Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

HUBUNGAN AGAMA DAN STRATIFIKASI SOSIAL

Mata Kuliah : Sosiologi Agama


Dosen Pengampu : Dr. Rukmina Gonibala, M.Si.

Disusun oleh :

Mafazah Pratiwi Karim (1923045)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM D

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO

2021
PEMBAHASAN

A. AGAMA DAN PANDANGAN SOSIAL


Dalam kajian sosiologis agama diartikan sebagai gejala sosial yang umum dan
dimiliki oleh seluruh masyarakat yang ada di dunia ini, tanpa terkecuali. Ia merupakan
salah satu aspek dalam kehidupan sosial dan bagian dari sistem sosial suatu
masyarakat. Agama juga bisa dilihat sebagai unsur dari kebudayaan suatu masyarakat
disamping unsur-unsur lainnya. Meskipun agama berkaitan dengan berbagai
kewajiban, ketundukan, dan kepatuhan, tetapi tidak setiap ketaatan itu bisa disebut
agama, bergantung pada siapa ketaatan itu diperuntukkan dan atas dasar motivasi apa
ketaatan itu dilaksanakan. Ketaatan dan kepatuhan pihak yang kalah perang kepada
pihak yang menang perang, ketaatan rakyat terhadap pemimpinnya tidak bisa disebut
agama dalam kacamata keilmuan. Berdasarkan hasil studi para ahli sosisologi, dapat
diketahui bahwa agama merupakan suatu pandangan hidup yang harus diterapkan
dalam kehidupan individu ataupun kelompok. Keduanya mempunyai hubungan saling
mempengaruhi dan saling bergantung dengan semua faktor yang ikut membentuk
struktur sosial di masyarakat mana pun.
Ada empat unsur agama yaitu:
a) Pengakuan bahwa ada kekuatan gaib yang menguasai atau mempengaruhi
kehidupan manusia.
b) Keyakinan bahwa keselamatan hidup manusia tergantung pada adanya
hubungan baik antara manuasia dan kekuatan gaib itu.
c) Sikap emosional pada hati manusia terdapat kekuatan gaib itu, seperti sikap
takut, hormat, cinta, penuh harapan, pasrah.
d) Tingkah laku tertentu yang dapat diamati seperti sholat, doa, puasa, suka
menolong, tidak korupsi
B. STRATIFIKASI SOSIAL
Stratifikasi sosial merupakan pembedaan masyarakat ke dalam kelas yang
tersusun secara bertingkat. Stratifikasi sosial juga sering disebut sebagai pelapisan
sosial. Pelapisan sosial terjadi karena ada sesuatu yang dihargai lebih atas penilaian
kelompok, seperti kekayaan, kekuasaan, keturunan (kehormatan) dan ilmu
pengetahuan (pendidikan). Stratifikasi sosial juga dapat dianggap sebagai pembedaan
sosial yang bersifat vertikal karena adanya pelapisan ke dalam kelas-kelas tertentu
yang dianggap lebih tinggi. Selo Soemardjan (1964), seorang tokoh sosiologi
Indonesia, menyatakan bahwa hal yang mewujudkan unsur-unsur dalam teorisosiologi
tentang sistem berlapis lapis dalam masyarakat, adalah kedudukan (status) dan
peranan (role) ; kedudukan dan peranan ini kecuali merupakan unsur-unsur baku
dalam sistem berlapis-lapis, juga mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial
masyarakat; Ralph Linton (1967) mengartikan sistem sosial itu sebagai pola-pola
yang mengatur hubungan timbal balik antar individu dalam masyarakat dan antar
individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku individu-individu tersebut. Dalam
hubungan-hubungan timbal balik tersebut, kedudukan dan peranan individu
mempunyai arti yang penting, karena keberlangsungan hidup masyarakat tergantung
daripada keseimbangan kepentingan kepentingan individu termaksud. Dalam teori
sosiologi, unsur-unsur sistem stratifikasi sosial dalam masyarakat adalah:
1) Kedudukan (status), sering kali dibedakan dengan kedudukan sosial (social
status). Kedudukan adalah sebagai tempat  atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok sosial. Status seseorang biasanya mempunyai dua aspek yaitu aspek
strukturan dan aspek fungsional.

Dalam masyarakat, sekurangnya ada tiga macam kedudukan, yaitu Ascribed Status,
Achievel Status dan Assigned Status.

2)   Peranan (role) merupakan aspek dinamis dari kedudukan, dimana apabila


seseorang melaksanakan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka orang itu telah menjalankan suatu peran. Peranan dan
kedudukan itu saling melengkapi, kedua-duanya tidak dapat dipisahkan, oleh
karena yang satu tergantung pada yang lain dan demikian sebaliknya. Yang
membedakan dari keduanya adalah menyangkut proses, harus ada kedudukan
terlebih dahulu baru kemudian ada peranan, keadaan ini tidak bisa terbalik. Status
seseorang individu dalam masyarakat dapat dilihat dari dua aspek, yakni Aspek
statis dan Aspek Dinamis

a) Sifat stratifikasi sosial yaitu Stratifikasi terbuka dan Stratifikasi tertutup


b) Penentuan Strata yaitu Ukuran kekayaan , Ukuran kekuasaan, Ukuran kehormatan
dan Ukuran ilmu pengetahuan
C. AGAMA DAN STRATIFIKASI SOSIAL
Agama dan pelapisan sosial adalah dua hal yang berbeda. Namun agama dan
masyarakat adalah dua unsur yang saling mempengaruhi satu sama lain. Agama di
definisikan sebagai sistem kepercayaan yang di dalamnya meliputi aspek-aspek
hukum, moral, budaya dan sebagainya. Sedangkan lapisan sosial dipahami sebagai
strata orang-orang yang berkedudukan sama dalam rangkaian status sosial. Memang
tidak mudah untuk dapat menentukan jumlah kelas sosial yang ada di masyarakat.
Namun beberapa ahli menyimpulkan bahwa ada enam pembagian kelas sosial di
masyarakat, yaitu: upper-upper class, lower-upper class, upper-middle class, lower-
middle class, upper-lower class, dan lower-lower class. Klasifikasi di atas tentu tidak
berlaku secara umum di semua masyarakat. Sebab setiap kota ataupun desa masing-
masing memiliki karakteristik yang berbeda. Manusia sering tidak sengaja dan tanpa
sadar mengklasifikasikan orang lain ke dalam suatu kelas sosial, dan yang paling
sering dijadikan patokan adalah status ia sendiri sebagai anggota masyarakat.
Misalnya menialai seseorang sederajat, lebih tinggi atau lebih rendah darinya.Selain
itu sejumlah orang menganggap orang-orang tertentu memiliki karakteristik perilaku
tertentu yang pada gilirannya menciptakan kelas sosial.
Di Amerika sekalipun yang sering dijadikan contoh Negara paling demokratis,
hubungan antara agama dan kelas sosial tetap signifikan.Maksudnya karena tidak ada
gereja Negara sebagai pemersatu agama mudah merembes ke dalam kelas-kelas
sosial, sebagaimana dikemukakan Demmerath bahwa kegerejaan mencerminkan
pengaruh sosial.Lebih lanjut dia memberi contoh bahwa agama di Amerika,
khususnya Protetanisme secara umum dilihat sebagai kegiatan masyarakat kelas atas
atau menengah.Terdapat tiga indikator yang mendukung pernyataan diatas, yaitu
keanggotaan gereja, kehadiran dalam acara peribadatan gereja, dan keikutsertaan
dalam kegiatan-kegiatan resmi gereja.Dalam setiap unsur tadi, orang-orang yang
berstatus tinggi tampaknya lebih dalam keterlibatannya daripada yang berstatus
rendah.
Hubungan lain dari agama dan stratifikasi sosial adalah konversi, atau beralih
agama., dari agama tertentu kepada agama lain. Ada beberapa faktor yang
menyebabkan seorang pindah agama, antara lain faktor ekonomi dan lingkungan
sosial. Ernest Troeltsch mengungkapkan bahwa sebagian besar yang beralih ke agama
Kristen berasal dari kelas menengah bawah yang hidup di kota-kota besar, yang
menikmati peningkatan ekonomi yang terjadi secara lamban pada waktu itu.
DAFTAR PUSTAKA

Hartomo dan arnicun aziz, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008. Hlm.201.
Syarif Moeis judul struktur sosial : startifikasi sosial, Bandung Jurusan Pendidikan Sejarah
FPIPS UPI Bandung,2008. Hlm. 10.
 Hartomo dan arnicun aziz, Ilmu Sosial Dasar, Jakarta : PT Bumi Aksara, 2008. Hlm.155.

Anda mungkin juga menyukai