Anda di halaman 1dari 36

Jurnal/Resume Latsar MOOC

JURNAL RESUME LATSAR MOOC 2023

Nama Penulis : Farida, S.Pd.


NIPPPK : 19760707 202321 2 007
Unit kerja : SDN 003 Barong Tongkok – Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat
Jabatan : Ahli Pertama - Guru Kelas
Email : faridabaru@gmail.com

KABUPATEN KUTAI BARAT


TAHUN 2023

1
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Abstrak. Jurnal ini mengulas tentang orientasi PPPK dalam rangka mewujudkan perannya sebagai
pelayan masyarakat, aparatur sipil negara sehingga dapat melaksanakan tugasnya melalui pelayanan
birokrasi yang profesional dalam menghadapi tantangan-tantangan global. Model pembelajaran
yang dilakukan adalah hybrid dengan peserta mendapatkan materi secara luring dan daring dan
menggunakan Learning Management System atau MOOC. Orientasi PPPK ini adalah memberikan
pengenalan tugas dan fungsi ASN serta memberikan pengenalan nilai dan etika pada instansi
pemerintah. Kurikulum orientasi PPPK akan membahas mengenai pengenalan fungsi dan tugas
ASN meliputi sikap perilaku bela negara, nilai-nilai dasar ASN serta kedudukan dan peran PPPK
mendukung terwujudnya smart governance.

2
Jurnal/Resume Latsar MOOC

MATERI I
Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara
Dr. Adi Suryanto, M.Si

Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry 4.0 menuntut kita
supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pondasi penting mewujudkan Smart ASN
melalui Latsar sebagai bekal menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. MOOC dapat
dimanfaatkan untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi fisik. Namun dapat dilakukan
secara mandiri dan dikembangkan dalam skama pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan
penguatan secara klasikal. MOOC diharapkan dapat menjadi learning platform bagi ASN secara
nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan kompeten untuk menuju birokrasi berkelas dunia
dan menuju Indonesia Emas 2045.

MATERI II
Video Sambutan Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI
Dr. Muhammad Taufiq DEA

Kebanggaan sebagai ASN karena dapat melayani Bangsa Indonesia. Penguasaan Core
Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan singkatan BerAKHKLAK :
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif
Kata kunci : Kempuan berinovasi
Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN).
Selamat belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi ASN yang unggul dan
mendukung daya saing bangsa.

MATERI III
Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi
ASN LAN RI
Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.

Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK dituntut belajar mandiri pada materi

3
Jurnal/Resume Latsar MOOC

MOOC. Pembelajaran dibagi 3 :


1. Sikap perilaku Bela Negara.
2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

4
Jurnal/Resume Latsar MOOC

AGENDA 1

MODUL 1. WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI – NILAI BELA NEGARA

A. WAWASAN KEBANGSAAN
Pengertian Wawasan Kebangsaan : Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa
Indonesia dalam rangka mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri
bangsa (nation character) dan kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber
dari Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan
berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil,
makmur, dan sejahtera.
4 (empat) Konsesus Dasar Berbangsa dan Bernegara :
1. Pancasila.
2. Undang-Undang Dasar 1945.
3. Bhinneka Tunggal Ika.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia.

B. NILAI – NILAI BELA NEGARA


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya
Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.
Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa nasionalisme Warga Negara dalam
upaya pemenuhan hak dan kewajibannya terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan
Pembinaan Kesadaran Bela Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional, dengan sikap
dan perilaku meliputi : Cinta tanah air bagi ASN, Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN,
Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, Rela berkorban untuk bangsa dan negara
bagi ASN, Kemampuan awal Bela negara bagi ASN.

C. SISTEM ADMINISTRASI NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA


a. Umum
Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan kemudian
ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 juga memiliki makna
pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan Negara.

b. Perspektif Sejarah Negara Indonesia

5
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Perubahan penting dalam perkembangan tata pemerintahan selama jaman pendudukan


Jepang, ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 27 yang berlaku secara efektif
mulai tanggal 8 Agustus 1942.
Pada awal masa kemerdekaan, perubahan sistem administrasi negara di Indonesia masih
dalam keadaan darurat, karena adanya transisi pemerintahan. Sehingga Bangsa Indonesia
berusaha sebisa mungkin untuk membentuk piranti–piranti yang diperlukan dalam rangka
penyelenggaraaan negara sebagai suatu negara yang berdaulat.
Setelah peristiwa Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag antara Pemerintah
Belanda dengan pemerintah Indonesia pada tanggal 23 Agustus s/d 2 November 1949. Negara
Indonesia resmi berubah dari negara kesatuan menjadi negara serikat dengan konstitusi RIS
(KRIS) 1949 sebagai Undang-Undang Dasar.

c. Makna Kesatuan dalam Sistem Penyelenggaraan Negara


Sebagai sebuah negara kesatuan (unitary state), sudah selayaknya dipahami benar makna
“kesatuan” tersebut. Dengan memahami secara benar makna kesatuan, diharapkan seluruh
komponen bangsa Indonesia memiliki pandangan, tekad, dan mimpi yang sama untuk terus
mempertahankan dan memperkuat kesatuan bangsa dan negara.
Filosofi dasar persatuan dan kesatuan bangsa dapat ditemukan di berbagai kitab kerajaan
di Indonesia, hal tersebut menunjukkan bahwa gagasan, hasrat, dan semangat persatuan
sesungguhnya telah tumbuh dan berkembang dalam akar sejarah bangsa Indonesia. Namun
dalam alam modern-pun, semangat bersatu yang ditunjukkan oleh para pendahulu bangsa
terasa sangat kuat.

d. Bentuk Negara Berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Sebagaimana disebutkan dalam Bab I, pasal 1 UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945, “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik”. Ini berarti bahwa
Organisasi Pemerintahan Negara Republik Indonesia bersifat unitaris, walaupun dalam
penyelenggaraan pemerintahan kemudian terdesentralisasikan. Sejalan dengan hal tersebut,
maka Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan provinsi itu
dibagi atas kabupaten dan kota.

e. Makna dan Pentingnya Persatuan dan Kesatuan Bangsa


Kesatuan bangsa Indonesia yang kita rasakan saat ini, itu terjadi dalam proses yang
dinamis dan berlangsung lama, karena persatuan dan kesatuan bangsa terbentuk dari proses
yang tumbuh dari unsur-unsur sosial budaya masyarakat Indonesia sendiri, yang ditempa dalam
jangkauan waktu yang lama sekali. Unsur-unsur sosial budaya itu antara lain seperti sifat
kekeluargaan dan jiwa gotong-royong.Hal itulah yang mendorong terwujudnya persatuan
bangsaIndonesia. Jadi makna dan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa dapat
mewujudkan sifat kekeluargaan, jiwa gotong-royong, musyawarah dan lain sebagainya.

f. Prinsip-Prinsip Persatuan Dan Kesatuan Bangsa

6
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Terdapat beberapa prinsip yang juga harus kita hayati serta kita pahami lalu kita
amalkan :
1) Prinsip Bhineka Tunggal Ika;
2) Prinsip Nasionalisme Indonesia;
3) Prinsip Kebebasan yang Bertanggungjawab;
4) Prinsip Wawasan Nusantara;
5) Prinsip Persatuan Pembangunan untuk Mewujudkan Cita-cita Reformasi.

g. Nasionalisme
Nasionalisme adalah sikap mencintai bangsa dan negara sendiri, Nasionalisme terbagi
atas:
1) Nasionalisme dalam arti sempit, yaitu sikap mencintai bangsa sendiri secara berlebihan
sehingga menggap bangsa lain rendah kedudukannya, nasionalisme ini disebut juga
nasionalisme yang chauvinisme, contoh Jerman pada masa Hitler.
2) Nasionalisme dalam arti luas, yaitu sikap mencintai bangsa dan negara sendiri dan
menggap semua bangsa sama derajatnya.

h. Kebijakan Publik dalam Format Keputusan dan/atau Tindakan Administrasi


Pemerintahan
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan
(“UUAP”) yang diberlakukan sejak tanggal 17 Oktober 2014, memuat perubahan penting dalam
penyelenggaran birokrasi pemerintahan. Dalam UU AP tersebut, beberapa pengertian penting
yang dimuat di dalamnya adalah sebagai berikut: administrasi pemerintahan, keputusan
administrasi pemerintahan, tindakan administrasi pemerintahan, diskresi.

i. Landasan Idiil : Pancasila


Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 12
Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara.

j. UUD 1945: Landasan konstitusionil SANKRI


1) Kedudukan UUD 1945
Konstitusi atau UUD, yang bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia disebut UUD 1945
hasil Amandemen I, II, III dan IV terakhir pada tahun 2002 (UUD 1945) merupakan
hukum dasar tertulis dan sumber hukum tertinggi dalam hierarkhi peraturan perundang-
undangan Republik Indonesia
2) Pembukaan UUD 1945 sebagai Norma Dasar (Groundnorms)
Pembukaan UUD 1945 sebagai dokumen yang ditempatkan di bagian depan UUD 1945,
merupakan tempat dicanangkannya berbagai norma dasar yang melatar belakangi,
kandungan cita-cita luhur dari Pernyataan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, dan

