DAN
ASUHAN KEPERAWATAN DEPARTEMEN ANAK
ANEMIA
B. Etiologi
Penyebab tersering dari anemia adalah kekurangan zat gizi yang diperlukan
untuk sintesis eritrosit, antara lain besi, vitamin B12 dan asam folat. Selebihnya
merupakan akibat dari beragam kondisi seperti perdarahan, kelainan genetik,
penyakit kronik, keracunan obat, dan sebagainya.
Penyebab umum dari anemia:
1. Perdarahan hebat
2. Akut (mendadak)
3. Kecelakaan
4. Pembedahan
5. Persalinan
6. Pecah pembuluh darah
7. Penyakit Kronik (menahun)
8. Perdarahan hidung
9. Wasir (hemoroid)
10. Ulkus peptikum
11. Kanker atau polip di saluran pencernaan
12. Tumor ginjal atau kandung kemih
13. Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
14. Berkurangnya pembentukan sel darah merah
15. Kekurangan zat besi
16. Kekurangan vitamin B12
17. Kekurangan asam folat
18. Kekurangan vitamin C
19. Penyakit kronik
20. Meningkatnya penghancuran sel darah merah
21. Pembesaran limpa
22. Kerusakan mekanik pada sel darah merah
23. Reaksi autoimun terhadap sel darah merah
24. Hemoglobinuria nokturnal paroksismal
25. Sferositosis herediter
26. Elliptositosis herediter
27. Kekurangan G6PD
28. Penyakit sel sabit
29. Penyakit hemoglobin C
30. Penyakit hemoglobin S-C
31. Penyakit hemoglobin E
32. Thalasemia
C. Klasifikasi
Secara umum anemia dikelompokan menjadi :
1. Anemia mikrositik hipokrom
a. Anemia defisiensi beUntuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi
(Fe). Kebutuhan Fe sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang
diserap. Jumlah total Fe dalam tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB
pada pria dan 35 mg/kg BB pada wanita. Anemia ini umumnya disebabkan
oleh perdarahan kronik. Di Indonesia banyak disebabkan oleh infestasi cacing
tambang (ankilostomiasis), ini pun tidak akan menyebabkan anemia bila tidak
disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat pula disebabkan karena :
1) Diet yang tidak mencukupi
2) Absorpsi yang menurun
3) Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui
4) pada saluran cerna, menstruasi, donor darah
5) Hemoglobinuri
6) Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.
b. Anemia penyakit kronik
Anemia ini dikenal pula dengan nama sideropenic anemia with
reticuloendothelial siderosis. Penyakit ini banyak dihubungkan dengan
berbagai penyakit infeksi seperti infeksi ginjal, paru (abses, empiema, dll).
2. Anemia makrositik
a. Anemia Pernisiosa
Anemia yang terjadi karena kekurangan vitamin B 12 akibat faktor
intrinsik karena gangguan absorsi yang merupakan penyakit herediter
autoimun maupun faktor ekstrinsik karena kekurangan asupan vitamin B12.
b. Anemia defisiensi asam folat
Anemia ini umumnya berhubungan dengan malnutrisi, namun
penurunan absorpsi asam folat jarang ditemukan karena absorpsi terjadi di
seluruh saluran cerna. Asam folat terdapat dalam daging, susu, dan daun
daun yang hijau.
3. Anemia karena perdarahan
a. Perdarahan akut
b. Mungkin timbul renjatan bila pengeluaran darah cukup banyak, sedangkan
penurunan kadar Hb baru terjadi beberapa hari kemudian.
c. Perdarahan kronik
Pengeluaran darah biasanya sedikit sedikit sehingga tidak diketahui
pasien. Penyebab yang sering antara lain ulkus peptikum, menometroragi,
perdarahan saluran cerna, dan epistaksis.
4. Anemia hemolitik
Pada anemia hemolitik terjadi penurunan usia sel darah merah (normal 120
hari), baik sementara atau terus menerus. Anemia ini disebabkan karena kelainan
membran, kelainan glikolisis, kelainan enzim, ganguan sistem imun, infeksi,
hipersplenisme, dan luka bakar. Biasanya pasien ikterus dan splenomegali.
5. Anemia aplastik
Terjadi karena ketidaksanggupan sumsum tulang untuk membentuk sel-sel
darah. Penyebabnya bisa kongenital, idiopatik, kemoterapi, radioterapi, toksin,
dll.
6. Anemia megaloblastik
Disebabkan oleh defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat,
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st gastrektomi)
infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen kemoterapeutik, infeksi
cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi, pecandu alkohol.
D. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak
sesuai dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah
merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel
darah merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia).Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin
plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya,
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin
(hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperoleh dengan dasar:
1. Hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
2. Derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya,seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Pada dasarnya gejala anemia timbul karena dua hal berikut:
1. Anoksia organ target karena berkurangnya jumlah oksigen yang dapat dibawa
oleh darah ke jaringan.
2. Mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia.
E. Pathway
F. Manifestas Klinik
Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem
dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik yang
dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anoreksia, serta perkembangan kognitif
yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan
fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia
dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul lima gejala ini, bisa
dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera. Anemia
bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang.
Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung
(Sjaifoellah, 1998).
Tanda dan gejala anemia:
1. Pusing
2. Mudah berkunang-kunang
3. Lesu
4. Aktivitas kurang
5. Rasa mengantuk
6. Susah konsentrasi
7. Cepat lelah
8. prestasi kerja fisik/pikiran menurun
9. Konjungtiva pucat
10. Telapak tangan pucat
11. Iritabilitas dan Anoreksia
12. Takikardia , murmur sistolik
13. Letargi, kebutuhan tidur meningkat
14. Purpura
15. Perdarahan
Gejala khas masing-masing anemia:
G. Komplikasi
Anemia menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita
anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau
gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena
harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat
ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin.
Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu
perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak. Komplikasi umum akibat anemia
adalah: gagal jantung, parestisia dan kejang.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
2. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume
korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan
mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia
(aplastik).
3. Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons
sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
4. Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat
mengindikasikan tipe khusus anemia).
5. LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan
kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi.
6. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia,
misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih
pendek.
7. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
8. SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin
meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik).
9. Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi
(hemolitik)
10. Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin.
11. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
12. Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan
dengan defisiensi masukan/absorpsi
13. Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik)
14. TBC serum : meningkat (DB)
15. Feritin serum : meningkat (DB)
16. Masa perdarahan : memanjang (aplastik)
17. LDH serum : menurun (DB)
18. Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
19. Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster,
menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB).
20. Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam
hidroklorik bebas (AP).
21. Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah
dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal:
peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah
(aplastik).
22. Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan :
perdarahan GI (Doenges, 1999).
I. Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum :
Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang.
1. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
2. Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
3. Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan.
4. Obati penyebab perdarahan abnormal bila ada.
5. Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah
yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyte globulin ( ATG ) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet
( Phipps, Cassmeyer, Sanas & Lehman, 1995 ).
2. Anemia pada penyakit ginjal
a. Pada paien dialisis harus ditangani dengan pemberian besi dan asam folat
b. Ketersediaan eritropoetin rekombinan
c. Anemia pada penyakit kronis
3 Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan
penanganan untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang
mendasarinya, besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah,
sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3 x 10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5 gr %. Pada defisiensi asam folat diberikan asam folat 3 x 5 mg/hari.
5. Anemia megaloblastik
a. Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
b. Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus
diteruskan selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau
malabsorbsi yang tidak dapat dikoreksi.
7. Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi
8. Anemia pasca perdarahan
9. Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
10. Anemia hemolitik
dengan penberian transfusi darah menggantikan darah yang hemolisis.
setelah
1 Perubahan
dilakukan tindakan
perfusi
keperawatan klien menunjukkan a. Awasi tanda vital kaji pengisian a. Memberikan informasi tentang
jaringan berhubungan kapiler, warna kulit/membrane derajat/keadekuatan perfusi
dengan penurunan Kriteria Hasil :Tanda-tanda mukosa, dasar kuku. jaringan dan membantu
komponen seluler yang vital stabil menetukan kebutuhan intervensi.
diperlukan Membran mukosa berwarna b. Tinggikan kepala tempat tidur b. Meningkatkan ekspansi paru dan
untukpengirimanoksigen merahmuda sesuai toleransi.. memaksimalkan oksigenasi untuk
/nutrisi ke sel. Pengisian kapiler D. Awasi upaya pernapasan ; kebutuhan seluler. Catatan :
Haluaran urine adekuat auskultasi bunyi napas kontraindikasi bila ada hipotensi
perhatikan bunyi adventisius.. c. Dispnea, gemericik
E. Selidiki keluhan nyeri menununjukkan gangguan
dada/palpitasi.. jajntung karena regangan jantung
F. Kolaborasi pengawasan hasil lama/peningkatan kompensasi
pemeriksaan laboraturium. curah jantung
Berikan sel darah merah d. Iskemia seluler mempengaruhi
lengkap/packed produk darah jaringan miokardial/ potensial
sesuai indikasi. risiko infark.
c. Berikan oksigen tambahan e. Mengidentifikasi defisiensi dan
sesuai kebutuhan pengobatan /respons
d. indikasi. terhadap terapi.
f. Memaksimalkan transport oksigen
ke jaringan.
2 Perubahan nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk a. Mengidentifikasi defisiensi,
dari kebutuhan tubuh keperawatan nutrisi klien makan yang disukai. memudahkan intervensi
berhubungan dengan adekuat, dengan kriterial: b. Observasi dan catat masukkan b. Mengawasi masukkan kalori atau
kegagalan untuk a. Berat badan normal makanan pasien.. kualitas kekurangan konsumsi
mencerna atau ketidak b. Nilai laboratorium c. Timbang berat badan setiap makanan.
mampuan mencerna dalam batas normal : hari. c. Mengawasi penurunan berat
makanan/ absorpsi 1) Albumin : 4 5,8 badan atau efektivitas intervensi
d. Berikan makan sedikit dengan
nutrisi yang diperlukan g/dL nutrisi. menurunkan kelemahan,
frekuensi sering dan atau
untuk pembentukan sel 2) Hb : 11 16 g/dL meningkatkan pemasukkan dan
makan diantara waktu makan.
darah merah (SDM) 3) Ht : 31 43 % mencegah distensi gaster.
e. Observasi dan catat kejadian
normal. 4) Trombosit : 150.000 d. Gejala GI dapat menunjukkan
mual/ muntah, flatus dan dan
400.000 µL efek anemia (hipoksia) pada
gejala lain yang berhubungan.
5) Eritrosit : 3,8 5,5 organ.
x 1012 e. Meningkatkan nafsu makan dan
pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhanbakteri,
f. meminimalkan kemungkinan
infeksi. Teknik perawatan mulut
f. Berikan dan bantu hygiene khusus mungkin diperlukan bila
mulut yang baik ; sebelum dan jaringan rapuh/ luka/ perdarahan
sesudah makan, gunakan sikat dan nyeri berat.
vitamin C j. Kebutuhan,penggantian
3 Intoleran aktivitas Setelah dilakukan tindakan a. Kaji kemampuan ADL pasien.. a. Mempengaruhipilihan
berhubungan dengan keperawatan klien b. intervensi/bantuan
ketidakseimbangan melaporkan peningkatan b. Kaji kehilangan atau gangguan c. Menunjukkan perubahan
antara suplai oksigen toleransi aktivitas, dengan keseimbangan, gaya jalan dan neurology karena defisiensi
(pengiriman) dan kriteria hasil : kelemahan otot. vitamin B12 mempengaruhi
kebutuhan. a. Tanda tanda vital keamanan pasien/risiko cedera.
dalam batas normal d. Manifestasi kardiopulmonal dari
c. Observasi tanda-tanda vital
b. klien melakukan upaya jantung dan paru untuk
sebelum dan sesudah aktivitas.
aktivitas sesuai dengan membawa jumlah oksigen
kemampuan adekuat ke jaringan.
c. klien tidak d. Berikan lingkungan tenang, e. Meningkatkan istirahat untuk
menunjukkan tanda batasi pengunjung, dan kurangi menurunkan kebutuhan oksigen
tanda keletihan suara bising, pertahankan tirah tubuh dan menurunkan regangan
baring bila di indikasikan. jantung dan paru.
e. Gunakan teknik menghemat f. Meningkatkan aktivitas secara
energi, anjurkan pasien istirahat bertahap sampai normal dan
bila terjadi kelelahan dan memperbaiki tonus otot/stamina
semampunya (tanpa
memaksakan diri).
4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan a. Tingkatkan cuci tangan yang a. Mencegah kontaminas
berhubungan dengan keperawatan infeksi tidak baik; oleh pemberi perawatan b. Menurunkan,risiko
penurunan daya tahan terjadi, dengan kriteria: danpasien. kolonisasi/infeksi bakteri.
tubuh,sekunderleucopeni a. Tanda tanda vital b. silang/ kolonisasi bacterial. c. Menurunkan risiko kerusakan
a,penurunangranulosit(re dalam batas normal c. Pertahankan teknik aseptic kulit/jaringan dan infeksi.
spons inflamasi b. Leukosit dalam batas d. Meningkatkan ventilasi semua
ketat pada prosedur/perawatan
tertekan). normal segmen paru dan membantu
luka.
c. Keluarga menunjukkan memobilisasi sekresi untuk
d. Berikan perawatan kulit,
perilaku mencegah pneumonia.
perianal dan oral dengan
d. pencegahan infeksi pada e. Membatasi pemajanan pada
cermat.
klien bakteri/infeksi.
e. Motivasi
f. Adanya proses inflamasi/infeksi
f. perubahan posisi/ambulasi
membutuhkan,evaluasi/
yang sering, pengobatan.
g. Pantau/batasi g. Mungkin digunakan secara
h. pengunjung. Berikan isolasi bila propilaktik untuk menurunkan
memungkinkan.. kolonisasi atau untuk pengobatan
i. Pantau suhu tubuh. Catat proses infeksi local.
adanya menggigil dan takikardia
dengan atau tanpa demam..
j. Berikan antiseptic topical ;
antibiotic sistemik (kolaborasi).
5 Risiko tinggi terhadap Setelah diberikan tindakan a. Kaji integritas kulit, a. Kondisi kulit dipengaruhi oleh
kerusakan integritas keperawatan b. catat perubahan sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi.
kulit berhubungan diharapkan resiko c. pada,turgor, gangguan warna, Jaringan dapat menjadi rapuh dan
denganperubahan kerusakan integritas kulit hangat local, eritema cenderung untuk infeksi dan rusak
sirkulasidanneurologist tidak terjadi. Kriteria hasil : d. ekskoriasi.. b. Meningkatkan sirkulasi kesemua
. mengidentifikasi factor kulit,membatasi,skemia
e. Reposisi secara periodic dan
risiko/perilaku individu jaringan/mempengaruhi hipoksia
pijat permukaan tulang apabila
untuk mencegah cedera seluler.
pasien tidak bergerak atau
dermal. c. Arealembab,terkontaminasi,
ditempat tidur.
memberikan media yang sangat
f. Anjurkan pemukaan kulit kering
baik untukpertumbuhan
dan bersih.
organisme patogenik.
g. Batasi penggunaan sabun.
d. Sabun dapat mengeringkan kulit
h. Bantu untuk latihan rentang secara berlebihan.
gerak. e. Meningkatkan sirkulasi jaringan,
mencegah stasis.
6 Konstipasi atau Diare Setelah dilakukan tindakan a. Observasi warna feses, a. Membantu mengidentifikasi
berhubungan dengan keperawatan 3 x 24 jam konsistensi, frekuensi dan penyebab /factor pemberat dan
penurunan masukan anak menunjukan perubahan jumlah. intervensi yang tepat.
diet; perubahan proses pola defekasi yang normal. b. Auskultasi bunyi usus. b. Bunyi usus secara umum
pencernaan; Kriteria hasil : meningkat pada diare dan
efeksamping a. Frekuensi defekasi 1x menurun pada konstipasi.
terapi obat. setiap hari c. Awasi intake dan output c. Mengidentifikasi dehidrasi,
b. Konsistensi feces (makanan dan cairan). kehilangan berlebihan atau alat
c. lembek, tidak adalender d. Dorong masukkan cairan 2500- dalam pengidentifikasi defisiensi
/ darah 3000 ml/hari dalam toleransi diet.
d. Bising usus dalam d. Membantu dalam memperbaiki
jantung.
batas normal konsistensi feses bila konstipasi.
e. Hindari makanan
Akan membantu memperthankan
f. yangmembentuk gas.
status hidrasi pada diare.
g. Kaji kondisi kulit perianal
e. Menurunkan distress gastric dan
dengan sering, catat perubahan
distensi abdomen
kondisi kulit atau mulai
f. Mencegah ekskoriasi kulit dan
kerusakan. Lakukan perawatan
kerusakan.
perianal setiap defekasi bila g. Serat menahan enzim pencernaan
terjadi diare. dan mengabsorpsi air dalam
h. Kolaborasi ahli gizi untuk diet alirannya sepanjang traktus
siembang dengan tinggi serat intestinal dan dengan demikian
dan bulk. menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk
defekasi.
h. Mempermudah defekasi bila
konstipasi terjadi.
DAFTAR PUSTAKA
24
25
JURASAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI - MALANG
A. PENGKAJIAN
1. Biodata Klien
a. Nama :An.N
b. Umur :8thn
c. Jenis kelamin :Perempuan
d. Agama :Islam
e. Suku / Bangsa :Jawa/Indonesia
f. Alamat :Jln.Tlaga Warna Blok D
g. No. Register :123784
h. Tanggal Masuk RS :02-06-2021
i. Tanggal Pengkajian :02-06-2021
j. Diagnosa Medis :Anemia
k. Nama Orang Tua :Tn.M
2. Keluhan Utama
Pasien datang ke IGD RS UMM Tlogo Mas,pada tanggal 02 juni 2021 dengan keluhan badan terasa
lemas,pusing,pucat,anemis.
25
26
ibu bersalin di Puskesmas Pembantu dengan usia kehamilan 32 minggu dan ditolong oleh
Bidandengan jenis persalinan spontan. Saat ibu melahirkan, bayi langsung menangis dengan
berat badan bayi 3500 gram dan kulit berwarna merah.
c. Riwayat Post Natal
Ibu pasien mengatakan bayi mendapat ASI sampai dengan usia 6 bulan.
7. Riwayat Kesehatan Keluarga :keluaga tidak pernah ada yang mengalami penyakit
yang di alami
GENOGRAM
,
9. Pola Aktifitas-Latihan
26
27
BAK:
- Frekuensi/pola 4-6xsehari................................... 4xsehari
- Warna & Bau kuning......................................... kuning
- Kesulitan -................................................... -
- Upaya mengatasi -................................................... -
27
28
Pola Perkembangan
baik
Tanda-tanda radang :
Funsi penglihatan : ( ) Baik (ya ) Kabur
c. Hidung : Bentuk simetris
.. Warna normal
. Pembengkakan --
Nyeri tekan --
.. Perdarahan --
..
d. Mulut dan Tenggorokan :
Warna bibir pucat
Mukosa
Ulkus
...
Lesi
Massa
.. Warna Lidah
Perdarahan gusi --
.
e. Telinga : Bentuk simetris
Warna normal
. Lesi
Massa
. Nyeri tidak adanyeri tekan
..
f. Leher : Kekakuan
----
..Nyeri/Nyeri tekan tidakada
Benjolan/massa.............. Vena jugularis
3.Dada : Jantung : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
..
Paru : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
4. Payudara dan Ketiak :
Benjolan/massa tidak ada benjolan
.. Nyeri/nyeri tekan
..
Bengkak tidak ada pembengkakan
5.Abdomen :
28
29
Inspeksi Normal
.
Auskultasi Normal
.
Palpasi Normal
..
Perkusi Normal
.
6. Genetalia :
Inspeksi --
Palpasi --
..
Hb 7,4 d/dl
Infus RL 24tetes/menit
17. Kesimpulan
Pasien mengharapakan kesembuhan dan bisa beraktivitas seperti biasa
MALANG,02-06-2021
29
30
A. ANALISIS DATA
HARI/TGL : 02-06-2021
NO DATA PENYEBAB MASALAH KEPERAWATAN
1 DS :pasien mengatakan Kegagalan mekanisme Hipovolemia
lemas,pusing,lelah,dan cepat regulasi
cape
DO :pasien pusat,lemas,turgor
kulit kurang dari 3 detik,HB 7,4
Cairan infus 24x/m
30
31
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
31
32
32
33
33
34
34
35
35
36
E. EVALUASI
DIAGNOSA TANGGAL
NO KEPERAWATA
02/06/2021 03/06/2021 04/06/2021
N
1 1 S :pasien mengatakan masih
lemas,pusing,lelah,dan cepat S: pasien mengatakan S: pasien mengatakan sudah
O : pasien nampak lemas dan O :pasien Nampak semangat O :pasien nampak ceria dan
pucat,penglihatannya kabur dan mampu bercerita turgor kulit mapu kembali beraktivitas
TTV normal,ttv dibatas normal normal
.
36
37
DIAGNOSA TANGGAL
NO KEPERAWATA
02/06/2021 03/06/2021 04/06/2021
N
1 2
S: pasienmengatakan masih S:pasien mengatakan masih S: pasienmengatakan masih
pusing,lemas dan susah makan pusing,lemas dan susah makan pusing,lemas dan susah makan
O :pasien masih Nampak pucat,turgor kulit O :pasien sudah mampu ceria kembali dan
O : :pasien Nampak masih normal,pusat dan lemah mulai berkurang bermain
pusat,lemas,turgor kulit kurang
dari 3 detik
A :masalah tertasi sebagian A :masalah teratasi
.
P :hentikan intervensi
A :masalah belum tertasi
P :lanjutkan intervensi
P :lanjutkan intervensi
Malang,02/10/2021
Mengetahui,
Pembimbing Klinik
Mahasiswa
(NENI MAEMUNAH,M.MRS)
37
38
38
39
39