Anda di halaman 1dari 112

JURNAL MASSIVE OPEN ONLINE COURSE PPPK

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH
SMK NEGERI 5 SURAKARTA

SUMMARY MOOC :
✓ KEBIJAKAN
✓ AGENDA 1
✓ AGENDA 2
✓ AGENDA 3

Disusun Oleh :

NAMA : TRI WAHYUDI, S.Pd, M.Pd


NIP : 19821108 202321 1 002
INSTANSI : SMK NEGERI 5 SURAKARTA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMK NEGERI 5 SURAKARTA
Jl. Lu Adi Sucipto No. 42 Laweyan Surakarta, Telepon: (0271) 713916
Email : info@smkn5solo.net Web Site : https://www.smkn5solo.sch.id/
SUMMARY

Materi Kebijakan
Materi kebijakan terdiri dari 3 video, sambutan kepala LAN RI, kebijakan pengembangan
kompetensi ASN, dan manjemen penyelenggaraan PPPK.
➢ Sambutan Kepala LAN, Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN, Kebijakan Pelatihan
Dasar CPNS.
Sambutan Kepala LAN (Deskripsi: Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Dr. Adi
Suryanto, M.Si)
Bapak Adi menyampaikan bahwa untuk menuju Indonesia emas 2025, perlu pembenahan dan
peningkatan SDM dalam digitalisasi. Hal itu mendasari dilaksankannya Orientasi PPPK dengan
MOOC. MOOC singkatan dari Massive Open Online Course. Kegiatanini diharapkan dapat menjadi
fondasi untuk mewujudkan smart-ASN yang kompeten dan professional.
➢ Penjelasan Kebijakan Bangkom ASN (Deskripsi: Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN
oleh Dr. Muhammad Taufiq, DEA., Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN
RI)
ASN diharapkan memiliki core value Berakhlak yang meliputi:

- Orientasi pada pelayanan;


- Akuntabel;
- Kompeten;
- Harmonis;
- Loyal;
- Adaptif;
- Kolaboratif.
ASN juga diharapkan dapat mengembangkan diri dengan inovasi-inovasi yang berkaitan
dengan bidangnya. Core Value dan literasi digital yang dimiliki ASN diharapkan dapat mewujudkan
smart-ASN. Sehingga dapat menjadi ASN yang unggul dan berdaya saing bangsa.
➢ Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK (Deskripsi: Manajemen Penyelenggaraan PPPK
oleh Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm. Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI)
Pelaksanaan Oreintasi PPPK melalui MOOC memberikan wawasan:
1) sikap perilaku bela negara;
2) nilai core value dalam penyelenggaraan pemerintahan;
3) kedudukan PPPK dalam penyelenggaraan pemerintahan.
SUMMARY AGENDA 1

MODUL 1 WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA


I. PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sesuai alinea ke-4pembukaan UUD 1945 diperlukan
ASN yang profesional , bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan
nepotisme, mampu menuelengggarakan pelayan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan
peran sebagai perekat pemersatu dan kesatuan bangsa.Agar kepentingan bangsa dan negara dapat
selalu ditempatkan diatas kepentingan lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrik melalui :

1. Memantapkan wawasan kebangsaan.

2. Menumbuhkembangkan kesadaran bela negara.

3. Mengimplementasikan sistem administrasi NKRI.

B. Deskripsi Singkat.
Bahan Pembelajaran disusun untuk meningkatkan wawasan peserta terhadap wawasan
kebangsaan, kesadaran bela negara dan sistem Adminstrasi NKRI

C. Manfaat.
Manfaat pembelajaran untuk membantu memahami wawasan kebangsaan, kesadaran bela
negara dan sistem Adminstrasi NKRI.

D. Tujuan Pembelajaran
1. Kompetensi Dasar
Kompetensi yang diharapkan mempelajari wawasan kebangsaan, kesadaran bela negara dan
sistem Adminstrasi NKRI

2. Indikator Pembelajaran
Setelah mempelajari pembelajaran ini peserta Pelatihan diharapkan mampu :
- Memantapkan wawasan Kebangsaan.
- Menumbuhkembangkan Kesadaran bela Negara.
- Mengimplementasikan Sistem Adminstrasi NKRI
E. Pokok Bahasan
wawasan kebangsaan, kesadaran bela negara dan sistem Adminstrasi NKRI

F. Petunjuk Belajar.
II. WAWASAN KEBANGSAAN
A.Umum

Sejarah pergerakan kebangsaan Indonesia membuktikan bahwa para pendiri bangsa (founding
fathers) mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan kelompok atau golongan. Sejak
awal pergerakan nasional, kesepakatan – kesepakatan tentang kebangsaan terus berkembang hingga
menghasilkan 4 konsensus dasarserta bendera dan lambang Negara , serta lagu kebangsaan. Fakta-
fakta sejarah dapat dijadikan pembelajaran bahwa Kebangsaan Indonesia terbangun dari
serangkaian proses panjang yang didasarkan pada kesepakatan dan pengakuan terhadap
keberagaman dan bukan keseragaman serta mencapai puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1945.
B. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia
Kebangkitan Nasional dimulai dari organisasi pemuda pertama yaitu Budi Oetomo pada 20
Mei 1908 di Jakarta. Kemudian Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928 sebagai mula adanya
Sumpah Pemuda dengan 3 ikrar pemuda. Hingga serangakaian peristiwa menuju pembacaan
Proklamasi pada 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta di Jl. Pegangsaan Timur
no. 56 Jakarta.
C. Pengertian Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD NRI
Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan yang
dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan sejahtera.
D. 4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara

1) Pancasila
Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh IR.Soekarno didepan sidang
BPUPKI.Pancasila merupakan philosofische grondslag, suatu fundamen, filsafat, pikiran yang
sedalam dalamnya , merupakan landasan atau dasr bagi negara merdeka yang akan
didirikan.Pancasila juga berfungsi sebagai ideologi nasional, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok bangsa indonesia dalam mencapai cita –
cita nasional.

2) Undang – Undang Dasar 1945


3) Bhineka Tunggal Ika
4) Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan NKRI seperti tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV meliputi :
- Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
- Memajukan Kesejahteraan Umum
- Mencerdaskan kehidupan bangsa dan
- Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasrkn kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
E. Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan
Bendera , Bahasa dan lambang negara, serta lagu kebangsaan Indonesia merupakan sarana
pemersatu, identitas dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan
negara sebagaimana diamanatkan dalam UUD RI tahun 1945.

1. Bendera

Bendera Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bendera Negara
adalah Sang Merah Putih

2. Bahasa

Bahasa Negara Kesatuan Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Bahasa Indonesia
adalah bahasa resmi nasional yang digunakan diseluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Bahasa Indonesia berfungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan,
pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan kebudayaan nasional,
transaksi dan dokumentasi niaga serta sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, teknologi, seni dan bahasa media massa.

3. Lambang Negara

Lambang NKRI disebut lambang negara adalah Garuda Pancasila dengan semboyan
Bhineka Tunggal Ika.

4. Lagu Kebangsaan

Lagu Kebangsaan NKRI yang selanjutnya disebut lagu Kebangsaan adalah Indonesia
Raya.
III. NILAI-NILAI BELA NEGARA
Pada tanggal 18 Desember 2006 Presiden Republik Indonesia Dr.H. Susilo Bambang
Yudhoyono menetapkan tanggal 19 Desember sebagai Hari Bela Negara. Dengan pertimbangan
bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia karena
padatanggal tersebut terbentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia dalam rangka mengisi
kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela
Negara serta dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara dalam rangka
mempertahankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang menjunjung tinggi persatuan dan
kesatuan.
Pengertian Bela Negara
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik secara
perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan
keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
RepublikIndonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari
berbagai Ancaman.
Nilai Dasar Bela Negara
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negarameliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Pembinaan Kesadaran Bela Negara lingkup pekerjaan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/ atau pelatihan kepada
warga negara guna menumbuhkembangkan sikap dan perilaku serta menanamkan nilai dasar Bela
Negara. Pembinaan Kesadaran Bela Negara diselenggarakan di lingkup : pendidikan, masyarakat,
dan pekerjaan.
Indikator nilai dasar Bela Negara
1) Indikator cinta tanah air. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Menjaga tanah dan perkarangan serta seluruh ruang wilayah Indonesia;
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia;
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
d. Menjaga nama baik bangsa dan negara;
e. Memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara.
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia
2) Indikator sadar berbangsa dan bernegara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun politik;
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
c. Ikut serta dalam pemilihan umum;

d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya;
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
3) Indikator setia pada Pancasila Sebagai ideologi Bangsa. Ditunjukkannya dengan adanyasikap :
a. Paham nilai-nilai dalam Pancasila;

b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;


c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan negara;
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila.
e. Yakin dan percaya bahwa pancasila sebagai dasar negara.
4) Indikator rela berkorban untuk bangsa dan negara. Ditunjukkan dengan adanya sikap :
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dannegara;
b. Siap membela bangsa dan negara dari berbagai macam ancaman;
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara;
d. Gemar membantu sesama warga negara yang mengalami kesulitan;
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak sia-sia.Yakin
dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar negara.
5) Indikator kemampuan awal Bela Negara. Ditunjukkannya dengan adanya sikap :
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelijensia;
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga;
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan Tuhan YangMaha
Esa;
d. Gemar berolahraga;
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.
Aktualisasi Kesadaran Bela Negara bagi ASN
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam
upayapemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan
Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional, dengan sikap dan
perilaku meliputi :
1) Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku, diantaranya :
a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
serta pemerintahan yang sah;
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh ruang wilayah Indonesia
baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai ancaman, seperti : ancaman kerusakan
lingkungan, ancaman pencurian sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang,
ancaman pelanggaran batas negara dan lain-lain;
d. ASN sebagai warga negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-tengah masyarakat dalam
menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari Bangsa Indonesia;

e. Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan mengambil pembelajaran
jiwa patriotisme dari para pahlawan serta berusaha untuk selalu menunjukkan sikap
kepahlawanan dengan mengabdi tanpa pamrih kepada negara dan bangsa;

f. Selalu menjaga nama baik bangsa dan negara dalam setiap tindakan dan tidak merendahkan
atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari sisi negatif dengan bangsa-bangsa lainnya
di dunia;
g. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa dan negara melalui
ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitasdan
kapabilitas masing-masing;
h. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun
dalam mendukung tugas sebagai ASN, penggunaan produk-produk asing hanya akan
dilakukan apabila produk tersebut tidak dapat diproduksi oleh bangsa Indonesia;
i. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri terbaik bangsa(olahragawan,
pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain) baik perorangan maupun kelompok yang bertugas
membawa nama Indonesia dikancah internasional;
j. Selalu menempatkan produk industri kreatif/ industri hiburan tanah air sebagai pilihan pertama
dan mendukung perkembangannnya.
2) Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku,
antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian masyarakat;


c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi politik, baik tingkat daerah
maupun di tingkat nasional;
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan perundang-undangan
yangberlaku di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia serta menjadi pelopor dalam
penegakan peraturan/ perundangan di tengah-tengah masyarakat;
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya pemilihan umum yang
mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib, terbuka, proporsional, professional, akuntabel,
efektif dan efisien;
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi ASN;
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi menjaga kedaulatanbangsa
dan negara;
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karier.
3) Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diakdiaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila;

b. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;


c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di tengah-tengah masyarakat;
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila di tengah kehidupan
sehari-hari;
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi ASN;
g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan dalam konteks kekinian;
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa Pancasila merupakan
dasar negara yang menjamin kelangsungan hidup bangsa;
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
4) Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap danperilaku,
antara lain :
a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,berdaya
guna, berhasil guna, dan santun;
b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan bangsa dannegara
sesuai tugas dan fungsi masing-masing;
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai macamancaman;
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi pionir
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional;
e. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan kondisi yang penuh
dengan kesulitan;
f. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan sia-sia.
5) Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku antara
lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;

b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;


c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan wawasan
sesuaidengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup sehat sertamenjaga
keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari;
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikanTuhan Yang
MahaEsa;
g. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga sebagai gaya
hidup;
h. Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri dari kebiasaan-kebiasaanyangdapat
mengganggu kesehatan.

IV. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


Tahap tahap pembinaan persatuan bangsa indonesia itu yang paling menonjol ialah sebagai
berikut :

1. Perasaan Senasib

2. Kebangkitan Nasional

3. Sumpah Pemuda

4. Proklamasi Kemerdekaan

Prinsip Prinsip Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Hal hal yang berhubungan dengan arti makna persatuan Indonesia apabila dikaji lebih jauh
terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta pahami lalu kita amalkan.

1. Prinsip Bhineka Tunggal Ika

2. Prinsip Nasionalisme Indonesia

3. Prinsip Kebebasan yang bertanggung Jawab

4. Prinsip Wawasan Nusantara

5. Prinsip Persatuan Pembangunan untuk mewujudkan cita-cita Reformasi

Nasionalisme.

Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri. Nasionalisme terbagi atas :

1. Nasionalisme dalam arti sempit, Yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menganggap bangsa lain rendah kedudukannya.

2. Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menganggap semua bangsa sama derajatnya.

Ada tiga hal yang harus kita lakukan untuk membina nasionalisme indonesia :

1. Mengembangkan persamaan diantara suku suku bangsa penghuni nusantara.

2. Mengembangkan sikap toleransi


3. Memiliki rasa senasib dan sepenanggungan diantara sesama bangsa indonesia.

Empat hal yang harus kita hindari dalam memupuk semangat nasionalisme adalah :

1. Sukuisme

2. Chauvinisme

3. Ekstrimisme

4. Provinsialisme

Sikap petriotisme adalah sikap sudi berkorban segala galanya termasuk nyawa sekalipun untuk
mempertahankan dan kejayaan negara. Ciri-ciri patriotisme adalah :

1. Cinta tanah air.

2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.

3. Menempatkan persatuan dan kesatuan diatas kepentingan pribadi dan golongan.

4. Berjiwa pembaharu

5. Tidak kenal menyerah dan Putus asa.

Implementasi sikap patriotisme dalam kehidupan sehari hari :

1. Dalam kehidupan keluarga ; Menyaksikan film perjuangan, Membaca buku bertema erjuangan,
dan Mengibarkan bendera merah putih pada hari-hari tertentu.

2. Dalam kehidupan sekolah ; Melaksanakan upacara bendera, mengkaitkan materi pelajaran


dengan nilaiu-nilai perjuangan, belajar dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan.

3. Dalam kehidupan masyarakat ; Mengembangkan sikap kesetiakawanan sosial dilingkungannya,


Memelihara kerukunan diantara sesama warga.

4. Dalam kehidupan berbangsa ; Meningkatkan persatuan dan kesatuan,Melaksanakan Pancasila dan


UUD 1945, Mendukung kebijakan pemerintah,Mengembangkan kegiatan usaha produktif,
Mencintai dan memakai produk dalam negeri, Mematuhi peraturan hukum, Tidak main hakim
sendiri, Menghormati, dan menjungjung tinggi supremasi hukum, Menjaga kelestarian
lingkungan.

Kebijakan Publik dalam format keputusan dan / atau tindakan Administrasi Pemerintahan

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (“UUAP”) yang


diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam penyelenggaran
birokrasi pemerintahan diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengenai jenis produk hukum dalam administrasi pemerintahan;

2. Pejabat pemerintahan mempunyai hak untuk diskresi;

3. Memperoleh perlindungan hukum dan jaminan keamanan dalam menjalankan tugasnya

Dalam UU AP tersebut, beberapa pengertian penting yang dimuat di dalamnya adalah sebagai
berikut:

1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau


tindakan oleh Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah unsur yang melaksanakan
Fungsi Pemerintahan, baik di lingkungan pemerintah maupun penyelenggara negara
lainnya;

2. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga disebut Keputusan Tata Usaha Negara
atau Keputusan Administrasi Negara adalah ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan;

3. Tindakan Administrasi Pemerintahan adalah perbuatan Pejabat Pemerintahan atau


penyelenggara negara lainnya untuk melakukan dan/atau tidak melakukan perbuatan
kongkret dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan;

4. Diskresi adalah Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi Pemerintahan yang ditetapkan


dan/atau dilakukan oleh Pejabat Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret yang
dihadapi dalam penyelenggaraan pemerintahan dalam hal peraturan perundang-undangan
yang memberikan pilihan, tidak mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau adanya
stagnasi pemerintahan.

Landasan IDEAL : PANCASILA

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai dasar ideologi
maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala sumber hukum negara.
Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan
dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
UUD 1945 : Landasan Konstitusionil SANKRI
Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran lima
norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang termuat
dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar hukum sistem
penyelenggaraan negara pada umumnya, atau khususnya sistem penyelenggaraan negara yang
mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusianya.
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD1945 hasil
Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan hukum dasar tertulis
dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-undangan Republik Indonesia.
Atas dasar itu, penyelenggaraan negara harus dilakukan untuk disesuaikan dengan arah dan
kebijakan penyelenggaraan negara yang berlandaskan Pancasila dan konstitusi negara, yaitu UUD
1945.
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatarbelakangi, kandungan cita-
cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan oleh karena itu tidak
akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dansumber hukum bagi
Batang tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia apapun
yang akan atau mungkin dibuat. Norma-norma dasar yang merupakan cita-cita luhur bagi Republik
Indonesia dalam penyelenggaraan berbangsa dan bernegara tersebut dapat ditelusur pada
Pembukaan UUD 1945 tersebut yang terdiri dari empat (4) alinea.
Dari sudut hukum, batang tubuh UUD 1945 merupakan tataran pertama dan utamadari
penjabaran 5 (lima) norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar
lainnya yang termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka
dasar hukum sistem administrasi Negara Republik Indonesia pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan pemerintahan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan,
dan aspek sumber daya manusianya.
Peran ASN berdasarkan UU no.5 Tahun 2014 tentang ASN
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN , tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut :
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

MODUL 2 ANALISIS ISU KONTEMPORER PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


A. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
KONSEP PERUBAHAN
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Dalam konteks PNS, berdasarkan Undang-undang ASN setiap PNS perlu
memahami dengan baik fungsi dan tugasnya, antara lain; 1) Melaksanakan kebijakan publik yang
dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian sesuai dengan peraturan perundang-undangan, 2)
Memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan 3) Memperat persatuan dan
kesatuan Negara Republik Indonesia. Menjadi ASN yang Profesional memerlukan pemenuhan
terhadap beberapa persyaratan antara lain; 1) mengambil tanggung jawab, 2) menunjukkan sikap
mental positif, 3) mengutamajan keprimaan, 4) menunjukkan kompetensi serta 5) Memegang teguh
kode etik.
PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS
Urie Brofenbrenner (Perron, N.C.,2017) menyatakan bahwa ada empat level lingkungan
strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam melakukan pekerjaannya sesuai bidang
tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family), Masyarakat pada level lokal dan regional
(Community/ Culture), Nasional (Society), dan Dunia (Global). Perubahan global (globalisasi) yang
terjadi dewasa ini memaksa semua bangsa (negara) untuk berperan serta, jika tidak maka arus
perubahan tersebut akan menghilang dan akan meninggalkan semua yang tidak mau berubah. Hal
yang menjadi pemicu terjadinya perubahan global adalah berkembang pesatnya teknnologi
informasi global, dimana setiap informasi dari satu penjuru dunia dapat diketahui dalam waktu yang
tidak lama berselang oleh orang di penjuru
dunia lainnya.

MODAL INSANI DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS


Modal insani yang dimaksud disini istilah modal atau capital dalam konsep modal manusia
(human capital concept). Ada enam komponen dari modal manusia (Ancok,2002); antara lain:
Modal Intekektual; adalah perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola
perubahan organisasi melalui pengembangan SDMnya. Modal intelektual tidak selalu ditentukan
oleh Pendidikan formal yang tinggi, namun tingkat Pendidikan formal yang tinggi sangat menunjang
untuk membentuk kebiasaan berpikir (budaya akademik).
Modal Emosional; Bradberry & Graves (2006) membagi kecerdasan emosi ke dalam empatdimensi
kecerdasan emosional yakni; Self Awareness, Self Management; Social Awareness; dan
Relationship Management.
Modal Sosial; ditunjukkan untuk menumbuhkan kembali jejaringan kerjasama dan hubungan
interpersonal yang mendukung kesuksesan, khususnya kesuksesan sebagai PNS sebagai pelayan
masyarakat, yang terdiri atas kesadaran social, dan kemampuan social.
Modal Ketabahan (adversity); merupakan modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam
kehidupan pribadi maupun kehidupan sebuah organisasi birokrasi. Stoltz membedakan manusia
menjadi tiga tipe yaitu quitter, camper dan climber.
Modal Etika/Moral; sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip universal
kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata-nilai, tujuan, dan tindakan kita atau dengan kata lain
adalah kemampuan membedakan benar dan salah. Ada empat komponen modal moral/etika yakni;
1) Integritas (Integrity), 2) Bertanggung-jawab (Responsibility), 3) Penyayang (Compassionate) dan
4) Pemaaf (Forgiveness).
Modal Kesehatan; tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah; tenaga, daya tahan, kekuatan, kecepatan, ketepatan, kelincahan, koordinasi dan
keseimbangan.

B. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


KORUPSI
1. Sejarah Korupsi Dunia
Mesir; zaman kekaisaran Romawo Hammurabi dari Babilonia yang naik tahta sekitar tahun
1200 SM telah memerintahkan seorang Gubernur Provinsi untuk menyelidiki perkara penyuapan
Shamash; seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 SM) bahkan tercatat pernah menjatuhkan pidana
kepada seorang hakim yang menerima uang suap.

China; Han Su Karya Pan Ku meceritakan bahwa pada awal berdirinya dinasti Han (206 SM)
masyarakat menghadapi kesulitan pangan, sehingga menyebabkan setengah dari jumlah
penduduk meninggal dunia.
2. Sejarah Korupsi Indonesia
History of Java karya Rafles (1816) menyebutkan karakter orang jawa sangat “nrimo” atau pasrah
pada keadaan, namun memiliki keinginan untuk dihargai orang lain, tidak terus terang,
meyembunyikan persoalan dan oportunis, perilaku tersebut menjadikan embrio lahirnya generasi
oportunis yang akhirnya juga memiliki potensi juwa yang korup.
3. Memahami Korupsi
Menurut kamus besar Poerwadarminta Korupsi diartikan perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Pada dasarnya sebab manusia
terdorong untuk melakukan korupsi antara lain karena adanya factor individu berupa sifat tamak,
moral yang lemah dan gaya hidup konsumtif, serta karena adanya factor lingkungan yang
mendorong terjadinya korupsi.Faktor linkungan pemicu prilaku korup yang disebabkan oleh
faktor diluar dari pelaku yaitu (1) Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi.(2) Aspek ekonomi.
(3) Aspek Politis. (4) Aspek organisasi
4. Dampak Korupsi
Korupsi berdampak menghancurkan tatanan bidang kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara, mulai dari bidang social budaya, ekonomi serta psikologi masyarakat.
5. Membangun Sikap Antikorupsi
Tindakan membangun sikap antikorupsi sederhana, misalnya dengan cara; bersikap jujur dalam
kehidupan sehari-hari, menghindari perilaku merugikan kepentingan orang banyak, menghindari
konflik kepentingan dalam hubungan kerja serta melaporkan pada penegak hukum apabila
menjadi korban perbuatan korupsi.
NARKOBA
1. Pengertian, Penggolongan dan Sejarah Narkoba
a. Pengertian
Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal dari bahasaYunani
yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa. Sebagian orang
berpendapat bahwa narkotika berasal dari kata ”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh-
tumbuhan yang mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri. Narkotika dan
Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan
singkatan dari Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah
tersebut dapat menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC) menyebutnya
dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat obatan jenis narkotika, psikotropika dan
zat adiktif lainnya. Sehingga dengan menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi
narkotika, psikotropika, danbahan adiktif lainnya.
b. Penggolongan
Penggolongan Narkotika
Golongan I; ditujukan untuk ilmu pengetahuan dan bukan untuk pengobatan dan sangat
berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Contoh 1. Opiat: morfin, heroin, petidin,
candu. 2. Ganja atau kanabis, marijuana, hashis. 3. Kokain: serbuk kokain, pasta kokain, daun
koka;
Golongan II; berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan dan berpotensi tinggi
menyebabkan ketergantungan. Contoh morfin dan petidin.
Golongan III; Berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi ringan
mengakibatkan ketergantungan. Contoh kodein.
Penggolongan Psikotropika
Golongan I; hanya digunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak untuk terapi
serta sangat berpotensi mengakibatkan ketergantungan. Contoh ekstasi, dan LSD.
Golongan II; berkhasiat untuk pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi tinggi
mengakibatkan ketergantungan. Contoh amfetamin, shabu, metilfenidat atau italin.
Golongan III; berkhasiat pengobatan dan pelayanan kesehatan serta berpotensi sedang
mengakibatkan ketergantungan. Contoh pentobarbital dan flunitrazepam.
Golongan IV; berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan untuk pelayanan kesehatan serta
berpotensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh diazepam, bromazepam,
fenobarbital, klonazepam, klordiazepoxide, dan nitrazepam.
Zat Adiktif; merupakan zat yang berpengaruh psikoaktif diluar narkotika dan psikotropika
meliputi minuman beralkohol, Inhalansia (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut), serta
tembakau dll.
c. Sejarah Narkotika
Perang Candu I pada tahun 1839-1842 dan Perang Candu II pada tahun 1856- 1860;
Inggris dan Perancis (Eropa) melancarkan perang candu ke china, dengan membanjiri candu
(opium) yang berdampak melemahnya rakyat china yang juga berdampak pada kekuatan
militer china.
Perang Saudara di Amerika Serikat tahun 1856; narkoba jenis morpin sudah dipakai
untuk obat penghilang rasa sakit apabila terdapat serdadu / tantara yang terluka akibat terkena
peluru senjata api.
Indonesia atau nusantara; abad ke 17 terjadi perang antara pedagang inggris dengan VOC
untuk memperebutkan pasar opium di pulau jawa. Pada tahun 1677 VOC memenangkan
persaingan dan memaksa raja mataram memberikan hak monopoli kepada kompeni untuk
memperdagangkan opium di wilayah kerajaannya.
2. Tindak Pidana Nakoba
Upaya pemerintah Indonesia dalam menangani Tindak pidana narkoba yaitu dengan
diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika,
Sebagai Dasar Hukum organisasi BNN Vertikal.
3. Membangun Kesadaran Anti Narkoba
Banyaknya perkembangan kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika di
Indonesia, Badan Narkotika Nasional terus meningkatkan intensitas dan ekstensitas upaya
penyelamatan bangsa dari ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba melalui
pelaksanaan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan peredaran Gelap
Narkotika (P4GN) yang melibatkan seluruh komponen masyarakat, bangsa, dan negara. Upaya
tersebut dilakukan dengan mengedepankan prinsip keseimbangan antara demand reduction dan
supply reduction, juga “common and shareresponsibility”.
TERORISME DAN RADIKALISMETERORISME
Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan yang
menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara meluas, yang dapat menimbulkan korban yang
bersifat massal, dan/atau menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional dengan motif ideologi,
politik, atau gangguan keamanan. Menurut Loudewijk F. Paulus karakteristik terorisme dapat
ditinjau dari empat karakteristik antara lain; karakteristik organisasi, karakteristik operasi,
karakteristik perilaku dan karakteristik sumber daya. Terorisme juga diperkuat dengan adanya motif
terorisme antara lain motif rasional, psikologidan budaya.
Terorisme Internasional mulai dibentuk dan bergerak pada tahun 1974 kini sudah berkembang
menjadi 27 (dupuluh tujuh) organisasi yang tersebar di beberapa negara seperti di negara-negara
Timur Tengah, Asia dan Eropa. Terorisme internasional yang berkembang di negara-negara
timur tengah pada prinsipnya bertujuan untuk menyingkirkan Amerika Serikat dan pengikutnya
dari negara-negara Arab. Menurut Audrey Kurth Cronin, saat ini terdapat empat tipe kelompok
teroris yang beroperasi di dunia, yakni;
1) teroris sayap kiri atau left wing terrorist, 2) teroris sayap kanan atau right wing terrorist, 3)
etnonasionalis atau teroris separatis; dan 4) teroris keagamaan atau “ketakutan” religious
or”scared”.
Terorisme Indonesia; Indonesia dewasa ini dihadapkan dengan persoalan dan ancaman
radikalisme, terorisme dan separatisme yang semuanya bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,
UUD RI 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika. Peran negara dalam menjamin rasa aman warga
negara menjadi demikian vital dari ancaman radikalisme, terorisme dan separatisme.
Indonesia mempunyai beberapa titik rawan terjadinya ancaman terorisme. Titik rawan
pertama, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga memicu
kelompok radikal untuk menjadikan Indonesia sebagai pintu masuk menuju penguasaan secara
global. Titik rawan kedua adalah celah keamanan yang bisa dimanfaatkan untuk menjalankan aksi
teror. Titik rawan ketiga adalah skala dampak yang tinggi jika terjadi terorisme.
RADIKAL DAN RADIKALISME
Secara etimologis, kata radikal berasal dari radices yang berarti a concerted attempt tochange
the status quo (David Jarry, 1991). Pengertian ini mengidentikan term radikal dengan nuansa yang
politis, yaitu kehendak untuk mengubah kekuasaan. Adapun radikalisme merupakan paham (isme)
tindakan yang melekat pada seseorang atau kelompok yang menginginkan perubahan baik sosial,
politik dengan menggunakan kekerasan, berpikir asasi,dan bertindak ekstrem (KBBI, 1998).
a. Perkembangan Radikalisme
1) Analisis Regional dan Internasional
Transformasi gerakan terorisme dulu diyakini bergeser dari sifatnya yang internasional,
ke kawasan (regional) dan akhirnya menyempit ke tingkat nasional, bahkan lebih lokal di
suatu negara. Organisasi Al-Qaeda yang bersifat internasional, misalnya, mendapat sambutan
hangat dari kalangan garis keras di Asia Tenggara yang kemudian memunculkan Jamaah
Islamiyah Asia Tenggara. Tidak lama berselang, Jamaah Islamiyah juga mendapat sambutan
dari berbagai kelompok di negara-negaraAsia Tenggara.
Namun, fenomena Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) membalikan penjelasan teoritis
itu. Kini, ISIS yang bergerak di Irak dan Syria justru menjadi magnet yang sangat kuat bagi
kalangan garis keras di seluruh dunia. Sejak diproklamirkan di bulan Juli (Ramadhan) 2014
lalu, ISIS menjadi perhatian kantor-kantor berita di seluruh dunia. Seiring berjalannya waktu
dan perubahan radikalisme di dunia, munculnya Gerakan Negara Islam Irak dan Suriah (NIIS/
ISIS) tersebut berpengaruh pada aksi gerakan- gerakan radikal yang ada di Indonesia.
2) Analisis Nasional
Golongan radikal yang mengatasnamakan agama seringkali berbeda pendapat dengan
kelompok lain, bahkan kelompok nasionalis sekalipun, dalam rangka memperjuangkan
kemerdekaan bangsa dan negara. Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) yang dipimpin
oleh Kartosuwiryo merupakan sebuah kelompok dan nama yang tidak asing bagi masyarakat
Indonesia sekaligus dipandang sebagai titik awal gerakan radikal berbasis agama yang pertama
kali muncul dalam sejarah republik ini. Secara garis besar, terdapat 2 (dua) kelompok teroris di
Indonesia, yaitu Darul Islam(DI) dan Jamaah Islamiyah (JI).
b. Pola penyebaran radikalisme
Pola penyebaran radikalisme dilakukan melalui berbagai saluran, seperti: a) media massa:
meliputi internet, radio, buku, majalah, dan pamflet; b) komunikasi langsung dengan bentuk
dakwah, diskusi, dan pertemanan; c) hubungan kekeluargaan dengan bentuk pernikahan,
kekerabatan, dan keluarga inti; d) lembaga pendidikan di sekolah, pesantren, dan perguruan
tinggi.
c. Ragam Radilakisme
Radikalisme memiliki berbagai keragaman, antara lain;
1) Radikal Gagasan; Kelompok ini memiliki gagasan radikal, namun tidak ingin
menggunakan kekerasan.
2) Radikal Milisi; Kelompok yang terbentuk dalam bentuk milisi yang terlibat dalam
konflik komunal. Mereka masih mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia.
3) Radikal separatis; Kelompok yang mengusung misi-misi separatisme/ pemberontakan.
4) Radikal Premanisme Kelompok ini berupaya melakukan kekerasan untuk melawan
kemaksiatan yang terjadi di lingkungan mereka.
5) Radikal Terorisme; Kelompok ini mengusung cara-cara kekerasan dan menimbulkan rasa
takut yang luas. Mereka tidak mengakui Negara Kesatuan Republik Indonesia dan ingin
mengganti ideologi negara yang sah dengan ideologi yang mereka usung.
6) Radikal lainnya; Kelompok yang menyuarakan kepentingan kelompok politik, sosial, budaya,
ekonomi, dan lain sebagainya.

d. Hubungan Radikalisme dan Terorisme


Terorisme sebagai kejahatan luar biasa jika dilihat dari akar perkembangannya sangat
terhubung dengan radikalisme. Untuk memahami Hubungan konseptual antara radikalisme dan
terorisme dengan menyusun kembali definsi istilah-istilah yang terkait.
Radikalisme merupakan suatu sikap yang mendambakan perubahan secara total dan
bersifat revolusioner dengan menjungkirbalikkan nilai-nilai yang ada secara drastis lewat
kekerasan (violence) dan aksi-aksi yang ekstrem. Ciri-ciri sikap dan paham radikal adalah: tidak
toleran (tidak mau menghargai pendapat dan keyakinan orang lain); fanatik (selalu merasa benar
sendiri; menganggap orang lain salah); eksklusif (membedakan diri dari umat umumnya); dan
revolusioner (cenderung menggunakan cara kekerasan untuk mencapai tujuan).
Radikal Terorisme adalah suatu gerakan atau aksi brutal mengatasnamakan ajaran
agama/golongan, dilakukan oleh sekelompok orang tertentu, dan agama dijadikan senjata politik
untuk menyerang kelompok lain yang berbeda pandangan.
e. Dampak Radikal Terorisme
Dampak radikal dan terorisme dapat terlihat pada semua aspek kehidupan masyarakat:
ekonomi, keagamaan, sosial dan politik. Dari segi ekonomi, pelaku ekonomi merasa ketakutan
untuk berinvestasi di Indonesia karena keamanan yang tidak terjamin. Dari segi keamanan,
masyarakat tidak lagi merasa aman di negerinya sendiri. Dari segi politik, situasi politik dalam
negeri tidak akan stabil karena persoalan radikalisme. Dari segi pariwisata, Indonesia akan
kehilangan pemasukan devisa yang tinggi.
f. Deradikalisasi
Deradilakisasi merupakan semua upaya untuk mentransformasi dari keyakinan atau
ideologi radikal menjadi tidak radikal dengan pendekatan multi dan interdisipliner (agama,
sosial, budaya, dan selainnya) bagi orang yang terpengaruh oleh keyakinan radikal
Membangun Kesadaran Antiterorisme
Nilai ancaman dan titik rawan atas aksi teror yang cukup tinggi di Indonesia perlu disikapi
dengan langkah-langkah tanggap strategi supaya ancaman teror tidak terjadi, dengan cara
pencegahan, penindakan dan pemulihan.
a. Pencegahan
Penguatan intelijen diperlukan untuk melakukan pencegahan lebih baik. Sistem deteksi dini
dan peringatan dini atas aksi teror perlu dilakukan sehingga pencegahan lebihoptimal dilakukan.

b. Penindakan
Salah satu upaya pemerintah dalam pemberantasan terorisme adalah mendirikan lembaga-
lembaga khusus anti terorisme seperti: Intelejen, TNI dan POLRI.
c. Pemulihan
Deradikalisasi adalah suatu proses dalam rangka reintegrasi sosial pada individu atau
kelompok yang terpapar paham radikal terorisme. Tujuannya untuk menghilangkan atau
mengurangi dan membalikkan proses radikalisasi yang telah terjadi, untuk ituderadikalisasi harus
dilakukan di dalam dan di luar lapas.
d. Peran Serta Masyarakat
Upaya menimbulkan peranan aktif individu dan/atau kelompok masyarakat dalam
membangun kesadaran antiterorisme yang dapat dilakukan dengan menanamkan dan
memasyarakatkan kesadaran akan nilai-nilai Pancasila serta implementasinya dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.
MONEY LAUNDRING

1. Pengertian
Pencucian Uang Money laundering disebut juga pencucian uang. Pencucian uang ini
merupakan suatu perbuatan kejahatan yang melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau
menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan dari hasil tindakpidana/kejahatan sehingga harta
kekayaan tersebut seolah-olah berasal dari aktivitas yang sah.
2. Sejarah Pencucian
Uang Sejak tahun 1980-an praktik pencucian uang sebagai suatu tindak kejahatan telah
menjadi pusat perhatian dunia barat, seperti negara-negara maju yang tergabung dalam G8,
terutama dalam konteks kejahatan peredaran obat-obat terlarang (narkotika dan psikotropika).
a. Pencucian Uang Sebelum dan Sesudah Abad ke-20
Berikut kasus-kasus yang dilakukan oleh bajak laut dalam pencucian uang :
1) Kasus Henry Every (1690-an)
Henry Every mengumpulkan hartanya melalui kejahatan perompakan. Pada akhir
karir perjalanan sebagai perompak, Henry Every meninggali hunian pelaut dan ingin
menikmati masa pensiunnya dengan nyaman. Namun, Henry ditipu oleh seorang pedagang
Bideford saat menjual berlian harta karunnya dengan cara diminta untuk memecah berlian
yang besar menjadi kecil-kecil yang pada akhirnya berlian tersebut tidak dibayarkan sama
sekali. Semenjak saat itu Henry Every jatuh miskin dan selang beberapa tahun meninggal
dunia.

2) Kasus William Kidd (1680-an)


Kapten William Kidd mulanya menjadi seorang pemburu bajak laut, yang bertugas
menangkap para pembajak laut yang membajak dan memburu awak kapal-kapal Inggris.
William Kidd akhirnya menjadi “orang jahat”, tetapi cepat mendapatkan harta karun yang
dimiliki sendiri.
3) Kasus Alphonse Capone (1920-an)
Al Capone dikenal dengan kasusnya dalam penggelapan pajak. Sebelum kasustersebut
terungkap, ia adalah seorang yang menghasilkan uangnya dari judi serta bisnis yang legal.
Al Capone dibantu oleh Meyer Lansky dalam penggelapan pajak. Untuk menghindari
kasus serupa dengan Al Capone, Mayel Lansky menyimpan uangnya di bank Swiss yang
memiliki privasi ketat. Meyer Lansky dapat menggunakan cara-cara pemanfaatan ‘fasilitas
perolehan kredit’ yaitu menjadikan uang haramnya disamarkan menjadi seolah-olah
‘perolehan kredit’ dari bank-bank asing yang diperlakukan sebagai ‘pendapatan’ jika perlu.
Setelah Lansky meninggal, upayanya menjadi inspirasi kolega-koleganya dalam
mengamankan uang hasilkejahatan.
4) Kasus Watergate (1970-an)
Pencucian uang merupakan kegiatan yang biasa dilakukan oleh Mafia, yang polanya
dapat diikuti untuk kegiatan lainnya seperti kegiatan politik untuk mendukung dana
kampanye, seperti kasus Watergate di AS. Seseorang bernama Dahlberg menjelaskan
bahwa dia terlibat dalam penggalangan dana di Midwest untuk kampanye pemilihan
kembali Presiden Nixon. Dalam penggalangan dana tersebut, Dwayne Andreas, selaku
Presiden Utama Archer Daniels Midland sebuah perusahaan konglomerat di bidang
agrikultur di Midwest memberikan kontribusi secara tunai untuk kampanye dimaksud.
5) Rezim Anti Pencucian Uang Global
Pada akhir tahun 1980-an, semakin meluasnya penyebaran wilayah produksi, jalur
distribusi narkotika internasional, dan kemampuan para pelaku untuk memindahkan uang
hasil kejahatan secara lintas batas wilayah. Mengenai hal tersebut, tindakan nyata diambil
oleh para pemimpin negara anggota G7 (Amerika Serikat, Inggris, Italia, Jepang, Jerman,
Kanada dan Prancis). Terkait pencucian uang,secara khusus para pemimpin negara anggota
G7 membentuk suatu gugus tugas yang kemudian dikenal dengan sebutan Financial
Action Task Force (FATF). FATF memiliki tugas untuk membentuk suatu konsensus
internasional yang dapat membantu mengidentifikasi, melacak dan merampas hasil
kejahatan dari tindak pidana narkotika dan tindak pidana lainnya. FATF kemudian
diperluas keanggotaannya melalui pembentukan FATF Style Regional Body (FSRB).
Dengan pembentukan FSRB, jangkauan FATF dapat mencapai hingga negara-negara yang
berada di luar regional negara-negara anggota. Selain itu memperluas keanggotaan, FATF
juga bekerjasama dengan organisasi internasional lainnya. Pada umumnya organisasi-
organisasi tersebut hanya berperan sebagai pengamat (obeserver).
6) Rezim Pencucian Uang di Indonesia
Dalam rangka mendukung rezim anti pencucian uang internasional, Indonesia
bergabung dengan Asia/Pacific Group on Money Laundering (APG) yang merupakan FSRB
yang berada di kawasan Asia dan Pasifik pada tahun 1999. Dalam rangka merespon
berbagai hal di atas, tujuh tahun kemudian UU No. 8 Tahun 2010 disahkan pada tanggal 22
Oktober 2010 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai upaya menjawab
beberapa tantangan yang dihadapi dalam upaya pencegahan dan pemberantasan pencucian
uang yang dilakukan sejak 2003.
3. Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU)
Berawal dari kasus Panama Papers tentang bocornya daftar klien dari Mossack Fonseca
yaitu sebuah firma hukum yang mempunyai klien milyader baik dari lingkungan pejabat negara,
pengusaha, hingga para selebritis yang menyerahkan pengelolaan harta kekayaannya dengan cara
mendirikan perusahaan perekayasa bebas pajak (offshore) di negara surga pajak (tax heaven
country) seperti Panama. Tujuan utamanya yaitu untuk menghindari pajak dari pemerintahnya
masing-masing.
Kegiatan pencucian uang umumnya dilakukan oleh pihak-pihak yang ingin memperoleh
kekayaan melalui hasil usaha illegal sehingga seakan-akan terlihat sah. Belajar dari kasus ini,
Pemerintah Indonesia memberlakukan tax amnesty (pengampunan pajak) salah satunya agar para
WNI yang menyimpan dananya di luar negeri bersedia membawa pulang dananya ke Indonesia.
Selain masalah pajak, kasus Panama Papers ini juga diduga terkait dengan praktik money
laundering.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh IMF bersama dengan Bank Dunia (Jackson, J, The
Financial Action Task Force: An Overview, CRS Report for Congress, March 2005), ada
beberapa indikator yang menyebabkan kegiatan money laundering marak terjadi, diantaranya :

a. kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam satu negara;


b. penegakan hukum yang tidak efektif;
c. pengawasan yang masih sangat minim;

d. sistem pengawasan yang tidak efektif dalam mengidentifikasi aktivitas yang


mencurigakan;
e. kerjasama dengan pihak internasional yang masih terbatas
Dampak negatif pencucian uang
a. merongrong sektor swasta yang sah;
b. merongrong integritas pasar-pasar keuangan;
c. hilangnya kendali pemerintah terhadap kebijakan ekonomi;
d. timbulnya distorsi dan ketidakstabilan ekonomi;
e. hilangnya pendapatan negara dari sumber pembayaran pajak;
f. risiko pemerintah dalam melaksanakan program privatisasi;
g. merusak reputasi negara; dan
h. menimbulkan biaya sosial yang tinggi.
Proses dan metode pencucian uang
a. Buy and sell conversion; dilakukan melalui jual-beli barang dan jasa;
b. Offshore conversion; pengalihan dana ilegal ke wilayah suatu negara yang merupakan tax
heaven bagi money laundering centers dan kemudian disimpan di bank atau lembaga
keuangan yang ada di wilayah negara tersebut.
c. Legitimate business conversion; dipraktikkan melalui bisnis atau kegiatan usaha yang sah
sebagai sarana untuk memindahkan dan memanfaatkan hasil kejahatan yang dikonversikan
melalui transfer, cek atau instrumen pembayaran lainnya, yang kemudian disimpan di
rekening bank atau ditarik atau ditransfer kembali ke rekening bank lainnya.
Tahapan pencucian uang
1) Penempatan (placement); yaitu menempatkan dana yang dihasilkan dari suatu tindak pidana
ke dalam sistem perekonomian dan sistem keuangan.
2) Pemisahan/pelapisan (layering); yaitu memisahkan hasil tindak pidana dari sumbernya melalui
beberapa tahap transaksi keuangan untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul
dana.
3) Penggabungan (integration); yaitu menggabungkan atau menggunakan harta kekayaan yang
telah tampak sah
Pengaturan tindak pidana pencucian uang
Pemberantasan pencucian uang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. UU No. 8 Tahun
2010. Adapun isi dari undang-undang tersebut yaitu: (1) Kriminalisasi perbuatan pencucian 157
uang; (2) Kewajiban bagi masyarakat pengguna jasa, Lembaga Pengawas dan Pengatur, dan
Pihak Pelapor; (3) Pengaturan pembentukan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(4) Aspek penegakan hukum; dan (5) Kerjasama.
Harta hasil tindak pidana
1) Ditempatkan di dalam berbagai nomor rekening yang berbeda;

2) Dipindahkan kepemilikannya kepada orang lain;

3) Diinvestasikan dalam berbagai jenis investasi;

4) Disamarkan lewat organisasi atau perusahaan;

5) Diubah ke dalam mata uang asing;

6) Dipindahkan ke luar negeri;

7) Dll.
Paradigma follow the money
Konsep follow the money ini tidak hanya mengejar pelaku kejahatannya saja, tetapi juga
menelusuri aliran dana dan lokasi keberadaan harta atau aset yang kemudian ditujukan guna
dirampas untuk negara.
Rezim Anti Pencucian Uang Indonesia
Peran Lembaga Pengawas dan Pengatur, Pihak Pelapor dan Pihak Terkait Lainnya
a. Masyarakat;
b. Pihak Pelapor dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
c. Lembaga Pengawas dan Pengatur;
d. Lembaga Penegak Hukum;
1) Lembaga Penyidikan TPPU (Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan, Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Badan Narkotika Nasional (BNN), serta Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) Kementerian
Keuangan Republik Indonesia.
2) Lembaga Penuntutan TPPU (Kejaksaan dan KPK)

3) Lembaga Peradilan TPPU (Pengadilan Umum dan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi)
e. Pihak terkait lainnya; dan
f. Lembaga Intelijen Keuangan
Membangun Kesadaran Anti-Pencucian Uang
Tujuan akhir dari pendekatan Anti Pencucian Uang digabung dengan pendekatan
penegakan hukum di Indonesia adalah untuk memperoleh dua hal utama, yaitu:
pertama,meningkatkan integritas dan stabilitas sistem keuangan & perekonomian nasional; dan

kedua, menurunkan angka kriminalitas melalui pendekatan ‘follow the money.’


PROXY WAR
a. Sejarah Proxy War
Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini yang
dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun aktor non negara.
Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka struggle for power dan power of
influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan
pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya.
b. Proxy War Modern
Menurut pengamat militer dari Universitas Pertahanan, Yono Reksodiprojo menyebutkan
Proxy War adalah istilah yang merujuk pada konflik di antara dua negara, di mana negara
tersebut tidak serta-merta terlibat langsung dalam peperangan karena melibatkan ‘proxy’ atau
kaki tangan. Perang Proksi merupakan bagian dari modus perangasimetrik, sehingga berbeda jenis
dengan perang konvensional. Perang asimetrik bersifat irregular dan tak dibatasi oleh besaran
kekuatan tempur atau luasan daerah pertempuran. Perang proxy memanfaatkan perselisihan
eksternal atau pihak ketiga untuk menyerang kepentingan atau kepemilikan teritorial lawannya.
c. Membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan mengedepankan Kesadaran Bela Negara
melalui pengamalan nilai-nilai Pancasila
Pancasila selaku ideologi yang menjadi fundamental bangsa Indonesia yang terbentuk
berdasarkan kondisi bangsa Indonesia yang multicultural dijadikan untuk membangun kesadaran
anti proxy war.
KEJAHATAN MASS COMMUNICATION (CYBER CRIME, HATE SPEECH, DAN HOAX)
d. Pengantar Sejarah
Di Indonesia, jurnalistik Eropa masuk ke Hindia Belanda setelah Gubernur Jenderal
Belanda, Jan Pieterszoon Coen pada tahun 1587-1629 memprakarsai penerbitan berita yang
dinamakan Memorie der Nouvelles yang berisi tulisan tangan dan dicetak untuk disebarkan
kepada orang-orang penting di Jakarta. Terdapat setidaknya tiga istilah yang perlu dikenali dan
dipahami karena selain selalu digunakan dalam literatur komunikasi massa, juga merupakan
perkembangan terkini dari komunikasi massa saat ini, yaitu istilah komunikasi massa itu sendiri,
media massa, dan media sosial.
Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada
sejumlah besar orang (Bittner, 1977). Selain berfungsi dalam menyampaikan pesan secara umum
kepada publik, komunikasi massa juga berfungsi dalam melakukan transmisi pengetahuan, nilai,
norma maupun budaya kepada publik yang menerima pesan.
Ciri-ciri pokok komunikasi massa seperti yang dijelaskan oleh Noelle-Neumann (1973),
adalah sebagai berikut :
a. Tidak langsung (harus melalui media teknis);
b. Satu arah (tidak ada interaksi antar komunikan);
c. Terbuka (ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim);
d. Publik tersebar secara geografis.
Sifat pelaku dalam komunikasi massa sebagai berikut:

Media Massa
Media massa pada berbicara atas nama lembaga tempat dimana mereka berkomunikasi
sehingga pada tingkat tertentu, kelembagaan tersebut dapat berfungsi sebagai fasilitas sosial yang
dapat ikut mendorong komunikator dalam menyampaikan pesan-pesannya.
Media massa dalam konteks jurnalistik pada dasarnya terbagi atas tiga jenis media, yaitu: 1)
Media cetak, berupa surat kabar, tabloid, majalah, buletin, dan sebagainya; 2) Media elektronik,
yang terdiri atas radio dan televisi; 3) Media online, yaitu media internet seperti website, blog,
portal berita, dan media social
Media Sosial
Dalam media sosial, baik pemberi informasi maupun penerimanya seperti bisa memiliki
media sendiri. Media sosial merupakan situs di mana setiap orang bisa membuat web page pribadi,
kemudian terhubung dengan kolega atau publik untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.
e. Bentuk Tindak Kejahatan dalam Komunikasi Massa
Calhoun, Light, dan Keller (1995) menjelaskan adanya empat tipe kejahatan yang terjadi di
masyarakat, yaitu :
a. White Collar Crime (Kejahatan Kerah Putih); merupakan tindakan melawan hukum yang
dilakukan oleh kelompok orang dengan status sosial yang tinggi,
b. Crime Without Victim (Kejahatan Tanpa Korban); tidak menimbulkan penderitaan secara
langsung kepada korban seperti perjudian, mabuk-mabukan, dan hubungan seks,
c. Organized Crime (Kejahatan Terorganisir); dilakukan secara terorganisir dan
berkesinambungan seperti penadah barang curian, perdagangan anak dan perempuan untuk
komoditas seksual atau pekerjaan ilegal, dan lain sebagainya.
d. Corporate Crime (Kejahatan Korporasi); dilakukan atas nama organisasi formal dengan tujuan
menaikkan keuntungan dan menekan kerugian.
Beberapa peraturan perundangan yang bisa menjadi rujukan dalam konteks kejahatan yang
terjadi dalam komunikasi massa adalah :
1) Undang-undang No. 40 Tahun 1999 tentang Pers
2) Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi
3) Undang-undang No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
4) Undang-undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
5) Undang-undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektroni.
Berangkat dari perkembangan dinamika komunikasi massa dan peraturan perundangan,
maka beberapa jenis kejahatan yang paling sering terjadi pada konteks komunikasi antara lain :
a. Cyber Crime
Cyber crime atau kejahatan saiber merupakan bentuk kejahatan yang terjadi dan
beroperasi di dunia maya dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan internet.
Pelakunya pada umumnya harus menguasai teknik komputer, algoritma, pemrograman dan
sebagainya, sehingga mereka mampu menganalisa sebuah sistem dan mencari celah agar bisa
masuk, merusak atau mencuri data atau aktivitas kejahatanlainnya.
Terdapat beberapa jenis cyber crime yang dapat kita golongkan berdasarkan
aktivitas yang dilakukannya seperti dijelaskan berikut ini:
1) Unauthorized Access; merupakan kejahatan memasuki atau menyusup ke dalamsuatu
sistem jaringan komputer secara tidak sah
2) Illegal Contents; dilakukan dengan cara memasukkan data atau informasi ke internettentang
suatu hal yang tidak benar
3) Penyebaran virus dilakukan dengan menggunakan sebuah email atau media lainnya
4) Cyber Espionage, Sabotage, and Extortion; dengan cara memanfaatkan jaringan internet
untuk melakukan kegiatan mata-mata terhadap pihak lain, dengan memasuki sistem
jaringan komputer pihak sasaran.
5) Carding; merupakan kejahatan yang dilakukan untuk mencuri nomor kartu kredit milik
orang lain
6) Cybersquatting; merupakan sebuah kejahatan yang dilakukan dengan cara mendaftarkan
domain nama perusahaan orang lain dan kemudian berusaha menjualnya
7) Cyber terorism; mengancam pemerintah atau kepentingan orang banyak
b. Hate speech
Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau hasutan yang
disampaikan oleh individu ataupun kelompok di muka umum atau di ruang publik merupakan
salah satu bentuk kejahatan dalam komunikasi massa. Dengan berkembangnya teknologi
informasi, serta kemampuan dan akses pengguna media yang begitu luas, maka ujaran-ujaran
kebencian yang tidak terkontrol sangat mungkin terjadi. Apalagi dengan karakter anonimitas
yang menyebabkan para pengguna merasa bebas untuk menyampaikan ekspresi tanpa
memikirkan efek samping atau dampak langsung terhadap objek atau sasaran ujaran
kebencian.
c. Hoax
Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi. Sifatnya lebih banyak mengadu domba
kelompok-kelompok yang menjadi sasaran dengan isi pemberitaan yang tidak benar.
Pelaku hoax dapat dikategorikan dua jenis, yaitu pelaku aktif dan pasif. Pelaku aktif
melakukan atau menyebarkan berita palsu secara aktif membuat berita palsu dan sengaja
menyebarkan informasi yang salah mengenai suatu hal kepada publik. Sedangkan pelaku
pasif adalah individu atau kelompok yang secara tidak sengaja menyebarkan berita palsu
tanpa memahami isi atau terlibat dalam pembuatannya.

f. Membangun Kesadaran Positif menggunakan Media Komunikasi


Beberapa teori dampak media massa dapat menjelaskan alasannya sebagai berikut :
a. Teori Kultivasi; Dikembangkan dari penelitian Gerbner pada tahun 1980 untuk menjelaskan
dampak menyaksikan televisi pada persepsi, sikap, dan nilai-nilai orang terhadap sebuah
realitas baru.
b. Spiral Keheningan (Spiral of Silence); Dikembangkan oleh Noelle-Neumann (1973) itu
mempunyai dampak yang sangat besar pada pembentukan opini publik.
c. Teori Pembelajaran Sosial; menyatakan bahwa terjadi pembelajaran individu terjadi melalui
pengamatan pada perilaku orang lain, baik secara langsung maupun melalui media tertentu.
d. Agenda Setting; cenderung membingkai isu-isu dengan berbagai cara.
e. Determinasi Media; menyatakan dampak teknologi tidak terjadi pada tingkat opini atau konsep,
tetapi mengubah rasio indera atau pola persepsi dengan mantap tanpa adanyaperlawanan.
f. Hegemoni Media; menyatakan bahwa berita dan isinya dalam suatu media akan disesuaikan
dengan kebutuhan ideologi kapitalis, atau korporat dari pemilik atau penguasa media tersebut.

C. TEKNIK ANALITIK ISU


1. MEMAHAMI ISU KRITIKAL
Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah sumber
daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu tersebut.
Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu :
a. Isu saat ini (current issue) merupakan isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan publik
secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil keputusan.
b. Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan menyebar di
ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut.
c. Isu potensial adalah isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat terindikasi dari
beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi
adanya kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan.
Adapun untuk mengidentifikasi dan/atau menetapkan isu, yaitu kemampuan
Enviromental Scanning, Problem Solving, dan berpikir. Pendekatan lain dalam memahami apakah
isu yang dianalisis tergolong isu kritikal atau tidak adalah dengan melakukan “issue scan”, yaitu
teknik untuk mengenali isu melalui proses scanning untuk mengetahui sumber informasi terkait isu
tersebut sebagai berikut :
a. Media scanning, yaitu penelusuran sumber-sumber informasi isu dari media seperti surat
kabar, majalah, publikasi, jurnal profesional dan media lainnya yang dapat diaksespublik secara
luas.
b. Existing data, yaitu dengan menelusuri survei, polling atau dokumen resmi dari lembaga
resmi terkait dengan isu yang sedang dianalisis.
c. Knowledgeable others, seperti profesional, pejabat pemerintah, trendsetter, pemimpin opini
dan sebagainya.
d. Public and private organizations, seperti komisi independen, masjid atau gereja, institusi
bisnis dan sebagainya yang terkait dengan isu-isu tertentu 5. Public at large, yaitu masyarakat
luas yang menyadari akan satu isu dan secara langsung atau tidak langsung terdampak dengan
keberadaan isu tersebut.
2. TEKNIK-TEKNIK ANALISIS ISU
Setelah memahami berbagai isu kritikal yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya perlu
dilakukan analisis untuk bagaimana memahami isu tersebut secara utuh dan kemudian dengan
menggunakan kemampuan berpikir konseptual dicarikan alternatif jalan keluar pemecahan isu.
a. Teknik Tapisan Isu
Menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual, Kekhalayakan, Problematik,
dan Kelayakan. Aktual artinya isu tersebut benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan
dalam masyarakat. Kekhalayakan artinya Isu tersebut menyangkut hajat hidup orang banyak.
Problematik artinya Isu tersebut memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu
dicarikan segera solusinya secara komperehensif, dan Kelayakan artinya Isu tersebut masuk
akal, realistis, relevan, dan dapat dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.
Alat bantu tapisan lainnya misalnya menggunakan kriteria USG dari mulai sangat USG
atau tidak sangat USG. Urgency: seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan
ditindaklanjuti. Seriousness: Seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat
yang akan ditimbulkan. Growth: Seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika
tidak ditangani segera.
Teknik Analisis Isu

1) Mind Mapping
Mind mapping adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan menggunakan
citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk membentuk kesan (DePorter, 2009: 153).
Menurut DePorter (2009:172), selain dapat meningkatkan daya ingat terhadap suatu
informasi, mind mapping juga mempunyai manfaat lain,yaitu sebagai berikut:
a) Fleksibel, dengan mudah menambahkan catatan-catatan baru di tempat yangsesuai
b) Dapat Memusatkan Perhatian Dengan peta pikiran
c) Meningkatkan Pemahaman Dengan peta pikiran
d) Menyenangkan Imajinasi dan kreativitas.
Dalam melakukan teknik mind mapping, terdapat 7 langkah pemetaan sebagaiberikut :
a) Mulai dari Bagian Tengah
b) Menggunakan Gambar atau Foto untuk Ide Sentral Gambar bermakna seribu katadan
membantu Anda menggunakan imajinasi
c) Menggunakan Warna Bagi otak, warna sama menariknya dengan gambar
d) Menghubungkan Cabang-cabang Utama ke Gambar Pusat
e) Membuat Garis Hubung yang Melengkung
f) Menggunakan Satu Kata Kunci untuk Setiap Garis
g) Menggunakan Gambar Seperti gambar sentral
2) Fishbone Diagram
Fishbone diagram atau diagram tulang ikan ini lebih menekankan pada hubungan
sebab akibat, sehingga seringkali juga disebut sebagai Cause-and-Effect. Adapun prosedur
pembuatan fishbone diagram dapat dilihat sebagai berikut :
a) Menyepakati pernyataan masalah

b) Mengidentifikasi kategori-kategori
c) Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
d) Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
3. ANALISIS SWOT
Analisis SWOT adalah suatu metoda analisis yang digunakan untuk menentukan dan
mengevaluasi, mengklarifikasi dan memvalidasi perencanaan yang telah disusun, sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai. Analisis ini merupakan suatu pendekatan memahami isu kritikal
dengan cara menggali aspek-aspek kondisi yang terdapat di suatu wilayah yang direncanakan
maupun untuk menguraikan berbagai potensi dan tantangan yang akan dihadapi dalam
pengembangan wilayah tersebut.
Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses)
dan ancaman (Threats). Adapun tahapan Analisis SWOT tidak dapat dipisahkan dari proses
perencanaan strategik secara keseluruhan.
Secara umum penyusunan rencana strategik melalui tiga tahapan, yaitu :
a) Tahap pengumpulan data
Pada tahap pengumpulan data, data yang diperoleh dapat dibedakan menjadi dua yaitu
data eksternal dan data internal. Data eksternal diperoleh dari lingkungan di luar organisasi,
yaitu berupa peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) terhadap eksistensi organisasi.
Sedangkan data internal diperoleh dari dalam organisasi itu sendiri, yang terangkum dalam
profil kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses) organisasi.
b) Tahap analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi strategis, tahap selanjutnya adalah
memanfaatkan semua informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi.
Pada studi ini, model yang dipergunakan adalah :
1) Matriks SWOT
Pada intinya adalah mengkombinasikan peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan
dalam sebuah matriks. Dengan demikian, matriks tersebut terdiri atas empat kuadran,
dimana tiap-tiap kuadran memuat masing-masing strategi.
2) Matriks SWOT model TOWS
Pada prinsipnya komponen-komponen yang akan dikaji di dalam analisis ini mirip
dengan komponen-komponen pada analisis SWOT, tetapi pada model TOWS, David lebih
mengetengahkan komponen-komponen eskternal ancaman dan peluang (Threats dan
Opportunities) sebagai basis untuk melihat sejauh mana kapabilitas potensi internal yang
sesuai dan cocok dengan faktor-faktor eksternal tersebut.
3) Matriks Internal Eksternal (Matriks I-E)
Pada Matriks Internal Eksternal, parameter yang digunakan meliputi parameter
kekuatan internal dan pengaruh eksternal yang dihadapi.

c) Tahap pengambilan keputusan


Pengambilan keputusan dilakukan apabila telah melihat hasil dari analisis yang
dilakukan dengan salah satu teknik yang dipilih di atas.
Analisis Kesenjangan Atau Gap Analysis
Gap Analysis adalah perbandingan kinerja aktual dengan kinerja potensial atau yang
diharapkan. Metode ini merupakan alat evaluasi bisnis yang menitikberatkan pada
kesenjangan kinerja perusahaan saat ini dengan kinerja yang sudah ditargetkan sebelumnya,
misalnya yang sudah tercantum pada rencana bisnis atau rencana tahunan pada masing-
masing fungsi perusahaan. Analisis kesenjangan juga mengidentifikasi tindakan-tindakan apa
saja yang diperlukan untuk mengurangi kesenjangan atau mencapai kinerja yang diharapkan
pada masa datang.

MODUL 3 KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


A. KONSEP KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
Menurut asal kata, kesamaptaan sama maknanya dengan kata kesiapsiagaan yang berasal dari
kata: Samapta yang artinya siap siaga atau siap siaga dalam segala kondisi. Selanjutnya menurut
Sujarwo (2011:4)- Samapta yang artinya siap siaga.
Kesiapsiagaan merupakan suatu siap siaga yang dimiliki seseorang baik fisik, mental, maupun
sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam. Menurut KBBI berasal dari kata bela yang
artinya menjaga baik-baik, memelihara, merawat, menolong serta melepas dari bahaya.
Konsep negara disampaikan oleh beberapa ahli antara lain: Professor R. Djokosoetono,
Logemann, Robert M. Mac. Iver, Max Weber,Hegel, Rousseau, George Jellinek, George H. Sultou,
Roelof Krannenburg.
Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa bela negara adalah kebulatan sikap, tekad,
dan perilaku warga negara yang dilakukan secara ikhlas, sadar,dan disertai kerelaan
berkorbansepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan
Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara.

B. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA DALAM LATSAR CPNS


Bentuk kesiapsiagaan dimaksud adalah kemampuan setiap CPNS untuk memahami dan
melaksanakan kegiatan olah rasa, olah pikir, dan olah tindak dalam pelaksanaan kegiatan
keprotokolan yang di dalamya meliputi pengaturan tata tempat, tata upacara

(termasuk kemampuan baris berbaris dalam pelaksaan tata upacara sipil dan kegiatan apel), tata
tempat, dan tata penghormatan yang berlaku di Indonesia sesuai peraturan perundanganundangan
yang berlaku.
Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan CPNS untuk memiliki
kemampuan dalam menyikapi setiap perubahan yang baik. CPNS yang siap siaga adalah CPNS
Yang mampu meminimalisisr terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan pelaksanaan
kerja.
RUANG LINGKUP NILAI-NILAI DASAR BELA NEGARA
a. Cinta tanah air
b. Kesadaran Berbangsa dan bernegara
c. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara
d. Rela berkorban untuk bangsa dan negara
e. Memiliki kemampuan awal bela negara
f. Semangat untuk mewujudkan negara yang berdaulat
CONTOH BELA NEGARA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI DI ZAMAN SEKARANG
DIBERBAGAI LINGKUNGAN
a. Menciptakan suasana rukun, damai, dan harmonis dalam keluarga. (lingkungan keluarga).
b. Membentuk keluarga yang sadar hukum (lingkungan keluarga).
c. Meningkatkan iman dan takwa dan iptek (lingkungan pelatihan) Kesadaran untuk menaatitata
tertib pelatihan (lingkungan kampus/lembaga pelatihan).
MANFAAT KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA
a. Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain.
b. Membentuk jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesame rekan seperjuaangan.
c. Membentuk mental dan fisik yang Tangguh d. Membentuk perilaku jujur, tegas, adil, tepatdan
kepedulian antar sesame.

C. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA


1. KESIAPSIAGAAN JASMANI
a. Kesiapsiagaan jasmani merupakan kegiatan atau kesanggupan seseorang untuk melaksanakan
tugas atau kegiatan fisik secara lebih baik dan efisien. Dalam Undangundang No 23 Tahun
1999 menjelaskan bahwa “kesehatan” adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memugkinkan setiap orang produktif secarasosial dan ekonomis.
b. Manfaat Kesiapsiagaan Jasmani - Memiliki postur yang baik - Memiliki ketahanan
melakukan pekerjaan yang berat - Memiliki ketangkasan yang tinggi.
c. Sifat dan Sasaran Pengembangan Kesiapsiagaan Jasmani Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani
adalah mengembangkan dan/atau memaksimalkan kekuatan fisik dengan melatih kekuatan
fisik akan dapat menghasilkan: tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle
strength), kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination),keseimbangan (balance), dan fleksibilitas(flexibility).
d. Pengukuran kesiapsiagaan jasmani Ukuran yang digunakan untuk mengukur kesiapsiagaan
jasmani dengan mengukur daya tahanjantung dan paru-paru dengan protokol tes lari 12 menit
yang disebut dengan metode cooper.
e. Tips menjaga kesiapsiagaan jasmani Makan makanan bergizi secara teratur dengan porsi
cukup. Kualitas asupan makanan bergizi kedalam tubuh dapat diketahui dengan mengukur
berat badan ideal dengan rumus Brocca: BB ideal= (TB-100)-10%(TB-100).
2. KESIAPSIAGAAN MENTAL
Merupakan kesiapsiagaan seseorang dengan memahami kondisi mental, perkembangan
mental, dan proses menyesuaikandiri terhadap berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan
mental/jiwanya baik tuntutan dalam diri sendiri maupun luar diri sendiri, seperti menyesuaikan
diri dengan lingkungan.
a. Kecerdasan Emosional
Emosi berasal dari emotus atau emovere yang artinya mencerca “to strip up” yaitu sesuatu
yang mendorong terhadap sesuatu. Dalam KBBI diartikan sebagai: (1) luapan perasaan yang
berkembang dan surut di waktu singkat; (2) keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis. Dari
pengertian emosi menurut Crow&Crow; W James dan Carl Lange; Harvey Carr; dan W.B.
Cannon, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah merupakan warna afektif yang menyertai
setiap keadaan atau perilaku individu. Warna afektif yaitu perasaan tertentu yang dialami pada
saat mengalami situasi tertentu seperti gembira, senang, putus asa, benci dan sebagainya.
❖ Kompetensi Kecerdasan emosional
- kesadaran diri sendiri
- pengelolaan diri sendiri
- kesadaran sosial
- manajemen Hubungan sosial
❖ Cara meningkatkan kecerdasan emosional
• Rasakan dan pahami perasaan anda
• Jangan menilai atau mengubah perasaan anda terlalu cepat
• Lihat bila anda menemukan hubungan antara perasaan anda saat ini denganperasaan
yangsama di masa lalu
• Hubungkan perasaan anda dengan pikiran anda

• Dengarkan tubuh anda


• Jika anda tidak tahu bagaimana perasaan anda, minta bantuan orang lain
• Masuk ke alam bawah sadar anda
• Tanyakan pada diri anda
• Tulis pikiran dan perasaan anda ketika sedang menurun
• Tahu kapan waktu kembali melihat keluar
• Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

3. PERATURAN BARIS BERBARIS


a. Baris berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerja sama antar pesertadiklat.
b. Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan
tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta diklat senantiasa dapat
mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.
c. Rasa persatuan adalah adanya rasa senasib sepenanggungan serta terbangunnya ikatan batin
yang sangat diperlukan dalam menjalankan tugas.
d. Disiplin adalah mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu yang
hakekatnya tidak lain daraipada keikhlasan menyisihkan pilihan hati sendiri.
e. Rasa tanggung jawab adalah keberanian untuk bertindak yang mengandung resiko terhadap
dirinya tetapi menguntungkan tugas atau sebaliknya tidak mudah melakukan tindakan yang
akan dapat merugikan kelompok.
f. Aba aba adalah perintah yang diberikan oleh seorang ketua/pemimpin yang ditunjuk kepada
pasukan/kelompok orang untuk dilakukan pada waktunya secara serentak atau berturut – turut
dengan tepat dan tertib.
4. KEWASPADAAN DINI
Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan yang dikembangkan untuk mendukung
sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal sehingga terwujud kepekaan,
kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.
5. PENGERTIAN INTELLIJEN
a. Pengetahuan, yaitu informasi yang sudah diolah sebagai bahan perumusan kebijakandan
pengamiblan keputusan
b. Orgnisasi, yaitu suatu badan yang digunakan sebagai waah yang diberi tugas dn
kewenangan untuk menyelenggarakan fungsi dan aktivitas intellijen
c. Aktivitas, yaitu semua usaha, pekerjaan, kegiatan an tindakan penyelenggaraan
fungsipenyelidikan, penngamanan, dan penggalangan.
TIGA FUNGSI INTELLIJEN
a. Penyelidikan Serangkaian upaya, pekerjaan, eiatan dan tindakan yang dilakukan secara
terencana dan terarah untuk mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi intellijen serta
menyajikan sebagai bahan masukan uuntuk perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan
b. Pengamanan Mencegah dan/atau melawan upaya, pekerjaan, kegiatan intellijen dan/atau
pihak lawan yang merugikan kepentingan dan keamanan nasional.
c. Penggalangan Mempengaruhi sasaran agar menguntungkan kepentingan dan keamanan
nasional.
6. KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH
Untuk mewujudkna ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang dilakukan
dengan upaya kewaspadaan din oleh masyaraka dibentuklah Forum Kewaspadaan Dini
Masyarakat (FKDM). FKDM adalah wadah bagi elemen masyarakat yang dibentuk dalam
rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat, termasuk wakil – wakil Ormas.
Ormas adalah organisasi kemasyarakatan non pemerintah yang bervisi kebangsaan yang
dibentuk oleh warga negara Republik Indonesia secara sukarela, berbadan hokum dan telah
terdaftar serta bukan organisasi sayap politik. Pembentukan FKDM dilakukan oleh masyarakat
dan difasilitasi oleh pemerintah daerah. FKDM memiiki hubungan yang bersifat konsultatif.
Dalam rangka pembinaan FKDM dibentuk Dewan Penasehat FKDM ynag memilki fungsi :
a. Membantu kepala daerah merumuskan kebijakan dalam memelihara kewaspadaan
dinimasyarakat
b. Memfasilitasi hubungan kerja antara FKDM dengan pemerintah daerah dalam
memeliharakewaspadaan dini masyarakat.

FKDM ada beberapa jenis :


a. FKDM Provinsi 2.
b. FKDM kabupaten/kota
c. FKDM kecamatan
d. FKDM desa/kelurahan
7. KEWASPADAAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN PERTAHANAN NEGARA
Dalam penyelenggaraan perthanan negara, kemampuan kewaspadaan dni dikembangkan
untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan nirmiliter secara optimal
sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi
potensi ancaman. Di sisi lain kewaspadaan dini dilakukan untuk mengantisipasi berbagai
dampak ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang bisa mnejadi ancaman bagi
kedaulatan, keutuhan NKRI dan keselamatan bangsa.
Pembanguanan kelembagaan pertahanan militer maupun nonmiliter diselenggarakan guna
mewujudkan kekuatan yang terintegrasi dalam ppengelolaan pertahanan negara melalui
penguatan dan penataan lang serta restrukturisasi kelembagaan.
8. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM PENYELENGGARAAN
OTONOMIDAERAH
Dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya
kedaulaan NKRI, perlu dilaksanakan deteksi dini dan peringatan dini di daerah yang perlu
didukung dengan koordinasi yang baik antar aparat unsur itellijen secara professional yang diatur
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang Komunitas Intellijen Daerah. Komunitas
Intellijen Derah atau kominda adalah forum komunikasi dan koordinasi unsur intellijen dan
unsur pimpinan daerah di provinsi dan kabupaten/kota.
9. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI DALAM SISTEM KEAMANAN NASIONAL
Keamanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dan NKRI ynag menjamin
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan warga negara, masyarakat dan bangsa, terlindunginya
kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan pembangunan nasional dari
segala ancaman. A
ncaman memiliki haikat yang majemuk, berbentuk fisik atau nonfisik, konvensional atau
nonkonvensional, global atau local, segera atau mendatang, potensial atau aktual,

militer atau nonmiliter, langsung atau tidak langsung, daari luar negeri atau dalam negeri,serta
degan kekerasan senjata atau tanpa kekerasan senjata.
10. DETEKSI DINI DAN PERINGATAN DINI
Upaya melakukan penilaian terhadap ancaman dapat terwujud denga baik apabilaintellijen
negara sebagai bagian dari system keamanan nasional yang merupakan lini pertama mampu
melakukan deteksi dini dan peringatan din terhadap berbagai bentuk dan sifat ancaman, baik
yang potensial maupun aktual.
Ruang lingkup intellijen negara meliputi :
a. Intellijen dalam negeri dan luar negeri
b. Intellijen pertahanan dan/atau militer
c. Intellijen kepolisian
d. Intellijen penegak hokum
e. Intellijen kementerian/lembaga pemerintah non-kementerian
SUMMARY AGENDA 2

MODUL 1 BERORIENTASI PELAYANAN PUBLIK

BAB I PELAYANAN PUBLIK


Pengertian Pelayanan Publik
1. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk
atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
2. Penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap institusi
penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang- undang
untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-mata untuk kegiatan
pelayanan publik.
3. Asas penyelenggaraan pelayanan publik (Pasal 4 UU Pelayanan Publik)

a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
4. Prinsip pelayanan publik yang baik
a. Partisipatif
b. Transparan
c. Responsif
d. Tidak diskriminatif.
e. Mudah dan Murah
f. Efektif dan Efisien
g. Aksesibel
h. Akuntabel
i. Berkeadilan
5. Unsur penting dalam pelayanan public khususnya dalam konteks ASN
a. penyelenggara pelayanan publik yaitu ASN/Birokrasi,
b. penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat,
c. kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.
6. Enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas
a. Komitmen pimpinan yang merupakan kunci untuk membangun pelayanan yangberkualitas;
b. Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan masyarakat;
c. Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan pelayananpublik;
d. Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti pengaduanmasyarakat;
e. Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan keselamatan kerja, fleksibilitaskerja,
penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana prasarana; dan
f. Secara berkala melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara
pelayanan publik.
7. Produk kebijakan pelayanan publik

a. penerapan Standar Pelayanan dan Maklumat Pelayanan;


b. tindak lanjut dan upaya perbaikan melalui kegiatan Survei Kepuasan Masyarakat;
c. profesionalisme SDM;
d. pengembangan Sistem Informasi Pelayanan Publik (SIPP) untuk memberikan akses yangseluas-
luasnya kepada masyarakat;
e. mendorong integrasi layanan publik dalam satu gedung melalui Mal Pelayanan Publik;
f. merealisasikan kebijakan “no wrong door policy” melalui Sistem Pengelolaan Pengaduan
Pelayanan Publik Nasional (SP4N-LAPOR!);
g. penilaian kinerja unit penyelenggara pelayanan publik melalui Evaluasi Pelayanan Publik
sehingga diperoleh gambaran tentang kondisi kinerja penyelenggaraan pelayanan publik untuk
kemudian dilakukan perbaikan;
h. kegiatan dialog, diskusi pertukaran opini secara partisipatif antara penyelenggara layanan publik
dengan masyarakat untuk membahas rancangan kebijakan, penerapan kebijakan, dampak
kebijakan, ataupun permasalahan terkait pelayanan publik melalui kegiatan Forum Konsultasi
Publik; dan

i. terobosan perbaikan pelayanan publik melalui Inovasi Pelayanan Publik.


8. Tugas ASN sebagai Pelayan Publik
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
9. Perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk ASN
a. adil dan tidak diskriminatif;
b. cermat;
c. santun dan ramah;
d. tegas, andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut;
e. profesional;
f. tidak mempersulit;
g. patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar;
h. menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara;
i. tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan;
j. terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan;
k. tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik;
l. tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam menanggapi
permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat;
m. tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki;
n. sesuai dengan kepantasan; dan
o. tidak menyimpang dari prosedur.
10. Hal fundamental mengenai pelayanan publik, antara lain :
a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.
b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak yang dibayar oleh warga negara.
c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal yang strategis bagi
kemajuan bangsa di masa yang akan datang.
d. Pelayanan publik memiliki fungsi tidak hanya memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga
negara sebagai manusia, akan tetapi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi warga
negara (proteksi).
11. Kriteria operasional pelayanan publik
a. ASN harus memiliki kode etik (code of ethics) untuk menjabarkan pedoman perilaku
sesuai dengan tujuan yang terkandung dari masing-masing nilai.
b. Untuk mendetailkan kode etik tersebut, dapat dibentuk sebuah kode perilaku (code of conducts)
yang berisi contoh perilaku spesifik yang wajib dan tidak boleh dilakukan oleh pegawai ASN
sebagai interpretasi dari kode etik tersebut.
c. Pegawai ASN harus menerapkan budaya pelayanan, dan menjadikan prinsip melayani sebagai
suatu kebanggaan.

BAB II BERORIENTASI PELAYANAN


1. ASN sebagai suatu profesi berlandaskan pada prinsip sebagai berikut :
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. kualifikasi akademik;
f. jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas; dan
g. profesionalitas jabatan.
2. Nilai dasar adalah kondisi ideal atau kewajiban moral tertentu yang diharapkan dari ASN untuk
mewujudkan pelaksanaan tugas instansi atau unit kerjanya.
3. Kode etik adalah pedoman mengenai kewajiban moral ASN yang ditunjukkan dalam sikap atau
perilaku terhadap apa yang dianggap/dinilai baik atau tidak baik, pantas atau tidak pantas baik dalam
melaksanakan tugas maupun dalam pergaulan hidup sehari-hari.
4. Kode perilaku adalah pedoman mengenai sikap, tingkah laku, perbuatan, tulisan, dan ucapan ASN
dalam melaksanakan tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari yang merujuk pada kode etik.
5. Nilai Dasar ASN :

a. mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;


b. menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
c. membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Perilaku pelayanan prima
a. Menyapa dan memberi salam;
b. Ramah dan senyum manis;
c. Cepat dan tepat waktu;
d. Mendengar dengan sabar dan aktif;
e. Penampilan yang rapi dan bangga akan penampilan;
f. Terangkan apa yang Saudara lakukan;
g. Jangan lupa mengucapkan terima kasih;
h. Perlakukan teman sekerja seperti pelanggan; dan
i. Mengingat nama pelanggan.
7. Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era digital yang
dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan business as usual) agar
tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan cara dalam pemberian
pelayanan publik.

MODUL 2 AKUNTABEL
BAB I KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas
adalah kewajiban untuk bertanggung jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala
tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya
kepada publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).
2. Konteks Akuntabilitas ASN Disesuaikan dengan perilaku Core Values ASN BerAKHLAK,
yaitu:
a. Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
b. Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,efektif,
dan efisien
c. Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi.
3. Aspek-Aspek Akuntabilitas
a. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a relationship). Hubungan yang
dimaksud adalah hubungan dua pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan
masyarakat.
b. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented). Hasil yang
diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif.

c. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan(Accountability requiers reporting). Dengan


memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang telah
dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan
proses yang telah dilakukan.
d. Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without
consequences). Akuntabilitas menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan
konsekuensi.
e. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance). Dalam
pendekatan akuntabilitas yang bersifat proaktif (proactive accountability), akuntabilitas dimaknai
sebagai sebuah hubungan dan proses yang direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan sejak awal.
4. Fungsi Akuntabilitas
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu :
a. Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi);
b. untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional);
c. untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).
5. Ciri Akuntabilitas sebagai kontrak antara pemerintah dengan aparat birokrasi, serta antara
pemerintah yang diwakili oleh PNS dengan masyarakat :
a. Pertama, akuntabilitas eksternal yaitu tindakan pengendalian yang bukan bagian dari tanggung
jawabnya.
b. Kedua, akuntabilitas interaksi merupakan pertukaran sosial dua arah antara yang menuntut dan
yang menjadi bertanggung jawabnya (dalam memberi jawaban, respon, rectification, dan
sebagainya).
c. Ketiga, hubungan akuntabilitas merupakan hubungan kekuasaan struktural (pemerintah dan
publik) yang dapat dilakukan secara asimetri sebagai haknya untuk menuntut jawaban (Mulgan
2003).
6. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu :
a. Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), Akuntabilitas vertikal adalah
pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya
pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada pemerintah daerah, kemudian pemerintah
daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah pusat kepada MPR.
b. Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas horizontal adalah
pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

7. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu :
a. Akuntabilitas Personal (Personal Accountability) Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-
nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
b. Akuntabilitas Individu. Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara individu dan
lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi kewenangan.
c. Akuntabilitas Kelompok. Kinerja sebuah institusi biasanya dilakukan atas kerjasama
kelompok. Dalam hal ini tidak ada istilah “Saya”, tetapi yang ada adalah “Kami”.
d. Akuntabilitas Organisasi. Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja yang
telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/ institusi maupun
kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya.
e. Akuntabilitas Stakeholder. Akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsif dan bermartabat.

BAB II PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL


1. Akuntabilitas dan Integritas
a. Kedua prinsip tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur pemerintahan dalam memberikan
layanang kepada masyarakat. Aulich (2011) bahkan mengatakan bahwa sebuah sistem yang
memiliki integritas yang baik akan mendorong terciptanya Akuntabilitas, Integritas itu sendiri,
dan Transparansi.
b. Ann Everett (2016), mempuplikasikan pendapatnya pada platform digital LinkedIn bahwa,
walaupun Akuntabilitas dan Integritas adalah faktor yang sangat penting dimiliki dalam
kepimpinan, Integritas menjadi hal yang pertama harus dimiliki oleh seorang pemimpin ataupun
pegawai negara yang kemudian diikuti oleh Akuntabilitas.
2. Integritas dan Anti Korupsi
a. Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi.
b. Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.
c. Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat, integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuranatau
ketidakmunafikan.
d. Integritas yang konsepnya telah disebut filsuf Yunani kuno, Plato, dalam The Republicsekitar
25 abad silam, adalah tiang utama dalam kehidupan bernegara.

3. Mekanisme Akuntabilitas
a. Setiap organisasi memiliki mekanisme akuntabilitas tersendiri. Contoh mekanisme akuntabilitas
organisasi, antara lain sistem penilaian kinerja, sistem akuntansi, sistem akreditasi, dan sistem
pengawasan (CCTV, finger prints, ataupun software untuk memonitor pegawai menggunakan
komputer atau website yang dikunjungi).
b. Untuk memenuhi terwujudnya organisasi sektor publik yang akuntabel, maka mekanisme
akuntabilitas harus mengandung dimensi :
1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum (accountability for probity and legality) : terkait
dengan hukum yang diterapkan.
2) Akuntabilitas proses (process accountability) : terkait dengan: apakah prosedur yang
digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik
3) Akuntabilitas program (program accountability) Akuntabilitas ini dapat memberikan
pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, dan Apakah ada alternatif program
lain yang memberikan hasil maksimal dengan biaya minimal.
4) Akuntabilitas kebijakan (policy accountability) Akuntabilitas ini terkait dengan
pertanggungjawaban pemerintah atas kebijakan yang diambil terhadap DPR/DPRD dan
masyarakat luas
4. Mekanisme Akuntabilitas Birokrasi Indonesia
Akuntabilitas tidak akan mungkin terwujud apabila tidak ada alat akuntabilitas. Di Indonesia,
alat akuntabilitas antara lain adalah :
a) Perencanaan Strategis (Strategic Plans) yang berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP-D), Menengah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/RPJM-D), dan Tahunan
(Rencana Kerja Pemerintah/RKPD), Rencana Strategis (Renstra) untuk setiap Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan Sasaran Kerja Pegawai (SKP) untuk setiap PNS.
b) Kontrak Kinerja. Semua Pegawai Negeri Sipil (PNS) tanpa terkecuali mulai 1 Januari 2014
menerapkan adanya kontrak kerja pegawai. Kontrak kerja yang dibuat untuk tiap tahun ini
merupakan kesepakatan antara pegawai dengan atasan langsungnya. Kontrak atau perjanjian
kerja ini merupakan implementasi dari Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2011 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS hingga Peraturan Pemerintah terbaru Nomor 30 Tahun 2019 tentang
Penilaian Prestasi Kerja PNS.
c) Laporan Kinerja yaitu berupa Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang
berisi perencanaan dan perjanjian kinerja pada tahun tertentu, pengukuran dan analisis capaian
kinerja, serta akuntabilitas keuangan.

5. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Akuntabel


a. Kepemimpinan Pimpinan mempromosikan lingkungan yang akuntabel dapat dilakukandengan
memberikan contoh pada orang lain (lead by example).
b. Transparansi
Tujuan dari adanya transparansi adalah :
(1) Mendorong komunikasi yang lebih besar dan kerjasama antara kelompok internal daneksternal
(2) Memberikan perlindungan terhadap pengaruh yang tidak seharusnya dan korupsidalam
pengambilan keputusan
(3) Meningkatkan akuntabilitas dalam keputusan-keputusan
(4) Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara keseluruhan.
c. Integritas. Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi dan
mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan, dan peraturan yang
berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat memberikan kepercayaan dan keyakinan
kepada publik dan/atau stakeholders.
d. Tanggung Jawab (Responsibilitas) Responsibilitas terbagi dalam :

(1) Responsibiltas Perseorangan


- Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan tindakan yangtelah
dilakukan
- Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan
- Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan
(2) Responsibilitas Institusi
- Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya
- Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan keputusan
- Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan
kompetensinya
e. Keadilan. Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipeliharadan
dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya.
f. Kepercayaa. Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan iniyang
akan melahirkan akuntabilitas.
g. Keseimbangan. Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukanadanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
h. Kejelasan. Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui kewenangan, peran dan
tanggungjawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan organisasi, dan sistem pelaporan

kinerja baik individu maupun organisasi.


i. Konsistensi. Konsistensi menjamin stabilitas.
6. Langkah-Langkah yang Harus Dilakukan dalam Menciptakan Framework Akuntabilitas Langkah
yang harus dilakukan dalam membuat framework akuntabilitas di lingkungan
kerja PNS yaitu :
a. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
b. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
c. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
d. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.
e. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaiki kinerja
yang telah dilakukan melalui kegiatan- kegiatan yang bersifat korektif.
7. Konflik Kepentingan
a. Konflik kepentingan secara umum adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang
diberi kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan atau organisasi yang
memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan pribadi yang
bersinggungan.
b. Tipe-tipe Konflik Kepentingan
1) Keuangan Penggunaan sumber daya lembaga (termasuk dana, peralatan atau sumber daya
aparatur) untuk keuntungan pribadi.
2) Non-Keuangan Penggunaan posisi atau wewenang untuk membantu diri sendiri dan / atau
orang lain.
c. Cara mengidentifikasi konflik kepentingan
1) Tugas publik dengan kepentingan pribadi Apakah saya memiliki kepentingan pribadi atau
swasta yang mungkin bertentangan, atau dianggap bertentangan dengan kewajiban publik?
2) Potensialitas

- Mungkinkah ada manfaat bagi saya sekarang, atau di masa depan, yang bisa meragukan
objektivitas saya?
- Bagaimana keterlibatan saya dalam mengambil keputusan / tindakan dilihat oleh orang
lain?
3) Proporsionalitas Apakah keterlibatan saya dalam keputusan tampak adil dan wajar dalam
semua keadaan?
4) Presence of Mind
- Apa konsekuensi jika saya mengabaikan konflik kepentingan?
- Bagaimana jika keterlibatan saya dipertanyakan publik?
5) Janji
- Apakah saya membuat suatu janji atau komitmen dalam kaitannya dengan
permasalahan?
- Apakah saya berdiri untuk menang atau kalah dari tindakan/keputusan yangdiusulkan?
d. Konsekuensi Kepentingan Konflik

1) Hilangnya/berkurangnya kepercayaan dan stakeholders


2) Memburuknya reputasi pribadi atau Institusi
3) Tindakan in-disipliner
4) Pemutusan hubungan kerja
5) Dapat dihukum baik perdata atau pidana
e. Perilaku berkaitan dengan Konflik Kepentingan(Conflicts of Interest) :
1) ASN harus dapat memastikan kepentingan pribadi atau keuangan tidak bertentangan dengan
kemampuan mereka untuk melakukan tugas- tugas resmi mereka dengan tidak memihak;
2) Ketika konflik kepentingan yang timbul antara kinerja tugas publik dan kepentingan pribadi
atau personal, maka PNS dapat berhati-hati untuk kepentingan umum
3) ASN memahami bahwa konflik kepentingan sebenarnya, dianggap ada atau berpotensi ada di
masa depan.
f. Situasi yang dapat menimbulkan konflik kepentingan, meliputi :
1) Hubungan dengan orang-orang yang berurusan dengan lembaga-lembaga yang melampaui
tingkat hubungan kerja profesional;
2) Menggunakan keuangan organisasi dengan bunga secara pribadi atau yang berurusan dengan
kerabat
3) Memiliki saham atau kepentingan lain yang dimiliki oleh ASN di suatu perusahaan atau bisnis
secara langsung, atau sebagai anggota dari perusahaan lain atau kemitraan, atau melalui
kepercayaan;
4) memiliki pekerjaan diluar, termasuk peran sukarela, janji atau direktur, apakah dibayar atau
tidak; dan
5) menerima hadiah atau manfaat.

g. Jika konflik muncul, ASN dapat melaporkan kepada pimpinan secara tertulis, untuk mendapatkan
bimbingan mengenai cara terbaik dalam mengelola situasi secara tepat;

h. Pengelolaan Gratifikasi yang Akuntabel


1) Gratifikasi merupakan salah satu bentuk tindak pidana korupsi.
2) Dalam konteks nilai barang dan uang, ataupun konteks pegawai/pejabat negara, gratifikasi
bisa dikategorikan sebagai gratifikasi netral dan ilegal, sehingga harus memutuskan,
dilaporkan atau tidak dilaporkan.
i. Membangun Pola Pikir Anti Korupsi
Nilai integritas adalah nilai yang dapat mengikat setiap unsur pelayan publik secara moral
dalam membentengi institusi, dalam hal ini lembaga ataupun negara, dari tindakan pelanggaran
etik dan koruptif yang berpotensi merusak kepercayaan masyarakat.
j. Apa yang Diharapkan dari Seorang ASN Perilaku Individu (Personal Behaviour)
1) ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka;
2) ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
3) Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
4) ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan;
5) PNS membuat keputusan adil, tidak memihak dan segera, memberikan pertimbangan untuk
semua informasi yang tersedia, undang-undang dan kebijakan dan prosedur institusi tersebut.
6) ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukan informasi
dan kebijakan.

