KATA PENGANTAR.............................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah.............................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................7
1.4. Manfaat Penelitian.....................................................................................7
1.5 Ruang Lingkup Penelitian..........................................................................8
BAB II......................................................................................................................9
TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................9
2.1 Penelitian Terdahulu...................................................................................9
2.2 Kerangka Teori.........................................................................................12
2.2.1 Pengertian Pajak....................................................................................12
2.2.2 Fungsi, syarat, dan tata cara pemungutan pajak...................................13
2.2.3 Pajak Pertambahan Nilai........................................................................14
2.2.4 Karakteristik PPN..................................................................................15
2.2.5 Objek Pertambahan Nilai (PPN)............................................................18
2.2.6 Tarif Pajak Pertambahan Nilai...............................................................18
2.2.7 Pemungut PPN (Pajak Pertambahan Nilai)...........................................19
2.2.8 Dasar pengenaan Pajak (DPP)...............................................................19
2.2.9 Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan.....................................22
2.2.10 Pajak masukan yang dapat dikreditkan...............................................23
2.2.11 Faktur Pajak........................................................................................24
2.2.12 Kompensasi..........................................................................................27
2.1.13 Restitusi Pajak Pertambahan Nilai.......................................................27
2.2.14 Manajemen Pajak / Perencanaan Pajak..............................................29
2.2.15 Manfaat Perencanaan Pajak.................................................................30
2.2.16 Langkah – Langkah Dalam Melaksanakan Perencanaan Pajak..........31
2.2.17 Alat Perencanaan Pajak.......................................................................32
1
2.2.18 Implementasi Perencanaan Pajak Pada Perusahaan............................33
2.2.19 Laporan Arus Kas................................................................................33
2.3 Kerangka Konsep Penelitian....................................................................34
BAB III..................................................................................................................37
METODE PENELITIAN...............................................................................37
3.1 Pendekatan Penelitian..............................................................................37
3.2 Populasi dan sample Penelitian................................................................37
3.3 Jenis Data dan Sumber Data.....................................................................38
3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian..............................39
3.5 Teknik Analisis Data................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................42
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan
salam semoga selalu tercurah kepada baginda Rasulullah SAW, beserta keluarga
dan para sahabatnya, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang
berjudul:Análisis Penerapan Perencanaan Pajak Pertambahan Nilai atas Pajak
Keluaran yang Dipungut oleh Rekanan (Studi Kasus Pada PT.APBB Surabaya
Masa Pajak Januari 2016). Skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan dalam meraih derajat sarjana Ekonomi program Strata Satu (S-1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Narotama. Selama penelitian dan
penyusunan laporan penelitian dalam skripsi ini, penulis tidak luput dari kendala.
Kendala tersebut dapat diatasi penulis berkat adanya bantuan, bimbingan dan
dukungan serta doa dari berbagai pihak.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
juga mebiayai belanja- belanja negara lainnya. Lebih dari 70 % pendapatan negara
berasal dari sector pajak , sedangkan sisanya berasal dari sektor non pajak dan
Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
Dr. P. J. A. Adriani )
biaya atau beban yang dapat menganggu cash flow perusahaan. Oleh karena itu
ilegal atau menyalahi undang- undang (tax evasion). Walaupun tidak semua
perusahaan melakukan hal tersebut, masih banyak perusahaan atau wajib pajak
yang taat akan peraturan dan undang undang pajak sebagai acuan mereka
4
bahkan mereka dapat merencanakan / memplaning pajak terhutang mereka sesuai
Sebagai wujud kepercayaan Fiskus atau Negara terhadap wajib pajak, Indonesia
PPN (Pajak Pertambahan Nilai) adalah Pajak atas konsumsi barang dan jasa di
daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur produksi dan
distribusi. Dimana PPN merupakan salah satu jenis pajak yang dapat di
melakukan Tax Planning (perencanaan pajak) dengan cara antara lain, yaitu
Kena Pajak (BKP) atau Jasa Kena Pajak (JKP) dari Pengusaha Kena Pajak (PKP)
dan menunda pembuatan faktur pajak atas penjualan Barang Kena Pajak (BKP)
atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang pembayarannya belum diterima, selambat-
Atas selisih Pajak Masukan dan Pajak Keluaran maka akan timbul kurang bayar
5
PT. APBB adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang Electrical,
penyerahan jasa / barang kena pajak terhadap pemungut PPN, PT. APBB tidak
(Studi Kasus Pada PT.APBB Surabaya Masa Pajak Januari Tahun Pajak 2016) “
Terkait dengan latar belakang yang telah dikemukanan diatas, maka permasalahan
APBB ke rekanan?
