Anda di halaman 1dari 21

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

EKPLORASI MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI


GEOGRAFIS

TUGAS MAKALAH
GEOLOGI CITRA JAUH

OLEH :

Roby Ebbesta
(143.610.822)

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2021
1
i
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatu. Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa kita ucapkan. Atas rahmat dan karunia-Nya yang berupa iman dan kesehatan akhirnya
kami dapat menyelesaikan makalah ini. Shawalat serta salam tercurah pada Rasulullah SAW. Semoga
syafaatnya mengalir pada kita kelak.
Makalah dengan judul “Ekplorasi Menggunakan Sistem Informasi Geografis”dibuat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Geologi Citra Jauh. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas
mingguan wajib yang harus diselesaikan. Makalah ini juga dilengkap studi kasus yang
mengaplikasikan mengenai judul dari makalah penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah Geologi Citra Jauh. Besar harapan penulis agar makalah ini bisa menjadi
pembelajaran. Penulis juga berharap agar isi makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan penulisan. Kritik yang
terbuka dan membangun sangat penulis nantikan demi kesempurnaan makalah. Demikian kata
pengantar ini penulis sampaikan. Terima kasih atas semua pihak yang membantu penyusunan dan
membaca makalah ini.

Pekanbaru, 15 Maret 2021

Penulis

2
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PENDAHULUAN

Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)

Pengertian SIG yaitu sistem informasi khusus yang mengolah data yang
mempunyai informasi spasial (bereferensi keruangan). Dengan pengertian lain, sistem
informasi geografis merupakan sistem komputer yang memiliki kemampuan untuk
membangun, menyimpan, mengelola dan menampilkan informasi bereferensi
geografis, seperti data di identifikasi berdasarkan lokasinya didalam database.

Manfaat Sistem Informasi Geografis (SIG)

Adapun manfaat dari sistem informasi geografis adalah sebagai berikut:

1. Manajemen Tata Guna Lahan

SIG bisa membantu dalam membuat perencanaan setiap wilayah pemanfaatan lahan di
kota yang dibagi menjadi daerah pemukiman, indurstri, perdaganan, perkantoran, fasilitas
umum dan jalur hijau dan hasilnya bisa digunakan sebagai acuan dalam pembangunan utilitas-
utilitas yang dibutuhkan.

2. Inventarisasi Sumber Daya Alam

Manfaat SIG untuk kekayaan sumber daya alam adalah:

A. Untuk mengetahui persebaran beberapa sumber daya alam, seperti minyak bumi,
batubara, emas, besi dan bahan tambang lain.

B. Untuk mengetahui persebaran area lahan, seperti:

C. Area lahan yang potensial dan lahan kritis

D. Area hutan yang masih baik dan hutan yang telah rusak

E. Area lahan pertanian dan perkebunan

3
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
F. Memanfaatkan perubahan pembangunan lahan

G. Rehabilitasi dan konservasi lahan

3. Pengawasan Daerah Bencana Alam

Dalam pengawasan daerah bencana alam, SIG memiliki manfaat antara lain:

A. Melihat luas daerah bencana alam.

B. Sebagai pencegahan jika terjadi bencana alam di masa mendatang

C. Menentukan tingkat bahaya erosi

D. Memprediksi ketinggian banjir

E. Memprediksi tingkat kekeringan

F. Menyusun rencana-rencana pembangunan ulang daerah bencana

4. Bidang Perencanaan Kota dan Wilayah

A. Bidang Sumber Daya: misalnya kesesuaian lahan, pemukiman, pertanian, perkebunan,


tata guna lahan, pertambangan dan energi, analisis daerah rawan bencana

B. Bidang Perencanaan Ruang: Misalnya perencanaan tata ruang wilayah, kawasan


industri, pasar, permukimana dan lainnya.