7
Jurnal/Resume Latsar MOOC

oleh karena itu tidak akan berubah atau dirubah, merupakan dasar dan sumber hukum bagi
Batang-tubuh UUD 1945 maupun bagi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
apapun yang akan atau mungkin dibuat.

k. Peran Aparatur Sipil Negara (ASN) Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara
Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas Pegawai ASN adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

MODUL 2. ANALISIS ISU KONTEMPORER

A. PERUBAHAN LINGKUNGAN STRATEGIS

1. Konsep Perubahan
Perubahan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dan menjadi bagian dari perjalanan
peradaban manusia. Perubahan yang diharapkan terjadi adalah perubahan ke arah yang lebih
baik untuk memuliakan manusia/humanity (memberikan manfaat bagi umat manusia).
Undang-undang ASN setiap PNS perlu memahami dengan baik fungsi dan tugasnya:
1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan peraturan perundangundangan,
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, serta
3. Memperat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.
Menjadi PNS yang profesional memerlukan pemenuhan terhadap beberapa persyaratan
berikut:
1. Mengambil tanggung jawab
2. Menunjukkan sikap mental positif
3. Mengutamakan keprimaan
4. Menunjukkan kompetensi
5. Memegang teguh kode etik

2. Perubahan Lingkungan Strategis


Ada empat level lingkungan strategis yang dapat mempengaruhi kesiapan PNS dalam
melakukan pekerjaannya sesuai bidang tugas masing-masing, yakni: individu, keluarga (family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/Culture), Nasional (Society), dan Dunia
(Global).

3. Modal Insani Dalam Menghadapi Perubahan Lingkungan Strategis

8
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Konsep ini pada intinya menganggap bahwa manusia merupakan suatu bentuk modal
yang tercermin dalam bentuk pengetahuan, gagasan (ide), kreativitas, keterampilan, dan
produktivitas kerja. Enam komponen modal manusia (Ancok, 2002) yaitu: modal intelektual,
modal emosional, modal social, modal ketabahan(adversity), modal etika/moral.

B. ISU-ISU STRATEGIS KONTEMPORER


➢ Korupsi
➢ Terorisme dan Radikalisme
➢ Money Laundring
➢ Proxy War
➢ Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, Dan Hoax)

C. TEKNIK ANALISIS ISU


1. Isu Kritikal
Isu kritikal dipandang sebagai topik yang berhubungan dengan masalah-masalah
sumber daya yang memerlukan pemecahan disertai dengan adanya kesadaran publik akan isu
tersebut. Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok berbeda berdasarkan tingkat
urgensinya, yaitu :
1. Isu saat ini (currentissue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan perhatian dan sorotan
publik secara luas dan memerlukan penanganan sesegera mungkin dari pengambil
keputusan.
2. Isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan masuk dan menyebar
di ruang publik, dan publik mulai menyadari adanya isu tersebut.
3. Isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di ruang publik, namun dapat
terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian ilmiah, analisis intelijen, dsb).

2. Teknik-Teknik Analisis Isu


1. Teknik Tapisan Isu
Alat bantu penetapan kriteria isu yang berkualitas banyak jenisnya, misalnya menggunakan
teknik tapisan dengan menetapkan rentang penilaian (1-5) pada kriteria; Aktual,
Kekhalayakan,
2. Teknik Analis Isu
Beberapa alat bantu menganalisis isu disajikan sebagai berikut: mind mapping, fishbone
diagram, analisis swot.

MODUL 3. KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA


A. KERANGKA KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

9
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang
baik secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang
dilakukan berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadardisertai kerelaan berkorban
sepenuh jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD NKRI 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidupberbangsa dan bernegara. Manfaat dalam kegiatan kesiapsiagaan bela negara ini
diantaranya : Membentuk sikap disiplin waktu, aktivitas, dan pengaturan kegiatan lain, Membentuk
jiwa kebersamaan dan solidaritas antar sesama rekan seperjuangan, Membentuk mental dan fisik
yang tangguh, Menanamkan rasa kecintaan pada bangsa dan patriotisme sesuai dengan kemampuan
diri, Melatih jiwa leadership dalam memimpin diri sendiri maupun kelompok dalam materi Team
Building, Membentuk Iman dan taqwa pada agama yang dianut oleh individu, Berbakti pada orang
tua, bangsa, agama, Melatih kecepatan, ketangkasan, ketepatan individu dalam melaksanakan
kegiatan, menghilangkan sikap negatif seperti malas, apatis, boros, egois, tidak disiplin, membentuk
perilaku jujur, tegas, adil, tepat, dan kepedulian antar sesama.

B. KEMAMPUAN AWAL BELA NEGARA

1. Kesehatan Jasmani dan Mental


Sebagai Aparatur Sipi Negara, anda tidak hanya membutuhkan jasmani yang sehat,
tetapi juga memerlukan jasmani yang bugar. Kebugaran jasmani ini diperlukan agar dapat
menjalankan setiap tugas jabatan Anda dengan baik tanpa keluhan. Kebugaran jasmani setiap
orang berbeda-beda sesuai dengan tugas/profesi masing-masing, tergantung dari tantangan
fisik yang dihadapinya. Contohnya Anda sebagai pegawai kantor tentu membutuhkan
kebugaran jasmani yang berbeda dengan seorang kuli panggul dimana mereka harus memiliki
kekuatan otot maupun daya tahan otot yang lebih baik.

2. Kesiapsiagaan Jasmani dan Mental


Sasaran latihan kesiapsiagaan jasmani adalah mengembangkan dan/atau
memaksimalkan kekuatan fisik, dengan melatih kekuatan fisik akan dapat menghasilkan
Tenaga, Daya Tahan, Kekuatan, Kecepatan, Ketepatan, Kelincahan, Koordinasi.

3. Etika, Etiket, dan Moral


a. Etika
Etika menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah Ilmu tentang apa yang baik dan buruk,
tentang hak dan kewajiban moral atau kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
b. Etiket
Etiket adalah bentuk aturan tertulis maupun tidak tertulis mengenai aturan tata krama,
sopan santun, dan tata cara pergaulan dalam berhubungan sesama manusia dengan cara yan
baik, patut, dan pantas sehingga dapat diterima dan menimblkan komunikasi, hubungan baik,
dan saling memahami antara satu dengan yang lain.

10
Jurnal/Resume Latsar MOOC

c. Moral
Moral berasal dari bahasa Latin mores yang mempunyai arti kebiasaan, adat sehingga moral
dapat didefinisikan sebagai nilai – nilai dan norma – norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Sedangkan moralitas
adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik dan buruk.

4. Kearifan Lokal
1. Konsep Kearifan Lokal
Guna memahami arti “kearifan lokal”, dapat ditelusuri dalam referensi pustaka, seperti hasil
penelitian dari para ahli dan pakar ilmu yang menyampaikan pendapatnya.
2. Prinsip Kearifsan Lokal
Kearifan lokal yang melekat pada setiap bangsa di dunia ini mengandung nilai-nilai jati diri
bangsa yang luhur dan terhormat; apakah dari satu suku atau gabungan banyak suku di
daerah tempat tinggal suatu bangsa.
3. Urgensi Kearifan Lokal
Keberadaan bentuk-bentuk kearifan lokal bagi masyarakat setempat yangmembuatnya
adalah identitas atau jati diri bagi mereka.

C. RENCANA AKSI BELA NEGARA

1. Program Rencana Aksi Bela Negara


Sebagai wujud internalisasi dari nilai-nilai Bela Negara, maka tugas membuat Rencana
Aksi tersebut yang diberikan kepada peserta Latsar CPNS merupakan bagian unsur penilaian
Sikap Perilaku Bela Negara selama mengikuti Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil.

2. Penyusunan Rencana Aksi Bela Negara


1. Tahap Pertama
Tahapan ini dilakukan pada saat On Campus, dimana masing-masing peserta Latsar CPNS
dapat menyusun rencana Aksi-nya yang terkait dengan seluruh rangkaian kegiatan dan tidak
terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan siklus
yang dialami selama pembelajaran di dalam lingkungan penyelenggaraan diklat (On Campus)
selama 21 Hari sejak hari pertama memasuki lembaga diklat (tempat penyelenggaraan Latsar
CPNS).
2. Tahap Kedua
Tahapan ini dilakukan pada saat Off Campus, dimana masing-masing peserta Latsar CPNS
saat kembali ke instansinya masing-masing dalam kurun waktu dan tempat sesuai dengan
situasi dan kondisi di lingkungan kerja masingmasing selama 30 Hari, terhitung sejak Off
Campus sampai On Campus kembali kedua kalinya. Dalam penyusunan Rencana Aksi ini tidak
terlepas dari Nilai-nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-hari bagi peserta Latsar
CPNS.

11
Jurnal/Resume Latsar MOOC

D. KEGIATAN KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

1. Peraturan Baris Berbaris


Pengertian Baris Berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna
menanamkan kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerjasama antar
peserta Latsar, salah satu dasar pembinaan disiplin adalah latihan PBB, jadi PBB bertujuan
untuk mewujudkan disiplin yang prima, agar dapat menunjang pelayanan yang prima pula, juga
dapat membentuk sikap, pembentukan disiplin, membina kebersamaan dan kesetiakawanan dan
lain sebagainya.