BAB III AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


1. Transparansi dan Akses Informasi
a. Keterbukaan informasi telah dijadikan standar normatif untuk mengukur legitimasi sebuah
pemerintahan. Dalam payung besar demokrasi, pemerintah senantiasa harus terbuka kepada
rakyatnya sebagai bentuk legitimasi (secara substantif).
b. Ketersediaan informasi publik ini nampaknya telah memberikan pengaruh yang besar pada
berbagai sektor dan urusan publik di Indonesia
c. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan informasi publik dari semua Badan Publik.
d. Informasi publik adalah “Informasi publik adalah informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola,
dikirim, dan/atau diterima oleh suatu Badan Publik yang berkaitan dengan penyelenggara dan
penyelenggaraan negara dan/atau penyelenggara dan penyelenggaraan Badan Publik lainnya yang
sesuai dengan Undang-undang ini serta informasi lain yang berkaitan dengan kepentingan publik”
(Pasal 1 Ayat 2).
e. Informasi publik terbagi dalam 2 kategori :
- Informasi yang wajib disediakan dan diumumkan.
- informasi yang dikecualikan (informasi publik yang perlu dirahasiakan). Pengecualiannya
tidak boleh bersifat permanen. Ukuran untuk menjadikan suatu informasi publik dikecualikan
atau bersifat rahasia adalah: (i) Undang- undang; (ii) kepatutan; dan (iii) kepentingan umum.
f. Badan Publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif, dan badan lain yang fungsi dan
tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, atau organisasi nonpemerintah yang sebagianatau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri(Pasal 1Ayat 3).
g. Keterbukaan informasi memungkinkan adanya ketersediaan (aksesibilitas) informasi bersandar
pada beberapa prinsip. Prinsip yang paling universal (berlaku hampir diseluruh negara dunia)
adalah :
1) Maximum Access Limited Exemption (MALE)
Pada prinsipnya semua informasi bersifat terbuka dan bisa diakses masyarakat. Suatu
informasi dapat dikecualikan hanya karena apabila dibuka, informasi tersebut dapat merugikan
kepentingan publik. Pengecualian itu juga harus bersifat terbatas, dalam arti : (i) hanya
informasi tertentu yang dibatasi; dan (ii) pembatasan itu tidakberlaku permanen.
2) Permintaan Tidak Perlu Disertai Alasan
Akses terhadap informasi merupakan hak setiap orang. Konsekuensi dari rumusan ini
adalah setiap orang bisa mengakses informasi tanpa harus disertai alasan untuk apa informasi
tersebut diperlukan.
3) Mekanisme yang Sederhana, Murah, dan Cepat
Nilai dan daya guna suatu informasi sangat ditentukan oleh konteks waktu.
4) Informasi Harus Utuh dan Benar
Informasi yang diberikan kepada pemohon haruslah informasi yang utuh dan benar.
5) Informasi Proaktif
Badan publik dibebani kewajiban untuk menyampaikan jenis informasi tertentu yang
penting diketahui publik.
6) Perlindungan Pejabat yang Beritikad Baik
Perlu ada jaminan dalam undang-undang bahwa pejabat yang beriktikad baik harus
dilindungi.
2. Perilaku Berkaitan dengan Transparansi dan Akses Informasi (Transparency and Official
Information Access)
a. ASN tidak akan mengungkapkan informasi resmi atau dokumen yang diperoleh selain seperti
yang dipersyaratkan oleh hukum atau otorisas yang diberikan oleh institusi;
b. ASN tidak akan menyalahgunakan informasi resmi untuk keuntungan pribadi atau komersial
untuk diri mereka sendiri atau yang lain.
c. ASN akan mematuhi persyaratan legislatif, kebijakan setiap instansi dan semua arahan yang sah
lainnya mengenai komunikasi dengan menteri, staf menteri, anggota media dan masyarakat pada
umumnya.
3. Praktek Kecurangan dan Perilaku Korup

a. Aparat pemerintah dituntut untuk mampu menyelenggarakan pelayanan yang baik untuk publik.
Hal ini berkaitan dengan tuntutan untuk memenuhi etika birokrasi yang berfungsi memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
b. Etika pelayanan publik adalah suatu panduan atau pegangan yang harus sipatuhi oleh para
pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakanpelayanan yang baik untuk publik.
4. Cakupan (tipologi) dari fraud.
Association of Certified Fraud Examiners (“ACFE”) di Amerika Serikat menyusun peta
mengenai fraud. Peta ini berbentuk pohon, dengan cabang dan ranting. Tiga cabang utama dari fraud
tree adalah :
a. kecurangan tindak pidana korupsi,

b. kecurangan penggelapan asset (assetmisappropriation), dan


c. kecurangan dalam laporan keuangan (fraudulent statement).
Pada umumnya fraud terjadi karena tiga hal yang dapat terjadi secara bersamaan, yaitusebagai
berikut :
a. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud. Beberapa contoh pressure dapat timbulkarena
masalah keuangan pribadi.
b. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Hal ini terjadi karenaseseorang
mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
c. Sikap atau rasionalisasi untuk membenarkan tindakan fraud. Hal ini terjadi karenaseseorang
mencari pembenaran atas aktifitasnya yang mengandung fraud.
5. Keberhasilan pembangunan suatu etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan dapat
mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai budaya kerja, yang sangat erat hubungannya dengan
hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait antara satu dengan yang
lainnya, yaitu :
a. Komitmen dari Top Manajemen Dalam Organisasi
b. Membangun Lingkungan Organisasi Yang Kondusif:
c. Perekrutan dan Promosi Pegawai;
d. Pelatihan nilai- nilai organisasi atau entitas dan standar-standar pelaksanaan;
e. Menciptakan Saluran Komunikasi yang Efektif;
f. Penegakan kedisiplinan.
6. Perilaku berkaitan dengan menghindari perilaku yang curang dan koruptif (Fraudulent andCorrupt
Behaviour) :
a. ASN tidak akan terlibat dalam penipuan atau korupsi;
b. ASN dilarang untuk melakukan penipuan yang menyebabkan kerugian keuangan aktualatau
potensial untuk setiap orang atau institusinya.
c. ASN dilarang berbuat curang dalam menggunakan posisi dan kewenangan mereka untuk
keuntungan pribadinya;
d. ASN akan melaporkan setiap perilaku curang atau korup;

e. ASN akan melaporkan setiap pelanggaran kode etik badan mereka;


f. ASN akan memahami dan menerapkan kerangka akuntabilitas yang berlaku di sektorpublik.
7. Penggunaan Sumber Daya Milik Negara Fasilitas publik dilarang pengunaannya untukkepentingan
pribadi. Setiap PNS harus memastikan bahwa :
a. Penggunaannya diatur sesuai dengan prosedur yang berlaku
b. Penggunaannya dilakukan secara bertanggung- jawab dan efisien
c. Pemeliharaan fasilitas secara benar dan bertanggung jawab.
8. Penyimpanan dan Penggunaan dan Informasi Pemerintah
a. Mulgan (1997) mengidentifikasikan bahwa proses suatu organisasi akuntabel karena adanya
kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan informasi dan data yang dibutuhkan oleh
masyarakat atau pembuat kebijakan atau pengguna informasi dan data pemerintah lainnya.
Informasi ini dapat berupa data maupun penyampaian/penjelasan terhadap apa yang sudah
terjadi, apa yang sedang dikerjakan, dan apa yang akan dilakukan.
b. Data dan informasi yang disimpan dan digunakan harus sesuai dengan prinsip sebagai berikut :
- Relevant information diartikan sebagai data dan informasi yang disediakan dapat digunakan
untuk mengevaluasi kondisi sebelumnya (past), saat ini (present) dan yang akan datang
(future).
- Reliable information diartikan sebagai informasi tersebut dapat dipercaya atau tidak bias.
- Understandable information diartikan sebagai informasi yang disajikan dengan cara yang
mudah dipahami pengguna (user friendly) atau orang yang awam sekalipun.
- Comparable information diartikan sebagai informasi yang diberikan dapat digunakan oleh
pengguna untuk dibandingkan dengan institusi lain yang sejenis.
9. Perilaku berkaitan dengan Penyimpanan dan Penggunaan Data serta Informasi Pemerintah (Record
Keeping and Use of Government Information) :
a. ASN bertindak dan mengambil keputusan secara transparan;
b. ASN menjamin penyimpanan informasi yang bersifat rahasia;
c. ASN mematuhi perencanaan yang telah ditetapkan;
d. ASN diperbolehkan berbagi informasi untuk mendorong efisiensi dan kreativitas;
e. ASN menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;
f. ASN memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
g. ASN tidak menyalahgunakan informasi intern negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atauuntuk orang lain.
10. Membangun Budaya Anti Korupsi di Organisasi Pemerintahan
Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi
langkah-langkah yang diperlukan dalam penanganan Konflik Kepentingan :
a. Penyusunan Kerangka Kebijakan,
b. Identifikasi Situasi Konflik Kepentingan,
c. Penyusunan Strategi Penangan Konflik Kepentingan, dan
d. Penyiapan Serangkaian Tindakan Untuk Menangani Konflik Kepentingan.
Penyusunan Kode Etik, Dukungan Lembaga, dan Sangsi bagi pelaku pelanggaran adalah
beberapa hal yang sangat penting untuk dapat menjadi perhatian. Namun, memegang teguh
prinsip moral, integritas, adalah kunci utama dari terlaksananya sistem yang disiapkan.

MODUL 3 KOMPETEN
BAB I TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS
A. Dunia VUCA
1. Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia yang
penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty).
2. Faktor VUCA menuntut ecosystem organisasi terintegrasi dengan berbasis pada kombinasi
kemampuan teknikal dan generik, dimana setiap ASN dapat beradaptasi dengan dinamika
perubahan lingkungan dan tuntutan masa depan pekerjaan.
3. Dalam konteks peran pelayanan publik, ia banyak bergeser orientasinya, dimana pentingnya
pelibatan masyarakat dalam penentuan kebutuhan kebijakan dan pelayanan publik (customer
centric)
4. Pada sisi lain implikasi VUCA menuntut diantaranya penyesuaian proses bisnis, karakter dan
tuntutan keahlian baru.
5. Berdasarkan dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru di atas, perlunya
pemutakhiran keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan aparatur.

B. Disrupsi Teknologi
1. Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu.
2. ASN perlu beradaptasi dan bisa mengakuisisi sejumlah kompetensi dalam standar kompetensi
ASN diperlukan, yang memungkinkan tumbuhnya perilaku dan kompetensi ASN yang adaptif
terhadap dinamika lingkungannya.

C. Kebijakan Pembangunan Nasional


1. Dalam menentukan kebutuhan pengambangan kompetensi dan karakter ASN penting
diselaraskan sesuai visi, misi, dan misi, termasuk nilai-nilai birokrasi pemerintah.
2. Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi Pembangunanyang
dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu :
a. peningkatan kualitas manusia Indonesia;
b. struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing;
c. pembangunan yang merata dan berkeadilan;
d. mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan;
e. kemajuan budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa;
f. penegakan sistem hukum yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya;
g. perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada setiap warga;
h. pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya;
i. sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.
3. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur dan Reformasi Birokrasi Nomor
20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 telah ditetapkan ASN branding, yakni: Bangga
Melayani Bangsa, dengan nilai-nilai dasar operasional BerAkhlak meliputi :
a. Berorietnasi Pelayanan, yaitu komitmen memberikan pelaynan prima demi kepuasaan
masyarakat;
- Memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat;
- Ramah, cekatan, solutif, dan dapat diandalkan;
- Melakukan perbaikan tiada henti
b. Akuntabel, yaitu bertanggungjawab atas kepercayaan yang diberikan;
- Melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin danberintegritas
tinggi;
- Menggunakan kelayakan dan barang milik negara secara bertanggung jawab,efektif,
dan efesien.
c. Kompeten, yaitu terus belajar dan mengembangkan kapabilitas;
- Meningkatkan kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubah
- Membantu orang lain belajar
- Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.
d. Harmonis, yaitu saling peduli dan mengharagai perbedaan;
- Menghargai setiap orang apappun latar belakangnya;
- Suka mendorong orang lain;
- Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
e. Loyal, yaitu berdedikasi dan mengutamakan kepentingan Bangsa dan Negara;
- Memegang teguh ideology Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta
pemerintahan yang sah;
- Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan, insgansi, dan negara;
- Menjaga rahasia jabatan dan negara.
f. Adaptif, yaitu terus berinovasi dan antuasias dalam menggerakkan serta menghadapi
perubahan;
- Cepat menyesuaikan diri menghadapi perubahan;

- Terus berinovasi dan mengembangakkan kreativitas;


- Bertindak proaktif.
g. Kolaboratif, yaitu membangun kerja sama yang sinergis.
- Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi;
- Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkanersama nilai tambah;
- Menggaerakkan pemanfaatan berbagai sumberdaya untuk tujuan bersama.

BAB II KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


A. Merit Sistem
1. Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar dalam
pengelolaan ASN yaitu berbasis merit artinya seluruh aspek pengelolaan ASN harus memenuhi
kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja, tidak boleh ada perlakuan diskriminatif, seperti
karena hubungan agama, kesukuan atau aspek-aspek primodial lainnya yang bersifat subyektif.
2. Perlakuan yang adil dan objektif meliputi seluruh unsur dalam siklus manajemen ASN, yaitu :
a. Melakukan perencanaan, rekrutmen, seleksi, berdasarkan kesesuaian kualifikasi dan
kompetensi yang bersifatterbuka dan kompetitif;
b. Memperlakukan ASN secara adil dan setara untuk seluruh kegiatan pengelolaan ASN
lainnya; dan
c. Memberikan remunerasi setara untuk pekerjaan-pekerjaan yang juga setara, dengan
menghargai kinerja yang tinggi.

B. Pembangunan Aparatur RPJMN 2020-2024


a. Dalam tahap pembangunan Apartur Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter birokrasi yang berkelas dunia
(world class bureaucracy), dicirikan dengan beberapa hal, yaitu pelayanan

publik yang semakin berkualitas, dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
b. Reformasi masih menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Ini terjadi karena perubahan
besar terutama yang disebabkan oleh desentralisasi, demokratisasi, globalisasi dan revolusi
teknologi informasi serta profil pendidikan ASN relatif masih rendah.
c. Salah satu kunci penting membangun kapabilitas birokrasi yang adaptif dengan tuntutan dinamika
masa depan, antara lain, pentingnya disusun strategi dan paket keahlian kedepan.

C. Karakter ASN
1. 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi tuntutan
pekerjaan saat ini dan kedepan yang disebut sebagai smart ASN (Kemenpan RB. Menciptakan
Smart ASN Menuju Birokrasi 4.0. dipublikasikan 09 Agustus 2019 dalam menpan.go.id).., yaitu:
a. integritas, b. nasionalisme, c. profesionalisme, d. wawasan global, e. IT dan Bahasa asing,
f. hospitality, g. networking, h. entrepreneurship.
2. Karakter lain yang diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan
strategis, yaitu: inovatif dan kreatif, agility dan flexibility, persistence danperseverance serta
teamwork dan cooperation (Bima Haria Wibisana, Kepala BKN, 2020). ASN yang gesit (agile)
diperlukan sesuai dinamika lingkungan strategis dan VUCA.

BAB III PENGEMBANGANKOMPETENSI


A. Konsepsi Kompetensi
1. Kompetensi menurut Kamus Kompetensi Loma (1998) dan standar kompetensi dari International
Labor Organization (ILO), memiliki tiga aspek penting berkaitan dengan perilaku kompetensi
meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap, yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
2. Dalam konteks ASN, kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
diperlukan dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017),
dan kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif.
3. Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi ASN, kompetensi
meliputi :
a. Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati,
diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan bidang teknis jabatan;

b. Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat


diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola unitorganisasi;
c. Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat
diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman berinteraksi dengan
masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku, wawasan kebangsaan,
etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap pemegang Jabatan,
untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan.
4. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 11 Tahun 2017, Pasal 210 sampai dengan pasal 212,
Pengembangan kompetensi dapat dilaksanakan sebagai berikut :
a. Mandiri oleh internal instansi pemerintah yang bersangkutan.
b. Bersama dengan instansi pemerintah lain yang memiliki akreditasi untuk
melaksanakan pengembangan kompetensi tertentu.
c. Bersama dengan lembaga pengembangan kompetensi yang independen.
5. Pasal 214 peraturan pemerintah yang sama, dijelaskan bahwa :
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dilakukan melalui jalur pelatihan.
b. Pelatihan teknis dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar kompetensi Jabatandan
pengembangan karier.
c. Pelaksanaan pengembangan kompetensi teknis dapat dilakukan secara berjenjang
d. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi teknis ditetapkan oleh instansi teknisyang
bersangkutan.
e. Pelatihan teknis diselenggarakan oleh lembaga pelatihan terakreditasi.
f. Akreditasi pelatihan teknis dilaksanakan oleh masing- masing instansi teknis dengan
mengacu pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.
6. Pengembangan kompetensi untuk jabatan fungsional sebagaimana dimaksud dalamPasal 215 ,
diatur sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi fungsional dilakukan melalui jalur pelatihan.
b. Pelatihan fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratan standar kompetensiJabatan
dan pengembangan karier.
c. Pengembangan kompetensi fungsional dilaksanakan untuk mencapai persyaratankompetensi
yang sesuai dengan jenis dan jenjang JF masing-masing.

d. Jenis dan jenjang pengembangan kompetensi fungsional ditetapkan oleh instansi pembina
JF.Pelatihan fungsional diselenggarakan oleh lembaga pelatihan terakreditasi.

e. Akreditasi pelatihan fungsional dilaksanakan oleh masing- masing instansi pembina JFdengan
mengacu pada pedoman akreditasi yang ditetapkan oleh LAN.
7. Pengembangan kompetensi bagi Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja (PPPK),
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 49 Tahun 2018 dalam pasal 39 diatur sebagai berikut :
a. Dalam rangka pengembangan kompetensi untuk mendukung pelaksanaan tugas, PPPKdiberikan
kesempatan untuk pengayaan pengetahuan.
b. Setiap PPPK memiliki kesempatan yang sama untuk di ikutsertakan dalam
pengembangan kompetensi
c. Pengembangan kompetensi dilaksanakan sesuai dengan perencanaan pengembangan
kompetensi pada Instansi Pemerintah.
d. Dalam hal terdapat keterbatasan kesempatan pengembangan kompetensi, prioritasdiberikan
dengan memper-hatikan hasil penilaian kinerja pppK yang bersangkutan.
Dalam pasal 40 diatur lebih lanjut yaitu:
a. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat)jam
pelajaran dalam 1 (satu) tahun masa perjanjian kerja.
b. Pelaksanaan pengembangan kompetensi dikecualikan bagi PPPK yang melaksanakantugas
sebagai JPT Utama tertentu dan JPT Madya tertentu.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengembangan kompetensi diatur lebih lanjut
dengan Peraturan Lembaga Administrasi Negara.

B. Hak Pengembangan Kompetensi


1. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang
ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran
bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan
Perjanjian Kerja (PPPK).
2. Sesuai Permenpan dan RB Nomor 38 tahun 2017 tentang Standar Jabatan ASN, telah ditetapkan
bahwa setiap pegawai perlu kompeten secara Teknis, Manajerial, dan Sosial Kultural.

C. Pendekatan Pengembangan Kompetensi


1. Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk meningkatkan
kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.

2. Optimalisasi hak akses pengembangan kompetensi dapat dilakukan dengan pendekatan pelatihan
non klasikal, diantaranya e-learning, job enrichment dan job enlargement termasuk coaching dan
mentoring. Coaching dan Mentoring selain efesien karena dapat dilakukan secara masif, dengan
melibatkan antara lain atasan peserta pelatihan sebagai mentor sekaligus sebagai coach.

BAB IV PERILAKU KOMPETEN


A. Berkinerja dan BerAkhlak
1. Sesuai prinsip Undang-Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014 ditegaskan bahwa ASN merupakan
jabatan profesional, yang harus berbasis pada kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan berkinerja
serta patuh pada kode etik profesinya.
2. ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan wajib
mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen ASN.
3. Dalam bagian penjelasan PermenpanRB Nomor 8 Tahun 2021 tanggal 17 Maret tahun 2021
tentang Manajemen Kinjera, antara lain, dijelaskan bahwa penilaian kinerja dapat dilakukan
secara adil dan obyektif sehingga dapat memotivasi pegawai untuk bekerja lebih baik,
meningkatkan kualitas dan kompetensi pegawai, membangun kebersamaan dan kohesivitas
pegawai dalam pencapaian tujuan dan sasaran pemerintah dan hasilnya dapat digunakan sebagai
dasar penentuan tindak lanjut penilaian kinerja yang tepat.

B. Learn, Unlearn, dan Relearn


1. Setiap ASN berpotensi menjadi terbelakang secara pengetahuan dan kealian, jika tidakbelajar
setiap waktu seiring dengan perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.
2. Sesuaikan cara pandang (mindset) bahwa aktif meningkatkan kompetensi diri adalah
keniscayaan, merespons tantangan lingkungan yang selalu berubah.
3. Penyesuaian paradigma selalu belajar melalui learn, unlearn dan relearn, menjadi penting.
4. Margie (2014), menguraikan bagaimana bisa bertahan dalam kehidupan dan tantangankedepan
melalui proses learn, unlearn, dan relearn dimaksud.
5. Konsep proses belajar dari learn, unlearn, dan relearn:
Pertama, learn dimaksudkan bahwa sejak dini atau sejak keberadaan di dunia, kitadituntut
untuk terus belajar sepanjang hayat.
Kedua unlearn diperlukan sebagai proses menyesuaikan/ meninggalkan pengetahuandan
keahlian lama kita dengan pengetahuan yang baru dan atau keahlian yang baru.

Ketiga relearn adalah proses membuka diri dalam persepektif baru, dengan pengakuisi
pengetahuan dan atau keahlian baru.
6. Contoh dari Glints yang diuraikan Hidayati (2020) bagaimana membiasakan prosesbelajar learn,
unlearn, dan relearn :
a. Learn, dalam tahap ini, sebagai ASN biasakan belajarlah hal- hal yang benar-benar baru, dan
lakukan secara terus- menerus. Proses belajar ini dilakukan dimana pun, dalam peran apa
apun, sudah barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-masing.
b. Unlearn, nah, tahap kedua lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa pengetahuan
dan atau kehalian. Proses ini harus terjadi karena apa yang ASN ketahui ternyata tidak lagi
sesuai atau tak lagi relevan.
c. Relearn, selanjutnya, dalam tahap terakhir, proses relearn, kita benar-benar menerima fakta
baru. Ingat, proses membuka perspektif terjadi dalam unlearn.
7. Proses pembalajaran tersebut dilakukan dengan berpikir terbuka, dengan belajar hal yang berbeda
dan cari perspektif orang lain.
8. Melalui proses belajar dari eksperimentasi, peserta pelatihan dengan fasilitator/peneliti dan
praktisi/pegawai bekerja sama dalam proyek penelitian terkait permasalah pekerjaan.
9. Sementara itu proses belajar dengan penyelidikan, fasilitator dan peserta pelatihan serta praktisi
berkolaborasi dalam proyek pekerjaan. Dalam proses kegiatannya, ketiganya saling.
10. Belajar melalui praktik diperlukan untuk menjembatani pembelajaran dengan tuntutan
pekerjaan.

C. Meningkatkan Kompetensi Diri


1. ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang hayat, yang dapat bertahan dan
berkembang dalam oreintasi Ekonomi Pengetahuan (Knowledge Economy).
2. Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk secara efektif
dan kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu
berubah dan kompleks.
3. Orientasi atau ketergantungan pada pendekatan pengembangan pedagogis, bahkan andragogis,
tidak lagi sepenuhnya cukup dalam mempersiapkan kita untuk berkembangdi tempat kerja.
4. Pendekatan pengembangan mandiri ini disebut dengan Heutagogi atau disebut juga
sebagai teori “net-centric”, yang merupakan pengembangan berbasis pada sumber
pembelajaran utama dari Internet.
5. Atribut utama ASN pembelajar mandiri (andragogis) adalah mereka yang memiliki ciri
sebagaimana yang diuraikan Knowles (1975 dalam Blaschek, 2014) yaitu sebagai proses
meliputi hal sebagai berikut: dimana individu mengambil inisiatif, dengan atau tanpa bantuan
orang lain, dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya; merumuskan tujuan pembelajaran,
mengidentifikasi manusia dan sumber materi untuk belajar; memilih dan menerapkan strategi
pembelajaran yang tepat; dan mengevaluasi hasil belajar.
6. Prinsip pembelajar heutagogis lainnya adalah kapabilitas. Cirinya menurut Stephenson & Weil
(1992 dalam Lisa Marie Blaschke & Stewart Hase) yaitu: orang yang cakap dengan keyakinan
pada kemampuan mereka untuk (1) mengambil tindakan yang efektif dan tepat, (2) menjelaskan
tentang diri mereka,(3) hidup dan bekerja secara efektif dengan orang lain, dan (4) melanjutkan
belajar dari pengalaman mereka, baik sebagai individu maupun pergaulan dengan orang lain,
dalam masyarakat yang beragam dan berubah.
7. Perilaku lain ASN pembelajar yaitu melakukan konektivitas dalam basis online network. Dalam
konteks ini mewujudkan akses belajar seperti kursus online terbuka massal (MOOCs), di mana
koneksi dapat dibentuk untuk membentuk komunitas pengetahuan.
8. Sumber pembelajaran lain bagi ASN dapat memanfaatkan sumber keahlian para
pakar/konsultan, yang mungkin dimiliki unit kerja atau instansi tempat ASN bekerja.
9. Perilaku pembelajar dalam interaksi berbagi pengetahuan pekerjaan tersebut sebagai media ASN
untuk mendukung suasana organisasi pembelajar secara keseluruhan.
10. Nonaka dan Takeuchi yang dikutip Thomas H & Laurence (1998) mengatakan bahwa
menyatukan orang-orang dengan pengetahuan dan pengalaman yang berbeda adalah salah satu
syarat yang diperlukan untuk penciptaan pengetahuan
11. Pengetahuan juga dihasilkan oleh jejaring informal (networks), yang mengatur diri sendiri dalam
interaksi dengan pegawai dalam organisasi. Komunitas yang disatukan oleh minat yang sama,
biasanya berbicara bersama secara langsung, seperti melalui telepon, dan melalui email untuk
berbagi keahlian dan memecahkan masalah bersama.
12. Sebagai ASN pembelajar, ASN juga diharapkan mengalokasikan dirinya dalam waktu dan ruang
yang memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan pengetahuan.

D. Membantu Orang Lain Belajar


1. Sosialisasi dan Percakapan melalui kegiatan morning tea/coffee termasuk bersiolisai diruang
istirahat atau di kafetaria kantor sering kali menjadi ajang transfer pengetahuan.
2. Perilaku berbagi pengetahuan bagi ASN pembelajar yaitu aktif dalam “pasar
pengetahuan” (Thomas H.& Laurence, 1998) atau forum terbuka (Knowledge Fairs and
Open Forums).

3. ASN pembelajar dalam beragam profesi seperti guru, dokter, sekretaris, arspiaris dan lain- lain
adalah pengelola dan sumber pengetahuan yang penting.
4. Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli
(expert network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman (lessons learned) (Thomas H.& Laurence,
1998).

E. Melaksanakan tugas terbaik


1. Pengetahuan menjadi karya energi kolektif setiap pegawai merupakan salah satu elemenpenting
dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan kinerja organisasi.
2. Setiap ASN dapat mengubah pola pikir pelatihan sebagai biaya menjadi pelatihan sebagaiinvestasi.
3. dimensi emosi psikologis merupakan modal penting dalam upaya mendorong perilakukarya-
karya terbaik dalam pekerjaan.

MODUL 4 HARMONIS
A. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia
Republik Indonesia ( RI ) merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa
dan berada di antara daratan benua Asia dan Australia, serta antara Samudra Pasifik dan Samudra
Hindia. Indonesia juga dikenal karena memiliki kekayaan sumber daya alam, hayati, suku bangsa,
dan budaya.
Makna nasioalisme secara politis merupakan manifestasi kesadaran nasional yang
mengandung cita-cita dan pendorong suatu bangsa untuk merebut kemerdekaan dan membangun
dirinya maupun lingkungan masyakarat. Nasionalisme dalam arti sempit merupakan suatu sikap
yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain. Nasionalisme seperti
ini dapat mencerai beraikan bangsa yang satu dengan bangsa yang lain. Nasionalisme Pancasila
adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila.
Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar
bangsa Indonesia senantiasa :
1. menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negaradi atas
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan
2. menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara
3. bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendahdiri
4. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dansesama
bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia
5. mengembangkan sikap tenggang rasa.

B. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan


Sejarah membuktikan Indonesia merupakan negara yang besar yakni dengan adanya kerjaan
besar seperti Sriwijaya dan Majapahit yang kemudian terpecah belah sampai terjadinya pejajahan
dari bangsa lain.
Indonesia mempunyai kelemahan dalam perlawanan terhadap negara lain diantaranya : 1)
perlawanan yang masih sporadis, 2) masih dipimpin oleh pemimpin karismatik, 3) hanya
menggunakan senjata dan para pejuang yang diadu domba oleh pihak lawan. Namun hal tersebut
lambat laun menghilang apalagi setelah lahirnya Budi Oetomo pada tahun 1908 sampai terjadinya
peristiwa Konggres Sumpah Pemuda dimana istilah satu Indonesia dan untuk pertama kalinya Lagu
Indonesia Raya dikumandangkan.
Konsep Persatuan Bangsa ini sebenarnya merupakan nilai dasar yang telah dimiliki bangsa
Indonesia pada masa lalu. Semboyan Bhineka Tunggal Ika telah lama dimiliki bangsa di nusantara.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang
dirumuskan oleh para pendiribangsa. Istilah tersebut diadaptasi dari sebuah kakawin peninggalan
Kerajaan Majapahit. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika pertama kali diungkapkan oleh Mpu Tantular
dalam kitabnya, kakawin Sutasoma. Dalam bahasa JawaKuno kakawin artinya syair.
Kakawin Sutasoma ditulis pada tahun 1851 dengan menggunakan aksara Bali, namun
berbahasa Jawa Kuno. Kutipan frasa 'Bhinneka Tunggal Ika' terdapat pada pupuh 139 bait 5. Berikut
bunyi petikan pupuh tersebut: "Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa Bhinneki rakwa ring apan
kena parwanosen, Mangkang Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal, Bhinneka tunggal ika tan hana
dharma mangrwa". Kalimat di atas artinya "Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang
berbeda. Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali? Sebab kebenaran Jina
(Buddha) dan Siwa adalah tunggal. Terpecahbelahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada
kerancuan dalam kebenaran.
C. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan
Aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu aliran modernis
(bangsa merupakan hasil dari modernisasi dan rasioalisasi) , aliran primordialis( bangsa merupakan
pemberian historis), aliran perenialis ( bangsa ditemukan diberbagai zaman sebelum periode
modern), dan aliran etno ( bangsa merupakan spesies baru dari kelompok entnis yang harus
dimengerti).

D. Potensi dan Tantangan Keanekaragaman bagi ASN


Kebhinekaan dan Keberagaman suku bangsa dan budaya memberikan tantangan yang besar
bagi negara Indonesia. Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat antara lain :
1. Mempererat tali persaudaraan
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara
3. Memperkaya kebudayaan nasional
4. Sebagai identitas negera Indonesia di mata seluruh negara di dunia.
5. Sebagai ikon pariwisata
6. Menciptakan lapangan pekerjaan
7. Pengetahuan bagi seluruh warga di dunia
8. Media hiburan yang mendidik
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga terhadap negara Indonesia
10. Membuat Indonesia terkenal di mata dunia

E. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa


Ada dua tujuan nasionalsime yang mau disasar dari semangat gotong royong, yaitu kedalam
dan keluar.
1. Ke dalam, kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku,etnis, agama yang mewarnai
kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal negative dan menjadi ancaman yang bisa
saling menegasikan.
2. Ke luar, nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme yang memuliakan kemanusiaan universal
dengan menjunjung tinggi, persaudaraan, perdamaian, dan keadilan antar umatmanusia.
Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya diperlukan langkah dan
proses yang berkesinambungan.
1. Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan hasil pembangunan
di segala bidang
2. Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormatiadanya perbedaan budayamelalui
pendidikan pluralitas dan multikultural di dalam jenjang pendidikan formal.
Sebagai pelayan publik, setiap pegawai ASN senantiasa bersikap adildan tidakdiskriminasi
dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

F. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN


1. Pengertian Harmonis
Dalam Kamus Mariam Webster Harmonis (Harmonious) diartikaan sebagai having a
pleasing mixture of notes. Sinonim dari kata harmonious antara lain
canorous,euphonic,euphonious, harmonizing, melodious, musical, symphonic, symphonious,
tuneful.
Menurut kamus besar KBBI makna dan tulisan kata “harmonis” yang benar adalah :
- har·mo·nis a bersangkut paut dng (mengenai) harmoni; seia sekata;
- meng·har·mo·nis·kan v menjadikan harmonis;
- peng·har·mo·nis·an n proses, cara, perbuatan mengharmoniskan;
- ke·har·mo·nis·an n perihal (keadaan) harmonis;keselarasan; keserasian: ~ dl rumah tangga
perlu dijaga
Dari laman Wikipedia, Harmoni (dalam bahasa Yunani: harmonia) berarti terikat secara
serasi/sesuai). Di lain pihak dalam KBBI juga menyebutkan lawan kata harmoni yaitu
disharmoni/ dis·har·mo·ni/n yang mengandung arti kejanggalan; ketidakselarasan. Sebagai ASN
kita harus menciptakan suasan harmonis dan potensi disharmoni dapat kita hindari.
2. Pentingnya Suasana Harmonis
Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja. Energi
positif yang ada di tempat kerja bisa memberikan dampak positif bagi karyawan yang akhirnya
memberikan efek domino bagi produktivitas, hubungan internal, dan kinerja secara keseluruhan.
Suasana harmoni dalam lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang,
menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama,
meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada pelanggan.
Ada tiga hal yang dapat menjadi acuan untukmembangun budaya tempat kerja nyaman dan
berenergi positif. Ketiga hal tersebut adalah :
a. Membuat tempat kerja yang berenergi.
b. Memberikan keleluasaan untuk belajar dan memberikan kontribusi
c. Berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota organisasi

G. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


1. Pengertian Etika dan Kode Etik
Etika merupakan refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada kewajiban untuk
melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Kode Etik adalah aturan- aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan pada
hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan
untuk mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegangteguh oleh sekelompok profesional tertentu.
2. Etika Publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka
menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik, yakni :

a. Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.


b. Sisi dimensi reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihansarana
kebijakan publik dan alat evaluasi.
c. Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.
3. Sumber Kode Etik ASN yaitu:
a. UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
b. PP No 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan PNS dan Anggota Angkatan Perang
c. PP No 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/ Janji PNS
d. PP No 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin PNS
e. PP No 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik PNS
f. PP No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS
g. PP No 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS
4. Kode Etik ASN Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada duabelas
kode etik dan kode perilaku ASN yaitu :
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara;

g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
5. Perilaku ASN
Sikap dan perilaku ASN dapat ditunjukan dengan :
a. Toleransi
b. Empati
c. Keterbukaan terhadap perbedaan
Perubahan mindset ini merupakan reformasibirokrasi yang paling penting,
setidaknya mencakup tiga aspek penting yakni
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;

b. Kedua, merubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;


c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah yang harus dipertanggung
jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat
6. Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi
Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pembangunan dan pelayanan publik, para
pejabat publik dan seluruh ASN harus dapat merealisasikan prinsip-prinsip, akuntabilitas,
transparansi, kesetaraan, profesionalitas, supremasi hukum, kesetaraan, danlain-lain.
7. Etika ASN sebagai Pelayan Publik
Upaya etika publik dapat dihayati dan dilaksanakan secara menyeluruh di dalam organisasi,
para pegawai tidak cukup hanya diberikan definisi atau rumusan-rumusan norma yang abstrak
tanpa rujukan yang jelas mengenai kewajiban dan larangan yang berlaku dan disinilah letak
pentingnya kode etik diantara aparat sipil negara atau PNS pada khususnya. Maka sebagai aparat
pemerintah, para pejabat publik wajib menaati prosedur, tata-kerja, dan peraturan-peraturan
yang telah ditetapkan oleh organisasi pemerintah.

