Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


RISIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh :
Mahafuddin (P07220419098)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI NERS
TAHUN 2020
LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

RESIKO BUNUH DIRI

A. KASUS (MASALAH UTAMA)


Risiko bunuh diri

B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian
Bunuh diri menurut Gail W. Stuart dalam buku ”Keperawatan Jiwa’ dinyatakan
sebagai suatu aktivitas yang jika tidak dicegah, dimana aktivitas ini dapat mengarah
pada kematian(2007). Bunuh diri juga merupakan kedaruratan psikiatri karena pasien
berada dalam keadaan stres yang tinggi dan menggunakan koping yang maladaptif.
Situasi gawat pada bunuh diri adalah saat ide bunuh diri timbul secara berulang tanpa
rencana yang spesifik atau percobaan bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk
bunuh diri. (Yusuf, Fitryasari, & Endang, 2015, hal. 140). Bunuh diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan.Bunuh diri
merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (Captain, 2008). Menciderai diri adalah tindakan agresif yang merusak diri
sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan
keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Captain,
2008). Resiko bunuh diri adalah resiko untuk menciderai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal
dalam melakukan mekanisme kopingyang digunakan dalam mengatasi masalah.
Beberapa alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalanu untuk beradaptasi,
sehingga tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena
kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusan (Stuart, 2006).

2. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala menurut Fitria, Nita (2009):
a. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
b. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
c. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusan.
d. Impulsif.
e. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
f. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
g. Verbal terselubung (berbicara tentang kematian, menanyakan tentang obat dosis
mematikan).
h. Status emosional (harapan, penolakan, cemas meningkat, panik, marah dan
mengasingkan diri).
i. Kesehatan mental (secara klinis, klien terlihat sebagai orang yang depresi, psikosis
dan menyalahgunakan alkohol).
j. Kesehatan fisik(biasanya pada klien dengan penyakit kronis atau terminal0.
k. Pengangguran(tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau mengalami kegagalan
dalam karier).
l. Umur 15-19 tahun atau diatas 45 tahun.
m. Status perkawinan(mengalami kegagalan dalam perkawinan).
n. Pekerjaan.
o. Konflik interpersonal.
p. Latar belakang keluarga.
q. Orientasi seksual.
r. Sumber-sumber personal.
s. Sumber-sumber sosial.
t. Menjadikan korban perilaku kekerasan saat kecil.

3. Rentang Respon

Rentang respons, Yosep, Iyus (2009)


a. Peningkatan diri. Seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahanan diri
secara wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahanan diri. Sebagai
contoh seseorang mempertahankan diri dari pendapatnya yang berbeda mengenai
loyalitas terhadap pimpinan ditempat kerjanya.
b. Beresiko destruktif. Seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang
seharusnya dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat
bekerja ketika dirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah
melakukan pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung. Seseorang telah mengambil sikap yang kurang
tepat(maladaptif) terhadap situasi yang membutuhkan dirinya untuk
mempertahankan diri. Misalnya, karena pandangan pimpinan terhadap kerjanya
tidak loyal, maka seorang karyawan menjadi tidak masuk kantor atau bekerja
seenaknya dan tidak optimal.
d. Pencederaan diri. Seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau
pencederaan diri akibat hilangnya harapan terhadap situasi yang ada.
e. Bunuh diri. Seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Lima faktor predisposisi yang menunjang pada pemahaman perilaku destruktif-diri
sepanjang siklus kehidupan adalah sebagai berikut:
1) Sifat Kepribadian
Tiga kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh diri
adalah antipati, impulsif, dan depresi.
2) Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh
diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
3) Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit kronis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan sosial sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik,
dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab maslah, respon seseorang dalam
menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan faktor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
5) Faktor biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak seperti serotinin dan
dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui rekaman gelombang
otak Electro Encephalo Graph(EEG).

b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif diri dapat ditimbulkan oleh stress berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya sering kali berupa kejadian hidup yang memalukan. Faktor
lain yang dapat menjadi pencetus adalah melihat atau membaca melalui media
mengenai orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri. Bagi
individu yang emosinya labil, hal tersebut menjadi sangat rentan.

