Anda di halaman 1dari 5

BAB I

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Jika diterjemahkan Bhinneka Tunggal Ika, kata bhinneka berarti
beraneka ragam atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa sansekerta
memiliki makna macam dan menjadi pembentuk kata “aneka” dalam
bahasa Indonesia. Kata Tunggal berarti satu. Kata ika berarti itu. Secara
harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan beraneka satu itu‖ yang
bermakna meski berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia
tetap adalah satu kesatuan. Negara republik Indonesia yang terdiri
beraneka ragam budaya bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan
kepercayaan tersebut memiliki kesatuan yang tercakup di dalam semboyan
tersebut.
Semboyan Bhinneka Tunggal Ika bisa ditemukan dalam Kitab
Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada abad ke-14 pada era
Kerajaan Majapahit. Mpu Tantular merupakan seorang penganut Buddha
Tantrayana, namun merasakan hidup aman dan tentram dalam kerajaan
Majapahit yang lebih bernafaskan agama Hindu.9 Bhinneka Tunggal Ika
mulai menjadi bahan diskusi terbatas antara Muhammad Yamin, I Gusti
Bagus Sugriwa, dan Bung Karno di sela-sela sidang BPUPKI sekitar dua
bulan setengah sebelum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bahkan Bung
Hatta sendiri mengemukakan bahwa Bhinneka Tunggal Ika merupakan
ciptaan Bung Karno pasca Indonesia merdeka. Setelah beberapa tahun
kemudian ketika mendesain Lambang Negara Republik Indonesia dalam
bentuk burung Garuda Pancasila, semboyan Bhinneka Tunggal Ika
disisipkan ke dalamnya.
Secara resmi lambang ini digunakan dalam Sidang Kabinet Republik
Indonesia Serikat yg dipimpin oleh Bung Hatta pada tanggal 11 Februari
1950 berdasarkan rancangan yang diciptakan oleh Sultan Hamid ke-2
(1913-1978). Pada sidang tersebut mengemuka banyak usulan rancangan
lambang negara, selanjutnya yang dipilih adalah usulan yang diciptakan
Sultan Hamid ke-2 & Muhammad Yamin, dan kemudian rancangan dari
Sultan Hamid yang akhirnya ditetapkan. Karya Mpu Tantular tersebut oleh
para founding fathers diberikan penafsiran baru sebab dianggap sesuai
dengan kebutuhan strategis bangunan Indonesia merdeka yang terdiri atas
beragam agama, kepercayaan, etnis, ideologi politik, budaya dan bahasa.
Dasar pemikiran tersebut yang menjadikan semboyan keramat ini terpajang
melengkung dalam cengkeraman kedua cakar Burung Garuda. Burung
Garuda dalam mitologi Hindu ialah kendaraan Dewa Wishnu.
Para pendiri bangsa Indonesia yang sebagian besar beragama Islam
tampaknya cukup toleran untuk menerima warisan Mpu Tantular tersebut.
Sikap toleran ini merupakan watak dasar suku-suku bangsa di Indonesia
yang telah mengenal beragam agama, berlapis-lapis kepercayaan dan
tradisi, jauh sebelum Islam datang ke Nusantara. Sekalipun dengan
runtuhnya Kerajaan Majapahit abad XV, pengaruh Hindu-Budha secara
politik sudah sangat melemah, secara kultural pengaruh tersebut tetap
lestari sampai hari ini.
Bhineka Tunggal Ika merupakan bagian dari kehidupan seseorang,
seseorang yang hidup di negara yang majemuk seperti ini hampir dapat
dipastikan sulit untuk menghindari dari persentuhan dan pergaulan dengan
orang yang berbeda etnis/suku, ras, bahasa, kebudayaan dan agama. Dalam
persoalan agama tetap menganut kepercayaan masing-masing. Namun
dengan banyaknya perbedaan tersebut bukan berarti membuat seseorang
tidak dapat menyatu dengan individu atau kelompok lain dalam berbangsa
dan bernegara.
Proses pemahaman makna dan konsep Bhinneka Tunggal Ika yang
sekarang ini dirasakan sulit untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
terlebih pada masyarakat yang masih memperlihatkan sikap dan tindakan
mementingkan diri sendiri, seperti muncul sikap egoistis/individual,
sukuisme, apatisme, yang menjadikan proses hubungan sosial masyarakat
kurang terjalin harmonis.
Permasalahan perbedaan suku, bahasa, budaya, agama bahkan
perbedaan pendapat hingga kini masih banyak terjadi perselisihan karena
masyarakat mengedepankan egoismenya masing-masing dibandingkan
dasar negara Indonesia sendiri yaitu Pancasila dimana dasar negara
tersebut berbunyi ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia. Isi dasar negara tersebut sudah mencakup
keseluruhan dan tidak dibeda-bedakan untuk siapa dan yang mana.
Presiden Joko Widodo sendiri telah mengumumkan penetapan
Provinsi Kalimantan Timur sebagai lokasi IKN. Tepatnya, di sebagian
Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai
Kartanegara. “Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian
Kabupaten Penajam Paser Utara dan di sebagian Kabupaten Kutai
Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur,” kata Jokowi, sebagaimana
dikutip Kompas.com, (26/8/2022). Alasan pemilihan kedua daerah
tersebut, berdasarkan Buku Saku Pemindahan IKN adalah:
Pertama, minimnya risiko bencana seperti banjir, gempa, tsunami,
kebakaran hutan, gunung berapi, dan tanah longsor.
Kedua, lokasinya yang strategis dan berada di tengah-tengah
Indonesia. Secara geografis, jarak rata-rata Kalimantan Timur ke seluruh
provinsi di Indonesia adalah 893 km.
Ketiga, lokasi IKN berdekatan dengan wilayah perkotaan yang sudah
berkembang, yaitu Balikpapan dan Samarinda.
Keempat, infrastruktur yang ada di Balikpapan dan Samarinda relatif
sudah lengkap. Seperti jalan tol Balikpapan - Samarinda, trans Kalimantan,
Bandara di Balikpapan dan Samarinda, serta Pelabuhan Terminal Peti
Kemas Kariangau (Balikpapan) dan Pelabuhan Semayang (Samarinda).
Kelima, pemerintah dan BUMN memiliki lahan seluas 180.000 hektar
untuk mengurangi biaya.
Jokowi resmi menetapkan nama ibu kota baru di Kalimantan Timur,
yaitu Nusantara. Nama Nusantara, menurut Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Bappenas Suharso Monoarfa, dipilih dari sekitar
80 nama lain yang diusulkan, seperti Negara Jaya, Nusantara Jaya, Nusa
Karya, Nusa Jaya, Pertiwipura, Cakrawalapura, dan Kertanegara.
“Alasannya adalah Nusantara sudah dikenal sejak dulu, dan ikonik di
internasional, mudah dan menggambarkan kenusantaraan kita semua
Republik Indonesia,” terang Suharso dikutip dari Kompas.com
(22/1/2022).
Sementara itu, Deputi IV Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Juri
Ardiantoro pernah menyampaikan bahwa skema pembiayaan IKN tidak
seluruhnya bergantung kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN), melainkan juga mengandalkan investasi. Dikutip dari laman
resmi IKN, skema pembiayaan pembangunan IKN Nusantara hingga 2024
mayoritas dibebankan pada APBN yakni sebesar 53,3 persen. Sisanya,
didapat dari Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU), swasta, dan
BUMN sebesar 46,7 persen.
Mengacu pada Buku Saku Pemindahan IKN, tahapan awal
pembangunan ibu kota dilakukan pada 2020 hingga 2024 mendatang.
Dimulai dari pembangunan infrastruktur utama seperti Istana
Kepresidenan, Gedung MPR/DPR, dan perumahan di area utama IKN.
Selanjutnya, akan dilakukan pemindahan ASN/PNS tahap awal seperti
TNI, Polri, dan MPR. Pada tahap awal juga menargetkan infrastruktur
dasar utama sudah selesai dibangun dan mulai beroperasi, seperti air
hingga energi untuk 500 ribu penduduk.
Pasal 8 UU IKN yang resmi disahkah oleh DPR pada Selasa
(18/1/2022) lalu, mengatur keberadaan Otorita IKN Nusantara sebagai
penyelenggara pemerintahan daerah khusus IKN Nusantara. Otorita IKN
Nusantara adalah lembaga setingkat kementerian yang akan beroperasi
paling lambat akhir tahun 2022. Pasal 9 ayat (1) UU IKN mengatur bahwa,
“Otorita IKN Nusantara dipimpin oleh Kepala Otorita IKN Nusantara dan
dibantu oleh seorang Wakil Kepala Otorita IKN Nusantara yang ditunjuk,
diangkat, dan diberhentikan langsung oleh Presiden setelah berkonsultasi
dengan DPR.” Nantinya, Kepala Otorita dan Wakil Kepala Otorita IKN
Nusantara memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat
kembali diangkat dalam masa jabatan yang sama. Sementara itu, Kepala
dan Wakil Kepala Otorita IKN Nusantara tersebut akan ditunjuk dan
diangkat pertama kalinya oleh Presiden paling lambat dua bulan setelah
UU IKN diundangkan. Dengan begitu, Otorita IKN Nusantara langsung
bertanggung jawab kepada Presiden tanpa perantara DPRD setempat.
Berdasarkan masalah diatas, maka peneliti terinspirasi untuk
mengambil judul Tugas Makalah “PANDANGAN SEBAGAI
WARGANEGARA DALAM RANGKA ADANYA IKN /
NUSANTARA YANG BARU DIRESMIKAN PRESIDEN RI SERTA
JELASKAN MAKNA KEBHINEKA TUNGGAL IKA AN UNTUK
NKRI”

Anda mungkin juga menyukai