Etika publik menekankan pada aspek nilai dan norma, serta prinsip moral, sehingga etika
publik membentuk integritas pelayanan publik. Moral dalam etika publik menuntut lebih dari
kompetensi teknis karena harus mampu mengidentifikasi masalah-masalah dan konsep etika yang
khas dalam pelayanan publik.

H. Peran ASN dalam Mewujudkan Suasana dan Budaya Harmoni


1. Peran ASN
Menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas pegawaiASN
adalah :
a. melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas;
c. mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan peran
ASN dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain :
a. posisi PNS sebagai aparatur negara;
b. dapat mengayomi kelompok;
c. memiliki sikap toleran;
d. suka menolong;
e. menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.
2. Budaya Harmonis
Upaya menciptakan suasana kondusif yang harmonis bukan usaha yang dilakukan sekali
dan jadi untuk selamanya. Upaya menciptalkan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara
terus menerus mulai dari mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah sampai
yang paling tinggi, memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil dan stake holder.
Kemudian yang tidak boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut,
sehingga menjadi habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan
seluruh pemangku kepentingannya.

MODUL 5 LOYAL
MATERI POKOK 1
1. Urgensi Loyalitas ASN
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 tanggal 26 Agustus 2021 tentang Implementasi Core Values

dan Employer Branding Aparatur Sipil Negara, disebutkan bahwa dalam rangka penguatan budaya
kerja sebagai salah satu strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia
(World Class Government), pemerintah telah meluncurkan Core Values (Nilai-Nilai dasar) ASN
BerAKHLAK dan Employer Branding (Bangga Melayani Bangsa).
a. Faktor Internal
Strategi transformasi pengelolaan ASN menuju pemerintahan berkelas dunia (World Class
Government) sebagaimana tersebut di atas merupakan upaya-paya yang harus dilakukan dalam
rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum pada alinea ke-4 Pembukaan UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Banyak ketentuan yang mengatur perihal loyalitas ASN
ini (akan dibahas lebih rinci pada bab-bab selanjutnya), diantaranya yang terkait dengan bahasan
tentang :
1) Kedudukan dan Peran ASN
2) Fungsi dan Tugas ASN
3) Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
4) Kewajiban ASN
5) Sumpah/Janji PNS
6) Disiplin PNS
b. Faktor eksternal
Modernisasi dan globalisasi merupakan sebuah keniscayaan yang harus dihadapi oleh
segenap sektor baik swasta maupun pemerintah. Modernisasi dan globalisasi ini salah satunya
ditandai dengan perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi,
khususnya teknologi informasi.
2. Makna Loyal dan Loyalitas
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu
dari sikap setia. Secara harfiah loyal berarti setia, atau suatu kesetiaan. Kesetiaan ini timbul tanpa
adanya paksaan, tetapi timbul dari kesadaran sendiripada masa lalu. Terdapat beberapa
ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh organisasi untuk mengukur loyalitas
pegawainya, antara lain :
a. Taat pada Peraturan

b. Bekerja dengan Integritas


c. Tanggung Jawab pada Organisasi
d. Kemauan untuk Bekerja Sama
e. Rasa Memiliki yang Tinggi
f. Hubungan Antar Pribadi
g. Kesukaan Terhadap Pekerjaan
h. Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan
i. Menjadi Teladan bagi Pegawai Lain
3. Loyal dalam Core Values ASN
Core Values ASN yang diluncurkan yaitu ASN BerAKHLAK yang merupakan akronim dari
Berorientasi Pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif. Core Values
tersebut harus diimplementasikan oleh seluruh ASN di Instansi Pemerintah sebagaimana
diamanatkan dalam Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi
Nomor 20 Tahun 2021 tentang Implementasi Core Values dan Employer Branding Aparatus Sipil
Negara.
Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai bahwa
setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara, dengan panduan
perilaku :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
b. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dannegara; serta
c. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduanperilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Komitmen
b. Dedikasi
c. Kontribusi
d. Nasionalisme
e. Pengabdian
4. Membangun Perilaku Loyal
a. Dalam Konteks Umum Secara umum, untuk menciptakan dan membangun rasa setia(loyal)
pegawai terhadap organisasi, hendaknya beberapa hal berikut dilakukan :
1) Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki
2) Meningkatkan Kesejahteraan
3) Memenuhi Kebutuhan Rohani
4) Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir
5) Melakukan Evaluasi secara Berkala
b. Memantapkan Wawasan Kebangsaan
Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka
mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation
character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari
Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur,
dan sejahtera.
c. Meningkatkan Nasionalisme
Nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan
negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain. Sedangkan Nasionalisme Pancasila adalah
pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang
didasarkan pada nilai- nilai Pancasila.

MATERI POKOK 2 PANDUAN PERILAKU LOYAL


1. Panduan Perilaku Loyal
a. Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Setiakepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
Sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang ASN, ASN sebagai profesi berlandaskan
pada prinsip Nilai Dasar (pasal 4) serta Kode Etik dan Kode Perilaku (Pasal 5, Ayat 2) dengan
serangkaian Kewajibannya (Pasal 23). Untuk melaksanakan dan mengoperasionalkan ketentuan
ketentuan tersebut maka dirumuskanlah Core Value ASNBerAKHLAK yang didalamnya terdapat
nilai Loyal dengan 3 (tiga) panduan perilaku (kode etik)- nya.
1) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan;
dan
3) Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien.
b. Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan Negara
Adapun beberapa Nilai-Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku
Loyal yang kedua ini diantaranya :
1) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;

2) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;


3) Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
4) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
5) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdayaguna,
berhasil guna, dan santun;
6) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
7) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
8) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerjapegawai;
9) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
10) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem
karier.
c. Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
Sementara itu, Nilai Dasar ASN yang dapat diwujudkan dengan Panduan Perilaku Loyal
yang ketiga ini diantaranya: memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
2. Sikap Loyal ASN
Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS
terhadap bangsa dan negaranya dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar
Bela Negara dalam kehidupan sehari-harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945
menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara.
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-
harinya, yaitu:
a. Cinta Tanah Air
b. Sadar Berbangsa dan Bernegara
c. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
d. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
e. Kemampuan Awal Bela Negara

MATERI POKOK 3 LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


1. Komitmen pada Sumpah/Janji sebagai Wujud Loyalitas PNS
Sikap loyal seorang PNS dapat tercermin dari komitmennya dalam melaksanakan sumpah/janji
yang diucapkannya ketikadiangkat menjadi PNS sebagaimana ketentuan perundang- undangangan
yang berlaku. Di dalam pasal 66 UU ASN disebutkan bahwa Setiap calon PNS pada saat diangkat
menjadi PNS wajib mengucapkan sumpah/janji. Dimana dalam bunyi sumpah/janji tersebut
mencerminkan bagaimana Core Value Loyal semestinya dipahami dan diimplementasikan oleh
setiap PNS yang merupakan bagian atau komponen sebuah organisasi pemerintah.
2. Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai- nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan (loyalitas), ketenteraman, keteraturan,
dan ketertiban. Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari
larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang- undangan. Oleh karena itu pemerintah
mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.
Hanya PNS-PNS yang memiliki loyalitas yang tinggilah yang dapat menegakkan kentuan-ketentuan
kedisiplinan ini dengan baik.
3. Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,seorang
ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan publik serta perekat
dan pemersatu bangsa. Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan
perwujudan dari implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari
Organisasi Pemerintah.
a. ASN sebagai Pelaksana Kebijakan Publik Fungsi ASN yang pertama adalah sebagai pelaksana
kebijakan publik. Secara teoritis, kebijakan publik dipahami sebagai apapun yang dipilih oleh
pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan
b. ASN sebagai Pelayan Publik Pelayanan publik dapat dipahami sebagai kegiatan atau rangkaian
kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan
administratif yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
c. ASN sebagai Perekat dan Pemersatu Bangsa Fungsi ASN yang ketiga adalah sebagai perekat dan
pemersatu bangsa. Agar ASN dapat melaksanakan fungsi ini dengan baik maka seorang ASN
harus mampu bersikap netral dan adil.
4. Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila menunjukkan
kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya sebagai ASN yang
merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupunsebagai bagian dari anggota
masyarakat. Penjelasan aktualisasi nilai-nilai pada setiap sila-sila dalam Pancasila dapat diuraikan
sebagai berikut.
a. Sila Ke-1 (Nilai-Nilai Ketuhanan) Dalam mengimplementasikan nilai-nilai Ketuhanan, kita
perlu mendudukkan Pancasila secara proporsional. Dalam hal ini, Pancasila bukan agama yang bermaksud
mengatur sistem keyakinan, sistem peribadatan, sistem norma, dan identitas keagamaan masyarakat
b. Sila Ke-2 (Nilai-Nilai Kemanusiaan) Embrio bangsa Indonesia berasal dari pandangan
kemanusiaan universal yang disumbangkan dari berbagai interaksi peradaban dunia. Penjajahan
yang berlangsung di berbagai belahan dunia merupakan upaya masif internasional dalam
merendahkan martabat kemanusiaan.
c. Sila Ke-3 (Nilai-Nilai Persatuan) Upaya melaksanakan sila ketiga Pancasila dalam masyarakat
plural seperti Indonesia bukanlah sesuatu hal yang mudah. Sejak awal berdirinya Indonesia,
agenda membangun bangsa (nation building) meruapkan sesuatu yang harus terus menerus
dibina, dilakukan dan ditumbuhkembangkan.
d. Sila Ke-4 (Nilai-Nilai Permusyawaratan) Kesepahaman para pendiri bangsa untuk membangun
demokrasi yang sesuai dengan karakter bangsa, yakni demokrasi permusyawaratan, menunjukkan
bahwa demokrasi bukan sekedar alat.
e. Sila Ke-5 (Nilai-Nilai Keadilan Sosial) Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri
bangsa menyatakan bahwa negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan
menyelenggarakan keadilan.

MODUL 6 ADAPTIF

BAB I
A. Perubahan Lingkungan Strategis
Lingkungan strategis di tingkat global, regional maupun nasional yang kompleks dan terus
berubah adalah tantangan tidak mudah bagi praktek-praktek administrasi publik, proses-proses
kebijakan publik dan penyelenggaraan pemerintahan ke depan. Dalam kondisi di mana perubahan
adalah sesuatu yang konstan, dengan nilai sosial ekonomi masyarakat yang terus bergerak, disertai
dengan literasi publik yang juga meningkat, maka cara sektor publik dalam menyelenggarakan
fungsinya juga memerlukan kemampuan adaptasi yang memadai. Selain isu pembangunan ekonomi
yang mendorong kompetisi antar negara di atas, kerusakan lingkungan juga merupakan variabel
penting dalam memahami perubahan lingkungan strategis. Perubahan iklim yang salah satunya
menciptakan pemanasan global adalah isu lingkungan yang menjadi pekerjaan rumah seluruh negara
tanpa kecuali.
B. Kompetisi di Sektor Publik
Perubahan dalam konteks pembangunan ekonomi antar negara mendorong adanya pergeseran
peta kekuatan ekonomi, di mana daya saing menjadi salah satu ukuran kinerja sebuah negara dalam
kompetisi global. Di sektor bisnis, atmosfir persaingan antar pelaku usaha adalah sesuatu yang
lumrah terjadi. Dengan situasi kompetisi, maka pelaku usaha dipaksa untuk menghasilkan kinerja
dan produktivitas terbaik, agar mampu bertahan hidupdari konsekuensi perubahan zaman.
C. Perkembangan Teknologi
Variabel yang tidak kalah pentingnya yaitu perkembangan teknologi seperti artificial intelligence
(AI), Internet of Things (IoT), Big Data, otomasi dan yang lainnya. Tidak bisa dipungkiri bahwa
teknologi menjadi salah satu pendorong perubahan terpenting, yang mengubah cara kerja birokrasi
serta sektor bisnis.
D. Tantangan Praktek Administrasi Publik
Dari seluruh contoh perubahan lingkungan strategis, maka kita dapat melihat bahwa untuk
memastikan bahwa negara tetap dapat menjalankan fungsinya, dan pelayanan publik dapat tetap
berjalan di tengah-tengah perubahan ini, maka kemampuan adaptasi menjadi penting dan
menentukan. Sehingga birokrasi pun dipaksa untuk turut mengubah cara kerjanya untuk
mengimbangi yang menjadi tuntutan perubahan Praktek administrasi publik sebagai
pengejawantahan fungsi pelayanan publik oleh negara dan pemerintah selalu berhadapan dengan
tantangan yang terus berubah dari waktu ke waktu.
Di negara Amerika Serikat tantangan bagi administrasi publik menurut Gerton dan Mitchell
(2019) dirumuskan sebagai berikut :
1. Melindungi dan Memajukan Demokrasi
a. Melindungi Integritas Pemilihan dan Meningkatkan Partisipasi Pemilih
b. Memodernisasi dan Menghidupkan Kembali Pelayanan Publik
c. Mengembangkan Pendekatan Baru untuk Tata Kelola dan Keterlibatan Publik
d. Memajukan Kepentingan Nasional dalam Konteks Global yang Berubah
2. Memperkuat Pembangunan Sosial dan Ekonomi
a. Menumbuhkan Keadilan Sosial
b. Hubungkan Individu ke Pekerjaan yang Bermakna
c. Membangun Komunitas Tangguh
d. Memajukan Kesehatan Fiskal Jangka Panjang Bangsa
3. Memastikan Kelestarian Lingkungan
a. Penatalayanan Sumber Daya Alam dan Mengatasi Perubahan Iklim
b. Ciptakan Sistem Air Modern untuk Penggunaan yang Aman dan Berkelanjutan
4. Mengelola Perubahan Teknologi
a. Memastikan Keamanan Data dan Hak Privasi Individu
b. Menjadikan Pemerintah yang siap AI
Rumusan tantangan perubahan lingkungan juga diperkenalkan dengan rumusan
karakteristik VUCA, yaitu Volatility, Uncertaninty, Complexity dan Ambiguity. Indonesia dan
seluruh negara di dunia tanpa kecuali menghadapi tantangan yang relatif sama pada aras
global, dengan perubahan lingkungan yang berkarakteristik VUCA, yaitu :
1) Volatility Dunia berubah dengan sangat cepat, bergejolak, relative tidak stabil, dantak
terduga.
2) Uncertainty Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Sejarah dan pengalamanmasa
lalu tidak lagi relevan memprediksi probabilitas dan sesuatu yang akan terjadi.
3) Complexity Dunia modern lebih kompleks dari sebelumnya. Masalah dan akibat lebih
berlapis, berjalin berkelindan, dan saling memengaruhi.
4) Ambiguity Lingkungan bisnis semakin membingungkan, tidak jelas, dan sulitdipahami.
Setiap situasi dapat menimbulkan banyak penafsiran dan persepsi.

BAB II MEMAHAMI ADAPTIF


A. Uraian Materi
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian adaptasi
merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga mengubah
lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Dalam KBBI diuraikan definisi adaptif adalah
mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris, seperti
Cambridge menyebutkan bahwa adaptif adalah “having an ability to change to suit changing
conditions”, atau kemampuan untuk berubah dalam sitauasi yang berubah.
Soekanto (2009) memberikan beberapa batasan pengertian dari adaptasi, yakni :
1. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan
2. Penyesuaian terhadap norma-norma untuk menyalurkan
3. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.
4. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan
5. Memanfaatkan sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
6. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.
Organisasi maupun individu dituntut untuk menyesuaikan diri dengan apa yang menjadi
tuntutan perubahan. Di dunia usaha hal ini lebih mudah dimengerti ketika terjadi perubahan pada
selera pasar akan memaksa pelaku usaha untuk menyesuaikan produk
mereka agar sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasar.
B. Kreativitas dan Inovasi
Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Menginovasi sebuah
barang atau proses akan memerlukan kemampuan kreatif untuk menciptakan inovasi. Selanjutnya
kreativitas mempunyai pengertian yang lebih melunak dan melekat pada sifat manusiawi. Kreativitas
dapat dipandang sebagai sebuah kemampuan untuk berimajinasi atau menemukan sesuatu yang baru.
Di sisi lain, kreativitas juga dipandang sebagai sebuah sikap (an attitude), yaitu kemampuan untuk
menerima perubahan dan hal-hal baru, kesediaan menerima ide baru, fleksibel dalam memandang
suatu hal, sikap mencari perbaikan.
Berpikir kreatif sangat berbeda dengan cara berfikir kritis. Kecenderungan berfikir kritis adalah
kecenderungan memandang fenomena secara objektif, linear dan tidak memberikan pilihan.
Sementara kecenderungan cara berfikir kreatif adalah mencari kemungkinan lain, sangat subjektif
namun memperkaya khazanah yang sudah ada sebelumnya. Ini artinya apabila seseorang lebih
sering kritis dalam berfikir dan bertindak, maka dia lebih sering menggunakan otak kirinya daripada
otak kanan. Sebaliknya seseorang yang kreatif, biasanya lebih sering menggunakan otak kanannya.
Kemampuan dalam memanfaatkan kelebihan otak kiri maupun otak kanan akan menumbuhkan
kombinasi kreativitas, kecerdasan dan estetika, dalam berinovasi.
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain :
1. Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide ataugagasan
baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
2. Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari ide-ide
yang berbeda
3. Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan kedalamandan
komprehensif.
4. Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau
gagasan yang dimunculkan.
Dengan demikian kreativitas adalah sebuah kemampuan, sikap maupun proses dapat
dipandang dalam konteks tersendiri,terpisah dari inovasi. Dalam dimensinya, nampak adanya
keterhubungan langsung antara kreativitas dengan inovasi. Dalam prakteknya, hubungan kausalitas
di antara keduanya seringkali tidak terhindarkan.
C. Organisasi Adaptif
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu:

1. Lanskap (landscape) terkait dengan bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasiuntuk


beradaptasi dengan lingkungan strategis yang berubah secara konstan,
2. Pembelajaran (learning) yang terdiri atas elemen- elemen adaptive organization yaitu
perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif, dan struktur adaptasi, dan
3. Kepemimpinan (leadership) yang menjalankan peran penting dalam membentuk adaptive
organization.
Setidaknya terdapat 9 elemen budaya adaptif menurut Management AdvisoryService
UK yang perlu menjadi fondasi sebuah organisasi, yaitu :
1. Purpose Organisasi beradaptasi karena memiliki tujuan yang hendak dicapai.
2. Cultural values Organisasi pemerintah mengemban nilai-nilai budaya organisasional yang sesuai
dengan karakteristik tugas dan fungsinya. Demikian pula dengan ASN sebagai individu agar
dapat memberikan pelayanan yang maksimal dan berkualitas.
3. Vision Visi menjelaskan apa yang hendak dituju yang tergambar dalam kerangka piker dan
diterjemahkan dalam kerangka kerja yang digunakan dalam organisasi.
4. Corporate values Seperti halnya nilai budaya organisasi di atas, maka nilai-nilai korporat juga
menjadi fogdasi penting dalam membangun budaya adaptif dalam organisasi.
5. Coporate strategy Visi dan values menjadi landasan untuk dibangunnya strategi yang lebih
operasional untuk menjalankan tugas dan fungsi organisasi secara terstruktur, efisiendan efektif.
6. Structure Struktur menjadi penting dalam mendukung budaya adaptif dapat diterapkan di
organisasi.
7. Problem solving Budaya adaptif ditujukan untuk menyelesaikan persoalan yang timbul dalam
organisasi, bukan sekedar untuk mengadaptasi perubahan.
8. Partnership working Partnership memiliki peran penguatan budaya adaptif, karena dengan
partnership maka organisasi dapat belajar, bermitra dan saling menguatkan dalampenerapan budaya
adaptif
9. Rules Aturan main menjadi salah satu framework budaya adaptif yang penting dan tidak bisa
dihindari, sebagai bagian dari formalitas lingkungan internal maupun eksternalorganisasi
Beberapa faktor yang biasanya mempengaruhi pilihan sentralisasi dan desentralisasi dalam
proses pengambilan keputusan adalah :
1. Perubahan dan ketidakpastian lingkungan yang lebih besa biasanya dikaitkan dengan
desentraliasasi
2. Jumlah sentralisasi atau desentralisasi harus sesuai dengan strategi pencapaian tujuan
Organisasi.
3. Pada masa krisis atau saat diujung tanduk, wewenang dapat dipegang dengan sentralisasipada
jabatan di level elit.
Penerapan budaya adaptif akan mendorong pada pembentukan budaya organisasiberkinerja
tinggi, dengan bercirikan antara lain :
1. Organisasi yang memiliki tujuan yang jelas dan tidak ambigu, dinyatakan sebagai 'gagasan besar'
sederhana, sebuah gagasan yang berhubungan erat dengan semua staf, dan bangga untuk
didiskusikan dengan teman dan kolega.
2. Terbangun suasana kepercayaan berbagi tanggung jawab untuk kesuksesan masa depan
organisasi, semua staf didorong untuk berpikir secara mandiri, saling memperhatikan dan
mendukung, dan bertindak dengan kemanusiaan.
3. Terdapat perilaku yang menunjukkan Tanggung Jawab Psikologis, saling menghormati,
menghargai pandangan dan pendapat satu sama lain.
4. ASN yang bekerja ekstra dengan memberikan ide, pemikiran, stimulus yang tidak diminta satu
sama lain.
5. Unsur pemimpin yang memberikan tantangan kepada ASN, yang memberikan kesempatan untuk
pengembangan pribadi melalui pengalaman baru, dan yang memperlakukan semua orang dengan
adil dan pengertian
6. Sebuah organisasi yang didorong menuju kesuksesan organisasi dan pribadi - secara intelektual,
finansial, sosial dan emosional.
D. Adaptif sebagai nilai dan budaya ASN
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya di mana ASN memiliki kemampuan
menerima perubahan, penyelarasan organisasi berkelanjutan dengan lingkungannya, perbaikan
proses internal yang berkesinambungan. Budaya menjadi faktor yang memampukan organisasi
dalam berkinerja secara cepat dan efektif.
Daya tahan organisasi juga dipengaruhi oleh pengetahuan, seperti yang digagas oleh Peter F.
Drucker pada tahun 1959 melalui istilah knowledge worker, sebagai sebutan terhadap anggota
organisasi yang berkontribusi signifikan terhadap keunggulan organisasi karena pengetahuan yang
dimilikinya. Peter Drucker mengatakan ”bahaya terbesar sewaktu organisasi menghadapi goncangan,
bukanlah pada besarnya goncangan yang dihadapi, melainkan pada penggunaan pengetahuan yang
sudah kadaluarsa”.
Untuk memastikan agar organisasi terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka
organisasi dituntut untuk melakukan lima disiplin, yaitu :
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin wujudkan
(mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya (team learning)
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo (systems
thinking).
Tantangan yang berpotensi menjadi penyebab gagalnya organisasi memperoleh pengetahuan
baru adalah tantangan yang sifatnya adaptif. Karena sifat tantangan ini yang baru yaitu baru pertama
kali dihadapi oleh organisasi, maka tentu saja organisasi belum memiliki pengetahuan untuk
mengatasinya.
Dalam situasi ketiadaan pengetahuan dan mendesaknya pengambilan keputusan, makaorganisasi
cenderung menggunakan pengetahuan yang selama ini dipergunakan untuk mengatasi tantangan
teknis. Penggunaan pengetahuan yang tidak tepat ini menyebabkan terjadinya kesalahan dalam
pengambilan keputusan, kesalahan dalam strategi, yang akhirnya berujung pada gugurnya organisasi.
Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan tujuan untuk
memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik.
Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai
berikut :
1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Mendorong jiwa kewirausahaan.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi sebagai upaya
meningkatkan kinerja instansi. Jeff Boss dalam Forbes5 menulis ciri-ciri orang yang memiliki
kemampuan atau karakter adaptif, yang beberapa diantaranya dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Eksperimen orang yang beradaptasi, kita harus terbuka terhadap perubahan, dan harus
memiliki kemauan dalam hal toleransi emosional, ketabahan mental, dan bimbingan spiritual,
untuk tidak hanya menyadari ketidakpastian tetapi juga menghadapinya dan terus maju.
2. Melihat peluang di mana orang lain melihat.
3. Memiliki sumber daya supaya tidak terjebak pada satu solusi untuk memecahkan masalah.
4. Selalu berpikir ke depan, selalu terbuka terhadap peluang.
5. Tidak mudah mengeluh.
6. Orang yang mudah beradaptasi tidak menyalahkan.
7. Tidak mencari popularitas,tetapi mengalihkan fokus ke rintangan berikutnya
8. Memiliki rasa ingin tahuKeingintahuan akan mendorong pada pertumbuhan
9. Beradaptasi.menjadi kunci pokok dari karakteristik adaptif
10. Memperhatikan sistem.
11. Membuka pikiran. Jika Anda tidak mau mendengarkan sudut pandang orang lain, makaAnda
akan terbatas dalam pemikiran Anda.
12. Memahami apa yang sedang diperjuangkan.

BAB IV PANDUAN PERILAKU ADAPTIF


A. Uraian Materi
Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis. Salah
satu praktik perilaku adaptif adalah dalam hal menyikapi lingkungan yang bercirikan ancaman
VUCA. Johansen (2012) mengusulkan kerangka kerja yang dapat digunakan untuk menanggapi
ancaman VUCA, yang disebut VUCA Prime, yaitu Vision, Understanding, Clarity,Agility.
Johansen menyarankan pemimpin organisasi melakukan hal berikut :
1. Hadapi Volatility dengan Vision
a. Terima dan rangkul perubahan sebagai bagian dari lingkungan kerja Anda yang konstan dan
tidak dapat diprediksi.
b. Buat pernyataan yang kuat dan menarik tentang tujuan dan nilai tim, dan kembangkan visi
bersama yang jelas tentang masa depan.
Untuk menghadapi situasi volatility, pastikan Anda menetapkan tujuan fleksibel yang dapat
diubah setiap saat bila diperlukan.
2. Hadapi Uncertainty dengan Understanding
a. Berhenti sejenak untuk mendengarkan dan melihat sekeliling. Hal ini membantu Anda
memahami dan mengembangkan cara berpikir dan bertindak baru sebagai respons
terhadap ancaman ketidakpastian.
b. Tinjau dan evaluasi kinerja Anda. Tujuan evaluasi kinerja adalah untuk memperbaiki atau
meningkatkan kinerja organisasi melalui peningkatan kinerja SDM organisasi. Secara lebih
spesifik, tujuan dari evaluasi kinerja sebagaimana dikemukakan Sunyoto (1999:1) yang
dikutip oleh Mangkunegara (2005:10) adalah :
1) Meningkatkan saling pengertian antara karyawan tentang persyaratan kinerja;
2) Mencatat dan mengakui hasil kerja seorang karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk
berbuat yang lebih baik, atau sekurang-kurangnya berprestasi sama dengan prestasi yang
terdahulu;
3) Memberikan peluang kepada karyawan untuk mendiskusikan keinginan dan aspirasinya
dan meningkatkan kepedulian terhadap karier atau pekerjaan yang diembannya sekarang;
4) Mendefinisikan atau merumuskan kembali sasaran masa depan, sehingga karyawan
termotivasi untuk berprestasi sesuai dengan potensinya; dan
5) Memeriksa rencana pelaksanaan dan pengembangan yang sesuai dengan kebutuhan
pelatihan, khusus rencana diklat, danmenyetujui rencana itu jika tidak ada hal yang perlu
diubah.
c. Lakukan simulasi dan eksperimen dengan situasi. Melalui simulasi dan eksperimen yang
valid, maka diharapkan dapat membantu kita dalam menghadapi ketidakpastian.
3. Hadapi Complexity dengan Clarity
a. Berkomunikasi secara jelas dengan tim Anda.
b. Kembangkan tim dan dorong kolaborasi.
4. Hadapi Ambiguity dengan Agility
a. Dorong fleksibilitas, kemampuan beradaptasi, dan ketangkasan. Buat rencana kedepan, tetapi
bersiaplah untuk mengubahnya.
b. Pekerjakan dan promosikan orang-orang yang berhasil di lingkungan VUCA. Mereka
umumnya kolaboratif dan memiliki keterampilan berpikir kompleks.
c. Dorong karyawan Anda untuk berpikir dan bekerja di luar area fungsional mereka.
d. Hindari memimpin dengan mendikte atau mengendalikan mereka.
e. Kembangkan “budaya ide”. Ini jenis budaya yang energik dan dapat mengubah tim dan
organisasi menjadi lebih kreatif dan gesit.
B. Perilaku Adaptif Lembaga/Organisasional
Organisasi adaptif yaitu organisasi yang memiliki kemampuan untuk meresponperubahan
lingkungan dan mengikuti harapan stakeholder dengan cepat dan fleksibel
(Siswanto, and Sucipto, Agus 2008 dalam Yuliani dkk, 2020). Organisasi adaptif tidak terlepas dari
budaya adaptif. Budaya adaptif adalah budaya organisasi di mana karyawan menerima perubahan,
termasuk organisasi penyelamatan yang memelihara lingkungan dan perbaikan proses internal yang
berkelanjutan (McShane & Von Glinow, 2010) dalam Safitri (2019).
Terdapat beberapa pengklasifikasian budaya organisasi yang telah disampaikan oleh para ahli,
salah satunya adalah yang disampaikan oleh Chang dan Lee (2007). Mereka mengadopsi proposal
Denison dan Mishra (1995) dimana terdapat dua poin referensi, yaitu cara yang stabil dan fleksibel
untuk memenuhi permintaan lingkungan yang kompetitif dan strategi yang fokus pada dua dimensi
elemen karyawan internal dan pelanggan eksternal.
Berdasarkan proposal tersebut, Chang dan Lee (2007) membagi tipe budaya organisasi
menjadi empat, yaitu :
1. Budaya adaptif (adaptive culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat fleksibel dan
eksternal sehingga dapat memuaskan permintaan pelanggan dengan memusatkan perhatian utama
padalingkungan eksternal.
2. Budaya misi (mission culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat stabil dan eksternal
sehingga menekankan organisasi dengan tujuan-tujuan yang jelas dan versi- versinya.
3. Budaya klan (clan culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat fleksibel dan internal
sehingga menekankan bahwa para anggotanya harus memainkan peran mereka dengan tingkat
efisiensi yang tinggi dan mereka juga harus menunjukkan rasa pertanggungjawaban yang kuat
akan pengembangan dan memperlihatkan komitmen organisasi yang lebih.
4. Budaya birokratik (bureaucratic culture). Budaya ini merupakan budaya yang bersifat stabil dan
internal sehingga organisasi memiliki tingkat konsistensi yang tinggi akan segala aktivitas-
aktivitasnya. Melalui kepatuhan dan kerja sama dari para anggotanya, organisasi dapat
meningkatkan aktivitas organisasional dan efisiensi kerja.
C. Perilaku Adaptif Individual
Individu atau sumber daya manusia (SDM) yang adaptif dan terampil kian dibutuhkan dunia
kerjaataupun industri yang juga semakin kompetitif. Karenanya, memiliki soft skill dan kualifikasi
mumpuni pada spesifikasi bidang tertentu, serta mampu mentransformasikan teknologi menjadi
produk nyata dengan nilai ekonomi tinggi menjadi syarat SDM unggul tersebut. Menurut
Mendikbud Nadiem Makarim, revolusi industri 4.0 menciptakan permintaan jutaan pekerjaan baru
untuk memenuhi potensi dan aspirasi masyarakat. Namun, pada saat bersamaan, perkembangan ini
juga mengubah peta pekerjaan dan kebutuhan kompetensi (2020). Pergeseran kebutuhan
kompetensi dijelaskan Nadiem sebagai salah satu dampak dari dua faktor, yaitu perkembangan
teknologi dalam bentuk digital automasi dan robotisasi,serta resesi global yang merupakan
kombinasi dahsyat (double disruption) yang mengubah landscape pekerjaan di masa depan.
Presiden Jokowi mengutarakan bahwa pemerintah telah menyiapkan berbagai program
pembangunan SDM untuk memastikan bonus demografi menjadi bonus lompatan kemajuan. "Kita
bangun generasi bertalenta yang berkarakter dan mampu beradaptasi dengan perkembangan
teknologi. Indonesia memiliki modal awal untuk bersaing di tingkat global”. Terkait amanat UU
5/2014 bahwa UU ASN bisa terlaksana dengan baik, asal ada upaya penyempurnaan sistem
pelayanan oleh para abdi negara. Tidak hanya menjadikan ASN sebagai pelayan masyarakat melalui
penerapan e-Government saja, tetapi sekaligus menggerakkan ruhnya sebagai penyelenggara
pemerintahan.
D. Panduan Membangun Organisasi Adaptif
Membangun organisasi adaptif menjadi sebuah keharusan bagiinstansi pemerintah agar dapat
menghasilkan kinerja terbaik dalam memberikan pelayanan publik. Organisasi adaptif baik di sektor
publik maupun bisnis dapat dibangun dengan beberapa preskripsi yang kurang lebih sama, yaitu
antara lain :
1. Membuat Tim yang Diarahkan Sendiri
Landasan dari setiap transformasi dari bawah ke atas dimulai dengan pemberdayaantim yang
memiliki motivasi dan pengarahan diri sendiri.
2. Menjembatani Silo Melalui Keterlibatan Karyawan
Strategi berikutnya adalah menyerang segmentasi departemen, divisi,dan unit dalam suatu
organisasi. Sebuah organisasi tidak dapat beradaptasi dengan keadaan baru jika informasi penting
disimpan oleh kelompok mana pun. Visi bersama juga membantu menyatukan dan menginspirasi
semua bagian organisasin beradaptasi bersama menuju tujuan bersama.
3. Menciptakan Tempat dimana Karyawan dapat Berlatih Berpikir Adaptif
Kepemimpinan harus menciptakan ruang dan waktu untuk inovasi dan menciptakan cara
baru dalam melakukan sesuatu. Sama pentingnya dengan menciptakan ruang dan waktu, eselon
atas organisasi (serta supervisor di semua tingkatan) harus menunjukkan komitmen yang tulus
untuk mendengarkan ide-ide dari atas, bawah, dan di seluruh organisasi, memperkuat perilaku
positif ketika orang menggunakan tempat aman mereka untuk memunculkan ide-ide baru tentang
bagaimana beradaptasi dengan apa yang berubah di lingkungan.Untuk membangun organisasi
yang adaptif dan terus berkembang dan survive di lingkungan yang terus berubah perlu konsep
dan strategi sebagai berikut :
1. Landscape
Adaptif erat hubungannya dengan kemampuan untuk berubah dan terus berupaya
antisipatif. Seorang pemimpin harus lebih dahulu memahami organisasi tersebut sebelum mulai
mengubahnya. Memahami landscape organisasi dari peran perubahan terhadap perusahaan adalah
poin utama untuk memikirkan kembali critical strategies perusahaan:
(a) melihat jauh ke depan; (b) memahami landscape bisnis; (c) memahami prinsip
ketidaktentuan dunia bisnis; dan (d) memahami rencana strategis pada organisasi yang adaptif.
2. Learning
Perusahaan yang sukses menciptakan sebuah kultur adaptif adalah yang tidak hanya sekedar
mendorong setiap individunya untuk terus belajar, tapi juga men-share-nya.
3. Leadership
Pemimpin organisasi harus berpikir tidak hanya dengan siapa mereka menciptakan
hubungan tetapi juga tentang tipe hubungan apa yang mereka inginkan beserta risiko yang terkait
dengan berbagairelationship.
BAB V ADAPTIF DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH
A. Uraian Materi
Tantangan utama saat ini bukanlah teknis, melainkan 'adaptif'. Tantangan adaptif sulit untuk
didefinisikan, tidak memiliki solusi yang diketahui atau jelas, dan membutuhkan ide- ide baru untuk
membawa perubahan di banyak tempat. Selain itu, Salicru juga menyatakan bahwa kita telah
menyaksikan tiga 3D yaitu ketidakpercayaan (distrust), keraguan (doubt), dan perbedaan pendapat
(dissent). Ini adalah hasil ketika para pemimpin gagal merespons secara efektif baik konteks
perubahan di mana mereka harus memimpin, dan harapan pemangku kepentingan mereka (Salicru,
2017).
B. Pemerintahan Yang Adaptif
Pemerintahan adaptif bergantung pada jaringan yang menghubungkan individu, organisasi,
dan lembaga di berbagai tingkat organisasi (Folke et al, 2005). Bentuk pemerintahan ini juga
menyediakan pendekatan kolaboratif fleksibel berbasis pembelajaran untuk mengelola ekosistem
yang disebut sebagai "pengelolaan bersama adaptif". Sistem sosial-ekologis selama periode
perubahan mendadak/krisis dan menyelidiki sumber sosial pembaruan reorganisasi. Tata kelola
semacam itu menghubungkan individu, organisasi, dan
lembaga di berbagai tingkat organisasi. A
gar dapat menjembatani organisasi dan menurunkan biaya kolaborasi, resolusi konflik, dan
legislasi memungkinkan adanya kebijakan pemerintah untuk mendukung swasusun sambil
membingkai kreativitas untuk mewujudkan pengelolaan bersama yang adaptif. Sistem sosial-
ekologis yang tangguh dapat memanfaatkan krisis sebagai peluang untuk berubah menjadi negara
yang diharapkan.
Dalam teori capacity building dan konsep adaptive governance, Grindle (1997)
menggabungkan dua konsep untuk mengukur bagaimana pengembangan kapasitas pemerintah
adaptif dengan indikator-indikator sebagai berikut :
1. Pengembangan sumber daya manusia adaptif;
2. Penguatan organisasi adaptif;
3. Pembaharuan institusional adaptif.
Pemerintahan adaptif dengan demikian mengacu pada cara- cara di mana pengaturan
kelembagaan berkembang untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan masyarakat dalam
lingkungan yang berubah. Dalam kaitan itu terdapat beberapa catatan penting, pertama adalah bahwa
kriteria normatif yang digunakan untuk menilai apakah perubahan dalam pengaturan tata kelola
adalah 'adaptif' atau 'baik' berasal dari nilai dan preferensi konstituensi, daripada dipaksakan analis.
Sehingga faktanya penilaian pencapaian adaptabilitas akan lebih bergantung pada tingkat kepuasan
konstituen daripada hasil analisisobjektif.
Kedua, adalah bahwa perubahan aturan dan norma tidak perlu disadari atau disengaja, atau
diartikulasikan dalam istilah berorientasi tujuan, agar dapat adaptif. Hal ini menyiratkan bahwa
beradaptasi adalah proses yang seharusnya terjadi secara alamiah sebagai bentuk respon
organisasional terhadap perubahan lingkungan.
C. Pemerintah dalam Pusaran Perubahan yang Dinamis (Dynamic Governance)
Pencapaian atau kinerja organisasi saat ini bukanlah jaminan untuk kelangsungan hidup di masa
depan, lingkungan yang terus berubah dan penuh ketidak pastian.Tata kelola yang dinamis mencapai
relevansi saat ini dan masa depan dan efektivitas melalui kebijakan yang terus beradaptasi dengan
perubahan di lingkungan. Inovasi kebijakan berarti baru dan ide- ide segar dicoba dan dimasukkan
ke dalam kebijakan sehingga hasil yang lebih baik dan berbeda dapat dicapai selain itu warga negara
akan menghargai dan menanggapi mereka dengan baik.
Terdapat tiga kemampuan kognitif proses pembelajaran fundamental untuk pemerintahan
dinamis yaitu berpikir ke depan (think ahead), berpikir lagi (think again) dan berpikir lintas (think
across).

1. pemerintah harus berpikir ke depan untuk memahami bagaimana masa depan akan
mempengaruhi negara dan menerapkan kebijakan untuk memungkinkan mereka mengatasi
potensi ancaman dan mengambil memanfaatkan peluang baru yang tersedia.
2. lingkungan turbulensi dan perubahan dapat membuat kebijakan masa lalu menjadi usang dan tidak
efektif. Kebijakan dan program kemudian harus direvisi sehingga mereka dapat terus menjadi
efektif dalam mencapai tujuan penting.
3. dalam ekonomi pengetahuan baru, kelangsungan hidup membutuhkan pembelajaran dan inovasi
yang konstan untuk menghadapi tantangan baru dan memanfaatkan peluang baru. Intinya,
pemerintahan yang dinamis terjadi ketika pembuat kebijakan terus berpikir ke depan untuk
melihat perubahan dalam lingkungan, berpikir kembali untuk merenungkan apa yang sedang
mereka lakukan, dan berpikir untuk belajar dari orang lain, dan terus menggabungkan persepsi,
refleksi, dan pengetahuan baru ke dalam keyakinan, aturan, kebijakan dan struktur untuk
memungkinkan mereka beradaptasi dengan mengubah lingkungan.
D. Pemerintah Sebagai Organisasi yang Tangguh
Pembangunan organisasi yang tangguh menyangkut lima dimensi yang membuat organisasi
kuat dan imajinatif: kecerdasan organisasi, sumber daya, desain, adaptasi, dan budaya (atau sisu,
kata Finlandia yang menunjukkan keuletan):
1. Kecerdasan organisasi: Organisasi menjadi cerdas ketika mereka berhasil mengakomodasi banyak
suara dan pemikiran yang beragam.
2. lebih baik, menggunakan kelangkaan sumber daya untuk terobosan inovatif.
3. Desain: Organisasi dirancang dengan kokoh ketika karakteristik strukturalnya mendukung
ketahanan dan menghindari jebakan sistemik.
4. Adaptasi: Organisasi adaptif dan fit ketika mereka melatih perubahan.
5. Budaya: Organisasi mengekspresikan ketahanan dalam budaya ketika mereka memiliki snilai-
nilai yang tidak memungkinkan organisasi untuk menyerah atau menyerah tetapi malah
mengundang anggotanya untuk bangkit menghadapi tantangan. (Välikangas, L. 2010: 92-93).
Sudut pandang ketahanan, kuncinya adalah bukan integrasi dan keselarasan tim eksekutif atau
organisasi anggota secara umum. Karakteristik seperti itu mungkin baik untuk kelancaran dan
eksekusi cepat. Dari sudut pandang ketahanan, itu adalah keragaman dan imajinatif, mencerminkan
ancaman dan peluang lingkungan, yang sangat penting untuk kecerdasan organisasi.Pemikiran yang
diperlukan seperti itu dapat ditingkatkan dengan hal- hal berikut:

1. Kemampuan untuk bertindak di bawah ambiguitas

2. Jangan pernah menerima jawaban Anda sendiri (siap) begitu saja (Selalu simpan memeriksa
mereka: apakah mereka melayani diri sendiri?)
3. Menanyakan setting yang diterima dimana masalah dan solusi dirumuskan: di bawah otoritas
siapa, berikut yang rutinitas pengambilan keputusan, apakah masalah dibingkai? Undang kontes
pembingkaian dan debat strategi.
4. Tambahkan redundansi berpikir/equifinality/ambiguity (makna ganda) melalui salah satu cara
berikut :
a. Memainkan advokat iblis (Seseorang bertindak sebagai penantang untuk menyetujui
keputusan);
b. Tim eksekutif bayangan (sekelompok anggota organisasi junior yang mengungkapkan
pandangan mereka tentang keputusan strategis untuk didiskusikan dengan tim eksekutif
"nyata");
c. Mengembangkan jaringan orang-orang independen untuk menghibur pandangan yang
bertentangan dan berbeda tentang skenario masa depan;
d. Mempertahankan hipokrisi atau “kemunafikan”: yaitu memisahkan pembicaraan dan tindakan
untuk memungkinkan organisasi untuk mengatasi tuntutan masyarakat yangtidak konsisten
e. Gunakan humor, atau bahkan "pelawak perusahaan," untuk membuat poin yang akan ditolak
orang lain.
5. Jelajahi masalah dalam hal ekstrem (aneh, misalnya): Apa kemungkinan kasus terbaik atau
terburuk? Apa yang masih mungkin?
6. Pertimbangkan hasil yang diharapkan dari keputusan penting, dan tulis hasilnya turun pada saat
pengambilan keputusan.

BAB VI STUDI KASUS ADAPTIF


A. Visi Indonesia 2045
Visi Indonesia Emas 2045 adalah sebuah gagasan dan harapan bahwa negara Indonesia dapat
menjadi negara yang berdaulat, maju, adil, dan makmur saat memperingati 100 tahun
kemerdekaannya. Visi tersebut disusun dan disampaikan kepada publik pada tanggal 9 Mei 2019
oleh Presiden Joko Widodo. Berdasarkan pengamatan dan kajian yang dilakukan Bappenas,
diperoleh prediksi tantangan yang akan dihadapi Indonesia seiring tren masyarakat global pada
25 tahun yang akan datang adalah sebagai berikut :

1. Demografi Global Penduduk dunia diperkirakan akan mengalami pertambahan populasi yang
diperkirakan terbesar berasal dari wilayah Asia dan Afrika. Merujuk pada data dari BPS,
Indonesia pada sekitar tahun 2040-an akan mendapatkan bonus demografi berupa angkatan kerja
pada rentang usia 25 s.d. 50 tahun yang cukup banyak.
2. Urbanisasi Global Arus urbanisasi ini diperkirakan akan terus meningkat yang akan
mempengaruhi kualitas daya saing, pertumbuhan ekonomi dan kualitas hidup masyarakat. Berbagai
kebijakan buruh migran dan perdagangan bebas menjadi instrument penting untuk memastikan
momentum urbanisasi ini menjadi pendorong kesejahteraan.
3. Perdagangan Internasional Negara-negara di Asia diperkirakan menyumbang pertumbuhan
ekonomi sebanyak 54% dari pertumbuhan ekonomi dunia. Perdagangan Internasional
diperkirakan terjadi peningkatan pertumbuhan sebanyak 3,4% dan terjadi pergeseran di
perdagangan di wilayah asia pasifik( fokus pada antar negara berkembang.
4. Perubahan Geo Ekonomi Global dan geopolitik Kekuatan ekonomi Cina di tingkat regional
bahkan global sudah menyaingi pemain lama seperti Amerika Serikat dan Jepang. Peta ekonomi
global telah bergeser dari kawasan yang secara tradisional dipandang maju ke kawasan Asia
(ekonomi Cina).
5. Perubahan Iklim Perubahan iklim merupakan isu global, tidak mengenal batas- batas territorial,
sehingga setiap negara akan meraskan dampak yang timbul, baik langsung maupun tidak
langsung turut mempengaruhi aspek kehidupan ekomoni,kesehatan dll.
6. Perkembangan Teknologi Pertumbuhan dan inovasi teknologi di bidang informasi memberikan
dampak yang luar biasa terhadap kegiatan ekonomi, dan terutama perubahan cara kerja. Teknologi
ini turut melahirkan ide dan kreativitas baru dalam bidang perdagangan, kesehatan, dan tatanan
kehidupan normal baru berbasis media sosial.
B. Aplikasi Peduli Lindungi Peduli
Lindungi adalah aplikasi yang dikembangkan untuk membantu instansi pemerintah terkait
dalam melakukan pelacakan untuk menghentikan penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).
Aplikasi ini mengandalkan partisipasi masyarakat untuk saling membagikan data lokasinya saat
bepergian agar penelusuran riwayat kontak dengan penderita COVID-19 dapat dilakukan. Pengguna
aplikasi ini juga akan mendapatkan notifikasi jika berada di keramaian atau berada di zona merah.
Pada saat masyarakat mengunduh Peduli Lindungi, sistem akan meminta persetujuan
pengguna untuk mengaktifkan data lokasi. Dengan kondisi lokasi aktif, maka secara berkala aplikasi
akan melakukan identifikasi lokasi pengguna serta memberikan informasi terkait keramaian dan
zonasi penyebaran COVID-19.Hasil tracing ini akan memudahkan pemerintah

untuk mengidentifikasi siapa saja yang perlu mendapat penanganan lebih lanjut agar penghentian
penyebaran COVID-19 dapat dilakukan.
C. Kasus Ponsel Blacberry dan Nokia
Merk ponsel Blackberry pernah merajai pasar ponsel di era 2000 an, sebagai produk high-end.
Penggunanya memiliki kesan dan kepuasan yang sangat tinggi, karena spesifikasi dan teknologi yang
ditawarkan sangat bagus pada masanya. Figur penting yang juga mendorong popularitas Blackberry
ini salah satunya adalah Presiden Barrack Obama yang selalu terlihat membawa gadget Blackberry.
Saat ini Blackberry sudah tidak lagi diproduksi dan tidak bermain di segmen pasar tradisionalnya.
Selain muncul banyak pesaing dari merk lain, termasuk naiknya pularitas layanan pesan instan
baru seperti whatsapp yang lebih menarik pengguna untuk beralih dari BBM. Sekarang Blackberry
fokus di segmen pasar korporat, di mana pesaingnya belum banyak, dan kini berhasil menjaga
kesinambungan bisnisnya.
Di sisi lain, Nokia adalah contoh organisasi yang tidak adaptif.. Perusahaan terlena oleh
kesuksesan masa lalu, sehingga gagal membaca perkembangan yang terjadi pada lingkungan atau
konsumennya. Secara sederhana Nokia mengalami sindrom success causes failure: kesuksesan
menjadi penyebab kegagalan.
Kedua kasus Blackberry dan Nokia menjadi pelajaran penting mengenai bagaimana organisasi
membutuhkan perubahan dan adaptasi terhadap lingkungannya. Kesuksesan masa lalu hanya
menjadi milestone yang pada akhirnya harus dijadikan lecutan untuk mencari dan menciptakan
kesuksesan berikutnya.

MODUL 7 KOLABORATIF

BAB I KONSEP KOLABORASI


1. Kolaborasi pemerintahan “sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan
interaksi saling menguntungkan antar aktor pemerintah.
2. Kriteria penting untuk kolaborasi Ansel dan Gash (2007:544)
a. forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
b. peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
c. peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya
'‘dikonsultasikan’ oleh agensi publik;
d. forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
e. forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan
f. fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
3. Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu membantu
mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola stuktur horizontal
sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide.
4. Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka
dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan berbagai
sumber daya untuk tujuan bersama.
5. Tiga tahapan dalam melakukan assessment terhadap tata kelola kolaborasi yaitu :

a. mengidentifikasi permasalahan dan peluang;


b. merencanakan aksi kolaborasi; dan
c. mendiskusikan strategi untuk mempengaruhi.
6. Starting condition mempengaruhi proses kolaborasi yang terjadi, dimana proses tersebut terdiri dari
membangun kepercayaan, face to face dialogue, commitment to process, pemahaman bersama, serta
pengambangan outcome antara.
7. Whole-of-Government (WoG) sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan
upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan
pelayanan publik.
8. WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah
kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.
9. Definisi WoG dinyatakan dalam laporan APSC: WoG dipandang menunjukkan atau menjelaskan
bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan
bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu.
10. Indikator organisasi yanhg memiliki collaborative culture :
a. Organisasi menganggap perubahan sebagai sesuatu yang alami dan perlu terjadi;
b. Organisasi menganggap individu (staf) sebagai aset berharga dan membutuhkan upaya yang
diperlukan untuk terus menghormati pekerjaan mereka;
c. Organisasi memberikan perhatian yang adil bagi staf yang mau mencoba dan mengambil risiko
yang wajar dalam menyelesaikan tugas mereka (bahkan ketika terjadi kesalahan);
d. Pendapat yang berbeda didorong dan didukung dalam organisasi (universitas) Setiap kontribusi
dan pendapat sangat dihargai;

e. Masalah dalam organisasi dibahas transparan untuk menghindari konflik.


f. Kolaborasi dan kerja tim antar divisi adalah didorong; dan
g. Secara keseluruhan, setiap divisi memiliki kesadaran terhadap kualitas layanan yang
diberikan.
11. Aktivitas kolaborasi antar organisasi yaitu :

a. Kerjasama Informal;
b. Perjanjian Bantuan Bersama;
c. Memberikan Pelatihan;
d. Menerima Pelatihan;
e. Perencanaan Bersama;
f. Menyediakan Peralatan;
g. Menerima Peralatan;
h. Memberikan Bantuan Teknis;
i. Menerima Bantuan Teknis;
j. Memberikan Pengelolaan Hibah; dan
k. Menerima Pengelolaan Hibah.
12. Proses yang harus dilalui dalam menjalin kolaborasi yaitu:
a. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi
b. Face tof face Dialogue: melakukan negosiasi dan baik dan bersungguh-sungguh;
c. Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalamproses;
serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
d. Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
e. Menetapkan outcome antara.
13. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan bantuan Kedinasan kepadaBadan
dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat :
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan yang meminta bantuan
b. penyelenggaraan pemerintahan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tersebut.
14. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat menolak memberikan Bantuan Kedinasan apabila :
a. mempengaruhi kinerja Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan pemberi bantuan;
b. surat keterangan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan bersifat rahasia; atau
c. ketentuan peraturan perundang-undangan tidak memperbolehkan pemberian bantuan.
15. Jika suatu Bantuan Kedinasan yang diperlukan dalam keadaan darurat, maka Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan wajib memberikan Bantuan Kedinasan.
16. Tanggung jawab terhadap Keputusan dan/atau Tindakan dalam Bantuan Kedinasan dibebankan
kepada Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang membutuhkan Bantuan Kedinasan, kecuali
ditentukan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundangundangan dan/atau kesepakatan tertulis
kedua belah pihak.
17. Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren berwenang untuk :
a. menetapkan NSPK dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang menjadi kewenangan Daerah.
SUMMARY AGENDA 3

MODUL 1 SMART ASN


BAB I KEGIATAN BELAJAR: LITERASI DIGITAL
Kegiatan Belajar 1: Literasi Digital
Literasi digital menjadi kemampuan wajib yang harus dimiliki oleh peserta CPNS dan diharapkan
para peserta mampu mengikuti dan beradaptasi dengan perubahan transformasi digital yang berlangsung
sangat cepat. Materi literasi digital terdiri dari percepatan transformasi digital di Indonesia, definisi
literasi digital, peta jalan program literasi digital, ruang lingkup program dan implementasi literasi
digital.
Setelah mempelajari modul dan mengikuti instruksi dalam kegiatan belajar ini, diharapkan tercapai
tujuan pembelajaran sebagai berikut :
a. Memahami: Peserta dapat memahami ruang lingkup literasi digital serta urgensi transformasidigital
bagi pembangunan Indonesia
b. Menerapkan: Peserta dapat mengilustrasikan aplikasi nyata dari literasi digital dalamkehidupan
sehari-hari bagi masyarakat Indonesia
c. Menganalisis: Peserta dapat menganalisis masalah yang muncul berkaitan dengantransformasi
literasi digital di Indonesia
d. Mengevaluasi: Peserta dapat memberi penilaian dan evaluasi terhadap program transformasidigital di
Indonesia
e. Menciptakan: Peserta dapat berkolaborasi menyusun solusi baru bagi tercapainya
transformasi digital di Indonesia
1. Uraian Materi
a. Percepatan Transformasi Digital
Transformasi digital di masa pandemi maupun pandemi yang akan datang akan mengubah
secara struktural cara kerja, beraktivitas, berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya
luring dengan kontak fisik menjadi lebih banyak ke daring. Presiden Jokowi juga telah
menekankan 5 hal yang perlu menjadi perhatian dalam menangani transformasi digital
pada masa pandemi COVID-19 yaitu :
1) Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital

2) Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis


3) Percepat integrasi Pusat Data Nasional
4) Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital
5) Persiapan terkait regulasi, skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepatnya (Oktari, 2020)
Percepatan transformasi digital yang berkelanjutan menjadi elemen kunci dalam upaya
pemulihan pasca pandemi COVID-19. Percepatan ini juga sekaligus menjadi komponen
pendorong dalam membangun bangsa yang lebih tangguh dan berdaya. Percepatan transformasi
digital juga diprioritaskan untuk penguatan ekonomi digital.
b. Pengertian Literasi Digital
Konsep Literasi Digital
Ruang digital adalah lingkungan yang kaya akan informasi. Konsep literasi digital telah
lama berkembang seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Titik berat dari literasi digital adalah untuk mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang
ada. Aktivitas literasi digital ini terjadi dalam sistem pembelajaran sosioteknis yang efisien serta
prinsip-prinsip pembelajaran dasar yang dapat disesuaikan dan dimanfaatkan untuk pembelajaran
pendidikan yang adil.
Menurut UNESCO literasi digital adalah kemampuan untuk mengakses, mengelola,
memahami, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi
secara aman dan tepat melalui teknologi digital untuk pekerjaan, pekerjaan yang layak, dan
kewirausahaan.
Kompetensi Literasi Digital
Seiring tumbuhnya inovasi TIK di Indonesia, literasi digital pun menjadi bagian penting
dalam kurikulum, sehingga menjadi penting untuk diketahui konsep literasi digital dengan
kompetensinya. Berikut merupakan cakupan kompetensi literasi digital:
1) Mampu mengoperasikan alat dan mampu bermedia digital dengan penuh tanggung jawab;
2) Mampu untuk secara kreatif terlibat dalam praktik sosial tertentu, untuk mengasumsikan
identitas sosial yang tepat, dan untuk membentuk atau mempertahankan berbagai hubungan
sosial di ruang digital;
3) Mampu untuk menyesuaikan aspek keterjangkauan dan kendala yang muncul dalam bermedia
digital dengan berbagai dengan keadaan tertentu.
Kominfo menjabarkan Literasi Digital ke dalam 4 Kompetensi yaitu :
1) Digital skill : kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.

2) Digital culture : kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan,


memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika
dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
3) Digital safety : kemampuan user dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis,
menimbang dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi serta keamanan digital
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Digital ethics : kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peta Jalan Literasi Digital
Terdapat Tiga Pilar Utama dalam Indonesia Digital Nation, yaitu:
1) Masyarakat digital : meliputi aktivitas, penggunaan aplikasi, dan penggunaaninfrastruktur
digital;
2) Pemerintah digital : meliputi regulasi, kebijakan, dan pengendalian sistem digital;
3) Ekonomi digital meliputi aspek SDM digital, teknologi penunjang, dan riset inovasidigital.
Indikator yang dipakai dalam menentukan keberhasilan terwujudnya IndonesiaDigital
Nation melalui peta jalan literasi digital diantaranya yaitu:
1) International Telecommunication Union (ITU) → ICT Development Index,
2) Institute of International Management Development (IMD) → IMD Digital
Competitiveness Ranking
3) Katadata Insight Center → Status Literasi Digital Indonesia Survei di 34 Provinsi
Hasil survei Indeks Literasi Digital Kominfo 2020 menunjukkan bahwa rata-rata skorindeks
Literasi Digital masyarakat Indonesia masih ada di kisaran 3,3. Sehingga literasi digital terkait
Indonesia dari kajian, laporan, dan survei harus diperkuat. Telah disusun pula
4 modul yang dibuat untuk menunjang percepatan transformasi digital yaitu Cakap Bermedia
Digital, Budaya Bermedia Digital, Etis Bermedia Digital dan Aman Bermedia Digital.
d. Lingkup Literasi Digital
Tantangan Kesenjangan Digital
- Lingkup literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital (digital divide)dan
penguatan literasi digital.
- Salah satu bentuk digital divide adalah digital immigrant yang mengaju pada kelompokorang
yang kurang mengapresiasi kecakapan digital seperti halnya digital native.
- Karakteristik yang umum dijumpai pada kelompok digital immigrant adalah gagap
dengan teknologi.
Penguatan Literasi Digital
- Salah satu upaya penguatan literasi digital diantaranya mata pelajaran TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sekolah
- Kesenjangan digital (digital divide) dan penguatan literasi digital terkait erat dengan peta
penguatan literasi digital dari Presiden dan Gerakan Literasi Digital dari Kominfo
e. Implementasi Literasi Digital Sejalan dengan perkembangan ICT (Information,
Communication and Technology) telah memicu terjadinya transformasi digital di sektor
pendidikan yang ditandai dengan munculnya berbagai model pembelajaran secara daring : web-
school dan cyber-school (online learning, distance learning, webbased learning, dane-learning).

BAB II KEGIATAN BELAJAR 2: PILAR LITERASI DIGITAL


Kegiatan Belajar 2: Pilar Literasi Digital
Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri
dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
1. Uraian Materi
Terdapat dua poros yang membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk dalam pilar-
pilar literasi digital :
a. Poros pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi
digital sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya
hingga kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakatkolektif/societal.
b. Poros kedua adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang
pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital.
Kerangka kerja literasi digital merupakan dasar perancangan program serta kurikulum literasi
digital Indonesia 2020-2024. Oleh sebab itu, pada bagian ini, akan dipelajari tentang empat pilar
literasi digital yang terdiri dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
a. Etika Bermedia Digital
Etika bermedia digial adalah kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan,
menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika
digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Etika dasar dalam bermedia digital adalah:

- Dasar 1: Pengetahuan dasar akan peraturan, regulasi yang berlaku, tata krama, dan etika
berinternet (netiquette)
- Dasar 2: Pengetahuan dasar membedakan informasi apa saja yang mengandung hoaxdan tidak
sejalan, seperti: pornografi, perundungan, dll.
- Dasar 3: Pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi dan kolaborasi di ruang digitalyang
sesuai dalam kaidah etika digital Smart ASN 38 dan peraturan yang berlaku
- Dasar 4: Pengetahuan dasar bertransaksi secara elektronik dan berdagang di ruangdigital
yang sesuai dengan peraturan yang berlaku
Ruang lingkup etika dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi
kesadaran, tanggung jawab, integritas (kejujuran), dan nilai kebajikan, baik itu dalam hal tata
kelola, berinteraksi, berpartisipasi, berkolaborasi dan bertransaksi elektronik. Terdapat beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam menimbang urgensi penerapan etika bermedia digital :
1) Pertama, penetrasi internet yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat
Indonesia;
2) Kedua, perubahan perilaku masyarakat yang berpindah dari madia konvensional kemedia
digita;
3) Ketiga, situasi pandemi COVID-19 yang menyebabkan intensitas orang berinteraksidengan
gawai semakin tinggi, sehingga memunculkan berbagai isu dan gesekan.
Rencana pengembangan modul Etis Bermedia Digital adalah sebagai berikut:
1) Mengembangkan modul dengan secara khusus membidik kelompok minoritas atauyang
termarjinalkan seperti difabel, anak, perempuan, lansia, dan masyarakat 3T.
2) Revisi dan upgrading modul berdasarkan riset proses dan efek dari penerapan modul.
3) Perluasan Kurikulum Etika Media di luar empat etika dasar.
Waspada Konten Negatif
Perkembangan media sosial yang awalnya untuk mempererat hubungan antar pengguna,
lalu mulai bergeser ketika ada pihak-pihak yang memiliki kepentingan ekonomi, politik, dan
SARA. Sehingga ada baiknya kita memahami konten negatif dan mewaspadainya. Beberapa jenis
konten negatif yaitu Hoaks, Cyberbullying dan Hate speech. Cara melawan konten negatif
diantaranya adalah memverifikasi informasi. Kita wajib melakukan cross check untuk menguji
kebenaran suatu informasi.
Interaksi Bermakna di Ruang Digital
Tujuan Bahasan Interaksi Bermakna di Ruang Digital:
1) Mengetahui cara berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital
2) Memahami ragam peraturan yang berlaku ketika berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di
ruang digital.
Dalam mencegah hate speech demi menciptakan interaksi bermakna di ruang digital,
partisipasi dan kolaborasi dibutuhkan. Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi
data dan informasi yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kolaborasi merupakan
proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan masalah bersama.
Interaksi dan Transaksi Bijak
Maka kita sebagai pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi,
karena apabila tidak, akan dapat berdampak negatif bagi kita ketika melakukan transaksi daring
di sosial media.
Menurut GlobalWebIndex, Indonesia adalah negara dengan tingkat adopsi e- commerce
atau transaksi daring paling tinggi di dunia pada tahun 2019. Hal ini menggambarkan bahwa
sebanyak 90% pengguna internet yang berada pada usia 19 hingga 60 tahun pernah melakukan
pembelian produk atau jasa secara daring.
b. Budaya Bermedia Digital
Masyarakat yang modern saat ini hidupnya sangat dipengaruhi oleh internet. Kehidupan
masyarakat sangat tergantung dengan adanya internet. Masyarakat memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi agar tetap melaksanakan kegiatan, karena fasilitas dan fitur yang
memiliki keunggulan dan kemudahan untuk dipergunakan oleh berbagai kalangan masyarakat.
Diperlukan peran berbagai pihak dalam masyarakat untuk mengedukasi budaya digital yang
bermartabat.
Budaya Digital dan Penguatan Karakter
Manusia harus memiliki mental yang tangguh dan memiliki prinsip dalam menjalankan
tugas tugas berkomunikasi dengan orang lain. Kesukaan dan minat masyarakat melalui dalam
berkomunikasi melalui ruang digital, khususnya mempergunakan gadget harus sesuai dengan
konten yang bermanfaat bagi pengembangan diri, kecerdasan yang positif dan pengembangan
relasi mereka dengan lingkungannya.
Nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika di Dunia Digital
Sebagai warga negara digital, tiap individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan
kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai
kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka
Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka literasi digital dapat diklasifikasikan menjadi dua
pokok besar, yaitu:

1) Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan Kecakapan
Digital Dalam Kehidupan Berbudaya, Berbangsa dan Bernegara.
2) Internalisasi (Penerapan) Nilai-Nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di Ruang Digital.
Setelah mampu mengamalkan beberapa poin di atas, maka kita bisa menjadi warga digital
yang Pancasilais, yaitu berpikir kritis; meminimalisir unfollow, unfriend dan block untuk
menghindari Echo Chamber dan Filter Bubble; Gotong Royong Kolaborasi Kampanye Literasi
Digital.
Digitalisasi Kebudayaan dan TIK
Digitalisasi Kebudayaan dan Teknologi Informasi Komunikasi telah memperlihatkan cara
menyiasati tantangan dan peluang tersebut melalui kompetensi literasi digital berupa pemahaman
terhadap aspek budaya di ruang digital, produksi, distribusi, partisipasi, dankolaborasi.
Cintai Produk dalam Negeri
Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara ekonomi.
Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta
tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia. Sudah selayaknya, warga negara Indonesia
melakukan bela negara yang lebih nyata dengan selalu menggunakan barang-barang yang
diproduksi di dalam negeri. Juga selalu mengkonsumsi hasil-hasil pertanian dan perikanan asli
Indonesia.
Hak-Hak Digital
Dalam ranah kewargaan digital, hak-hak digital tak pernah bisa dilepaskan dari
tanggungjawab. Baik hak maupun tanggung jawab berbicara mengenai kebebasan, sekaligus
batasan-batasan dari kebebasan tersebut. Hak Digital terdiri dari hak untuk mengakses, hak untuk
berekspresi, dan hak untuk merasa aman.
c. Aman Bermedia Digital
Ada lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan dalam membangun area
kompetensi keamanan digital, yaitu:
1) Pengamanan perangkat digital
2) Pengamanan identitas digital
3) Mewaspadai penipuan digital
4) Memahami rekam jejak digital
5) Memahami keamanan digital bagi anak
Secara individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh
pengguna media digital, yaitu:
1) Pertama, kecakapan keamanan digital yang bersifat kognitif untuk memahami berbagai konsep
dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat digital maupun terhadap identitas digital dan
data diri.
2) Kedua, kecakapan keamanan digital yang bersifat afektif, yang pada dasarnya bertumpu pada
empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital bukan sekadar
tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri sendiri, melainkan juga menjaga
keamanan pengguna lain sehingga tercipta sistem keamanan yang kuat.
3) Ketiga, kecakapan keamanan digital yang bersifat konatif atau behavioral. Aspek ini meliputi
langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan data diri.
Proteksi Perangkat Digital
Beberapa tips mengamankan sandi yang bisa diterapkan langsung seperti:
- Pastikan di sekeliling kita tidak ada orang lain ketika akan membuka kata sandi
- Menutup layar saat memasukkan kata sandi
- Rutin mengganti kata sandi secara berkala
Perlindungan Identitas dan Data Pribadi Digital
Terdapat dua jenis identitas digital baik yang terlihat maupun tidak terlihatsebagaimana
dijelaskan. Tips untuk melindungi identitas digital, yaitu:
- Pastikan memilih atau menggunakan identitas asli atau samaran saat mengelola akunplatform
digital serta bertanggung jawab atas pilihan tersebut
- Amankan identitas utama yakni alamat surat elektronik (email) yang kita gunakan untuk
mendaftar suatu platform digital
- Lindungi dan konsolidasikan identitas digital dalam berbagai platform digital yangdimiliki
Beberapa tips berikut bisa dilakukan untuk melindungi data pribadi di dunia digital
yaitu:
- Gunakan password (kata sandi) yang kuat dan gunakan secara berbeda di setiap akunplatform
digital yang dimiliki serta perbaharui secara berkala
- Hindari untuk membagikan data pribadi seperti tempat tanggal lahir, nama ibukandung, dan
password
- Pahami dan pilih aplikasi yang dipasang di gawai hanya untuk mengakses data yang
dibutuhkan dan bukan data pribadi
- Pahami dan pastikan pengaturan privasi di setiap akun yang dimiliki sesuai dengantingkat
keamanan yang dibutuhkan
- Hindari berbagi data pribadi orang lain, keluarga, teman dan kenalan sebab ini adalahprivasi
mereka
- Selalu lakukan pembaruan perangkat lunak yang digunakan dalam gawai gunameminimalisir
resiko celah kebocoran data
- Hati-hati mengunggah data pribadi di platform digital karena tidak selalu terjalin aman
- Hindari memasukkan data pribadi penting dalam platform digital saat menggunakanWiFi
publik/gratis
- Waspada jika ada komunikasi/aktivasi mencurigakan dari akun dengan identitas yangtidak
dikenal
Awas Penipuan di Dunia Digital Beberapa modus yang ditemui dalam penipuandaring
adalah
- Penipuan harga diskon atau produk yang ditawarkan
- Identitas pelaku usaha atau konsumen fiktif
- Ketidaksesuaian barang atau produk yang diterima atau dipesan
Beberapa jenis penipuan di dunia digital adalah:
1) Scam = memanfaatkan empati dan kelengahan pengguna

2) Spam = gangguan kepada pengguna berupa iklan, tautan atau URL tertentu
3) Phising = menjebak korban, membuat target percaya informasi yang diberikan tepat
4) Hacking = mencari kelemahan dari sistem komputer
Adapun pelaporan dan pengecekan secara digital diantaranya:
1) Langkah yang dapat dilakukan adalah Laporkan kejahatan siber di sekitar kita melalui
www.patrolisiber.id
2) Laporkan SMS spam ke Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI)

3) Lakukan pengecekan dan pelaporan rekening penipu, sehingga dapat dibekukanmelalui:


- cekrekening.id
- kredibel.co.id
- Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melalui email konsumen@ojk.go.id
- lapor.go.id
Lindungi Rekam Jejak Digital Jejak digital memiliki sisi positif dan juga sisi negatifyang
perlu kita waspadai. Jejak digital dikategorikan dalam dua jenis, yakni jejak digital

yang bersifat pasif dan jejak digital yang bersifat aktif.


1) Jejak digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak sengaja
dan tanpa sepengetahuan kita.
2) Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet atau diplatform
digital.
Terdapat banyak cara untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang negatif dengan cara
melindungi jejak digital kita. Salah satu yang paling sederhana adalah dengan selalu
menyempatkan untuk membaca syarat dan ketentuan aplikasi, media sosial dan juga situsweb yang
kita akses. Jangan mengunggah informasi sensitif atau data pribadi seperti KTP, SIM, Paspor, PIN
dan lainnya di media sosial.
d. Cakap Bermedia Digital
Digital skills adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami dan menggunakan
perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut merupakan indikator dan sub-indikator kecakapan digital.
- Dasar 1: Pengetahuan dasar menggunakan perangkat keras digital (HP, PC)

- Dasar 2: Pengetahuan dasar tentang mesin telusur (search engine) dalam mencari
informasi dan data, memasukkan kata kunci dan memilah berita benar
- Dasar 3: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi chat dan media sosial untuk
berkomunikasi dan berinteraksi, mengunduh dan mengganti Settings
- Dasar 4: Pengetahuan dasar tentang beragam aplikasi dompet digital dan e-commerceuntuk
memantau keuangan dan bertransaksi secara digital
Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras danperangkat
lunak. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu
sama lain. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi jadi keduanya. Beberapa jenis
perangkat digital adalah komputer desktop, notebook, netbook,tablet, dan telepon pintar.
Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet. Komputer
kita dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet (internet service provider)
yang menyediakannya. Hal lain yang perlu diwaspadai dalam dunia digital lainnya adalah
malware. Malware adalah istilah umum bagi segala perangkat lunak yang dibuat secara spesifik
untuk menyebabkan masalah bagi komputer (Wempen,2015 dalam Monggilo dan Kurnia 2021).

Mesin Pencarian Informasi


Penggunaan mesin pencarian informasi menjadi salah satu hal yang krusial untuk dipahami.
Aktivitas pencarian informasi di internet melalui mesin pencarian informasi akrab dikenal dengan
istilah ‘searching’ atau ‘googling’. Google, Yahoo, Bing, Baidu, dan Yandex adalah beberapa
jenis mesin pencarian informasi yang populer di dunia.
Langkah-langkah preventif sebagai pengguna mesin pencarian informasi:
- percayai informasi hanya dari sumber atau media yang kredibel
- cek nama domain; situs resmi jarang menggunakan domain gratis seperti blogspot.comdan
lainnya
- bandingkan informasi dari berbagai sumber yang berbeda
Aplikasi Percakapan dan Medsos
Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Aplikasi
percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa
pandemi COVID-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga akses pada
aplikasi percakapan sangat tinggi. Tercatat hingga kini media sosial memiliki pengguna aktif
sebanyak 106 juta pengguna di Indonesia, di mana angka tersebut sebanyak 40% dari total
populasi yang ada.
Dompet Digital, Lokapasar, dan Transaksi Digital
Dari data jumlah penduduk Indonesia per September 2020, sebanyak 270,20 juta jiwa (BPS,
2020) atau hampir 90% di antaranya sudah pernah melakukan aktivitas pembelian barang atau
jasa secara daring. Angka tersebut kian menegaskan bahwa aktivitas transaksi jual beli daring atau
yang kita kenal dengan e-commerce sungguh digemari oleh masyarakat.
Transaksi digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung dengan
lokapasar yang sudah menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya dengan
memanfaatkan fitur dompet digital. Lokapasar (marketplace), adalah satu platform yang
menawarkan produk dan layanan dari banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli.
Melalui lokapasar, pembeli dapat menemukan penjual yang menyediakan barang-barang yang
belum dijual di toko-toko pada umumnya.
Berikut langkah-langkah mendasar yang dapat dilakukan agar anda tidak keliru saat
bertransaksi melalui lokapasar:
1) Temukan produk yang diinginkan dengan menggunakan fitur pencarian
2) Pilih produk yang diinginkan dari hasil pencarian.
3) Gunakan fitur chat jika ingin melakukan penawaran dengan penjual
4) Pembeli harus menentukan variasi ukuran, jenis, warna, dan model yang harus dipilih
5) Selanjutnya kita akan diarahkan ke halaman keranjang belanja. Pilih produk yang ingin dibeli
dan pilih voucher yang ingin digunakan jika ada. Lalu klik Checkout
6) Pada halaman checkout, pastikan alamat pengiriman sudah benar, kemudian pilih jasa kirim
dan tentukan jam pengiriman
7) Pilih metode pembayaran yang diinginkan
8) Apabila pembayaran sudah berhasil, pembeli akan mendapatkan konfirmasi dari lokapasar
secara langsung dan produk yang kita beli akan otomatis ada di halaman pesanan dengan
menunjukan status-status dari proses pengiriman.

BAB III KEGIATAN BELAJAR 3: IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN


IMPLIKASINYA

Pada bagian ini, akan dipelajari lebih mendalam mengenai penerapan dari masing-masing keempat
pilar literasi digital, yakni etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital.
a. Lanskap Digital
Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai perangkat keras dan perangkat
lunak karena lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya. Bentuk komputer pribadi bermacam-macam.
Berikut ini beberapa kategori untuk mesin komputer yang sering kita jumpai (Wempen,2015):
- Komputer Komputer desktop ini dihubungkan juga dengan perangkat keras lain seperti monitor,
keyboard, dan mouse. Perangkat keras tersebut disambungkan dengan unit sistem menggunakan
kabel atau teknologi wireless.
- Notebook Notebook merupakan istilah lain dari laptop. Notebook merupakan komputer yang
didesain agar bisa dilipat dan mudah dibawa kemana-mana. Dalam perangkat keras ini sudah
terdapat monitor, keyboard, dan keypad yang merangkai jadi satu dengan unit sistemnya.
- Netbook Netbook merupakan singkatan dari internet notebook. Perangkat keras ini biasanya lebih
kecil ukurannya dan kemampuannya juga tidak sehandal notebook. Namundari segi harga, netbook
lebih terjangkau.
- Tablet Tablet merupakan komputer portabel yang terdiri dari layar sentuh dengan komponen
komputer di dalamnya. Perangkat keras ini tidak memiliki keyboard.

Telepon Pintar Telepon pintar merupakan perangkat telepon yang memiliki kemampuan.untuk
mengoperasikan berbagai aplikasi perangkat lunak dan mengakses internet.

Per tahun 2019, 63,3% penduduk memiliki telepon pintar dan diprediksi dapat mencapai
89,2% dari populasi pada tahun 2025 (Pusparisa, 2020). Sebuah lembaga riset internetlivestats
(2016) menyebutkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke 12 pengguna internet terbanyak.
Lembaga ini mengestimasi bahwa lebih dari 53 juta penduduk Indonesia sudah mengakses internet,
angka ini menunjukkan peningkatan pengguna internet sebanyak 6,5% dari tahun 2014. Penetrasi
internet Indonesia juga meningkat, di tahun 2014 hanya 17% meningkat menjadi 20% di tahun 2016.
Mengetahui dan Memahami Internet
Internet merupakan jaringan komputer yang memungkinkan satu komputer saling
berhubungan dengan komputer lain (Levine & Young, 2010). Menurut Levine dan Young (2010),
ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk mengakses internet, yaitu komputer, modem, akses ke
penyedia jasa internet, dan berbagai perangkat lunak. Kita perlu memasang berbagai perangkat lunak
di komputer agar bisa mengakses internet dengan baik.
Mengetahui dan Memahami Koneksi Internet
Komputer yang kita gunakan tidak terhubung secara langsung dengan internet. Komputer kita
dapat terkoneksi karena adanya perusahaan penyedia jasa internet (internet service provider) yang
menyediakannya (Miller, 2016). Kita perlu mendaftar agar memperoleh jasa koneksi internet dari
penyedia jasa internet di sekitar.
Tips Memilih Penyedia Jasa Internet
Ada beberapa pertimbangan dalam memilih jasa internet yang bisa kita gunakan yaitu:
1) Kecepatan akses. Kita perlu mengetahui kecepatan akses internet yang bisa kita dapatkan.
2) Stabilitas. Kita perlu memastikan bahwa penyedia jasa internet tersebut menyediakanakses
internet yang stabil, terutama di lokasi tempat kita berada.
3) Pelayanan terhadap pelanggan. Kita perlu mengetahui bagaimana pelayanan yangdiberikan
terhadap kendala yang mungkin kita temui saat mengakses internet
4) Selain tips tersebut, tentu kita perlu menyesuaikan biaya jasa internet dengan kemampuandan
kebutuhan kita.
Koneksi dengan Wi-Fi di Ruang Publik
Dengan mendaftar ke penyedia jasa internet, kita bisa mengakses internet secara personal
dengan teknologi kabel atau Wi-Fi. Wi-Fi, singkatan dari wireless fidelity, merupakan istilah bagi
koneksi standar tanpa kabel. Agar dapat terhubung dengan jaringan Wi-Fi, kita perlu mengetahui
proses kerjanya. Setelah terkoneksi dengan jaringan Wi-Fi, kitabisa terhubung dengan akses internet
lewat gawai yang kita gunakan. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Terkait Wi-Fi di Ruang Publik

Jaringan publik bisa saja tidak seaman jaringan pribadi yang memerlukan kata kunci untuk
mengaksesnya. Karena semua orang dapat mengakses jaringan publik, bisa saja ada kemungkinan
pengguna yang berniat buruk. Jadi sebaiknya jangan mengirimkan informasi pribadi dan sensitif
dengan menggunakan koneksi publik (Miller, 2016).
b. Mesin Pencarian Informasi, Cara Penggunaan dan Pemilahan Data
Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia hingga tahun 2020 tercatat tinggi,
yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020). Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang
hanya menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Dalam menggunakan internet, salah satu
aktivitas yang sering kita lakukan adalah menggunakan mesin pencarian informasi untuk menunjang
kegiatan.
Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan informasi yang
kita butuhkan, yaitu penelusuran (crawling), pengindeksan (indexing), dan pemeringkatan (ranking).
Untuk menggunakan mesin pencarian informasi yang lebih sesuai, kita dapat menggunakan tips
berikut ini (Gibbs, 2016 & Goodwill Community Foundation, n.d.):
1) Menggunakan tanda hubung (-) untuk menghilangkan kata khusus yang tidak diinginkan,
2) Menggunakan tanda petik (“ ”) untuk mencari kata atau frasa yang lebih spesifik.
3) Menggunakan istilah OR untuk menemukan salah satu informasi yang dibutuhkan.
4) Menggunakan sinonim dari kata kunci
5) Mencari dalam sebuah situs.
6) Menggunakan tanda bintang (*) untuk informasi yang tidak lengkap.
7) Mencari informasi diantara dua nilai menggunakan simbol dua titik (..) dan diakhiri denganspasi.
c. Aplikasi Percakapan, dan Media Sosial
Ada tujuh kompetensi yang berkaitan langsung dengan penggunaan aplikasi percakapan,
yakni: mengakses, menyeleksi, memahami, memverifikasi, memproduksi, mendistribusikan,
berpartisipasi, serta berkolaborasi. Kebebasan untuk mengakses aplikasi percakapan dan media
sosial perlu diimbangi dengan kemampuan pengguna untuk mengakses sebuah aplikasi percakapan.
Pengguna perlu setidaknya memahami empat dimensi persiapan yaitu:
1) akses terhadap internet
2) syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi
3) membuat dan/atau membuka akun
4) metode akses
Mengenal Media Sosial
Media sosial mengalami perkembangan sangat cepat, tercatat hingga kini media sosialmemiliki
pengguna aktif sebanyak 106 juta pengguna di Indonesia, di mana angka tersebut sebanyak 40% dari
total populasi yang ada (Indonesia Baik, 2017 dalam Monggilo dan Kurnia2021).
Mengulik Aplikasi Percakapan
Aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi kita dalam jaringan. Menurut data
Hootsuite & We Are Social pada bulan Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar masih dikuasai oleh
WhatsApp, disusul Facebook Messenger, WeChat, QQ, Snapchat, dan Telegram. Aplikasi percakapan
menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih di masa pandemi COVID-
19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan sehingga akses pada aplikasi percakapan
sangat tinggi.
Setelan Mendasar Aplikasi Percakapan
Kita kadang mengeluhkan pesan yang lambat atau bahkan tidak terkirim yang berakibat pada
terhambatnya proses komunikasi. Tidak jarang juga kita terganggu dengan informasi yang diterima
tetapi nyatanya tidak kita butuhkan. Lantas, bagaimana cara untuk menyiasatinya?
1) Kenali kelebihan dan kekurangan dari aplikasi percakapan yang kita gunakan.

2) Perbaharui aplikasi percakapan yang digunakan. Hal ini karena fitur-fitur terbaru biasanya akan
dibenamkan ketika aplikasi kita perbarui secara berkala.
3) Nonaktifkan fitur untuk mengendalikan informasi yang tidak diinginkan pada setting aplikasi.
Selain itu, penting juga mengetahui fitur-fitur untuk mengoptimalkan penggunaan aplikasi.
Caranya ialah pertama, kenali fitur dasar aplikasi percakapan yang berhubungan dengan profil akun
agar sebagai pengguna kita dapat dikenali. Kedua, kenali dan gunakan dengan baik fitur
pemberitahuan pesan baru (notifikasi). Ketiga, gunakan setelan yang sesuai (baik ukuran huruf,
background, wallpaper, maupun pengaturan serta backup pesan) untuk aplikasi chat yang dipasang
pada perangkat seluler.
d. Aplikasi Dompet Digital, Loka Pasar (marketplace), dan Transaksi Digital
Dengan koneksi internet, kita tak harus datang ke toko luring. Sebagai pembeli, kita
dimanjakan dengan kemudahan dan kenyamanan. Sementara itu, sebagai penjual, tidak perlu
menghabiskan biaya operasional untuk meningkatkan pendapatan penjualan mereka. Transaksi
digital cenderung lebih aman dilakukan bilamana penjual bergabung dengan lokapasar yang sudah
menyediakan metode pembayaran resmi. Salah satunya dengan memanfaatkan fitur dompet digital.
Sedang berikut adalah tips-tips untuk memilih dompet digital guna menghindari kebingungan:
1) Kenali masing-masing karakteristik dari setiap dompet digital yang ada. Masing-masingdompet
digital memiliki layanan yang berbeda-beda.
2) Tentukan peruntukkan dan kebutuhannya
3) Tentukan kebutuhan-kebutuhan apa saja yang memang diprioritaskan.
Lokapasar (marketplace), adalah satu platform yang menawarkan produk dan layanan dari
banyak penjual yang dapat dibeli oleh klien/pembeli. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh iPrice,
Shopee menempati posisi sebagai lokapasar terbanyak yang digunakan oleh masyarakat Indonesia
dengan rata-rata kunjungan sebanyak 93,4 juta per bulannya (Jayani, 2020). Indonesia sendiri
memiliki kontribusi mencapai 30% dari total pasar yang diraih oleh Shopee (Shopee, 2021).
e. Etika Berinternet (Nettiquette)
Internet hadir bagai pisau bermata dua yaitu dapat memberikan manfaat positif sekaligus
memberikan dampak negatif sehingga diperlukan pengetahuan serta kedewasaan. Demikian pula
ragam informasi yang didapatkan juga semakin terbuka baik konten positif maupun konten negatif.
Sehingga kita butuh tahu dan terapkan netiket. Di dunia digital kita juga mengenal etika berinternet
atau yang lebih dikenal dengan Netiquette (NetworkEtiquette) yaitu tata krama dalam menggunakan
Internet.
Urgensi Netiket
Menyeleksi perilaku sesuai dengan netiket :
1) Seleksi dan analisis informasi sesuai Netiket :
- Ingatlah akan keberadaan orang lain di dunia maya;
- Taat kepada standar perilaku online yang sama dengan kehidupan nyata;
- Tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan para pengguna internet lainnya;
- Membentuk citra diri yang positif;
- Menghormati privasi orang lain;
- Memberi saran atau komentar yang baik;
- Hormati waktu dan bandwith orang lain;
- Mengakses hal-hal yang baik dan bersifat tidak dilarang ; dan
- Tidak melakukan seruan atau ajakan-ajakan yang sifatnya tidak baik.
2) Seleksi dan analisis informasi tidak sesuai Netiket:
- Menyebarkan berita hoaks atau berita bohong dan palsu;
- Ujaran Kebencian (provokasi, hasutan atau hinaan);
- Pornografi (konten kecabulan dan eksploitasi seksual);
- Pencemaran nama baik;
- Penyebaran konten negatif;
- Modus penipuan online (voucher diskon, penipuan transaksi shopping online);
- Cyber Bullying (pelecehan, mempermalukan, mengejek);
- Perjudian online (judi bola online, blackjack, dan casino online); dan
- Cyber Crime, yaitu ancaman keamanan siber (pencurian identitas, pembobolan kartukredit,
pemerasan, hacking).
f. Informasi Hoax, Ujaran Kebencian, Pornografi, Perundungan, dan Konten Negatif
Lainnya
Konten negatif muncul karena motivasi-motivasi pembuatnya yang memiliki kepentingan
ekonomi (mencari uang), politik (menjatuhkan kelompok politik tertentu), mencari kambing hitam,
dan memecah belah masyarakat (berkaitan suku agama ras dan antargolongan/SARA) (Posetti &
Bontcheva, 2020).
Apa itu Hoaks?
Salah satu konten negatif yang mendapat perhatian adalah hoaks. KBBI mengartikan hoaks
sebagai informasi bohong. Berbagai peristiwa besar sering diiringi oleh kemunculan hoaks, misalnya
seperti peristiwa politik, bencana alam, ekonomi, sosial dan kesehatan. Pergerakan hoaks
dipermudah oleh penggunaan media sosial yang masif oleh masyarakat.
Berikut ini merupakan tips untuk melindungi diri dari berita hoaks menurut LibGuides at
University of West Florida ( 2021):
1) Evaluasi sumber dengan berbagai kriteria seperti keterbaruan informasi, relevansi,siapakah
penulisnya, ketepatan dan tujuan berita.
2) Google it, cobalah untuk mencari di mesin pencari informasi, seperti google, terlebihdahulu
3) Dapatkan Berita dari Sumber Berita
4) Bedakan Opini dengan Fakta
Apa itu Perundungan di Dunia Maya (cyberbullying)?
Cyberbullying adalah tindakan agresif dari seseorang atau sekelompok orang terhadap orang
lain yang lebih lemah media digital. UNICEF (n.d) menjelaskan jika suatu ujaran membuat kita
merasa sakit hati dan membuat orang lain menertawai kita maka candaan tersebut telah melewati
batas. Ketika kita meminta lawan bicara untuk berhenti namun mereka tetap mengutarakan candaan
tersebut dan kita merasa tidak nyaman, artinya ini tergolong bullying. Sementara jika hal tersebut
terjadi di dunia maya, maka disebut sebagaicyberbullying.
Bentuk perundungan ini dapat berupa doxing (membagikan data personal seseorang ke dunia
maya); cyberstalking (mengintip dan memata-matai seseorang di dunia maya); dan revenge porn
(membalas dendam melalui penyebaran foto/video intim/vulgar seseorang. Selain balas dendam,
perundungan ini juga dapat bertujuan untuk memeras korban.
Apa itu Ujaran Kebencian?
Hate speech atau ujaran kebencian adalah ungkapan atau ekspresi yang menganjurkan ajakan
untuk mendiskreditkan, menyakiti seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan membangkitkan
permusuhan, kekerasan, dan diskriminasi kepada orang atau kelompok.
Mengapa banyak ujaran kebencian dan mengapa banyak orang melakukan hal itu? pengguna
internet merasa bebas melakukan itu karena mereka berpikir bahwa di internet mereka tidak akan
diketahui. Hal ini membuat mereka merasa jauh lebih nyaman untuk mengutarakan kebencian
dibanding jika mereka di dunia nyata.
g. Pengetahuan Dasar Berinteraksi, Partisipasi, dan Kolaborasi di Ruang Digital yang Sesuai
dengan Kaidah Etika Digital dan Peraturan yang Berlaku
Karya kreatif di media sosial itu baik namun jika tidak diimbangi dengan pengetahuan, etika,
dan tanggung jawab sosial yang tinggi, maka hasilnya dapat menjadi negatif. Sehingga, dibutuhkan
peningkatan kompetensi terkait interaksi, partisipasi dan kolaborasi aktif di ruang digital. Interaksi
merupakan proses komunikasi dua arah antar pengguna terkait mendiskusikan ide, topik, dan isu
dalam ruang digital. Pada media digital, interaksi bersifat sosial. Hasil yang diharapkan adalah
interaksi yang sehat dan menghangatkan seperti menjalin relasi atau pertemanan pada umumnya
(Straubhaar et al., 2012).
Apa itu Partisipasi?
Partisipasi merupakan proses terlibat aktif dalam berbagi data dan informasi yang bermanfaat
bagi diri sendiri dan orang lain. Proses ini berakhir pada menciptakan konten kreatif dan positif untuk
menggerakkan lingkungan sekitar. Kompetensi ini mengajak peserta untuk berperan aktif dalam
berbagi informasi yang baik dan etis melalui media sosial maupun kegiatan komunikasi daring
lainnya (Kurnia, 2020).
Apa itu Kolaborasi?
Kolaborasi merupakan proses kerjasama antar pengguna untuk memecahkan masalah bersama
(Monggilo, 2020). Dibutuhkan kemampuan untuk berkolaborasi dengan berbagai komunitas dan
elemen masyarakat untuk membantu mengurangi kasus peredaran berita hoaks. Misalnya, Japelidi
berkolaborasi dengan organisasi pemerintah, komunitas, media, dan warga untuk melakukan
kampanye melawan hoaks COVID-19 termasuk dengan membuat konten dalam 42 bahasa daerah.
h. Berinteraksi dan Bertransaksi secara Elektronik di Ruang Digital Sesuai dengan Peraturan
yang Berlaku
Kita sebagai pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi, karena
apabila tidak, akan dapat berdampak negatif bagi kita ketika melakukan transaksi daring di sosial
media. Untuk itu kita sepatutnya mengenal bagaimana karakteristik media sosial.
Media sosial memiliki lima karakteristik yakni (Banyumurti, 2019):

1) Terbuka. Siapapun dimungkinkan untuk dapat memiliki akun media sosial dengan batasantertentu,
seperti usia.
2) Memiliki halaman profil pengguna. Tersedia menu profil yang memungkinkan setiap
pengguna menyajikan informasi tentang dirinya sebagai pemilik akun.
3) User Generated Content. Terdapat fitur bagi setiap pengguna untuk bisa membuat kontendan
menyebarkannya melalui platform media sosial.
4) Tanda waktu di setiap unggahan. Setiap unggahan yang dibuat diberi tanda waktu,sehingga
bisa diketahui kapan unggahan tersebut dibuat.
5) Interaksi dengan pengguna lain. Media sosial menyediakan fitur agar kita dapatberinteraksi
dengan pengguna lainnya.
Transaksi Elektronik
Transaksi elektronik atau dikenal sebagai transaksi daring adalah transaksi atau pertukaran
barang/jasa atau jual beli yang berlangsung di ranah digital. Transaksi elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yang dikirim oleh pengirim telah diterima dan disetujui oleh penerima. Alat
transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan pembelanjaan daring. Jenis
pembayaran atau transaksi daring diantaranya ialah transfer bank, dompet digital/e-money, COD
(Cash on Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit, kartu kredit.
Data di Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mencatat dalam kurun waktu 2016 hingga
September 2020, rata-rata laporan terhadap penipuan transaksi daring mencapai lebih dari 1500
kasus per tahunnya.
Penggunaan Internet untuk Transaksi
Berikut beberapa keunggulan penggunaan media sosial untuk UMKM, antara lain (ICT Watch,
2020; Karyati, 2019):

1) Biaya operasional lebih efektif dan efisien .


2) Toko dapat beroperasi 24 jam/hari selama 7 hari/minggu
3) Potensi pasar lebih luas hingga ke internasional/global
4) Katalog produk bisa selalu up to date
5) Tidak memerlukan toko offline/ toko fisik untuk memasarkan produknya
6) Modal lebih kecil untuk memulai usaha
7) Dapat dengan mudah mengenali competitor
Kompetensi Akses: Mari Mengenal Alat Transaksi Daring
Alat transaksi daring adalah metode pembayaran saat kita melakukan pembelanjaan daring.
Jenis pembayaran atau transaksi daring diantaranya transfer bank, dompet digital/e- money, COD
(Cash on Delivery) atau pembayaran di tempat, pembayaran luring, kartu debit,kartu kredit.
Kompetensi Akses: Mengenal Lapak
Platform atau medium untuk melakukan transaksi beragam. Bahkan hampir di seluruh
platform media sosial atau aplikasi chat telah disediakan fitur untuk transaksi atau fitur-fitur bisnis.
Di antaranya fitur Whatsapp Business, Facebook Marketplace, Instagram Shopping. Ada 10 pelapak
transaksi daring yang paling banyak dikunjungi oleh konsumen di Indonesia yakni Shopee,
Tokopedia, Bukalapak, Lazada, Blibli, JD.ID, Orami, Bhinneka, Zalora dan Matahari.
Kompetensi Verifikasi: Mari Bijak Bertransaksi
Di balik kemudahan bertransaksi daring, terdapat bahaya yang mengintai. Oleh sebab itu, kita
sebagai pengguna harus lebih bijak dalam menggunakan transaksi ini dengan menjalankan tips dari
Young Americans : Centre for Financial Education (n.d) dan Goodwill Foundation (n.d) berikut ini:
1) Periksalah koneksi https, artinya situs web menggunakan koneksi yang aman bagi datapribadi
yang kita masukkan
2) Meneliti akun penjual. Kita dapat meneliti dari nomor telepon yang mungkin dapat
dihubungi jika kita mengalami kendala saat bertransaksi.
3) Menggunakan metode pembayaran yang aman.
4) Simpan riwayat transaksi, termasuk diantaranya tanggal, nomor transaksi, deskripsi, hargaproduk,
hingga riwayat surel transaksi.
5) Hindari memberikan password, kode OTP, dan data penting lainnya kepada siapapun.