5. Sumber Koping
Ada beberapa sumber koping pada seseorang yang dapat menguatkan yaitu :
a. Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan resiko bunuh
diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya
b. Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari keluarga, teman,
kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan dukungan terbaik yang diperlukan
oleh klien adalah dukungan keluarga.
c. Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan kesehatan, dana
atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan pelayanan kesehatan dan lain-lain.
d. Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif seseorang
sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat mempertahankan koping
adaptif walaupun dalam kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus dikuatkan
pada klien resiko bunuh diri adalah keyakinan bahwa klien mampu mengatas
masalahnya.

6. Mekanisme Koping
Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar
memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme
pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung
adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Fitria (2012)
mengemukakan rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-
maladaptif.
Perilaku bunuh diri menunjukkan terjadinya kegagalan mekanisme koping.
Ancaman bunuh diri menunjukkan upaya terakhir untuk mendapatkan pertolongan
adgar untuk mengatasi masalah. Resiko yang mungkin terjadi pada klien yang
mengalami krisis bunuh diri adalah mencederai diri dengan tujuan mengakhiri hidup.
Perilaku yang muncul meliputi isyarat, percobaan atau ancaman verbal untuk
melakukan tindakan yang mengakibatkan kematian perlukaan atau nyeri pada diri
sendiri.
C. POHON MASALAH

Resiko perilaku kekerasan Akibat

Resiko Bunuh Diri Core Problem

Isolasi Sosial
Penyebab

Harga Diri Rendah Penyebab

1. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


a.
b.
Risiko bunuh diri
c.
Keputus asaan
d.
Ketidakberdayaan
e.
Gangguan konsep diri
f.
Kecemasan
g.
Berduka fungsional
h.
Koping individu tidak efektif
i.
Penatalaksanaan regimen terapeutik inefektif
Koping keluarga tidak efektif

2. Data Yang Perlu Dikaji

Data subjektif:
a.
Mengungkapkan keinginan bunuh diri
b.
Mengungkapkan keinginan untuk mati
c.
Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan
d.
Ada riwayat berulang percobaan bunuh diri sebelumnya dari keluarga
e.
Berbicara tentang kematian, menanyakan tentang dosis obat yang mematikan
f.
Mengungkapkan adanyanya konflik interpersonal
g.
Mengungkapkan telah menjadi korban perilaku kekerasan saat kecil Data objektif:
h.
Impulsif
i.
Mennjukkan perilaku yang mencurigakan(biasaya menjadi sangat patuh)
j.
Ada riwayat penyakit mental (depresi, psikosis, dan penyalahgunaan alkohol)
k.
Ada riwayat penyakit fisik (penyakit kronis atau penyakit terminal)
l.
Pengangguran (tidak bekerja, kehilangan pekerjaan, atau kegagalan dalam karier)

3. Diagnosa Keperawatan
Risiko bunuh diri
4. Rencana Tindakan Keperawatan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
A. Proses Keperawatan
Pengkajian, Penegakan Diagnosa, Tujuan, Perencanaan Tindakan, Pelaksanaan, Evaluasi
B. Strategi Komunikasi dan Pelaksanaan ( latihan fase orientasi, kerja dan terminasi setiap
SP)

Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Resiko Bunuh Diri

1. Tujuan Khusus
a. Klien dapat meningkatkan harga dirinya
b. Klien dapat melakukan kegiatan sehari-hari
c. Klien mendapat perlindungan dari lingkungannya.