C. Bidang Manajemen/ Sarana prasarana: misalnya sistem jaringan air bersih,


perencanaan dan perluasan jaringan listrik

D. Bidang Pariwisata: misalnya inventarisasi pariwisata dan analisis potensi pariwisata


suatu daerah

E. Bidang Transportasi: misalnya inventarisasi jaringan transportasi publik, perencanaan


perluasan sistem jaringan jalan, analisis kawasan rawan macet dan kecelakaan

F. Bidang Sosial dan Budaya: misalnya mengetahui luas dan persebaran penduduk suatu
daerah, pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan
pada suatu kawasan, kawasan industri, sekolah, rumah sakit, hiburan dan perkantoran

5. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)

A. Perangkat Keras (Hardware)

Perangkat keras atau hardware yaitu perangkat fisik yang menjadi bagian dari

4
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
sistem komputer yang mendukung analisis geografi dan pemetaan. Perangkat keras SIG
mempunyai kemampuan untuk menyajikan citra dengan resolusi dan kecepatan yang
tinggi dan juga mendukung operasi berbasis data dengan jumlah volume data yang besar
dengan cepat. Perangkat keras SIG tersusun atas berbagai bagian pengimput data,
pengolah data, dan pencetak hasil proses. Menurut prosesnya dibedakan menjadi:

 input data: mouse,, digitizer, scanner

 Olah data: harddisk, processor, RAM, VGA Card

 Output data: plotter, printer, screening

B. Perangkat Lunak (Software)

Perangkat lunak atau software yaitu perangkat yang dipakai untuk melaksanakan
proses menyimpan, menganalisa, memvisualkan data secara spasial ataupun non-spasial.
Perangkat lunak terdiri didalam SIG terdiri dari:

 Alat untuk mengimput dan memanipulasi data SIG

 Data Base Management System (DBMS)

 Alat untuk analisa data

 Alat untuk menayangkan data dari hasil analisa

C. Data

Secara prinsipnya data terdiri dari dua jenis dalam SIG, yaitu:

 Data Spasial

Data spasial merupakan perwujudan nyata suatu daerah yang ada di


permukaan bumi. Secara umum dipresentasikan dalam bentuk peta, gambar
berformat digital dan disimpan dalam bentuk koordinat x,y (vektor) atau dalam
bentuk image (raster) yang mempunyai nilai tertentu.

 Data Non Spasial

Data non spasial merupata data berupa tabel yang mana tabel tersebut
memiliki isi informasi yang dimiliki oleh obyek dalam data spasial. Data itu
berbentuk data tabular yang satu sama lain di integrasikan dengan data spasial yang
ada.

 Manusia

Manusia adalah elemen pokok dari SIG dikarenakan manusia adalah


5
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
perencana dan pengguna SIG. Pengguna SIG mempunyai tingkatan seperti pada
sistem informasi lainnya, dari tingkat spesialis teknis yang membuat desain dan
mengolah sistem, sampai dengan pengguna yang menggunakan SIG untuk
membantu pekerjaan sehari-hari.

 Metode

Setiap masalah dalam metode yang dimanfaatkan dalam SIG akan berbeda.
SIG yang baik terikat pada aspek desain dan aspek realnya.

6. Ruang Lingkup Sistem Informasi Geografis (SIG)

Adapun ruang lingkup SIG terdiri atas lima proses atau tahapan dasar, yaitu:

A. Input Data

Proses input data digunakan untuk memasukkan daya spasial dan data non spasial.
Data spasial bisa berbentuk peta analog. SIG harus memakai peta digital sehingga peta
analog tersebut harus dikonversi ke bentuk peta digital dengan memakai alat digitizer.
Kecuali itu proses digitasi dapat pula dilakukan proses overlay dengan melakukan proses
scanning pada peta analog.

B. Manipulasi Data

Tipe data yang perlukan oleh SIG kemungkinan harus dimanipulasi supaya sesuai

6
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
dengan sistem yang dipakai. Untuk itu, SIG mampu melaksanakan fungsi edit baik untuk
data spasial atau non spasial

C. Manajemen Data

Jika data spasial sudah diinput maka proses selanjutnya adalah pengolahan data non
spasial. Pengolahan data non spasial meliputi pemakaian DBMS untuk menyimpan data
yang ukurannya besar.

D. Query dan Analisis

Query yaitu proses analisis yang dilaksanakan secara tabular. Secara fundamental
SIG dapat melakukan dua jenis analisis data, yaitu:

 Analisis Proximity

Analisis proximity adalah analisis geografi berbasis jarak antar layer. SIG
memakai proses buffering untuk menentukan dekatnya keterkaitan antar sifat bagian
yang ada.

 Analisis Overlay

Overlay adalah proses penyatuan data lapisan layer yang berbeda. Secara
sederhana, overlay yaitu operasi visual yang membutuhkan lebih dari satu layer untuk
kemudian disatukan secara fisik.

E. Visualisasi

Sebagian tipe operasi geografis, hasil akhir yang paling baik ditampilkan dalam
bentuk peta atau grafik. Peta sangat efektif untuk menyimpan dan memberikan informasi
geografis.

7
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEMBAHASAN JURNAL

Judul jurnal
Aplikasi Sistem Informasi Geografis (Sig) Untuk Pemetaan Potensi Mineralisasi
Emas Epitermal Di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia

Pendahuluan

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dalam kegiatan eksplorasi


mineral terutama mineral logam telah dikenal sejak awal tahun 1980-an oleh
industri pertambangan dan lembaga-lembaga pemerintah di Indonesia. Dalam hal
ini SIG pada umumnya hanya diaplikasikan sebagai alat bantu dalam pembuatan
peta dan sebagai sistem penyimpanan data (basis data) hasil eksplorasi. Sementara
itu perkembangan pemanfaatan SIG dalam kegiatan eksplorasi saat ini telah
berkembang dengan pesat terutama di negara-negara maju seperti Australia,
Kanada, dan Amerika Serikat.
Di negara-negara tersebut SIG tidak saja hanya dimanfaatkan sebagai alat
bantu pengganti manusia dalam menghasilkan peta, tetapi juga sudah
dimanfaatkan sebagai suatu sistem informasi terpadu yang ditujukan untuk
pengambilan keputusan terutama dalam analisis kuantitatif dan integrasi data
spasial.Mengingat belum banyaknya kajian mengenai aplikasi SIG seperti tersebut
di atas di Indonesia maka studi ini dilakukan dengan tujuan utama adalah untuk
mempelajari metoda dan teknik dalam SIG yang umum diterapkan dalam analisis
kuantitatif dan integrasi data spasial, terutama data spasial yang berhubungan
dengan kegiatan eksplorasi mineral logam seperti data geologi, geokimia,
geofisika dan penginderaan jauh (remote sensing).
Pulau Flores dipilih sebagai daerah studi karena pulau ini berada pada
busur magmatik Sunda-Banda yang telah dikenal sebagai wilayah penghasil
mineral logam di Indonesia. Hampir 20% dari logam emas di Indonesia dihasilkan
8
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
dari busur magmatik ini (Gambar 1). Selain itu, beberapa penyelidikan
pendahuluan yang dilakukan di pulau ini menunjukkan bahwa pulau ini sangat
prospektif bagi keterdapatan mineral logam terutama mineral logam mulia (emas
dan perak) dalam bentuk endapan epitermal.

Metoda dan teknik analisis data spasial menggunakan SIG

Secara umum terdapat dua metoda yang dapat digunakan untuk analisa
data spasial secara kuantitatif menggunakan SIG yaitu metoda empirikal dan
konseptual. Metoda empirikal merupakan metoda yang mendasarkan kajiannya
pada hubungan antara lokasi bahan galian atau mineralisasi yang telah diketahui
dari hasil eksplorasi sebelumnya dengan kondisi geologi di sekitarnya, salahsatu
syarat agar metoda ini dapat digunakan dengan efektif yaitu tersedianya data
lokasi mineralisasi yang jumlahnya ditentukan oleh perhitungan statistik
tertentu.Sedangkan metoda konseptual mendasarkan kajiannya pada konsep
pembentukan suatu endapan mineral dengan menggunakan sistem mineral
(mineral system) (Gambar 2) sebagai acuan dasar.
Mineral system didefinisikan sebagai: semua faktor geologi yang
berpengaruh pada terbentuknya endapan mineral. Pemahaman yang baik
mengenai proses yang terlibat dalam transportasi bijih dari sumbernya sehingga
terakumulasi menjadi suatu endapan mineral yang konsentrasinya lebih tinggi
dibanding konsentrasi di sumbernya diperlukan untuk dapat mengaplikasikan
mineral system pada tipe endapan mineral tertentu.
Keuntungan dari penggunaan metoda konseptual dalam analisis kuantitatif
dan integrasi data spasial menggunakan SIG adalah tidak dibutuhkannya lokasi
bahan galian atau mineralisasi sebagai salahsatu faktor dalam pemetaan potensi
mineral sehingga metoda ini dapat diterapkan untuk daerah yang belum
dieksplorasi atau tingkat eksplorasinya masih dalam tahap pendahuluan.Dalam
metoda konseptual terdapat beberapa teknik untuk mengintegrasikan data spasial
menjadi peta potensi mineralisasi, salahsatunya adalah dengan menggunakan
metoda fuzzy logic. Dalam metoda fuzzy logic terdapat beberapa operator dan
fungsi diantaranya adalah operator fuzzy AND dan fuzzy OR, dan fungsi fuzzy
gamma. Studi ini menggunakan mineral system untuk mineralisasi emas epitermal
dalam analisis data dan mengaplikasikan metoda fuzzy logic dalam integrasi data.

9
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Data spasial yang tersedia


Studi ini memanfaatkan data spasial yang berskala regional (lebih kecil
dari 1 : 100.000), hal ini dilakukan mengingat bahwa luas daerah studi yang
mencapai lebih dari 10.000 km persegi dan juga sangat terbatasnya data yang
bersifat lokal. Data yang tersedia adalah:
1) Peta geologi digital (Gambar 3) hasil konversi dari peta hardcopy hasil
pemetaan geologi bersistem yang dilakukan oleh Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi (PPPG) terdiri dari: Lembar Ende dan Lembar
Ruteng yang masing-masing berskala 1 : 250.000.
2) Digital Elevation Model (DEM) (Gambar 4) adalah data ketinggian
topografi digital yang diambil dari misi Space Shuttle Endeavour atau
lebih dikenal sebagai Shuttle Radar Topography Mission (SRTM) data.
Data ini digunakan untuk menentukan cakupan daerah aliran sungai
(DAS) dalam penentuan daerah anomali untuk geokimia conto endapan
sungai.
3) Data geokimia untuk 326 conto endapan sungai dengan unsur yang
dianalisis kadarnya sebanyak 12 unsur (Cu, Pb, Zn, Co, Ni, Cr, Mn, Fe,
Au, Ag, Li, dan K). Data ini dihasilkan oleh Direktorat Inventarisasi
Sumber Daya Mineral (DIM) melalui proyek pemetaan geokimia
sistematis di P.Flores pada tahun 2001 dan 2002.
4) Data citra Landsat 7 ETM+ untuk daerah Flores dan sekitarnya yang
tercakup dalam 2 citra yaitu daerah bagian barat direkam pada tahun
1999 dan bagian timur direkam pada tahun 2001.

Analisis data spasial


Analisis data spasial dapat dibagi menjadi 4 bagian yang terdiri dari:
1. Analisis data geologi
Data geologi terdiri dari data formasi batuan dan data struktur. Analisis
data formasi batuan dengan menggunakan konsep mineral system berhasil
mengidentifikasikan formasi batuan yang dapat menjadi batuan induk untuk
mineralisasi emas epitermal di daerah studi adalah Formasi Kiro dan Formasi
Tanahau, dan batuan beku berkomposisi granodiorit dan diorit kuarsa dinilai
sebagai sumber panas bagi sistem epitermal di daerah ini (Gambar 5).Selain itu,

10
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
analisis data struktur geologi dengan menggunakan konsep yang sama dengan
yang digunakan dalam analisis data formasi batuan berhasil mengidentifikasikan
struktur geologi berupa sesar yang berumur Miosen Tengah - Pliosen sebagai
media utama penyalur fluida pembawa komponen bijih hasil proses hidrotermal
dari sumber bijih ke tempat akumulasinya (Gambar 6).
2. Analisis data geokimia
Analisa data geokimia endapan sungai menggunakan pendekatan analisis
daerah aliran sungai (catchment-basin approach) sebagai dasar untuk menentukan
daerah pengaruh dari lokasi conto endapan sungai. Anomali geokimia endapan
sungai ditentukan dengan melalui beberapa tahap:
a. Penentuan daerah aliran sungai (DAS) menggunakan data DEM.
b. Penggambaran frekuensi histogram data mentah (raw data) untuk
menentukan apakah transformasi logaritmik dibutuhkan untuk
menormalkan data.
c. Analisis regresi untuk menentukan nilai unsur yang berada di bawah
nilai deteksi.
d. Analisis regresi untuk menentukan nilai background untuk setiap DAS
dengan memperhitungkan luas fomasi batuan dan efek pengayaan
akibat adanya unsur Fe dan Mn.
e. Perhitungan nilai residual untuk menentukan daerah anomali.
f. Koreksi nilai anomali akibat pengaruh tercampurnya material dari
daerah yang termineralisasi dan tidak termineralisasi pada conto
endapan sungai.
g. Analisis principal component dari anomali residual untuk
mengklasifikasikan anomali yang berhubungan dengan mineralisasi
emas epitermal (Gambar 7).3. Analisis data Landsat 7 ETM+
menggunakan metoda Crósta. Metoda Crósta adalah metoda yang
umum digunakan dalam analisis citra Landsat untuk menentukan zona
ubahan limonitik dan lempung. Dasar metoda ini adalah analisis nilai
eigenvector loading dari hasil analisis principal component untuk
kombinasi band 1, 3, 4, dan 5 (ubahan limonitik) dan kombinasi band
1, 4, 5, dan 7 (ubahan lempung). Hasil analisis adalah citra greyscale
dengan zona ubahan limonitik dan lempung berupa daerah dengan
tingkat kecerahan yang tinggi (Gambar 8 dan 9).

11
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Integrasi data spasial


Integrasi data dilakukan dengan menggunakan utiliti Arc-SDM yaitu utiliti
tambahan untuk program SIG ArcView. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah
memberikan nilai fuzzy membership untuk tiap attribute yang terdapat pada tiap
dataset berdasarkan pada konsep mineral system untuk mineralisasi emas
epitermal. Setelah itu, beberapa model fuzzy logic dicoba untuk diterapkan pada
proses integrasi yaitu:1. Model pertama menggunakan operator fuzzy AND untuk
menggabungkan data ubahan (ubahan limonitik dan ubahan lempung).
Selanjutnya integrasi data lainnya dilakukan dengan menggunakan fungsi fuzzy
gamma dengan nilai gamma berkisar mulai dari 0.9 sampai 0.975 (Gambar 10).2.
Model kedua menggunakan operator fuzzy OR untuk menggabungkan data
ubahan. Selanjutnya integrasi data lainnya dilakukan dengan menggunakan fungsi
fuzzy gamma dengan nilai gamma berkisar mulai dari 0.9 sampai 0.975 (Gambar
11).3. Model ketiga menggunakan fungsi fuzzy gamma untuk menggabungkan
seluruh data.

Hasil integrasi

Proses integrasi menghasilkan 48 peta potensi mineralisasi emas


epitermal. Peta potensi mineralisasi yang baik didefinisikan memiliki luas daerah
prospek paling kecil akan tetapi memuat paling banyak lokasi keterdapatan
mineral, atau dengan kata lain memiliki rasio terbesar antara jumlah lokasi
keterdapatan mineral dengan luas daerah prospek. Berdasarkan kriteria ini, satu
peta hasil dari integrasi data dengan menggunakan model pertama (Gambar 10)
dipilih sebagai peta potensi mineralisasi emas epitermal terbaik (Gambar 13).
Studi ini berhasil menunjukkan daerah prospek untuk mineralisasi emas epitermal
di bagian barat dan timur P. Flores selain dari daerah prospek di bagian tengah
yang telah diketahui dari penyelidikan terdahulu.

12
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
DaftarPustaka

An, P., Moon, W. M. & Rencz, A. (1991) Application Of Fuzzy Set Theory To
Integrated Mineral Exploration. Canadian Journal Of Exploration Geophysics, 27(1), 1-
11.
An, P., Moon, W. M. & Bonham-Carter, G. F. (1992) On Knowledge-Based Approach
Of Integrating Remote Sensing, Geophysical And Geological Information. In:
International Geoscience And Remote Sensing Symposium (Igarss), Pp. 34-38.
Bonham-Carter, G. F. (1994) Geographic Information Systems For Geoscientists,
Modelling With Gis. Pergamon, Ontario, 398 Pp.
Bonham-Carter, G. F., Rogers, P. J. & Ellwood, D. J. (1987) Catchment Basin Analysis
Applied To Surficial Geochemical Data, Cobequid Highlands, Nova Scotia. Journal Of
Geochemical Exploration, 29, 259-278.
Carlile, J. C. & Mitchell, A. H. G. (1994) Magmatic Arcs And Associated Gold And
Copper Mineralization In Indonesia. Journal Of Geochemical Exploration, 50, 91-142.
Carranza, E. J. M. & Hale, M. (1997) A Catchment Basin Approach To The Analysis Of
Reconaissance Geochemical-Geological Data From Albay Province, Philippines.
Journal Of Geochemical Exploration, 60, 157-171.
Crã“Sta, A. P. & Rabelo, A. (1993) Assessing Landsat Tm For Hydrothermal Alteration
Mapping In Central-Western Brazil. In: Ninth Thematic Conference On Geologic
Remote Sensing, Pp. 1053-1061, Pasadena, California, U.S.A.
D'ercole, C., Groves, D. I. & Knox-Robinson, C. M. (2000) Using Fuzzy Logic In A
Geographic Information System Environment To Enhance Conceptually Based
Prospectivity Analysis Of Mississipi Valley-Type Mineralisation. Australian Journal Of
Earth Sciences, 47, 913-927.
Garwin, S. (2000) Map Of Major Gold And Copper Districts, Deposits And Prospects
Of The Indonesian Region [Online], Datametallogenica, Available:
Http://Www.Datametallogenica.Com/Pages/Minidisc/Html/Batu-Hijau_Files/Batuhijau-
Mapsect/Batuhijau076.Gif
Hedenquist, J. W., Izawa, E., Arribas, A. & White, N. C. (1996) Epithermal Gold
Deposits: Styles, Characteristics, And Exploration Society Of Resource. Geology,
Tokyo, Japan, 16 Pp.
Kemp, L. D., Bonham-Carter, G. F., Raines, G. L. & Looney, C. G. (2001) Arc-Sdm:
Arcview Extension For Spasial Data Modelling Using Weights Of Evidence, Logistic
13
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Regression, Fuzzy Logic And Neural Network Analysis. Geological Survey Of Canada.
Knox-Robinson, C. M. & Wyborn, L. A. I. (1997) Towards A Holistic Exploration
Strategy: Using Geographic Information Systems As A Tool To Enhance Exploration.
Australian Journal Of Earth Sciences, 44(4), 453-463.
Longley, P. A., Goodchild, M. F., Maguire, D. J. & Rhind, D. W. (2001) Geographic
Information Systems And Science John Wiley. & Sons, Chichester, 454 Pp.
Raines, G. L. (2001) Resource Materials For A Gis Spasial Analysis Course, Pp. 216.
U.S. Geological Survey, Washington.
Tangestani, M. H. & Moore, F. (2000) Iron Oxide And Hydroxyl Enhancement Using
The Crã³Sta Method: A Case Study From The Zagros Belt, Fars Province, Iran.
International Journal Of Applied Earth Observation And Geoinformation, 2(2), 140-
146.
White, N. C. & Hedenquist, J. W. (1990) Epithermal Environments And Styles Of
Mineralization: Variations And Their Causes, And Guidelines For Exploration. Journal
Of Geochemical Exploration, 36, 445-474.
Wyborn, L. A. I., Gallagher, R. & Mernagh, T. (1995) Using Gis For Mineral Potential
Evaluation In Areas With Few Known Mineral Occurrences. In: Second National
Forum On Gis In The Geosciences Forum, Pp. 199-211. Australian Geological Survey
Organisation, Canberra.

14
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
LAMPIRAN

Gambar 1 Peta lokasi Busur Magmatik Sunda-Banda dan lokasi keterdapatan mineral Logam mulia

dalam berbagai tipe

Gambar 2 Skema Mineral System untuk endapan emas epitermal

15
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Gambar 3 Peta geologi daerah penelitian

Gambar 4. Peta relief shaded dari DEM (Digital Elevation Model) dan pola aliran
16
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
sungai

Gambar 5 Peta batuan induk dan batuan intrusi yang berhubungan dengan
mineralisasi emas epitermal

17
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
Gambar 6 Peta Struktur Geologi yang berhubungan dengan mineralisasi emas epitermal

Gambar 7 Peta anomali geokimia yang diinterpretasikan mewakili mineralisasi emas


epitermal dari hasil analisis principal component

Gambar 8 Peta zona ubahan limonitik (pixel dengan warna cerah)


18
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Gambar 9 Peta zona ubahan lempung (pixel dengan warna cerah)

Gambar 10 Skema integrasi data dengan operator Fuzzy AND untuk menggabungkan zona
ubahan dan fungsi Fuzzy Gamma untuk menggabungkan tema lainnya

19
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Gambar 11 Skema integrasi data dengan operator Fuzzy OR untuk menggabungkan zona ubahan
dan fungsi Fuzzy Gamma untuk menggabungkan tema lainnya

Gambar 12 Skema integrasi data dengan fungsi Fuzzy Gamma untuk menggabungkan seluruh
tema

20
UNIVERSITAS ISLAM RIAU

Gambar 13 Peta potensi mineralisasi emas epitermal terbaik yang dihasilkan dengan
menggunakan skema pada Gambar 10

http://psdg.bgl.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=373:aplikasi-sig-

21

Anda mungkin juga menyukai