6) Jangan gunakan tanggal lahir, nomor ponsel, nama teman/hewan/saudara sebagai katasandi.
7) Berhati-hati dengan pesan scam melalui surel (yang terkadang disertai tautan tertentu)
dan situs web yang mencurigakan.
8) Berhati-hati menggunakan komputer umum yang digunakan untuk transaksi online.Pastikan tidak
meninggalkan komputer tanpa pengawasan saat traksasi dan segera log out akun setelah
bertransaksi.
i. Fitur Proteksi Perangkat Keras
Pada dasarnya, perlindungan perangkat keras dibagi menjadi 3 kategori: perlindungan CPU,
Perlindungan Memori, dan perlindungan I/O. Untuk memastikan operasi yang benar, kita harus
melindungi vektor interupsi dari modifikasi oleh program pengguna. Selain itu, kita juga harus
melindungi rutin layanan interupsi di sistem operasi dari modifikasi. Kita kemudian melihat bahwa
kita harus memberikan perlindungan memori setidaknya untuk vektor interupsi dan rutinitas layanan
interupsi dari sistem operasi.
Jadi ketika kita memastikan perlindungan I/O maka beberapa kasus tidak akan pernah terjadi di
sistem seperti:
1) Terminasi I/O dari proses lain

2) Lihat I/O dari proses lain


3) Memberikan prioritas pada proses tertentu I/O Untuk mencegah pengguna melakukan I/O ilegal,
kami mendefinisikan semua instruksi I/O sebagai instruksi yang diistimewakan. Dengan demikian,
pengguna tidak dapat mengeluarkan instruksi I/O secara langsung;mereka harus melakukannya
melalui sistem operasi.

Urgensi Melindungi Perangkat Digital


Perangkat digital memiliki peran vital dalam melakukan aktivitas digital. Misalnya ketika kita
melakukan komunikasi seringkali kita menggunakan gawai yang terkoneksi dengan jaringan internet
pada keseharian kita, sehingga dalam menggunakan perangkat digital kita perlu melakukan proteksi
terhadap perangkat digital yang kita miliki.
Perangkat digital yang kita miliki saat ini menjadi kunci untuk berbagai aktivitas digital.Karena
pentingnya isi di dalam perangkat digital, teknologi ini sering menjadi incaran upaya peretasan.
Proteksi perangkat digital bertujuan agar perangkat digital yang kita gunakan tidak disalahgunakan
oleh orang lain misalnya ketika ponsel pintar kita dilengkapi dengan proteksi seperti kata sandi atau
fingerprint maka ponsel kita tidak bisa digunakan oleh oranglain.
Memproteksi Perangkat Digital
Proteksi perangkat digital pada dasarnya merupakan perlindungan yang bertujuan untuk
melindungi perangkat digital dari berbagai ancaman malware. Malware, singkatan dari malicious
software, adalah perangkat lunak yang dirancang untuk mengontrol perangkat

secara diam-diam, bisa mencuri informasi pribadi milik kita atau uang dari pemilik perangkat.
Berikut ini merupakan tips untuk melindungi gawai kita dari virus, peretas, maupun
pengintai (State of California Department of Justice, n.d):
1) Perbarui sistem operasi dan aplikasi penting secara berkala,

2) Gunakan antivirus secara rutin untuk menelusuri seluruh file


3) Gunakan antispyware untuk melindungi aktivitas gawai kita.
4) Gunakan firewall untuk memutuskan komunikasi ke dan dari sumber tidak disetujui
5) Gunakan kata sandi yang kuat,
6) Gunakan verifikasi tambahan, misalnya pemindai sidik jari dan wajah h. Berhati-hati
dengan apa yang kita klik.
7) Berhati-hati saat belanja daring, pastikan situs belanja tersebut aman dan terpercaya
8) Berhati-hati dengan apa yang kita publikasikan k. Merespon informasi data bocor.
j. Proteksi Identitas Digital dan Data Pribadi di Platform Digital
Sebagai pengguna platform digital, kita bisa menggunakan identitas asli atau samaran, namun
kita wajib bertanggung jawab atas pilihan tersebut. Hindari untuk menampilkan identitas digital yang
seolah aman tapi tidak seperti tanggal lahir kita dan nama ibu kandung. Sebab, identitas tersebut
biasanya digunakan dalam transaksi perbankan yang tentu hanya kita saja yang boleh
menggunakannya. Kemudian pastikan keamanan surat elektronik kita sebagai identitas digital utama
yang kita gunakan untuk mengakses berbagai platform digital dengan secara rutin memastikan sandi
diperbaharui.
Memahami dan Melindungi Data Pribadi
Data pribadi adalah data yang berupa identitas, kode, simbol, huruf atau angka penanda
personal seseorang yang bersifat pribadi (Latumahina, 2014). Data pribadi bisa juga diartikan sebagai
data atau informasi perseorangan yang disimpan, dikelola dan dilindungi kerahasiaannya karena
bersifat privat.
k. Penipuan Digital
Terdapat oknum-oknum yang memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dengan melakukan
kejahatan siber/kejahatan digital. Berbelanja daring rentan menjadi incaran para pelaku kejahatan
digital karena aktivitas ini memiliki beragam celah yang bisa dimanfaatkan, terutama dengan
memanfaatkan kelengahan pengguna teknologi digital.
Modus penipuan digital lebih mengarah pada penipuan yang menimbulkan kerugian secara
finansial. Salah satu contoh yang sering terjadi adalah penipuan produk secara daring. Modusnya
dengan mengirimkan barang yang berbeda dengan yang dijanjikan saat transaksi dilakukan atau
bahkan tidak mengirimkan barang sama sekali.

Ragam Penipuan Digital


Setidaknya ada empat bentuk penipuan digital, yaitu scam, spam, phising, dan hacking. Secara
teknis, penipuan dapat bersifat social engineering dengan ragam bentuk yang kita terima mulai dari
SMS, telepon, email bahkan dalam bentuk virus serta pembajakan/peretasan akun dan cloning
platform yang kita miliki.
Berikut ini merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi diri dari scam, spam,
phising, maupun hacking.
1) Jangan pernah membagikan ataupun mengunggah alamat email ke publik.
2) Berpikir sebelum meng-klik tautan link maupun mengunduh dokumen dari sumber yang tidak
jelas.
3) Jangan membalas pesan spam karena pengirim pesan dapat mengetahui bahwa alamat surel
tersebut aktif dan meningkatkan risiko surel tersebut menjadi target penipuan lainnya.
4) Gunakan aplikasi penyaring spam dan antivirus untuk menurunkan risiko
5) Hindari penggunaan email pribadi maupun perusahaan untuk mendaftar aplikasi yang tidak
terlalu penting
l. Rekam Jejak Digital di Media
Modus penyalahgunaan jejak digital lain yang juga sering dilakukan adalah menerbitkan atau
berbagi informasi yang merusak reputasi, seperti kehilangan pekerjaan. Netsafe juga mencatat
modus lain dengan menerbitkan atau berbagi gambar atau video yang digunakan untuk sexting,
pemerasan, pelecehan berbasis gambar (terkadang disebut revenge porn) atau insiden pemerasan.
Untuk perilaku semacam ini ancaman hukumannya bisa berlapis dan menyentuh hukum tentang
pencemaran nama baik bahkan juga pemerasan.
Rekam Jejak Digital Sulit Dihilangkan
10 Kompetensi Digital untuk memudahkan kita mengelola jejak digital adalah:
1) Pertama, kemampuan mengakses sudah melekat pada setiap orang yang secara aktif
menggunakan sarana internet dalam kehidupannya sehari-hari.
2) Kedua, setelah kita memiliki kemampuan kompetensi mengakses media digital, maka
pemahaman kita harus lebih diasah.
3) Ketiga, mengetahui bentuk-bentuk rekam jejak digital

4) Keempat, setelah kemudian kita tahu dan memahami lebih dalam tentang jejak digital,maka
kita harus mulai menyeleksi apa saja yang kita unggah.
5) Kelima, verifikasi harus kita lakukan untuk memastikan apakah Langkah yang akan kita
lakukan dapat berpotensi meninggalkan jejak digital yang berdampak buruk atau tidak.
6) Keenam, evaluasi atas berbagai kegiatan daring kita menjadi bagian tak terpisahkan
7) Ketujuh, saat ini, ketika kita mendistribusikan informasi dengan menggunakan perangkat digital,
kita juga telah meninggalkan jejak digital.
8) Kedelapan, kemampuan kita dalam memproduksi rekam jejak digital yang baik perlu untuk
ditingkatkan
9) Kesembilan, pengetahuan yang telah kita dapatkan tentang rekam jejak digital ini akan semakin
bermanfaat bila dapat kita bagikan pada orang lain.
10) Kolaborasi, adalah kompetensi yang paling akhir dicapai dalam 10 kompetensi literasi digital
Japelidi. Sangat sederhana, kolaborasi yang dimaksud adalah bagaimana kita sebagai orang
orang yang memiliki rekam jejak digital, berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam rangka
partisipasi kita menjaga rekam jejak digital kita
m. Minor Safety (Catfishing)
Pada awalnya, catfish secara apabila diartikan ke dalam bahasa Indonesia secara langsung
berarti ‘ikan lele’. Namun, istilah ini kemudian bergeser di masyarakat modern menjadi seorang
yang berpura–pura menjadi orang lain dengan menciptakan identitas baru di internet, terutama di
SNS. Adapun tujuan untuk melakukan catfishing adalah untuk menjalin hubungan romantik via
media daring (Prastyphylia, 2014).
Catfish sebagai bentuk Konstruksi Identitas Daring. Apabila berbicara mengenai catfish,
maka sangat erat kaitannya dengan pembentukan identitas yang dibangun secara virtual. Agar
dapat menampilkan sesuai dengan apa yang diharapkan, seseorang memiliki kecenderungan untuk
mengonstruksi identitasnya. Adapun empat komponen penting dalam konstruksi sebuah identitas
yaitu: Input, Standard Identity, Comparator, dan Output
n. Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai Landasan Kecakapan Digital dalam
Kehidupan Berbudaya, Berbangsa, dan Bernegara
Mayoritas pengguna teknologi digital adalah anak-anak muda atau yang lebih sering disebut
generasi milenial. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah penggunaan internet dalam benar sesuai
dengan kecakapan yang berlandaskan dengan Pancasila dan BhinnekaTunggal Ika.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah bagaimana
setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah
menjadi warga negara digital. Dalam konteks ke-Indonesiaan, sebagai warga negara digital, tiap
individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas
bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan,

yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Kedua, Internalisasi nilai-nilai Smart ASN 240
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan berbudaya, berbangsa, dan bernegara.
Konteks Ke-Indonesiaan Warga Negara Digital
Menjadi Indonesia, sebagai warga negara digital adalah menyadari bahwa setiap kita
merupakan bagian dari negara MAJEMUK, MULTIKULTURAL, sekaligus DEMOKRATIS.
Peran partisipatif warga negara digital yang baik sangat diperlukan. Artinya, menjadi kewajiban
kita untuk memastikan tidak memproduksi dan menyebarluaskan informasi yang tidak benar,
sekaligus memproduksi konten positif.
o. Digitalisasi Kebudayaan melalui Pemanfaatan TIK
Beragam sajian dalam bentuk foto, video, maupun tulisan, saat ini tersebar di semua lini
media digital kita. Pada tahapan ini, kita sebenarnya sudah punya modal untuk memproduksi
konten budaya dalam kehidupan sehari-hari.
Menjalin jaringan tidak begitu mudah dilakukan. Namun, apabila kita bisa mengembangkan
jaringan tersebut, berpartisipasilah dengan mendorong agar lembaga budaya atau komunitas ini
memiliki media digital, sehingga mampu menghadirkan seni, budaya dan bahasa daerah mereka
dalam ruang digital yang lebih luas.
Kolaborasi Budaya Visual: Lembaga, Pameran, Intervensi Budaya
Kompetensi kolaborasi adalah lanjutan dari kompetensi partisipasi yaitu kolaborasi budaya
visual: lembaga, pameran, intervensi budaya. Sebagai kompetensi dengan tingkat keterampilan
yang lebih kompleks, tidak mudah untuk melakukannya. Kegiatan kolaborasi budaya visual ini
tentunya harus tetap merujuk pada praktik, produk dan perspektif budayanya. Bentuk kolaborasi
paling sederhana adalah melakukan pameran pameran di bidang budaya.
p. Mendorong Perilaku Mencintai Produk dalam Negeri dan Kegiatan Produktif
LainnyaFenomena jual-beli di dunia maya semakin marak ketika menyebarnya penyakit baru
bernama Covid-19 di dunia sehingga menyebabkan WHO mencetuskan pandemi di duniaakibat
penyakit ini. Di saat pandemi ini, ketika ada pembatasan manusia untuk keluar rumahada kewajiban
melakukan jaga jarak sehingga para para produsen kecil sampai besarmencari solusi dengan
memanfaatkan media sosial dalam memasarkan produk produknya.Fakta yang ada, terlihat minat
besar dari pihak asing ingin menguasai pasar dalam negeri Indonesia dengan jumlah penduduk
lebih dari 250 juta jiwa. Peluang-peluang iniyang terus dilirik pihak asing, dengan berbagai
produk yang mereka miliki, yang ingin dijualnya di Indonesia.

Kecintaan pada produksi dalam negeri sebenarnya bukti dari bela negara secara ekonomi.
Bela negara dimaksudkan sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat patriotisme dan cinta
tanah air kepada seluruh warga negara Indonesia. (Akmadi, 2017).
q. Digital Rights (Hak Digital Warganegara)
Hak digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses,
menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital meliputi hak untuk
mengakses, hak untuk berekspresi dan hak untuk merasa nyaman.
Sebagai subjek dalam dunia digital memiliki hak dan kewajiban berupa (Council of Europe,
n.d):
1) Akses dan tidak diskriminatif, artinya kita memiliki hal untuk terhubung dengan internet
2) Kebebasan berekspresi dan mendapatkan informasi
3) Kebebasan berkumpul, berkelompok, dan partisipasi
4) Perlindungan privasi dan data
5) Pendidikan dan literasi
6) Perlindungan terhadap anak
7) Hak mendapatkan pertolongan terhadap pelanggaran hak asasi

MODUL 2 MANAJEMEN ASN


Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yangprofessional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan
jaman. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
1. Kedudukan, Peran, Hak dan Kewajiban, dan Kode Etik ASN
A. Kedudukan ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi
pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul
selaras dengan perkembangan jaman.Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: 1) Pegawai
Negeri Sipil (PNS); dan 2) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)
B. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut:
1. Pelaksana kebijakan public;

2. Pelayan public; dan


3. Perekat dan pemersatu bangsa
Selanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1. Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
2. Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas, dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas
umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan
publik yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi,
dan nepotisme.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Untuk
itu ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan 11
Manajemen ASN fungsi dan tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang
berorientasi pada kepentingan publik.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi setiap warganegara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang diselenggarakan oleh
penyelenggara pelayanan publik dengan tujuan kepuasanpelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut
untuk professional dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD
1945, Negara dan Pemerintah. ASN senantiasa menjunjung tinggi martabat ASN serta senantiasa
mengutamakan kepentingan Negara daripada kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan.
Dalam UU ASN disebutkan bahwa dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN,
salah satu diantaranya asas persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan
mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas
segalanya)

C. Hak dan Kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum, suatu kepentingan
yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat diartikan bahwa hak adalah sesuatu
yang patut atau layak diterima. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut
PNS berhak memperoleh: 1) gaji, tunjangan, dan fasilitas; 2) cuti; 3) jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; 4) perlindungan; dan 5) pengembangan kompetensi Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1) gaji dan tunjangan; 2) cuti; 3) perlindungan; dan 4) pengembangan kompetensi.
Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa: 1)
jaminan kesehatan; 2) jaminan kecelakaan kerja; 3) jaminan kematian; dan 4) bantuan hukum
Kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan.
Kewajiban pegawai ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:
1. setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
2. menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
3. melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
4. menaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
5. melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dantanggung
jawab;
6. menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakankepada
setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan; Manajemen ASN 14
7. menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuaidengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
8. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
4. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
5. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika pemerintahan; 15
Manajemen ASN.

6. Menjaga kerahasian yang menyangkut kebijakan Negara;


7. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif, danefisien;
8. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;

9. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang memerlukan
informasi terkait kepentingan kedinasan;
10. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan jabatannya
untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri atauuntuk orang lain;
11. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN; dan
12. Melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan mengenai

Fungsi kode etik , antara lain:


1. Sebagai pedoman, panduan birokrasi public/aparatur sipil negara dalam menjalankan tugas dan
kewanangan agar tindakannya dinilai baik. Manajemen ASN 16
2. Sebagai standar penilaian sifat, perilaku, dan tindakan birokrasi public/aparatur sipil negara
dalam menjalankan tugas dan kewenangannya.
2. Konsep Sistem Merit Dalam Pengelolaan ASN
Sistem merit pada dasarnya adalah konsepsi dalam manajemen SDM yang menggambarkan
diterapkannya obyektifitas dalam keseluruhan semua proses dalam pengelolaan ASN yakni pada
pertimbangan kemampuan dan prestasi individu untuk melaksanakan pekerjaanya (kompetensi dan
kinerja). Dalam sistem merit berbagai keputusan dalam manajemen SDM didasari pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja. Dalam recruitment, kualifikasi dan kompetensi menjadi pertimbangan
seseorang untuk menjadi pegawai ASN. Sistem CAT (computer-assisted testing) yaitu model
assessment atau penilaian dimana kandidat/ calon menjawab pertanyaan (atau menyelesaikan
latihan) dengan menggunakan komputer (menjadi bagian dalam program komputer), mampu
menjamin transparansi, efisiensi serta efektifitas dalam rekruitmen pegawai karena pengolahan
sampai dengan pengumuman sepenuhnya berdasarkan program dalam komputer.
Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras,
warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecatatan”.
Pelaksanaan sistem merit khususnya dalam :
a. Perencanaan:
1) perencanaan kebutuhan pegawai harus mendukung sepenuhnya tujuan dan sasaran organisasi.

2) Proses pengadaan dilakukan untuk mendapatkan pegawai dengan kualitas yang tepat dan
berintegritas untuk memenuhi kebutuhan organisasi.
3) Pegawai ditempatkan sesuai dengan perencanaannya (untuk memenuhi kebutuhan organisasi)
dan tidak berdasarkan preferensi individu/kelompok atau pertimbanyan subyektif lainnya.
Dalam penerapannya dibutuhkan beberapa kondisi dalam formasi pegawai:

1) Pengisian formasi sampai dengan pengangkatan pegawai dilakukan sesudah dilakukanpenilaian


yang terbuka dan adil.
2) Untuk menjamin keadilan dan transparansi, formasi pegawai harus diinformasikan kepada
semua orang tidak terkecuali.
b. Monitoring, Penilaian dan Pengembangan
Disatu sisi, kegiatan monitoring pegawai didasarkan sepenuhnya untuk memastikan
bahwa pegawai digunakan secara efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan organisasi
(pegawai memberikan kontribusi pada kinerja dan produktivitas organisasi). Jaminan merit
sistem dalam monitoring dan penilaian antara lain dapat diwujudkan dengan:
1) Pangkat dan jabatan dalam ASN diberikan berdasarkan kompetensi, kuaifikasi dan
persyaratan jabatan.
2) Pengembangan karier ASN dilakukan berdasarkan kualifikasi, kompetensi, penilaiankinerja
yang mencerminkan kebutuhan instansi masing-masing.
3) Mutasi pegawai dilakukan dengan mempertimbangkan kualifikasi, kompetensi dan
kebutuhan isntansi.
4) Penilaian kinerja dilakukan dengan dasar kinerja sesungguhnya dari seorang pegawai.
5) Promosi pegawai dilakukan dengan berdasarkan pada kinerja pegawai dan bukanpada
pertimbangan subyektif
Kelembagaan dan Jaminan Sistem Merit dalam Pengelolaan ASN
Aturan kelembagaan untuk menjamin keberadaan sistem merit dalam pengelolaan ASN.
Lembaga-lembaga tersebut adalah: 1) Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) yang diberikan
kewenangan untuk melakukan monitoring dan evaluasi 2) Kementrian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara (yang saat ini di sebut
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi/kemen PAN dan RB)
yang bertugas emberikan pertimbangan kepada Presiden dalam penindakan Pejabat yang
Berwenang dan Pejabat Pembina Kepegawaian atas penyimpangan Sistem merit dalam
pengelolaan ASN.

c. Mekanisme Pengelolaan ASN


Pengelolaan atau manajemen ASN adalah kebijakan dan praktek dalam mengelola aspek
manusia atau sumber daya manusia dalam organisasi termasuk dalam hal ini adalah pengadaan,
penempatan, mutasi, promosi, pengembangan, penilaian dan penghargaan.
Manajemen ASN, terdiri dari :

1) Manajemen PNS dan PPK :


- Penyusunan dan Penetapan Kebutuhan: Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis jabatan
PNS dilakukan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun yang diperinci per 1 (satu) tahun
berdasarkan prioritas kebutuhan.
- Pengadaan ; kegiatan untuk mengisi kebutuhan Jabatan Administrasi dan/atau Jabatan
Fungsional dalam suatu Instansi Pemerintah
- Pengembangan Karier: Pengembangan karier PNS dilakukan berdasarkan kualifikasi,
kompetensi, penilaian kinerja, dan kebutuhan Instansi Pemerintah.
- Pola Karier : Untuk menjamin keselarasan potensi PNS dengan kebutuhan penyelenggaraan
tugas pemerintahan dan pembangunan perlu disusun pola karier PNS yang terintegrasi
secara nasional.
- Promosi : Promosi PNS dilakukan berdasarkan perbandingan objektif antara kompetensi,
kualifikasi, dan persyaratan yang dibutuhkan oleh jabatan, penilaian atas prestasi kerja,
kepemimpinan, kerja sama, kreativitas, dan pertimbangan dari tim penilai kinerja PNS pada
Instansi Pemerintah, tanpa membedakan jender, suku, agama, ras, dan golongan
- Mutasi : Setiap PNS dapat dimutasi tugas dan/atau lokasi dalam 1 (satu) Instansi Pusat,
antar-Instansi Pusat, 1 (satu) Instansi Daerah, antar-Instansi Daerah, antar- Instansi Pusat
dan Instansi Daerah, dan ke perwakilan Negara Kesatuan Republik Indonesia di luar negeri
- Penilaian Kinerja: Penilaian kinerja PNS bertujuan untuk menjamin objektivitas pembinaan
PNS yang didasarkan sistem prestasi dan sistem karier.
- Penggajian dan Tunjangan: Pemerintah wajib membayar gaji yang adil dan layak kepada
PNS serta menjamin kesejahteraan PNS
- Penghargaan :
◼ tanda kehormatan;
◼ kenaikan pangkat istimewa;
◼ kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau
◼ kesempatan menghadiri acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
- Disiplin ; PNS wajib mematuhi disiplin PNS. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin
dijatuhi hukuman disiplin Ketentuan lebih lanjut mengenai disiplin diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
◼ Pemberhentian PNS diberhentikan dengan hormat karena: 1. meninggal dunia;
2. atas permintaan sendiri; 3. mencapai batas usia pensiun; 4. perampingan organisasi
atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau 5. tidak cakap
jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan tugas dan kewajiban.
◼ PNS diberhentikan tidak dengan hormat karena: 1. melakukan penyelewengan terhadap
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2.
dihukum penjara atau kurungan 3. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; 4.
dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum
tetap karena melakukan tindak pidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua)
tahun dan pidana yang dilakukan dengan berencana.
◼ PNS diberhentikan sementara, apabila: 1. diangkat menjadi pejabat negara; 2. diangkat
menjadi komisioner atau anggota lembaga nonstruktural; atau 3. ditahan karena menjadi
tersangka tindak pidana.
◼ Batas usia pensiun yaitu: 1. 58 (lima puluh delapan) tahun bagi Pejabat Administrasi; 2.
60 (enam puluh) tahun bagi Pejabat Pimpinan Tinggi; 3. sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan bagi Pejabat Fungsional.
- Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua: 1. meninggal dunia; 2. atas permintaan sendiri
dengan usia dan masa kerja tertentu; 3. mencapai batas usia pensiun; 4. perampingan
organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pensiun dini; atau 5. tidak cakap
jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankantugas dan kewajiban.
- Perlindungan : 1.jaminan kesehatan; 2. jaminan kecelakaan kerja; 3. jaminan kematian; dan
4. bantuan hukum
2) Manajemen PPPK
- Penetapan Kebutuhan : Instansi Pemerintah wajib menyusun kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan PPPK berdasarkan analisis jabatan dan analisis beban kerja
- Pengadaan : dilakukan melalui tahapan perencanaan, pengumuman lowongan, pelamaran,
seleksi, pengumuman hasil seleksi, dan pengangkatan menjadi PPPK.

- Penilaian Kinerja : Penilaian kinerja PPPK berada di bawah kewenangan Pejabat yang
Berwenang pada Instansi Pemerintah masing-masing
- Penggajian dan Tunjangan : Gaji diberikan berdasarkan beban kerja, tanggung jawabjabatan,
dan resiko pekerjaan. Gaji dibebankan pada anggaran pendapatan dan belanja negara untuk
PPPK di Instansi Pusat dan anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk PPPK di Instansi
Daerah. Selain gaji PPPK dapat menerima tunjangan.
- Pengembangan Kompetensi : pengembangan kompetensi direncanakan setiap tahun oleh
Instansi Pemerintah
- Pemberian Penghargaan : Penghargaan dapat berupa pemberian: 1. tanda kehormatan; 2.
kesempatan prioritas untuk pengembangan kompetensi; dan/atau 3. kesempatan menghadiri
acara resmi dan/atau acara kenegaraan.
- Disiplin
- Pemutusan Hubungan Perjanjian Kerja :
◼ Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat karena: 1. jangka
waktu perjanjian kerja berakhir; 2. meninggal dunia; 3. atas permintaan sendiri; 4.
perampingan organisasi atau kebijakan pemerintah yang mengakibatkan pengurangan
PPPK; atau 5. tidak cakap jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan
tugas dan kewajiban sesuai perjanjian kerja yang disepakati.
◼ Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan dengan hormat tidak atas
permintaan sendiri karena: 1. dihukum penjara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum 2. melakukan pelanggaran disiplin PPPK tingkat
berat; atau 3. tidak memenuhi target kinerja yang telah disepakati sesuai dengan
perjanjian kerja.
◼ Pemutusan hubungan perjanjian kerja PPPK dilakukan tidak dengan hormat karena: 1.
melakukan penyelewengan terhadap Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945; 2. dihukum penjara atau kurungan berdasarkan putusan
pengadilan 3. menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik; atau 4. dihukum
penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memiliki kekuatan hukum tetap.

3) Perlindungan : Pemerintah wajib memberikan perlindungan berupa: 1. jaminan hari tua; 2.


jaminan kesehatan; 3. jaminan kecelakaan kerja; 4. jaminan kematian; dan 5. bantuan hukum.

4) Pengelolaan Jabatan Pimpinan Tinggi

a) Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya dilakukan pada tingkat nasional.
b) Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif di
kalangan PNS
c) Pengisian jabatan pimpinan tinggi pratama dilakukan secara terbuka dan kompetitif pada
tingkat nasional atau antarkabupaten/kota dalam 1 (satu) provinsi.
d) Jabatan pimpinan tinggi utama dan madya tertentu dapat berasal dari kalangan non-PNS
dengan persetujuan Presiden
e) Jabatan Pimpinan Tinggi dapat diisi oleh prajurit Tentara Nasional Indonesia dan anggota
Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah mengundurkan diri dari dinas aktif apabila
dibutuhkan dan sesuai
f) dengan kompetensi yang ditetapkan melalui proses secara terbuka dan kompetitif.
g) Jabatan Pimpinan Tinggi di lingkungan Instansi Pemerintah tertentu dapat diisi oleh prajurit
Tentara Nasional Indonesia dan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai
dengan kompetensi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
h) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi dilakukan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian dengan
terlebih dahulu membentuk panitia seleksi Instansi Pemerintah.
i) Panitia seleksi menjalankan tugasnya untuk semua proses seleksi pengisian jabatan terbuka
untuk masa tugas yang ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian.
5) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat
Untuk pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan/atau madya, panitia seleksi Instansi
Pemerintah memilih 3 (tiga) nama calon untuk setiap 1 (satu) lowongan jabatan.Tiga nama calon
pejabat pimpinan tinggi utama dan/atau madya yang terpilih disampaikan kepada Pejabat
Pembina Kepegawaian. Pejabat Pembina Kepegawaian mengusulkan 3 (tiga) nama calon
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Presiden.
6) Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah
Pengisian jabatan pimpinan tinggi madya di tingkat provinsi dilakukan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian dengan terlebih dahulu membentuk panitia seleksi. Panitia seleksi
memili 3 (tiga) nama calon pejabat pimpinan tinggi madya untuk setiap 1 (satu) lowongan
jabatan. Tiga calon nama pejabat pimpinan tinggi madya yang terpilih disampaikan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian.

7) Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi


Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2
(dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan
Tinggi tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang- undangan dan tidak lagi memenuhi
syarat jabatan yang ditentukan
8) Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan
laporan proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian
Jabatan Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian
dalam hal:
a) pembentukan panitia seleksi;

b) pengumuman jabatan yang lowong;


c) pelaksanaan seleksi; dan
d) pengusulan nama calon.
KASN berwenang memberikan rekomendasi kepada Pejabat Pembina
Kepegawaian dalam hal:
a) pembentukan panitia seleksi;
b) pengumuman jabatan yang lowong;
c) pelaksanaan seleksi;
d) pengusulan nama calon;
e) penetapan calon; dan
f) Pelantika
9) Pegawai ASN yang menjadi Pejabat Pegawai ASN dapat menjadi pejabat negara.Pejabat
negara yaitu:
a) Presiden dan Wakil Presiden;
b) Ketua, wakil ketua, dan anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c) Ketua, wakil ketua, dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Ketua, wakil ketua, dan
anggota Dewan Perwakilan Daerah;
d) Ketua, wakil ketua, ketua muda dan hakim agung pada Mahkamah Agung sertaketua,
wakil ketua, dan hakim pada semua badan peradilan kecuali hakim ad hoc;
e) Ketua, wakil ketua, dan anggota Mahkamah Konstitusi;
f) Ketua, wakil ketua, dan anggota Badan Pemeriksa Keuangan;
g) Ketua, wakil ketua, dan anggota Komisi Yudisial;
h) Ketua dan wakil ketua Komisi Pemberantasan Korupsi;
i) Menteri dan jabatan setingkat menteri; 63 Manajemen ASN
j) Kepala perwakilan Republik Indonesia di luar negeri yang berkedudukan sebagaiDuta
Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh;
k) Gubernur dan wakil gubernur;

l) Bupati/walikota dan wakil bupati/wakil walikota; dan


m)Pejabat negara lainnya yang ditentukan oleh UndangUndang.
10) Organisasi Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan:
a) menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN; dan
b) mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Dalam mencapai tujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) korps profesi ASN
Republik Indonesia memiliki fungsi:
a) pembinaan dan pengembangan profesi ASN
b) memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran Sistem Merit dan mengalami masalah
hukum dalam melaksanakan tugas;
c) memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik Instansi Pemerintah terhadap
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi; dan
d) menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
d. Sistem Informasi ASN
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam
Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN memuat seluruh
informasi dan data Pegawai ASN.
Data Pegawai ASN paling kurang memuat:

1) Data riwayat hidup;


2) Riwayat pendidikan formal dan non formal;
3) Riwayat jabatan dan kepangkatan;
4) Riwayat penghargaan, tanda jasa, atau tanda kehormatan;
5) Riwayat pengalaman berorganisasi;
6) Riwayat gaji;
7) Riwayat pendidikan dan latihan;
8) Daftar penilaian prestasi kerja;
9) Surat keputusan; dan kompetensi.
e. Penyelesaian Sengketa Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif.

Anda mungkin juga menyukai