Anda di halaman 1dari 7

A.

PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan
Angka Kematian Ibu melalui:
1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan
2. Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan
nifas.
3. Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas.
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe
abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu,
Keluarga Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan
“Empat Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak).
Mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat, upaya yang diselengggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan.
Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5 Upaya Kesehatan Masyarakat
Esensial yaitu pelayanan promosi kesehatan; pelayanan kesehatan lingkungan;
pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan
pencegahan dan pengendalian penyakit. Begitu pula untuk di Rumah Sakit, menurut
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan
Rumah Sakit, pelayanan KB merupakan pelayanan medik umum yang harus ada di RS.
Dapat disimpulkan, pelayanan KB merupakan:
1. Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik umum di
Rumah Sakit
2. Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan cerdas
3. Upaya pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
4. Memenuhi hak reproduksi klien.
Pelayanan keberlanjutan (Continuum of Care) dalam pelayanan KB, meliputi pendidikan
kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada
ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan
pelayanan KB interval.
Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015, salah satu strateginya
adalah peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB melalui
pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling secara sistematis
dengan salah satu program utama adalah memastikan seluruh penduduk mampu menjangkau
dan mendapatkan pelayanan KB.
Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam pelayanan
KB. Pengertian komunikasi adalah penyampaian pesan secara langsung/tidak langsung
melalui saluran komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan suatu efek.
Dalam bidang kesehatan kita mengenal komunikasi kesehatan yaitu usaha sistematis
untuk mempengaruhi perilaku positif masyarakat, dengan menggunakan prinsip dan
metode komunikasi baik menggunakan komunikasi individu maupun komunikasi massa.
Sementara informasi adalah keterangan, gagasan maupun kenyataan yang perlu
diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan) dan edukasi adalah proses perubahan
perilaku ke arah yang positif.
Proses yang diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling. Melalui konseling
pemberian pelayanan membantu klien memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk
terus menggunakan cara tersebut dengan benar. Konseling adalah proses pertukaran
informasi dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali
kebutuhannya, memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai
dengan kondisi yang sedang dihadapi. Pelayanan konseling KB memegang peranan yang
sangat penting, oleh karena itu untuk meningkatkan keberhasilan konseling KB dapat
digunakan media KIE dengan menggunakan lembar balik Alat Bantu Pengambilan
Keputusan (ABPK) - KB. Konseling KB dapat dilaksanakan bagi wanita dan pasangan
usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
Nasional dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan
Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa Pelayanan KB merupakan salah satu manfaat
promotif dan preventif. Selama masa transisi menuju universal health coverage pada
tahun 2019, maka pelayanan KB bagi penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta
program JKN, dapat dibiayai dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pelayanan
KB yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi
termasuk komplikasi KB bekerjasama dengan lembaga yang membidangi keluarga
berencana.
Mengacu pada Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, dalam
rangka meningkatkan aksesibilitas pelayanan, Puskesmas didukung oleh jaringan
pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan
Puskesmas terdiri atas Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan
desa.Sementara Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan terdiri atas klinik, rumah
sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.
Sesuai dengan Permenkes Nomor 71 tahun 2013, tentang pelayanan kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional dinyatakan bahwa penyelenggara pelayanan kesehatan
meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Berdasarkan cara pembayaran dalam JKN, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Pelayanan KB
tersebut dilaksanakan secara berjenjang di:
1. FKTP meliputi:
- pelayanan konseling;
- kontrasepsi dasar (pil, suntik, IUD dan implant, kondom);
- serta pelayanan Metode Operasi Pria (MOP)
- penanganan efek samping dan komplikasi ringan-sedang akibat penggunaan
kontrasepsi;
- merujuk pelayanan yang tidak dapat ditangani di FKTP.
2. FKRTL meliputi :
- pelayanan konseling;
- pelayanan kontrasepsi IUD dan implan
- Metode Operasi Wanita (MOW)
- Metode Operasi Pria (MOP).

