Anda di halaman 1dari 19

i

LATAR BELAKANG

(1)
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu target pembangunan. Upaya
menurunkan AKI (hamil, melahirkan, dan nifas) sangat dibutuhkan pelayanan Ante Natal
Care (ANC) yang berkualitas sesuai standar kebijakan Pemerintah, yaitu sekurang-
kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada
trimester kedua, dan 2 kali pada trimester ketiga.(2)

ANC merupakan program terencana berupa observasi, edukasi, dan penanganan medik
pada ibu hamil, dengan tujuan: menjaga agar ibu sehat selama kehamilan; persalinan, dan
nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat; proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan; memantau kemungkinan adanya risiko-risiko kehamilan;
merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan risiko tinggi; dan
menurunkan morbilitas dan mortalitas ibu dan janin perinatal.(3)

Menurut Depkes RI tenaga yang berkompeten memberikan pelayanan ANC adalah dokter
spesialis kebidanan, dokter, bidan, dan perawat.(4) Bidan dengan dasar keilmuan yang
dimilikinya dapat melakukan tugasnya secara mandiri atau kelompok dalam bidang
kesehatan untuk kesejahteraan ibu, anak, dan keluarga.(5) Pelayanan yang diberikan
dalam kunjungan ANC dengan standar 10 T, yaitu : Timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, Tekanan darah, Tentukan / nilai status gizi (ukur LiLA), Tinggi fundus uterus,
Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin, Tetanus toxoid, Tablet besi, Tes
laboratorium (Rutin dan Khusus), Tatalaksana kasus, Temu wicara atau Konseling
(termasuk P4K, KB pascasalin, Tempat pelayanan antenatal care, Tanda bahaya
kehamilan, tanda-tanda persalinan, nasehat untuk ibu selama hamil, dan lain-lain). (6)
Cakupan K1 ANC memperlihatkan akses pelayanan kesehatan dan tingkat kepatuhan ibu
hamil dalam memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan, dan cakupan K4 ANC
memperlihatkan kinerja persentase ibu hamil mendapat pelayanan ANC.(1)

Cakupan K1 dan K4 di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun dan sudah
mencapai target program Menurut data Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat
pencapaian K1 dan K4 pada tahun 2011 juga sudah melebihi target program.(1)
Pencapaian K1 Kota Padang juga sudah melebihi dari target (95%) dan mengalami
peningkatan setiap tahunnya. Untuk Cakupan K4 Kota di Padang juga mengalami
ii

peningkatan, dan melebihi target pencapaian 91%. Pada tahun 2012, dari 20 Puskesmas
di Kota Padang tercatat Puskesmas Pegambiran merupakan wilayah kerja dengan
pencapaian K4 terendah yaitu 76,9%.(7) Cakupan K4 di Puskesmas Pegambiran dalam
tiga tahun terakhir mengalami penurunan yaitu pada tahun 2009 sebesar 95,06%, tahun
2010 sebesar 89,86%, tahun 2011 sebesar 76,9 %, dan tahun 2012 pencapaianya adalah
79,5%.(8) Hal ini mengalami kesenjangan dari target yang ditetapkan oleh Dinas
Kesehatan Kota Padang tahun 2011 yaitu 91% dan tahun 2012 yaitu 92%.(7) Rendahnya
cakupan K4 di wilayah kerja Puskesmas Pegambiran ini terkait dengan teori tentang
perilaku yang dikemukakan oleh WHO.

Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku manusia seperti thoughts and
feelings (tingkat pengetahuan, kepercayaan, sikap, persepsi), reference group (kepala
desa, alim ulama, keluarga, tenaga kesehatan), resources (fasilitas,uang, waktu dan
tenaga), dan way of life (kebiasaan dan nilai-nilai).(9)

Berdasarkan hasil penelitian Rosnidar, terdapat hubungan faktor pendidikan, tingkat


pengetahuan, sikap, dan persepsi dengan kunjungan K4 ibu hamil.(10) Menurut Lisa
Indrian Dini (2012) terdapat hubungan faktor tingkat pendidikan, sikap, kepercayaan,
status ekonomi, dukungan keluarga, dan akses terhadap pelayanan kesehatan dengan
Pemanfaatan Pelayanan ANC Oleh Ibu Hamil.(11) Menurut Masrianto terdapat hubungan
sikap ibu hamil terhadap kunjungan pelayanan ANC, Menurut Watti terdapat hubungan
pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ANC terhadap pelaksanaan K4(13). dan
Menurut Agustini, terdapat separuh responden memiliki dukungan keluarga yang tinggi
melaksanakan ANC.(14)

