A. Latar Belakang
Menurut ketentuan Undang-undang nomor 5 tahun 2014, PPPK guru
termasuk dalam kategori Aparatur Sipil Negara (ASN). PPPK adalah warga Negara
Indonesia yang memenuhi syarat tertentu yang diangkat berdasarkan perjanjian
kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas pemerintahan.
Pada tahun 2021 Pemerintahan Kabupaten Purworejo membuka seleksi penerimaan
Pegawai Pemerintahan dengan Perjanjian Kontrak (PPPK) formasi guru. Dari
serangkaian seleksi tersebut, Pemerintah Kabupaten Purworejo mengangkat
sebanyak 1.559 PPPK pada formasi guru baik di tingkat Sekolah Dasar (SD)
maupun Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Badan Kepegawaian dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Kabupaten Purworejo menyelenggarakan
orientasi pengenalan tugas dan fungsi ASN dengan metode pembelajaran Distance
Learning yaitu bentuk pembelajaran kolaboratif yang dilaksanakan secara e-
learning melalui aplikasi yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara
(LAN).
1
SAMBUTAN
2
Perjanjian Kerja (PPPK). Dalam kegiatan MOOC ini peserta dituntut aktif belajar
secara mandiri mempelajari semua materi yang nantinya ada evaluasi yang
bertujuan untuk meyakinkan peserta sudah menguasai materi dalam MOOC
tersebut. Pembelajari dibagi menjadi 3
1. Tentang sikap prilaku bela Negara
2. Nilai-Nilai Overview
3. Kedudukan kita dalam penyelenggaraan pemerintahan
3
AGENDA I
SIKAP PERILAKU BELA NEGARA
4
berupa jantung yang digantung dengan rantai pada leher Garuda, dan semboyan
Bhineka Tunggal Ika ditulis di atas pita yang dicengkeram oleh Garuda.
4. Lagu Kebangsaan
Disebutkan pada pasal 58 ayat 1 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24
tahun 2009 tentang bendera, bahasa, dan lambang Negara serta lagu kebangsaan
disebutkan bahwa lagu kebangsaan adalah Indonesia Raya yang digubah oleh
Wage Rudolf Supratman.
Bela Negara adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga Negara
baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan Negara,
keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan Negara yang dijiwai oleh
kecintannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.
Hari bela Negara ditetapkan dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor
28 tahun 2006 tentang Hari Bela Negara tanggal 18 Desember 2006 dengan
pertimbangan bahwa tanggal 19 Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi
bangsa Indonesia. Pada tanggal tersebut terbentuk pemerintahan Darurat Republik
Indonesia dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara.
Dalam Undang-undang Dasar Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019
tentang pengelolaan sumber daya nasional untuk pertahanan Negara pasal 7
dijelaskan bahwa keikutsertaan warga Negara dalam usaha bela Negara salah
satunya dilaksanakan melalui pendidikan Kewarganegaraan dengan pembinaan
kesadaran bela Negara dengan menanamkan nilai dasar bela Negara, yang meliputi:
1. Cinta Tanah Air
Indikator dari cinta tanah air meliputi:
a. Menjaga tanah dan pekaranganserta seluruh wilayah Indonesia;
b. Jiwa dan raganya bangga sebagai bangsa Indonesia;
c. Jiwa patriotisme terhadap bangsa dan negaranya;
d. Menjaga nama baik bangsa dan Negara;
e. Memberikan kontribusi pada kemajuan bangsa dan Negara; dan
f. Bangga menggunakan hasil produk bangsa Indonesia.
5
2. Sadar Berbangsa dan Bernegara
Indikator dari kesadaran berbangsa dan bernegara meliputi:
a. Berpartisipasi aktif dalam organisasi kemasyarakatan, profesi maupun
politik;
b. Menjalankan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. Ikut serta dalam pemilihan umum;
d. Berpikir, bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negaranya; dan
e. Berpartisipasi menjaga kedaulatan bangsa dan Negara.
