Anda di halaman 1dari 12

LAMP. KEP KARUMKIT BHAY. TK. I R.

SAID SUKANTO
NOMOR : KEP / / X / 2018
TANGGAL : OKTOBER 2018

LAMPIRAN KEBIJAKAN ASESMEN PASIEN

KEBIJAKAN UMUM
1. Semua pasien Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R. Said Sukanto (pasien
IGD, rawat inap dan rawat jalan) wajib diidentifikasi kebutuhan
pelayanannya melalui suatu asesmen awal medis dan keperawatan,
kemudian didokumentasikan dalam formulir pemberian informasi dan
persetujuanumum untuk menerima pelayanan kesehatan dalam Rekam
Medik pasien.

2. Asesmen pasien terdiri dari asesmen awal, asesmen ulang dan asesmen
lain/ tambahan (khusus, individual/ populasi tertentu).

3. Asesmen awal terdiri dari asesmen IGD, asesmen rawat inap dan asesmen
rawat jalan.

4. Yang didokumentasikan dalam asesmen awal adalah:


a. Isi asesmen terintegrasi, yang terdiri dari:
1) Asesmen awal medis
2) Asesmen awal keperawatan
3) Asesmen lain/ tambahan (khusus, individual/ populasi tertentu)
b. Kerangka waktu asesmen medis dan keperawatan berbeda untuk
masing-masing unit kerja ditetapkan dalam kebijakan khusus.
c. Pemeriksaan penunjang, persetujuan tindakan dan penatalaksanan.

5. Isi minimal asesmen dan rincian elemen asesmen pasien rawat inap dan
rawat jalan ditentukan oleh setiap disiplin klinis, yang berupa elemen
asesmen medis umum dan elemen medis spesialistis yang mengacu pada
PMK 269/ Menkes/ Per/ III/ 2008 dan KMK tentang standar profesi.

6. Tenaga kesehatan yang dapat melakukan asesmen ditetapkan pada surat


perintah Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R. Said Sukanto sebagai
PPA (Profesional Pemberi Asuhan) untuk mengisi berkas rekam medis
sesuai profesi.

7. Isi minimal asesmen pasien yang harus diperoleh dari pasien rawat jalan
diantaranya adalah:
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual

1
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Resiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Resiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)

8. Isi minimal asesmen pasien yang harus diperoleh dari pasien rawat inap
diantaranya adalah:
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Resiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Resiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)

9. Asesmen awal setiap pasien Rumah Sakit Bhayangkara Tk I R. Said


Sukanto meliputi:
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Resiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Resiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)

10. Setiap asesmen awal yang dibuat oleh dokter atau dokter spesialis dapat
menghasilkan diagnosis awal pasien.

2
11. Asesmen awal yang dibuat oleh dokter atau dokter spesialis dapat
memberikan gambaran tentang kebutuhan medis dan asesmen
keperawatan dapat mengidentifikasi setiap kebutuhan keperawatan pasien.

12. Kebutuhan medis dan kebutuhan keperawatan setiap pasien dicatat di


dalam rekam medis.

13. Asesmen awal medis dan keperawatan di instalasigawat darurat meliputi:


a) Isi minimal asesmen awal:
a. Status fisik
b. Psiko-sosio-spiritual
c. Ekonomi
d. Riwayat kesehatan pasien
e. Riwayat alergi
f. Asesmen nyeri
g. Resiko jatuh
h. Asesmen fungsional
i. Resiko nutrisional
j. Kebutuhan edukasi
k. Perencanaan pemulangan pasien (Discharge Planning)
b) Asesmen awal medis dan keperawatan gawat darurat dibatasi sesuai
dengan kebutuhan dan kondisi pasien
c) Pada pasien yang perlu dioperasi, bila tidak ada waktu untuk
mengidentifikasi riwayat kesehatan dan melakukan pemeriksaan fisik
lengkap, maka sedikitnya ada catatan ringkas dan diagnosis pra
operatif sebelum tindakan
d) Pasien yang perlu rawat inap harus dilengkapi dengan kondisi terakhir
pasien saat dipindah ke ruangan dan serah terima dari IGD ke rawat
inap secara tertulis.