2. Tindakan keperawatan: Melindungi pasien


Tindakan yang dilakukan perawat saat melindungi pasien dengan risiko bunuh diri
ialah:
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
f. Perawat harus menemani pasien terus-menerus sampai pasien dapat dipindahkan
ke tempat yang lebih aman.
g. Perawat menjauhkan semua benda berbahaya (misalnya gnting, garpu, pisau, silet,
tali pinggang, dan gelas)
h. Perawat memastikan pasien telah meminum obatnya.
i. Perawat menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan melindungi pasien sampai
tidak ada keinginan untuk bunuh diri.
STRATEGI PELAKSANAAN RESIKO BUNUH DIRI

SP 1 Pasien : Percakapan untuk melindungi pasien dari isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Salam Terapeutik
Assalamualaykum Bu, perkenalkan saya Mahafuddin mahasiswa Keperawatan Poltekkes
Kemenkes Kaltim.. Apakah benar ini Ibu A. Ohh iya, senang dipanggil apa ? Ohh iya Bu A.

Validasi
Bagaimana perasaan ibu A hari ini? Saya akan selalu menemani Ibu disini mulai dari pukul
08.00-14.00, nanti akan ada perawat yang menggantikan saya untuk menemani Ibu selama
dirawat di rumah sakit ini.

Kontrak (waktu, tempat, topik)


“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang Ibu rasakan selama ini, saya siap
mendengarkan sesuatu yang ingin Ibu sampaikan. Bagaimana kalau kita lakukan disini saja?
Jam berapa kita akan berbincang – bincang? Bagaimana kalau jam 13.00 setelah makan siang
Bu?

KERJA

Bagaimana perasaan Ibu setelah bencana itu terjadi? Apakah dengan bencana tersebut Ibu
merasa paling menderita di dunia ini? Apakah Ibu kehilangan kepercayaan diri? Apakah Ibu
merasa tidak berharga dan lebih rendah dari pada orang lain? Apakah Ibu sering mengalami
kesulitan untuk berkonsentrasi? Apakah Ibu berniat untuk menyakiti diri sendiri seperti ingin
bunuh diri atau berharap Ibu mati? Apakah Ibu mencoba untuk bunuh diri? Apa sebabnya?
Jika klien telah menyampaikan ide bunuh diri, segera memberikan tindakan untuk
melindungi klien. Baiklah tampaknya Ibu memerlukan bantuan untuk menghilangkan
keinginan untuk bunuh diri. Saya perlu memeriksa seluruh kamar Ibu untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang membahayakan Ibu. Nah, karena Ibu tampaknya masih memiliki
keinginan yang kuat untuk mengakhiri hidupIbu, maka saya tidak akan membiarkan Ibu
sendiri. Apakah yang akan Ibu lakukan kalau keinginan bunuh diri muncul? Ya, saya setuju.
Ibu harus memaggil perawat yang bertugas di tempat ini untuk membantu Ibu. Saya percaya
Ibu dapat melakukannya.

TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bincang – bincang selama ini ? Coba Ibu sebutkan cara
tersebut ? Bagus, betul apa yang sudah ibu sampikan

Rencana Tindak Lanjut


Ibu, untuk pertemuan selanjutnya kita membicarakan tentang bagaimana meningkatkan harga
diri ibu. Jam berapa Ibu bersedia bercakap-cakap lagi? mau berapa lama? Ibu, mau dimana
tempatnya?

SP 2 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan harga diri pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Salam Terapeutik
Assalamualaykum Bu, masih ingat dengan saya? Ya betul sekali. Saya perawat Mahafuddin.
Validasi
Bagaimana perasaan Ibu saat ini? Masih adakah dorongan mengakhiri kehidupan? Baik,
sesuai janji kita kemarin sekarang kita akan membahas tentang rasa syukur atas pemberian
Tuhan yang masih Ibu miliki. Mau berapa lama? Dimana? baiklah 30 menit disini ya bu.

KERJA
Apa saja dalam hidup Ibu yang perlu disyukuri, siapa saja kira-kira yang sedih dan rugi kalau
Ibu meninggal. Coba Ibu ceritakan hal-hal yang baik dalam kehidupan Ibu. Keadaan yang
bagaimana yang membuat Ibu merasa puas? Bagus. Ternyata kehidupan Ibu masih ada yang
baik yang patut Ibu syukuri. Coba Ibu sebutkan kegiatan apa yang masih dapat Ibu lakukan
selama ini. Bagaimana kalau Ibu mencoba melakukan kegiatan tersebut, mari kita latih.