6
1.3 Tujuan Penelitian
APBB ke rekanan.
1. Teoritis
2. Praktisi
7
umumnya yakni laba setinggi-tingginya sesuai dengan peraturan
pertambahan nilai (PPN) atas pajak keluaran yang dipungut oleh rekanan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
dan pembebanan. Kedua cara tersebut dipilih karena dianggap yang paling
sesuai dengan perusahaan, sehingga perusahaan tidak menggunakan
perencanaan PPN
Edward Evaluasi penerapan Bagaimanakah Penelitian 1. Untuk meminimalkan pajak pertambahan nilai, PT Transworld Solution
Edminister Tax Planinng untuk penerapan tax kualitatif telah menerapkan beberapa cara. PT.Transworld Solution menerapkan
Marentek meminimalkan planning untuk deskriptif cara-cara tersebut agar kemudian nominal pajak yang harus dibayar PT.
pajak pertambahan meminimalkan Transworld Solution semakin kecil.
Novi Budiarso nilai pada Pajak
PT.Transworld Pertambahan 2. Dari keseluruhan penerapan tax planning yang dilakukan, perusahaan
Solution Jakarta Nilai pada PT. memperoleh keuntungan penghematan pajak mencapai Rp 62.253.962.
Selatan Transworld dan khusus pada masa pajak agustus 2014, perusahaan memperoleh
Solution Jakarta keuntungan atas penundaan pembuatan faktur pajak sebesar rp. 4.796.790
Selatan.
Mulyo Dwi Analisis Penerapan Bagaimanakah Penelitian 1. Dalam melakukan pembelian barang dagang, CV GRPS menerapkan
Atmojo Perencanaan Pajak penerapan tax kualitatif 2 kebijakan yaitu:
Pertambahan Nilai planning untuk deskriptif a. Melakukan pembelian terputus Barang yang dibeli secara langsung dari
Sri Mangestuti (Studi Kasus pada meminimalkan supplier baik tunai atau kredit yang selanjutnya dicatat oleh perusahaan
Rahayu CV Guyub Rukun Pajak sebagai persediaan barang.
Putra Sakti Tahun Pertambahan b. Dengan cara konsinyasi Barang yang merupakan titipan supplier dan
Otto Budihardjo Pajak 2014) Nilai pada CV dicatat sebagai persediaan setelah barang titipan terjual.
Guyub Rukun
Putra Sakti . 2. CV GRPS juga melakukan pembelian atas BKP dengan PPN dan
pembelian BKP tanpa PPN. CV GRPS melakukan pembelian
barang dagang untuk persediaan yang terdiri dari pembelian BKP
dengan PPN dan pembelian BKP tanpa PPN. Jika dilihat dari sisi
perpajakan maka atas pembelian BKP tanpa PPN dapat mengurangi tingkat
keuntungan perusahaan.
3. Omzet CV GRPS berasal dari dua sumber yaitu penjualan atas barang
dagang dan dari pendapatan sewa. CV GRPS memiliki dua sumber
pendapatan yakni pendapatan dari penjualan pakaian beserta aksesorisnya
dan juga didapat dari sewa tempat seperti Timezone, Madonna, New
Kansas Pizza, Kartika Kosmetik dan lain sebagainya. Atas dua sumber
10
pendapatan tersebut CV GRPS memungut PPN dan melaporkan sesuai
dengan ketentuan yang ada.
4. CV GRPS dalam tahun 2014 menerapkan perencanaan pajak dengan cara
penundaan pengkreditan PM dan hasilnya CV GRPS belum mampu
meminimalkan PPN terutang hanya mampu meratakan PPN terutang.
Perencanaan pajak dengan cara penundaan pengkreditan PM
membuat utang PPN tiap masa menjadi lebih seimbang, yaitu pada tiap
masa utang PPN tidak mencapai 50 juta kecuali pada bulan Juni dan
Juli saja utang PPN mencapai 100 juta. Berkurangnya jumlah utang
PPN tiap masa juga berdampak pada berkurangnya utang PPN tahun
2014, yaitu utang PPN turun sebesar 5%yaitu sebelumnya sebesar
Rp561.231.137,- menjadi Rp531.099.987,-. Penurunan utang PPN
tersebut tidak riil karena pada dasarnya perencanaan pajak dengan
penundaan pengkreditan hanya meratakan PM ke tiap masa pajak sehingga
tidak ada lebih bayar atau mengkreditkan PM ke masa pajak yang berbeda
sehingga terdapat penambahan PM dari tahun sebelumnya.
5.Untuk meminimalkan utang PPN, CV GRPS dapat menerapkan
perencanaan pajak pembelian BKP dengan PPN. Saat menggunakan
perencanaan pajak dengan pembelian BKP dengan PPN saja mampu
mengurangi PPN terutang yang sebelumnya Rp561.231.137,- menjadi
Rp475.710.958,- atau turun sebesar 15%.
11
2.2 Kerangka Teori
Pengertian tentang pajak telah banyak dikemukakan oleh para ahli dalam
Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah sebagai berikut: Pajak adalah
kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang
secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang
Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutama
mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
12
a. Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung.
dapat ditunjukkan.
daerah.
pembiayaan-pembiayaan negara.
membiayai pengeluaran-pengeluarannya.
13
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
sesungguhnya diketahui.
Dasar hukum pengenaan Pajak PPN ini adalah Undang-Undang Dasar No. 42
dengan apa saja yang termasuk objek yang dikenai PPN, tarif PPN, bagaimana
telah dibayar oleh PKP dikarenakan perolehan BKP, penerimaan JKP dan
14
pemamfaatan BKP tidak dihasilkan dari luar daerah pabean atau pemamfaatan
bersifat wajib dan dipungut oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP, JKP,
Ciri - ciri atau nature (Legal Character) dari Pajak Pertambahan Nilai
a. General
dikenakan terhadap semua barang dan pengenaan PPN harus dapat diukur
cascading effect.
b. Indirect
c. On Consumption
Karakteristik pada PPN dapat dikatakan unik dengan pajak yang lainnya.
Karakteristik di sini maksudnya adalah ciri khusus yang melekat dalam sistem
15
berlaku di Indonesia) antara lain :
Ciri dari pajak tidak langsung yaitu konsumen akhir Barang Kena Pajak (BKP) atau
Jasa Kena Pajak (JKP) akan menjadi objek pajak atau dengan kata lain adanya
Pajak objektif adalah suatu jenis pajak yang saat timbulnya kewajiban pajak
tidak memperhatikan kondisi subjek pajaknya baik berupa orang atau badan,
ditentukan oleh faktor objektif yang lebih lazim disebut dengan objek pajak.
Dikenakan atas PPN adalah setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur
distribusi. Setiap penyerahan barang yang menjadi objek PPN dari tingkat
Untuk menghitung PPN yang terhutang maka pada setiap penyerahan BKP
atau JKP, PKP mempunyai kewajiban untuk membuat Faktur Pajak pada
pemungutan pajak. Berdasarkan faktur ini, akan dihitung jumlah pajak yang
terutang dalam suatu masa pajak yang wajib disetor ke kas negara.
16
Sedangkan bagi pembeli atau penerima barang atau jasa, Faktur Pajak
PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan atau JKP yang dilakukan di
dalam negeri. Apabila barang atau jasa dikonsumsi di luar negeri, maka barang
atau jasa tersebut tidak dikenakan PPN. Dengan demikian atas BKP yang
Menurut waluyo (2011) Metode dalam menghitung pajak yang terutang atas
a) Addition Method
Pada metode ini PPN dihitung dari tarif kali seluruh penjumlahan nilai
tambah.
b) substraction method,
PPN yang terutang dihitung dari tarif kali selisih antara harga penjualan
dihitung dengan cara mengurangkan selisih pajak yang dipungut pada waktu
penjualan (output tax) dengan jumlah pajak yang telah dibayar pada waktu
pembelian (input tax). Jadi dalam metode ini yang dikurangkan adalah
pajaknya.
17
2.2.5 Objek Pertambahan Nilai (PPN)
1. Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di
3. Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
4. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean
5. Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atau Tidak Berwujud dan Ekspor
Berdasarkan Undang-Undang Dasar No. 42 tahun 2009, berikut adalah tarif PPN:
18
3. Tarif Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berubah menjadi
paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi sebesar 15% (lima belas
(2) KKS Migas, dan Kontraktor atau Pemegang Kuasa / Pemegang Ijin Usaha
73/PMK.03/2010)
No.85/PMK.03/2012)
PPN dan PPnBM yang terutang dipungut, disetor, dan dolaporkan oleh
pajak yang terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai
Ekspor, atau nilai lain yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan.
a. Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
19
menurut Undang-Undang PPN dan potongan harga yang
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang
d. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
e. Nilai lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut :
20
1. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
judul film;
eceran;
wajar;
21
9. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata
adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih.
tentang Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan dengan pajak Keluaran
1. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha
2. Perolehan Barang kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang tidak
disewakan.
5. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang bukti
6. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur
Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak
22
memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(6).
8. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
9. Perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak
berate bahwa Pajak Masukan (PM) yang telah dibayar pada saat pembelian atau
perolehan barang dapat digunakan sebagai pengurang Pajak Keluaran (PK) pada
waktu penjualan atau saat penyerahan Barang Kena Pajak. Syarat utama
pengkreditan pajak adalah adanya faktur pajak dan pengkreditkan tersebut harus
Pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan adalah Pajak Masukan (PM) yang
Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dan Fakturnya adalah Faktur Pajak Standart atau
Kriteria Umum bahwa suatu pajak Masukan (PM) yang dapat dikreditkan adalah
23
dilakukan pemeriksaan sebagaimana dalam UU PPN 2009 pasal 9 ayat
dalam UU PPN pasal 9 ayat (5) jo ayat (8) huruf dan belum
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) atau
penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak
nomor PER-17/PJ/2014
yang dibuat melalui aplikasi atau sistem elektronik yang ditentukan dan/atau
Pengusaha Kena Pajak dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi seluruh
penyerahan yang dilakukan kepada pembeli Barang Kena Pajak atau penerima
Jasa Kena Pajak yang sama selama 1 (satu) bulan kalender yang disebut dengan
Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor PER - 16/PJ/2014 e Faktur Pajak
• Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
sebelum
24
• Penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena
Pajak;
pekerjaan; atau
• Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak.Faktur Pajak yang diterbitkan oleh
PKP setelah jangka waktu 3 bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat,
tertentu yang diperlakukan sebagai Faktur Pajak paling sedikit harus memuat :
ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan
25
Cukai dan dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang
kepelabuhanan;
yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak
Pajak Tidak Berwujud, untuk ekspor Jasa Kena Pajak/Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud;
Pajak, Surat Setoran Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), dan/atau bukti
pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang merupakan
26
satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor
pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak dari
2.2.12 Kompensasi
diminta kembali, tetapi diperhitungkan masa pajak PPN pada bulan berikutnya hal
ini sesuai yang diatur dalam Pasal 9 ayat 4 UU PPN 2009. Apabila dalam suatu
Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak
Pajak berikutnya.
yang diatur dalam Pasal 9 ayat 4a UU PPN 2009 Pajak Pertambahan Nilai yang
lebih bayar terjadi karena Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
27
Menurut Untung Sukardji (2005: 305) sebab-sebab terjadinya kelebihan
1. Jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada jumlah Pajak Keluaran dalam
a. Pembelian Barang Kena Pajak atau perolehan Jasa Kena Pajak yang
dimana tariff ekport Barang Kena Pajak sesuai dengan Undang Undang
pajak Pertambahan Nilai No.42 Tahun 2009 pasal 7 ayat (2) adalah 0%.
c. Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Barang Kena Pajak dan atau Jasa
d. Pengusaha Kena Pajak menyerahkan Brang Kena pajak dan Jasa Kena
pajak sehubungan dengan proyek milik pemerintah yang dana nta berasal
f. Berupa bahan baku atau bahan pembantu atau jasa kena pajak kepada
Adapun jenis Pajak Masukan yang dapat diminta kembali oleh Pengusaha
a. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan Barang Kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak dari Barang Kena Pajak yang di ekspor
28
b. Pajak Masukan yang berasal dari perolehan Brang kena Pajak dan
atau Jasa Kena Pajak dari Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena
tersebut.
c. Seluruh Pajak Masukan untuk perolehan Barang Kena Pajak dan atau
pajak dapat dicapai melalui fungsi – fungsi manajemen pajak menurut Suandy
29
3. Pengendalian pajak (tax control)
antara lain :
yang berlaku.
30
2.2.16 Langkah – Langkah Dalam Melaksanakan Perencanaan Pajak
berhasil sesuai dengan yang diharapkan, maka rencana itu seharusnya dilakukan
cara yang masih sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku,
31
dalam hal bahkan termasuk juga masalah etika bisnis.
kewajiban perpajakan.
4. Optimalisasi kredit pajak , Hal ini tidak dapat begitu saja disepelekan,
karena kredit pajak adalah salah satu harapan bagi pembayar pajak,
yang bisa membantu kondisi aliran kasnya di saat saat yang genting.
diperbaiki.
32
Dengan adanya pemberian kepercayaan penuh dari pemerintah kepada
sumberdaya untuk menghasilkan barang atau jasa. Salah satu tujuan utama
Ada dua cara yang bisa dilakukan atau dipilih oleh perencanaan pajak
pajak menurut Suandy (2008:13-25) antara lain tax saving dan tax avoidance
beberapa faktur pajak masukan apabila terjadi masalah Pajak Pertambahan Nilai
Menurut PSAK no 2 laporan arus kas (cash flow statement atau statement
33
of cash flows)adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang
dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan
keluar uang (kas) perusahaan. Informasi arus kas berguna sebagai indicator
jumlah arus kas dimasa yang akan datang, serta berguna untuk menilai
kecermatan atas tafsiran arus kas yang telah dibuat sebelumnya. Laporan arus kas
juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan arus kas keluar selama
arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengguna laporan dalam
solvabilitas). Laporan arus kas juga dapat menunjukkan hubungan antara laba
Apakah laba bersih perusahaan berimbang dengan perubahan arus kas perusahaan
baik pemasukan dari penjualan dan piutang maupun pengeluaran arus kas
Laporan arus kas terdiri dari beberapa jenis kegiatan perubahan arus kas
Berdasarkan Undang Undang No.42 tahun 2009 ,Pajak Masukan adalah PPN
34
yang dibayar atau dipenuhi oleh PKP pada waktu perolehan BKP/JKP atau impor
BKP .Sedangkan Pajak Keluaran adalah PPN yang dipungut oleh PKP pada
merupakan hasil pengurangan antara PPN yang dipungut (PK) oleh PKP pada saat
melakukan penyerahan BKP/JKP dengan PPN yang dibayarkan (PM) pada saat
cara, yaitu :
untuk menjaga cash flow perusahaan agar tetap stabil dan baik.
35
Kerangka Pikir Penelitian
Tax Planing /
Perencanaan Pajak
Analisis
Pemungut PPN
Mekanisme
pemungutan PPN
36
BAB III
METODE PENELITIAN
keadaan saat ini. Dalam penelitian semacam itu, peneliti mencoba menentukan
Dantes, 2012:51).
kenyataan yang menjadi fokus penelitian, dan kemudian ditarik suatu kesimpulan
2010:215).
37
3.2 Populasi dan sample Penelitian
Dalam penelitian kualitatif tidak mengunakan istilah populasi, tetapi oleh
Spradley disebut social situation atau situasi social yang terdiri dari tiga
elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang
2. Pelaku (actor) yang diteliti adalah Subjek Pajak PPN yaitu PT. APBB
penelitian (Sugiyono, 2015- 298) yakni dalam penelitian ini adalah divisi
1. Data primer yang didapat dari PT. APBB adalah dari hasil wawancara dengan
2. Data Sekunder
Data sekunder yang didapat dari internal PT. APBB adalah SPT Masa PPN
bulan januari 2016, SSP PPN masa Januari 2016, rekapitulasi penjualan bulan
38
Januari 2016, Laba Rugi periode Januari 2016, Rekapitulasi PPN Masukan
Sedangkan data eksternal berasal dari jurnal , buku sebagai refrensi dalam
penyusunan penelitian.
Pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ilmiah yaitu prosedur yang
pengumpulan data dapat dilakukan melalui setting dari berbagai sumber dan cara.
ini, terdapat beberapa teknik yang dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data
1. Studi Kepustakaan
landasan atau dasar dari penelitian ini. Disamping itu, peneliti juga
mendalam.
2. Wawancara
39
Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi yang lebih dalam
mengenai hal – hal yang ingin diketahui oleh peneliti yang tidak didapatkan
dari laporan atau data yang terkait dengan masalah yang akan diteliti,
3. Observasi
terkait dengan penelitian yakni laporan laba rugi , neraca , bukti pemungutan ,
bukti potong, SPT Masa PPN , SPT Tahunan PPN dll. Juga mencatat
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara , catatan lapangan , dan
memilih mana yang penting yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain. (Sugiyono,2015-333)
40
alat dalam mengimplementasikan perencanaan pajak atau Tax Planing
APBB
penyerahan BKP / JKP, dan menentukan jumlah pajak masukan dan pajak
keluarannya
lebih bayar.
41
DAFTAR PUSTAKA
42
43
44