Anda di halaman 1dari 19

Nama : VIKRI SETIAWAN

NIP : 198706242022211005
Jabatan : Guru Ahli Pertama - TIK
Unit Kerja : SMAN 2 Banjar

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT


MATERI I OVERVIEW

Video Sambutan Kepala Lembaga Administrasi Negara


Dr. Adi Suryanto, M.Si

Indonesia menyongsong Indonesia Emas 2045. Era revolusi industry


4.0 menuntut kita supaya cepat beradaptasi dengan kemajuan teknologi.
Pondasi penting mewujudkan Smart ASN melalui Latsar sebagai bekal
menghadapi tantangan dunia yang semakin kompleks. MOOC dapat
dimanfaatkan untuk belajar yang tidak terbatas pada interaksi fisik. Namun
dapat dilakukan secara mandiri dan dikembangkan dalam skama
pembelajaran kolaboratif, aktualisasi dan penguatan secara klasikal.
MOOC diharapkan dapat menjadi learning platform bagi ASN secara
nasional untuk mencetak ASN yang unggul dan kompeten untuk menuju
birokrasi berkelas dunia dan menuju Indonesia Emas 2045

MATERI II OVERVIEW

Sambutan Deputi Bidang Kebijakan BANGKOM ASN LAN RI


DR. Muhammad Taufiq DEA Kebanggaan sebagai ASN karena dapat
melayani Bangsa Indonesia. Penguasaan Core Value bagi ASN dan
employer yang dikenal dengan singkatan BerAKHKLAK :

1. Berorientasi Pelayanan
2. Akuntabel

3. Kompeten

4. Harmonis

5. Loyal

6. Adaptif

7. Kolaboratif
Kata kunci : Kempuan berinovasi

Penguasaan Core Value dan penguasaan literasi digital (SMART ASN)


Selamat belajar dan semangat mengembangkan diri supaya menjadi
ASN yang unggul dan mendukung daya saing bangsa.

MATERI III OVERVIEW

Sambutan Kepala Pusat Pembinaan Program dan Kebijakan


Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI, Erna Irawati, S.Sos, M.Pol.,
Adm.

Penjelasan Manajemen Penyelenggaraan PPPK P3K dituntut


belajar mandiri pada materi MOOC. Pembelajaran dibagi 3
1. Sikap perilaku Bela Negara

2. Nilai-nilai rol value dalam penyelenggaraan pemerintahan

3. Kedudukan dalam penyelenggaraan pemerintahan


AGENDA 1

SIKAP PRILAKU BELA NEGARA

A. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-nilai Bela Negara

1. Wawasan Kebangsaan

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang


ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara
Republik Indonesia, baik dalamarti sebagai dasar ideologi maupun filosofi
bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10 Tahun 2004
tentang Pembentukan PeraturanPerundang-undangan sebagai sumber dari
segala sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan
negara, termasuk UUD 1945, tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.

2. Kesadaran Bela Negara

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (11) Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk
Pertahanan Negara “BELA NEGARA adalah tekad, sikap, dan perilaku
serta tindakan warga negara, baik secara perseorangan maupun kolektif
dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan
bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman”

HARI BELA NEGARA ditetapkan dengan Keputusan Presiden


Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2006 tentang Hari Bela Negara
tanggal 18 Desember 2006 dengan pertimbangan bahwa tanggal 19
Desember 1948 merupakan hari bersejarah bagi bangsa Indonesia Pada
tanggal tersebut terbentuk Pemerintahan DaruratRepublik Indonesia
dalam rangka mengisi kekosongan kepemimpinan Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka bela Negara serta bahwa
dalam upaya lebih mendorong semangat kebangsaan dalam bela negara
dalam rangka mempertahankan kehidupan ber-bangsa dan bernegara
yang menjunjung tinggi persatuan dan Kesatuan.

Dalam Undang-Undang republik Indonesia Nomor 23 tahun 2019


tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara
Pasal 7 dijelaskan bahwa Keikutsertaan Warga Negara dalam usaha Bela
Negara salah satunya dilaksanakan melalui pendidikan kewarganegaraan
dengan Pembinaan Kesadaran Bela Negara dengan menanamkan nilai
dasar Bela Negara, yang meliputi:
a. cinta tanah air;

b. sadar berbangsa dan bernegara;

c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;

d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

e. kemampuan awal Bela Negara.

Kesadaran bela Negara perlu diaktualisasikan dengan aksi dan Tindakan


nyata berupa kemampuan awal bela Negara. Kemampuan awal bela Negara
tidak dapat diartikan secara sempit, namun harus diartikan secara luas. Di
lapangan pengabdian sesuai profesi masing, kompetensi menjadi awal dari
terbentuknya kemampuan untuk membela Negara menghadapi berbagai bentuk
ancaman, bahkan sejak ancaman tersebut masih berupa potensi ancaman.
Dengan kompetensi masingmasing dan sesuai dengan profesi seluruh warga
Negara berhak dan wajib untuk menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah,
dan keselamatan bangsa dan negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada
Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam menjamin
kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai Ancaman.
Usaha Bela Negara diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan,
pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pengabdian sebagai prajurit Tentara
Nasional Indonesia secara sukarela atau secara wajib, dan pengabdian sesuai
dengan profesi. Usaha Bela Negara bertujuan untuk memelihara jiwa
nasionalisme Warga Negara dalam upaya pemenuhan hak dan kewajibannya
terhadap Bela Negara yang diwujudkan dengan Pembinaan Kesadaran Bela
Negara demi tercapainya tujuan dan kepentingan nasional, dengan sikap dan
perilaku meliputi :

1. Cinta tanah air bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap dan perilaku,
antara lain :

a. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945 serta pemerintahan yang sah.
b. Mengabdi kepada negara dan rakyat Indonesia.
c. Sesuai peran dan tugas masing-masing, ASN ikut menjaga seluruh
ruang wilayah Indonesia baik ruang darat, laut maupun udara dari berbagai
ancaman, seperti : ancaman kerusakan lingkungan, ancaman pencurian
sumber daya alam, ancaman penyalahgunaan tata ruang, ancaman
pelanggaran batas negara dan lain-lain.
d. ASN sebagai warga Negara terpilih harus menjadi contoh di tengah-
tengah masyarakat dalam menunjukkan kebanggaan sebagai bagian dari
Bangsa Indonesia.
e. Selalu menjadikan para pahlawan sebagai sosok panutan, dan
mengambil pembelajaran jiwa patriotisme dari para pahlawan serta
berusaha untuk selalu menunjukkan sikap kepahlawanan dengan mengabdi
tanpa pamrih kepada Negara dan bangsa.
f. Selalu nenjaga nama baik bangsa dan Negara dalam setiap tindakan
dan tidak merendahkan atau selalu membandingkan Bangsa Indonesia dari
sisi negatif dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia.
g. Selalu berupaya untuk memberikan konstribusi pada kemajuan bangsa
dan Negara melalui ide-ide kreatif dan inovatif guna mewujudkan
kemandirian bangsa sesuai dengan kapasitas dan kapabilitas masing-
masing.
h. Selalu mengutamakan produk-produk Indonesia baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam mendukung tugas sebagai ASN Penggunaan
produk- produk asing hanya akan dilakukan apabila produk tersebut tidak
dapat diproduksi oleh Bangsa Indonesia.
i. Selalu mendukung baik secara moril maupun materiil putra-putri
terbaik bangsa (olahragawan, pelajar, mahasiswa, duta seni dan lain-lain)
baik perorangan maupun kelompok yang bertugas membawa nama
Indonesia di kancah internasional.
j. Selalu menempatkan produk industri kreatif/industri hiburan tanah air
sebagai pilihan pertama dan mendukung perkembangannnya.
2. Kesadaran berbangsa dan bernegara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :
a. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
b. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

c. Memegang teguh prinsip netralitas ASN dalam setiap kontestasi


politik, baik tingkat daerah maupun di tingkat nasional.
d. Mentaati, melaksanakan dan tidak melanggar semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia serta menjadi pelopor dalam penegakan
peraturan/perundangan di tengah-tenagh masyarakat.
e. Menggunakan hak pilih dengan baik dan mendukung terselenggaranya
pemilihan umum yang mandiri, jujur, adil, berkepastian hukum, tertib,
terbuka, proporsional, professional, akuntabel, efektif dan efisien.
f. Berpikir, bersikap dan berbuat yang sesuai peran, tugas dan fungsi
ASN.
g. Sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing ikut berpartisipasi
menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
h. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerja sama.
i. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karier.
3. Setia pada Pancasila sebagai ideologi negara bagi ASN, diaktualisasikan
dengan sikap dan perilaku, antara lain :
a. Memegang teguh ideologi Pancasila.
b. Menciptakan lingkungan kerja yang nondiskriminatif.
c. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur.
d. Menjadi agen penyebaran nilai-nilai Pancasila di
tengah-tengah masyarakat.
e. Menjadi contoh bagi masyarakat dalam pegamalan nilai-nilai Pancasila
di tengah kehidupan sehari-hari.
f. Menjadikan Pancasila sebagai alat perekat dan pemersatu sesuai fungsi
ASN.
g. Mengembangkan nilai-nilai Pancasila dalam berbagai kesempatan
dalam konteks kekinian.
h. Selalu menunjukkan keyakinan dan kepercayaan bahwa
Pancasila merupakan dasar Negara yang menjamin kelangsungan hidup
bangsa.
i. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

4. Rela berkorban untuk bangsa dan negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan
sikap dan perilaku, antara lain :

a. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat,


akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

b. Bersedia mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya untuk kemajuan


bangsa dan Negara sesuai tugas dan fungsi masing-masing.
c. Bersedia secara sadar untuk membela bangsa dan negara dari berbagai
macam ancaman.
d. Selalu berpartisipasi aktif dalam pembangunan nasional dan menjadi
pionir pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan nasional.
e. Selalu ikhlas membantu masyarakat dalam menghadapi situasi dan
kondisi yang penuh dengan kesulitan.
f. Selalu yakin dan percaya bahwa pengorbanan sebagai ASN tidak akan
sia- sia.
5. Kemampuan awal Bela negara bagi ASN, diaktualisasikan dengan sikap
dan perilaku antara lain :
a. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program
pemerintah.
b. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
c. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
d. Selalu berusaha untuk meningkatkan kompetensi dan mengembangkan
wawasan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
e. Selalu menjaga kesehatan baik fisik maupun psikis dengan pola hidup
sehat serta menjaga keseimbangan dalam kehidupan sehari-hari.
f. Senantiasa bersyukur dan berdoa atas kenikmatan yang telah diberikan
Tuhan Yang Maha Esa.
g. Selalu menjaga kebugaran dan menjadikan kegemaran berolahraga
sebagai gaya hidup.

h. Senantiasa menjaga kesehatannya dan menghindarkan diri


dari kebiasaan-kebiasaan yang dapat mengganggu kesehatan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2019 tentang Pengelolaan


Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara Pasal 7 Ayat (3), nilai dasar
Bela Negara meliputi :
a. cinta tanah air;

b. sadar berbangsa dan bernegara;

c. setia pada Pancasila sebagai ideologi negara;

d. rela berkorban untuk bangsa dan negara; dan

e. kemampuan awal Bela Negara.


3. Sistem Administrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia

Bentuk Negara kesatuan yang disepakati oleh para pendiri bangsa dan
kemudian ditetapkan berdasarkan UUD Negara Republik Indonesia Tahun
1945 juga memiliki makna pentingnya kesatuan dalam sistem penyelenggaraan
Negara. Perspektif sejarah Negara Indonesia mengantrakan pada pemahaman
betapa pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa yang didasarkan pada
prinsip-prinsip persatuan dan kesatuan bangsa dan nasionalisme. Kebijakan
publik dalam format keputusan dan/atau tindakan administrasi pemerintahan
(SANKRI) memiliki landasan idiil yaitu Pancasila landasan konstitusionil ,
UUD 1945 sebagai sistem yang mewadahi peran Aparatur Sipil Negara (ASN)
Berdasarkan UU No.5 Tahun 2014 tentang aparatur Sipil Negara.