2. Baris Berbaris dan Tata Upacara


Baris berbaris (PBB) adalah suatu wujud latihan fisik, diperlukan guna menanamkan
kebiasaan dalam tata cara hidup dalam rangka membina dan kerja sama antar peserta diklat.
Manfaat mempelajari baris berbaris yaitu guna menumbuhkan sikap jasmani yang tegap dan
tangkas, rasa persatuan, disiplin, sehingga dengan demikian peserta diklat senantiasa dapat
mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu dan secara tidak langsung juga
menanamkan rasa tanggung jawab.

3. Keprotokolan
Keprotokolan adalah pengaturan yang berisi norma-norma atau kebiasan kebiasaan
mengenai tata cara agar suatu tujuan yang telah disepakati dapat dicapai. Esensi dalam tatanan
tersebut antara lain mencakup :
a. Tata cara, yang menentukan tindakan yang harus dilakukan dalam suatu acara tertentu.
b. Tata krama, yang menentukan pilihan kata-kata, ucapan dan perbuatan yang sesuai
dengan tinggi rendahnya jabatan seseorang.
c. Rumus-rumus dan aturan tradisi yang telah ditentukan universal didalam bangsa itu
sendiri.

Etika Keprotokolan
Protokol berasal dari bahasa Yunani “protokollum’ yang mengandung kata “protos”
(pertama) dan “kollum” (diletakkan) atau bisa juga disebut perekat yang pertama. Protokol
menyangkut kaidah/norma/aturan yang berlaku, dalam menghadapi acara resmi atau
kenegaraan baik untuk kegiatan – kegiatan di dalam negeri maupun antar Negara secara
resmi. Prinsip dasar yang melandasi etika dalam pelayanan keprotokolan adalah untuk
membuat setiap orang nyaman, senang, dan merasa penting tanpa melihat latar belakang
status jabatan.
Bentuk Etiket Secara Umum:
a. Etiket Kerapihan Diri dan Cara Berpakaian;
b. Etiket Berdiri;
c. Etiket Duduk;
d. Etiket Berjalan;
e. Etiket Berkenalan dan Bersalaman;

12
Jurnal/Resume Latsar MOOC

f. Etiket Berbicara;
g. Etiket dalam Jamuan.

4. Kewaspadaan Diri
Kemampuan kewaspadaan dini adalah kemampuan ynag dikembangkan untuk
mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer secara optimal sehingga terwujud
kepekaan, kesiagaan, dan antisipasi setiap warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.

a. Kewaspadaan dini dalam penyelenggaraan otonomi daerah


Untuk mewujudkna ketenteraman, ketertiban dan perlindungan masyarakat yang
dilakukan dengan upaya kewaspadaan dini oleh masyaraka dibentuklah Forum
Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM). FKDM adalah wadah bagi elemen masyarakat
yang dibentuk dalam rangka menjaga dan memelihara kewaspadaan dini masyarakat,
termasuk wakil – wakil Ormas. Pembentukan FKDM dilakukan oleh masyarakat dan
difasilitasi oleh pemerintah daerah.

b. Kewaspadaan Dini dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara


Dalam penyelenggaraan perthanan negara, kemampuan kewaspadaan dni
dikembangkan untuk mendukung sinergisme penyelenggaraan pertahanan militer dan
nirmiliter secara optimal sehingga terwujud kepekaan, kesiagaan dan antisipasi setiap
warga negara dalam menghadapi potensi ancaman.

c. Deteksi Dini dan Peringatan Dini dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah


Dalam rangka mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya
kedaulaan NKRI, perlu dilaksanakan deteksi dini dan peringatan dini di daerah yang perlu
didukung dengan koordinasi yang baik antar aparat unsur intellijen secara professional
yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 tahun 2011 tentang
Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2006 tentang
Komunitas Intellijen Daerah. Komunitas Intellijen Derah atau kominda adalah forum
komunikasi dan koordinasi unsur intellijen dan unsur pimpinan daerah di provinsi dan
kabupaten/kota.

d. Deteksi Dini dan Peringatan Dini dalam Sistem Keamanan Nasional


Keamanan nasional merupakan kondisi dinamis bangsa dan NKRI ynag menjamin
keselamatan, kedamaian dan kesejahteraan warga negara, masyarakat dan bangsa,
terlindunginya kedaulatan dan keutuhan wilayah negara, serta keberlangsungan
pembangunan nasional dari segala ancaman. Ancaman memiliki haikat yang majemuk,
berbentuk fisik atau nonfisik, konvensional atau nonkonvensional, global atau local, segera
atau mendatang, potensial atau aktual, militer atau nonmiliter, langsung atau tidak
langsung, daari luar negeri atau dalam negeri, serta degan kekerasan senjata atau tanpa
kekerasan senjata.

e. Deteksi Dini dan Peringatan Dini

13
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Upaya melakukan penilaian terhadap ancaman dapat terwujud denga baik apabila
intellijen negara sebagai bagian dari system keamanan nasional yang merupakan lini
pertama mampu melakukan deteksi dini dan peringatan din terhadap berbagai bentuk dan
sifat ancaman, baik yang potensial maupun aktual. Ruang lingkup intellijen negara meliputi
: Intellijen dalam negeri dan luar negeri, Intellijen pertahanan dan/atau militer, Intellijen
kepolisian, Intellijen penegak hokum, Intellijen kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian.

f. Kewaspadaan Dini Bagi CPNS


Sebagai abdi negara dan masyarakat, CPNS memiliki kewajiban untuk
mengantisipasi ancaman terhadap integritas nasional dan tegaknya kedaulatan NKRI. Hal
ini dapat diimplementasikan dengan “kesaadaran lapor cepat” terhadap setiap potensi
ancaman baik di lingkungan pekerjaan maupun pemukiman, mendorong terbentuknya
FKDM di lingkungan masing – masing atau berkontribusi pada Kominda.

g. Kegiatan dalam Kesiapsiagaan Bela Negara


PNS yang siaga : PNS yang mampu meminimalisir hal yang tidak diinginkan.
Manfaat kesiapsiagaan : Mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dari
dalam maupun luar.

14
Jurnal/Resume Latsar MOOC

AGENDA 2

MODUL 1. BERORIENTASI PELAYANAN

A. KONSEP PELAYANAN PUBLIK

1. Pengertian Pelayanan Publik


Asas penyelenggaraan pelayanan publik seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UU
Pelayanan Publik, yaitu : kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan
hak dan kewajiban, keprofesionalan, partisipatif, persamaan perlakuan/tidak diskriminatif,
keterbukaan, akuntabilitas, fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, ketepatan
waktu, dan kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

2. Membangun Budaya Pelayanan Prima


Terdapat enam elemen untuk menghasilkan pelayanan publik yang berkualitas yaitu :
(1) Komitmen pimpinan, (2) Penyediaan layanan sesuai dengan sasaran dan kebutuhan
masyarakat, (3) Penerapan dan penyesuaian Standar Pelayanan di dalam penyelenggaraan
pelayanan public, (4) Memberikan perlindungan bagi internal pegawai, serta menindaklanjuti
pengaduan masyarakat, (5) Pengembangan kompetensi SDM, jaminan keamanan dan
keselamatan kerja, fleksibilitas kerja, penyediaan infrastruktur teknologi informasi dan sarana
prasarana, (6) Pemantauan dan evaluasi terhadap kinerja penyelenggara pelayanan publik.

3. ASN sebagai Pelayan Publik


Pegawai ASN bertugas untuk : melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan
pelayanan publik yang profesional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Menurut Pasal 34 UU Pelayanan Publik, perilaku pelaksana pelayanan publik, termasuk
ASN diantaranya : (1) adil dan tidak diskriminatif, cermat, (2) santun dan ramah, (3) tegas,
andal, dan tidak memberikan putusan yang berlarut- larut, (4) professional, (5) tidak
mempersulit, (6) patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar, (7) menjunjung tinggi nilai-
nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara, (8) tidak membocorkan informasi atau
dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan, (9) terbuka
dan mengambil langkah yang tepat, (10) tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta
fasilitas pelayanan public, (11) tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam
menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat,
(12) tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki, (13) sesuai
dengan kepantasan, dan (14) tidak menyimpang dari prosedur.

B. BERORIENTASI PELAYANAN

15
Jurnal/Resume Latsar MOOC

1. Panduan Perilaku Berorientasi Pelayanan


Panduan perilaku/kode etik dari nilai Berorientasi Pelayanan sebagai pedoman bagi
para ASN dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, yaitu : (1) memahami dan memenuhi kebutuhan
masyarakat, (2) Ramah, Cekatan, Solutif, dan Dapat Diandalkan, dan (3) Melakukan Perbaikan
Tiada Henti.