TERMINASI
Evaluasi
Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap-cakap? Bisa sebutkan kembali apa-apa saja
yang Ibu patut syukuri dalam hidup Ibu? Ingat dan ucapkan hal-hal yang baik dalam
kehidupan Ibu jika terjadi dorongan mengakhiri kehidupan. Bagus Ibu. Coba Ibu ingat lagi
hal-hal lain yang masih Ibu miliki dan perlu di syukuri!

Rencana Tindak Lanjut


Nanti jam 2 siang kita bahas tentang cara mengatasi masalah dengan baik. Tempatnya
dimana? Baiklah, tetapi kalau ada perasaan-perasaan yang tidak terkendali segera hubungi
saya ya! Saya ada diruang perawat

SP 3 Pasien : Percakapan untuk meningkatkan kemampuan dalam menyelesaikan


masalah pada pasien isyarat bunuh diri

ORIENTASI
Salam Terapeutik
Assalamualaykum Bu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Mahafuddin.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal positif
yang perlu disyukuri? Bagus!

Kontrak (waktu, tempat, topik)


Sekarang kita akan berdiskusi tentang bagaimana cara mengatasi masalah Ibu selama ini.
Mau berapa lama Ibu? Mau disini saja?

KERJA

Coba ceritakan situasi yang membuat Ibu ingin bunuh diri. Selain bunuh diri apalagi kira-kira
jalan keluarnya. Wow, banyak juga ya Ibu. Nah, sekarang coba kita diskusikan tindakan yang
menguntungan dan merugikan dari seluruh cara tersebut. Mari kita pilih cara mengatasi
masalah yang paling menguntungkan! Menurut Ibu cara yang mana? Ya saya juga setuju
dengan pilihan Ibu. Sekarang kita buat rencana kegiatan untuk mengatasi perasaan Ibu ketika
mau bunuh diri dengan cara tersebut.

TERMINASI
Evaluasi subjektif: Bagaimana perasaan Ibu, setelah kita bercakap-cakap?
Evaluasi objektif: Apa cara mengatasi masalah yang Ibu gunakan. Coba Ibu melatih cara
yang Ibu pilih tadi. Bagus sekali
Rencana Tindak Lanjut
Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman Ibu
menggunakan cara yang Ibu pilih.

SP 4 Pasien : Mendiskusikan harapan dan masa depan

ORIENTASI
Salam Terapeutik
Assalamualaykum Ibu. Masih ingat saya? Iya saya perawat Mahafuddin.

Validasi
Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Masihkah ada keinginan bunuh diri? Apalagi hal-hal positif
yang perlu disyukuri? Bagus!

Kontrak (waktu, tempat, topik)


Sekarang kita akan berdiskusi tentang harapan dan masa depan Ibu. Mau berapa lama Ibu?
Mau disini saja?

KERJA
Coba ceritakan apa harapan yang ingin Ibu capai? Oh iyaa bagus Ibu ingin menjadi istri dan
Ibu yang baik untuk istri dan anak Ibu, Ibu juga ingin mencoba berjualan sayur di rumah
setelah pulang dari RS.

TERMINASI
Evaluasi
Baiklah Ibu sudah mengungkapkan harapan masa depan Ibu, dengan demikian kemungkinan
Ibu untuk bunuh diri dapat dicegah.

Rencana Tindak Lanjut


Besok di jam yang sama kita akan bertemu lagi untuk membahas pengalaman Ibu
menggunakan cara yang Ibu pilih.
DAFTAR PUSTAKA

Captain, C. (2008). Assessing suicide risk, Nursing made incredibly easy, Volume 6(3).
Fitria,Nita.2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP & SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat bagi Program S1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Stuart GW, Sundeen, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Jakarta: EGC, 1995.
Yosep, Iyus. 2010. Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Endang, H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
(A. Suslia, & F. Ganiajri, Eds.) Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai