SKRIPSI
Oleh :
071301101
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GENAP, 2011/2012
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Tim Penguji
Medan
adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari
hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan
ini saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera
071301101
ABSTRAK
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah
memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan
standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan
daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional (Kemdikbud, 2009).
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini memberikan tuntutan tugas
yang berat bagi siswanya, hal tersebut dapat menimbulkan stres akademik pada
siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya.
Olejnik dan Holschuh (2007) menggambarkan stres akademik ialah respon yang
muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres akademik adalah self-efficacy. Self-
efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan
memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997). Siswa yang memiliki self-
efficacy mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat
berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan
stres (Odgen, 2000). Dalam hal ini siswa yang memiliki self-efficacy dalam
dirinya maka mereka akan mampu mengontrol stres akademik yang dialaminya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap
stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di SMPN 1 Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 116 orang. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan
reliabilitas 0,947 yang terdiri dari 43 aitem dan skala stres akademik dengan
reliabilitas 0,915 yang terdiri dari 39 aitem.
Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi diperoleh nilai F= 340.157
dengan p = 0,000 dan p<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada
pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN
I Medan. Selanjutnya, nilai koefisien determinan (r2) sebesar 0.749. Hal ini
menunjukkan bahwa sumbangan efektif self-efficacy sebesar 74.9% terhadap stres
akademik dan selebihnya yaitu 25.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini
ABSTRACT
Beginning of International Standard School is a school with National
Standard which prepare its students based on Educational National Standard with
international quality. So that, they expect the alumnus will have an national or
international competitiveness ability (Kemdikbud, 2009). Beginning of
International Standard School press its students with hard task. This situation will
rise the academic stress of student if he could not appease in proving in
achievement and excellence in highly competition situation. Academic stress is
the response that comes from too many demands and students' work to be done
(Olejnik dan Holschuh, 2007). One of the factors that students affected academic
stress is a self-efficacy. Self-efficacy is a will that someone can control the
situation and produce positive result (Bandura, 1997). Students with self-efficacy
in control his behavior is very influencing how people response any kind of things
that caused stress (Odgen, 2000). In this case, the student with self-efficacy in
himself will be able to control his academic stress problems.
This study aims to determine the affection of self-efficacy to academic
stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1
Medan. The subjects in this research were 116 students. Measuring instrument
was used an self-efficacy scale with reliability of 0.947 which consist of 43 items
and academic stress scale with reliability of 0.915 which consist of 39 items.
Hypothesis test results using regression analysis of the value of F = 340
157 with p = 0.000 and p <0.05, so that it can be concluded that there is the
affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International
Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. Furthermore, the value of the
determinant coefficient (r2) of 0.749. This suggests that the contribution of
effective self-efficacy for 74.9% of academic stress and rest 25.1% are affected by
other variables not examined in this study.
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
Adapun judul skripsi ini adalah “Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Akademik
Negeri 1 Medan.”
Bapak H.Rustam Effendi, SH dan Ibu Hj.Jamiah, Amd. Terima kasih penulis
ucapkan untuk setiap perjuangan, didikan, cinta dan kasih sayang, pengertian,
perhatian, doa, dan semua hal yang telah kalian berikan. Semoga Allah membalas
peneliti tidak akan mungkin dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan
lancar. Oleh karena itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Kak Siti Zahreni, M.Psi., selaku dosen pembimbing akademik, terima kasih
skripsi ini. Terima kasih untuk bimbingan, dukungan, saran, kesabaran, yang
penguji skripsi. Terima kasih atas segala kritik, masukan, bimbingan, telah
diberikan kepada peneliti guna membuat penelitian ini menjadi lebih baik.
5. Bapak dan Ibu Dosen staf pengajar Fakultas Psikologi USU. Terima kasih
6. Seluruh Staf Pegawai Fakultas Psikologi USU, yang telah banyak membantu
7. Kepala sekolah SMPN 1 Medan Bapak Drs. H. Ahmad Siregar dan PKS
Humas SMPN 1 Medan Ibu Heriyani, SPd terima kasih atas bantuan dan izin
yang Bapak dan Ibu berikan sehingga penelitian ini dapat terlaksana.
8. Kakak dan adik yang ku sayangi (Kak Luki, Bebe, Umbum, Uje), terima kasih
9. Untuk sahabat ku Liza, Ririn, Milna, Yossy, Indah, dan untuk anak-anak
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu peneliti mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..........................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................10
C. Tujuan Penelitian..............................................................................10
D. Manfaat Penelitian...........................................................................10
E. Sistematika Penulisan.......................................................................12
A. Stres Akademik...............................................................................13
1. Pengertian Stres.......................................................................13
2. Jenis-Jenis Stres.......................................................................14
4. Stressor Akademik...................................................................15
B. Self-Efficacy......................................................................................19
1. Pengertian Self-Efficacy...........................................................19
2. Dimensi Self-Efficacy...............................................................20
4. Sumber-Sumber Self-Efficacy..................................................23
5. Perkembangan Self-Efficacy....................................................25
E. Hipotesis Penelitian...........................................................................44
1. Validitas.......................................................................................52
2. Reliabilitas..................................................................................53
1. Uji Normalitas.............................................................................63
2. Uji Linearitas..............................................................................63
2. Kategorisasi Data.......................................................................65
D. Pembahasan.....................................................................................70
A. Kesimpulan.....................................................................................73
B. Saran...............................................................................................73
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................76
LAMPIRAN
uji coba.............................................................................................................54
uji coba.............................................................................................................55
stres akademik..................................................................................................63
stres akademik..................................................................................................64
ABSTRAK
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah yang sudah
memenuhi seluruh Standart Nasional Pendidikan (SNP) yang diperkaya dengan
standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan
daya saing baik ditingkat nasional maupun internasional (Kemdikbud, 2009).
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) ini memberikan tuntutan tugas
yang berat bagi siswanya, hal tersebut dapat menimbulkan stres akademik pada
siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan padanya.
Olejnik dan Holschuh (2007) menggambarkan stres akademik ialah respon yang
muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan siswa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi stres akademik adalah self-efficacy. Self-
efficacy merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan
memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997). Siswa yang memiliki self-
efficacy mengenai kemampuannya untuk mengontrol perilakunya sangat
berpengaruh pada respon individu terhadap kejadian-kejadian yang menyebabkan
stres (Odgen, 2000). Dalam hal ini siswa yang memiliki self-efficacy dalam
dirinya maka mereka akan mampu mengontrol stres akademik yang dialaminya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh self-efficacy terhadap
stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI)
di SMPN 1 Medan. Jumlah subjek dalam penelitian ini adalah 116 orang. Alat
ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala self-efficacy dengan
reliabilitas 0,947 yang terdiri dari 43 aitem dan skala stres akademik dengan
reliabilitas 0,915 yang terdiri dari 39 aitem.
Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi diperoleh nilai F= 340.157
dengan p = 0,000 dan p<0,05 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada
pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN
I Medan. Selanjutnya, nilai koefisien determinan (r2) sebesar 0.749. Hal ini
menunjukkan bahwa sumbangan efektif self-efficacy sebesar 74.9% terhadap stres
akademik dan selebihnya yaitu 25.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak
diteliti dalam penelitian ini
ABSTRACT
Beginning of International Standard School is a school with National
Standard which prepare its students based on Educational National Standard with
international quality. So that, they expect the alumnus will have an national or
international competitiveness ability (Kemdikbud, 2009). Beginning of
International Standard School press its students with hard task. This situation will
rise the academic stress of student if he could not appease in proving in
achievement and excellence in highly competition situation. Academic stress is
the response that comes from too many demands and students' work to be done
(Olejnik dan Holschuh, 2007). One of the factors that students affected academic
stress is a self-efficacy. Self-efficacy is a will that someone can control the
situation and produce positive result (Bandura, 1997). Students with self-efficacy
in control his behavior is very influencing how people response any kind of things
that caused stress (Odgen, 2000). In this case, the student with self-efficacy in
himself will be able to control his academic stress problems.
This study aims to determine the affection of self-efficacy to academic
stress in Beginning of International Standard 1th grade students of SMPN 1
Medan. The subjects in this research were 116 students. Measuring instrument
was used an self-efficacy scale with reliability of 0.947 which consist of 43 items
and academic stress scale with reliability of 0.915 which consist of 39 items.
Hypothesis test results using regression analysis of the value of F = 340
157 with p = 0.000 and p <0.05, so that it can be concluded that there is the
affection of self-efficacy to academic stress in Beginning of International
Standard 1th grade students of SMPN 1 Medan. Furthermore, the value of the
determinant coefficient (r2) of 0.749. This suggests that the contribution of
effective self-efficacy for 74.9% of academic stress and rest 25.1% are affected by
other variables not examined in this study.
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
yang terus menerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-
faktor yang berkaitan dengan peningkatan kualitas, dengan tujuan agar target
pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan lebih efektif dan efisien (Zamroni,
dibutuhkan agar mampu bersaing di dunia. Salah satu cara yang ditempuh untuk
(Kemdikbud, 2010).
standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan
(RSBI) adalah realisasi dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 50 ayat
mutu pendidikan nasional dan kualitas sumber daya manusia Indonesia agar dapat
status RSBI yaitu SMPN 1 Medan (Kemdikbud, 2011). Untuk masuk ke RSBI
SMPN 1 Medan juga para siswa harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan,
seperti mengikuti beberapa tes tertulis (tes pada mata pelajaran IPA dan
matematika), tes psikologi, dan tes TOEFL (Kemdikbud, 2009). Hal ini diperkuat
berusia 48 tahun:
”Disini kelasnya udah internasional, untuk masuknya juga ada tes khusus
yang diberikan, kayak tes tertulis gitu, tes kecerdasannya sama ada
wawancara nya juga. Terus bahasa pengantar dibeberapa pelajaran juga
bahasa Inggris. Sebelumnya juga ada seleksi administrasi yang diberikan
pas pendaftaraan awalnya. Nilai minimal yang harus didapatkan pada saat
seleksi untuk pelajaran MIPA juga minimalnya 7,5. terus pada saat
pendaftaran juga diminta sertifikat bahasa Inggris atau sertifikat
komputernya gitu.” (HY, Komunikasi Personal, 30/04/2011)
(2009) menyatakan bahwa penerapan bahasa Inggris dalam SBI pada tahun
pertama guru menggunakan sekitar 75% bahasa Indonesia dan 25% bahasa
Inggris. Akan tetapi, kenyataannya pada tahun pertama RSBI SMPN 1 Medan
“Yaa, masalahnya kan kami di kelas belajar gurunya pake bahasa Inggris
terus kak, kadang kan ada juga aku yang kurang ngerti kak, tapi kan
gurunya jelasin terus pake bahasa Inggris, iya kak.. bahasa Inggris terus
gurunya jelasin pelajarannya, gak dicampur gitu sama bahasa Indonesia,
tapi ya ikutin aja lah kak biarpun kadang gak ngerti, hehehee..” (AN,
Komunikasi Personal, 13/05/2011).
RSBI SMPN 1 Medan di dalam kelas, masalah lain menurut RN adalah tuntutan
tugas yang banyak diberikan guru di kelas dan pekerjaan rumah (PR) yang
diberikan oleh guru, hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal,
sebagai baerikut:
“Kalo di kelas, kalo gurunya udah siap jelasin, nanti ada guru nya kasi
tugas ngerjain jawab-jawab soal gitu kak.. kan pas jelasin gurunya pake
bahasa Inggris , kadang ada juga yang gak ngerti, pas ngerjain tugas soal
itu ya bingung kak jadinya, udah ngerjain soal dikelas pun juga tetap aja di
kasi juga PR lagi untuk di rumah, udah gitu PR banyak kak, kalo kayak
senin-kamis itu kan kami pulangnya aja udah sore kan, pulang sekolah pun
Aku ada les lagi kak di luar, kadang malam sampe rumah suka kecapean
ya tidur dulu sebentar kak, baru bangun lagi ngerjain PR yang banyak
itu… (RN, Komunikasi Personal, 13/05/2011).
peraturan yang diterapkan oleh pihak sekolah mengenai standart nilai yang lebih
tinggi yang harus diperoleh siswa RSBI yaitu nilai 8 dan lebih lamanya jam
pulang sekolah di RSBI SMPN 1 Medan ini yaitu jam 15.30 dibandingkan dengan
sekolah umum lainnya. Hal ini dapat dilihat berdasarkan komunikasi personal,
sebagai berikut:
Standart nilai kami lebih tinggi kak, kami harus dapat nilai 8.. kalo sekolah
biasa kan kalo gak salah saya pernah nanya sama tetangga saya standart
nilai orang itu 7, kalo kami disini standartnya harus dapat 8.. sama jam
pulang sekolah kami kan beda kak.. kami pulang jam setengah 4, kalo
sekolah biasa kan jam 2 udah pulang kak, capek lah kak sore gitu
pulangnya.. (TS, Komunikasi Personal, 09/11/2011).
tuntutan yang harus dijalani oleh siswa RSBI di SMPN 1 Medan, mulai dari
pelajaran yang terlalu banyak dalam sehari, dan tugas ataupun PR yang banyak
diberikan kepada siswanya, standart nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sekolah umum lainnya dan jam pulang sekolah yang lebih lama. Kondisi seperti
ini dapat menimbulkan stres pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi
tuntutan yang diberikan padanya (Olejnik dan Holschuh, 2007, hal 101).
Stres telah menjadi masalah nyata dalam kehidupan sekolah anak (Alvin,
2007). Stres adalah suatu kondisi yang disebabkan adanya ketidaksesuaian antara
situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem sosial
Stres yang dialami oleh individu yang satu akan berbeda dengan individu
lainnya. Hal ini karena adanya faktor internal seperti motivasi, kepribadian, dan
intelektual (Sarafino, 2006, hal. 65). Begitu juga dengan siswa, stres yang dialami
siswa SMP, akan berbeda juga dengan stres yang dialami siswa SD dan SMA.
Jika dilihat dari rentang perkembangan manusia, maka siswa SMP berada di
periode pubertas. Periode pubertas adalah salah satu dari dua periode kehidupan
pesat yang terjadi selama masa pubertas menimbulkan keraguan, perasaan tidak
tidak baik . Keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman, dan perilaku yang
Stres merupakan suatu tekanan pada diri individu yang biasanya diikuti
meningkat, pernafasan menjadi cepat dan dangkal serta beberapa gejala lain yang
bersifat somatis. Hal ini biasanya terjadi karena adanya keinginan atau kebutuhan
Stres pada siswa yang terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan
(2002), stres akademik yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang
sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Ibung (2008) menambahkan bahwa
tuntutan individu yang lebih tinggi dari kondisi lingkungan yang ia hadapi.
gangguan psikologis dan fisik. Keadaan ini berpotensi menurunkan prestasi siswa
sekolah, cara guru mengajar, bahan pelajaran yang dianggap sulit, dan beban
2008), faktor-faktor yang mempengaruhi stres secara umum yaitu bersumber dari
diri pribadi (internal) dan faktor eksternal (lingkungan rumah, sosial, maupun
tempat kerja individu sendiri). Salah satu faktor internal individu yaitu
efficacy. Selanjutnya, menurut Bandura (1997, hal. 262) untuk melatih kontrol
terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada diri seseorang sangat berguna. Odgen
satu kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang
dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan (Bandura, 1997, hal. 21).
Widanarti & Indati (2002) mengatakan bahwa keyakinan tentang kemampuan diri
namun juga dapat menghambat usaha untuk mencapai sasaran. Adanya perasaan
tidak mampu merupakan hal yang dapat menghambat seseotang dalam pencapaian
sasaran.
Feist & Feist (2002, hal. 488) mengemukakan bahwa ketika seseorang
mengalami ketakutan yang tinggi, kecemasan yang akut atau tingkat stres yang
tantangan yang tidak perlu untuk dihindari. Sarafino (2006, hal. 94) juga
mengalami tekanan yang lebih rendah ketika berhadapan dengan sumber stres
cenderung lebih kuat dalam menghadapi stres tersebut. Menurut Bandura ( dalam
Sarafino, 1994. Hal. 94) self-efficacy yang dimiliki individu dapat membuat
Bandura & Schunk, 1981 ; Norwick, 1987 ; Pajares & Miller, 1994 (dalam
individu secara kognitif untuk bertindak lebih terarah terutama apabila tujuan
yang hendak dicapai merupakan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, ditemukan
prestasi dan performansi individu tersebut. Hal ini juga sesuai hasil penelitian
Schunk & Meece (dalam Hinton, Simson dan Smith, 2008) menemukan bahwa
siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung akan berhasil dalam
Menurut Morgolis & McCabe (dalam Hinton, Simson dan Smith, 2008)
usaha dalam menghadapi tuntutan akademis . Pada siswa sekolah menengah, yang
banyak perubahan sehingga dibutuhkan adanya self-efficacy yang kuat dalam diri
perasaan seseorang, cara berfikir, dan berperilaku (Bandura, 1997, hal. 24). Hal
ini juga sesuai dengan kondisi pada siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan, dimana
karena adanya tuntutan tugas yang berat di RSBI tersebut beberapa siswa ada
yang merasa tidak yakin dengan persaingan antar siswa di dalam kelasnya, siswa
menjadi ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru dan kurang memiliki keberanian
sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak optimal dalam mengembangkan
diri mereka. Selain itu beberapa siswa juga merasa ragu dalam mengerjakan suatu
mengerti dengan apa yang telah dipelajari, karena bahasa pengantar yang
siswa yang memiliki keyakinan bahwa siswa tersebut dapat menyelesaikan tiap
tugas yang diberikan guru dan tidak merasa terbebani dengan tuntutan tugas di
RSBI tersebut.
secara efektif.
self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 Rintisan Sekolah Bertaraf
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
SMPN 1 Medan.
D. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini memiliki dua manfaat, yaitu manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
prestasi belajarnya.
Bab I : Pendahuluan
dalam penelitian.
Adapun yang menjadi variabel dalam penelitian ini yaitu stres akademik,
dan self-efficacy.
yang digunakan.
LANDASAN TEORI
A. STRES AKADEMIK
1. Pengertian Stres
antara situasi yang diinginkan dengan keadaan biologis, psikologis atau sistem
sosial individu tersebut (Sarafino 2006). Agolla dan Ongori (2009) juga
merupakan respon individu terhadap keadaan atau kejadian yang memicu stres
menanganinya (coping).
Selye (dalam Rice, 1992) mengategorikan jenis stres menjadi dua, yaitu:
untuk menghindarinya.
menjadi dua, yaitu distres (stres negatif) dan eustres (stres positif).
akademik ialah respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas
tekanan dan tuntutan (Alvin, 2007). Menurut Gusniarti (2002), stres akademik
yang dialami siswa merupakan hasil persepsi yang subjektif terhadap adanya
dimiliki siswa.
bahwa stres akademik adalah suatu kondisi atau keadaan dimana terjadi
dimiliki siswa sehingga mereka semakin terbebani oleh berbagai tekanan dan
tuntutan.
4. Stresor Akademik
dengan siswa lain, kegagalan, kekurangan uang, relasi yang kurang antara sesama
siswa dan guru, lingkungan yang bising, sistem semester, dan kekurangan sumber
belajar (Agolla dan Ongori, 2009). Selanjutnya, Olejnik dan Holschuh (2007)
menyatakan sumber stres akademik atau stresor akademik yang umum antara
lain:
Beberapa siswa merasa stres sebelum ujian atau menulis sesuatu ketika
mereka tidak bisa mengingat apa yang mereka pelajari. Telapak tangan mereka
berkeringat, dan jantung berdegup kencang. Mereka merasa sakit kepala atau
merasa dingin ketika dalam situasi ujian. Biasanya siswa-siswi ini tidak bisa
b. Prokrastinasi
siswa yang peduli dan tidak dapat melakukan itu secara bersamaan. Siswa tersebut
Stres akademik terjadi karena siswa ingin menjadi yang terbaik di sekolah
mereka dan guru memiliki harapan yang besar terhadap mereka. Hal ini tentu saja
membuat siswa merasa tertekan untuk sukses di level yang lebih tinggi.
umum antara lain: ujian, menulis, atau kecemasan berbicara di depan umum,
a. Pemikiran
Respon yang muncul dari pemikiran, seperti: kehilangan rasa percaya diri,
takut gagal, sulit berkonsentrasi, cemas akan masa depan, melupakan sesuatu, dan
obat-obatan dan alkohol, tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit, makan terlalu
c. Reaksi tubuh
Respon yang muncul dari reaksi tubuh, seperti: telapak tangan berkeringat,
kecepatan jantung meningkat, mulut kering, merasa lelah, sakit kepala, rentan
d. Perasaan
Respon yang muncul dari perasaan, seperti: cemas, mudah marah, murung,
terhadap stresor akademik yaitu pemikiran, perasaan, reaksi tubuh, dan perilaku.
a. Pola pikir
cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali yang siswa
pikir dapat ia lakukan, semakin kecil kemungkinan stres yang akan siswa
alami.
stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil dibandingkan
c. Keyakinan
dapat menutup mata bahwa hal tersebut menjadikan tingkat stres yang
Para siswa sangat ditekan untuk berprestasi dengan baik dalam ujian-uijan
mereka. Tekanan ini terutama datang dari orang tua, keluarga guru,
siswa yang tidak berprestasi di sekolah disebut lamban, malas atau sulit.
