan
persekolahan, PSH merupakan suatu proses berkesinambungan yang
berlangsung sepanjang hidup. Ide tentang PSH yang hampir tenggelam, yang
dicetuskan 14 abad yang lalu, kemudian dibangkitkan kembali oleh tokoh
pendidikan Johan Amos Comenius 3 abad yang lalu (di abad 16/ 1592-1671)
dan John Dewey 40 tahun yang lalu (tahun 50-an). Comenius mencetuskan
konsep pendidikan bahwa pendidikan adalah untuk membuat persiapan yang
lebih berguna di akhirat nanti.
PSH didefinisikan sebagai tujuan atau ide formal untuk pengorganisasian
dan pengstrukturan pengalaman pendidikan. pengorganisasiannya dan
pengstrkturan ini diperluas mengikuti seluruh rentangan usia, dari usia yang
paling muda sampai paling tua. (Cropley; 67). PSH bukan suatu sistem
pendidikan yang berstruktur, melainkan suatu prinsip yang menjadi dasar yang
menjiwai seluruh organisasi sistem pendidikan yang ada. Dengan kata lain
PSH menembus batas-batas kelembagaan, pengelolaan, dan program sistem
pendidikan. Kemudian 40 tahun yang lalu John Dewey, ahli filsafat dan
pendidikan dari Amerika (1859-1952) menaruh keyakinan bahwa yang pokok
dalam pendidikan adalah kegiatan anak itu sendiri. Kegiatan itu merupakan
manifestasi dari kehidupan. Tidak ada kehidupan tanpa kegiatan. Sepanjang
hidup harus ada keaktifan. Anak wajib memperoleh pengetahuan dari usahanya
sendiri. Tulisannya yang terbit pada tahun 1938 yang berjudul “Experience
and Education” (Sapta Dharma, 1955: 11-12).

5. PSH dan Perkembangan Teknologi Informasi


Pertumbuhan teknologi menyebabkan peningkatan penyediaan informasi
yang berakibat pada meningkatnya usia harapan hidup dan menurunnya angka
kematian. Semakin banyaknya tersedia kekayaan materi yang berakibat
kenudiaan dan materialisme menjiwai nilai-nilai budaya dan spiritual serta
berakibat pula kerenggangan dan keterasingan manusia satu dengan lainnya.
Pesatnya laju perkembangan bidang teknologi, khususnya teknologi
informasi dan komunikasi pada dekade terakhir membawa perubahan yang
teramat besar di bidang kehidupan termasuk kegiatan pendidikan.
Pendayagunaan teknologi komunikasi khususnya dalam pengembangan

12
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tersebut,
menuntut suatu perubahan yang besar di dalam sistem pendidikan nasional.
Seperti kita ketahui pendidikan kita merupakan warisan dari sistem pendidikan
yang lama yang isinya adalah menghafal fakta-fakta tanpa arti.
Proses pendidikannya juga hanya seperti menuangkan air di dalam botol
sehingga tidak ada efeknya di dalam kemampuan untuk mencari sesuatu dan
mencipatakan sesuatu yang baru. Sistem pendidikan nasional yang baik harus
dapat menyajikan pendidikan bermutu karena pendidikan bertujuan
mentransfer tata nilai dan kemampuan kepada pihak lain sehingga diharapkan
dapat mencari dan menciptakan sesuatu yang baru.
Teknologi komunikasi dan informasi yang terus berkembang cenderung
akan mempengaruhi segenap bidang kehidupan temasuk bidang pendidikan
dan pelatihan yang akan semakin banyak diwarnai oleh teknologi komunikasi
dan informasi. Secara khusus untuk pendidikan dan pelatihan akan dirasakan
adanya beberapa kecendrungan, diantaranya:
a) Bergesernya pendidikan dan pelatihan dari sistem berorientasi pada
guru/dosen/lembaga ke sistem yang berorientasi pada siswa /mahasiswa/
peserta didik.
b) Tumbuh dan makin memasyarakatnya pendidikan terbuka/jarak jauh.
c) Semakin banyaknya pilihan sumber belajar yang tersedia.
d) Diperlukannya standar kualitas global dalam rangka persaingan global dan
e) Semakin diperlukannya pendidikan sepanjang hayat (life long learning).
Aplikasi teknologi komunikasi dan informasi telah memungkinkan
terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan yang
menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh
berbagai sumber belajar dan layanan belajar elektronik. Untuk itu, sistem
pendidikan konvensional seharusnya menunjukkan sikap yang bersahabat
dengan alternatif cara belajar yang baru yang sarat dengan teknologi.
Masalah utama yang dihadapi bangsa kita, khususnya dalam bidang pendidikan
dalam menghadapi era globalisasi (terutama pasar global) adalah rendahnya
tingkat kualitas sumber daya manusia. Kecenderungan ini menuntut kita agar
lebih proaktif dalam meningkatkan profesionalisme tenaga kerja di dalam
bidang pendidikan, hanya dengan tingkat kemampuan profesionalisme yang
handal, dapat mempengaruhi budaya pendidikan dari manajemen sumber daya
manusia yang tradisional menuju manajemen yang lebih modern.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam bidang pendidikan sudah
merupakan kelaziman. Membantu menyediakan komputer dan jaringan yang
menghubungkan rumah murid dengan ruang kelas, guru, dan administrator
sekolah. Semuanya dihubungkan ke internet, dan para guru dilatih
menggunakan komputer pribadi. Teknologi komunikasi merupakan perluasan

13
dari ilmu komunikasi dengan basis teknologi seperti wireless, internet,
faximille, komputer dan sebagainya.
Dengan adanya teknologi tersebut diharapkan tidak ada lagi batasan
waktu/jarak dalam berkomunikasi. Teknologi informasi dan teknologi
komunikasi tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mendukung. Peran yang
dapat diberikan oleh aplikasi teknologi informasi dan teknologi komunikasi ini
adalah mendapatkan informasi untuk kehidupan pribadi seperti informasi
tentang kesehatan, hobi, rekreasi dan rohani. Kemudian untuk profesi seperti
sains, teknologi, perdagangan, berita, bisnis, dan asosiasi profesi.
Perkembangan teknologi informasi memacu suatu cara baru dalam kehidupan,
dari kehidupan dimulai sampai dengan berakhir, kehidupan seperti ini dikenal
dengan e-life, artinya kehidupan ini sudah dipengaruhi oleh berbagai
kebutuhan secara elektronik.

14
C. Tanggapan (Minimal 2 Halaman)
Pendidikan adalah suatu proses untuk menuju pendewasaan, di mana untuk
mewujudan pendidikan yang optimal diperlukan berbagai jenis pendidikan, tidak
hanya terpusat pada pendidikan formal saja. Melainkan juga diperlukan
pendidikan informal dan nonformal. Karena sejatinya pendidikan itu merupakan
suatu proses yang komplek di mana semua komponen merupakan satu kesatuan.
Begitu pentingnya pendidikan inilah yang melatarbelakangi penulis dalam
menyusun makalah ini.
Dewasa ini perwujudan masyarakat belajar belum ada peningkatan seperti
yang diharapkan. Banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk mewujudkan
pendidikan yang merata, yang melingkupi semua lapisan masyarakat untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Dalam upaya ini dibutuhkan
pula campur tangan dari masyarakat itu sendiri. Karena tanpa kerjasama
masyarakat, perwujudan masyarakat belajar tidak akan tecapai. Karena
pendidikan tidak hanya diperoleh dari sekolah, melainkan dari kesadaran
masyarakat untuk belajar antara lain melalui membaca, internet, pengalaman, dan
lain-lain.
Penerapan belajar sepanjang hayat dalam mewujudkan masyarakat belajar
sangat memberikan kontribusi bagi peningkatan kualitas SDM. Dengan
peningkatan tersebut, harkat dan martabat masyarakat dapat terangkat di mata
dunia. Oleh sebab itu, perlu adanya pemerataan pendidikan yang tidak hanya
didapat dari sekolah, namun juga dapat terwujud dalam perpustakaan umum untuk
meningkatkan minat baca masyarakat.
Manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin mencapai
suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama
itulah pendidikan masih berjalan terus. Pendidikan sepanjang hayat merupakan
asas pendidikan yang cocok bagi orang-orang yang hidup dalam dunia
transformasi, dan di dalam masyarakat yang saling mempengaruhi seperti saat
zaman globalisasi sekarang ini. Setiap manusia dituntut untuk menyesuaikan
dirinya secara terus menerus dengan situasi baru.
Pendidikan sepanjang hayat merupakan jawaban terhadap kritik-kritik yang
dilontarkan pada sekolah. Sistem sekolah secara tradisional mengalami kesukaran
dalam menyesuaikan diri dengan perubahan kehidupan yang sangat cepat dalam
abad terakhir ini, dan tidak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan atau tutuntutan
manusia yang makin meningkat. Pendidikan di sekolah hanya terbatas pada
tingkat pendidikan dari sejak kanak-kanak sampai dewasa, tidak akan memenuhi
persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan dunia yang berkembang sangat pesat.

15
Dunia yang selalu berubah ini membutuhkan suatu sistem yang fleksibel.
Pendidikan harus tetap bergerak dan mengenal inovasi secara terus menerus.
Menurut konsep pendidikan sepanjang hayat, kegiatan-kegiatan pendidikan
dianggap sebagai suatu keseluruhan. Seluruh sektor pendidikan merupakan suatu
sistem yang terpadu. Konsep ini harus disesuaikan dengan kenyataan serta
kebutuhan masyarakat yang bersangkutan. Suatu masyarakat yang telah maju
akan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan masyarakat yang belum maju.
Apabila sebahagian besar masyarakat suatu bangsa masih yang banyak buta huruf,
maka upaya pemeberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat
prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. Tetapi, di negara industri yang
telah maju pesat, masalah bagaimana mengisi waktu senggang akan memperoleh
perhatian dalam sistem ini.
Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah. Pendidikan akan mulai
segera setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia,
sepanjang ia mampu menerima pengaruh-pengaruh. Oleh karena itu, proses
pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga
merupakan lingkungan pertama dan utama bagi proses perkembangan seorang
individu sekaligus merupakan peletak dasar kepribadian anak. Pendidikan anak
diperoleh terutama melalui interaksi antara orang tua anak. Dalam berinteraksi
dengan anaknya, orang tua akan menunjukkan sikap dan perlakuan tertentu
sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.
Pendidikan di sekolah merupakan kelanjutan dalam keluarga.Sekolah
merupakan lembaga tempat dimana terjadi proses sosialisasi yang kedua setelah
keluarga, sehingga mempengaruhi pribadi anak dan perkembangan sosialnya.
Sekolah diselenggarakan secara formal. Di sekolah anak akan belajar apa yang
ada di dalam kehidupan, dengan kata lain sekolah harus mencerminkan kehidupan
sekelilingnya. Oleh karena itu, sekolah tidak boleh dipisahkan dari kehidupan dan
kebutuhan masyarakat sesuai dengan perkembangan budayanya. Dalam
kehidupan modern seperti saat ini, sekolah merupakan suatu keharusan, karena
tuntutan-tuntutan yang diperlukan bagi perkembangan anak sudah tidak
memungkinkan akan dapat dilayani oleh keluarga. Materi yang diberikan di
sekolah berhubungan langsung dengan pengembangan pribadi anak, berisikan
nilai moral dan agama, berhubungan langsung dengan pengembangan sains dan
teknologi, serta pengembangan kecakapan-kecakapan tertentu yang langsung
dapat dirasakan dalam pengisian tenaga kerja.
Pendidikan di masyarakat merupakan bentuk pendidikan yang
diselenggarakan di luar keluarga dan sekolah. Bentuk pendidikan ini menekankan
pada pemerolehan pengetahuan dan keterampilan khusus serta praktis yang secara
langsung bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Phillip H.Coombs (Uyoh

