Anda di halaman 1dari 10

Jurnal MOOC ORIENTASI

PPPK

Nama : RINA PUSPITASARI, S.Pd


TTL : SUMBAWA, 13 MARET 1989
NIP 198903132022212023
Golongan IX
Jabatan : AHLI PERTAMA – GURU
KIMIA Instansi: PEMERINTAH PROVINSI NTB

JURNAL KEGIATAN MOOC ORIENTASI PPPK

MATERIKEBIJA
KAN
MATERI I
Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara Rebuplik Indonesia
(Dr. Adi Suryanto, M.Si)

Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry 4.0 menuntut kita
supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Pondasi penting mewujudkan Smart
ASN melalui Latsar sebagai bekal menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks.
MOOC dapat dimanfaatkan untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi fisik. Namun
dapat dilakukan secara mandiri dan dikembangkan dalam skama pembelajaran kolaboratif,
aktualisasi dan penguatan secara klasikal. MOOC diharapkan dapat menjadi learning
platform bagi ASN secara nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan kompeten untuk
menuju birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045.

MATERI II
Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN (Dr. Muhammad Taufiq, DEA.)
Deputi Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI

Kebanggaan sebagai ASN karena dapat melayani Bangsa Indonesia. Penguasaan Core
Value bagi ASN dan employer yang dikenal dengan singkatan BerAKHKLAK :
1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel
3. Kompeten
4. Harmonis
5. Loyal
6. Adaptif
7. Kolaboratif.

MATERI III
Manajemen Penyelenggaraan PPPK (Erna Irawati, S.Sos, M.Pol., Adm.)
Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI

PPPK dituntut belajar secara mandiri pada materi MOOC yang nantinya aka nada evaluasi
untuk meyakinkan bahwa semua PPPK sudah memahami semua materi. Pembelajaran
dibagi menjadi 3 bagian yaitu :
1. Sikap perilaku bela negara.
2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintahan.
3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

AGENDA I : Sikap Perilaku Bela N


egara

MODUL : WAWASAN KEBANGSAAN DAN NILAI-NILAI BELA NEGARA

WAWASAN KEBANGSAAN dapat diartikan sebagai konsepsi cara pandang yang dilandasi
akan
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara akan diri dan lingkungannya di dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

 4 KONSENSUS DASAR
1. Pancasila
2. Undang-Undang Dasar 1945
3. Bhinneka Tunggal Ika
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.


Bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu, kebangsaan Indonesia merupakan
sarana pemersatu, identitas, dan wujud eksistensi bangsa yang menjadi symbol kedaulatan
dan kehormatan negara sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Bendera, bahasa, dan lambing negara, serta lagu
kebangsaan Indonesia merupakan manifestasi kebudayaanyang berakar pada sejarah
perjuangan bangsa, kesatuan dalam keragaman budaya, dan kesamaan dalam
mewujudkan cita-cita bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku serta tindakan warga negara, baik
secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman”

Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan
Warga Negara dalam usaha Bela Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan
kewarganegaraan dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai
dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;
b. sadar berbangsa dan bernegara;
c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
e. kemampuan awal Bela Negara.

IMPLEMENTASI
 Nilai-Nilai Dasar Bela Negara
1. Cinta tanah air;
2. Sadar berbangsa dan bernegara;
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;
4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan
5. Kemampuan awal Bela Negara.
 Nilai-Nilai Dasar ASN
1. Memegang teguh ideologi Pancasila;
2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah;
3. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia;
4. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
5. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
6. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif;
7. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
8. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
9. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
10. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

berdaya guna, berhasil guna, dan santun;


11. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
12. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama;
13. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
14. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
15. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karier.