B. Analisis Kontemporer

1. Konsepsi perubahan linkgungan strategis

Perubahan adalah sesuatu keniscayaan yang tidak bisa dihindari,


menjadi bagian yang selalu menyertai perjalanan peradaban manusia. Cara
kita menyikapi terhadap perubahan adalah hal yang menjadi faktor
pembeda yang akan menentukan seberapa dekat kita dengan perubahan
tersebut, baik pada perubahan lingkungan individu, keluarga ( family),
Masyarakat pada level lokal dan regional (Community/ Culture), Nasional
(Society), dan Dunia (Global).

2. Isu-isu strategis kontemporer

a. Korupsi

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan


Tindak Pidana Korupsi beserta revisinya melalui Undang- Undang Nomor
20 tahun 2001. Secara substansi Undang- undang Nomor 31 Tahun 1999
telah mengatur berbagai modus operandi tindak pidana korupsi sebagai
tindak pidana formil, memperluas pengertian pegawai negeri sehingga
pelaku korupsi tidak hanya didefenisikan kepada orang perorang tetapi juga
pada korporasi, dan jenis penjatuhan pidana yang dapat dilakukan hakim
terhadap terdakwa tindak pidana korupsi adalah Pidana Mati, Pidana
Penjara, dan Pidana Tambahan.

b. Narkoba

Menurut Online Etymology Dictionary, perkataan narkotika berasal


dari bahasa Yunani yaitu ”Narke” yang berarti terbius sehingga tidak
merasakan apa-apa. Sebagian orang berpendapat bahwa narkotika berasal
dari kata ”Narcissus” yang berarti jenis tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai bunga yang membuat orang tidak sadarkan diri.

Narkotika dan Obat Berbahaya, serta napza (istilah yang biasa


digunakan oleh Kemenkes) yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif (Kemenkes, 2010). Kedua istilah tersebut
dapat menimbulkan kebingungan. Dunia internasional (UNODC)
menyebutnya dengan istilah narkotika yang mengandung arti obat- obatan
jenis narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya. Sehingga dengan
menggunakan istilah narkotika berarti telah meliputi narkotika,
psikotropika, dan bahan adiktif lainnya.

c. Terorisme

Terorisme adalah perbuatan yang menggunakan kekerasan atau


ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror atau rasa takut secara
meluas, yang dapat menimbulkan korban yang bersifat massal, dan/atau
menimbulkan kerusakan atau kehancuran terhadap objek vital yang
strategis, Iingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas internasional
dengan motif ideologi, politik, atau gangguan keamanan.

d. Money Laundry

“Money laundering” dalam terjemahan bahasa Indonesia adalah


aktivitas pencucian uang. Terjemahan tersebut tidak bisa dipahami secara
sederhana (arti perkata) karena akan menimbulkan perbedaan cara pandang
dengan arti yang populer, bukan berarti uang tersebut dicuci karena kotor
seperti sebagaimana layaknya mencuci pakaian kotor. Oleh karena itu,
perlu dijelaskan terlebih dahulu sejarah munculnya money laundering
dalam perspektif sebagai salah satu tindak kejahatan.

e. Proxy War

Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai


dengan saat ini yang dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan
aktor negara maupun aktor non negara. Kepentingan nasional negara
negara besar dalam rangka struggle for power dan power of influence
mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan
menggunakan pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai
tujuannya.

