Anda di halaman 1dari 78

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG

MENGALAMI METASTASE KE TULANG BERDASARKAN GEJALA


KLINIS DAN RADIOLOGI PERIODE 2015-2017 DI RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

SKRIPSI

DiusulkanOleh :

FitriFebriantiMustamin
C111 14 054

DiusulkanOleh:
SUCITRA
C111 14 007

Pembimbing:
dr. SALMAN ARDI SYAMSU Sp.B (K) Onk

diajukan untuk melengkapi salah satu syarat


mencapai gelar sarjana kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

1
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG

MENGALAMI METASTASE KE TULANG BERDASARKAN GEJALA

KLINIS DAN RADIOLOGI PERIODE 2015-2017 DI RSUP DR. WAHIDIN

SUDIROHUSODO MAKASSAR

Ditujukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu

Syarat Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran

Sucitra

C111 14 007

Pembimbing :

dr. Salman Ardi Syamsu, Sp. B (K) Onk

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

2
3
4
LEMBAR PERNYATAAN ORINALITAS KARYA

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:

Nama : Sucitra

NIM : C111 14 007

Tempat & tanggal lahir : Palanro, 17 Januari 1996

Alamat tempat tinggal : Jalan Sahabat Raya

Alamat email : suci.sucitra@gmail.com

No telepon : 085298765285

Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi dengan judul: “Karakteristik Penderita


Kanker Payudara yang Mengalami Metastase ke Tulang Berdasarkan Gejala klinis
dan Radiologi Tahun 2015-2017 di RSUP DR. Wahidin Sudirohusodo Makassar”
adalah hasil pekerjaan saya dan seluruh ide, pendapat, atau materi dari sumber
lain telah dikutip dengan cara penulisan referensi yang sesuai. Pernyataan ini saya
buat dengan sebenar-benarnya.

Makassar, * Desember 2017

Yang Menyatakan,

Sucitra

5
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahanrahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang Mengalami
Metastase ke Tulang Berdasarkan Gejala Klinis dan Radiologi Periode 2015-2017
di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar” ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kedokteran.
Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis

sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari segi materi

maupun yang non materi. Ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-

tingginya dari penulis diberikan kepada dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K) Onk

selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga, pikiran,

semangat, dorongan serta bimbingan yang tidak bosan-bosannya diberikan selama

penulisan skripsi ini.

Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada

semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis, yaitu:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A selaku Rektor Universitas

Hasanuddin

2. Bapak Prof. DR. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Hasanuddin, yang telah memberikan kesempatan

serta dukungan untuk menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran

Universitas Hasanuddin.

6
3. dr. Nursyamsi yang telah menjadi Penasihat Akademik selama menjadi

mahasiswa yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya

4. Seluruh staf dosen FK Unhas, yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan serta pengalamannya yang sangat berharga bagi penulis.

5. Seluruh staf pegawai FK Unhas, yang telah memberikan bantuan selama

penulis menjalani pendidikan di FK Unhas.

6. keluarga besar penulis yang tak henti – hentinya memberikan doa dan

semangat.

7. Sahabat-sahabat yang teristimewa penulis Adi Setiawan Rauf, Nurul

Aulyah, Andi Syamsinar dan Maega Hartana Kumala yang selalu

memberikan bantuan, semangat, dan doa untuk penulis.

8. Sahabat-sahabat sekaligus saudara yang ditemukan penulis dalam

membuka lembaran baru di fakultas kedokteran (Arwidya, Farnida, Indah,

Feni, Mardha, Astri, Nildha, Amni, Eka, Dini, Cindy, dan Anisah) yang

selalu merangkul untuk sama-sama berjuang hingga akhir.

9. Teman satu pembimbing skripsi yaitu Nafisah Nur Annisa atas kerjasama

dan bantuannya selama menjalankan proses pembuatan skripsi ini.

10. Seluruh teman - teman “Neutroflavine 2014”, atas dukungannya selama

ini.

11. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah terlibat serta

memberikan bantuan kepada penulis baik langsung maupun tidak

langsung walaupun tidak dapat dituliskan satu per satu, semoga Tuhan

membalas jasa - jasa kalian.

7
Secara khusus dan teristimewa ucapan terima kasih serta hormat yang

teramat tinggi penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang tercinta, ayahanda

Muh. Sunusi dan ibunda Rasnah Saad. Saudara Kandung penulis (kakak: Irwan

Susanto dan Vivi Selviani, Adik: Anugrah Aditama) serta kakak ipar penulis

(Hasbi dan Khaerunnisa). Terima kasih atas semua doa, dukungan, semangat,

nasehat, bantuan dan pengorbanan yang tiada henti-hentinya diberikan kepada

penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan

demi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang akan datang.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagaimana

mestinya. Aamiin.

Makassar, 8 Desember 2017

SUCITRA

8
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... iii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

ABSTRAK ........................................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................3

1.3 Tujuan ...........................................................................................................4

1.4 Manfaat .........................................................................................................4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum tentang Kanker Payudara ...................................................5

2.2 Tinjauan Umum Tentang Metastase Kanker Payudara ke Tulang ..............28

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Teori ............................................................................................31

3.2 Kerangka Konsep .......................................................................................32

3.3 Definisi Operasional ...................................................................................32

9
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian ...........................................................................................34

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................................34

4.3 Populasi dan Sampel ...................................................................................34

4.4 Cara Pengambilan sampel ..........................................................................34

4.5 Jenis Data dan Instrumen Penelitian ...........................................................35

4.6 Manajemen Penelitian .................................................................................35

4.7 Etika Penelitian ...........................................................................................36

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Umum Penelitian .......................................................................36

5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur ...............................37

5.3 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase Ke

Tulang Berdasarkan Gejala Klinis ....................................................................38

5.4 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase Ke

Tulang Berdasarkan Radiologi Ditinjau dari Lokasi Tulang ...........................39

5.5 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase Ke

Tulang Berdasarkan Radiologi ............................................................................40

BAB 6 PEMBAHASAN

6.1 Umur .............................................................................................................41

6.2 Gejala Klinis ................................................................................................42

6.3 Hasil Radiologi Berdasarkan Lokasi Tulang Tempat Kanker Bermetastase

............................................................................................................................43

10
6.4 Hasil Radiologi Berdasarkan Jenis Lesi ......................................................44

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ..................................................................................................46

7.2 Saran ............................................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................49

LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................xv

Lampiran I Permohonan Rekomendasi Etik ........................................................xv

Lampiran II Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Rekam Medik xvi

Lampiran III Rekomendasi Persetujuan Etik ..................................................... xvii

Lampiran IV Hasil Data Rekam Medik ............................................................ xviii

Lampiran V Hasil Analisis Data ......................................................................... xxii

Lampiran VI Biodata Penulis ........................................................................... xxxiv

11
DAFTAR TABEL

2.1 Angka Harapan Hidup Berdasarkan Usia .........................................................8

2.2 Klasifikasi Kanker payudara ...........................................................................12

2.3 Ukuran Tumor .................................................................................................16

2.4 Klasifikasi Palpable Lymph Node ..................................................................16

2.5 Klasifikasi Metastase .....................................................................................17

2.6 Klasifikasi Metastase .....................................................................................17

5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Penderita Pasien ..............................36

5.2 Distribusi Penderita Kanker Payudara yang Mengalami Metastase Ke Tulang

Berdasarkan Gejala Klinis .....................................................................................37

5.2 Distribusi Penderita Kanker Payudara yang Mengalami Metastase Ke Tulang

Berdasarkan Radiologi Ditinjau Dari Lokasi Tulang ............................................38

5.2 Distribusi Penderita Kanker Payudara yang Mengalami Metastase Ke Tulang

Berdasarkan Radiologi Ditinjau Dari Jenis Lesi ....................................................39

DAFTAR GAMBAR

2.1. Sel Kanker .........................................................................................................5

2.2. Epidemiologi Kanker Payudara ........................................................................6

2.3. Epidemiologi Kanker Payudara ........................................................................7

2.4. Anatomi Payudara ...........................................................................................10

2.5. Anatomi Payudara ...........................................................................................10

2.6. Kanker payudara Stadium 1A ........................................................................18

2.7. Kanker payudara Stadium 1B .........................................................................18

12
2.8. Kanker payudara Stadium 2A .........................................................................19