14. Asesmen awal ICU/ ICCI/ HCU dilakukan segera setelah pasien masuk
ICU/ ICCU/ HCU.

15. Yang menjadi penanggungjawab pelayan ICU/ ICCU/ HCU adalah dokter
spesialis anestesi.

16. Asesmen medis awal pra anestesi atau bedah didokumentasikan dalam
rekam medis sebelum tindakan anestesi atau bedah.

17. Asesmen awal dilakukan untuk memahami kebutuhan pelayanan medis


dan keperawatan sehingga pelayanan dan pengobatan dapat dimulai
termasuk mengidentifikasi kebutuhan akan tambahan asesmen khusus.

3
18. Asesmen awal pasien gawat darurat dikerjakan dalam waktu 1 jam setelah
masuk rumah sakit.

19. Asesmen awal pasien rawat inap dikerjakan dalam 24 jam atau lebih cepat
setelah pasien masuk.

20. Asesmen awal pasien rawat jalan dikerjakan sesaat setelah pasien
dilakukan pemeriksaan. 30 Menit sewaktu tatap muka.

21. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit akut / non kronis,
asesmen awal diperbaharui setelah 1 (satu) bulan.

22. Pelaksanaan pasien rawat jalan dengan penyakit kronis, asesmen awal
diperbaharui setelah 3 (tiga) bulan.

23. Bila asesmen sebagian atau seluruhnya dilaksanakan di luar rumah sakit
(misal di praktek dokter), maka temuan harus dinilai ulang atau diverifikasi
pada saat masuk rawat inap dan sifat temuan yang penting sesuai dengan
kompleksitas pasien, rencana pelayanan dan pengobatan.

24. Asesmen medis dan keperawatan yang lebih dari 30 hari, harus dinilai
ulang pada saat pasien masuk rawat inap, rawat jalan atau IGD.

25. Asesmen medis dan keperawatan yang kurang dari 30 hari namun terdapat
perubahan yang signifikan dalam pemeriksaan fisik, harus dinilai ulang dan
dicatat pada rekam medis saat pasien masuk rawat inap, rawat jalan atau
IGD.

26. Setiap temuan dalam asesmen dicatat dalam rekam medis sehingga dapat
dilihat oleh seluruh penanggungjawab asuhan pasien.

27. Setiap pasien yang akan dilakukan tindakan anestesi atau bedah, harus
dilakukan asesmen medis awal.

28. Skrining status gizi dan kebutuhan fungsional pada asesmen awal medis
dan atau keperawatan didapat melalui penerapan kriteria skrining/
penyaringan yangdicatat dalm formulir asuhan gizi, serta dikonsul untuk
asesmen lebih lanjut dan pengobatan apabila dibutuhkan.

29. Staf yang kompeten mengembangkan kriteria pada pasien yang


memerlukan asesmen nutrisional lebih lanjut, sebagai bagian dari asesmen
awal dan selanjutnya pasien dengan masalah nutrisional menurut kriteria
akan mendapatkan asuhan gizi.

4
30. Staf yang kompeten juga mengembangkan kriteria untuk menetapkan
pasien yang memerlukan asesmen fungsional lebih lanjut sebagai bagian
dari asesmen awal. Pasien yang memerlukan asesmen fungsional tersebut
harus dicatat dalam rekam medis dan dikonsulkan.

31. Pada asesmen awal dan ulang medis dan keperawatan rawat inap/ rawat
jalan dilakukan skrining rasa sakit (nyeri) yang meliputi umur intensitas dan
kualitas (karakter frekuensi, lokasi dan durasi) yang apabila terdeteksi maka
dilakukan asesmen yang lebih mendalam, dicatat pada rekam medis dan
pasien dirujuk untuk mendapatkan manajemen nyeri. Pencatatan dalam
rekam medis dibuat agar asesmen ulang dapat dilakukan secara teratur
hingga nyeri dapat diatasi.

32. Asesmen awal individual untuk populasi tertentu (asesmen tambahan)


dilakukan oleh tenaga kesehatan sesuai dengan disiplin klinis terhadap
pasien dan keluarga pasien untuk tindak lanjut pelayanan kesehatan, yang
meliputi:
a. Anak-anak
b. Dewasa muda
c. Lanjut usia yang lemah
d. Sakit terminal
e. Pasien dengan rasa nyeri kronis dan intens
f. Wanita dalam proses melahirkan
g. Wanita dalam proses terminasi kehamilan
h. Pasien dengan kelainan emosional atau gangguan jiwa
i. Pasien diduga ketergantungan obat atau alkohol
j. Pasien dengan infeksi atau penyakit menular
k. Pasien dengan daya imun rendah.

33. Asesmen awal dan asesmen ulang dilakukan pada pasien yang akan
meninggal/ mendekati kematian serta keluarganya untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Asesmen ini didokumentasikan didalam rekam
medis yang meliputi:
a. Gejala seperti mau muntah dari kesulitan bernapas
b. Faktor-faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
c. Manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga dan kalau perlu keterlibatan
kelompok agama
e. Urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperi putus asa,
penderitaan, rasa bersalah atau pengampunan
f. Status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga,
lingkungan rumah yang memadai apabila diperlukan perawatan di
rumah, cara mengatasi dan reaksi pasien dan keluarga atas penyakit
pasien

5
g. Kebutuhan dukungan atau kelonggatan pelayanan (respite service)
bagi pasien, keluarga dan pemberi layanan lain
h. Kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain
i. Faktor resiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan
potensi reaksi patologis atas kesedihan.

34. Rumah sakit memberikan asuhan akhir kehidupan yang meliputi:


a. Pemberian pengobatan yang sesuai dengan gejala dan keinginan
pasien dan keluarga
b. Menyampaikan isu yang sensitf seperti otopsi dan donasi organ
c. Menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya
d. Mengikutsertakan pasien dan keluarganya dalam dalam setiap aspek
pelayanan
e. Memberikan respon pada maslah psikologis, emosional, spritual dan
budaya pada pasien dan keluarganya.

35. Asesmen awal meliputi penetapan kebutuhan untuk tambahan asesmen


khusus, bila teridentifikasi dapat di dalam ataupun luar rumah sakit dan
dicatat di dalam rekam medis pasien.

36. Asesmen awal menentukan rencana pemulangan pasien (discharge


planning) yang pada saat pemulangannya dalam keadaan kritis karena
umur, kesulitan mobilitas/ gerak, kebutuhan pelayanan medis dan
keperawatan berkelanjutan atau bantuan dalam aktivitas sehari-hari,
dimulai sejak pasien masuk rawat inap.

37. Pada asesmen ulang pasien:


a. Kerangka waktu asesmen ulang pasien, ditetapkan dalam kebijakan
khusus sesuai kondisi pengobatan
b. Isi dari asesmen ulang adalah:
1) Penetapan respon terhadap obat
2) Merencanakan pengobatan lanjutan dan rencana pemulangan
pasien
c. Asesmen ulang pasien gawat darurat dilakukan setiap hari termasuk
hari minggu
d. Asesmen ulang didokumentasikan dalam rekam medis meliputi:
1) Catatan tanda-tanda vital sesuai kondisi pasien secara periodik
2) Respon perubahan terhadap kondisi pasien yang signifikan
3) Perubahan rencana kebutuhan asuhan bila terdapat perubahan
diagnosis
4) Menetapkan apakah obat dan pengobatan berhasil untuk rencana
dan pemulangan pasien
e. Dokter melakukan asesmen ulang setiap hari termasuk hari minggu
selama fase akut perawatan pengobatan

6
f. Asesmen ulang pada pasien non akut, ditetapkan dalam kebijakan
khusus.

38. Asesmen dan asesmen ulang hanya boleh dilakukan oleh staf yang
kompeten berdasarkan Surat Perintah Kepala Rumah Sakit Bhayangkara
Tk.I R. Said Sukamto sesuai dengan undang-undang dan lisensi atau
sertifikasi. Tanggungjawab staf tersebut ditetapkan secara tertulis.

39. Asesmen gawat darurat dan asesmen keperawatan dilaksanakan oleh staf
yang kompeten kompeten berdasarkan Surat Perintah Kepala Rumah
Sakit Bhayangkara Tk.I R. Said Sukamto sesuai dengan undang-undang
dan lisensi atau sertifikasi. Tanggungjawab staf tersebut ditetapkan secara
tertulis.

40. Seluruh staf medis dan keperawatan beserta staf lainnya


bertanggungjawab terhadap pelayanan pasien dan bekerjasama dalam
menganalisa kebutuhan pasien, kemudian mengintegrasikan data dan
informasi asesmen pasien di dalam rekam medis.

41. Asesmen dibuat sehingga dapat mengidentifikasi pelayanan yang paling


urgent.
a. Apabila kebutuhan pasien komplek dan tidak jelas maka perlu
dibentuk tim formal pengobatan, rapat kasus, dan mengikutsertakan
keluarga pasien yang menentukan keputusan, meliputi:
1) Identifikasi
2) Skala prioritas
3) Keputusan pelayanan
b. Pasien dan keluarga pasien harus diberi informasi hasil asesmen dan
diagnosis pasien
c. Pasien dan keluarga pasien harus diberi informasi tentang rencana
pelayanan pengobatan serta diikutsertakan dalam keputusan prioritas
kebutuhan pasien
d. Semua hasil asesmen, instruksi, konsultasi harus didokumentasikan
didalam rekam medis.

42. Hanya dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis,
tenaga paramedis, perawat gigi, bidan, tenaga lab klinik, ahli gizi, penata
anestesi, penata rontgen, perawat rehabilitasi medik dn lain-lain sesuai
dengan kompetensinya yang boleh mengisi rekam medis.

7
KEBIJAKAN KHUSUS
1. Kerangka waktu asesmen awal pasien:
a. Kerangka waktu asesmen awal pasien rawat inap dilakukan 24 jam
setelah pasien masuk rawat inap atau kurang dari 24 jam sesuai
kondisi pasien.
1) Untuk kasus-kasus yang mengancam jiwa dan yang dapat
menimbulkan kerusakan organ asesmen awal medis harus
dilaksanakan dalam waktu 1x24 jam setelah pasien dirawat untuk
mendapatkan pengobatan dan tindakan segera dari dokter sesuai
dengan kompetensinya.
2) Untuk kasus-kasus non akut yang tidak mengancam jiwa asesmen
awal medis dilakukan paling lama 2x24 jam setelah pasien dirawat.
b. Kerangka waktu asesmen awal medis dan keperawatan pada pasien
rawat jalan ditetapkan dalam waktu 15 sampai 30 menit.
c. Kerangka waktu asesmen awal medis dan keperawatan pasien IGD
dilakukan dalam waktu 15 sampai dengan 30 menit. Apabila diperlukan
pemeriksaan penunjang ataupun konsultasi spesialistik maka asesmen
dapat dilakukan dalam waktu 2 jam.
d. Kerangka waktu asesmen dari luar rumah sakit sampai pasien dirawat
inap:
1) Kurang dari 30 hari, bagian-bagian asesmen dapat diulang atau
diverifikasi (radiologi, laboratorium, dan perubahan kondisi pasien
yang signifikan) dan setiap perubahan kondisi pasien yang
signifikan dicatat dalam rekam medis.
2) Lebih dari 30 hari harus diasesmen ulang.
e. Kerangka waktu asesmen lain ,medis dan keperawatan pada keompok
pasien tertentu dilakukan dalam waktu kurang dari 24 jam.

2. Respon time untuk asesmen awal medis IGD adalah 5 lima) menit setelaj
pasien tiba di IGD.

3. DPJP dapat memberikan kewenangan untuk melakukan asesmen awal dan


asesmen ulang dirawat inap kepada dokter ruangan atau dokter jaga yang
sudah diatur sesuai perinta Karumkit.

4. Apabila DPJP berhalangan untuk melakukan asesmen awal maupun


asesmen ulang medis sesuai dengan kerangka waktu yang ditentukan,
maka dapat didelegasikan kepada sesama dokter spesialis yang ada di
bagiannya atau dokter ruangan yang sudah diatur oleh Karumkit.

5. Dalam hal melakukan asesmen awal dan asesmen ulang medis yang
didelegasikan kepadanya, dokter ruangan maupun dokter jaga harus
melaporkan hasil asesmen pasien kepada DPJP untuk diberikan
penatalaksanaan selanjutnya oleh DPJP.

8
6. Pada hari libur asesmen awal medis pasien rawat inap dapat dilakukan oleh
dokter ruangan. Pada kondisi tertentu yang perlu penanganan segera maka
dokter ruangan melaporkan/ mengkonsultasikan kepada DPJP atau
konsultasi spesialistik sesuai kebutuhan pasien untuk pengobatan dan
tindakan lebih lanjut.

7. Dokter umum yang bertugas di instalasi rawat jalan maupun instalasi rawat
inap (poliklinik, rawat inap, ICU, hemodialisa) Rumah Sakit Bhayangara Tk I
R, Said Sukanto merupakan asisten dari dokter spesialis di bagiannya
masing-masing.

8. Asesmen ulang medis dilakukan setiap hari pada:


a. Kasus-kasus yang mengancam jiwa dan yang menimbulkan kerusakan
organ
b. Fase akut dari perawatan dan pengobatannya.

9. Asesmen ulang pasien rawat inap pada hari libur untuk kasus-kasus non
akut yang tidak mengancam jiwa atau pada pasien yang sudah mengalami
perbaikan yang signifikan dapat dilakukan oleh dokter ruangan.

10. Untuk pasien yang membutuhkan pelayanan berbeda ( misal pasien yang
membutuhkan lebih dari satu spesialistik) maka tiap-tiap disiplin klinis yang
memberikan pelayanan pada pasien melakukan asesmen awal masing-
masing sesuai dengan bidangnya.

11. Asesmen awal dan asesmen ulang medis dilakukan oleh DPJP apabila
pasien mungkin menjalani banyak jenis asesmen oleh berbagai unit kerja
dan pelayanan, maka staf yang bertanggungjawab atas pasien
bekerjasama menganalisis temuan pada asesmen dan mengkombinasi
informasi dalam suatu gambaran komperehensif dari kondisi pasien.

12. Dalam asesmen awal medis rawat jalan maupun IGD, dokter menetapkan
apakah pasien membutuhkan perawatan (rawat inap), perawatan ICU,
dirujuk atau dapat dipulangkan.

13. Dalam melaksanakan tugasnya, DPJP ICU/ ICCU/ HCU dibantu oleh dokter
umum yang memiliki spsifikasi pelatihan ATLS, FCCS, atau PFCCS.

14. Tugas dokter intensifis/ dokter spesialis/ dokter di ICU/ ICCU/ HCU:
a. Bertindak sebagai anggota tim pelayanan ICU/ ICCU/ HCU
b. Melakukan re evaluasi pasin dan menentukan program selanjunya bagi
pasien

9
c. Mengirim kembali dan menyampaikan jawaban konsultatif kepada
dokter pengirim
d. Bertanggung jawab atas pelaksanan program pelayanan ICU, ICCU,
HCU kepada koordinator/ penanggung jawab.

15. Tugas perawat ICU/ ICCU/ HCU:


a. Mengelola pelayanan dan asuhan keperawatan secara komperehensif
meliputi pengkajian , diagnosis keperawatan, perencanaan tindaan
keperawatan serta evaluasi pada pasien ICU/ ICCU/ HCU
b. Bertindak sebagai anggota tim ICU/ ICCU/ HCU di semua jenis
pelayanan
c. Melaksanakan semua program keperawatan sesuai rencana
keperawatan yang disepakati oleh tim.
d. Melaksanakan re evaluasi pasien dengan mengusulkan program
keperawatan selanjutnya bagi pasien.
e. Bertanggung jawab atas pelaksanaan program perawatan ICU/ ICCU/
HCU kepada koordinator/ penanggungjawab pelayanan ICU/ ICCU/
HCU.

16. Setelah dokter menetapkan rencana pelaksanaan terhadap pasien, dokter


harus menjelaskan tentang indikasi dan efek samping yang mungkin timbul
dari hasil pengobatan maupun tindakan.

17. Pendokumentasian hasil asesmen medis:


a. Untuk asesmen awal medis, semua hasil asesmen didokumentasikan
pada lembar/ form asesmen awal medis sesuai dengan disiplin klinis
masing-masing
b. Untuk asesmen ulang medis didokumentasian pada lembar terintegrasi
dengan menggunakan ballpoin hitam.

18. Asesmen awal dan asesmen ulang keperawatan dilakukan oleh perawat di
unit kerjanya masing-masing sesuai dengan kompetensi dan
tanggungjawabnya yang ditetapkan secara tertulis, termasuk asesmen
gawat darurat.

19. Pendokumentasian hasil asesmen keperawatan:


a. Untuk asesmen awal keperawatan jalan didokumentasikan pada lembar
pengkajian awal rawat jalan dengan menggunakan ballpoint tinta biru
b. Untuk asesmen awal keperawatan IGD didokumentasikan pada lembar
asuhan keperawatan IGD dengan menggunakan ballpoint tinta biru
c. Untuk asesmen awal dan ulang keperawatan rawat inap
didokumentasikan pada lembar asuhan keperwatan dan lembar
integrasi dengan menggunakan ballpoint tinta biru.

10
d. Perawat mendokumentasikan asesmen ulang tiap harinya. Semua
instruksi dokter dan perubahan yang signiikan pada pasien
didokumentasikan pada lembar integrasi dan asuhan keperawatan
dibubuhi nama dan tandatangan/ paraf perawat pemeriksa.

20. Asesmen awal keperawatan rawat jalan dilakukan dalam kerangka waktu
10-15 menit. Apabila jumlah pasien yang berobat ke poliklinik dalam jumlah
banyak, maka asesmen awal disesuaikan dengan waktu kedatangan
pasien dan kondisi kegawatdaruratan pasien.

21. Asesmen awal keperawatan IGD dilakukan dalam kerangka waktu 10-15
menit. Apabila jumlah pasien yang datang ke IGD dalam jmlah banyak saat
bersamaan, maka asesmen awal disesuaikan dengan kondisi
kegawatdaruratan pasien.

22. Asesmen awal keperawatan pasien rawat inap dilakukan segera setelah
pasien masuk perawatan dalam kerangka waktu 15-30 menit.

23. Asesmen ulang keperawatan jalan pengisian form asesmen keperawatan):


a. Untuk pasien baru: dilakukan asesmen kembali saat pasien kontrol
pertama kali. Untuk kontrol berikutnya, asesmen keperawatan menilai
keluhan pasien, tanda-tanda vital, tinggi badan dan berat badan. Hasil
asesmen didokumentasikan di lembar integrasi.
b. Untuk pasien lama/ kronis: asesmen dilakukan setiap 30 hari saat
pasien kontrol berikutnya.
c. Apabila pasien mendapat pelayanan lebih dari satu polikliinik, maka
tiap-tiap perawat poliklinik melakukan asesmen di bagiannya masing-
masing.

24. Asesmen ulang keperawatan rawat unap dilakukan setiap hari oleh perawat
dan diulang kembali setiap shift pergantian jaga perawat. Hasil asesmen
didokumentasikan di lembar integrasi, apabila ada hal-hal khusus misalnya
perburukan, harus dilakukan asesmen segera dan dilaporkan kepada
dokter ruangan untuk tindakan lebih lanjut.

25. Perawat memberikan pelayanan lain baik kepada pasien ataupun kepada
keluarganya, diantaranya kebutuhan edukasi tentang:
a. Terdapat hambatan dalam pembelajaran, pendengaran, penglihatan,
kognitif, fisik, budaya, agama, emosi, bahasa (butuh penerjemah atau
tidak)

b. Menjelaskan diagnosis dan manajemen penyakit


c. Obat-obatan

11
d. Diet nutrisi
e. Tindakan keperawatan
f. Rehabilitasi manajemen nyeri.

26. Dalam melakukan tindakan, perawat haru menjelaskan indikasi


dilakukannya tindakan dan kemungkinan timbulnya efek samping (misalnya
pemasangan infus, NGT, penyuntikan, pemberian obat dan tindakan
lainnya).

12

Anda mungkin juga menyukai