Mereka dianggap sebagai pembuat masalah dan cendrung ditolak oleh guru,
Dikalangan orang tua yang lebih terdidik dan kaya informasi, persaingan
informal, berbagai macam program tambahan, kelas seni rupa, musik, balet,
B. SELF-EFFICACY
1. Pengertian Self-Efficacy
situasi dan memproduksi hasil yang positif (Bandura, 1997). Bandura (dalam
hasil yang positif dan perasaan seseorang terhadap kecukupan, efisiensi, dan
2. Dimensi Self-Efficacy
a. Tingkatan (Level)
seeorang terhadap suatu tugas berbeda-beda, mungkin orang hanya terbatas pada
tugas yang sederhana, menengah atau sulit. Persepsi setiap individu akan berbeda
dalam memandang tingkat kesulitan dari suatu tugas. Ada yang menganggap
suatu tugas itu sulit sedangkan orang lain mungkin merasa tidak demikian
dirasa tidak mampu untuk ia selesaikan karena di luar batas kemampuannya, dan
untuk menyelesaikannya.
berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas yang biasa
dilakukan atau situasi tertentu yang tidak pernah dilakukan hingga dalam
berbeda-beda, baik itu melalui tingkah laku, kognitif dan afektifnya. Generality
ini berhubungan dengan sejauh mana self efficacy yang dimiliki dapat
c. Kekuatan (Strength)
yang dimiliki. Hal ini berkaitan dengan ketahanan dan keuletan individu dalam
kuat terhadap kemampuannya untuk mengerjakan suatu tugas akan terus bertahan
pula. Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka
setiap individu berbeda dalam beberapa dimensi, yaitu tingkat kesulitan tugas,
3. Klasifikasi Self-efficacy
Secara garis besar, self-efficacy terbagi dalam dua bentuk, yaitu self-
efficacy tinggi dan self-efficacy rendah. Dalam mengerjakan suatu tugas, individu
tugas tersebut.
tersebut merasa yakin bahwa mereka mampu menangani secara efektif peristiwa
dan situasi yang mereka hadapi, tekun dalam menyelesaikan tugas-tugas, percaya
tantangan bukan ancaman dan suka mencari situasi baru. Individu dengan self-
efficacy yang tinggi juga menetapkan sendiri tujuan yang menantang dan
kuat dalam terhadap apa yang dilakukannya, dan meningkatkan usaha saat
merasa tidak berdaya, cepat sedih, cemas, menjauhkan diri dari tugas-tugas yang
komitmen yang lemah terhadap tujuan yang ingin dicapai. Individu yang memiliki
4. Sumber-Sumber Self-Efficacy
self-efficacy yaitu :
langsung dari tingkatan kompetensi individu. Tingkah laku atau hasil sebelumnya
dihadapi, oleh karena itu mereka gigih dalam tugas dan sering melakukan
performansi yang baik. Mereka memiliki kepercayaan diri yang baik dalam
efficacy yang tinggi melihat hal sulit sebagai tantangan dan aktif mencari situasi
yang baru.
jika individu melihat orang lain yang dianggap memiliki kesamaan tersebut
standar tersebut dari hasil mengobservasi model yang sukses akan memiliki
harapan yang tinggi, namun jika kemudian gagal, maka individu tersebut akan
cara berfikir dari model tersebut, maka akan dapat memberi pengetahuan dan
(Bandura, 1997).
untuk mencapai sukses atau tingkat kinerja tertentu, maka hal ini juga dapat
besar dari pada orang yang tidak mendapatkan persuasi bahwa dirinya mampu
pada bidang tersebut. Persuasi lisan ini sering dilakukan oleh orang tua, guru,
pada situasi yang membuat stres. Keterbangkitan psikologis ini biasa digunakan
5. Perkembangan Self-Efficacy
lingkungan fisik dan sosial. Mereka mulai belajar mengenai kemampuan dirinya,
kecakapan fisik, kemampuan sosial, dan kecakapan berbahasa yang hampir secara
pengalaman dunia anak dipengaruhi oleh saudara kandung, teman sebaya, dan
dan tekanan baru, dari kesadaran seks sampai memilih bidang pelajaran dan karir.
individu yang sudah lanjut usia sangat sulit terbentuk sebab pada tahapan
perkembangan ini terjadi penurunan mental dan fisik, pensiun kerja, dan
seiring dengan perubahan yang dialami oleh individu. Perubahan tersebut meliputi
perubahan fisik, lingkungan sosial, kecakapan dan tuntutan tugas yang dihadapi.
a. Proses kognitif
efficacy pada proses kognitif sangat bervariasi. Seseorang akan membentuk suatu
suatu kejadian dan mengembangkan cara untuk mengontrol hal-hal yang dapat
dimiliki oleh seseorang. Bagaimana cara pandangnya, baik itu terhadap dirinya
(Bandura, 1997).
b. Proses motivasi
Individu memberi motivasi atau dorongan bagi diri mereka sendiri dan
mengantisipasi hasil dari suatu tindakan, membentuk tujuan bagi diri mereka
coping mereka turut mempengaruhi tingkatan stres dan depresi seseorang saat
Individu dengan self-efficacy yang rendah merasa tidak berdaya, tidak bisa
dan merasa usahanya tidak efektif. Individu dengan self-efficacy yang sangat
rendah tidak akan mencoba untuk mengatasi masalahnya, karena mereka percaya
apa yang mereka lakukan tidak akan membawa perbedaan (Schultz, 1994).
d. Proses seleksi
berada. Kemampuan individu untuk memilih aktivitas dan situasi tertentu, turut
aktivitas dan situasi yang di luar batas kemampuan mereka. Bila individu merasa
yakin bahwa mereka mampu menangani suatu situasi, maka mereka cenderung
pikiran, proses motivasi yang dapat menguatkan keyakinan individu, proses afeksi
efficacy, yaitu:
a. Jenis kelamin
dari pandangan orang tua terhadap anaknya. Orang tua menganggap bahwa waniat
kemampuan dirinya. Pada beberapa bidang pekerjaan tertentu, pria memiliki self-
efficacy yang lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Begitu juga sebaliknya
b. Usia
berlangsung selama kehidupan. Individu yang lebih tua memiliki rentang waktu
dan pengalaman yang lebih banyak dalam mengatasi suatu hal jika dibandingkan
pengalaman dalam hidupnya. Individu yang lebih tua akan lebih mampu
muda, hal ini juga berkaitan dengan pengalaman yang individu miliki sepanjang
kehidupannya.
c. Tingkat pendidikan
pada tingkat pendidikan formal. Individu yang memiliki jenjang pendidikan tinggi
biasanya memiliki self-efficacy yang lebih tinggi, karena pada dasarnya mereka
lebih banyak belajar dan menerima pendidikan formal dan lebih banyak
mendapatkan kesempatan untuk belajar dan mengatasi suatu persoalan yang ada
dalam hidupnya.
d. Pengalaman
Self-efficacy terbentuk melalui proses belajar yang dapat terjadi pada suatu
efficacy terbentuk sebagai suatu proses adaptasi dan pembelajaran yang ada dalam
situasi kerja tersebut. Semakin lama seseorang bekerja maka semakin tinggi self-
efficacy yang dimilikinya dalam bidang pekerjaan tertentu. Akan tetapi tidak
dimiliki, yaitu:
a. Memilih satu tujuan yang diharapkan dapat dicapai, dimana tujuan yang dipilih
Hal ini penting untuk dilakukan agar pengaruh kegagalan masa lalu tidak
c. Tetap berusaha mempertahankan prestasi yang baik dengan cara berusaha dan
d. Membuat daftar urutan situasi atau kegiatan yang diharapkan dapat di atasi atau
dapat dilakukan mulai dari yang paling mudah sampai ke yang paling sulit. Hal ini
untuk meningkatkan self-efficacy yaitu: memilih satu tujuan yang secara realistis
dapat dicapai, memisahkan masa lalu dengan rencana yang sedang dilakukan,
standart pendidikan negara maju yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas dan
Pendidikan (SNP) yang harus dipenuhi sekolah RSBI , yaitu standar isi, standar
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
sebagai berikut:
masing-masing;
b. Muatan mata pelajaran setara atau lebih tinggi dari muatan pelajaran yang
sama pada sekolah unggul dari salah satu negara anggota OECD
pendidikan; dan
sains, matematika, dan inti kejuruan saja, sebagaimana dalam bagian proses
bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Keberhasilan
memenuhi standar proses. Selain itu, keberhasilan tersebut juga ditandai dengan
pada pengumpulan nilai, yang harus didukung oleh berbagai bukti otentik
e. Terdapat standar minimal pendukung yang harus dipenuhi siswa yang dapat
Indonesia sepenuhnya.
RSBI SMPN 1 Medan memiliki visi dan misi. Visi RSBI SMPN 1 Medan
yaitu:
Biology, BK, Art, Lifeskill, dan Civic Education. SKBM (Standar Ketuntasan
menuntut siswa untuk lebih menguasai bahasa Inggris, sehingga untuk masuk di
RSBI SMPN 1 Medan siswa harus melewati tes bahasa Inggris (TOEFEL). Selain
dilakukan yaitu tes potensi akademik MIPA (Matematika dan IPA), kemudian
Bahasa Inggris, IPS dan PKN). Selain itu, ada juga tes potensi non akademik yang
meliputi tes kemampuan dasar komputer (Ms Word dan operator dasar
Komputer). calon siswa juga wajib mengikuti tes wawancara dengan materi
dikerjakan murid di rumah. Dalam proses pembelajaran juga masih ada siswa
cetak bilingual (dua bahasa yaitu Inggris dan Indonesia) yang berguna untuk
belajar di SMPN 1 Medan ini dilengkapi dengan sarana dan prasaran yang
berbasis TIK seperti terdapat TV, komputer, layar OHP sebagai perlengkapan
dalam belajar.
Pada tahun ajaran 2011/2012, kelas 1 SMPN 1 Medan terdiri dari sembilan
kelas dan terdiri dari 25 siswa tiap kelasnya. Kelas-kelas di SMPN 1 Medan ini
dengan sekolah regular lainnya, dimana RSBI SMPN I Medan memiliki jam
pukul 07.30 dan pulang pukul 15.30 dan pada hari Jumat-Sabtu berlangsung dari
pukul 07.30 sampai 12.00. Siswa RSBI SMP Negeri 1 Medan, dipersiapkan untuk
bisa bersaing dengan alumni sekolah lain, khususnya sekolah yang berstandar
yang diikuti oleh para siswanya, yaitu berupa Basket, Sepak bola, Palang Merah
Remaja (PMR), Pramuka, Paskibra, Menggambar, Menari, Catur, dan Tenis meja.
Selain itu juga sekolah membuat les tambahan bagi siswa yang mau mengikutinya
yaitu Mathematics, English, dan Physics. Les tambahan ini diberikan sekolah bagi
siswa yang kurang mengerti ketika belajar dikelas, maka siswa tersebut akan
diberikan guru dikelas. Kegiatan ekstrakulikuler dan les tambahan yang diberikan
pengetahuannya, agar siswa tersebut dapat lebih yakin dalam menjalani tuntutan
di sekolah RSBI SMPN 1 Medan juga menggunakan buku cetak bilingual (dua
bahasa yaitu Inggris dan Indonesia), dan lebih lamanya jam belajar di SMPN 1
Salah satu cara yang ditempuh untuk memajukan kualitas SDM adalah
melalui jalur pendidikan (Astuti, 2009). Salah satu upaya dalam peningkatan
Internasional (SBI). Sebelum menjadi SBI sebuah sekolah harus melalui Rintisan
Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) tersebut berat, dan beratnya sistem
Stres telah menjadi masalah nyata dalam kehidupan sekolah anak (Alvin,
2007). Stres pada siswa yang terjadi karena banyaknya harapan dan tuntutan
lingkungan dengan sumber daya aktual yang dimiliki siswa. Hal ini juga sesuai
dengan kondisi siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan, dimana diperoleh gambaran
mengenai tuntutan yang harus dijalani oleh siswa kelas 1 RSBI di SMPN 1
Medan, mulai dari bahasa pengantar dalam belajar yang menggunakan bahasa
Inggris, beban pelajaran yang terlalu banyak dalam sehari, dan tugas ataupun PR
yang banyak diberikan kepada siswanya. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan
stres pada siswa apabila siswa tidak mampu memenuhi tuntutan yang diberikan
padanya.
fisik. Keadaan ini berpotensi menurunkan prestasi siswa dalam bidang akademik.
Selain itu, stres berhubungan langsung dengan prestasi yang rendah di sekolah.
Selanjutnya, Stres dapat membuat seorang siswa merasa tidak sanggup untuk
belajar (Armacort dalam Rice, 1993). Maka, apabila siswa RSBI tersebut
prestasi siswa tersebut dan membuat siswa tersebut merasa tidak sanggup belajar.
Jadi untuk mengatasi stres tersebut diperlukannya cara untuk menghadapi stres
Selanjutnya, Untuk melatih kontrol terhadap stresor, self-efficacy yang ada pada
mereka alami juga cenderung lebih rendah dari pada individu yang merasa tidak
Hal ini sesuai kondisi siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan, dimana para siswa
ada yang merasa tidak yakin dengan persaingan (kompetisi) antar siswa di dalam
kelasnya, siswa menjadi ragu-ragu untuk mencoba hal yang baru dan kurang
keyakinan diri siswa sehingga siswa merasa tidak nyaman dan tidak optimal
dalam mengembangkan diri mereka. Selain itu beberapa siswa juga merasa ragu
terkadang mereka kurang mengerti dengan apa yang telah dipelajari, karena
terdapat juga beberapa siswa yang memiliki keyakinan bahwa siswa tersebut
dapat menyelesaikan tiap tugas yang diberikan guru dan tidak merasa terbebani
dengan tuntutan tugas di RSBI tersebut. Jadi keyakinan diri yang ada dalam diri
tersebut apakah kondisi tuntutan tugas yang berat di RSBI tersebut dapat
membuat siswa tersebut mengalami stres akademik atau tidak. Selanjutnya dengan
keyakinan dalam diri bahwa siswa mampu dalam menjalani tuntutan tersebut
akut atau tingkat stres yang tinggi, maka biasanya mereka mempunyai self-
efficacy yang rendah. Sementara mereka yang memiliki self-efficacy yang tinggi
merasa mampu dan yakin terhadap kesuksesan dalam mengatasi rintangan dan
Feist, 2002). Jadi ketika seorang siswa mengalami stres akademik, maka biasanya
tersebut memiliki self-efficacy yang tinggi maka mereka akan yakin sukses,
seperti hal nya di RSBI tersebut maka, walaupun tugas yang diperoleh di sekolah
RSBI tersebut berat, jika siswa tersebut memiliki self-efficacy yang tinggi maka
siswa akan percaya bahwa siswa tersebut akan yakin dengan kesuksesan tersebut.
E. HIPOTESIS PENELITIAN
penelitian ini adalah terdapat pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada
METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan metode yang digunakan untuk menjawab
A. Indentifikasi Variabel
B. Definisi Operasional
1. Stres Akademik
Stres akademik adalah respon yang ada dalam pemikiran, perilaku, reaksi
tubuh serta perasaan siswa yang disebabkan karena banyaknya tugas yang harus
akademik yang dikemukakan oleh Olejnik dan Holschuh (2007), yang terdiri dari:
maka semakin tinggi stres akademik siswa dan semakin rendah skor yang
2. Self-Efficacy
tugas yang sesuai dengan kemampuan diri dalam berbagai situasi tugas, serta
aspek dari self-efficacy yang dikemukakan oleh Bandura (1997) yaitu tingkat
tugas), dan kekuatan dari keyakinan seseorang untuk menyelesaikan suatu tugas.
Semakin tinggi skor yang dicapai dari Skala Self-Efficacy berarti semakin
tinggi Self-Efficacy yang dimiliki siswa tersebut. Sebaliknya, semakin rendah skor
1. Populasi
mempunyai sifat yang sama (Hadi, 2000). Populasi pada penelitian ini adalah
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan penduduk yang jumlahnya
kurang dari populasi. Sampel harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang
peneliti, antara lain keterbatasan kesempatan yang diberikan, izin dari pihak
sekolah yang membatasi peneliti dalam mengambil sampel dalam penelitian ini.
- Siswa kelas 1
agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat mewakili populasi (Hadi, 2000).
skala. Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Hal ini didasari atas
pertimbangan tujuan penelitian, waktu, tenaga serta biaya. Menurut Hadi (2000),
pernyataan yang telah disiapkan dan disusun sedemikian rupa sehingga responden
berdasarkan asumsi-asumsi berikut: (a) Subjek adalah individu yang paling tahu
tentang dirinya ; (b) Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan
diajukan kepadanya cenderung sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala Stres Akademik dan skala
Self-Efficacy.
Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan oleh
Olejnik dan Holschuh (2007) berdasarkan respon tubuh terhadap stres akademik
yaitu: pemikiran, perilaku, reaksi tubuh, dan perasaan. Skala ini terdiri dari dua
atribut yang diukur, sedangkan aitem disebut unfavorable apabila isinya tidak
mendukung atau tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur (Azwar, 2009).
Pada pengisian skala stres akademik, subjek diminta untuk memilih salah
satu dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang
disediakan tersebut adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak
Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bobot penilaian untuk pernyataan
favorable adalah SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1 sedangkan bobot penilaian untuk
pernyataan unfavorable adalah SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5. Blueprint skala
oleh koefisien korelasi yang tinggi antara aitem dengan jumlah skor total dari
seluruh aitem (rit). Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem dengan
dengan jumlah skor total dari seluruh aitem menggunakan batasan rit ≥ 0.30.
Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 dianggap memiliki
daya beda aitem yang memuaskan. Aitem yang memiliki harga r it < 0.30 dapat
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda aitem yang rendah
Selain aitem-aitem tersebut, di dalam skala juga tertera identitas diri yang
harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri itu meliputi nama, jenis kelamin,
dan usia. Data identitas diri tersebut digunakan sebagai gambaran subjek
b. Skala Self-Efficacy
Skala ini disusun oleh peneliti berdasarkan teori yang dikemukakan Bandura
menyelesaikan tugas, dan kekuatan dalam menghadapi masalah. Skala ini terdiri
dari dua kategori aitem yaitu aitem favorable dan aitem unfavorable. Aitem
adanya atribut yang diukur, sedangkan aitem disebut unfavorable apabila isinya
2009).
Pada pengisian Skala Self-Efficacy, subjek diminta untuk memilih salah satu
dari lima alternatif jawaban yang tersedia. Adapun alternatif jawaban yang
disediakan tersebut adalah Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak
Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Bobot penilaian untuk pernyataan
favorable adalah SS=5, S=4, N=3, TS=2, STS=1 sedangkan bobot penilaian untuk
pernyataan unfavorable adalah SS=1, S=2, N=3, TS=4, STS=5. Blueprint skala
oleh koefisien korelasi yang tinggi antara aitem dengan jumlah skor total dari
seluruh aitem (rit). Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem dengan
dengan jumlah skor total dari seluruh aitem menggunakan batasan rit ≥ 0.30.
Semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 dianggap memiliki
daya beda aitem yang memuaskan. Aitem yang memiliki harga r it < 0.30 dapat
diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda aitem yang rendah
Selain aitem-aitem tersebut, di dalam skala juga tertera identitas diri yang
harus diisi oleh subjek penelitian. Identitas diri itu meliputi nama, jenis kelamin,
dan usia. Data identitas diri tersebut digunakan sebagai gambaran subjek
1. Validitas
ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur yang melakukan fungsi ukurnya. Suatu
tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi
apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur,
Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi
sejauhmana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang
hendak diukur atau sejauhmana isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak
diukur (Azwar, 2004). Dalam penelitian ini yang menjadi professional judgement
2. Reliabilitas
yang reliabel. Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah
Reliabilitas Alpha Cronbach, yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes
tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat
berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien
angka 1,00. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0
for Windows.
Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui sejauh
mana alat ukur dapat mengungkap dengan tepat apa yang ingin diukur dan
seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan atau ketelitian pengukuran atau
dengan kata lain dapat menunjukkan keadaan sebenarnya (Azwar, 2009). Uji coba
dilakukan pada 100 siswa RSBI SMP Negeri I Medan. Terdapat 64 aitem dalam
Tabel 3. Distribusi Aitem pada Skala Stres Akademik Sebelum Uji Coba
No Aspek Aitem Jlh
F UF
1. Pemikiran 1, 2, 3, 4, 33, 34, 17, 18, 19, 20, 49, 16
35, 36 50, 51, 52
2. Perilaku 21, 22, 23, 24, 5, 6, 7, 8, 37, 38, 16
63, 54, 55, 56 39, 40
3. Reaksi Tubuh 9, 10, 11, 12, 41, 25, 26, 27, 28, 57, 16
42, 43, 44 58, 59, 60
4. Perasaan 29, 30, 31, 32, 13, 14, 15, 16, 45, 16
61, 62, 63, 64 46, 47, 48
Total 32 32 64
aitem, dan dari 64 aitem tersebut hanya 39 aitem yang memiliki daya beda aitem
rit ≥ 0.3. Hasil uji coba skala stres akademik menunjukkan nilai rit aitem bergerak
dari 0.317 sampai dengan 0.588 dengan koefisien reliabilitas rxx’ = 0.915.
Distribusi skala stres akademik beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada
tabel 4.
uji coba.
dan dari 50 aitem tersebut hanya 43 aitem yang memiliki daya beda aitem rit ≥
0.3. Hasil uji coba skala stres akademik menunjukkan nilai rit aitem bergerak dari
0.322 sampai dengan 0.727 dengan koefisien reliabilitas rxx’ = 0.947. Distribusi
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu sebagai
berikut:
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, peneliti meminta izin kepada pihak sekolah SMP Negeri I
Medan untuk melakukan uji coba alat ukur dan juga meminta izin untuk
Humas pada SMP Negeri I medan untuk menyerahkan surat pengantar dari
Pada tahap ini, peneliti merancang alat ukur penelitian yang akan
digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian terdiri dari dua
skala yaitu skala stres akademik yang diungkapkan oleh Olejnik dan
Holschuh (2007) yang terdiri dari 64 aitem dan skala self-efficacy yang
Uji coba dilakukan pada tanggal 31 Januari dan 3 Februari 2012. Alat ukur
diberikan kepada 100 orang siswa kelas 1 SMP Negeri 1 medan, karena
diminta untuk memberi respon terhadap kedua skala penelitian, yaitu skala
orang siswa sehingga jumlah sampel untuk uji coba sebanyak 100 orang
reliabilitas, kemudian diketahui mana aitem yang lulus uji validitas dan
akademik yang lulus uji coba sebanyak 39 aitem dan aitem self-efficacy
pada tanggal 13 Februari dan 14 Februari 2012. Penelitian ini melibatkan 116
siswa-siswi kelas 1 SMP Negeri 1 medan yang terdiri dari 5 kelas. Dalam tahap
aitem yang telah di uji cobakan sebelumnya. Aitem tersebut disusun kembali
menjadi skala dan kepada populasi penelitian. Skala yang sesungguhnya terdiri
terhadap stres akademik pada siswa RSBI adalah dengan menggunakan analisis
dilakukan uji asumsi terhadap hasil penelitian yang meliputi uji normalitas dan
linearitas.
1. Uji Normalitas
ini dilakukan untuk membuktikan bahwa data semua variabel yang berupa skor–
skor yang diperoleh dari hasil penelitian tersebar sesuai dengan kaidah normal.
Smirnov dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0 dengan data dikatakan
2. Uji Linieritas
penelitian, yaitu variabel bebas (self-efficacy) dan variabel terikat (stres akademik)
analisa varians (ANOVA) atau uji F dengan bantuan SPSS for windows versi 16.0,
dimana jika p untuk linearity lebih kecil dari 0.05 (p < 0.05) maka hubungan
antara variabel bebas (self-efficacy) dan variabel terikat (stres akademik) adalah
linear. Namun, jika p > 0.05 maka hubungan antara variabel bebas (self-efficacy)
bahwa skor populasi terdistribusi normal. Kategorisasi skor stres akademik dan
rumus :
Se = Sx √ (1- Rxx’)
Keterangan :
Se = standar eror
Sx = standar deviasi
Pada bab ini akan menguraikan analisa data dan pembahasan, yang diawali
asumsi pada data penelitian yang diperoleh, meliputi uji normalitas sebaran, uji
Variabel N Z P Keterangan
Stres Akademik 116 1.213 .106 Normal
Self-efficacy 116 .925 .359 Normal
a. Uji normalitas data stres akademik dilakukan dengan metode statistik tes
= 0.106, dengan p > 0,05 artinya distribusi data stres akademik telah
= 0.359, dengan p > 0,05 artinya distribusi data skala self-efficacy telah
2. Uji Linearitas
deviation from linierity. Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel 11 berikut.
Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 11 di atas, diperoleh bahwa nilai
p = 0.000. Hasil ini menunjukkan nilai p pada linierity < 0.05 maka dapat
efficacy terhadap stres akademik yang diperoleh dengan teknik analisis regresi
diatas, diperoleh nilai F= 340.157 dan p = 0.000. Kriteria penolakan H 0 jika p < α
(0.05), dan diperoleh nilai p (0.000) < α (0.05) maka H0 ditolak. Dapat
Selebihnya, yaitu 25.1% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini. Selanjutnya, nilai koefisien korelasi (r) sebesar -0.865 yang artinya
Persamaan garis regresi pada penelitian ini adalah `0 1X1. Stres
0.711X1, artinya jika nilai self-efficacy bertambah 1 satuan, maka nilai stres
2. Kategorisasi Data
normal. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam self-efficacy yaitu tinggi dan
rendah. Deskripsi data penelitian self-efficacy seperti tertera pada tabel berikut:
antara skor mean empirik dengan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean
empirik lebih besar dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa self-efficacy pada
subjek dalam penelitian lebih besar dari pada standart alat ukur yang digunakan.
I Medan, dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh Rxx’=0.947 dan Sx=
Se=Sx (1-Rxx’)
Se = 22.185 (1-0,947)
= 22.185 0,053
= 22.185 x 0,230
= 5,102
efficacy, yaitu:
signifikan 5% atau α = 0.05 sehingga α/2= 0.025, maka diperoleh nilai z=1.96
X ± (1,96) (5,102)
X ± 9,999
X ± 10 (dibulatkan)
yang memiliki self-efficacy yang tinggi, 26.73% (31 orang) yang memiliki self-
efficacy yang rendah, dan 33.62% (39 orang) tidak terklasifikasi. Subjek yang
subjek yang tidak terklasifikasi tersebut berada dalam rentang nilai yang bisa saja
normal. Kriteria kategorisasi yang digunakan dalam stres akademik yaitu tinggi
dan rendah. Deskripsi data penelitian stres akademik seperti tertera pada tabel 15
berikut:
Berdasarkan tabel 15, diperoleh mean empirik untuk skala stres akademik
skor mean empirik dengan skor mean hipotetik menunjukkan bahwa mean
empirik lebih kecil dari mean hipotetik. Hal ini berarti bahwa stres akademik
subjek penelitian lebih rendah dari pada standart alat ukur yang digunakan.
SMPN 1 Medan, dengan bantuan SPSS 16.0 for windows diperoleh Rxx’ = 0.915
dan Sx= 18.691 sehingga standar eror dalam pengukuran ini adalah:
Se = Sx (1-Rxx’)
Se = 18,691 (1-0,915)
= 18,691 0,085
= 18,691 x 0,291
= 5,439
X ± Z α/2 . (Se)
signifikan 5% atau α = 0.05 sehingga α/2= 0.025, maka diperoleh nilai z=1.96
(bersadarkan tabel distribusi normal) dengan begitu fluktuasi skor stres akademik
sebesar:
X ± (1,96) (5,439)
X ± 10,660
X ± 11 (dibulatkan)
X – 11 = 102–11 = 91
memiliki stres akademik yang tinggi, 31,03% (36 orang) yang memiliki stres
akademik yang rendah, dan 38,80% (45 orang) tidak terklasifikasi. Subjek yang
subjek yang tidak terklasifikasi tersebut berada dalam rentang nilai yang bisa saja
D. Pembahasan
terhadap stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN I Medan (F= 340.157
dengan p = 0,000 dan p<0,05). Ini berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang
artinya bahwa terdapat pengaruh self-efficacy terhadap stres akademik pada siswa
berarti semakin tinggi self-efficacy maka semakin rendah stres akademik pada
maka semakin tinggi stres akademik pada siswa kelas 1 RSBI di SMPN I Medan.
yang mereka alami juga cenderung lebih rendah daripada individu yang tidak
Penilaian yang diyakini siswa, dapat mengubah cara berfikirnya terhadap suatu
hal sehingga dapat mempengaruhi stres yang muncul. Hal ini sesuai dengan
kondisi pada siswa kelas 1 RSBI SMPN 1 Medan. Siswa yang memiliki self-
efficacy yang tinggi berhubungan dengan rendahnya stres akademik yang dialami
siswa tersebut. Hal ini dikarenakan siswa memiliki keyakinan dalam menghadapi
akademik di sekolah bukanlah suatu ancaman yang dapat membuat mereka stres.
Tetapi tuntutan akademik tersebut adalah suatu tantangan yang harus mereka
jalani, dan dengan keyakinan yang mereka miliki bahwa mereka akan berhasil
menjalaninya dengan demikian maka stres pada siswa akan rendah pula.
determinan (r2) sebesar 0.749. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh self-efficacy
terhadap stres akademik pada siswa RSBI adalah sebesar 74.9%. Artinya, variabel
diteliti dalam penelitian ini. Hasil penelitian ini didukung oleh Ritter (dalam Smet,
1994) mengemukakan bahwa dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang
Alvin (2007) bahwa pola pikir dan kepribadian juga merupakan faktor yang
akademik siswa karena siswa yang berfikir mereka tidak dapat mengendalikan
situasi mereka cenderung mengalami stres lebih besar. Semakin besar kendali
yang siswa pikir dapat ia lakukan, semakin kecil kemungkinan stres yang akan
toleransinya terhadap stres. Tingkat stres siswa yang optimis biasanya lebih kecil
dalam ketegori self-efficacy yang tinggi berjumlah 46 orang (39,65%). Siswa yang
yang berada dalam kategori stres akademik yang tinggi berjumlah 35 orang
A. KESIMPULAN
2. Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi sebanyak 39,65% dan siswa
3. Siswa yang memiliki stres akademik yang tinggi sebanyak 30,17% dan
B. SARAN
1. Saran Metodologis
terhadap stres akademik. Oleh karena itu, diharapkan bagi pihak sekolah
meningkatkan self-efficacy yang masih rendah yang ada dalam diri siswa
yang dipilih tentu saja yang sifatnya realistis untuk dicapai para
siswa di sekolah.
siswa.
siswa.