Berdasarkan survey awal yang peneliti lakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Pegam103
Fitrayeni, Suryati, Faranti | Penyebab rendahnya kelengkapan kunjungan antenatal care
ibu hamil biran diperoleh informasi dari 10 orang ibu hamil, 4 di antaranya rutin
melakukan pemeriksaan ANC tiap bulan ke bidan dan Puskesmas, dan 6 orang
memeriksakan kehamilan jika ada keluhan saja, tidak teratur, tidak mengetahui standar
kunjungan pelayanan ANC yang benar, dan kontak pertama dengan tenaga kesehatan
pada awal trimester dua dengan alasan tidak tahu bahwa dirinya hamil, malas ke
pelayanan kesehatan sebelum yakin dirinya hamil, karena menurut mereka takut untuk
cepat mengambil kesimpulan dirinya hamil sebelum merasa yakin benar-benar hamil
seperti kehamilannya sudah mulai terlihat dan cukup besar.
iii

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tentang Penyebab
rendahnya kelengkapan kunjungan antenatal care ibu hamil di wilayah kerja Puskesmas
Pegambiran.

TELAAH PUSTAKA

Pengertian ANC
Antenatal Care (ANC) atau pelayanan asuhan antenatal adalah pemeriksaan
kehamilan yang diberikan oleh bidan atau dokter kepada ibu selama masa
kehamilan untuk mengoptimalisasikan kesehatan mental dan fisik ibu hamil,
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan ASI, dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar (Manuaba, 1998).

Antenatal Care : Perawatan sebelum masa persalinan atau perawatan pada ibu
hamil (Ibrahim Cristina. S, 1993 : 49).

Antenatal Care : Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan ibu


dan janin secara berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap
penyimpangan yang ditemukan (Mochtar, 1998 : 48).

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk


memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan (Pedoman Pelayanan Antenatal
di Tingkat Pelayanan Dasar, 2004 : 1).

Pengawasan antenatal adalah pengawasan sebelum persalinan terutama untuk


ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim (Manuaba,
2002 : 129).

Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk


memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap kegawatan yang ditemukan (Depkes RI, 2004 : 12).
iv

Pelayanan atau asuhan merupakan cara untuk memonitor dan mendukung


kesehatan ibu hamil dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal
(Prawirohardjo, 2000 : 89).

Salah satu fungsi terpenting dari perawatan antenatal adalah untuk memberikan
saran dan informasi pada seorang wanita mengenai tempat kelahiran yang tepat
sesuai dengan kondisi dan status kesehatannya. Perawatan antenatal juga
merupakan suatu kesempatan untuk menginformasikan kepada para wanita
mengenai tanda – tanda bahaya dan gejala yang memerlukan bantuan segera dari
petugas kesehatan (WHO, 2004 : 8).

TUJUAN ANTENATAL CARE (ANC)


Menyiapkan seoptimal mungkin fisik, mental ibu dan janin selama kehamilan,
persalinan dan nifas sehingga didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar,
1998 : 47).
Tujuan Khusus
1. Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai
dalam kehamilan, persalinan dan nifas.
2. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini
mungkin.
3. Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
4. Memberikan nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan Keluarga
Berencana, kehamilan persalinan, nifas dan laktasi (Mochtar, 1998 : 48).

Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir


dengan:
1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma
fisik maupun mental yang merugikan.
2. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental.
3. Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya.
v

4. Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga
berencana setelah kelahiran bayinya (Poedji Rochjati, 2003 : 41).

MANFAAT ANTENATAL CARE (ANC)


Banyak manfaat yang bisa diperoleh Ibu Hamil melalui Pelaksanaan ANC.
Manfaat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memastikan kehamilan melalui alat konvensional atau yang modern
seperti ultrasonografi (USG), bidan atau dokter akan memastikan
kehamilan.
2. Memastikan apakah kehamilan berada di rahim.
3. Posisi kehamilan perlu diketahui sedini mungkin dengan USG, agar bila
terjadi sesuatu dapat dilakukan tindakan sedini mungkin.
4. Mengetahui usia kehamilan yang berguna untuk memperkirakan kapan
prediksi kelahiran.
5. Mengetahui perkembangan janin karena perkembangan janin dalam
kandungan merupakan salah satu faktor penentu perkembangan mental
intelektual selanjutnya.
6. Meneropong kelainan selama kehamilan sehingga jika dicurigai ada
kelainan janin, dapat dilakukan upaya seperti amniocenesis, yakni
mengambil cairan ketuban (amnion) dan menganalisa kromosomnya.
7. Mengetahui posisi bayi. Dalam hal ini, dokter atau bidan dapat mengetahui
posisi janin, terutama pada trimester 3. Misalnya bayi sungsang atau
melintang. Tujuannya agar ibu dan bayi mendapat pertolongan yang tepat
ketika waktu persalinan tiba.
8. Mengetahui apa saja penyakit kehamilan. Seiring bertambahnya usia
kehamilan, beban organ tubuh ibu akan semakin bertambah. Beberapa
gangguan yang mungkin muncul antara lain: Kadar hemoglobin (Hb)
rendah, Diabetes gestasional , Pre-eklampsia/ eclampsia
9. Tanda bahaya pada kehamilan misalnya Perdarahan vaginal, bengkak
muka atau jari, nyeri kepala berat atau lama, penglihatan kabur, muntah
vi

terus-terusan, demam, nyeri waktu kencing, keluar cairan banyak dari


vagina, gerak anak bertambah atau hilang.

JADWAL PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE

Jadwal dalam melakukan pemeriksaan Antenatal Care sebanyak 12 – 13 kali


selama kehamilan. Di negara berkembang pemeriksaan Antenatal Care dilakukan
sebanyak 4 kali sudah cukup sebagai kasus tercatat.
Pemeriksaan pertama dilaksanakan segera setelah diketahui terlambat haidnya
satu bulan.
Pemeriksaan ulang setiap dua minggu sampai umur kehamilan delapan bulan.
Pemeriksaan ulang setiap minggu sesudah umur kehamilan delapan bulan sampai
terjadinya persalinan.
Kunjungan Antenatal Care sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan yaitu
trimester pertama 1 kali (sebelum 14 minggu), trimester kedua 1 kali (antara
minggu 14-28) dan trimester ketiga 2 kali (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36).
Kunjungan antenatal care ( ANC ) sebaiknya dilakukan 4 kali selama kehamilan,
yaitu :

1. Satu kali pada trimester pertama, yaitu :


a. Membina hubungan saling percaya antara bidan dan ibu sehingga
suatu mata rantai penyelamatan jiwa telah terbina jika diperlukan.
b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati sebelum menjadi bersifat
mengancam jiwa.
c. Mencegah masalah, seperti tetanus neonatorum, anemia defisiensi
zat besi, penggunaan praktek tradisional yang merugikan.
d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi.
e. Mendorong prilaku yang sehat ( nutrisi, latihan, dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya ).
vii

b. Satu kali pada trimester kedua ( sebelum minggu ke 28 ), yaitu :


Sama seperti kunjungan pada trimester pertama. Perlu kewaspadaan
khusus mengenai pre eklampsia, pantauan tekanan darah, periksa protein
urine dan gejala yang lainnya.
2. Dua kali pada trimester ketiga, yaitu : Sama seperti kunjungan
sebelumnya. Perlu adanya palpasi abdomen untuk mendeteksi adanya
kehamilan ganda. Deteksi kelainan letak atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di Rumah Sakit. Perlu segera memeriksakan
kehamilan bila dilaksanakan ada gangguan atau bila janin tidak bergerak
lebih dari 12 jam (Pusdiknaes, 2003:45).

JENIS PEMERIKSAAN DALAM PELAYANAN ANTENATAL CARE


(ANC)
Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik umum. Tinggi badan Berat badan, TTV : Tekanan darah,
nadi, pernapasan, suhu
2) Kepala dan leher
Edema pada wajah
Ikterus pada mata
Mulut pucat
Leher, pembesaran kelenjar tiroid
3) Tangan dan kaki
Edema di ujung jari
Kuku jari pucat
Varices vena
Reflek/patella resiko atau tidak
4) Payudara
Ukuran simetris
Puting susu menonjol atau masuk
Keluarnya kolustrum atau cairan lain
Massa, ada/tidak ada
viii

Nodul axilla
5) Abdomen
Luka bekas operasi
Tinggi fundus uteri (jika > 12 minggu)
Letak presentasi, posisi dan penurunan kepala (kalau > 36 minggu)
Denyut jantung janin (DJJ) jika > 18 minggu
6) Genetalia Luar (Eksternal)
Varices
Perdarahan
Luka
Cairan yang keluar
Pengeluaran dari uretra dan skene
Kelenjar bartholin, bengkak (massa), cairan yang keluar
7) Genetalia Dalam (Internal)
Serviks meliputi cairan yang keluar, luka (lesi), kelunakan, posisi mobilitas,
tertutup atau terbuka.
Vagina meliputi cairan yang keluar
Ukuran adneksa, bentuk, posisi, mobilitas, kelunakan massa (pada trimester
pertama) (Syarifudin AB, dkk, 2002:73).

KEBIJAKAN PELAYANAN ANTENATAL CARE


Kebijakan Program
Walaupun pelayanan antenatal care selengkapnya mencakup banyak hal yang
meliputi anamnese, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan
laboratorium atas indikasi serta intervensi dasar dan khusus (sesuai resiko yang
ada), namun dalam penerapan operasional dikenakan standar minimal 7 T, yang
terdiri dari :

 Timbang BB dan ukur tinggi badan


 Ukur tekanan darah
 Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap
ix

 Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama kehamilan


 Ukur tinggi fundus uteri
 Tes terhadap penyakit menular seksual
 Tes wicara dalam rangka mempersiapkan rujukan
Kebijakan Teknis
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Itu sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya.

Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-komponen


sebagai berikut :
1) Mengupayakan kehamilan sehat
2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan serta
rujukan bila diperlukan
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman (Saefudin AB, dkk, 2002:73).
Namun, cakupan pelayanan antenatal care sesuai kebijakan program pelayanan
asuhan antenatal harus sesuai standar yaitu “14 T”, meliputi :
Timbang Berat Badan (T1)
Ukur Tekanan Darah (T2)
Ukur Tinggi Fundus Uteri (T3)
Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)
Pemberian imunisasi TT (T5)
Pemeriksaan Hb (T6)
Pemeriksaan VDRL (T7)
Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)
Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)
Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (T10)
Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14)
x

Apabila suatu daerah tidak bisa melaksanakan 14T sesuai kebijakan dapat
dilakukan standar minimal pelayanan ANC yaitu 7 T (Prawiroharjo, 2002: 88).

PEMBERIAN IMUNISASI TETANUS TOXOID LENGKAP, PEMBERIAN


TABLET FE, DAN TEMU WICARA

PEMBERIAN IMUNISASI (TETANUS TOKSOID) TT LENGKAP


Imunisasi TT diberikan 2x yaitu pada kunjungan pertama dengan interval 4
minggu, tanpa pandang usia kehamilan. Bila pernah menerima TT 2x pada
kehamilan terdahulu, maka hanya diberi TT 1x. Imunisasi TT bertujuan
melindungi bayi dan ibu terhadap penyakit tetanus (Syahlan, 1996). Vaksin TT
diberikan sedini mungkin dengan dosis pemberian 0,5 cc I.M (intra muskulair) di
lengan atas/paha/bokong. Khusus untuk calon pengantin diberikan imunisasi TT
2x dengan interval 4 minggu. Usahakan TT1 dan TT2 diberikan sebelum menikah
(Depkes, 1992).

PEMBERIAN TABLET ZAT BESI (FE)


Tujuan pemberian tablet Fe adalah untuk memenuhi kebutuhan Fe pada ibu hamil
dan nifas karena pada masa kehamilan dan nifas kebutuhan meningkat. Dimulai
dengan pemberian satu tablet sehari dengan segera mungkin, setelah rasa mual
hilang, tiap tablet mengandung Fe So4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat
500 mg, minimal masing-masing 90 tablet sebaiknya tidak diminum bersamasama
teh/kopi karena akan mengganggu penyerapan.Selain itu juga perlu Pemberian
Tablet multivitamin yang mengandung mineral, tujuan pemberian tablet
multivitamin yang mengandung mineral adalah untuk memenuhi kebutuhan akan
berbagai vitamin dan mineral bagi ibu hamil dan janin/bayi selama hamil dan
nifas. Cara pemberian 1 tablet/hari, selama masa kehamilan dan nifas. (Mochtar
R., 1998:73)

WHO menganjurkan pemberian ferro sulfat 320 mg (setara dengan 60 mg zat


besi) 2 kali sehari bagi semua ibu hamil. Jika Hb 9 gr% atau kurang dari pada
xi

salah satu kunjungan, tingkatkan tablet zat besi menjadi 3 kali 1 tablet/hari sampai
akhir masa kehamilannya. Kebijakan program KIA di Indonesia saat ini
menetapkan bahwa pemberian tablet Fe (320 mg Fe sulfat dan 0,5 mg asam folat)
untuk semua ibu hamil sebanyak 1 kali 1 tablet selama 90 hari. Jumlah tersebut
mencukupi kebutuhan tambahan zat besi selama kehamilan, yaitu 100 mg.

Bila ditemukan anemia pada ibu hamil, diberikan tablet zat besi 2-3 kali 1
tablet/hari selama 2-3 bulan; dan dilakukan pemantauan Hb (bila masih anemia),
pemeriksa sampel tinja untuk melihat kemungkinan adanya cacing tambang dan
parasit lainnya . Periksa darah tepi terhadap parasit malaria di daerah endemic.
(Depkes RI, 1999).

Pada setiap kali kunjungan mintalah ibu untuk meminum tablet Fe yang cukup,
hindari meminum teh/kopi 1 jam sebelum/sesudah makan karena dapat
mengganggu penyerapan zat besi. Tablet Fe lebih dapat diserap jika disertai
dengan mengkonsumsi vitamin C yang cukup. Jika vitamin C dikonsumsi ibu
dalam makanannya tidak tercukupi berikan tablet vitamin C 250 mg per hari
(Depkes RI, 1999).

TEMU WICARA PADA PERSIAPAN RUJUKAN


Pada saat kunjungan antenatal, petugas kesehatan harus menjelaskan pada klien
dan suami tentang kondisi ibu dan janinnya, dan jika penyulit terjadi beritahu ibu
suami dan keluarga serta ajak ibu, suami dan keluarga untuk membahas rujukan
dan rencana rujukan. Rujukan tepat waktu merupakan unggulan asuhan sayang
ibu dalam mendukung keselamatan ibu.

Persiapan-persiapan dan informasi yang dapat dimasukkan dalam rencana rujukan


adalah :
Siapa yang akan menemani ibu atau bayi baru lahir.
xii

Tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga (jika ada lebih dari satu
kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan
jenis asuhan yang diperlukan).
Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mendampingi
mengendarainya. Transportasi harus tersedia segera, baik siang maupun malam.
Siapa orang yang ditunjuk menjadi donor darah, jika tranfusi darah diperlukan.
Uang yang disisihkan untuk asuhan medis, transportasi, obat-obatan dan bahan-
bahan.
Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak di
rumah (APN, 2003).
Beberapa hal penting dalam mempersiapkan rujukan adalah konsep “BAKSOKU”
yaitu :

B : Bidan, pendamping ibu yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk


menatalaksana kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke
fasilitas rujukan.
A : Alat, perlengkapan dan bahan diperlukan bila ibu melahirkan sedang dalam
perjalanan.
K : Keluarga, suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu ke
tempat rujukan.
S : Surat, surat mengenai alasan mengapa ibu dirujuk dan kondisi ibu saat ini.
O : Obat, obat-obatan esensial mungkin diperlukan selama perjalanan ke tempat
rujukan.
K : Kendaraan, persiapan kendaraan yang memungkinkan untuk merujuk dalam
kondisi yang cukup aman.
U : Uang, ingatkan keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang
diperlukan selama ibu dan bayi tinggal di fasilitas rujukan (APN, 2003)
Dalam temu wicara pada persiapan rujukan juga penting untuk mendiskusikan
rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya sedini mungkin pada awal
pemeriksaan antenatal atau pada saat ditemukannya kesulitan, agar persiapan-
xiii

persiapan dapat dilakukan dengan cepat sehingga ibu dan bayi mendapat
pertolongan terbaik dengan cepat dan tepat.

Metode

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik, menggunakan desain studi potong
lintang (cross sectional study) yaitu untuk melihat hubungan antara faktor-faktor risiko
yang menyebabkan ibu hamil tidak melaksanakan kunjungan ANC sesuai standar di
wilayah kerja Puskesmas Pegambiran.(18)

Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang usia kehamilannya ≥ 8 bulan
berjumlah 87 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer yang diperoleh secara
langsung menggunakan kuesioner kepada responden, dan data sekunder yang diperoleh
dari Profil Depertemen Kesehatan Indonesia, Profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera
Barat, Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang, Laporan Tahunan Puskesmas
Pegambiran Kota Padang, dan buku KIA responden. Data dianalisis secara univariat
untuk mendiskripsikan distribusi frekuensi dan persentase pada variabel yang diteliti.(18)
dan secara bivariat untuk melihat hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%
(p=0,05).(18) Hasil analisis ditampilkan dalam bentuk grafik, tabel, dan narasi.

Hasil dan pembahasan


xiv

Umur responden yang diteliti berkisar antara 18 tahun sampai 37 tahun, di mana rata-rata
usia rensonden adalah 27,26 tahun. Usia terbanyak adalah 27 tahun sebanyak 6 orang
xv

(13%). Pendidikan responden yang diteliti memiliki tingkat pendidikan mulai dari
Sekolah Dasar (SD) sampai Strata1 (S1). Sebagian besar responden (78,2%) memiliki
tinggkat pendidikan tinggi dan sebaian kecil responden (21,%) memiliki tingkat
pengetahuan rendah, di mana pendidikan responden terbanyak adalah Sekolah Menengah
Atas (SMA), yaitu 63 %. Pekerjaan responden yang diteliti beraneka ragam, dimana
pekerjaan responden terbanyak adalah tidak bekerja (ibu rumah tangga} yaitu sebanyak
29 orang dari 46 responden (63%). Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa lebih dari
separuh responden (63%) memiliki pengetahuan rendah. Berdasarkan Gambar 2 terlihat
bahwa lebih dari separuh responden (67,4%) memiliki sikap negatif. Berdasarkan
Gambar 3 terlihat bahwa bahwa kurang dari separuh responden (43,5%) menyatakan
bahwa masih ada bidan yang tidak berperan dengan baik saat ibu melakukan kunjungan
ANC.

Berdasarkan Gambar 4 terlihat bahwa lebih dari separuh responden menyatakan keluarga
tidak mendukung (58,7%). Pada Tabel 1 terlihat bahwa responden yang kunjungan ANC
tidak lengkap banyak terdapat pada responden yang berpengetahuan rendah tentang ANC
(82,8%) dibandingkan responden yang berpengetahuan tinggi (5,9%). Terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kelengkapan kunjungan ANC (p-value = 0).
Diketahui nilai ratio prevalency sebesar 19, berarti variabel tingkat pengetahuan
merupakan salah satu faktor risiko dalam kelengkapan kunjungan ANC pada ibu hamil.
Ibu hamil yang memiliki pengetahuan rendah 19 kali berisiko melakukan kunjungan
ANC tidak lengkap dibanding ibu yang memiliki pengetahuan tinggi tentang ANC.

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian oleh Siska Helni Watti (2011) bahwa terdapat
hubungan pengetahuan ibu hamil trimester III tentang ANC terhadap pelaksanaan K4.
(13). Seseorang akan berperilaku positif jika mengerti arti dan manfaat tentang sesuatu.
(9) Apabila pengetahuan ibu hamil baik tentang ANC akan cenderung untuk
memeriksakan kehamilan sesuai standar. Rendahnya kelengkapan kunjungan ANC ibu
hamil ini karena masih ada responden yang tidak mengetahui tentang standar kunjungan
ANC dari kebijakan Pemerintah, yaitu 1 kali trimester pertama, 1 kali trimester kedua,
dan 2 kali trimester ketiga dengan layanan 10 T, dan juga harus sesuai dengan Standar
Pelayanan Kebidanan (SPK), yang meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus”.
xvi

(1) Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting membentuk
tindakan seseorang (overt behaviour). Untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil
tentang ANC sesuai standar perlu ditingkat bentuk penyuluhan terkait dengan ANC.
Kunjungan ANC tidak lengkap banyak terdapat pada responden dengan sikap negatif
(77,4%) dibandingkan dengan responden dengan sikap positif (6,7%). Hasil uji statistik
menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan kelengkapan kunjungan
ANC (p-value =0). Diketahui nilai ratio prevalency sebesar 16,75. Berarti variabel sikap
merupakan salah satu faktor risiko dalam kelengkapan kunjungan ANC pada ibu hamil.
Ibu yang memiliki sikap negatif 16,75 kali berisiko melakukan kunjungan ANC tidak
lengkap dibanding ibu yang memiliki sikap positif tentang ANC. Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichda Masrianto bahwa sikap mempunyai
hubungan yang bermakna dengan kunjungan ANC.(12)

Sikap terdiri dari komponen kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep untuk membentuk
sikap yang utuh, dan berperannya pengetahuan berfikir, keyakinan, dan emosi yang
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek, kehidupan, emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan
kecendrungan untuk bertindak, tetapi belum merupakan suatu tindakan. Untuk itu
diperlukan upaya meyakinkan ibu tentang manfaat pelayanan ANC sedini mungkin
penanganan yang tepat bagi kelabgsungan kesehatan kehamilan ibu.(9)

Kunjungan ANC tidak lengkap banyak terdapat pada responden dengan peran bidan
kurang baik (80%) dibandingkan dengan peran bidan yang baik (34,6%). Hasil analisis
bivariat diketahui ada hubungan yang bermakna antara peran bidan dengan kelengkapan
kunjungan ANC (p-value = 0,003). Diketahui nilai ratio prevalency sebesar 2,23. Berarti
variabel peran bidan merupakan salah satu faktor risiko dalam kelengkapan kunjungan
ANC pada ibu hamil. Ibu yang memperoleh peran bidan yang kurang baik 2,23 kali
berisiko melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibanding ibu yang memperoleh peran
bidan yang baik pada saat kunjungan ANC.

Serupa dengan hasil Herianti bahwa terdapat hubungan yang bermakna peran tenaga
kesehatan dengan kunjungan ulang pemeriksaan kehamilan K4.(16) Bidan memiliki
peran dan fungsi dalam asuhan kebidanan baik pada individu, kelompok, maupun
masyarakat. Salah satu indikator keberhasilan peranannya dilihat dari Cakupan ANC.(20)
xvii

Dalam ANC, bidan melaksanakan perannya pada ibu hamil, keluarga dan komunitas.( 21)
Untuk sangat perlu ditingkatkan dukungan terhadap peranan bidan.

Pada tabel diatas terlihat bahwa kunjungan ANC tidak lengkap banyak terdapat pada
responden yang kurang mendapatkan dukungan keluarga (70,4%) dibandingkan dengan
responden yang mendapat dukungan keluarga (31,6%). Hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan bermakna antara dukungan keluarga dengan kelengkapan kunjungan ANC
(p-value = 0,021). Diketahui nilai ratio prevalency sebesar 2,54. Hal ini berarti variabel
dukungan keluarga merupakan salah satu faktor risiko dalam kelengkapan kunjungan
ANC. Ibu hamil yang tidak mendapatkan dukungan keluarga 2,54 kali berisiko
melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibanding ibu yang mendapat dukungan
keluarga. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Ni Nyoman Mestri Agustini
bahwa terdapat hubungan tingkat pengetahuan ibu dan dukungan keluarga dengan
cakupan pelayanan ANC.(14)

Dukungan sosial dari orang-orang yang berarti bagi individu, seperti: keluarga, pasangan
hidup, teman dekat, saudara, dan tetangga.(15) Dukungan keluarga berperan penting
dalam terwujudnya hal yang positif. Untuk itu diperlukan peningkatan edukasi bagi
suami, sehingga kebutuhan ibu hamil untuk melaksanakan kunjungan ANC dengan baik
dan lengkap dapat tercapai.

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian diperoleh bahwa Kurang dari separuh responden
memiliki riwayat ANC lengkap. Lebih dari separuh responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah, memiliki sikap negatif, dan keluarga (suami) yang tidak
mendukung. Kurang dari separuh responden menyatakan bahwa peran bidan kurang baik
saat kunjungan ANC. Adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan,
sikap, peran keluarga dengan kelengkapan kunjungan ANC.

Disamping itu peran bidan yang dilakukan dalam ANC pada ibu hamil belum efektif, dan
efisien. Ada faktor lain yang juga dapat mempengaruhi rendahnya kelengkapan
kunjungan ANC, seperti sosial, budaya, ekonomi, psikologi, dan lainnya.
xviii

PENYEBAB RENDAHNYA KELENGKAPAN


KUNJUNGAN ANATENATAL CARE IBU HAMIL DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEGAMBIRAN

Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas


Oktober 2015 - Maret 2016 | Vol. 10, No. 1, Hal. 101- 107

Tugas Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Evidence Based

Oleh :
RATNA DEWI NPM 18340033 P
SONIA FEBIOLA 18340019 P
xix

PROGRAM D4 KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
TAHUN 2018

Anda mungkin juga menyukai