MODUL : ANALISIS ISU KONTEMPORER

Aparatur Sipil Negara dihadapkan pada pengaruh yang datang dari eksternal juga internal yang
kian lama kian menggerus kehidupan berbangsa dan bernegara: Pancasila, UUD 1945, NKRI dan
Bhinneka Tunggal Ika sebagai konsensus dasar berbangsa dan bernegara. Fenomena tersebut
menjadikan pentingnya setiap PNS mengenal dan memahami secara kritis terkait isu-isu
strategis kontemporer diantaranya; korupsi, narkoba, paham radikalisme/terorisme, money
laundry, proxy war, dan kejahatan komunikasi masal seperti cyber crime, Hate Speech, dan Hoax,
dan lain sebagainya. Isu-isu yang akan diuraikan berikut ini :

KORUPSI
Perilaku korupsi pada konteks birokrasi dapat disimpulkan dan digeneralisasi, bahwa tingginya kasus
korupsi dapat dilihat berdasarkan beberapa persoalan, yaitu:
(1). Keteladanan pemimpin dan elite bangsa,
(2). Kesejahteraan Pegawai,
(3). Komitmen dan konsistensi penegakan hukum,
(4). Integritas dan profesionalisme,
(5). Mekanisme pengawasan yang internal dan independen,
(6). Kondisi lingkungan kerja, kewenangan tugas jabatan, dan
(7). Upaya-upaya pelemahan lembaga antikorupsi.

NARKOBA
Tindak Pidana Narkotika adalah kejahatan induk atau kejahatan permulaan dan tidak berdiri
sendiri, artinya Kejahatan narkotika biasanya diikuti dengan kejahatan lainnya mempunyai kejahatan
turunan. Ancaman dari pada tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang
terjadi di Indonesia sudah pada tingkat yang memperihatinkan, dan apabila digambarkan tingkat
ancamannya sudah tidak pada tingkat ancaman Minor, Moderat ataupun Serius, tetapi sudah
pada tingkat ancaman yang tertinggi, yaitu tingkat ancaman Kritis. Hal tersebut terlihat dari luas
persebaran tindak pidana penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika yang terjadi
hampir diseluruh wilayah Negara Kesatuan Repubik Indonesia serta jumlah (kuantitas) barang
bukti narkotika yang disitadan berbagai jenis narkotika, dapat mangancam eksistensi dan
kelangsunganhidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

TERORISME DAN RADIKALISME


Istilah terorisme pada awalnya digunakan untuk menunjuk suatu musuh dari sengketa teritorial
atau kultural melawan ideologi atau agama yang melakukan aksi kekerasan terhadap
publik. Istilah terorisme dan teroris sekarang ini memiliki arti politis dan sering digunakan untuk
mempolarisasi efek yang mana terorisme tadinya hanya untuk istilah kekerasan yang dilakukan
oleh pihak musuh, dari sudut pandang yang diserang. Sedangkan teroris merupakan individu
yang secara personal terlibat dalam aksi terorisme. Penggunaan istilah teroris meluas dari
warga yang tidak puas sampai pada non komformis politik. Aksi terorisme dapat dilakukan
oleh individu, sekelompok orang atau negara sebagai alternatif dari pernyataan perang
secara terbuka.

MONEY LAUNDRY
Ada beberapa indikator yang menyebabkan kegiatan money laundering marak terjadi, diantaranya:
(1). kurangnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam satu negara,
(2).penegakan hukum yang tidak efektif,
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

(3).pengawasan yang masih sangat minim,


(4).sistempengawasan yang tidak efektif dalam mengidentifikasi aktivitas yang mencurigakan.
(5). kerjasama dengan pihak internasional yang masih terbatas.

PROXY WAR
Membangun Kesadaran Anti-Proxy dengan mengedepankan Kesadaran Bela Negara melalui
pengamalan nilai-nilai Pancasila: 1) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan Bela Negara,
mengutamakan semangat gotong royong cinta tanah air, 2) Mengamalkan nilai-nilai Pancasila dan
Bela Negara yang dijiwai nilai spiritual Ketuhanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
3) terus mengasah kewaspadaan dini akan bahaya proxi war yang mengancam semua aspek
kehidupan menuju masyarakat adil dan makmur, 4) Meyakini bahwa Ideologi Pancasila dapat
mempersatukan bangsa Indonesia.