Alvin, Nglai. O. 2007. Handling Study Stress: Panduan agar Anda Bisa Belajar
bersama Anak-Anak Anda. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Azwar, Saifuddin. (1996). Efikasi Diri dan Prestasi Belajar Statistika pada
Mahasiswa. Jurnal Psikologi No1, 33- 40.
Bandura, A. (1997). Self Efficacy : The Exercise of Control. New York : W.H.
Freeman and Company.
Feist, J. & Feist, G. J. (2002). Theories of Personality (5th ed). Boston: McGraw
Hill.
Hinton, L., Simson, G., & Smith, D. (2008) Increasing Self-efficacy Beliefs in
Middle School Students. Educational Specialist Candidates Piedmont
College. [On-line]. Diakses dari: www.qln.com/Selfefficacy.pdf. Diakses
tanggal 1 Mei 2012.
Hutabarat, D.B. 2009. Perbedaan Stres dan Coping Stres antara Laki-Laki dan
Perempuan dalam Menghadapi Kemacetan Lau-Lintas. Psibernetika.02.
01. Juni. 68-87.
Ibung, Dian. (2008). Stres pada Anak : Panduan Praktis bagi Orang Tua dalam
Memahami dan Mendampingi Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Kusuma, P.P., & Uly G. (2008). Hubungan Antara Penyesuaian Diri Sosial
Dengan Stres Pada Siswa Akselerasi. Jurnal Keberbakatan dan
Kreativitas. 02.01. Februari. 20-30.
Maryati, Ika. (2008). Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Keyakinan Diri
(Self-Efficacy) dengan Kreativitas pada Siswa Akslerasi. (Skripsi).
Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiah Surakarta.
Muna, F. N., Hartati, S., & Setyawan, I. (2009 ). Hubungan antara Kemandirian
dengan Motif Berkompetisi pada Siswa Kelas VII Rintisan Sekolah
Bertaraf Internasional. Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro. [On-
line]. Diakses dari: http://eprints.undip.ac.id/11107/1/JURNALKU.pdf.
Diakses tanggal 30 Desember 2010.
Odgen, Jane. (2000). Health Psychology (2nd ed). Philadelphia : Open University
Press.
Olejnik, S. N. & Holschuh, J. P. (2007). College rules! 2nd Edition How to study,
survive, and succeed. New tork: Ten Speed Press. [On-line]. Diakses dari:
http://books.google.co.id/books?id=h_cfDji4V6YC&pg=PA101&dq=stres
s+academic&hl=id&ei=5oezTK2CJse3cOiYtKwI&sa=X&oi=book_result
&ct=result&resnum=6&ved=0CD0Q6AEwBQ#v=onepage&q&f=false.
Diakses tanggal 10 Januari 2011.
nd
Rice, Phillip L. (1992). Stress and Health (2 ed). California: Brooks/ Cole
Publshing Company.
Schultz, Duane. P. & Schultz, Sydney Ellen. (1994). Theories of Personality 5th
Edition. California: Cole/ Publishing Company.
Supriyantini, S., & Intisari, Asri M. (2008). Hubungan antara Persepsi Siswa
tentang Pelaksanaan Program Sekolah Unggulan dan Stres di Bidang
Akademis pada Siswa SMA Negeri 1 Padang Panjang. Jurnal Psikologia
Vol 4, No. 1, 41-48.
Susiani, Ratna. (2009). Kajian Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) SMK Negeri
2 Salatiga dan Hubungannya Dalam Pengembangan Wilayah Sekitarnya.
(Tesis). Semarang : Program Pasca Sarjana Magister Teknik Pembangunan
Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro. Diakses dari:
http://eprints.undip.ac.id/18738/ . Diakses pada tanggal 30 April 2012.
Susilowati, Tika (2010). Perbedaan Penyesuaian Diri Dan Stres Belajar Antara
Siswa Kelas Akaslerasi Dengan Siswa Kelas Reguler di SMU Negeri 3
Surakarta. (Skripsi). Surakarta: Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Surakarta. [On-line] Diakses dari:
http://etd.eprints.ums.ac.id/7576/1/F100050161.pdf, Diakses pada tanggal
2 Maret 2011.
Widnarti, Niken., & Indati, Aisah. (2002). Hubungan antara Dukungan Sosial
Keluarga dengan Self-Efficacy pada Remaja. Yogyakarta. Jurnal
Psikologi. No.2, 112-123.
Running 1
N %
Excludeda 0 .0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.901 64
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 .0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 40
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Excludeda 0 .0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 39
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
Running 1
N %
Excluded a
1 1.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.915 50
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
Running 2
N %
Excludeda 1 1.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.947 43
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
3. Uji Hipotesis
SE SA
N 116 116
Normal Parametersa Mean 152.22 102.02
ANOVA Table
Deviation
8931.464 68 131.345 .789 .815
from
Linearity
7658.583 46 166.491
Within Groups
66091.966 115
Total
Regression
Descriptive Statistics
Correlations
SA SE
SE -.865 1.000
SE .000 .
N SA 116 116
SE 116 116
Variables Entered/Removedb
Variables
Model Variables Entered Removed Method
1 SEa . Enter
b. Dependent Variable: SA
Model Summaryb
Change Statistics
R Adjusted Std. Error of Durbin-
Model R Square R Square the Estimate R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change Watson
a. Predictors: (Constant), SE
b. Dependent Variable: SA
a. Predictors: (Constant), SE
b. Dependent Variable: SA
Coefficientsa
a. Dependent Variable: SA
Residuals Statisticsa
a. Dependent Variable: SA
Skala II : Self-efficacy
Skala II : Self-Efficacy
SKALA PSIKOLOGI
Fakulas
Dengan hormat,
Dalam rangka menyelesaikan studi pada Fakultas Psikologi Universitas
Sumatera Utara, saya bermaksud mengadakan penelitian. Sehubungan dengan hal
tersebut, saya mohon Saudara/Saudari bersedia untuk mengisi skala ini.
Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban yang benar ataupun yang salah.
Jawaban yang Saudara/Saudari berikan merupakan pendapat Saudara/Saudari
yang sesungguhnya. Oleh karena itu, saya berharap Saudara/Saudari bersedia
memberikan jawaban anda sendiri, tanpa mendiskusikannya dengan orang lain.
Semua jawaban dan data diri yang Saudara/Saudari berikan akan dirahasiakan dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ini saja. Saya berharap
Saudara/Saudari bersedia mengisi skala ini dengan bersungguh – sungguh dan
sesuai dengan petunjuk pengisian.
Kesediaan Saudara/Saudari yang telah meluangkan waktu untuk mengisi
skala ini merupakan suatu kontribusi yang sangat penting artinya bagi kualitas
penelitian ini. Untuk itu saya ucapkan terima kasih.
Hormat Saya
Penyusun,
Universitas Sumatera
IDENTITAS DIRI
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin* : Pr/Lk
*) Coret yang tidak perlu
PETUNJUK PENGISIAN
Berikut ini ada sejumlah pernyataan. Berilah tanda silang (X) pada
salah satu pilihan jawaban yang sesuai dengan keadaan, perasaan,
dan pikiran saudara, dari lima pilihan yang disediakan yaitu:
SS : Bila anda merasa Sangat Sesuai dengan pernyataan tersebut.
= SELAMAT MENGERJAKAN =
Universitas Sumatera
SKALA 1
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
SKALA 2
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera
NO. PERNYATAAN SS S N TS STS
Universitas Sumatera