3. Teknis analisis isu-isu denan menggunakan berfikir kritis

Isu kritikal secara umum terbagi ke dalam tiga kelompok


berbeda berdasarkan tingkat urgensinya, yaitu

1. Isu saat ini (current issue)

Isu saat ini (current issue) merupakan kelompok isu yang mendapatkan
perhatian dan sorotan publik secara luas dan memerlukan penanganan
sesegera mungkin dari pengambil keputusan

2. Isu berkembang (emerging issue)

isu berkembang (emerging issue) merupakan isu yang perlahan-lahan


masuk dan menyebar di ruang publik, dan publik mulai menyadari
adanya isu tersebut

3. Isu potensial.

isu potensial adalah kelompok isu yang belum nampak di ruang publik,
namun dapat terindikasi dari beberapa instrumen (sosial, penelitian
ilmiah, analisis intelijen, dsb) yang mengidentifikasi adanya
kemungkinan merebak isu dimaksud di masa depan

C. Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai nilai bela negara


dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran
dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan
wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman
yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character
building. Proses nation and character building tersebut didasari oleh
sejarah perjuangan bangsa, sadar akan ancaman bahaya nasional yang
tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban
demi bangsa dan Negara.
AGENDA 2

NILAI – NILAI DASAR PNS

1. Berorientasi Pelayanan

Memberikan layanan yang bermutu tidak boleh berhenti ketika


kebutuhan customer sudah dapat terpenuhi, melainkan harus terus
ditingkatkan dan diperbaiki agar mutu layanan yang diberikan dapat
melebihi harapan customer. Layanan hari ini harus lebih baik dari hari
kemarin, dan layanan hari esok akan menjadi lebih baik dari hari
ini(doing something better and better).” Berorientasi Pelayanan
merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN
BerAKHLAK yang dimaknai bahwa setiap ASN harus berkomitmen
memberikan pelayanan prima demi kepuasan masyarakat. Materi modul
ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana panduan
perilaku Berorientasi Pelayanan yang semestinya dipahami dan
dimplementasikan oleh setiap ASN di instansi tempatnya bertugas, yang
terdiri dari: memahami dan memenuhi kebutuhan masyarakat; ramah,
cekatan, solutif dan dapat diandalkan; dan melakukan perbaikan tiada
henti.

2. Akuntabel

Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak


mudah untuk dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas,
yang terlintas adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak
mengetahui bagaimana cara mencapainya. Dalam banyak hal, kata
akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau tanggung
jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab
yang berangkat dari moral individu, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban untuk bertanggung jawab kepada seseorang/organisasi yang
memberikan amanat.
3. Kompeten

Perilaku kompeten sebagaimana dalam uraian modul ini,


diharapkan menjadi bagian ecosystem pembangunan budaya instansi
pemerintah sebagai instansi pembelajar (organizational learning). Pada
ujungnya, wujudnya pemerintahan yang unggul dan kompetitif, yang
diperlukan dalam era global yang amat dinamis dan kompetitif, sejalan
perubahan lingkungan strategis dan teknologi yang berubah cepat.

4. Harmonis

Keharmonisan dapat tercipta secara individu, dalam keluarga,


lingkungan bekerja dengan sesama kolega dan pihak eksternal, serta
dalam lingkup masyarakat yang lebih luas. Semoga kita semua dapat
menerapkan dan meciptakan keharmonisan tersebut bersam kolega rekan
sejawat, saat memberikan pelayanan public, dan kehidupan
bermasyarakat.

5. Loyal

Sikap loyal seorang ASN dapat tercermin dari komitmennya dalam


melaksanakan sumpah/janji yang diucapkannya ketika diangkat menjadi
ASN sebagaimana ketentuan perundang undangangan yang berlaku.
Disiplin ASN adalah kesanggupan ASN untuk menaati kewajiban dan
menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-
undangan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin ASN.

6. Adapatif

Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat


diaplikasikan dengan tujuan untuk memastikan serta meningkatkan
kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri penerapan budaya adaptif
dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:

1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan;


2. Mendorong jiwa kewirausahaan;
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah

7. Kolaboratif

Kolaborasi menjadi hal sangat penting di tengah tantang global


yang dihadapi saat ini. Banyak ahli merumuskan terkait tantangan-
tantangan tersebut. Prasojo (2020) mengungkapkan beberapa tantangan
yang dihadapi saat ini yaitu disrupsi di semua kehidupan, perkembangan
teknologi informasi, tenaga kerja milenal Gen Y dan Z, serta mobilitas
dan fleksibilitas.
AGENDA 3

1. Smart ASN

Dunia digital saat ini telah menjadi bagian dari keseharian kita.
Berbagai fasilitas dan aplikasi yang tersedia pada gawai sering kita
gunakan untuk mencari informasi bahkan solusi dari permasalahan kita
sehari-hari. Durasi penggunaan internet harian masyarakat Indonesia
hingga tahun 2020 tercatat tinggi, yaitu 7 jam 59 menit (APJII, 2020).
Angka ini melampaui waktu rata-rata masyarakat dunia yang hanya
menghabiskan 6 jam 43 menit setiap harinya. Bahkan menurut hasil
survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun
2020, selama pandemi COVID-19 mayoritas masyarakat Indonesia
mengakses internet lebih dari 8 jam sehari. Pola kebiasaan baru untuk
belajar dan bekerja dari rumah secara daring ikut membentuk perilaku
kita berinternet. Literasi Digital menjadi kemampuan wajib yang harus
dimiliki oleh masyarakat untuk saling melindungi hak digital setiap warga
negara.

2. Manajemen ASN

Manajemen ASN terdiri dari Manjemen PNS dan Manajemen PPPK.


Manajemen PNS meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan,
pengadaan, pangkat dan jabatan,pengembangan karier, pola karier,
promosi, mutasi, penilaian kinerja, penggajian dan
tunjangan,penghargaan, disiplin, pemberhentian, jaminan pensisun dan
hari tua, dan perlindungan. Manajemen PPPK meliputi penetapan
kebutuhan; pengadaan; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan;
pengembangan kompetensi; pemberian penghargaan; disiplin; pemutusan
hubungan perjanjian kerja; dan perlindungan. Pengisian jabatan pimpinan
tinggi utama dan madya pada kementerian, kesekretariatan lembaga
negara, lembaga nonstruktural, dan Instansi Daerah dilakukan secara
terbuka dan kompetitif di kalangan PNS dengan Manajemen ASN 68
memperhatikan syarat kompetensi, kualifikasi, kepangkatan, pendidikan
dan latihan, rekam jejak, jabatan, dan integritas serta persyaratan lain yang
dibutuhkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pejabat Pembina Kepegawaian dilarang mengganti Pejabat Pimpinan
Tinggi selama 2 (dua) tahun terhitung sejak pelantikan Pejabat Pimpinan
Tinggi, kecuali Pejabat Pimpinan Tinggi tersebut melanggar ketentuan
peraturan perundang-undangan dan tidak lagi memenuhi syarat jabatan
yang ditentukan. Penggantian pejabat pimpinan tinggi utama dan madya
sebelum 2 (dua) tahun dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan
Presiden. Jabatan Pimpinan Tinggi hanya dapat diduduki paling lama 5
(lima) tahun.

Dalam pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi, Pejabat Pembina


Kepegawaian memberikan laporan proses pelaksanaannya kepada KASN.
KASN melakukan pengawasan pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi baik
berdasarkan laporan yang disampaikan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian maupun atas inisiatif sendiri Pegawai ASN dapat menjadi
pejabat Negara. Pegawai ASN dari PNS yang diangkat menjadi Pejabat
Negara diberhentikan sementara dari jabatannya dan tidak kehilangan
status sebagai PNS.

Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN


Republik Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia
memiliki tujuan: menjaga kode etik profesi dan standar pelayanan profesi
ASN; dan mewujudkan jiwa korps ASN sebagai pemersatu bangsa.
Untuk menjamin efisiensi, efektivitas, dan akurasi pengambilan
keputusan dalam Manajemen ASN diperlukan Sistem Informasi ASN.
Sistem Informasi ASN diselenggarakan secara nasional dan terintegrasi
antar- Instansi Pemerintah Sengketa Pegawai ASN diselesaikan melalui
upaya administratif. Upaya administratif terdiri dari keberatan dan
banding administratif.

Anda mungkin juga menyukai