Anda di halaman 1dari 21

PENYIAPAN PRODUK UNTUK PASAR

Pasar merupakan suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk


melakukan transaksi jual beli atas produk yang ditawarkan oleh penjual. Sebelum
suatu produk ditawarkan dipasar produk tersebut mengalami beberapa proses.
Proses-proses tersebut akan mengurangi kualitas produk apabila tidak dilakukan
dengan baik. Awal mula suatu produk berasal dari produsen. Dalam hal ini
produsen tersebut adalah petani yang membudidayakan produk tersebut. Mulai
dari proses budidaya, panen sampai ke tangan konsumen produk mengalami
berbagai perlakuan yang apabila tidak dlakukan dengan hati0hati akan
menyebabkan penurunan mutu produk tersebut secara cepat. Maka dari itu
diperlukan adanya penyiapan produk sebelum ditawarkan agar kesegaran produk
tersebut bisa bertahan lebih lama dengan mutu yang baik.

A. PENTINGNYA PENYIAPAN PRODUK


Untuk membawa produk segar ke pasar dengan mutu yang baik
membutuhkan perhatian yang detil mulai dari praktik budidaya di lapangan
sampai siap konsumsi. Praktik-praktik budidaya yang tidak baik dapat
mengurangi mutu produk pasca panen. Penanganan kasar yang dilakukan selama
dan setelah panen juga mengakibatkan penurunan mutu produk. Dengan
demikian, perlindungan menjadi sangat penting baik dalam produksinya maupun
penanganan pasca panennya, untuk menghindari penyebab kemunduran mutu
produk yang dapat terjadi selama pendistribusiannya.
Tingkat teknologi penyiapan produk untuk pasar sering dipengaruhi oleh
tingkat pasar yang dijadikan target, keterlibatan komponen-komponen pasar dan
jarak pasar yang ditempuh.
Tingkat susut produk hortikultura di negara-negara sedang bekembang
relatif sangat tinggi yakni antara 30-50%. Hal tersebut disebabkan oleh
terbatasnya keterlibatan teknologi dalam penyiapan produk untuk pasar.
Kurangnya pemahaman terhadap teknologi juga mengakibatkan belum mampu
memberikan perlindungan terhadap produk secara optimal dari kerusakan fisik,
fisiologis dan mikrobiokogis.
Sedangkan untuk di negara-negara maju teknologi mulai dari panen, pasca
panen, distribusi dan pemasaran telah dikembangkan cukup maju, sejalan dengan
tuntutan konsumen yang menginginkan mutu produk yang lebih baik dengan masa
simpan yang cukup panjang.
Teknologi yang dimaksud disini tidak selalu berarti suatu cara, metode
atau perlakuan yang canggih, tapi juga bisa diartikan sebagai suatu cara sederhana
yang mampu memberikan perlindungan terhadap kerusakan-kerusakan atau
memperlambat kemunduran dengan baik.
B. RANCANGAN RUMAH PENGEMAS
Rancangan tempat pengemas merupakan faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan operasional tempat pengemas. Investasi untuk
bangsal pengemas memakan biaya yang cukup besar, oleh sebab itu
operasionalnya haruslah menguntungkan. Hal ini berati rumah pengemas harus
direncanakan dan dirancang dengan baik, beroperasi secara efisien, dijaga dan
dipelihara dengan baik.
Apabila dalam merancang rumah pengemas dicurahkan perhatian dengan
baik dengan berbagai pertimbangan yang diambil maka akan didapat keuntungan
yang meliputi ;
 Penggunaan tenaga kerja yang efisien sehingga biaya pengemas akan
minimum
 Output lebih maksimal karena penggunaan peralatan secara efisien dan
terpelihara.
 Mebgurangi kehiruk-pikukan, memperbaiki kondisi kerja dan
meminimalkan kecelakaan
 Memungkinkan untuk penambahan fasilitas dikemudian hari dan
memungkinkan operator untuk mengembangkan penggunaan teknologi
terkini.
PANEN TRANSIT DUMPING SORTASI
AWAL

PRODUK MASUK
PEMBERSIHAN

PRODUK TERKEMAS PERLAKUAN PASCA


KELUAR PANEN

PENYIMPANAN PENEMPATAN DI
SEMENTARA ATAS PALLET PENGEMASAN GRADING

Gambar 1. menunjukkan garis besar proses penyiapan produk yang


umumnya dimulai dari panen sampai operasi di bangsal pengemasan. Dengan
memperhatikan aliran proses prodek tersebut, akan lebih mudah dalam melakukan
perencanaan investasi peralatan, tenaga kerja dan kemungkinan pengembangan di
masa depan.

