Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

Broncho pnemoni

A. Definisi
Bronchopnemoni adalah peradangan yang terjadi pada bronchus dan
parenchyma paru yang disebabkan oleh berbagai macam (FKUI, 1982)
B. Etiologi
 Bakteri
 Virus
 Jamur
 Benda asing
Penyebab terbanyak adalah golongan pnemococcus

C. Patofisiologi
Daya tahan tubuh
Penyakit menahun
Faktor atrogenik (trauma paru, anastesi, aspirasi)

Bakteri, virus, Jmaur dan benda asing

Infeksi bronkus dan parenkim

Bronko pnemoni

Batuk panas mendadak kapiler paru melebar Mual muntah


(39-40 C)

Sputum >> Gelisah Dysnea Tachipnea


Ganguan
cemas nutrisi
Resiko Gangguan
Tinggi aktivitas
Gangguan
infeksi Ganggu keseimbangan
an rasa cairan +
Gangguan istirahat
nyaman elektrolit
tidur
Pnemococcus masuk melalui saluran nafas dengan cara droplet dan dapat
mencapai alveoli. Untuk mencapai alveolus pnemococcus menyerang bronkus
mencapai 4 stadium yaitu:
1. Stadium kengesti
 Kpiler paru melebar (kongesti)
 Bakteri dalam jumlah banyak
 Terjadi 4-12 jam pertama
 Gangguan awal badan menggigil, suhu tubuh naik dengan cepat
(39-40C)
 Batuk, kadang disertai pilek dengan sputum
 Pernafasan tachipnea
2. Stadium hepatitis merah
 Terjadi 48 jam
 Ganguan seperti pada stadium kengesi, disamping itu suara nafas
lemah, terdengar ronchi
3. Stadium hepatisasi kelabu
 Terjadi 3 – 8 hari
 Suara ronchi menghilang
 Hamper selalu terjadi hiksemia dalam tingkat tertentu
4. Stadium resolusi
 Terjadi 7 – 11 hari
 Ronchi terdengar lebih jelas pada inspeksi dan palpasi
 Pergeseran thorax yang terkena pnemococus berkurang
Stadium resolusi dapat sembuh tanpa pengobatan dengan waktu 5 –9 hari,
tetapi jika diberikan anti biotic yang tepat akan sembuh dalam waktu kurang
lebih 3 hari.

D. Manifestasi klinis
 Terjadi pada usia < 4 tahun dan akan menurun resiko terkena dengan
bertambahnya usia
 Faktor pencetus : lingkngan rumah, lebih bersih, terlalu sesak/sempit
 Gx : - suhu 39 – 40 C kadang klien kejang oleh karena demam yang
tinggi
- batuk mula-mula kering –produktif
- gelisah,dyspnea, tachipnea
- kadang disertai muntah/diare
 penurunan daya tahan tubuh
 faktor atrogenik (trauma paru, anastesi,aspirasi)

E. Pemeriksaan penunjang
 Leukositosis : 15.000 – 40.000/mm3
 LED meningkat (2 – 20)
 Cek sputum, darah
 Photo thorax
 Culture cairan pleura
 Cek BGA (blood gas analysis)
Dengan adanya nbronchopneumoni pada anak, tumbuh berkembang pada anak
menjadi terganggu missal : bahasa turun, adaptasi social kurang, motorik dan
semsorik kurang, dengan demikian anak terganggu pada orang tua.

F. Penatalaksanaan medis
 pemberian oksigen
 pemberian cairan per IV tergantung usia
 antibiotic : ampicilin 50 – 100 mg/kg/BB, kloraphenical 50 – 75 mg/kgBB
 diet TKTP
 pengobatan diteruskan sampai anak bebas panas 4 – 5 hari

G. Diagnosa keperawatan
1. Tidak efektifnya jalan nafas sehubungan dengan inflamasi secret pada
saluran nafas.
Tujuan : mengevektifkan jalan nafas, pernafasan menjadi lancar
Intervensi :
a. atur posisi klien
b. berikan terapi oksigen
c. lakuakn nebulezer jika slym kental
d. lakukan fisio terapi dada
e. lakukan suctioning
f. monitor tanda vital : S<N<R
g. observasi tanda kesulitan nafas dan kegagalan nafas
h. kolaborasi
 cek BGA
 pemberian antibitika
 expektoran
i. monitor efek dari tindakan keperawatan dan pengobatan
j. atur lingkungan
2. Infeksi resikotinggi terhadap (penyabaran) sehubungan dengan ketidak
adekutnya pertahanan utama (penurunan kerja silia, perlengketan secret
pernafasan)
Tujuan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/menurunkan resiko
tinggi
Intervensi :
 pantau TTV dengan ketat, khususnya selama awal terapi
 anjurkan orang tua untuk memperhatikan pengeluaran secret dan
laporkan perubahan warna, jumlah dan bau secret
 tunjukkan/ dorong teknik mencuci tangan yang baik
 ubah posisi dengan sering
 lakukan isolasi pencegahan
 Selidiki perubahan tiba-tiba/menyimpang, seperti penigkatan nyeri
dada, bunyi jantung ekstra, gangguan sensori, berulangnya demam,
perubahan karakteristik sputum.
3. Potensial nutrisi kurang sehubungan dengan anoreksia, intek nutrisi yang
tidak adekuat
Tujuan: meningkatkan kebutuhan nutrisi yang optimum
Intervensi:
a. Timbang berat badan tiap hari
b. Monitor intake dan out put (pemasukan dan pengeluaran)
c. Setelah dehidrasi berikan minimum oral dengan sering/makanan yang
sesuai dengan diet dan usia atau BB anak
d. Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
e. Bagi bayi ASI tetap diberikan
4. Kecemasan pada keluarga sehubungan dengan kondisi sakit
Tujuan: Menurunkan rasa cemas pada keluarga
Intervensi:
a. Ajarkan pada orang tua untuk mengajarkan
mengekpresikan rasa cemas, dengarkan keluhan orang tua, bersikap
empati dan sentuhan terapeutik
b. Gunakan komunikasi terapeutik, kontak mata, sikap tubuh, dan
sentuhan
c. Jelaskan setiap prosedur yang akan dilakukan pada anak dan orang tua
d. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
e. Jelaskan kondisi anak, alasan pengobatan, dan perawatan
5. Kurang pengetahuan keluarga sehubungan dengan proses penyakit
Tujuan: memberikan informasi tentang proses penyakit, perawatan dan
pengobatan
Intervensi ;
a. kaji tingkat pengetahuan anak dan orang tua tentang penyakit,
perawatan dan intervensi.
b. Batu untuk mengidentifikasi faktor pencetus
c. Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor pencetus
d. Jelaskan pentingnya pengobatan dosis, efeksamping, waktu pemberian,
dan pemeriksaan darah
e. Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan control ulang
f. Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia
6. Resiko kurangnya volume cairan sehubungan dengan meningkatnya
pernafasan dan out put, muntah
Tujuan : memberikan hidrasii yang adekuat
Intervesi :
a. monitor intake dan out put, mukosa membrane, turgor kulit,
pengeluaran urin
b. Monitor elektrolit
c. Kaji warna sputum, konsisten dan jumlah
d. Pertahankan terapi parenteral bila ada indikasi dan monitor kelebihan
cairan
e. Berikan intake cairan peroral bila toleran, hati-hati minuman yang
dapat meningkatkan bronkospasma
f. Setelah fase akut, ajarkan anak dan orang tua untuk minum 3-8 gelas
(750-200 ml) tergantung usia dan BB
LAPORAN PENDAHULUAN
ASTHMA
A. Definisi
Asthma disebut juga sebagai Reactive Air Way disease (RAD), adalah
suatu penyakit obstruksi yang ditandai pada jalan nafas secara reversible yang
ditandai dengan broncospasme, inflamasi, dan peningkatan reaksi jalan nafas
terhadap berbgai stimulant.

B. Etiologi
 Faktor ekstrinsik: reaksi antigen-antibodi, kerana inhalasi allergen (debu,
serbuk, bulu binatang
 Faktor intrinsic:; infeksi: para influenza virus, pneumonia, mycoplasmal.
Kemudian dari fisik; cuaca dingin, perubahan temperature, iritan, kimia,
polusi udara (co, asap rokok, parfum. Emosional; takut, cemas dan tegang.
Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadifaktor pencetus.

C. Komplikasi
 Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
 Chronic persisten bronchitis
 Bronciolitis
 Pnemonia
 Empyisema

D. Manifestasi klinis
 Wheezing
 Dyspnea dengan lama ekspirasi; penggunaan otot-otot asesori pernafasan,
cuping hidung, retraksi dada dan stidor
 Batuk kering (tidak produktif) karena secret kental dan lumen jalan
nafassempit
 Tachipnea, Orthopnea
 Gelisah
 Nyeri abdomen karena terlihatnya otot abdomen dalam pernafasan
 Fatigue
 Tidak toleran terhadap aktivitas,; makan, bermain, berjalan, bahkan bicara
 Kecemasan labil dan peningkatan tingkat kesadaran
 Meningkatkan ukuran diameter anteroposterior (barrel chetst)
 Serangan yang tiba-tiba atau berangsur

E. Patofisiologi
Faktor intrinsic Faktor ekstrinsik

N. Vagus Ig E
Hypersensitive
Sel mast
Kontraksi bronkus
Mukosa bronkus
Secret
-Batuk kontraksi otot polos
-Sesak
-Wheezing sekret
-batuk
-sesak
- wheezing

F. Pemeriksaan diagnostik
 Riwayat Penyakit dan Pemeriksaan Fisik
 Foto Rontgen
 Pemeriksaan Fungsi Paru ; menurunnya tidal volume, kapasitas vital,
eosinofil biasanya meningkat daalm darah dan sputum
 Pemeriksaan alergi (radioallergosorbent test; RAST)
 Pulse oximetry
 Analisa Gas Darah

G. Penatalaksanaan terapeutik
 Serangan akut dengan oksigen nasal atau masker
 Terapi cairan parenteral
 Terapi pengobatan sesuai program; Beta2-agonist untuk mengurangi
bronkospasme

H. Penatalaksanaan perawatan
Pengkajian
 Riwayat asma atau alergi dan serangan asma yang lalu, alergi dan masalah
pernafasan
 Kaji pengetahuan anak dan orangtua tentang penyakit dan pengobatan
 Fase akut; tanda-tanda vital, usaha nafas dan pernafasan, retraksi dada,
penggunaan otot-otot asesori pernafasan, cuping hidung, pulse oximetry.
Suara nafas; wheezing, menurunnya suara nafas. Kaji status neurologi;
perubahan kesadaran, meningkatnya fatigue, perubahan tingkah laku. Dan
kaji status hidrasi.
 Riwayat psikososial; faktor pencetus; stress, latihan, kebiasaan dan
rutinitas, perawatan sebelumnya.

Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pertukaran gas, tidak efektif bersihan
jalan nafas, dan tidak efektif pola nafas berhubungan dengan
bronkospasme, edema mukosa, dan meningkatnya sekret.
2. Fatigue berhubungan dengan hipoksia dan
meningkatnya usaha nafas.
3. Kecemasan berhubungan dengan hospitalisasi dan
distres pernafasan.
4. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan
dengan meningkatnya pernafasan dan menurunnya intake cairan.
5. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
kondisi kronik.
6. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan
proses penyakit dan pengobatan.

Perencanaan
1. Anak tidak menunjukkan
gangguan ketidakseimbangan asam basa yang ditandai dengan saturasi
oksigen ± 95 % .
2. Anak tidak tampak fatigue
yang ditandai dengan tidak iritabel, dapat berpartisipasi dan aktivitas yang
sesuai dengan kondisi.
3. Kecemasan menurun yang
ditandai dengan anak tenang dan dapat mengekspresikan perasaannya,
begitu juga orangtua merasa tenang dan berpartisipasi dalam perawatan
anak.
4. Status hidrasi adekuat yang
ditandai dengan turgor kulit elastis, membran mukosa lembab, intake
cairan sesuai dengan usia dan berat badan, output urine lebih dari 2
ml/kg/jam.
5. Orangtua mendemonstrasikan
koping yang tepat yang ditandai dengan mengekspresikan perasaan dan
perhatian serta memberikan aktivitas yang sesuai dengan usia atau kondisi
dan perkembangan psikososial pada anak.
6. Orangtua secara verbal
memahami proses penyakit dan pengobatan dan mengikuti regimen terapi
yang diberikan.

Implementasi
1. Mempertahankan pertukaran gas yang adekuat dan
pembersihan jalan nafas.
 Pertahankan kepatenan jalan nafas; pertahankan support ventilasi bila
diperlukan.
 Kaji fungsi pernafasan; auskultasi bunyi nafas, kaji kulit setiap 15
menit sampai 4 jam.
 Berikan oksigen sesuai program dan pantau pulse oximetry dan batasi
(penyapihan) atau tanpa alat bantu bila kondisi telah membaik.
 Kaji kenyamanan posisi tidur anak.
 Monitor efek samping pemberian pengobatan; monitor serum darah;
theophyline dan catat kemudian laporkan ke dokter. Normalnya 10-20
ug/ml pada semua usia.
 Berikan cairan yang adekuat peroral atau perparenteral.
 Pemberian terapi pernafasan; nebulizer, fisioterapi dada bila indikasi,
ajarkan batuk dan nafas dalam efektif setelah pengobatan dan
pengisapan sekret atau suction.
 Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan pada anak untuk
menurunkan kecemasan.
 Berikan terapi bermain sesuai dengan usia.
2. Memberikan istirahat yang cukup, mencegah
hipoksia, dan mengurangi kerja berat pernafasan.
 Kaji tanda dan gejala hipoksia; kegelisahan, fatigue, iritabel,
tachycardia, tachypnea.
 Hindari seringnya melakukan intervensi yang tidak penting yang dapat
membuat anak lelah, berikan istirahat yang cukup.
 Instruksikan pada orangtua untuk tetap berada di dekat anak.
 Berikan kenyamanan fisik; support dengan bantal dan pengaturan
posisi.
 Berikan oksigen humidifikasi sesuai dengan program.
 Berikan nebulizer; kemudian pantau bunyi nafas dan usaha nafas
setelah terapi.
 Setelah krisis, ajarkan untuk aktivitas yang sesuai dengan tingkat
pertumbuhan dan perkembangan untuk meningkatkan ventilasi, dan
memperluas perkembangan psikososial.
3. Memberikan lingkungan yang tenang dan
mengurangi kecemasan.
 Ajarkan teknik relaksasi; latihan nafas, melibatkan penggunaan bibir
dan perut, dan ajarkan untuk berimajinasi.
 Pertahankan lingkungan yang tenang; temani anak, dan berikan
support.
 Ajarkan untuk ekspresi perasaan secara verbal.
 Berikan terapi bermain sesuai dengan kondisi.
 Informasikan tentang perawatan, pengobatan dan kondisi anak.
 Jelaskan semua prosedur yang akan dilakukan.

4. Berikan hidrasi yang adekuat.


 Monitor intake dan output, mukosa membran, turgor kulit, pengeluaran
urine, ukur grapitasi urine atau BJ urine (nilai 1.003-1.030).
 Monitor elektrolit.
 Kaji warna sputum, konsistensi dan jumlah.
 Pertahankan terapi parenteral bila indikasi, dan monitor kelebihan
cairan.
 Berikan intake cairan peroral bila toleran, hati-hati minuman yang
dapat meningkatkan bronkospasme.
 Setelah fase akut, ajarkan anak dan orangtua untuk minum 3-8 gelas
(750-2000 ml), tergantung usia dan BB.
5. Mengkaji proses koping keluarga.
 Berikan kesempatan pada anak untuk ekspresi perasaan.
 Kaji mekanisme koping sebelumnya pada waktu stress.
 Jelaskan prosedur dan pengobatan yang diberikan.
 Informasikan pada orangtua tentang kondisi anak.
 Identifikasi sumber-sumber psikososial keluarga dan finansial.
6. Memberikan informasi tentang proses penyakit,
perawatan dan pengobatan.
 Kaji tingkat pengetahuan anak dna orangtua tentang penyakit,
pengobatan dan intervensi.
 Bantu untuk mengidentifikasi faktor pencetus.
 Jelaskan tentang emosi dan stress yang dapat menjadi faktor pencetus.
 Jelaskan pentingnya pengobatan; dosis, efek samping, waktu
pemberian, dan pemeriksaan darah.
 Informasikan tanda dan gejala yang harus dilaporkan dan kontrol
ulang.
 Informasikan pentingnya program aktivitas dan latihan nafas.
 Jelaskan pentingnya terapi bermain sesuai usia.

Perencanaan Pemulangan
 Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar-gambar atau
phantom.
 Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah.
 Hindari faktor pemicu; kebersihan lantai rumah, debu-debu, karpet, bulu
binatang dan lainnya.
 Jelaskan tanda-tanda bahaya yang akan muncul.
 Ajarkan penggunaan nebulizer.
 Keluarga perlu memahami tentang pengobatan; nama obat, dosis, efek
samping, waktu pemberian.
 Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut dan stress.
 Jelaskan pentingnya istirahat dan latihan, termasuk latihan nafas.
 Jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat.
LAPORAN PENDAHULUAN
TUBERKULOSIS PARU

A. Definisi
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh
mycobacterium tuberculosis, yaitu suatu bakteri tahan asam.

B. Etiologi
 Mycobacterium tuberculosa
 Mycobacterium bovis
 Selain Mycobacterium tuberculosa dikenal juga golongan Mycobacterium
lain yang dapat menyebabkan kelainan yang menyerupai tuberculosis.
Runyon (1959) membagi Mycobacterium atipic menjadi 4 golongan :
1. Golongan fotokromogen,
misalnya M. kansisii yang dapat menyebabkan penyakit di dalam dan
di luar paru seperti tuberkulosis.
2. Golongan skotokromogen,
misalnya M. scrofulaceum yang dapat menyebabkan adenitis servikalis
pada anak.
3. Golongan nonfotokromogen,
misalnya M. intracellulale (battey strains) yang dapat menyebabkan
penyakit paru seperti tuberkulosis.
4. Golongan rapid growers,
misalnya M. fortuitum yang dapat menyebabkan abses. M.
smegmantes merupakan saprofit pada smegna.
 Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terinfeksi oleh Mycobacterium
tuberculosis :
- Herediter : resistensi seseorang terhadap infeksi kemungkinan
diturunkan secara genetik.
- Jenis kelamin : pada akhir masa kanak-kanak dan remaja, angka
kematian dan kesakitan lebih banyak terjadi pada anak perempuan.
- Usia : pada masa bayi kemungkinan terinfeksi sangat tinggi.
- Pada masa puber dan remaja dimana terjadi masa pertumbuhan
yang cepat, kemungkinan infeksi cukup tinggi karena diit yang
tidak adekuat.
- Keadaan stress : situasi yang penuh stress (injury atau penyakit,
kurang nutrisi, stress emosional, kelelahan yang kronik).
- Meningkatnya sekresi steroid adrenal yang menekan reaksi
inflamasi dan memudahkan untuk penyebarluasan infeksi.
- Anak yang mendapatkan terapi kortikosteroid kemungkinan
terinfeksi lebih mudah.
- Nutrisi : status nutrisi yang kurang.
- Infeksi berulang : HIV, measles, pertusis.
- Tidak mematuhi aturan pengobatan.
C. Komplikasi
 Meningitis
 Spondilitis
 Pleuritis
 Bronkopneumoni
 Atelektasis