16
Sadulloh, 1994:65) mengemukakan beberapa bentuk pendidikan di masyarakat,
antara lain:
1. Program persamaan bagi mereka yang tidak pernah bersekolah atau putus
sekolah.
2. Program pemberantasan buta huruf.
3. Penitipan bayi dan penitipan anak pra sekolah.
4. Kelompok pemuda tani.
5. Perkumpulan olah raga dan rekreasi; dan
6. Kursus-kursus keterampilan.
Pendidikan sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang pentingnya belajar
terus menerus karena hidup dalam zaman kemajuan yang menuntut demikian.
Dengan begitu, pendidikan sepanjang hayat berwadahkan di semua lembaga
pendidikan, sumber – sumber informasi, sesuai dengan kepentingan perseorangan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu, lembaga dari pendidikan
sepanjang hayat adalah lembaga pendidikan yang selama ini kita kenal, yaitu
pendidikan persekolahan, pendidikan luar sekolah yang cakupannya meliputi
pendidikan anak usia dini, taman penitipan anak, kelompok bermain, belajar baca
tulis dan pengetahuan umum yang disebut kejar paket A, paket B, dan paket C,
tempat – tempat kursus, maupun sumber informasi baik berupa terbitan buku,
majalah atau media massa baik cetak maupun elektronik ataupun sajian dalam
internet (Dwi Siswoyo, 2007: 159).
Tetapi, setelah berakhirnya masa sekolah, pendidikan sepanjang hayat tidak
terhenti begitu saja karena apa yang dipelajari dalam kehidupan sehari – hari yaitu
di dalam suatu organisasi atau masyarakat juga merupakan proses pendidikan
dalam pendidikan sepanjang hayat.
Sedangkan peranan pendidikan sepanjang hayat itu sendiri dapat ditinjau dari
berbagai tinjauan atau sudut pandang seperti tinjauan ideologis, tinjauan
ekonomis, tinjauan sosiologis, tinjauan filosofis, tinjauan teknologis, serta
tinjauan psikologis dan paedagogis (Hasbullah, 2006 : 67-70) . Penjabaran
teorinya sebagai berikut, dalam tinjauan ideologis dijelaskan bahwa pendidikan
seumur hidup akan memungkinkan seseorang mengembangkan potensinya sesuai
dengan kebutuhan hidupnya. Dari sudut pandang ekonomis, pendidikan sepanjang
hayat memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitasnya,
memelihara dan mengembangkan sumber – sumber yang dimilikinya,
memungkinkan hidup dalam dalam lingkungan yang lebih sehat dan
menyenangkan, dan memiliki motivasi dalam mengasuh dan mendidik anak –
anaknya secara tepat sehingga peranan pendidikan keluarga menjadi sangat
penting dan besar artinya. Kemudian secara sosiologis long life education, bagi
orang tua merupakan solusi dari masalah – masalah pendidikan seperti anak –
anak mereka yang kurang mendapatkan formal, putus sekolah, dan atau tidak

17
bersekolah sama sekali. Dilihat dari tinjauan filosofis, pendidikan seumur hidup
berperan menyadarkan rakyat akan pentingnya hak memilih dan memahami
fungsi pemerintahan sesuai dengan pendidikan kewarganegaraan. Yang kelima
adalah sudut pandang teknologis, pendidikan sepanjang raga menuntut seeorang
untuk tidak menutup mata terhadap segala kemajuan teknologi yang melandanya,
sehingga mampu memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya, seperti apa
yang terjadi di negara – negara maju. Sedangkan yang terakhir yaitu pandangan
psikologis dan paedadogis, disebutkan bahwa pendidikan seumur hidup
merupakan alat untuk mengembangkan individu – individu yang akan belajar
seumur hidup agar lebih bernilai bagi masyarakat.

18
D. Simpulan (Maks 2 Halaman)
Dari pembahasan di atas bahwa pendidikan sepanjang hayat masih berada
dalam terkonsep seperti asas yang lain misalnya kebebasan, keadilan, dan
persamaan. Maka dengan demikian, pendidikan sepanjang hayat tidak nyata
selama jangka waktu tidak berbatas karena masih dalam bentuk peta konsep. Jika
hasil pemikiran tersebut harus timbul dari keadaan tertentu dan harus berwujud
dalam arti sebenarnya, maka seharusnya pemikiran tersebut disajikan dengan
fakta dan tindakan.
Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan sepanjang hayat belum ada di mana
saja dengan tujuan sepenuhnya. Dalam pemecahan permasalahan yang diterapkan
dapat ditemukan unsur baru yang kemudian membentuk kerangka konseptual
tentang pendidikan baru. Jika kita tidak mendapat manfaat dari pendidikan orang
dewasa atau pendidikan yang diperoleh dari luar sekolah, atau seandainya tidak
tersedia sarana pengajaran yang berlaku di mana saja, maka pemikiran tentang
pendidikan sepanjang hayat mungkin tidak mempunyai arti dan bahkan sudah
pasti belum mulai terbentuk.
Sebaliknya, jika pendidikan sepanjang hayat itu memungkinkan, maka mulai
sekarang dan seterusnya pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu harapan
yang besar. Harapan tersebut terletak pada ketulusan dan kemampuan manusia
untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab atas pemikirannya,
perasaan, dan haknya untuk menyaring, bertindak dengan anggapan bahwa daya
cipta manusia itu tidak terkikis dari awal, baik karena sifat manusia yang tidak
ramah ataupun karena saling tidak menghormati antar hakikat manusia dan
keinginan untuk hidup maju.
Adapun Ciri-ciri dari pembelajaran seumur hidup itu adalah:
a) PSH menghilangkan tembok pemisah antara sekolah dengan lingkungan
kehidupan nyata diluar sekolah.
b) PSH menempatkan kegiatan belajar sebagai bagian integral dari proses hidup
yang berkesinambungan.
c) PSH lebih mengutamakan pembekalan sikap dan metode daripada isi
pendidikan.

19
d) PSH menempatkan peserta didik sebagai individu yang menjadi pelaku utama
didalam proses pendidikan, yang mengarah pada diri sendiri, autodidak yang
aktif kreatif, tekun, bebas, dan bertanggung jawab, tabah, dan tahan bantingan,
dan yang sejalan dengan penciptaan masyarakat gemar belajar.
Dengan konsep pendidikan sepanjang hayat ini, diharapkan bisa mengubah
pandangan masyarakat bahwa pendidikan bukan hanya belajar di sekolah formal
saja, melainkan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. Misalnya, di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Untuk mendukung konsep tentang
pembelajaran sepanjang hayat, dibutuhkan peran aktif dari masyarakat dan
pemerintah agar konsep pendidikan sepanjang hayat dapat terealisasikan dengan
baik.

20
E. Daftar Bacaan (Minimal 5 Sumber)
1. Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta,
2003
2. Basuki, MA  dan Dr. Miftahul Ulum, MA. 2007. Pengantar Pendidikan
Islam. STAIN PoRess.
3. Indrakusuma, Amir Daien. Ilmu Pendidikan. Malang: Usaha Offset Printing
Surabaya.
4. TH, Muhammad. 1984. Kedudukan Ilmu Dalam Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
5. Aly,  Noer Hery. 1999. Ilmu Pendidikan Islam. Cetakan Pertama. Jakarta:
Logos.
6. Suklani, Dasar-dasar Kependidikan, ( Cirebon: Fak. Tarbiyah IAIN Sunan
Gunung Djati, 1995 ).
7. Soelaiman Joesoef, dan Slamet Santoso. 1981. Pendidikan Luar
Sekolah. Surabaya, C.V. Usaha Nasional
8. Undang-undang Dasar RI 1945, Bab XIII, Pendidikan dan Kebudayaan, Pasal
31

21

Anda mungkin juga menyukai