B. FASILITAS PELAYANAN KELUARGA BERENCANA


Untuk wilayah yang tidak mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan, terdapat
pelayanan yang dilaksanakan secara mobile atau bergerak oleh BKKBN. Pembiayaan
pelayanan kontrasepsi bergerak ini di luar skema JKN. Pelayanan KB bergerak ini
tetap harus memperhatikan standar dan kualitas pelayanan, sehingga kejadian efek
samping dan komplikasi dapat dikurangi. Selain itu untuk kecamatan yang tidak ada
tenaga dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kab/kota setempat, BPJS
Kesehatan dapat bekerjasama dengan praktik bidan, dengan persyaratan praktik bidan
tersebut harus membuat perjanjian kerjasama dengan dokter atau Puskesmas
pembinanya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan no 28 tahun 2017 tentang ijin dan
penyelenggaraan praktik bidan, maka bidan dalam menjalankan praktik, berwenang
untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduski perempuan
dan keluarga berencana meliputi :
- Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana;
- Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Selain kewenangan tersebut, terdapat juga kewenangan bidan yang menjalankan program
Pemerintah yaitu :
- Pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR/ IUD, dan memberikan pelayanan AKBK
/implan
- Pelayanan AKDR dan AKBK dilakukan oleh bidan terlatih
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat
melakukan kewenangan pelayanan kesehatan dengan syarat:
- Daerah yang tidak memiliki dokter ditetapkan oleh Kadinkes Kab/ Kota
- Bidan dengan pendidikan D3 Kebidanan atau Bidan yang telah terlatih

Bidan Praktek Mandiri yang menjadi jejaring Puskesmas harus terdaftar di Dinas
Kesehatan dan di BKKBN melalui SKPD KB/ BKKBD agar mendapat distribusi alat dan
obat kontrasepsi. Penyelenggaraan pelayanan KB dalam JKN tetap memperhatikan mutu
pelayanan dan berorientasi pada aspek keamanan pasien, efektifitas tindakan,
kesesuaian dengan kebutuhan pasien serta efisiensi biaya. Pengaturan pembiayaan
pelayanan KB sudah diatur dengan Permenkes Nomor 59 tahun 2014 tentang standar
tarif pelayanan kesehatan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan. Namun untuk
prosedur pembiayaan untuk klien diluar peserta JKN, mengacu pada Peraturan Daerah
masing-masing
PENGGUNAAN KONTRASEPSI MENURUT UMUR
a. Umur ibu kurang dari 20 tahun:
1) Penggunaan prioritas kontrasepsi pil oral.
2) Penggunaan kondom kurang menguntungkan, karena pasangan muda frekuensi
bersenggama tinggi sehingga akan mempunyai kegagalan tinggi.
3) Bagi yang belum mempunyai anak, AKDR kurang dianjurkan.
4) Umur di bawah 20 tahun sebaiknya tidak mempunyai anak dulu.

b. Umur ibu antara 20–30 tahun


1) Merupakan usia yang terbaik untuk mengandung dan melahirkan.
2) Segera setelah anak pertama lahir, dianjurkan untuk memakai spiral sebagai
pilihan utama. Pilihan kedua adalah norplant atau pil.
c. Umur ibu di atas 30 tahun
1) Pilihan utama menggunakan kontrasepsi spiral atau norplant. Kondom bisa
merupakan pilihan kedua.
2) Dalam kondisi darurat, metode mantap dengan cara operasi (sterlilisasi) dapat
dipakai dan relatif lebih baik dibandingkan dengan spiral, kondom, maupun pil dalam
arti mencegah
Pengertian KB
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No. 10 Tahun 1992 ( tentang
perkembangan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah Upaya peningkatan
kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),
pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan nasional
dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan
produksi nasional.
Beberapa kesimpulan pengertian Program KB adalah :
a. Upaya peningkatkan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Undang-undang No. 10/1992).
b Keluarga Berencana (Family Planning, Planned Parenthood) :
suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan
memakai kontrasepsi.
c. WHO (Expert Committe, 1970), tindakan yg membantu
individu/ pasutri untuk: Mendapatkan objektif-obketif tertentu, menghindari
kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur
interval diantara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga.
2. Tujuan Program KB
a. Tujuan umum 5 tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi
misi Program KB adalah membangun kembali dan melestarikan kembali pondasi yang
kokoh bagi pelaksana program KB dimasa mendatang untuk mencapai keluarga
berkualitas 2015.
b. Tujuan Utama Program KB Nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat
akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat /
angka kematian ibu, bayi dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi
dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas.
c. Kesimpulan dari tujuan program KB adalah: Memperbaiki kesehatan dan
kesejahteraan ibu, anak, keluarga dan bangsa; Mengurangi angka kelahiran untuk
menaikkan taraf hidup rakyat dan bangsa; Memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan KR yang berkualitas, termasuk upaya-upaya menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
Tujuan KB berdasarkan RENSTRA 2005-2009 meliputi:
a. Keluarga dengan anak ideal
b. Keluarga sehat
c. Keluarga berpendidikan
d. Keluarga sejahtera
e. Keluarga berketahanan
f. Keluarga yang terpenuhi hak-hak reproduksinya
g. Penduduk tumbuh seimbang (PTS)
3. Sasaran Program KB
Sasaran Program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung , tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah
Pasangan Usia Subur yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya
adalah pelaksanan dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai
keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera. Sasaran Program KB tertuang dalam
RPJMN 2004-2009 yang meliputi:
a. Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk menjadi sekitar 1,14 persen
per tahun.
b. Menurunnya angka kelahiran total (TFR) menjadi sekitar 2,2 per perempuan.
c. Menurunnya PUS yang tidak ingin punya anak lagi dan ingin menjarangkan
kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi (unmet need)
menjadi 6 persen.
d. Meningkatnya pesertaKB laki-laki menjadi 4,5persen.
e. Meningkatnya penggunaan metode kontrasepsi yang rasional, efektif, dan
efisien.
f. Meningkatnya rata-rata usia perkawinan pertama perempuan menjadi 21 tahun.
g. Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak.
h. Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera-1 yang aktif
dalam usaha ekonomi produktif.
i. Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan
Program KB Nasional.
4. Ruang Lingkup KB
Ruang lingkup KB antara lain:
a. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
b. Konseling
c. Pelayanan Kontrasepsi
d. Pelayanan Infertilitas
e. Pendidikan SEX
f. Konsultasi Pra Perkawinan dan Konsultasi perkawinan
g. Konsultasi Genetik
h. Tes Keganasan
i. Adopsi

5. Strategi Program KB
Strategi program KB terbagi dalam dua hal yaitu:
a. Strategi dasar
Lima grand strategi (strategi dasar) yang merupakan program utama dalam
mensukseskan Keluarga Berencana Nasional guna mewujudkan keluarga kecil bahagia
sejahtera.
1) menggerakkan dan memberdayakan seluruh
masyarakat dalam program KB,
2) menata kembali pengelolaan KB,
3) memperkuat sumber daya manusia operasional
program KB,
4) meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan
keluarga melalui pelayanan KB
5) meningkatkan pembiayaan program KB.
Untuk menggerakkan dan memberdayakan seluruh masyarakat dalam program KB haruslah
tokoh masyarakat dan tokoh agama aktif pada setiap desa serta pelayanan KB
berkualitas disetiap desa atau kelurahan tertinggal dan terpencil serta di
perbatasan, memberikan promosi dan konseling kesehatan reproduksi.
Program KB yang terintegrasi dengan outcome yang jelas, sitem informasi yang up to
date, fasilitas, advokasi dan supervise dari Pusat untuk daerah, jejaring kerja
yang aktif dengan mitra kerja serta adanya dukungan pemda dengan membuat perda ini
semua merupakan bentuk menata kembali pengelolaan KB.
Memperkuat SDM operasinal KB dengan mengelola KB untuk setiap kecamatan serta
petugas KB dengan jumlah yang memadai dengan kompetensi yang baik dan petugas
lapangan KB maupun petugas KB terlatih untuk setiap desa atau kelurahan.
Meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui KB untuk seluruh keluarga
dengan balita, aktif jadi anggota badab KB, pra keluarga sejahtera anggota unit
pembinaan dan peningkatan keluarga sejahtera punya usaha ekonomi produktif,
kelompok percontohan bina keluarha remaja untuk setiap kecamatan serta bina
lingkungan keluarga untuk kabupaten/kota.
Sedangkan untuk meningkatkan pembiayaan program KB dengan memprioritaskan
peanggaran dari pusat ke daerah, sistem pembiayaan terutama bagi rakyat miskin
serta alat/obat kontrasepsi dengan harga terjangkau disetiap kecamatan.
b. Strategi operasional
1. Peningkatan kapasitas sistem pelayanan Program KB
Nasional
2. Peningkatan kualitas dan prioritas program
3. Penggalangan dan pemantapan komitmen
4. Dukungan regulasi dan kebijakan
5. Pemantauan, evaluasi, dan akuntabilitas pelayanan
c. Strategi Tiga Dimensi dibagi dalam Tiga tahap pengelolaan Program KB sebagi
berikut :
1. Tahap perluasan jangkauan
Program difokuskan kepada sasaran :
a) Coverage Wilayah adalah penggarapan wilayah program KB lebih diutamakan pada
penggarapan wilayah potensial seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
b) Coverage Khalayak mengarah pada upaya menjadi akseptor KB sebanyak –
banyaknya. Pada tahap ini pendekatan pelayanan KB didasrkan pada pendekatan klinik.
2. Tahap Pelembagaan
Pada Tahap ini untuk mengantisipasi wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh
Indonesia. sedangkan tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang
menolak oleh sebab itu pendekatan Program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra
dan Kukesra
3. Tahap Pembudayaan Program KB
Pada tahap convorage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh indonesia,
sedangkan tahap converege khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh
sebab itu pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.
6. Program Keluarga Berencanan
a. Program Keluarga Berencana
1) Pengembangan kebijakan tentang pelayanan KB,
KIE peran serta masyarakat dalam KB dan kespro
2) Peningkatan akses dan pelayanan KB dan kespro
3) Peningkatan penggunaan kontrasepsi yang
efektifdan efisien
4) Penyediaan alat, obat dan cara kontrasepsi
dengan memprioritaskan keluarga miskin
5) Penyelenggaraan promosi dan pemenuhan hak-hak
kespro termasuk KIE dan konseling.
b. Program Kesehatan Reproduksi Remaja
1) Pengembangan kebijakan pelayanan KRR bagi
remaja
2) Penyelenggaraan promosi KRR, pemahaman dan
pencegahan dan bahaya NAPZA, termasuk KIE dan konseling bagi masyarakat, keluarga
dan remaja
3) Penguatan dukungan dan partisipasi masyarakat
terhadap penyelenggaraan program KRR yang mandiri.
c. Program Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga
1) Pengembangan dan memantapkan ketahanan dan
pemberdayaan keluarga
2) Penyelenggaraan advokasi, KIE dan konseling
bagi keluarga
3) Pengembangan pengetahuan dan keterampilan
kewirausahaan melalui pelatihan teknis
4) Pengembangan cakupan dan kualitas UPPKS
5) Pengembangan cakupan dan kualitas kelompok
binakeluarga bagi keluarga dengan balita, remaja dan lanjut usia.
d. Penguatan Pelembagaan Keluarga Kecil Berkualitas
1) Pengembangan sistem pengelolaan dan informasi
(personil, sarana dan prasarana) untuk mendukung keterpaduan program
2) Peningkatan kemampuan tenaga lapangan dan
kemandirian kelembagaan KB yang berbasis masyarakat
3) Pengelolaan data dan informasi keluarga
berbasis data mikro
4) Pengkajian dan pengembangan serta pembinaan
dan supervise pelaksanaan program
7. Dampak Program KB Terhadap Pencegahan Kelahiran
Program keluarga berencana memberikan dampak, yaitu :
a. Penurunan angka kematian ibu dan anak;
b. Penanggulangan masalah kesehatan reproduksi;
c. Peningkatan kesejahteraan keluarga; Peningkatan derajat kesehatan;
d. Peningkatan mutu dan layanan KB-KR;
e. Peningkatan sistem pengelolaan dan kapasitas SDM;
f. Pelaksanaan tugas pimpinan dan fungsi manajemen dalam penyelenggaraan
kenegaraan dan pemerintahan berjalan lancar.
8. Hak – Hak Konsumen KB
a. Hak atas informasi
Hak untuk mengetahui segala manfaat dan keterbatasan pilihan metode perencanaan
keluarga.
b. Hak Akses
Hak memperoleh pelayanan tanpa membedakan jenis kelamin, agama dan kepercayaan,
suku, status sosial, status perkawinan dan lokasi.
c. Hak Pilihan
Hak untuk memutuskan secara bebas tanpa paksan dalam memilih dan menerapkan metode
KB
d. Hak Keamanan
Hak untuk memperoleh pelayanan yang aman dan efektif
e. Hak Privasi
Setiap konsumen KB berhak untuk mendapatkan privasi atau bebas dari gangguan atau
capur tangan orang lain dalam konseling dan pelayanan KB.
f. Hak Kerahasiaan
Hak mendapatkan jaminan bahwa informasi pribadi yang diberikan akan dirahasiakan.
g. Hak Harkat
Hak untuk mendapatkan pelayanan secara manusiawi, penuh penghargaan dan perhatian.
h. Hak Kenyamanan
Setiap Konsumen KB berhak untuk memperoleh kenyamann dalam pelayanan
i. Hak Berpendapat
Hak untuk menyatakan pendapat secara bebas terhadap pelayanan yang ditawarkan.
j. Hak Keberlangsuangan
Hak untuk mendapatkan jaminan ketersediaan metode KB secara lengakap dan pelayanan
yang berkesinambuangan selama diperlukan.
k. Hak ganti Rugi
Hak untuk mendapatkan ganti rugi apabila terjadi pelanggaran terhadap hak konsumen
9. Macam – Macam Metode Kontrasepsi yang Ada Dalam Program KB di Indonesia
a. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2 yaitu metode kontrasepsi sederhana
tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat.
Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain : Metode Amenrhoe Laktasi, Coitus
Interuptus, Metode Kalender, Metode Lendir serviks (MOB), Metode suhu basal badan
dan siptotermal yaitu perpaduan antara suhu badan dan lendir serviks. sedangkan
metode kontrasepsi dengan alat yaitu Kondom, diagfragma, cup serviks dan
spermisida.
b. Metode Kontrasepsi Hormonal
Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu kombinasi
( progesteron dan estrogen sintetik) dan yang hanyan berisi progesteron saja.
Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada Pil, suntikan sedangkan kontrasepsi
yang hanya ada progesteronnya terdapat pada PIL, suntik dan Implant.
c. Metode Kontrasepsi Dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
Metode ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu AKDR yang mengandung Hormon
dan yang tidak mengandung Hormon.
d. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode Kontap terdiri dari 2 macam yaitu MOP / MOW sering dikenal dengan tubektomi
karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba sehingga
mencegah pertemuan antara ovum dan sprema sedangkan MOP sering dikenal dengan
Vasektomi yang memotong atau mengikat saluran vas deferens sehingga cairan sperma
tidak diejakulasi.
e. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode kontrasepsi yang dipakai dalam kondisi darurat ada 2 macam yaitu Pil dan
AKDR

Anda mungkin juga menyukai