C. DUMPING
Ketika produk telah ditransfer ke rumah pengemas, produk tersebut harus
dituang ke alur pengemasan yang diistilahkan dengan dumping. Ada dua cara
yang biasa dilakukan dalam pendumpingan, yaitu dumping kering dan dumping
basah.
1) Dumping Kering
Komoditas yang biasany menggunakan cara ini adalah jeruk. Produk
dalam wadah yang relatif agak besar dituang ke atas sabuk konveyor yang
selanjutnya dipindahkan atau digerakkan ke bagian lainnya. Wadah atau
bin sedikit diangkat dan dituang denagn hati-hati sehingga produk bergulir
tanpa terjadi jatuhan. Wadah bisa ditutup dengan penutup khusus untuk
mengurangi kerusakan karena getaran yang mampu mengendalikan aliran
ke atas sabuk. Jika dirancang dengan baik, maka dumping kering akan
memberikan aliran seragam dari produk dan tidak menyebabkan kerusakan
tinggi.
2) Dumping Basah
Cara ini lebih hati-hati dibandingkan dengan dumping kering. Ada dua
cara dumping basah. Pertama, produk dimasukkan ke dalam tangki besar
berisi air. Tangki ini dapat berada rata dengan lantai atau diatas lantai.
Kedua, memasukkan wadah ke dalam tangki air dan produk akan
mengambang. Cara ini harus dilakukan dengan hati-hati.
Jika produk tidak mengambang maka dilakukan penambahan sodium
sulfat ke dalam air untuk merubah berat jenis air, sehingga produk
mengambang. Air dipompakan dan disirkulasikan yang menyebabkan
pergerakan produk menuju konveyor dan jalr pengemasan.
Hal yang perlu diperhatikan adalah sanitasi. Air bersih yang
digunakan biasanya diklorinasi. Air untuk dumping basah biasanya akan
cepat kotor, sehingga harus diganti secara periodik.
D. SORTASI AWAL DAN PEMBERSIHAN
Produk yang ukurannya kecil dan rusak harus dipisahkan. Pemisahan ini
dapat dilakukan dengan menggunakan sabuk berlubang atau pemutar batang
silinder yang dipasang dengan jarak antar dua batang pemutar diatur sedemikian
rupa sehingga produk yang ukurannya kecil akan jatuh ke bawah. Sortasi awal ini
akan menghindarkan produk-produk yang kecil atau yang rusak ke dalam sistem
pengemasan, sehingga menghemat biaya dalam perlakuan terhadap produk yang
jelas tidak bisa dipasarkan.
1) Pembersihan
Produk yang baru datang dari lapangan kotor dan berdebu atau
mengandung kotoran lainnya seperti tanah, residu penyemprotan atau
bahkan ada serangga yang melekat pada permukaan produk. Kotoran-
kotoran tersebut harus dibersihkan terlebih dahulu sebelum produk
dipasarkan.
a) Pembersihan Kering
Produk dibersihkan dengan melewatkannya di atas jaring kawat
atau screen di atas udara bergerak dengan kecepatan tinggi. Udara
akan menghembuskan kotoran-kotoran ringan yang datang bersama
produk dari lapangan. Beberapa produk juga dapat dibersihkan dengan
melewatkannya di atas sikat-sikat berputar.
b) Pencucian
Ada beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mencuci
produk. Pertama, cara sederhana, yaitu menenggelamkan produk ke
dalam air diikuti dengan pembersihan dengan air pembilas. Dengan
sistem ini lapisan lilin di permukaan produk tidak akan rusak. Untuk
meningkatkan daya pencucian dapat ditambakan deterjen dan sikat
lembut atau spon untuk pembersihannya.
Jika diperlukan daya pencucian yang lebih kuat dapat digunakan
air yang bergerak atau teragitasi oleh pompa. Produk dicuci di dalam
air yang teragitasi, selanjutnya dibilas dengan air bersih sebelum
menuju ke proses berikutnya.
Untuk produk yang tidak sensitif terhadap pelukaan dapat
dilakukan pencucian dengan pencuci berputar. Cara ini mempunyai
daya pencucian yang sangat kuat. Pencuci ini biasanya berupa drum
berputar seperti yang digunakan untuk membersihkan wortel. Pada
alat ini dapat ditambahkan sikat atau karet dengan tonjolan-tonjolan
untuk memberikan aksi penyikatan pada produk.
Jika tidak ada lagi perlakuan lebih lanjut setelah pencucian maka
produk dikeringkan sebelum dilakukan grading. Pengeringan dapat
dilakukan dengan melakukannya di terowongn pengering yang di
dalamnya terdapat udara hangat yang tersirkulasi.
E. GRADING DAN PENGEMASAN
1) Grading
Grading adalah salah satu terminasi yang digunakan di dalam operasi
pasca panen pada suatu industri. Grading merupakan proses pemisahan
atau pengkelasan produk berdasarkan kebutuhan pasar.
Grading untuk setiap jenis produk berbeda karena masing-masing
produk mempunyai perbedaan karakteristik, praktik agronomisnya, serta
kondisi iklim selama produksinya, keragaman antar produk (ukuran,
bentuk, dsb.), dan keragaman dalam permintaan pasar yang berbeda.
Grading tentunya memakan biaya. Oleh karena itu, yakinkan bahwa
target pasar yang dituju dengan sistem grading yang diterapkan mampu
memberikan nilai lebih terhadap produk yang akan dipasarkan. Yakinkan
bahwa dengan sistem grading yang diterapkan maka produk akan
memberikan nilai saing yang lebih tinggi. Jenis pasar berbeda akan
memberikan apresiasi berbeda terhadap sistem grading yang diterapkan.
2) Pengemasan
Setelah produk bersih dan digrading, maka produk harus ditempatkan
dalam suatu kemasan untuk didistribusikan. Tujuan dari proses
pengemasan adalah:
a) Untuk lebih efektifnya produk dipindahkan baik ke arah vertical
maupun lateral sehingga pergerakan produk secara individu dapat
dihindarkan.
b) Sebagai tempat produk dengan ukuran jumlah atau berat tertentu,
sehingga tidak terlalu berat maupun tidak terlalu ringan.
c) Untuk melindungi dan meminimalkan susut dalam penanganan dan
pendistribusian produk.
d) Memudahkan order oleh pasar dengan menempatkan produk pada
satu unit ukuran.