KEJAHATAN KOMUNIKASI MASAL SEPERTI CYBER CRIME, HATE SPEECH, DAN HOAX,
1. Cyber crime. Terdapat beberapa jenis cyber crime yang dapat kita golongkan berdasarkan
aktivitas yang dilakukannya : Unauthorized Access, Illegal Contents, Penyebaran virus, Cyber
Espionage, Sabotage, and Extortion, Carding, Hacking dan Cracker, Cybersquatting and
Typosquatting, Cyber Terorism
2. Hate speech. Hate speech atau ujaran kebencian dalam bentuk provokasi, hinaan atau
hasutan
3. Hoax. Hoax adalah berita atau pesan yang isinya tidak dapat dipertangung jawabkan atau
bohong atau palsu, baik dari segi sumber maupun isi.

Dalam hal ini ASN sebagai perekat bangsa harus mampu mengoptimalkan komunikasi massa
baik melalui media massa maupun media sosial guna mengadvokasi nilai-nilai persatuan yang
saat ini menjadi salah satu isu kritikal dalam kehidupan generasi muda.

MODUL : KESIAPSIAGAAN BELA NEGARA

Kesiapsiagaan Bela Negara adalah suatu keadaan siap siaga yang dimiliki oleh seseorang baik
secara fisik, mental, maupun sosial dalam menghadapi situasi kerja yang beragam yang dilakukan
berdasarkan kebulatan sikap dan tekad secara ikhlas dan sadar disertai kerelaan berkorban sepenuh
jiwa raga yang dilandasi oleh kecintaan terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
berdasarkan Pancasila dan UUD Tahun 1945 untuk menjaga, merawat, dan menjamin
kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.
Perilaku kesiapsiagaan akan muncul bila tumbuh keinginan ASN untuk memiliki kemampuan
dalam menyikapi setiap perubahan dengan baik. Berdasarkan teori Psikologi medan yang
dikemukakan oleh Kurt Lewin (1943) kemampuan menyikapi perubahan adalah hasil interaksi
faktor-faktor biologis- psikologis individu ASN, dengan faktor perubahan lingkungan (perubahan
masyarakat, birokrasi, tatanan dunia dalam berbagai dimensi). ASN yang siap siaga adalah ASN
yang mampu meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan terkait dengan
pelaksanaan kerja. Dengan memiliki kesiapsiagaan yang baik, maka ASN akan mampu
mengatasi segala ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG) baik dari dalam
maupun dari luar. Sebaliknya jika ASN tidak memiliki kesiapsiagaan, maka akan sulit
mengatasi ancaman, tantangan, hambatan, dan ganguan (ATHG) tersebut. Oleh karena itu
melalui Pelatihan Dasar ASN ini, peserta diberikan pembekalan berupa pengetahuan/kesadaran
dan praktek internalisasi nilai-nilai berbagai kegiatan kesiapsiagaan.
Untuk pelatihan kesiapasiagaan bela negara bagi ASN ada beberapa hal yang dapat dilakukan,
salah satunya adalah tanggap dan mau tahu terkait dengan kejadiankejadian permasalahan
yang dihadapi bangsa negara Indonesia, tidak mudah terprovokasi, tidak mudah percaya
dengan barita gosip yang belum jelas asal usulnya, tidak terpengaruh dengan penyalahgunaan
obat-obatan terlarang dan permasalahan bangsa lainnya, dan yang lebih penting lagi ada
mempersiapkan jasmani dan mental untuk turut bela negara.
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

