JURNAL
Oleh:
A. WAWASAN KEBANGSAAN
1. Pengertian Wawasan Kebangsaan
b. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku, antara lain :
1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian masyarakat.
3) Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik,baik
tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
4) Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturanperundang-
undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
menjadi pelopor dalam penegakan peraturan/perundangan ditengah-tenagh
masyarakat.
5) Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka,
proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
c. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
1) Memegang teguh ideologi Pancasila.
2) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
3) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
4) Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengahmasyarakat.
5) Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila
ditengah kehidupan sehari-hari.
6) Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsiASN.
7) Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam
konteks kekinian.
8) Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasilamerupakan
dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa.
9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain:
1) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
2) Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuanbangsa
dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
3) Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagaimacam
ancaman.
4) Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
5) Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi
yang penuh dengan kesulitan.
6) Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan siasia.
e. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan
perilaku antara lain :
1) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
2) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
3) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
4) Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5) Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat
serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
6) Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikanTuhan
Yang Maha Esa.
7) Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai
gaya hidup.
8) Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-
kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.
2. Narkoba
a. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
Di kalangan masyarakat luas atau secara umum dikenal istilah Narkoba atau
Napza, dimana keduanya istilah tersebut mempunyai kandungan makna yang sama.
Kedua istilah tersebut samasama digunakan dalam dunia obat-obatan atau untuk
menyebutkan suatu hal yang bersifat adiktif, yaitu dapat mengakibatkan
ketergantungan (addiction) apabila disalahgunakan atau penggunaannya tidak
sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter. Narkoba adalah merupakan akronim
Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya, sedangkan Napza adalah
akronim dari Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. Penggolongan
Narkoba
Golongan I yang ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk
pengobatan dan sangat berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh
1. Opiat: morfin, heroin, petidin, candu.
2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis.
3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun koka;
Golongan II berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin;
serta
Golongan III berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
3. Terorisme dan Radikalisme
a. Terorisme
Terorisme merupakan suatu ancaman yang sangat serius di era global saat ini.
Dalam merespon perkembangan terorisme di berbagai negara, secara
internasional Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) mengeluarkan Resolusi 60/288
tahun 2006 tentang UN Global Counter Terrorism Strategy yang berisi empat
pilar strategi global pemberantasan terorisme, yaitu:
1) pencegahan kondisi kondusif penyebaran terorisme;
2) langkah pencegahan dan memerangi terorisme;
3) peningkatan kapasitasnegara-negara anggota untuk mencegah dan
memberantas terorisme serta penguatan peran sistem PBB; dan
4) penegakan hak asasi manusia bagi semua pihak dan penegakan rule of law
sebagai dasar pemberantasan terorisme.
Menurut Audrey Kurth Cronin, saat ini terdapat empat tipe kelompok
teroris yang beroperasi di dunia, yakni:
1) Teroris sayap kiri atau left wing terrorist, merupakan kelompok yang
menjalin hubungan dengan gerakan komunis;
2) Teroris sayap kanan atau right wing terrorist, menggambarkan bahwa mereka
terinspirasi dari fasisme
3) Etnonasionalis atau teroris separatis, atau ethnonationalist/separatist terrorist,
merupakan gerakan separatis yang mengiringi gelombang dekoloniasiasi
setelah perang dunia kedua; Teroris keagamaan atau “ketakutan”, atau
religious or “scared” terrorist, merupakan kelompok teroris yang
mengatasnamakan agama atau agama menjadi landasan atau agenda mereka.