2. Tantangan Aktualisasi Nilai Berorientasi Pelayanan


Tantangan yang berasal dari internal penyelenggara pelayanan publik dapat berupa
anggaran yang terbatas, kurangnya jumlah SDM yang berkompeten, termasuk belum
terbangunnya sistem pelayanan yang baik. Namun, Pemerintah berkomitmen untuk terus
meningkatkan kualitas penyelenggaraan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan dan harapan
masyarakat serta mengatasi berbagai hambatan yang ada.
Dalam rangka mencapai visi reformasi birokrasi serta memenangkan persaingan di era
digital yang dinamis, diperlukan akselerasi dan upaya luar biasa (keluar dari rutinitas dan
business as usual) agar tercipta breakthrough atau terobosan, yaitu perubahan tradisi, pola, dan
cara dalam pemberian pelayanan publik. Terobosan itulah yang disebut dengan inovasi
pelayanan publik. Konteks atau permasalahan publik yang dihadapi instansi pemerintah dalam
memberikan layanannya menjadi akar dari lahirnya suatu inovasi pelayanan public.
Instansi pemerintah dituntut untuk lebih jeli mengamati permasalahan dalam pelayanan
publik sehingga inovasi yang dilahirkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Untuk
itu, adanya kolaborasi antara pemerintah, partisipasi masyarakat, dan stakeholders terkait
lainnya perlu dibangun sebagai strategi untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya inovasi.

MODUL 2. AKUNTABEL

A. POTRET LAYANAN PUBLIK NEGERI INI

1. Potret Layanan Publik di Indonesia


Pada kenyataan layanan publik di negeri ini kerap dimanfaatkan oleh ‘oknum’ pemberi
layanan untuk mendapatkan keuntungan pribadi ataupun kelompok.
Payung hukum : Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Layanan Publik.
Tantangan dari upaya peningkatan layanan publik antara lain :
• Dari lingkungan ASN sebagai pemberi layanan : godaan dan mental/pola pikir pihak-pihak
yang dahulu menikmati keuntungan dari lemahnya sektor pengawasan layanan
• Dari masyarakat penerima layanan.
Tugas ASN dalam usaha peningkatan layanan publik adalah ikut menjaga bahkan ikut
berpartisipasi dalam proses menjaga dan meningkatkan kualitas layanan tersebut.

2. Keutamaan Mental Melayani


Mental Melayani : dari diri sendiri, dari kecil, dan dari sekarang.

16
Jurnal/Resume Latsar MOOC

B. KONSEP AKUNTABILITAS
1. Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk mempertanggungjawabkan segala tindak dan
tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih luasnya kepada
publik (Matsiliza dan Zonke, 2017).

2. Aspek-Aspek Akuntabilitas
Menunjukkan sebuah hubungan, berorientasi pada hasil, membutuhkan laporan,
memerlukan konsekuensi, dan memperbaiki kinerja.

3. Pentingnya Akuntabilitas
Fungsi akuntabilitas publik yaitu : menyediakan kontrol demokratis (peran
demokrasi), mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional),
dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

4. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas personal, individu, kelompok, organisasi, dan stakeholder.

C. PANDUAN PERILAKU AKUNTABEL

1. Akuntabilitas dan Integritas


Akuntabilitas dan Integritas tersebut harus dipegang teguh oleh semua unsur
pemerintahan dalam memberikan layanang kepada masyarakat.

2. Integritas dan Anti Korupsi


Integritas adalah salah satu pilar penting dalam pemberantasan korupsi. Secara
harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara ucapan dan perbuatan.

3. Mekanisme Akuntabilitas
Akuntabilitas kejujuran dan hukum, proses, program, dan kebijakan.
o Mekanisme akuntabilitas birokrasi Indonesia : perencanaan strategis, kontrak kinerja, dan
laporan kinerja.
o Menciptakan lingkungan kerja yang akuntabel : kepemimpinan, transparansi, integritas,
tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.
o Langkah yang harus dilakukan dalam menciptakan framework akuntabilitas : (1) Tentukan
tujuan dan tanggung jawab, (2) Rencanakan apa yang akan dilakukan, (3) Lakukan
implementasi dan monitoring, (4) Berikan laporan, (5) Berikan evaluasi dan masukan.
o Konflik Kepentingan
Konflik kepentingan adalah suatu keadaan sewaktu seseorang pada posisi yang diberi
kewenangan dan kekuasaan untuk mencapai tugas dari perusahaan atau organisasi
yang memberi penugasan, sehingga orang tersebut memiliki kepentingan profesional dan
pribadi yang bersinggungan.

17
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Ada 2 tipe konflik kepentingan yaitu keuangan dan non keuangan.

D. AKUNTABEL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAHAN


• Prinsip keterbukaan informasi : Maximum Access Limited Exemption (MALE) ;
permintaan tidak perlu disertai alasan; mekanisme yang sederhana, murah, dan cepat; informasi
harus utuh dan benar; informasi pro aktif; perlindungan pejabat yang beritikad baik.
• Untuk membangun budaya antikorupsi di organisasi pemerintahan, dapat mengadopsi langkah-
langkah yang diperlukan dalam penanganan konflik kepentingan : penyusunan kerangka
kebijakan, identifikasi situasi konflik kepentingan,, penyusunan strategi penangan konflik
kepentingan, dan menyiapan serangkaian tindakan untuk menangani konflik kepentingan.

MODUL 3. KOMPETEN

A. TANTANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS

1. Dunia Vuca
Situasi dunia saat ini dengan cirinya yang disebut dengan “Vuca World”, yaitu dunia
yang penuh gejolak (volatility) disertai penuh ketidakpastian (uncertainty). Sementara itu dalam
konteks peran pelayanan publik, ia banyak bergeser orientasinya, dimana pentingnya pelibatan
masyarakat dalam penentuan kebutuhan kebijakan dan pelayanan publik (customer centric).
Berdasar dinamika global (VUCA) dan adanya tren keahlian baru, perlunya pemutakhiran
keahlian ASN yang relevan dengan orientasi pembangunan nasional dan aparatur.

2. Disrupsi Teknologi / Informasi


Adaptasi terhadap keahlian baru perlu dilakukan setiap waktu. Kecenderungan
kemampuan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dalam meningkatkan kinerja
organisasi lebih lambat, dibandikan dengan tawaran perubahan teknologi itu sendiri. Perubahan
teknologi informasi bergerak lebih cepat dibandingkan dengan kemampuan banyak pihak dalam
memanfaatkan kemajuan teknologi untuk meningkatkan produktivitas organisasi. Secara
implisit perlunya penguatan kompetensi secara luas, yang memungkinkan setiap pegawai dapat
memutakhirkan kompetensi, baik secara individu maupun secara kolektif organisasi.

3. Kebijakan Pembangunan Aparatur


Upaya untuk mewujudkan visi tersebut dilakukan melalui 9 (sembilan) Misi
Pembangunan yang dikenal sebagai Nawacita Kedua, yaitu : (1) Peningkatan kualitas manusia
Indonesia, (2) Struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing, (3) Pembangunan
yang merata dan berkeadilan, (4) Mencapai lingkungan hidup yang berkelanjutan, (5) Kemajuan
budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa, (6) Penegakan sistem hukum yang bebas
korupsi, bermartabat, dan terpercaya, (7) Perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan
rasa aman pada setiap warga, (8) Pengelolaan pemerintahan yang bersih, efektif, dan terpercaya,
dan (9) Sinergi pemerintah daerah dalam kerangka negara kesatuan.

18
Jurnal/Resume Latsar MOOC

B. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN APARATUR


1. Sistem Merit
Sesuai dengan kebijakan Undang Undang ASN Nomor 5 Tahun 2014, prinsip dasar
dalam pengelolaan ASN yaitu berbasis merit. Dalam hal ini seluruh aspek pengelolaan ASN
harus memenuhi kesesuaian kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.

2. Pembangunan Aparatur 2020-2024


Dalam tahap pembangunan Aparatur Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, Reformasi Birokrasi diharapkan menghasilkan karakter
birokrasi yang berkelas dunia (world class bureaucracy), dicirikan dengan beberapa hal, yaitu
pelayanan publik yang semakin berkualitas, dan tata kelola yang semakin efektif dan efisien
(Peraturan Menteri PANRB Nomor 25 Tahun 2020 Tentang Road Map Reformasi Birokrasi
Aparatur 2020-2024).

3. Karakter ASN
Sekurangnya terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam
menghadapi tuntutan pekerjaan saat ini dan ke depan diantaranya : integritas, nasionalisme,
profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship. Ke delapan karakteristik ini disebut sebagai smart ASN. Karakter lain yang
diperlukan dari ASN untuk beradapatasi dengan dinamika lingkungan strategis, yaitu : inovatif
dan kreatif, agility dan flexibility, persistence dan perseverance serta teamwork dan
cooperation.

C. PENGEMBANGAN KOMEPTENSI

1. Konsepsi Kompetensi
Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau
mengelola unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan
pengalaman berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya,
perilaku, wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi
setiap pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.

2. Hak Pengembangan Kompetensi

19
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang Undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) Jam
Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam Pelajaran bagi PPPK.

3. Pendekatan Pengembangan Kompetensi


Terdapat dua pendekatan pengembangan yang dapat dimanfaatkan pegawai untuk
meningkatkan kompetensinya, yaitu klasikal dan non klasikal.

D. PERILAKU KOMPETEN

1. Berkinerja Yang BerAkhlak


ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan dirinya dan
wajib mempertanggungjawabkan kinerjanya dan menerapkan prinsip merit dalam pelaksanaan
manajemen ASN. Panduan perilaku (kode etik) kompeten yaitu : a. Meningkatkan kompetensi
diri untuk menjawab tantangan yang selalu berubahi; b. Membantu orang lain belajar; dan c.
Melaksanakan tugas dengan kualitas terbaik.