D. Klasifikasi dan Manifestasi Klinis


Ada beberapa klasifikasi tuberculosis.
Ranke membaginya dalam 3 stadium, yaitu :
Stadium pertama : kompleks primer dengan penyebaran limfogen.
Stadium kedua : pada waktu terjadi penyebaran hematogen.
Stadium ketiga : tuberculosis paru menahun (chronic pulmonary
tuberculosis)
Klasifikasi yang lain :
5. Tuberculosis primer
Infeksi pertama dari Tuberculosis.
6. Tuberculosis subprimer
Komplikasi Tuberculosis primer.
7. Tuberculosis pasca primer
Reinfeksi yang dapat terjadi endogen dan eksogen setelah infeksi primer
sembuh.
Manifestasi Klinis dari Tuberculosis, yaitu :
 Demam, malaise, anoreksia, BB menurun, kadang-kadang batuk (batuk
tidak selalu ada, menurun sejalan dengan lamanya penyakit), nyeri dada,
hemoptysis.
 Gejala lanjut (jaringan paru-paru sudah banyak yang rusak) : pucat,
anemia, lemah, dan BB menurun.
 Permulaan Tuberculosis primer biasanya sukar diketahui secara klinis
karena mulainya penyakit secara perlahan. Kadang Tuberculosis
ditemukan pada anak tanpa gejala atau keluhan. Tetapi secara rutin dengan
uji tuberkulin dapat berupa demam yang naik turun selama 1-2 minggu
dengan atau tanpa batuk dan pilek. Gambaran klinisnya : demam, batuk,
anoreksia, dan BB menurun.

E. Pemeriksaan Diagnostik
 Pemeriksaan fisik
 Riwayat penyakit : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi
penyakit.
 Reaksi terhadap test tuberkulin : reaksi test positif (diameter 5 mm)
menunjukkan adanya infeksi primer.
 Radiologi : terdapat kompleks primer dengan atau tanpa perkapuran,
pembesaran kelenjar paratrakeal, penyebaran milier, penyebaran
bronkogen, atelektasis, pleuritis dengan efusi, cairan asites.
 Kultur sputum ; kultur bilasan lambung atau sputum, cairan pleura, urin,
cairan serebrospinal, cairan nodus limfe ditemukan basil Tuberculosis.
 Patologi anatomi : dilakukan pada kelenjar getah bening, hepar, pleura,
peritonium, kulit ditemukan tuberkel dan basil tahan asam.
 Uji BCG : reaksi positif jika setelah mendapat suntikan BCG langsung
terdapat reaksi lokal yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah
penyuntikan.
 Infeksi TB : hanya diperlihatkan oleh skin test tuberkulin positif.
 Penyakit TB : gambaran radiologi positif, kultur sputum positif, dan
adanya gejala-gejala penyakit.
F. Penatalaksanaan Terapeutik
 Nutrisi adekuat.
 Kemoterapi :
- isonized (INH) diberikan selama 18-24 bulan, dosis 10-20 mg/kg
BB/hari peroral
- kombinasi antara INH, rifampizin dan pirazinamid (PZA)
diberikan selama 6 bulan, selama 2 bulan pertama obat diberikan
setiap hari, selanjutnya obat diberikan 2 x dalam satu minggu
- obat tambahan antara lain : streptomicyn IM dan etambutol
- terapi kortikosteroid diberikan bersamaan dengan obat
antituberculosis untuk mengurangi respon peradangan misal pada
meningitis.
 Pembedahan.
 Pencegahan :
- menghindari dengan orang yang terinfeksi basil TBC
- mempertahankan status kesehatan dengan intake nutrisi adekuat
- minum susu yang telah dipasteurisasi
- isolasi jika analisa sputum terdapat bakteri hingga dilakukan
kemoterapi
- pemberian imunisasi BCG

G. Penatalaksanaan Perawatan
Pengkajian
 Riwayat keperawatan : riwayat kontak dengan individu yang terinfeksi,
penyakit yang pernah diderita pasien sebelumnya.
 Kaji adanya gejala-gejala panas yang naik turun dan dalam jangka waktu
lama, batuk yang hilang timbul, anoreksia, lesu, kurang nafsu makan,
hemoptysis.

Diagnosa Keperawatan
1. Resiko penyebarluasan
infeksi berhubungan dengan organisme virulen.
2. Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan kerusakan jaringan paru.
3. Tidak efektifnya pola nafas
berhubungan dengan adanya batuk, nyeri dada.
4. Tidak efektifnya bersihan
jalan nafas berhubungan dengan adanya sekret.
5. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan adanya rash.
6. Perubahan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia.
7. Gangguan aktivitas
diversional berhubungan dengan isolasi dari kelompok sebaya.

Perencanaan
1. Perluasan infeksi tidak terjadi.
2. Anak menunjukkan tanda-tanda pertukaran gas
yang adekuat.
3. Anak menunjukkan tanda-tanda pola nafas efektif.
4. Anak akan menunjukkan jalan nafas yang efektif.
5. Anak menunjukkan tanda-tanda terpenuhinya
kebutuhan nutrisi.
6. Anak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan usia
dan tugas perkembangan selama menjalani isolasi dari teman sebaya atau
anggota keluarga.

Implementasi
1. Mencegah perluasan infeksi.
 Tempatkan anak pada ruang khusus.
 Pertahankan isolasi yang ketat di RS pada anak dengan TB aktif.
 Gunakan prosedur perlindungan infeksi jika melakukan kontak dengan
anak.
 Melakukan uji tuberkulin dan memberikan penilaian hasil uji tersebut,
mengambil bahan untuk pemeriksaan bakteri (analisa bilasan lambung
pada anak yang masih sangat muda).
 Berikan antituberkulosis sesuai order.
2. Meningkatkan pertukaran gas
yang adekuat.
 Memonitor TTV.
 Mengobservasi adanya sianosis pada mulut.
 Mengkaji irama, kedalaman, dan ekspansi pernafasan.
 Melakukan auskultasi suara nafas dan mendokumentasikan adanya
suara abnormal (ronchi, wheezing).
 Mengajarkan cara bernafas efektif.
 Memberikan oksigen sesuai indikasi.
 Memonitor hasil analisa gas darah.
3. Meningkatkan pola nafas
yang efektif dan kepatenan jalan nafas.
 Mengkaji ulang status pernafasan.
 Mengkaji ulang TTV.
 Memberikan posisi tidur semifowler/fowler.
 Membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari sesuai dengan
kemampuannya.
 Menganjurkan anak untuk banyak minum.
 Memberikan oksigen sesuai indikasi.
 Memberikan obat-obat yang dapat meningkatkan efektifnya jalan
nafas.
4. Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Kaji kemampuan anak untuk makan.
 Ijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak,
rencanakan untuk memperbaiki kualitas fisik pada saat selera anak
meningkat.
 Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
 Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral jika kebutuhan nutrisi
melalui oral tidak mencukupi kebutuhan gizi anak.
 Menilai indikator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (BB, LL, membran
mukosa).
 Menganjurkan kepada orangtua untuk memberikan makanan dengan
porsi sedikit tapi sering.
 Menimbang BB setiap hari pada waktu yang sama dan dengan skala
yang sama.
 Mempertahankan kebersihan mulut anak.
 Menjelaskan pentingnya intake nutrisi yang adekuat untuk
penyembuhan penyakit.
5. Membantu memenuhi
kebutuhan aktivitas sesuai dengan usia dan tugas perkembangan.
 Memberikan aktivitas ringan dan sesuai dengan usia anak.
 Memberikan makanan yang menarik untuk memberikan stimulus yang
bervariasi pada anak.
 Melibatkan anak dalam mengatur jadwal harian dan memilih aktivitas
yang diinginkan.
 Mengijinkan anak untuk mengerjakan tugas sekolah selama di RS,
menganjurkan anak untuk berhubungan dengan teman melalui telpon
jika memungkinkan.

Perencanaan Pemulangan
 Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping, lama pemberian terapi,
cara meminum obat.
 Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur.
 Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal.
 Informasikan jika terdapat tanda-tanda kekambuhan.
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, M. 2000. Asuhan Keperawatan Bayi / Maternal. Jakarta : EGC


Staf Pengajar FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Suriadi, SKp dan Rita Yuliani, SKp. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak.
Jakarta : PT Fajar Interpratama

Anda mungkin juga menyukai