3. Setia pada Pancasila sebagai Ideologi Negara
Indikator setia pada Pancasila meliputi:
a. Paham nilai-nilai Pancasila;
b. Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari;
c. Menjadikan Pancasila sebagai pemersatu bangsa dan Negara;
d. Senantiasa mengembangkan nilai-nilai Pancasila; dan
e. Yakin dan percaya bahwa Pancasila sebagai dasar Negara.
4. Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara
Indikator rela berkorban untuk bangsa dan Negara meliputi:
a. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan
bangsa dan Negara;
b. Siap membela bangsa dan Negara dari berbagai macam ancaman;
c. Berpartisipasi aktif dalam pembangunan masyarkat, bangsa dan Negara;
d. Gemar membantu sesama warga Negara yang mengalami kesulitan; dan
e. Yakin dan percaya bahwa pengorbanan untuk bangsa dan negaranya tidak
sia-sia.
5. Kemampuan Awal Bela Negara
Indikator kemampuan awal bela Negara meliputi:
a. Memiliki kecerdasan emosional dan spiritual serta intelejensia;
b. Senantiasa memelihara jiwa dan raga;
c. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa;
d. Gemar berolahraga;
6
e. Senantiasa menjaga kesehatannya.
7
Beberapa modal yang diperlukan dalam menghadapi perubahan
lingkungan strategis yakni:
1. Modal Intelektual
Pada dasarnya manusia memiliki sifat dasar curiosity, proaktif dan inovatif yang
dapat dikembangkan untuk mengelola setiap perubahan lingkungan strategis
yang cepat berubah.
2. Modal Emosional
Menurut Goleman, et.al (2013) menggunakan istilah emotional intelligence
untuk menggambarkan kemampuan manusia untuk mengenal dan mengelola
emosi diri sendiri, serta memahami emosi orang lain agar dia dapat mengambil
tindakan yang sesuai dalam berinteraksi dengan orang lain.
3. Modal Sosial
Jaringan kerjasama di antara warga masyarakat yang memfasilitasi pencarian
solusi dari permasalahan yang dihadapi mereka. Modal social ditujukan untuk
menumbuhkan kembali jejaringan kerjasama dan hubungan interpersonal yang
mendukung kesuksesan.
4. Modal Ketabahan (adversity)
Konsep model ketabahan berasal dari Paul G. Stoltz (1997), ketabahan adalah
modal untuk sukses dalam kehidupan, baik dalam kehidupan pribadi maupun
kehidpan sebuah organisasi birokrasi. Berdasarkan perumpamaan pada para
pendaki gunung, Stoltz membedakan tiga tipe manusia yaitu quitter, camper,
dan climber.
5. Modal Etika/Moral
Kecerdasan moral sebagai kapasitas mental yang menentukan prinsip-prinsip
universal kemanusiaan harus diterapkan ke dalam tata nilai, tujuan, dan tindakan
kita atau dengan kata lain adalah kemampuan membedakan benar dan salah.
Empat komponen modal modal moral/etika yakni integritas (integrity),
bertanggung jawab (responsibility), penyayang (compassionate), dan pemaaf
(forgiveness).
6. Modal Kesehatan (Kekuatan) Fisik/Jasmani
Tolok ukur kesehatan adalah bebas dari penyakit, dan tolok ukur kekuatan fisik
adalah tenaga (power), daya tahan (endurance), kekuatan (muscle strength),
8
kecepatan (speed), ketepatan (accuracy), kelincahan (agility), koordinasi
(coordination), dan keseimbangan (balance).
9
b. Daya tahan (endurance)
c. Kekuatan (muscle strength)
d. Kecepatan (speed)
e. Ketepatan (accuracy)
f. Kelincahan (agility)
g. Koordinasi (coordination)
h. Keseimbangan (balance)
i. Fleksibilitas (flexibility)
2. Kesiapsiagaan Mental
Kesiapsiagaan mental adalah kesiapsiagaan seseorang dengan memahami
kondisi mental, perkembangan mental, dan proses menyesuaikan diri terhadap
berbagai tuntutan sesuai dengan perkembangan mental/jiwa/kedewasaannya,
baik tuntutan dari dalam dirinya sendiri maupun dari luar.
Karakter kesiapsiagaan mental yang baik adalah sebagai berikut:
a. Berperilaku menurut norma-norma social yang diakui, sikap perilaku
tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya.
b. Mengelola emosi dengan baik.
c. Mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki secara optimal.
d. Mengenali resiko dari setiap perbuatan.
e. Menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
f. Menjadikan pengalaman langsung atau tidak langsung sebagai guru terbaik.
10
Tanda kesehatan mental adalah kendali diri yaitu kemampuan manusia untuk
selalu dapat berpikir sehat dalam kondisi apapun (sistem cortex prefrontalis
kendalikan sistem limbik).
11
AGENDA II
NILAI-NILAI DASAR PEGAWAI NEGERI SIPIL
A. Berorientasi Pelayanan
Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU
Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga Negara dan penduduk atau barang, jasa, dan/atau pelayanan
administrative yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. Menurut
Agus Dwiyanto, pelayanan publik sebagai semua jenis pelayanan untuk
menyediakan barang/jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang memenuhi
kriteria yaitu merupakan jenis barang atau jasa yang memiliki eksternalitas tinggi
dan sangat diperlukan masyarakat serta penyediannya terkait dengan upaya
mewujudkan tujuan bersama yang tercantum dalam konstitusi maupun dokumen
perencanaan pemerintah, baik dalam rangka memenuhi hak dan kebutuhan dasar
warga, mencapai tujuan strategis pemerintah, dan memenuhi komitmen dunia
internasioanl. Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara, pelayanan publik
adalah sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh
instansi pemerintah di pusat dan daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam
bentuk barang dan/atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.
12
2. Transparan
Penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga Negara
untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan publik yang
diselenggarakan tersebut, seperti persyaratan, prosedur, biaya, dan sejenisnya.
Masyarakat juga harus diberi akses yang sebesar-besarnya untuk
mempertanyakan dan menyampaikan pengaduan.
3. Responsif
Pemerintah wajib mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga
negaranya. Tidak hanya terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang
mereka butuhkan, akan tetapi juga terkait dengan mekanisme penyelenggaraan
layanan, jam pelayanan, prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.
4. Tidak diskriminatif
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh dibedakan
antara satu warga Negara dengan warga Negara yang lain.
5. Mudah dan murah
Mudah artinya berbagai persyaratan yang dibutuhkan tersebut masuk akal dan
mudah untuk dipenuhi. Murah dalam arti biaya yang dibutuhkan oleh
masyarakat untuk mendapatkan layanan tersebut terjangkau oleh seluruh warga
Negara.
6. Efektif dan efisien
Penyelenggaraan pelayanan publik harus mampu mewujudkan tujuan-tujuan
yang hendak dicapainya dan dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga
kerja yang sedikit, dan biaya yang murah.
7. Aksesibel
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat dijangkau
oleh warga Negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan non fisik.
8. Akuntabel
Penyelenggaraan pelayanan publik dilakukan dengan menggunakan fasilitas
dan sumber daya manusia yang dibiayai oleh warga Negara melalui pajak yang
mereka bayar.
13
9. Berkeadilan
Salah satu tujuan yang penting adalah melindungi warga Negara dari praktik
buruk yang dilakukan oleh warga Negara yang lain.
B. Akuntabel
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan
responsibilitas atau tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut
memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung
jawab yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang memberikan
amanat. Dalam konteks ASN akuntabilitas adalah kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan segala tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik
kepada atasan, lembaga Pembina, dan lebih luasnya kepada publik (Matsiliza dan
Zonke, 2017).
Aspek-aspek dalam akuntabilitas terdiri dari:
1. Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship)
Hubungan yang dimaksud adalah hubungan dua pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan Negara dan masyarakat.
2. Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results-oriented)
Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah
yang bertanggung jawab, adil, dan inovatif.
3. Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires
reporting)
Laporan kinerja adalah perwujudan dari akuntabilitas.
4. Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance)
Tujuan utama dari akuntabilitas adalah untuk memperbaiki kinerja ASN dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat.
14
Akuntabilitas terdiri dari beberapa tingkatan, yakni:
1. Akuntabilitas Personal
2. Akuntabilitas Individu
3. Akuntabilitas Kelompok
4. Akuntabilitas Organisasi
5. Akuntabilitas Stakeholder
15
d. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan secara
keseluruhan.
3. Integritas
Dengan adanya integritas menjadikan suatu kewajiban untuk menjunjung tinggi
dan mematuhi semua hukum yang berlaku, undang-undang, kontrak, kebijakan,
dan peraturan yang berlaku. Dengan adanya integritas institusi, dapat
memberikan kepercayaan dan keyakinan kepada publik dan/atau stakeholders.
4. Tanggung Jawab (Responsibilitas)
Responsibilitas institusi dan responsibilitas perseorangan memberikan kewajiban
bagi setiap individu dan lembaga, bahwa ada suatu konsekuensi dari setiap
tindakan yang telah dilakukan, karena adanya tuntutan untuk bertanggung jawab
atas keputusan yang telah dibuat. Responsibilitas terbagi dalam responsibilitas
perseorangan dan responsibilitas institusi.
a. Responsibilitas Perseorangan
- Adanya pengakuan terhadap tindakan yang telah diputuskan dan
tindakan yang telah dilakukan.
- Adanya pengakuan terhadap etika dalam pengambilan keputusan.
- Adanya keterlibatan konstituen yang tepat dalam keputusan.
b. Responsibilitas Institusi
- Adanya perlindungan terhadap publik dan sumber daya.
- Adanya pertimbangan kebaikan yang lebih besar dalam pengambilan
keputusan.
- Adanya penempatan PNS dan individu yang lebih baik sesuai dengan
kompetensinya.
5. Keadilan
Keadilan adalah landasan utama dari akuntabilitas. Keadilan harus dipelihara
dan dipromosikan oleh pimpinan pada lingkungan organisasinya. Oleh sebab itu,
ketidakadilan harus dihindari karena dapat menghancurkan kepercayaan dan
kredibilitas organisasi yang mengakibatkan kinerja akan menjadi tidak optimal.
16
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yan
akan melahirkan akuntabilitas. Dengan kata lain, lingkungan akuntabilitas tidak
akan lahir dari hal-hal yang tidak dapat dipercaya.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja maka diperlukan adanya
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
Setiap individu yang ada di lingkungan kerja harus dapat menggunakan
kewenangannya untuk meningkatkan kinerja. Adanya peningkatan kerja juga
memerlukan adanya perubahan kewenangan sesuai kebutuhan yang dibutuhkan.
8. Kejelasan
Kejelasan juga merupakan salah satu elemen untuk menciptakan dan
mempertahankan akuntabilitas. Fokus utama untuk kejelasan adalah mengetahui
kewenangan, peran dan tanggun jawab, misi organisasi, kinerja yang diharapkan
organisasi, dan sistem pelaporan kinerja baik individu maupun organisasi.
9. Konsistensi
Konsistensi menjamin stabilitas. Penerapan yang tidak konsisten dari sebuah
kebijakan, prosedur, sumber daya akan memiliki konsekuensi terhadap
tercapainya lingkungan kerja yang tidak akuntabel, akibatnya melemahnya
komitmen dan kredibilitas anggota organisasi.
17
C. Kompeten
Kompetensi merupakan perpaduan aspek pengetahuan, keterampilan, dan
sikap yang terindikasikan dalam kemampuan dan perilaku seseorang sesuai
tuntutan pekerjaan. Terdapat 3 kompetensi yang harus dimiliki oleh ASN yakni:
1. Kompetensi Teknis
Kompetensi ini diukur dari tingkat dan spesialisasi pendidikan, pelatihan teknis
fungsional dan pengalaman bekerja secara teknis.
2. Kompetensi Manajerial
Kompetensi ini diukur dari tingkat pendidikan, pelatihan structural atau
manajemen, dan pengalaman kepemimpinan.
3. Kompetensi Sosial Kultural
Kompetensi ini diukur dari pengalaman kerja berkaitan dengan masyarakat
majemuk dalam hal agama, suku, dan budaya sehingga memiliki wawasan
kebangsaan.
D. Harmonis
Pengertian harmonis menurut kamus Webster adalah having a pleasing
mixture of notes. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) harmonis
bersangkut paut dengan harmoni, sedangkan menurut Wikipedia harmonis artinya
terikat secara serasi atau sesuai. Secara garis besar, harmonis dapat diartikan
kerjasama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga faktor-faktor
tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur.
Suasana harmonis dalam lingkungan bekerja akan membuat kita secara
individu tenang, menciptakan kondisi yang memungkinkan untuk saling kolaborasi
18
dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja dan kualitas layanan kepada
pelanggan. Secara umum, menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 Pasal 11
tentang ASN, tugas pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh pejabat Pembina kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
E. Loyal
Sebagai ASN kita harus memiliki sikap yang loyal terhadap pekerjaan kita.
Loyal merupakan sikap mendedikasikan diri dan selalu mengutamakan kepentingan
bangsa dan Negara. Sikap yang perlu dilakukan sebagai perwujudan sikap yang
loyal yakni:
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintah yang sah.
2. Menjaga nama baik sesame ASN, pimpinan instansi dan Negara.
3. Menjaga rahasia jabatan dan Negara.
19
F. Adaptif
Adaptif adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya
mencapai tujuan-tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi
sosial yang berubah-ubah agar tetap bertahan (Robbins, 2003). Adaptif sebagai
nilai dan budaya ASN menurut Learning Organization (Peter Senge) adalah
sebagai berikut:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir
(personal mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama
atau gelombang yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai
bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang
organisasi ingin wujudkan (mental mode);
4. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda atau bermental
silo (systems thinking).
G. Kolaboratif
Irawan (2017) mengungkapkan bahwa “Collaborative governance”
sebagai sebuah proses yang melibatkan norma bersama dan interaksi saling
20
menguntungkan antar aktor governance. Kriteria penting untuk kolaborasi
diantaranya adalah:
1. Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik;
2. Peserta dalam forum termasuk actor nonstate;
3. Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputudan dan bukan hanya
dikonsultasikan oleh agensi publik;
4. Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
5. Forum bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus; dan
6. Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.
Menurut Ansen dan Gash (2012), proses yang harus dilalui dalam menjalin
kolaborasi adalah sebagai berikut:
1. Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi.
2. Face to face dialogue : melakukan negosiasi dengan baik dan bersungguh-
sungguh.
3. Komitmen terhadap proses : pengakuan saling ketergantungan, sharing
ownership dalam proses, serta keterbukaan terkait keuntungan bersama.
21
4. Pemahaman bersama : berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama.
5. Menetapkan outcame.
22
AGENDA III
KEDUDUKAN DAN PERAN PNS DALAM NKRI
A. Smart ASN
Dalam modul pembelajaran smart ASN, dijelaskan berkaitan dengan
literasi digital. Literasi digital banyak menekankan pada kecakapan pengguna media
digital dalam melakukan proses mediasi mediasi media digital yang dilakukan
secara produktif (Kurnia & Wijayanto, 2020; Kurnia & Astuti, 2017). Seorang
pengguna yang memiliki kecakapan literasi digital yang bagus tidak hanya mampu
mengopersikan alat, melainkan juga mampu bermedia digital dengan penuh
tanggung jawab. Kompetensi literasi digital tidak hanya dilihat dari kecakapan
menggunakan media digital (digital skills) saja, namun juga budaya menggunakan
digital (digital culture), etis menggunakan media digital (digital ethics), dan aman
menggunakan media digital (digital safety).
1. Digital Skiil
Kemampuan mengetahui, memahami, dan menggunakan perangkat keras dan
piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam kehidupan sehari-hari.
2. Digital Culture
Kemampuan membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan
membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika
dalam keseharian dan digitalisasi kebudayaan melalui pemanfaatan TIK.
3. Digital Ethics
Kemampuan menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan,
mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital (netiquette)
dalam kehidupan sehari-hari.
4. Digital Safety
Kemampuan mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang,
dan meningkatkan kesadaran perlindungan data pribadi dan keamanan digital
dalam kehidupan sehari-hari.
Media digital digunakan oleh siapa saja yang berbeda latar pendidikan dan
tingkat kompetensi. Karena itu, dibutuhkan panduan etis dan kontrol diri (self-
23
controlling) dalam menghadapi jarak perbedaan-perbedaan tersebut dalam
menggunakan media digital yang disebut dengan etika digital. Empat prinsip etika
tersebut menjadi ujung tombak self-control setiap individu dalam mengakses,
berinteraksi, berpartisipasi, dan berkolaborasi di ruang digital, sehingga media
digital benar-benar bisa dimanfaatkan secara kolektif untuk hal-hal positif.
Kompetensi keamanan digital merupakan kecakapan individual yang
bersifat formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Secara
individual, terdapat tiga area kecakapan keamanan digital yang wajib dimiliki oleh
pengguna media digital, yaitu:
1. Kognitif
Memahami berbagai konsep dan mekanisme proteksi baik terhadap perangkat
digital (lunak maupun keras) maupun terhadap identitas digital dan data diri.
2. Afektif
Empati agar pengguna media digital punya kesadaran bahwa keamanan digital
bukan sekedar tentang perlindungan perangkat digital sendiri dan data diri
sendiri, melainkan juga menjada keamanan pengguna lain sehingga tercipta
sistem keamanan yang kuat.
3. Konatif atau Behavioral
Langkah-langkah praktis untuk melakukan perlindungan identitas digital dan
data diri.
B. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai
ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi
politik, dan bersih dari praktik KKN. Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun
2014, kedudukan ASN terdiri dari dua yaitu PNS dan PPPK.
1. PNS (Pegawai Negeri Sipil)
PNS merupakan warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu,
diangkat sebagai pegawai ASN secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian
untuk menduduki jabatan pemerintahan dan memiliki nomor induk pegawai
secara nasional.
24
2. PPPK (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)
PPPK merupakan warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang
diangkat berdasarkan perjanjian kerja untuk jangka waktu tertentu dalam rangka
melaksanakan tugas pemerintahan sesuai dengan kebutuhan instansi Pemerintah
dan ketentuan perundang-undangan.
Menurut Pasal 21 UU Nomor 5 Tahun 2014, Hak PNS terdiri dari gaji,
tunjangan, perlindungan, pengembangan, jaminan pensiun dan hari tua, serta cuti.
Sedangkan untuk hak PPPK berdasarkan Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 2014 terdiri
dari gaji, tunjangan, perlindungan, pengembangan, dan cuti.
Kewajiban ASN adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat
kontraktual sesuatu yang sepatutnya dilaksanakan oleh ASN. Kewajiban tersebut
terdiri dari:
1. Setia dan taat pada Pancasila, UUD 1945, NKRI.
2. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.
3. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang.
4. Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran,
dan tanggung jawab.
6. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan
tindakan kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan.
7. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
8. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
25
Kode etik dan kode perilaku ASN yang harus ditaati oleh seluruh ASN
yakni:
1. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas
tinggi.
2. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
3. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
4. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau sejauh tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
5. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri
sendiri atau untuk orang lain.
6. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain
yang memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.
7. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
8. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
9. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas
ASN.
10. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggung jawab,
efektif, dan efisien.
26
PENUTUP
27
LAMPIRAN
28