2. Learn, Unlearn, dan Relearn


Learn berarti sebagai ASN biasakan belajarlah hal yang benar-benar baru dan lakukan
secara terus menerus. Proses belajar ini dilakukan di mana pun, dalam peran apa apun, sudah
barang tentu termasuk di tempat pekerjaannya masing-masing. Unlearn artinya
lupakan/tinggalkan apa yang telah diketahui berupa pengetahuan dan atau kehalian. Relearn
berarti kita benar-benar telah menerima fakta baru.

3. Meningkatkan Kompetensi Diri


Setiap orang termasuk ASN selayaknya memiliki watak sebagai pembelajar sepanjang
hayat, yang dapat bertahan dan berkembang dalam orientasi Ekonomi Pengetahuan.
Pembelajar yang relevan saat ini adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk secara efektif
dan kreatif menerapkan keterampilan dan kompetensi ke situasi baru, di dunia yang selalu
berubah dan kompleks. Sebagai ASN pembelajar, ASN juga diharapkan mengalokasikan dirinya
dalam waktu dan ruang yang memadai, yang dikhususkan untuk penciptaan atau perolehan
pengetahuan.

4. Membantu Orang Lain Belajar


Cara lain untuk membantu orang lain melalui kegiatan aktif untuk akses dan transfer
Pengetahuan (Knowledge Access and Transfer), dalam bentuk pengembangan jejaring ahli
(expert network), pendokumentasian pengalamannya/ pengetahuannya, dan mencatat
pengetahuan bersumber dari refleksi pengalaman. ASN pembelajar dapat juga berpartisipasi
untuk aktif dalam jaringan para ahli sesuai dengan bidang kepakarannya dalam proses transfer
pengetahuan keahlian. Jadi ASN dapat aktif dalam jejaring pengetahuan tersebut untuk
memutakhirkan pengetahuannya dan dapat juga menyediakan dirinya sebagai ahli/sumber
pengetahuan itu sendiri, yang dapat mentrasfer pengetahuannya kepada pihak lain yang
membutuhkannya.

20
Jurnal/Resume Latsar MOOC

5. Melaksanakan Tugas Terbaik


Pengetahuan menjadi karya : Dalam konteks ini energi kolektif setiap pegawai
merupakan salah satu elemen penting dalam dinamika perubahan tersebut, untuk peningkatan
kinerja organisasi. Makna hidup dan bekerja baik : menemukan makna nilai yang Anda anggap
penting.

MODUL 4. HARMONIS

A. KEANEKARAGAMAN BANGSA DAN BUDAYA INDONESIA

1. Keanekaragaman Bangsa dan Budaya Indonesia


Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.504 pulau.
Dari ujung Aceh sampai Papua, Indonesia terdiri dari 1.340 suku bangsa, 715 bahasa, dan 6
agama dengan penganut mayoritas. Semboyan nasional Indonesia, "Bhinneka tunggal ika"
("Berbeda-beda namun tetap satu"). Keanekaragaman suku bangsa disebabkan karena kondisi
letak geografis Indonesia yang berada di persimpangan dua benua dan samudra.
Sehingga terjadi percampuran ras, suku bangsa, agama, etnis dan budaya yang membuat
beragamnya suku bangsa dan budaya diseluruh Indonesia.
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia
terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
Nasionaisme bangsa Indonesia yaitu : (1) Menempatkan persatuan dan kesatuan, (2)
Kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan
golongan, (3) Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara, (4)
Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri, (5)
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama
bangsa, (6) Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia, (7) Mengembangkan sikap
tenggang rasa.

2. Pentingnya Membangun Rasa Nasionalisme dan Persatuan Kebangsaan


Kelahiran Budi Oetomo Tahun 1908 dianggap sebagai dimulainya Kebangkitan
Nasional karena menggunakan strategi perjuangan yang baru dan berbeda dengan perjuangan
sebelumnya. Puncak perjungan pemuda yaitu pada saat kongres Pemuda dengan merumuskan
Sumpah Pemuda. Dimana istilah satu Indonesia dan untuk pertama kalinya Lagu Indonesia
Raya dikumandangkan.
Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) yang dirumuskan oleh para pendiri bangsa. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika
diungkapkan oleh Mpu Tantular dalam kitabnya, kakawin Sutasoma pada tahun 1851.

3. Konsep dan Teori Nasionalisme Kebangsaan


Beberapa aliran besar dalam konsep dan teori mengenai nasionalisme kebangsaan, yaitu
aliran modernis, aliran primordialis, aliran perenialis, dan aliran etno.

21
Jurnal/Resume Latsar MOOC

4. Potensi dan Tantangan dalam Keanekaragaman bagi ASN


Wujud tantangan ada yang berupa keuntungan dan manfaat yang antara lain berupa:
1. Dapat mempererat tali persaudaraan.
2. Menjadi aset wisata yang dapat menghasilkan pendapatan negara.
3. Memperkaya kebudayaan nasional.
4. Sebagai identitas negara indonesia di mata seluruh negara di dunia.
5. Dapat dijadikan sebagai ikon pariwisata sehingga para wisatawan dapat tertarik dan
berkunjung di Indonesia.
6. Dengan banyaknya wisatawan maka dapat menciptkan lapangan pekerjaan.
7. Sebagai pengetahuan bagi seluruh warga di dunia.
8. Sebagai media hiburan yang mendidik.
9. Timbulnya rasa nasionalisme warga negara terhadap negara Indonesia.
10.Membuat Indonesia terkenal dimata dunia berkat keberagaan budaya yang kita miliki.
Beberapa potensi tantangan yang muncul dapat ditandai dengan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Tidak adanya persamaan pandangan antarkelompok, seperti perbedaan tujuan, cara
melakukan sesuatu, dan sebagainya.
2. Norma-norma sosial tidak berfungsi dengan baik sebagai alat mencapai tujuan.
3. Adanya pertentangan norma-norma dalam masyarakat sehingga menimbulkan
kebingungan bagi masyarakat.
4. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggar atas norma yang tidak tegas atau lemah.
5. Tindakan anggota masyarakat sudah tidak lagi sesuai dengan norma yang berlaku.
6. Terjadi proses disosiatif, yaitu proses yang mengarah pada persaingan tidak sehat,
tindakan kontroversial, dan pertentangan (disharmonis).
7. Menguatnya etnosentrisme dalam masyarakatyaitu berupa perasaan kelompok dimana
kelompok merasa dirinya paling baik, paling benar, dan paling hebat sehingga mengukur
kelompok lain dengan norma kelompoknya sendiri. Sikap etnosentrisme tidak hanya dalam
kelompok suku, namun juga kelompok lain seperti kelompok pelajar, partai politik,
pendukung tim sepakbola dan sebagainya.
8. Stereotip terhadap suatu kelompok, yaitu anggapan yang dimiliki terhadap suatu kelompok
yang bersifat tidak baik. Seperti anggapan suatu kelompok identik dengan kekerasan, sifat
suatu suku yang kasar, dan sebagainya.

5. Sikap ASN dalam Keanekaragaman Berbangsa


Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya diperlukan langkah
dan proses yang berkesinambungan, diantaranya :
• Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan hasil pembangunan di
segala bidang.
• Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormati adanya perbedaan budaya
melalui pendidikan pluralitas dan multikultural di dalam jenjang pendidikan formal.

22
Jurnal/Resume Latsar MOOC

C. MEWUJUDKAN SUASANA HARMONIS DALAM LINGKUNGAN BEKERJA DAN


MEMBERIKAN LAYANAN KEPADA MASYARAKAT

1. Pengertian Nilai Dasar Harmonis dalam Pelayanan ASN


Salah satu kunci sukses kinerja suatu organisasi berawal dari suasana tempat kerja. Ada
tiga hal yang dapat menjadi acuan untuk membangun budaya tempat kerja nyaman dan
berenergi positif diantaranya : membuat tempat kerja yang berenergi, memberikan keleluasaan
untuk belajar dan memberikan kontribusi, serta berbagi kebahagiaan bersama seluruh anggota
organisasi.

2. Etika Publik ASN dalam Mewujudkan Suasana Harmonis


a. Pengertian Etika dan kode Etik
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama dan untuk
orang lain di dalam institusi yang adil. Kode Etik adalah aturan-aturan yang mengatur
tingkah laku dalam suatu kelompok. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok profesional
tertentu.
b. Etika publik
Etika Publik merupakan refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik/buruk,
benar/salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam
rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Ada tiga fokus utama dalam
pelayanan publik, yakni : (1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan, (2) Sisi dimensi
reflektif, Etika Publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan
publik dan alat evaluasi, dan (3) Modalitas Etika, menjembatani antara norma moral dan
tindakan faktual.
3. Sumber kode etik ASN antara lain meliputi:
a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).
b. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 1959 tentang Sumpah Jabatan Pegawai Negeri
Sipil dan Anggota Angkatan Perang.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1975 tentang Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri
Sipil.
e. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode
Etik Pegawai Negeri Sipil.
f. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin PNS.
g. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen PNS.

4. Kode Etik ASN

23
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Berdasarkan pasal 5 UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN ada dua belas kode etik
dan kode perilaku ASN itu, yaitu:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin.
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan.
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan negara.
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif, dan
efisien.
h. Menjaga agar tidak terjadi disharmonis kepentingan dalam melaksanakan tugasnya.
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan.

5. Perilaku ASN
Sikap perilaku ini bisa ditunjukkan dengan : toleransi, empati, dan keterbukaan terhadap
perbedaan.
Perubahan mindset merupakan reformasi birokrasi yang paling penting, setidaknya
mencakup tiga aspek penting yakni : (1) berubah dari penguasa menjadi pelayan, (2) merubah
dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’, dan (3) menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah,
yang harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat.

6. Tata Kelola dan Etika dalam Organisasi


Sebagai pelayan, tentu saja pejabat publik harus memahami keinginan dan harapan masyarakat
yang harus dilayaninya. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan hak-
haknya sebagai dampak globalisasi yang ditandai revolusi dibidang telekomunikasi, teknologi
informasi, transportasi telah mendorong munculnya tuntutan gencar yang dilakukan
masyarakat kepada pejabat publik untuk segera merealisasikan penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance).

7. Etika ASN Sebagai Pelayan Publik


Norma etika yang berisi berbagai ketentuan dan kaidah moralitas memiliki perbedaan dalam
sistem sanksi jika dibandingkan dengan norma hukum. Sistem sanksi dalam norma hukum
sebagian besar bersifat paksaan (coercive) dan karena itu memerlukan aparat penegak hukum
yang dibentuk atau difasilitasi oleh negara.

D. PERAN ASN DALAM MEWUJUDKAN SUASANA DAN BUDAYA HARMONIS

1. Peran ASN

24
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Beberapa peran ASN dalam kehidupan berbangsa dan menciptakan budaya harmoni
dalam pelaksanaan tugas dan kewajibannya adalah sebagai berikut :
o Posisi PNS sebagai aparatur Negara harus bersikap netral dan adil.
o PNS juga harus bisa mengayomi kepentingan kelompok-kelompok minoritas.
o PNS juga harus memiliki sikap toleran atas perbedaan untuk menunjang sikap netral dan
adil.
o PNS harus memiliki suka menolong baik kepada pengguna layanan, juga membantu kolega
PNS lainnya yang membutuhkan pertolongan.
o PNS menjadi figur dan teladan di lingkungan masyarakatnya.

2. Budaya Harmonis
Dalam dunia nyata upaya mewujudkan suasana harmonis tidak mudah. Realita
lingkungan selalu mengalami perubahan sehingga situasi dan kondisi juga mengikutinya.
Upaya menciptakan dan menjaga suasana harmonis dilakukan secara terus menerus. Mulai dari
mengenalkan kepada seluruh personil ASN dari jenjang terbawah sampai yang paling tinggi,
memelihara suasana harmonis, menjaga diantara personil dan stake holder. Kemudian yang tidak
boleh lupa untuk selalu menyeseuaikan dan meningkatkan usaha tersebut, sehingga menjadi
habit/kebiasaan dan menjadi budaya hidup harmonis di kalangan ASN dan seluruh pemangku
kepentingannya.

MODUL 5. LOYAL

A. KONSEP LOYAL

Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya
mutu dari sikap setia. Bagi seorang Pegawai Negeri Sipil, kata loyal dapat dimaknai sebagai
kesetiaan, paling tidak terhadap cita-cita organisasi, dan lebih-lebih kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Terdapat beberapa ciri/karakteristik yang dapat digunakan oleh
organisasi untuk mengukur loyalitas pegawainya, antara lain : (1) Taat pada Peraturan, (2) Bekerja
dengan Integritas, (3) Tanggung Jawab pada Organisasi, (4) Kemauan untuk Bekerja Sama, (5)
Rasa Memiliki yang Tinggi, (6) Hubungan Antar Pribadi, (7) Kesukaan Terhadap Pekerjaan, (8)
Keberanian Mengutarakan Ketidaksetujuan, dan (9) Menjadi teladan bagi Pegawai lain.
Loyal merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara dengan
panduan perilaku :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

25
Jurnal/Resume Latsar MOOC

Setiap ASN harus senantiasa menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan
martabat pegawai negeri sipil, serta senantiasa mengutamakan kepentingan negara daripada
kepentingan sendiri, seseorang atau golongan sebagai wujud loyalitasnya terhadap bangsa dan
negara. Agar para ASN mampu menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan
lainnya dibutuhkan langkah-langkah konkrit, diantaranya melalui pemantapan Wawasan
Kebangsaan. Selain memantapkan Wawasan Kebangsaan, sikap loyal seorang ASN dapat dibangun
dengan cara terus meningkatkan nasionalismenya kepada bangsa dan negara.

B. PANDUAN PERILAKU LOYAL


Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya dapat
diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan sehari-
harinya, yaitu : Cinta Tanah Air, Sadar Berbangsa dan Bernegara, Setia pada Pancasila sebagai
Ideologi Negara, Rela Berkorban untuk Bangsa dan Negara, dan Kemampuan Awal Bela Negara.

C. LOYAL DALAM KONTEKS ORGANISASI PEMERINTAH


Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai : Pelaksana kebijakan publik, Pelayan publik,
serta Perekat dan pemersatu bangsa.
Kemampuan ASN dalam melaksanakan ketiga fungsi tersebut merupakan perwujudan dari
implementai nilai-nilai loyal dalam konteks individu maupun sebagai bagian dari Organisasi
Pemerintah.
Perilaku loyal yang semestinya dipahami dan dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi
tempatnya bertugas, diantaranya :
1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah;
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara; serta
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.
Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah komitmen, dedikasi, kontribusi, nasionalisme dan
pengabdian, yang dapat disingkat menjadi “KoDeKoNasAb”.

MODUL 6. ADAPTIF

Adaptif adalah suatu proses yang menempatkan manusia yang berupaya mencapai tujuan-
tujuan atau kebutuhan untuk menghadapi lingkungan dan kondisi social yang berubah-ubah agar
tetap bertahan (Robbins: 2003).
Batasan pengertian adaptif:
a. Proses mengatasi halangan-halangan dari lingkungan.
b. Penyesuaian terhadap norma untuk menyalurkan.

26
Jurnal/Resume Latsar MOOC

c. Proses perubahan untuk menyesuaikan dengan situasi yang berubah.


d. Mengubah agar sesuai dengan kondisi yang diciptakan.
e. Memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas untuk kepentingan lingkungan dan sistem.
f. Penyesuaian budaya dan aspek lainnya sebagai hasil seleksi alamiah.

ADAPTIF SEBAGAI NILAI DAN BUDAYA ASN


Learning Organization (peter senge):
a. Pegawainya harus terus mengasah pengetahunnya hingga ke tingkat mahir (personal mastery).
b. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suat visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision).
c. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model).
d. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya(team learning).
e. Pegawainya harus selalu berpikir sistematik, tidak kaca mata kuda atau bermental silo (system
thingking).
Penerapan budaya adaptif :
1. Dapat mengantisispasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
2. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah.
3. Mendorong jiwa kewirausahaan.
4. Terkait dengan kinerja instansi.
5. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra, masyarakat
dan sebagainya.
Penerapan adaptasi dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi yang merespons
perubahan lingkungannya yaitu antara lain dengan kemampuan sikap maupun proses dapat
dipandang sebagai :
a) Fluency (kelancaran) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau gagasan baru
karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
b) Flexibility (Fleksibilitas) yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari ide-ide
yang berbeda.
c) Elaboration (Elaborasi) yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan kedalaman dan
komprehensif.
d) Originality (Orisinalitas) yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau gagasan
yang dimunculkan oleh individu.
Pondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unst dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadhersip). Unsur landscape terkait dengan
bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan. Unsur
kedua adalah pembelajaran yang terdiri dari elemen-elemen adaptif organization yaitu perencanaan

27
Jurnal/Resume Latsar MOOC

beradaptasi, penciptanaan budaya adaptif dan struktur adaptasi. Yang terakhir adalah unsur
kepemimpinan yang menjalankan peran dalam membentuk adaptive organization.
Ada 9 elemen budaya adaptif menurut Management Advisory Service UK antara lain :
Purpose, Cultural values, Vision, Corporate values, Corporate strategy, Structure, Problem solving,
Partner working, dan rulers.
Ciri-ciri individu adaptif : (1) Eksperimen orang yang beradaptasi, (2) Melihat peluang di
mana orang lain melihat kegagalan, (3) Memiliki sumber daya, (4) Selalu berpikir kedepan, (5) Tidak
mudah mengeluh, (6) Tidak menyalahkan, (7) Tidak mencari polularitas, (8) Memiliki rasa ingin
tahu, (9) Memperhatikan system, (10) Membuka pikiran, dan (11) Memahami apa yang sedang
diperjuangkan.

MODUL 7. KOLABORATIF
A. KONSEP KOLABORASI

Kolaborasi juga sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,


implementasi sampai evaluasi. Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk
kolaborasi yaitu : (1) forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau Lembaga, (2) peserta dalam
forum termasuk aktor nonstate, (3) peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan
dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’ oleh agensi public, (4) forum secara resmi diatur dan bertemu
secara kolektif, (5) forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika
konsensus tidak tercapai dalam praktik), dan (6) fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau
manajemen.
Whole-of-Government (WoG) adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan
yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang
lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan- tujuan pembangunan kebijakan,
manajemen program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-
urusan yang relevan.

B. PRAKTIK DAN ASPEK NORMATIF KOLABORASI PEMERINTAH

Esteve et al (2013 p 20) mengungkapkan beberapa aktivitas kolaborasi antar organisasi


yaitu : (1) Kerjasama Informal; (2) Perjanjian Bantuan Bersama; (3) Memberikan Pelatihan; (4)
Menerima Pelatihan; (5) Perencanaan Bersama; (6) Menyediakan Peralatan; (7) Menerima
Peralatan; (8) Memberikan Bantuan Teknis; (9) Menerima Bantuan Teknis; (10) Memberikan
Pengelolaan Hibah; dan (11) Menerima Pengelolaan Hibah.
Ansen dan gash (2012 p 550) mengungkapkan beberapa proses yang harus dilalui dalam
menjalin kolaborasi yaitu :
1) Trust building : membangun kepercayaan dengan stakeholder mitra kolaborasi;
2) Face to face Dialogue: melakukan negosiasi dengan baik dan bersungguh-sungguh;

28
Jurnal/Resume Latsar MOOC

3) Komitmen terhadap proses: pengakuan saling ketergantungan; sharing ownership dalam


proses; serta keterbukaan terkait keuntungan bersama;
4) Pemahaman bersama: berkaitan dengan kejelasan misi, definisi bersama terkait
permasalahan, serta mengidentifikasi nilai bersama; dan
5) Menetapkan outcome antara.
Faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam kolaborasi antar lembaga pemerintah
adalah kepercayaan, pembagian kekuasaan, gaya kepemimpinan, strategi manajemen dan
formalisasi pada pencapaian kolaborasi yang efisien dan efektif antara entitas publik.
Berdasarkan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan diatur bahwa “Penyelenggaraan pemerintahan yang melibatkan
Kewenangan lintas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dilaksanakan melalui kerja sama antar-
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang terlibat, kecuali ditentukan lain dalam ketentuan
peraturan perundang- undangan”.
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan dapat memberikan Bantuan Kedinasan kepada
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan yang meminta dengan syarat:
a. Keputusan dan/atau Tindakan tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan dan/atau
Pejabat Pemerintahan yang meminta bantuan;
b. Penyelenggaraan pelaksanaan pemerintah tidak dapat dilaksanakan sendiri oleh Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan karena kurangnya tenaga dan fasilitas yang dimiliki oleh
Badan dan/atau Pejabat pemerintahan;
c. dalam hal melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakannya sendiri;
d. apabila untuk menetapkan Keputusan dan melakukan kegiatan pelayanan publik, Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahan membutuhkan surat keterangan dan berbagai dokumen yang
diperlukan dari Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan lainnya; dan/atau
e. jika penyelenggaraan pemerintahan hanya dapat dilaksanakan dengan biaya, peralatan, dan
fasilitas yang besar dan tidak mampu ditanggung sendiri oleh Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan tersebut.

29
Jurnal/Resume Latsar MOOC

AGENDA 3
MODUL 1. SMART ASN

A. LITERASI DIGITAL

Percepatan transformasi digital didukung sepenuhnya oleh pemerintah. Dalam visi misi
Presiden Jokowi tahun 2019-2024, disebutkan bahwa masa pemerintahan yang kedua berfokus pada
pembangunan SDM sebagai salah satu visi utama. Berdasarkan petunjuk khusus dari Presiden pada
Rapat Terbatas Perencanaan Transformasi Digital, bahwa transformasi digital di masa pandemi
maupun pandemi yang akan datang akan mengubah secara struktural cara kerja, beraktivitas,
berkonsumsi, belajar, bertransaksi yang sebelumnya luring dengan kontak fisik menjadi lebih
banyak ke daring.
1. Akses kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital.
2. Paham kompetensi dalam mendapatkan informasi dengan mengoperasikan media digital.
3. Mengelola Informasi mampu mengambil data, informasi dan konten dalam lingkungan digital.
4. Memproses Informasi mampu melakukan verifikasi sumber data, informasi, dan konten digital.
5. Berbagi pesan mampu berbagi data, informasi dan konten digital dengan orang lain melalui
teknologi digital yang tepat.
6. Membangun ketangguhan diri mampu mengembangkan diri lewat penggunaan media digital.
Meskipun demikian, Indonesia mencatat kenaikan skor yang cukup tinggi dalam waktu 1
tahun. Laporan ini belum diperbarui di tahun 2018-2019 karena data yang kurang memadai.
Sehingga lingkup literasi digital berfokus pada pengurangan kesenjangan digital dan penguatan
literasi digital. Kedua hal ini terkait erat dengan peta penguatan literasi digital dari Presiden dan
Gerakan Literasi Digital dari Kominfo.
Transformasi digital di sektor pendidikan di Indonesia bukanlah suatu wacana yang baru.
Berbagai perbincangan, regulasi pendukung, dan upaya konkret menerapkan transformasi digital di
lingkungan perguruan tinggi dan semua tingkat sekolah di Indonesia telah dilakukan. Jika
sebelumnya berbagai wacana, kebijakan pendukung, serta sosialisasi tentang era industri 4.0 belum
berhasil membuat industri pendidikan universitas, institut, sekolah tinggi, politeknik, akademi,
hingga sekolah dasar dan menengah mencapai progress signifikan pada transformasi digital
pendidikan Indonesia, terjadinya pandemi COVID-19 justru memberikan dampak luar biasa dalam
aspek ini.
Tingkat pemahaman kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan siswa dalam
menggunakan media digital dan internet. Tingkat keterlibatan orang tua, komunitas, dan lembaga
dalam pengembangan literasi digital. Meningkatnya jumlah kegiatan literasi digital yang ada di
masyarakat.

B. PILAR LITERASI DIGITAL

Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para pegawai PPPK yang
terdiri dari etika, budaya, aman, dan cakap dalam bermedia digital. Terdapat dua poros yang

30
Jurnal/Resume Latsar MOOC

membagi area setiap domain kompetensi yang termasuk dalam pilar-pilar literasi digital. Poros
pertama, yaitu domain kapasitas ‘single–kolektif’ memperlihatkan rentang kapasitas literasi digital
sebagai kemampuan individu untuk mengakomodasi kebutuhan individu sepenuhnya hingga
kemampuan individu untuk berfungsi sebagai bagian dari masyarakat kolektif/societal. Sementara
itu, poros berikutnya adalah domain ruang ‘informal–formal’ yang memperlihatkan ruang
pendekatan dalam penerapan kompetensi literasi digital. Ruang informal ditandai dengan
pendekatan yang cair dan fleksibel, dengan instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan
individu sebagai sebuah kelompok komunitas/masyarakat. Sedangkan ruang formal ditandai dengan
pendekatan yang lebih terstruktur dilengkapi instrumen yang lebih menekankan pada kumpulan
individu sebagai ‘warga negara digital’.
Etika tradisional adalah etika berhubungan secara langsung/tatap muka yang menyangkut
tata cara lama, kebiasaan, dan budaya yang merupakan kesepakatan bersama dari setiap kelompok
masyarakat, sehingga menunjukkan apa yang pantas dan tidak pantas sebagai pedoman sikap dan
perilaku anggota masyarakat. Etika kontemporer adalah etika elektronik dan digital yang
menyangkut tata cara, kebiasaan, dan budaya yang berkembang karena teknologi yang
memungkinkan pertemuan sosial budaya secara lebih luas dan global. Maka, ruang lingkup etika
dalam dunia digital menyangkut pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran, tanggung jawab,
integritas, dan nilai kebajikan.
Kesadaran maksudnya adalah melakukan sesuatu dengan sadar atau memiliki tujuan.
sepenuhnya. Kesadaran adalah kondisi individu yang menyediakan sumber daya secara penuh ketika
menggunakan media digital, sehingga individu tersebut memahami apa saja yang sedang
dilakukannya dengan perangkat digital. Tanggung jawab adalah kemauan menanggung
konsekuensi dari tindakan dan perilakunya dalam bermedia digital. Kebajikan menyangkut hal-hal
yang bernilai kemanfaatan, kemanusiaan, dan kebaikan serta prinsip penggunaan media digital
untuk meningkatkan derajat sesama manusia atau kualitas kehidupan bersama, dan integritas
adalah prinsip kejujuran sehingga individu selalu terhindar dari keinginan dan perbuatan untuk
memanipulasi, menipu, berbohong, plagiasi, dan sebagainya, saat bermedia digital.
Indikator pertama dari kecakapan dalam Budaya Digital (Digital Culture) adalah bagaimana
setiap individu menyadari bahwa ketika memasuki Era Digital, secara otomatis dirinya telah
menjadi warga negara digital. Dalam konteks keIndonesiaan, sebagai warga negara digital, tiap
individu memiliki tanggung jawab (meliputi hak dan kewajiban) untuk melakukan seluruh aktivitas
bermedia digitalnya berlandaskan pada nilai-nilai kebangsaan, yakni Pancasila dan Bhinneka Tunggal
Ika. Hal ini karena Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika merupakan panduan kehidupan
berbangsa, bernegara dan berbudaya di Indonesia. Sehingga jelas, kita hidup di dalam negara yang
multikulturaldan plural dalam banyak aspek.
Pemahaman multikulturalisme dan pluralisme membutuhkan upaya pendidikan sejak dini.
Apalagi, kita berhadapan dengan generasi masa kini, yaitu para digital native (warga digital) yang
lebih banyak ‘belajar’ dari media digital. Meningkatkan kemampuan membangun mindfulness

31
Jurnal/Resume Latsar MOOC

communication tanpa stereotip dan pandangan negatif adalah juga persoalan meningkatkan
kemampuan literasi media dalam konteks budaya digital.
Nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika yang dimasukkan dalam kerangka literasi
digital dapat diklasifikasikan menjadi dua pokok besar, yaitu: Kecakapan Digital Dalam Kehidupan
Berbudaya dan Ruang Digital. Kita bisa menjadi warga digital yang Pancasilais, yaitu: Berpikir kritis;
Meminimalisir Unfollow, Unfriend dan Block untuk menghindari Echo Chamber dan Filter Bubble: Gotong
Royong Kolaborasi Kampanye Literasi Digital.
Dalam isu budaya, ada 5 (lima) kompetensi yang dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan
bernegara, yaitu: memahami budaya di ruang digital, Produksi Budaya di Ruang Digital, Distribusi Budaya
di Ruang Digital, Partisipasi Budaya di Ruang Digital, Kolaborasi Budaya di Ruang Digital.
Dalam area Budaya Digital (Digital Culture), hak dan tanggungjawab digital menempati
posisi terakhir setelah indikator lainnya dikuasai. Indikator Hak Digital mencakup persoalan akses,
kebebasan berekspresi, perlindungan atas data privasi, dan hak atas kekayaan intelektual di dunia
digital. Hak Digital adalah hak asasi manusia yang menjamin tiap warga negara untuk mengakses,
menggunakan, membuat, dan menyebarluaskan media digital. Hak Digital terdiri dari hak untuk
mengakses, hak untuk berekspresi, dan hak untuk merasa aman.
Kompetensi keamanan digital didefinisikan sebagai kecakapan individual yang bersifat
formal dan mau tidak mau bersentuhan dengan aspek hukum positif. Jejak digital dikategorikan
dalam dua jenis, yakni jejak digital yang bersifat pasif dan jejak digital yang bersifat aktif. Jejak
digital pasif adalah jejak data yang kita tinggalkan secara daring dengan tidak sengaja dan tanpa
sepengetahuan kita. Jejak digital aktif mencakup data yang dengan sengaja kita kirimkan di internet
atau di platform digital.
Masing-masing sub indikator yang membentuk pilar kecakapan bermedia digital yaitu
kecakapan terkait penggunaan perangkat keras dan lunak, mesin pencarian informasi, aplikasi
percakapan dan media sosial, serta dompet digital, loka pasar, dan transaksi digital. Pemahaman
terhadap lanskap digital tidak dapat dilepaskan dari kompetensi literasi digital. Dunia digital
merupakan lingkungan yang tidak asing bagi banyak dari kita.
Mesin pencarian informasi memiliki tiga tahapan kerja sebelum menyajikan informasi yang
kita butuhkan. Pertama, penelusuran (crawling), yaitu langkah ketika mesin pencarian informasi
yang kita akses menelusuri triliunan sumber informasi di internet. Penelusuran tersebut tentu
mengacu pada kata kunci yang diketikkan pada mesin pencarian informasi. Kedua, pengindeksan
(indexing), yakni pemilahan data atau informasi yang relevan dengan kata kunci yang kita ketikkan.
Ketiga, pemeringkatan (ranking), yaitu proses pemeringkatan data atau informasi yang dianggap
paling sesuai dengan yang kita cari.

C. IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA

Digital Skills (Cakap Bermedia Digital) merupakan dasar dari kompetensi literasi digital,
berada di domain ‘single informal’. Digital Culture (Budaya Bermedia Digital) sebagai wujud
kewarganegaraan digital dalam konteks keindonesiaan berada pada domain ‘kolektif, formal’

32
Jurnal/Resume Latsar MOOC

dimana kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara
dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban, dan tanggung jawabnya dalam
ruang ‘negara’. Digital Ethics (Etis Bermedia Digital) sebagai panduan berperilaku terbaik di
ruang digital membawa individu untuk bisa menjadi bagian masyarakat digital, berada di domain
‘kolektif, informal’. Digital Safety (Aman Bermedia Digital) sebagai panduan bagi individu agar
dapat menjaga keselamatan dirinya berada pada domain ‘single, formal’ karena sudah menyentuh
instrumen-instrumen hukum positif. Pola kebiasaan baru untuk belajar dan bekerja dari rumah
secara daring ikut membentuk perilaku kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan
wajib yang harus dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga
negara.

MODUL 2. MANAJEMEN ASN

1. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
2. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan
perkembangan jaman.
3. Berdasarkan jenisnya, Pegawai ASN terdiri atas: Pegawai Negeri Sipil (PNS); dan Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
4. Untuk menjalankan kedudukannya, maka Pegawai ASN berfungsi sebagai berikut: Pelaksana
kebijakan public; Pelayan public; dan Perekat dan pemersatu bangsa.
5. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik.
6. Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan yang
ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan intervensi
semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus
partai politik.
7. Peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas penyelenggaraan tugas umum
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan kebijakan dan pelayanan publik
yang professional, bebas dari intervensi politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
a. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh
pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan publik yang
professional dan berkualitas;
c. ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan kesatuan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

33
Jurnal/Resume Latsar MOOC

8. Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikut :
a. PNS berhak memperoleh gaji, tunjangan, dan fasilitas: cuti; jaminan pensiun dan jaminan
hari tua; perlindungan; dan pengembangan kompetensi;
b. Sedangkan PPPK berhak memperoleh: gaji dan tunjangan; cuti; perlindungan; dan
pengembangan kompetensi;
c. Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan
bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi;
d. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN, Pemerintah juga wajib memberikan perlindungan berupa:
jaminan kesehatan; jaminan kecelakaan kerja; jaminan kematian; dan bantuan hukum.
9. Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual. Dengan
kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai ASN yang
disebutkan dalam UU ASN adalah:
a. Setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah;
b. Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa;
c. Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang;
d. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab;
f. Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan;
g. Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
h. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
10. Kode Etik dan Kode Perilaku ASN
Dalam UU ASN disebutkan bahwa ASN sebagai profesi berlandaskan pada kode etik dan kode
perilaku. Kode etik dan kode perilaku ASN bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan
ASN. Kode etik dan kode perilaku berisi pengaturan perilaku agar Pegawai ASN:
a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;
b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksnakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau Pejabat yang Berwenang sejauh
tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan.
11. Penerapan sistem merit dalam pengelolaan ASN mendukung pencapaian tujuan dan sasaran
organisasi dan memberikan ruang bagi tranparansi, akuntabilitas, obyektivitas dan juga
keadilan. Beberapa langkah nyata dapat dilakukan untuk menerpakan sistem ini baik dari sisi

34
Jurnal/Resume Latsar MOOC

perencanaan kebutuhan yang berupa transparansi dan jangkauan penginformasian kepasa


masyarakat maupun jaminan obyektifitasnya dalam pelaksanaan seleksi. Sehingga instansi
pemerintah mendapatkan pegawai yang tepat dan berintegritas untuk mencapai visi dan
misinya.
12. Pasca recruitment, dalam organisasi berbagai sistem pengelolaan pegawai harus mencerminkan
prinsip merit yang sesungguhnya dimana semua prosesnya didasarkan pada prinsip-prinsip
yang obyektif dan adil bagi pegawai. Jaminan sistem merit pada semua aspek pengelolaan
pegawai akan menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dan kinerja. Pegawai
diberikan penghargaan dan pengakuan atas kinerjanya yang tinggi, disisi lain bad performers
mengetahui dimana kelemahan dan juga diberikan bantuan dari organisasi untuk meningkatkan
kinerja.
13. Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK
14. Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan, penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensiun dan hari tua, dan
perlindungan.
15. Manajemen PPPK meliputi penetapan kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan
tunjangan; pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan hubungan
perjanjian kerja; dan perlindungan.
16. Pengisian jabatan pimpinan tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan
lembaga negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara terbuka dan
kompetitif di kalangan PNS dengan memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan latihan, rekam jejak jabatan, dan integritas serta persyaratan lain
yang dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
17. Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan Tinggi selama 2 (dua)
tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi
tersebut melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat
jabatan yang ditentukan.
18. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan
setelah mendapat persetujuan Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling
lama 5 (lima) tahun.
19. Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina Kepegawaian memberikan laporan
proses pelaksanaannya kepada KASN. KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan
Pimpinan Tinggi baik berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri.
20. Pegawai ASN dapat menjadi pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi
Pejabat Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan status sebagai
PNS.

35
Jurnal/Resume Latsar MOOC

21. Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia. Korps
profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan
standar pelayanan profesi ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
22. Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan keputusan dalam Manajemen
ASN diperlukan Sistem Informasi ASN. Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional
dan terintegrasi antar Instansi Pemerintah.
23. Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui upaya administratif. Upaya administratif terdiri
dari keberatan dan banding administrative.

36

Anda mungkin juga menyukai