Pertanyaan

1. Apa saja keuntungan yang didapat apabila dalam perancangan rumah


pengemas dilakukan dengan banyak pertimbangan ?
2. Jelaskan metode-metode dalam pencucian produk !
Daftar pustaka

Utama, I Made S ; Antar, Nyoman S. 2013. Pasca Panen Tanaman Tropika :


Buah dan Sayuran. Tropical Plant Curriculum Project Udayana
University

Kitinoja, Lisa ; A. Kader, Adel. 2002. Praktik-praktik Penanganan Pascapanen


Skala Kecil: Manual untuk Produk Hortikultura. Post Harvest
Technology. UC Davis
DISTRIBUSI PRODUK PASCA PANEN

A. Karakteristik sistem distribusi pasca panen

Pasca panen adalah proses yang dilakukan saat pemanenan hasil pertanian
sampai menghasilkan produk setengah jadi. Mutu hasil pertanian terkait dengan
aspek sarana dan teknologi pasca panen ,masih banyak orang yang menggunakan
sarana teknologi sederhana ( tradisional ) dikarenakan oleh adanya kualitas
sumber daya manusia yang masih rendah dan kurangnya kesadaran bahwa produk
pertanian harus dijadikan produk yang berkualitas karena produk pertanian
merupakan sandang pangan tapi kebanyakan seorang petani yang kurang mengerti
hanya membiarkan tanaman mereka ,seharusnya bagaimana petani bisa
menjadikan produk pertanian tersebut menjadi unggul hingga saat panen nanti
bisa mencapai titik kepuasaan atas hasil kerja kerasnya dan dapat dikelolah sendiri
menjadi produk yang akan digemari oleh massyarakat sekitar karena dengan
begitu petani akan merasa bangga memanen dan membuat produk juga
memasarkan sendiri. Pada tahap pemanenan ,kondisi ketuaan dan cara panen
adalah faktor-faktor penting yang harus dipertimbangkan untuk memperoleh mutu
produk yang bagus ,setelah dipanen dilakukan penanganan dilapangan seperti
sortasi ,pengelolahan ,dan pengemasan. Sistem penanganan pasca panen
bervariasi tergantung pada jenis produk ,tujuan penggunaan produk ,jenis
teknologi yang tersedia ,dan daya terima konsumen. Dalam rangaka
pengembangan produk hilir tanaman perkebunan yang berdaya saing ,serta
berorientasi pasar berbasis sumber daya lokal ,maka pengembangan penanganan
pasca panen harus dipandang sebagai satu bagian dari suatu sistem secara
keseluruhan .

Peningkatan mutu hasil produksi perkebunan belum mendapat perhatian


yang serius dari petani ,terkadang petani hanya memanfaatkan cara-cara
sederhana yang diperoleh secara turun temurun untuk menghasilkan suatu produk
yang dipanen. Hal ini menyebabkan mutu produk yang dihasilkan rendah dan
menyebabkan harga jualnya relatif murah.
Mutu memiliki dua aspek yaitu :

1. Ciri-ciri produk yang memenuhi permintaan pelanggan. Mutu yang


lebih tinggi memungkinkan perusahaan meningkatkan kepuasan
pelanggan ,membuat produk laku terjual ,serta dapat dijual dengan
harga yang lebih tinggi.
2. Bebas dari kekurangan. Mutu yang tinggi menyebabkan dapat
mengurangi tingkat kesalahan ,mengurangi pemborosan ,mengurangi
ketidakpuasan pelanggan ,memperpendek waktu pengiriman produk
ke pasar ,meningkatkan hasil dan kapasitas.
Contohnya tanaman mangga. Peningkatan produksi komoditas
pertanian yang besar termasuk komoditas mangga ,jika tanpa disertai
dengan usaha penanganan pasca panen yang tepat akan menimbulkan
masalah ,yaitu dapat meningkatkan kerusakan dan kehilangan pasca
panen.
B. Penegemasan produk hortikultura

Pengemasan merupakan bagian dari kegiatan pasca panen sebelum


dilakukan transportasi atau penyimpanan ,searah dengan otonomi daerah yang
sedang bergulir ,pengembangan perekonomian didaerah tidak lagi sepenuhnya
dapat menggantungkan diri pada pemerintah pusat ,pemerintah daerah
mendapatkan kewenangan untuk mengembangkan perekonomian dengan
mengelolah sumber daya didaerah sendiri. Salah satu strategi yang dapat
ditempuh untuk mengembangkan perekonomian daerah adalah melalui
pengembangan agribisnis. Sistem agribisnis dapat diartikan semua aktifitas mulai
dari pengadaan dan penyaluran sarana produksi sampai dengan pemasaran produk
yang dihasilkan oleh para petani dan saling terkait satu sama lain. Memasuki era
perdagangan bebas dan desentralisasi ,pembangunan pertanian menghadapi
berbagai tantangan ,yaitu memenuhi kecukupan pangan ,peningkatan
kesejahteraan petani ,serta penyediaan lapangan kerja. Harga suatu produk dari
usaha agribinis ditentukan oleh penanganan hasil panen dan pasca panen .
1. Pengelolahan

Teknologi pasca panen merupakan proses yang sangat panjang, mulai


dari penentuan tingkat ketuaan ( degree of maturity ), tingkat kematangan (
degree of ripening ), pemanenan ( harvesting ), sortasi, pengkelasan (
grading ), penyimpanan ( precooling ), dan lain-lain.

 Teknologi pengelolahan basah

Teknologi pengelolahan basah adalah teknologi pengolahan bahan


yang diolah dan hasilnya masih cenderung mengandung kadar air
yang tinggi. Contoh pengawetan produk holtikultura menggunakan
larutan gula ,asam ,maupun garam. Penerapan teknologi pengelolahan
basah juga bertujuan mempertahankan warna aslinya. Prinsip dasar
teknologi ini adalah pengawetan dengan penarikan kadar air dari
suatu komoditas dengan menggunakan larutan gula yang
konsentrasinya terus ditingkatkan.

 Teknologi pengelolahan kering

Teknologi pengelolahan kering adalah teknologi pengelolahan


bahan dengan kadar air sangat rendah atau dalam keadaan kering
melalui berbagai proses pengeringan ,seperti penjemuran ,penggunaan
aliran udara panas ,dan pengeringan dalam ruang tertutup.contohnya
seperti kripik pisang ,pepaya ,nangka ,dan lain sebagainya.

 Teknologi proses minimal

Teknologi proses minimal adalah teknologi pengelolahan atau


pasca panen hasil pertanian yang dilaksanakan secara terbatas ,dimana
produk atau bahan baku yang diproses belum mengalami disentegrasi
jaringan karena proses fisiologisnya masih berlangsung. Proses
pengelolahannya dilakukan secara minimal seperti pengupasan dan
perendaman. Teknologi proses minimal ini menghasilkan produk yang
sangat menjanjikan dalam memenuhi kebutuhan konsumen di era
global seperti sekarang ,produk yang terolah minimal dikemas dalam
kondisi atmosfir termodifikasi.

2. Prospek dan peluang

Menjadi sorang petani sebenarnya gampang-gampang susah kenapa


begitu kebanyakan petani yang belum berpengalaman akan mendapatkan
kerugian karena produk pertanian itu gampang rusak jika tidak segera
mencari pemasaran produk maka usahanya kebanyakan bangkrut karena
hasil yang sudah dipanen belum dipasarkan maka akan mengalami
kebusukan dan tidakbisa dipasarkan lagi.

Tanaman holtikultura mudah terkena penyakit tergantung bagaimana


cara petani menangani dan mengembangkan tanamannya agar menjadi
tanaman yang tidak mudah terkena penyakit saat dipanen hasilnya juga
memuaskan dan menjadi produk yang disukai masyrakat agar mudah
untuk memasarkannya. Contohnya tanaman mangga ,mangga merupakan
tanaman buah yang sangat umum dan populer dikalangan masyarakat
daerah ,skala konsumsi dipekarangan rumah sampai skala kebun yang luas
bertujuan komersil.

Tanaman mangga adalah salah satu tanaman yang berkembang pesat


dijawa timur khususnya didaerah pasuruan apalagi yang dataran tinggi dan
dingin tapi karena banyaknya tanaman mangga tersebut mungkin
masyarakat sudah cukup bosan apalagi jika hanya dimakan sedemikan
rupa tanpa dijadikan produk olahan, saat tanaman mangga masih berkulit
hijau dan belum matang masih banyak yang menyukainya apalagi
kalangan perempuan tapi ketika sudah matang mangga tersebut sampai
busuk-busuk tidak ada yang memperdulikannya terkadang pemasaran
mangga juga terhambat, maka dari itu petani mangga harus terlebih dahulu
mencari orang untuk siap membeli buah mangganya nanti ketika sudah
dipanen bukan mencari tempat pemasaran setelah mangga akan panen
beberapa hari, karena itu akan terlalu sulit untuk mendapatkannya apalagi
banyak pesaing petani buah mangga lainnya, kalau menurut kami hasil
dari pemanenan buah mangga tersebut agak terlalu minim dibandingan
dengan buah lainnya, saat penanaman buah mangga memang mudah tapi
saat memanennya butuh berbagai peralatan dan karyawan, jika petani
memperkerjakan karyawan belum menggajinya belum membuat peti dan
lain-lain dan penghasilannya pun juga tidak seberapa. Tetapi jika mangga
tersebut dibuat oleh petani mangga itu sendiri menjadi produk ang menarik
maka akan banyak masyarakat yang menukainya. Masyarakat lebih
cenderung menyukai produk yang siap saji, produk siap saji telah
membuka peluang teknologi proses minimal yang makin luas ,kerena
menghilangkan bagian yang tidak dimakan dan memperkecil ukuran
sehingga penyajiannya lebih cepat. Keunggulan dari teknologi proses
minimal produk lebih menarik penampilannya dan terhindar dari
kontaminan karena itu maka masyarakat banyak menyukainya, sedangkan
kesegaran produk dapat dipertahankan karena jenis pengemasan sesuai
dengan udara sehingga respirasi dan metabolisme terhambat. Contoh pada
buah mangga pengemasan harus mampu melindungi mangga dari
kerusakan yang terjadi selama distribusi dan pemasaran. Fungsi lain
pengemasan adalah mempertahankan bentuk dan kekuatan kemasan dalam
waktu yang lama.

C. Transportasi dan penyimpanan produk holtikultura

1. Penyimpanan

Contoh penyimpanan buah mangga dilakukan dalam suhu dingin.


Penyimpanan dingin buah klimaterik selain mengakibatkan tertundanya
kematangan buah juga berpengaruh pada respon jaringan terhadap etilen.
Hal ini berarti ,buah memerlukan waktu kontak lebih lama dengan dosis
etilen tertentu untuk mengawali kematangan pada suhu rendah.
Penyimpanan dingin bertujuan untuk membatasi pembusukan tanpa
menyebabkan terjadinya kematangan abnormal atau perubahan-perubahan
lainnya yang tidak diinginkan dan mempertahankan mutu sampai ke
tangan konsumen dalam jangka waktu yang lama. Buah yang diberi
perlakuan ( kontrol ) ,memiliki sifat fisik kimia yang lebih bagus serta
memiliki kesegaran dan ketahanan yang lebih tinggi terhadap serangan
penyakit. Pada buah yang mendapat perlakuan serangan penyakit pasca
panen baru muncul pada hari ke-6 ,selain itu tekstur buah juga sudah
lunak. Buah yang tidak diberi perlakuan ( kontrol ) pada hari ke 2 sudah
mulai terserang penyakit.

2. Transportasi ( pengangkutan )

Pada buah mangga untuk tujuan ekspor maupun domestik harus


menggunakan mobil yang dilengkapi ruang pendingin ,hal ini untuk
menjaga rantai dingin selama transportasi. rantai dingin diperlukan untuk
membatasi pembusukan pada buah mangga tanpa menyebabkan terjadinya
kematangan atau perubahan-perubahan lainnya yang tidak diinginkan dan
mempertahankan mutu samapi ketangan konsumen agar konsumen mersa
puas dengan produk buah mangga tersebut dan tidak merasa kecewa jadi
selanjutnya jika terjadi musim panen lagi makan konsumen akan
membelinya. Dan suhu yang tepat untuk pengangkutan mangga adalah
100C.

Pertanyaan

1.Mengapa petani masih menggunakan teknologi yang sederhana padahal zaman


sudah modern bukankah jika menggunakan teknologi maka hasil panennya akan
lebih bagus ?

2.Bagaimana cara anda memasarkan produk yang anda buat dengan persaingan
era globalisasi ini ?
Daftar Pustaka

Soetiarso, T.A.,M. Ameriana, Z, Abidin,dan L. Prabaningrum. 1999. Analisis


Anggaran Parsial penggunaan varietas dan mulsa pada tanaman cabai.
J.Hort.9(2):164-171.

Prusky, Dov et al., 1999. Effect of hot water brushing, prochloraz treatment and
waxing on the incindence of black spot decay caused by altemaria altemata
in mango fruits. Posstharvest technology and biology 15:165-174

Anonim, 1994, hasil penelitian hortikultura pelita. Puslitbanghort.jakarta.


PEMASARAN PRODUK SEGAR

Tanaman hortikultura seperti buah dan sayur merupakan bagian dari


makanan manusia mulai sejak sejarah manusia itu sendiri. Namun seiring dengan
perkembangan zaman banyak peneletian-penelitian mengenai kandugan dan
manfaat dari buah dan sayur salah satunya yaitu ditenemukannya vitamin c pada
jambu yang lebih tinggi daripada vitamin c pada jeruk, selain itu ditemukannya
protein nabati terbesar terdapat pada daun kelor dan banyak lagi kandungan dan
manfaat pada buah dan sayur yang lainnya.

Mengingat banyaknya pengetahuan tentang kandungan dan manfaat buah


dan sayuran tersebut banyak animo masyarakat yang memutuskan unutuk hidup
sehat dengan rutin mengkonsumsi buah dan sayur bahkan masyarakat cenderung
vegetarian sehingga banyak sekali permintaan akan buah dan sayur di pasaran dan
itu menjadi tantangan bagi petani untuk lebih meningkatkan kualitas produk horti
dan mampu menyediakan produk horti secara terus menerus.

Selain kandungan dan manfaat produk buah dan sayuran, kesegaran


produk juga menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi konsumen untuk
membeli dan mengkonsumsinya, karena produk buah dan sayur yang segar akan
berbeda dengan buah dan sayur yang sudah lama dan layu, dalam perbedaan
tersebut tampak jelas pada segi bentuk, rasa, dan tekstur selain itu juga produk
horti yang segar kandungan nutrisinya lebih lengkap daripada dengan prduk horti
yang sudah layu jadi tidak heran jika produk yang segar lebih mahal dariada
produk yang sudah lama/tidak segar.

A. Karakteristik Pasar
Setiap produk hortikultura setelah dipanen akan selalu mengalami
penyusutan baik dalam segi bentuk, rasa, warna dan aroma yang mana hal
tersebut menjadi kendala bagi petani maupun distributor dalam
memasarkan produk tersebut. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
petani harus mengetahui karakteristik produk hortikultura yang akan
dipasarkan, sehingga dengan mengetahui karakter produk tersebut petani
dan distributor akan mengetahui langkah awal dalam proses pemasaran
produk holtikultura yang tepat. Ada beberapa karakteristik pasar yaitu;
1. Keringkihan produk
Setiap produk hortikultra yang segar pasti akan selalu mengalami
penyusutan setelah dilakukan proses pemanenan. Dan kecepatan dari
penyusutan tersebut tergantung pada varietas produk, kematangan
produk, kondisi pertumbuhan, dan keringkihan alami dari suatu
produk tersebut
2. Curah
Setiap tanaman hortikultura seperti bunga, buah, dan sayur
memiliki kapasitas angkut yang berbeda dan juga volume minimal dan
maksimal dalam pengemasan dan pengangkutan. Hal tersebut jadi
pertimbangan untuk melindungi produk dari kerusakan dalam proses
pendistribusian.
3. Jarak
Dalam produk hortikultura jarak juga sebagai bahan
pertimbangan baik dalam pengemasan maupun dalam pemanenan
suatu produk karena jarak yang terlalu jauh antara perkebunan tempat
produksi dengan tempat pasar penjualan produk akan rusak di
perjalanan. Misal pada produk buah mangga, jika jarak pengiriman
pasar dekat maka langkah pendistribusiannya buah tersebut setelah
matang atau setengah matang dan jika pendistribusiannya memakan
waktu yang relatif lama dan jarak yang jauh maka langkah yang
diambil yaitu proses pengemasannya dengan produk mangga yang
masih mentah, hal demikian dilakukan untuk menghidari kerusakan
buah pada waktu pendistribusian.
4. Tidak dapat mensupply secara terus menerus
Produk hortikultura sangat bergantung pada musim, musim jadi
kendala bagi petani untuk menentukan produk yang akan dihasilkan,
karena dengan perubahan musim yang tidak menentu seperti musim
hujan dan musim panas maka akan berpengaruh terhadap produk yang
akan dihasilkan seperti hasil yang diperoleh, waktu kematangan
produk, mutu produk, dan masa hidup pasca panen.
5. Keragaman
Produk hortikurtura memiliki keragaman mutu, hal tersebut
terjadi karena tidak menentunya iklim, selain tidak menentunya iklim
yaitu perbedaan tekstur tanah dan perbedaan teknis budidaya di setiap
wilayah. Adapun perbedaan fisik pada produk hortikultura yaitu
berupa ukuran, tekstur, bentuk, dan warna.
6. Produksi yang tidak terkoordinasi
Dalam dunia pertanian, peternakan, dan perikan tidak satupun
orang yang dapat menentukan tarjet produksi. Karena dalam setiap
minggu, bulan, dan tahun akan mengalami kebutuhan produk yang
berbeda-beda, supply yang berbeda dan juga pastinya harga juga
berbeda. Demikian disebabkan oleh geografi yang berbeda-beda pada
setiap wilayah sehingga terjadi ketersediaan produk yang tidak tetap
dan juga berpengaruh terhadap harga jual produk.
B. Menentukan Strategi Pasar
Dalam menentukan strategi pemasaran seorang petani harus
menguasai kondisi konsumen dan lingkungan di suatu wilayah pemasaran
tersebut baik dari segi budaya, usia, tingkat perekonomian dan agama.
Untuk menentukan permintaan konsumen seorang petani harus
mengetahui mutu dan kualiatas produk seperti apa yang dibutuhkan oleh
konsumen tersebut, demikian berkaitan dengan beberapa aspek sebagai
berikut;
1. Aspek waktu
Yaitu petani harus mengetahui waktu pemasaran yang tepat dan
juga mampu menjual produk yang sesuai dengan kondisi lingkungan
saat ini, baik bersingungan dengan budaya,agama, dan adat istiadat.
Missal pada kondisi hari raya lebaran kebutuhan bunga meningkat
karena pada saat kondisi tersebut banyak umat muslim ang berziarah
ke kuburan.
2. Aspek tempat
Tempat juga sebagai penentu harga dalam strategi pemasaran, di
dalam setiap daerah memiliki tingkat kebutuhan produk hortikultura
yang berbeda-beda dan juga menghasilkan harga produk yang berbeda
pula, misalnya yaitu harga sayur di wilayah pesisir lebih mahal
daripada di wilayah pegunungan dan juga sebalknya harga ikan laut
lebih mahal di wilayah pegunungan daripada di wilayah pesisir.
3. Aspek bentuk
Sebagian konsumen fisik produk merupakan menjadi salah satu
bahan pertimbangan untuk membeli produk tersebut. Berikut
merupakan fisik produk yang jadi pertimbangan oleh konsumen yaitu;
ukuran, bentuk, kematangan, dan warna.
4. Informasi pasar yang terbaru
Seorang petani harus mencari dan mengetahui informasi terkini
dan trend di pasaran yang berkaitan dengan produk hortikultura baik
dalam segi teknis aupun manfaat dari produk yang dihasilkan.
5. Promosi
Promosi merupakan kegiatan mengenalkan suatu produk kepada
konsumen. Dalam kegiatan tersebut seorang petani harus mampu
mengenalkan produknya dengan menekankan kualitas dan kuantitas
sehingga petani tersebut mampu bersaing dengan produk horti yang
lainnya.
C. Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran yaitu kegiatan mendistribusikan produk
hortikultura mulai dari tahap proses pemanenan, persiapan untuk pasar,
dan sampai konsumen akhir.
1. Proses pemanenan
Langkah awal dalam proses pemasaran yaitu masuk pada tahap
pemanenan, dalam proses pemanenan seorang petani harus mampu
mempertimbangkan perlakuan apa yang harus dilakukan dalam proses
pemanenan, serta harus mengetahui langkah selanjutnya yang akan
dilakukan setelah masuk proses pemanenan, juga mengetahui target
psar. Dalam proses pemanenan hendaknya dilakukan secepat mungkin
dengan kematangan yang pas dan menekan resiko terjadi keruskan
produk dengan biaya yang murah.
2. Persiapan untuk pasar
a. Sortasi
Sortasi dilakukan untuk memisahkan antara buah yang bagus
dengan yang rusak dan buah yang ukurannya kecil dengan ukuran
buah yang lebih besar sehingga akan lebih hemat biaya dan waktu
dan selain itu ukuran yang lebih besar dapat dijual dalam bentuk
produk unggulan.
b. Grading
Grading yaitu proses pengklasifikasian ukuran dan bentuk
yang bertujuan untuk memudahkan dalam pengemasan dan juga
menyesuaikan kebutuhan konsumen yang sesuai dengan
ukurannya selain itu juga sebagai keuntungan lebih bagi petani
karena jika pengklasifikasian ukuran dan bentuk juga tentunya
pengklasifikasian harga juga otomatis mengikuti.
c. Pengemasan
Setelah melakukan sortasi dan grading selanjutnya masuk
pada proses pengemasan, dan tujuan dari proses pengemasan
yaitu:
 Untuk menghindari dari kerusakan dan penyusutan pada
produk
 Memudahkan dalam proses pengiriman barang
 Sebagai tempat tolak ukur minimal dan maksimal berat
produk dalam pengiriman barang
 Untuk memudahkan dalam proses pemindahan produk
karena barang tersebut jadi satu.
 Memperpanjang masa simpan
 Dan mempertahankan mutu.
d. Penyimpanan
Pada saat penyimpana produk hortikultura, tempat
penyimpanan harus mampu mengurangi kerusakan lebih cepat
pada produk dan lebih tahan lama Adapun bahan pertimbangan
dari penyimpanan produk tersebut yaitu:
 Mutu awal harus baik
 Menjaga suhu penyimpanan
 Kelembaban pada ruang penyimpanan
 Sirkulasi udara ang baik
 Kepekaan produk
D. Pemasaran Retail
Pemasaran retail merupakan kegiatan pemasaran dengan menjual
produk segar hortikultura langsung dari produsen atau petani ke konsumen
akhir. Namun kendala dari petani dalam pemasaran ratail tersebut adalah
penetapan harga jual yang semakin merosot jika produk segar tidak
langsung habis terjual, karena selain menurunnya kualitas produk yang
sudah tidak segar lagi bahkan jika di simpan lama cenderung rusak atau
busuk yang disebabkan olah petani tidak memiliki tempat atau gudang
penyimpanan yang layak bagi produk segar seperti salah satu contoh ruang
pendingin.

Question:
1. Apa pengaruh jika produk horti seperti buah dan sayur yang tidak segar di
jual ke pasaran?

2. Langkah apa yang harus dilakukan petani jika produk yang dihasilka
berupa produk yang mudah layu/tidak segar?
Daftar Pustaka

Keeling, Thilmani and Bond. 2006. Direct Marketing of Fresh Produce:


Understanding Consumer Purchasing Decisions.
http://BondJenniferKeeling.DawnThilmany.CraigABond "Direct-
marketing-of-fresh produce:understanding-consumer-purchasing-
decisions. Diakses tanggal 25 Mei 2016.

Prakoso. 2013. Jenis-jenis Karakteristik Pasar.


http://triadiprakoso.blogspot.com/2015/06/karakteristik-karakteristik-
pasar.html. Diakses tanggal 25 Mei 2016.

Utama, Permana. 2002. Hortikultura Teknologi Pasca


Panen. http://staff.unud.ac.id/~madeutama/wp-
content/uploads/2009/06/buku-ajar-tpp.pdf. Diakses tanggal 25 Mei 2016.

Wijayanti, Khusain, dkk. 2014. Dasar-dasar Agronomi Pasca Panen dan


Pemasaran Hasil. http://learnmcr.blogspot.com/2014/01/pasca-panen-dan-
pemasaran.html. Diakses tanggal 29 Mei 2016.

Anda mungkin juga menyukai