AGENDA II : Nilai-nilai Dasar PNS

MODUL : BERORIENTASI PELAYANAN

Pelayanan publik yang berkualitas harus berorientasi kepada pemenuhan kepuasan pengguna
layanan. Apabila dikaitkan dengan tugas ASN dalam melayani masyarakat, pelayanan yang
berorientasi pada customer satisfaction adalah wujud pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat atau dikenal dengan sebutan pelayanan prima. Pelayanan prima didasarkan pada
implementasi standar pelayanan yang dimiliki oleh penyelenggara. Budaya pelayanan oleh ASN
akan sangat menentukan kualitas pemberian layanan kepada masyarakat. Menurut Djamaluddin
Ancok dkk. (2014), budaya pelayanan yang baik juga tentu akan berdampak positif terhadap
kinerja organisasi dengan mekanisme sebagai berikut: (1). Budaya pelayanan akan berjalan
dengan baik apabila terbangun kerja tim di dalam internal
organisasi. Melalui kerja sama yang baik, pekerjaan dalam memberikan pelayanan
dapat diselesaikan dengan hasil terbaik bagi pengguna layanan. Fokus utama untuk
memberikan kepuasan kepada masyarakat harus menjadi prinsip utama ASN dalam
bekerja.
(2).Faktor lain adalah pemahaman tentang pelayanan prima. Budaya berorientasi pada
pelayanan prima harus menjadi dasar ASN dalam penyediaan pelayanan. Pelayanan
Prima adalah memberikan pelayanan sesuai atau melebihi harapan pengguna layanan.
Berdasarkan pengertian tersebut, dalam memberikan pelayanan prima terdapat beberapa
tingkatan yaitu: (1) memenuhi kebutuhan dasar pengguna, (2) memenuhi harapan
pengguna, dan (3) melebihi harapan pengguna, mengerjakan apa yang lebih dari yang
diharapkan.
(3).Pemberian pelayanan yang prima akan berimplikasi pada kemajuan organisasi, apabila
pelayanan yang diberikan prima (baik), maka organisasi akan menjadi semakin maju.
Implikasi kemajuan organisasi akan berdampak antara lain: (1) makin besar pajak yang
dibayarkan pada negara, (2) makin bagus kesejahteraan bagi pegawai, dan (3) makin besar
fasilitas yang diberikan pada pegawai.

Dari penjelasan di atas, kita dapat mengetahui bahwa terdapat tiga unsur penting dalam
pelayanan publik khususnya dalam konteks ASN, yaitu 1) penyelenggara pelayanan publik yaitu
ASN/Birokrasi, 2) penerima layanan yaitu masyarakat, stakeholders, atau sektor privat, dan 3)
kepuasan yang diberikan dan/atau diterima oleh penerima layanan.

MODUL : AKUNTABEL

Dalam konteks ASN Akuntabilitas adalah kewajibanuntuk mempertanggungjawabkan segala


tindak dan tanduknya sebagai pelayan publik kepada atasan, lembaga pembina, dan lebih
luasnya kepada publik (Matsiliza dan Zonke,2017). Amanah seorang ASN menurut SE Meneteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2021 adalah
menjamin terwujudnya perilakuyang sesuai dengan Core Values ASNBerAKHLAK. Dalam
konteks Akuntabilitas, perilaku tersebut adalah:
(1).Kemampuan melaksanaan tugas dengan jujur, bertanggung jawab, cermat, disiplin dan
berintegritas tinggi
(2).Kemampuan menggunakan kekayaan dan barang milik negara secara bertanggung jawab, efektif,
dan efisien
(3).Kemampuan menggunakan Kewenangan jabatannya dengan berintegritas tinggi

Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menciptakan akuntabilitas di lingkungan kerja PNS:
1. Menentukan tujuan yang ingin dicapai dan tanggungjawab yang harus dilakukan.
2. Melakukan perencanaan atas apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan.
3. Melakukan implementasi dan memantau kemajuan yang sudah dicapai.
4. Memberikan laporan hasil secara lengkap, mudah dipahami dan tepat waktu.
5. Melakukan evaluasi hasil dan menyediakan masukan atau feedback untuk memperbaiki
kinerja yang telah dilakukan melalui kegiatan- kegiatan yang bersifat korektif.

Yang diharapkan dari seorang ASN perilaku individu (Personal Behaviour)


Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

1. ASN bertindak sesuai dengan persyaratan legislatif, kebijakan lembaga dan kode etik yang
berlaku untuk perilaku mereka;
2. ASN tidak mengganggu, menindas, atau diskriminasi terhadap rekan atau anggota
masyarakat;
3. Kebiasaan kerja ASN, perilaku dan tempat kerja pribadi dan profesional hubungan
berkontribusi harmonis, lingkungan kerja yang aman dan produktif;
4. ASN memperlakukan anggota masyarakat dan kolega dengan hormat, penuh kesopanan,
kejujuran dan keadilan, dan memperhatikan tepat untuk kepentingan mereka, hak-hak,
keamanan dan kesejahteraan;
5. ASN melayani Pemerintah setiap hari dengan tepat waktu, memberikan masukaninformasi
dan kebijakan.

MODUL : KOMPETEN

Terdapat 8 (delapan) karakateristik yang dianggap relevan bagi ASN dalam menghadapi
tuntutan pekerjaan saat ini dan kedepan. Kedelapan karakterisktik tersebut meliputi: integritas,
nasionalisme, profesionalisme, wawasan global, IT dan Bahasa asing, hospitality, networking, dan
entrepreneurship. Konsepsi kompetensi adalah meliputi tiga aspek penting berkaitan dengan
perilaku kompetensi meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan. Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar
Kompetensi ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan
dengan bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan,
dan sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi oleh
setiap pemegang Jabatan untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan
Jabatan.
Pendekatan pengembangan dapat dilakukan dengan klasikal dan non-klasikal, baik untuk kompetensi
teknis, manajerial, dan sosial kultural. Salah satu kebijakan penting dengan berlakunya Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN adanya hak pengembangan pegawai, sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) Jam Pelajaran bagi PNS dan maksimal 24 (dua puluh empat) Jam
Pelajaran bagi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
Perilaku yang kompeten yaitu Berkinerja yang BerAkhlak, Meningkatkan kompetensi diri,
Membantu Orang Lain Belajar, Melakukan kerja terbaik.

MODUL : HARMONIS

Dalam menangani masalah yang ditimbulkan keberagaman budaya diperlukan Langkah dan
proses yang berkesinambungan.
 Pertama, memperbaiki kebijakan pemerintah di bidang pemerataan hasil pembangunan di
segala bidang. Hal ini disebabkan karena permasalahan yang ditimbulkan karena perbedaan
budaya merupakan masalah politis.
 Kedua, penanaman sikap toleransi dan saling menghormati adanya perbedaan budaya
melalui pendidikan pluralitas dan multikultural di dalam jenjang pendidikan formal. Sejak
dini, warga negara termasuk ASN menanamkan nilai-nilai kebersamaan, saling
menghormati, toleransi, dan solidaritas sosial sehingga mampu menghargai perbedaan
secara tulus, komunikatif, dan terbuka tanpa adanya rasa saling curiga.

Untuk itu integritas menjadi penting bagi setiap pegawai ASN. Senantiasa menjunjung tinggi
nilai-nilai kejujuran, keadilan, tidak korupsi,transparan, akuntabel, dan memuaskan publik. Dalam
menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat ASN dituntut dapat mengatasi permasalahan
keberagaman, bahkan menjadi unsur perekat bangsa dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

Itulah sebabnya mengapa peran dan upaya selalu mewujudkan situasi dan kondisi yang
harmonis dalam lingkungan bekerja ASN dan kehidupan bermasyarakat sangat diperlukan.
Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran,
solidaritas, keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktikkan dalam wujud keprihatinan dan
kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Adapun Kode Etik Profesi dimaksudkan untuk
mengatur tingkah laku/etika suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan dapat dipegang teguh oleh sekelompok professional tertentu.
Oleh karena itu, dengan diterapkannya kode etik Aparatur Sipil Negara, perilaku pejabat
publik harus berubah,
a. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan;
b. Kedua, berubah dari ’wewenang’ menjadi ’peranan’;
c. Ketiga, menyadari bahwa jabatan publik adalah amanah
Membangun budaya harmonis tempat kerja yang harmonis sangat penting dalam suatu
organisasi. Suasana tempat kerja yang positif dan kondusif juga berdampak bagi berbagai
bentuk organisasi. Identifikasi potensi disharmonis dan analisis strategi dalam mewujudkan
susasana harmonis harus dapat diterapkan dalam kehidupan ASN di lingkungan bekerja dan
bermasyarakat.

MODUL : LOYAL
Secara etimologis, istilah “loyal” diadaptasi dari bahasa Prancis yaitu “Loial” yang artinya mutu
dari sikap setia. Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang
dimaknai bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa
dan negara.
Untuk menciptakan dan membangun rasa setia (loyal) pegawai terhadap organisasi, hendaknya
beberapa hal berikut dilakukan:
1. Membangun Rasa Kecintaaan dan Memiliki;
2. Meningkatkan Kesejahteraan;
3. Memenuhi Kebutuhan Rohani;
4. Memberikan Kesempatan Peningkatan Karir;
5. Melakukan Evaluasi secara Berkala.

PANDUAN PERILAKU LOYAL


a). Panduan Perilaku
(1).Memegang Teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, Setia kepada NKRI serta Pemerintahan yang Sah
(2).Menjaga Nama Baik Sesama ASN, Pimpinan Instansi dan
Negara (3). Menjaga Rahasia Jabatan dan Negara
b). Sikap Loyal ASN Melalui Aktualisasi Kesadaran Bela Negara
Sifat dan sikap loyal warga negara termasuk PNS terhadap bangsa dan negaranya
dapat diwujudkan dengan mengimplementasikan Nilai-Nilai Dasar Bela Negara dalam kehidupan
sehari- harinya. Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI Tahun 1945 menyebutkan bahwa setiap warga
negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
c). Loyal Dalam Konteks Organisasi Pemerintah:
(1).Penegakkan Disiplin sebagai Wujud Loyalitas PNS
Disiplin PNS adalah kesanggupan PNS untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan
yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
(2).Pelaksanaan Fungsi ASN sebagai Wujud Loyalitas PNS
Berdasarkan pasal 10 Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,
seorang ASN memiliki 3 (tiga) fungsi yaitu sebagai pelaksana kebijakan publik, pelayan
publik serta perekat dan pemersatu bangsa.
(3).Aktualisasi Nilai-Nilai Pancasila sebagai Wujud Loyalitas PNS
Kemampuan ASN dalam memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
menunjukkan kemampuan ASN tersebut dalam wujudkan nilai loyal dalam kehidupannya
sebagai ASN yang merupakan bagian/komponen dari organisasi pemerintah maupun sebagai
bagian dari anggota masyarakat.
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

MODUL : ADAPTIF
Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup dan
menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi
akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada akhirnya
oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting bagi
terjaminnya keberlangsungan kehidupan. Kita sebagai pegawai publik yang terlibat dalam
organisasi pemerintah harus memiiki nilai- nilai adaftif dalam diri kita. Ada beberapa alasan kita
harus memiliki nilai-nilai adaftif, yaitu diantaranya: (1). Adanya perubahan lingkungan strategis
(2). Adanya kompetisi kinerja di sector publik

Sebuah inovasi yang baik biasanya dihasilkan dari sebuah kreativitas. Tanpa daya kreativitas, inovasi
akan sulit hadir dan diciptakan. Kreativitas juga dipandang sebagai sebuah proses pencarian
hal-hal baru dalam menyelesaikan atau menghadapi suatu masalah. Ini artinya bahwa kreativitas
merupakan kegiatan dengan tujuan untuk menyelesaikan persoalan yang muncul.
Adapun dimensi-dimensi kreativitas dikenal melingkupi antara lain:
(1).Fluency (kefasihan/kelancaran), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak ide atau gagasan
baru karena kapasitas/wawasan yang dimilikinya.
(2).Flexibility (Fleksibilitas), yaitu kemampuan untuk menghasilkan banyak kombinasi dari ide-ide
yang berbeda
(3).Elaboration (Elaborasi), yaitu kemampuan untuk bekerja secara detail dengan kedalaman
dan komprehensif.
(4).Originality (Orisinalitas), yaitu adanya sifat keunikan, novelty, kebaruan dari ide atau gagasan
yang dimunculkan.
Kreativitas yang terbangun akan mendorong pada kemampuan pegawai yang adaptif terhadap
perubahan. Tanpa kreativitas, maka kemampuan beradaptasi dari pegawai akan sangat
terbatas. Kreativitas bukan hanya berbicara tentang kemampuan kreatif, tetapi juga bagian dari
mentalitas yang harus dibangun, sehingga kapasitas adaptasinya menjadi lebih baik lagi.
Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership).
Budaya adaptif dalam pemerintahan merupakan budaya organisasi di mana ASN memiliki
kemampuan menerima perubahan, termasuk penyelarasan organisasi yang berkelanjutan dengan
lingkungannya, juga perbaikan proses internal yang berkesinambungan. Untuk memastikan agar
organisasi terus mampu memiliki pengetahuan yang mutakhir, maka organisasi dituntut untuk
melakukan lima disiplin, yaitu:
1. Pegawainya harus terus mengasah pengetahuannya hingga ke tingkat mahir (personal
mastery);
2. Pegawainya harus terus berkomunikasi hingga memiliki persepsi yang sama atau gelombang
yang sama terhadap suatu visi atau cita-cita yang akan dicapai bersama (shared vision);
3. Pegawainya memiliki mental model yang mencerminkan realitas yang organisasi ingin
wujudkan (mental model);
4. Pegawainya perlu selalu sinergis dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan
visinya (team learning);
5. Pegawainya harus selalu berpikir sistemik, tidak kaca mata kuda, atau bermental silo
(systems thinking).

Lima disiplin ini sangat aplikatif dalam konteks pelaksanaan tugas dan fungsi ASN di lingkungan
kerjanya masing-masing. Dengan mempraktikkan kelima disiplin tersebut, ada jalan bagi
organisasi untuk selalu mendapat pengetahuan baru. Tanpa pengetahuan yang selalu diperbarui
maka organisasi cenderung menggunakan pengetahuan lama, atau kadaluwarsa, yang justeru akan
menjadi racun bagi organisasi tersebut.
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

Seorang pemimpin adalah seseorang yang membawa perubahan adaptif, bukan teknis. Dia membuat
perubahan yang menantang dan mengacaukan status quo dan dia harus meyakinkan orang-orang
yang marah bahwa perubahan itu untuk kebaikan mereka sendiri dan kebaikan organisasi”

MODUL : KOLABORATIF

Ansel dan Gash (2007:544) membangun enam kriteria penting untuk kolaborasi
yaitu: (1). Forum yang diprakarsai oleh lembaga publik atau lembaga;
(2).Peserta dalam forum termasuk aktor nonstate;
(3).Peserta terlibat langsung dalam pengambilan keputusan dan bukan hanya '‘dikonsultasikan’
oleh
agensi publik;
(4).Forum secara resmi diatur dan bertemu secara kolektif;
(5).Forum ini bertujuan untuk membuat keputusan dengan consensus (bahkan jika konsensus
tidak tercapai dalam praktik), dan
(6).Fokus kolaborasi adalah kebijakan publik atau manajemen.

Pada pemilihan kepemimpinan collaborative governance harus tepat yang mampu


membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata Kelola
stuktur horizontal sambal mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain itu,
Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi, terbuka
dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan pemanfaatan
berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

AGENDA III : Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

MODUL : SMART ASN

LITERASI DIGITAL
Kerangka kerja literasi digital terdiri dari kurikulum digital skill, digital safety, digital culture, dan
digital ethics. Kerangka kurikulum literasi digital ini digunakan sebagai metode pengukuran
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital. Guna
mendukung percepatan transformasi digital, ada 5 langkah yang harus dijalankan, yaitu:
1. Perluasan akses dan peningkatan infrastruktur digital.
2. Persiapkan betul roadmap transportasi digital di sektor-sektor strategis, baik di
pemerintahan, layanan publik, bantuan sosial, sektor pendidikan, sektor kesehatan,
perdagangan, sektor industri, sektor penyiaran.
3. Percepat integrasi Pusat Data Nasional sebagaimana sudah dibicarakan.
4. Persiapkan kebutuhan SDM talenta digital.
5. Persiapan terkait dengan regulasi, skema-skema pendanaan dan pembiayaan transformasi digital
dilakukan secepat-cepatnya

Literasi digital adalah sebuah konsep dan praktik yang bukan sekadar menitikberatkan pada
kecakapan untuk menguasai teknologi. Seorang pengguna yang memiliki kecakapan literasi
digital yang bagus tidak hanya mampu mengoperasikan alat, melainkan juga mampu bermedia
digital dengan penuh tanggung jawab.

PILAR LITERASI DIGITAL


Literasi digital memiliki 4 pilar wajib yang harus dikuasai oleh para peserta CPNS yang terdiri
dari etika, keamanan, budaya, dan kecakapan dalam bermedia digital. Keempat pilar tersebut
digunakan untuk mengetahui tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam
menguasai teknologi digital.
1. Etika Bermedia. Kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri,
merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan tata kelola etika digital
(netiquette) dalam kehidupan sehari-hari.
2. Budaya Bermedia Digital. Bagaimana mengajarkan dan mengaplikasikan budaya digital
kepada
Jurnal MOOC ORIENTASI
PPPK

target sasaran yang bukan hanya berbeda budaya, tetapi juga memiliki keragaman variabel
sosioekonomi.
3. Aman Bermedia Digital. Ada lima indikator atau kompetensi yang perlu ditingkatkan
dalam membangun area kompetensi keamanan digital, yaitu:
1. Pengamanan perangkat digital;
2. Pengamanan identitas digital;
3. Mewaspadai penipuan digital;
4. Memahami rekam jejak digital;
5. Memahami keamanan digital bagi anak
4. Cakap Bermedia Digital. Pengetahuan dasar mengenai lanskap digital meliputi berbagai
perangkat keras dan perangkat lunak. Kita tidak bisa mengakses dunia digital tanpa fungsi
jadi keduanya. Dengan demikian, kita perlu mengetahui dan memahami fungsi perangkat
keras dan perangkat lunak yang digunakan dalam mengakses dunia digital.

IMPLEMENTASI LITERASI DIGITAL DAN IMPLIKASINYA


 Lanskap digital merupakan sebutan kolektif untuk jaringan sosial, surel, situs daring,
perangkat seluler, dan lain sebagainya. Fungsi perangkat keras dan perangkat lunak saling
berkaitan sehingga tidak bisa lepas satu sama lain Kita tidak bisa mengakses dunia digital
tanpa fungsi dari keduanya.
 Kategori Mesin Komputer yaitu computer, notebook, netbook, tablet, telepon pintar, dan
telepon seluler.
 Pengguna media digital harus bijak dan waspada dalam bertransaksi karena dapat
berdampak negatif bagi kita. Ketika melakukan transaksi daring di sosial media Media sosial
memiliki lima karakteristik yakni (2019)
(1). Terbuka. Siapapun dapat memiliki akun media sosial dengan batasan tertentu, seperti
usia (2). Memiliki halaman profil pengguna. Tersedia menu profil yang memungkinkan setiap
pengguna
menyajikan informasi tentang dirinya sebagai pemilik akun
(3).User Generated Content. Terdapat fitur bagi setiap pengguna untuk bisa membuat
konten dan menyebarkannya melalui platform media sosial
(4).Tanda waktu di setiap unggahan. Sehingga bisa diketahui kapan unggahan tersebut dibuat
(5).Interaksi dengan pengguna lain. Media sosial menyediakan fitur agar kita dapat
berinteraksi dengan pengguna lainnya

MODUL : MANAJEMEN ASN

 Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang professional,
memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, dan bersih dari praktik
KKN.
 Fungsi dan tugas ASN : Pelaksana kebijakan public, Pelayan public, Perekat dan pemersatu
bangsa
 Hak PNS (pasal 21 UU No. 5 Tahun 2014) : gaji, tunjangan, perlindungan,
pengembangan kompetensi, jaminan pensiun dan hari tua, cuti.
 Hak PPPK (pasal 22 UU No. 5 Tahun 2014) : gaji, tunjangan, perlindungan,
pengembangan kompetensi, cuti.
 Sistem merit adalah kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi ,
kompetensi dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang
politik , ras , warna kulit agama, asal usul , jenis kelamin , status pernikahan , umur , atau
kondisi kecatatan.
 Manajemen PNS meliputi : Penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat dan
jabatan, pengembangan karier dan pola karier, promosi, mutasi, penilaian kinerja,
penggajian dan tunjangan, penghargaan, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, disiplin,
perlindungan.
 Manajemen PPPK meliputi: Penetapan Kebutuhan, Pengadaan, Penilaian Kinerja, penggajian dan
pengembangan kompetensi, Pemberian penghargaan, disiplin, pemutusan hubungan perjanjian
kerja, perlindungan.
 Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya administratif dan badan pertimbangan ASN diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai