Anda di halaman 1dari 11

NAMA : ALDI PRATAMA

NIM : 18157920
TEKNIK ELEKTRO SEMESTER 6
KIMIA TEKNIK

TUGAS!
Pilihlah 2 dari beberapa alat industri kimia yang paling Anda kuasai untuk dibuat perancangan
alat industri kimia.
Lengkapi dengan gambar, sebutkan masing-masing bagian alat tersebut dan fungsinya ,
bagaimana cara kerja alat tersebut.
Lengkapi dengan rumus dan perhitungan perancangan alat industri kimia tersebut. Sebutkan
sumber rumus atau teori yang digunakan dan sebutkan buku atau literaturnya.
A. Alat Industri Kimia
Alat industri kimia yang akan saya gunakan untuk perancangan sebuah industri kimia
adalah :
1. Cooling Tower
Cooling tower didefinisikan sebagai alat penukar kalor yang berfungsi
mendinginkan air melalui kontak langsung dengan udara yang mengakibatkan
sebagian kecil air menguap. Cooling tower yang bekerja pada sistem pendinginan
udara biasanya menggunakan pompa sentrifugal untuk menggerakkan air
melintasi menara

2. Heat Exchanger
Heat exchanger merupakan alat yang berfungsi sebagai penukar kalor/panas.

“Alat tersebut saya kombinasikan menjadi sebuah temperatur control dengan heater
terpisah (bukan steam) dan rangkaian control dari sistem electrical untuk mengatur suatu
temperatur pada bagian mesin dengan air sebagai medianya.”
B. Gambar dan Penjelasan

Cooling Tower
1. Fan/kipas merupakan bagian terpenting dari sebuah cooling tower karena
berfungsi untuk menarik udara dingin dan mensirkulasikan udara tersebut di
dalam menara untuk mendinginkan air. Jika fan tidak berfungsi maka kinerja
cooling tower tidak akan optimal. Fan digerakkan oleh motor listrik yang dikopel
langsung dengan poros kipas.
2. Casing support/Kerangka pendukung cooling tower berfungsi untuk mendukung
cooling tower agar dapat berdiri kokoh dan tegak. Kerangka pendukung terbuat
dari baja.
3. Springkler pipe/Pipa sprinkler merupakan pipa yang berfungsi untuk
mensirkulasikan air secara merata pada cooling tower, sehingga perpindahan
kalor air dapat menjadi efektif dan efisien. Pipa sprinkler dilengkapi dengan
lubang - lubang kecil untuk menyalurkan air.
4. Water basin berfungsi sebagai penampung air sementara yang jatuh dari filling
material sebelum disirkulasikan kembali ke kondensor. Water basin terbuat dari
seng.
5. Inlet louver berfungsi sebagai tempat masuknya udara melalui lubang - lubang
yang ada. Melalui inlet louver akan terlihat kualitas dan kuantitas air yang akan
didistribusikan. Inlet louver terbuat dari seng.
6. Bahan pengisi merupakan bagian dari cooling tower yang berfungsi untuk
mencampurkan air yang jatuh dengan udara yang bergerak naik. Air masuk yang
mempunyai suhu yang cukup tinggi (33°C) akan disemprotkan ke bahan pengisi.
Pada bahan pengisi inilah air yang mengalir turun ke water basin akan bertukar
kalor dengan udara segar dari atmosfer yang suhunya (28°C). Oleh sebab itu,
bahan pengisi harus dapat menimbulkan kontak yang baik antara air dan udara
agar terjadi laju perpindahan kalor yang baik.
Bahan pengisi ini mempunyai peranan sebagai memecah air menjadi butiran -
butiran tetes air dengan maksud untuk memperluas permukaan pendinginan
sehingga proses perpindahan panas dapat dilakukan se-efisien mungkin.
Heat Exchanger

1. Bagian mesin yang akan dipanaskan melalui air yang telah diproses.
2. Tangki Heater, sebagai penampung air panas.
3. Heat Exchanger, sebagai titik pemrosresan air panas dari heater dan air dingin
dari cooling tower untuk mencapai temperatur yang ditentukan oleh sistem
kontrol.
4. Manometer untuk mengukur pressure atau tekanan air yang dikirim dari pompa.
5. Pompa sebagai tenaga penyerap air dari tangki penampungan dan pendorong air
menuju exchanger.
6. Tangki penampungan air, untuk menampung air proses temperatur control ini.
Menampung air mentah baru untuk mesin dan air balikan dari mesin.
7. Pipa untuk jalur air dingin.
8. Solenoid valve isi ulang air mentah, dikontrol oleh komponen elektrik yang akan
terbuka otomatis bila air dalam tangki kosong.
9. Check valve, untuk mencegah aliran balik air (sebagai one flow).
10. Stop valve air mentah, sebagai manual valve untuk menutup atau membuka air
mentah.
11. Filter air dingin, untuk menyaring kotoran air dingin dari cooling tower.
12. Airflow valve, untuk membuang angin/uap yang terperangkap dalam tangki
disebabkan oleh dari air panas dan air mentah yang bersatu.
13. Safety valve, untuk pengaman tekanan tinggi yang dikeluarkan dari angin/uap
dalam tangki.
14. Level controller, beberapa sensor untuk mendeteksi ketinggian air dalam tangki.
15. Safety temperatur limiter, pengaman temperatur lebih pada heater.
16. Temperatur sensor heater, untuk membaca temperatur pada heater.
17. Pipa jalur air panas menuju mesin.
18. Pipa jalur air balikan mesin menuju tangki kembali.
19. Jalur Bypass heater menuju tangki.
20. Solenoid valve air dingin, dikontrol oleh komponen elektrik yang akan terbuka
otomatis bila temperatur mesin lebih tinggi dari standar yang diterapkan kontrol.
21. Drain, untuk menguras air dalam tangki heater.
22. Heating coil, adalah sebuah lilitan heater yang dapat menghasilkan energi panas.
23. Temperatur sensor mesin, untuk membaca temperatur pada mesin (acuan kontrol).
24. Filter air mentah, untuk menyaring kotoran air mentah dari penampungan air
pusat.
C. Cara Kerja

Dari sistem cooling tower


Prinsip kerja cooling tower berdasarkan pada pelepasan kalor dan perpindahan kalor.
Perpindahan kalor pada cooling tower berlangsung dari air ke udara. Cooling tower
menggunakan penguapan dimana sebagian air diuapkan ke aliran udara yang bergerak
dan kemudian dibuang ke atmosfir, sehingga air yang tersisa didinginkan secara
signifikan.
1. Air dari bak/basin dipompa menuju heater untuk dipanaskan dan dialirkan ke
cooling tower.
2. Air panas yang keluar tersebut secara langsung melakukan kontak dengan udara
sekitar yang bergerak secara paksa karena pengaruh fan atau blower yang
terpasang pada bagian atas cooling tower, lalu mengalir jatuh ke bahan pengisi.
3. Air yang sudah mengalami penurunan suhu ditampung ke dalam bak/basin.
4. Pada cooling tower juga dipasang katup make up water untuk menambah
kapasitas air pendingin jika terjadi kehilangan air ketika proses evaporative
cooling tersebut sedang berlangsung.

Dari sistem heat exchanger


Plate Heat Exchanger adalah suatu media pertukaran panas yang terdiri dari Pelat (plate)
dan Rangka (frame). Dalam Plate Heat Exchanger, pelat disusun dengan susunan
tertentu, sehingga terbentuk dua jalur yang disebut dengan Hot Side dan Cold Side. Hot
Side dialiri dengan cairan dengan suhu relatif lebih panas dan Cold Side dialiri dengan
cairan dengan suhu relatif lebih dingin.
Prinsip kerjanya adalah aliran dua atau lebih fluida kerja diatur oleh adanya gasket-gasket
yang didesain sedemikian rupa sehingga masing-masing fluida dapat mengalir di plat-plat
yang berbeda. Gasket berfungsi utama sebagai pembagi aliran fluida agar dapat mengalir
ke plat-plat secara selang-seling.

Dari sistem keseluruhan


1. Air mentah akan masuk kedalam tangki hingga sensor pendeteksi air membaca air
telah penuh, kemudian air mentah tidak akan disupply kembali.
2. Motor pompa aktif dan menyerap air dalam tangki tadi lalu mendorongnya
menuju heat exchanger untuk diproses temperaturnya agar sesuai yang
diinginkan.
3. Di heat exchanger terdapat 2 fluida yang berbeda temperaturnya yang
bersentuhan secara tidak langsung yaitu air dingin yang telah disupply dari
cooling tower dan air mentah yang baru disupply atau air balikan dari mesin yang
masih panas. Exchanger berfungsi mendinginkan temperatur air hingga sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
4. Air mentah keluaran heat exchanger masuk kedalam tangki heater untuk
dipanaskan sampai sesuai dengan temperatur yang diinginkan.
5. Air keluaran heater akan masuk ke bagian mesin yang diinginkan dan
dikembalikan lagi ke tangki sehingga proses ini terjadi secara kontinyu.
D. Rumus
a. Heat Exchanger

Gambar mengilustrasikanp emahamante ntang transfer kalor yang merambat dari


tluida panas menuju tluida dingin melalui suatu ketebalan tube. Koefisien transfer
kalor individu terdapat pada peristiwa konveksi kalor di kedua film tiap sisi
permukaan dinding.Secara keseluruhan koefisien transfer kalor diwakili oleh U
overall (Uo).
Proses komputasi berlangsung di dalam perhitungan transfer kalor clan rugi
tekanan yang mana menggunakanp ersamaan-persamaasne bagaib erikut:
Laju energi kalor Q clan perubahan suhu masuk-keluar fluida I dari TI,in sampai
TI.out

beda suhu logaritmik rerata antar fluida-fluida (lmtd) di dalam penukar kalor
diekspresikan oleh persamaan berikut, [2]

,(2)
Apabila jumlah lintasan fluida lebih dari satu (multipass) maka pada persamaan
(2) ini oleh Muller-Bowman digunakan faktor koreksi. [1]
Peristiwa transfer kalor yang teljadi pada penukar kalor adalah sebagai berikut,

A (luas transfer kalor) digunakan untuk menentukan jumlah tube, akan tetapi A
hanya dapat dihitung denganm engasumsni ilai Uo (koefisien transfer
kalor overall) terlebih dahulu. Tahap untuk menghitung kembali Vo dari
koefisien individu sisi-tube clan sisi-shell adalah sebagai berikut
di mana,
Re : Bilangan Reynolds, Pr : Prandtl, k : konduktifitas tennal, d : diameter, fjJ:
koreksi apabila perbedaan suhu-suhu fluid a besar Dari persamaan di atas, Uo
dapat dihitung kembali dengan persamaan berikut ini :

[4]
Rd adalah faktor resistansi yang tergantung dari jenis-jenis fluida yang
digunakan. Faktor resistansi akibat kotoran (fouling) yang terkandung di dalam
penukar kalor (Rdtot) harus diantisipasi sebagai toleransi adanya resistan
kekotoran. Parameter-parameter lain seperti densitas, viskositas, kalor spesifik
clan konduktifitas kalor fluida dapat diambil dari subprogram tersendiri atau
diinput secara manual. Luas permukaan yang diperlukan untuk desain penukar
kalor dapat dihitung ulang berdasarkan harga Uo im Jumlah tube yang diperoleh
berdasarkan luasan transfer kalor keseluruhan (A) dibagi dengan luasan satu
tube (At) yang telah ditentukan pada awal perhitungan adalah,

Jumlah tube clan dimensi-dimensi tube ini dipakai dalam penentuan koefisien ht,
koefisien hs, diameter shell clan rugi-rugi tekanan. Perhitungan-perhitungan ini
cukup akurat bilamana fluida-fluida yang bekerja adalah cairan bukan 2 rasa. [4]

Sumber

1. KERN DQ, "Process Heat Transfer", Chapter 7, International Student


Edition, Mc. Graw Hill Book Co, New York, 1965.
2. PALEN JW, "Diktat Kuliah TK-771", Institut Teknologi Bandung, 1992.
3. BELL K.J, "Heat Exchanger Design Hand-Book (HEDH)", Bab 3, 4 dan
5,Hemisphere Publishing Corp, Washington DC, 1983.
4. COULSON JM RICHARDSON JF "Chemical Engineering Design",
p.548-553, Pergamon Press, New York.

b. Cooling Tower
Kinerja menara pendingin saat ini digunakan untuk mengkaji tingkat approach
dan range terhadap nilai desain, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan
energi dan memberikan saran perbaikan [3]. Selama evaluasi kinerja cooling
tower, peralatan pemantauan yang portable digunakan untuk mengukur evaluasi
kinerja cooling tower. Pemantauan dilaksanakan untuk mengukur parameter-
parameter signifikan berikut ini:
1. Temperatur udara wet bulb
2. Temperatur udara dry bulb
3. Temperatur air masuk menara pendingin
4. Temperatur air keluar menara pendingin
5. Temperatur udara keluar
6. Laju aliran air
7. Laju aliran udara.
Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan
kinerja Menara pendingin dengan beberapa cara yaitu:
a) Range merupakan perbedaan antara suhu air masuk dan keluar Menara
pendingin. Range CT (cooling tower) rumusnya adalah:
Range CT (°C) = [suhu masuk CW (°C) – suhu keluar CW (°C)].
b) Approach merupakan perbedaan antara suhu air dingin keluar Menara
pendingin dan suhu wet bulb ambien.
Approach CT (°C) = [suhu keluar CW (°C) – suhu wet bulb(°C)].
c) Efektivitas. Merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam
persentase), yaitu perbedaan antara suhu masuk air pendingin dan suhu wet bulb
ambien.
Efektivitas CT (%) = 100 x (suhu CW – suhu keluar CW) / (suhu masuk
CW – suhu WB).
d) Kapasitas pendinginan. Merupakan panas yang dibuang dalam kKal/jam atau
TR, sebagai hasil dari kecepatan aliran masa air, panas spesifik dan perbedaan
suhu. Kapasitas pendinginan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.
Q = ṁ.Cp.ΔT.
Sedangkan kapasitas pendinginan spesifik persatuan luas penampang menara
pendingin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Pada rumus kapasitas pendinginan, Q merupakan kapasitas pendinginan (KJ/s), ṁ


adalah debit air (kg/s), Cp adalah kalor jenis air (KJ/kg 0C), ΔT adalah perbedaan
suhu air masuk dan suhu air keluar (0C), dan Atower adalah luas penampang
menara pendingin (m2).
e) Debit air spesifik. Sesuai dengan ukuran luas penampang Menara pendingin
dan debit air, maka dapat dihitung debit air spesifik dengan rumus sebagai
berikut.
ṁsp = ṁ/Atower.
Pada rumus debit air spesifik, ṁsp merupakan debit air spesifik (ℓ/min/m2), ṁ
adalah debit air (ℓ/menit), dan Atower merupakan luas penampang menara
pendingin (m2).
f) Rasio air dengan udara .Nilai rasio air-udara adalah parameter yang sangat
penting dalam pemilihan suatu Menara pendingin, terutama dalam pemilihan
kapasitas fan. Rasio ini merupakan perbandingan antara debit air spesifik yang
hendak didinginkan terhadap debit udara spesifik yang diinduksikan oleh fan
minimum. Rasio air – udara =
g) Kehilangan penguapan. Merupakan jumlah air yang diuapkan untuk tugas
pendinginan. Secara teoritis jumlah penguapan mencapai 1,8 mᶾ untuk setiap
10.000.000 kKal panas yang dibuang. Rumus berikut dapat digunakan (Perry).
Adapun rumus untuk menghitung laju penguapan air ke udara pada suatu menara
pendingin adalah sebagai berikut. Laju penguapan air(ℓ/menit)=

Pada rumus kehilangan penguapan, (ωH2 - ωH1) merupakan selisih antara rasio
kelembaban udara keluar dan masuk menara pendingin (kg uap air / kg udara), V
adalah debit aliran udara (m3/s), ρ densitas air = 0,99285 kg/ℓ, dan v1 merupakan
volume spesifik udara ambien (m3/kg).
h) Perbandingan Liquid/gas (L/G). Laju kalor yang dilepas dari air, dq, sama
dengan laju kalor yang diterima udara.
dq = G dha = L (4,19 kJ/ kg . K.
Pada rumus perbandingan liquid/gas(L/G) dq merupakan laju kalor yang di lepas,
G massa gas, dan L merupakan massa cair.

Sumber

1. Pacific Northwest National Laboratory, 2001. Peralatan Energi


Listrik:Menara Pendingin Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia
http://www.energyefficiencyasia.org/ energyequipment/ee
escoolingtowers.html.
2. Stoecker, W. F., dan Jones, J. W., Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.
Terjemahan Oleh Supratman Hara. 1996. Jakarta: Erlangga

Anda mungkin juga menyukai