4. Money Laundring
a. Pengertian Pencucian Uang
Istilah “money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah
aktivitas pencucian uang. Indonesia pada bulan Juni 2001 untuk pertama kalinya
dimasukkan ke dalam NCCTs List. Predikat ini diberikan FATF kepada Indonesia
sebagai pertimbangan adanya kelemahan- kelemahan yang diidentifikasi FATF secara
garis besar sebagai berikut:
Belum adanya undang-undang yang mengkriminalisasikan kejahatan pencucian
uang;
Belum dibentuknya financial intelligence unit (FIU);
Belum adanya kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan yang
disampaikan Penyedia Jasa Keuangan kepada FIU;
Mimimnya prinsip mengenal nasabah (know your customer) yang hanya baru
sebatas di sektor perbankan saja;
Kurangnya kerjasama internasional
MODUL
KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
2. Kesiapsiagaan Mental
a. Pengertian Kesiapsiagaan Mental
adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan
mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan
perkembangan mental/jiwa (kedewasaan) nya, baik tuntutan dalam diri sendiri
maupun luar dirinya sendiri, seperti menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah,
sekolah, lingkungan kerja dan masyarakat.
Di bawah ini terdapat beberapa gejala yang umum bagi seseorang yang terganggu
kesiapsiagaan mentalnya, gejala tersebut dapat dilihat dalam beberapa segi, antara
lain pada segi:
1) Perasaan : Yaitu adanya perasaan terganggu, tidak tenteram, rasa gelisah, tidak
tentu yang digelisahkan, tapi tidak bisa pula mengatasinya (anxiety); rasa takut
yang tidak masuk akal atau tidak jelas yang ditakuti itu apa (phobi), rasa iri, rasa
sedih, sombong, suka bergantung kepada orang lain, tidak mau bertanggung jawab,
dan sebagainya.
2) Pikiran : Gangguan terhadap kesehatan mental, dapat pula mempengaruhi pikiran,
misalnya anakanak menjadi bodoh di sekolah, pemalas, pelupa, suka bolos, tidak
bisa konsentrasi, dan sebagainya.
3) Sikap Perilaku : Pada umumnya sikap perilaku yang ditunjukkan tidak wajar
seperti kenakalan, keras kepala, suka berdusta, menipu, menyeleweng, mencuri,
menyiksa orang, menyakiti diri sendiri, membunuh, dan merampok, yang
menyebabkan orang lain menderita dan teraniaya haknya
4) Kesehatan Jasmani: Kesehatan jasmani dapat terganggu bukan karena adanya
penyakit yang betulbetul mengenai jasmani itu, akan tetapi rasa sakinya dapat
ditimbulkan akibat jiwa yang tidak tenteram, penyakit yang seperti ini disebut
psychosomatic.
Dalam rangka meningkatkan tingkat kesiapsiagaan mental, Anda perlu
memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya, yaitu faktor internal
dan eksternal.
E. KEWASPADAAN DINI
1. Pengertian dasar intelijen
Secara universal pengertian Intelijen berdasarkan Penjelasan Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2011 tentang Intelijen Negara meliputi :
a) Pengetahuan, yaitu informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan
kebijakan dan pengambilan keputusan.
b) Organisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai wadah yang diberi tugas dan
kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas Intelijen.
c) Aktivitas, yaitu semua usaha, pekerjaan, kegiatan, dan tindakan penyelenggaraan
fungsi penyelidikan, pengamanan, dan penggalangan.
2. Fungsi intelijen
a) Penyelidikan
b) Pengamanan
c) Penggalangan
AGENDA 2 NILAI NILAI DASAR PNS
Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu:
A. KONSEP AKUNTABILITAS
1. Uraian Materi
a. Pengertian Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah
untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Amanah seorang ASN menurut SE Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah menjamin terwujudnya
perilaku yang sesuai dengan Core Values ASN BerAKHLAK. Dalam konteks
Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
1) Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin
dan berintegritas tinggi
2) Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung
jawab, efektif, dan efisien
3) Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi
b. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship) Hubungan
yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan
Negara dan masyarakat. Pemberi kewenangan bertanggungjawab memberikan arahan
yang memadai, bimbingan, dan mengalokasikan sumber daya sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
1) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
2) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requiers reporting)
3) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is
meaningless without consequences)
4) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
c. Pentingnya Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:
1) Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
2) untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
3) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
4. Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang
pada posisi yang diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari
perusahaan atau organisasi yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki
kepentingan profesional dan pribadi yang bersinggungan.
Tipe-tipe Konflik Kepentingan:
a. Keuangan
b. Non-Keuangan
Konsekuensi Kepentingan Konflik
• Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan stakeholders
• Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi
• Tindakan in-disipliner
• Pemutusan hubungan kerja
• Dapat dihukum baik perdata atau pidana
MODUL KOMPETEN
2. Disrupsi Teknologi
Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi.
Sesuai dengan Surat Edaran Menteri PermepanRB tersebut, setiap ASN perlu
berperilaku untuk masing-masing aspek BerAkhlak sebagai berikut:
1. Berorientasi Pelayanan:
a. Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat; • Ramah, cekatan, solutif, dan
dapat diandalkan;
b. Melakukan perbaikan tiada henti.
2. Akuntabel:
a. Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi;
b. Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efesien.
3. Kompeten:
a. Meningkatkan kompetensi diri untuk mengjawab tantangan yang selalu berubah;
b. Membantu orang lain belajar;
4. Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.Harmonis:
a. Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
b. Suka mendorong orang lain;
c. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
5. Loyal:
a. Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
6. Adaptif:
a. Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;
b. Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;
c. Bertindak proaktif.
7. Kolaboratif:
a. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi; Terbuka dalam
bekerja sama untuk menghasilkan ersama nilai tambah;
b. Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.
Selanjutnya dalam Pasal 214 peraturan pemerintah yang sama, dijelaskan bahwa:
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dilakukan melalui jalur pelatihan.
b. Pelatihan teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar kompetensi
Jabatan dan pengembangan karier.
c. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dapat dilakukan secara berjenjang
d. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis ditetapkan oleh instansi teknis
yang bersangkutan.
e. Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan terakreditasi.
f. Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing- masing instansi teknis
dengan mengacu pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.
D. PERILAKU KOMPETEN
1. Berkinerja dan BerAkhlak
Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa
ASN merupakan jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi,
kompetensi, dan berkinerja serta patuh pada kode etik profesinya. Sebagaimana diuraikan
dalam penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 30 tahun 2019 tentang Penilaian Kinerja
PNS, bahwa salah satu pertimbangan pembentukan UndangUndang Nomor 5 Tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat Undang-Undang ASN adalah
untuk mewujudkan ASN profesional, kompeten dan kompetitif, sebagai bagian dari
reformasi birokrasi. ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan
mengembangkan dirinya dan wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan
menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan manajemen ASN.
MODUL LOYAL
A. KONSEP LOYAL
1. Urgensi Loyalitas ASN
faktor internal dan faktor eksternal yang jadi penyebabnya.
a. Faktor Internal Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan
berkelas dunia (World Class Government) sebagaimana tersebut di atas
merupakan upayapaya yang harus dilakukan dalam rangka mencapai tujuan
nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Karena pentingnya sifat dan sikap ini, maka banyak ketentuan yang mengatur
perihal loyalitas ASN ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya),
diantaranya yang terkait dengan bahasan tentang
1) Kedudukan dan Peran ASN
2) Fungsi dan Tugas ASN
3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS
6) Disiplin PNS
b. Faktor eksternal Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan
yang harus dihadapi oleh segenap sektor baik swasta maupun pemerintah.
Modernisasi dan globalisasi ini salah satunya ditandai dengan perkembangan
yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya
teknologi informasi. Perkembangan Teknologi Informasi ini ibarat dua sisi mata
uang yang memilik dampak yang positif bersamaan dengan dampak negatifnya.
2. Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial”
yang artinya mutu dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu
kesetiaan. Sedangkan beberapa ahli mendefinisikan makna “loyalitas” sebagai
berikut:
a) Kepatuhan atau kesetiaan.
b) Tindakan menunjukkan dukungan dan kepatuhan yang konstan kepada organisasi
tempatnya bekerja.
c) Kualitas kesetiaan atau kepatuhan seseorang kepada orang lain atau sesuatu
(misalnya organisasi) yang ditunjukkan melalui sikap dan tindakan orang
tersebut.
d) Mutu dari kesetiaan seseorang terhadap pihak lain yang ditunjukkan dengan
memberikan dukungan dan kepatuhan yang teguh dan konstan kepada seseorang
atau sesuatu.
e) Merupakan sesuatu yang berhubungan dengan emosional manusia, sehingga
untuk mendapatkan kesetiaan seseorang maka kita harus dapat mempengaruhi
sisi emosional orang tersebut.
f) Suatu manifestasi dari kebutuhan fundamental manusia untuk memiliki,
mendukung, merasa aman, membangun keterikatan, dan menciptakan keterikatan
emosional.
g) Merupakan kondisi internal dalam bentuk komitmen dari pekerja untuk
mengikuti pihak yang mempekerjakannya.
Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi
untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain:
a. Taat pada Peraturan
b. Bekerja dengan integritas
c. Tanggungjawab pada Organisasi
d. Kemampuan untuk Bekerja Sama
e. Rasa ingin memiliki yang tinggi
f. Hubungan antar pribadi
g. Kesukaan Terhadap pekerjaan
h. Keberanian mengutarakan ketidaksetujuan
i. Menjadi teladan bagi pegawai lain.
MODUL ADAPTIF
A. ADAPTIF
Masa Pelatihan ini diberikan untuk memfasilitasi pembentukan nilai Adaptif pada peserta
melalui substansi pembelajaran yang terkait dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi
perubahan, terus berinovasi dan mengembangkan kreativitas serta bertindak proaktif.
B. INDIKATOR
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan dapat:
1. Memahami pentingnya mengapa nilai-nilai adaptif perlu diaktualisasikan dalam
pelaksanaan tugas jabatannya;
2. Menjelaskan adaptif secara konseptual-teoritis yang terus berinovasi dan antusias dalam
menggerakan Serta menghadapi perubahan;
3. Menjelaskan panduan perilaku (kode etik) adaptif;
4. Memberikan contoh perilaku dengan cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan, terus
berinovasi dan mengembangkan kreativitas, bertindak proaktif; dan Menganalisis kasus
atau menilai contoh penerapan adaptif secara tepat
Adaptasi adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai
tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi sosial yang berubah-
ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003)
Ciri-ciri Individu Adaptif
1. Eksperimen orang yang beradaptasi
2. Melihat peluang di mana orang lain melihat kegagalan
3. Memiliki sumberdaya
4. Selalu berpikir ke depan
5. Tidak mudah mengeluh
6. Tidak menyalahkan
7. Tidak mencari popularitas
8. Memiliki rasa ingin tahu
9. Memperhatikan system
10. Membuka pikiran
11. Memamhami apa yang sedang diperjuangkan
MODUL KOLABORATIF
Ratner (2012) mengungkapkan terdapat mengungkapkan tiga tahapan yang dapat
dilakukan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :
1)mengidentifikasi permasalahan dan peluang;
2)merencanakan aksi kolaborasi; dan
3)mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
A. Panduan Perilaku Kolaboratif
Menurut Pérez López et al (2004 dalam Nugroho, 2018), organisasi yang memiliki
collaborative culture indikatornya sebagai berikut:
1. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
2. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya
yang diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
3. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan
mengambil risiko yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika
terjadi kesalahan);
4. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi
(universitas) Setiap kontribusi dan pendapat sangat dihargai;
5. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik;
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk
melaksanakannya sendiri; d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan
kegiatan pelayanan publik, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat
keterangan dan berbagai dokumen yang diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan lainnya dan/atau jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat
dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan fasilitas yang besar dan tidak mampu
ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tersebut.