2.9. Kanker payudara Stadium 2B ........................................................................20

2.10. Kanker payudara Stadium 3A ......................................................................20

2.11. Kanker payudara Stadium 3A .......................................................................20

2.12. Kanker payudara Stadium 3A ......................................................................20

2.13. Kanker payudara Stadium 3B ......................................................................21

2.14. Kanker payudara Stadium 3C ......................................................................22

2.15. Kanker payudara Stadium 4 .........................................................................23

2.16. Bagian Yang mengalami Metastase Tulang ..................................................27

13
SKRIPSI
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Desember 2017
Sucitra (C11114007)
dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K) Onk

KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG


MENGALAMI METASTASE KE TULANG BERDASARKAN GEJALA
KLINIS DAN RADIOLOGI PERIODE 2015-2017 DI RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

ABSTRAK

Latar Belakang : Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan
insidens yang tinggi. Kanker payudara sering berhubungn dengan kejadian
metastase. Metastase pada tulang merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan yaitu pada 70% penderita kanker payudara stadium lanjut. Terjadinya
metastase pada tulang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas jika
tidak segera ditagani.

Tujuan : Untuk mengetahui karakteristik pasien kanker payudara yang


mengalami metastase ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi periode
2015-2017 di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

Metode : Penelitian ini merupakan deskriptif cross sectional retrospektif dengan


menggunakan data rekam medik. Pengambilan sampel dilakukan secara total
sampling dengan total 40 penderita. Analisis data menggunakan uji univariat
menggunakan program SPSS. Penelitian ini dilakukan di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada bulan Oktober-November 2017.

Hasil : Jumlah penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang


sebanyak 40 penderita. Penderita kanker payudara yang mengalami metastase
tulang paling banyak pada rentang usia 40-49 tahun. Gejala klinis yang paling
sering yaitu berupa nyeri sebanyak 30 (75%) penderita dan nyeri disertai
kelemahan pada kedua tungkai sebanyak 10 (25%) penderita. Lokasi tulang
tempat kanker bermetastase paling banyak ditemukan pada tulang vertebra yaitu
sebanyak 19 (47,5%) penderita. Berdasarkan hasil radiologi jenis lesi yang paling
banyak yaitu lesi osteolitik pada 27 (67,5%) penderita.

Kata kunci : kanker payudara, metastase tulang

14
SKRIPSI
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
November 2017
SUCITRA (C11114007)
dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K), Onk

CHARACTERISTICS OF PATIENTS WITH BREAST CANCER HAD


BONE METASTASES BASED ON CLINICAL SYMPTOMS AND
RADIOLOGY PERIOD 2015-2017 IN RSUP DR. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR

ABSTRACT

Background: Breast cancer is one type of cancer with high incidence. Breast
cancer is often associated with bone metastases. Bone metastases is the most
common complication of 70% of patients with advanced breast cancer. The
occurrence of bone bone metastases may increase morbidity and mortality without
prompt treatment

Objective: To know the characteristic of patients with breast cancer had bone
metastases insidence in RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo period 2015-2017 based
on clinical symptoms and radiology.

Methods: This study was a descriptive retrospective cross sectional using


medical record data. Sampling was done in total sampling with a total of 40
sufferers. Data analysis used univariate test using SPSS program. This study was
conducted at RSUP Dr. Wahidin sudirohusodo Makassar in October-November
2017.

Result: Totaly of patients with breast cancer had bone metastases is 40 patients.
Breast cancer patients who have the most bone metastases in the age range 40-49
years old. Based on clinical symptoms , the most frequent were pain of 30 (75%)
patient and pain with weakness in both limb as many as 10 (25) patients. The
location of the bone where cencer metastases is most prevalent in the vertebral
bone of 19 (47,5%) patients. Based on the radiology results of the most type of
lesion are osteolytic lesions of 27 (67,5%) patients.

Keywords: breast cancer, bone metastates

15
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Dari total 58 juta kematian di seluruh dunia di tahun 2005, kanker berkontribusi
7,6 juta (atau 13%) dari seluruh kematian. Kanker payudara mengakibatkan
502.000 kematian per tahun. Lebih dari 70% dari semua kematian akibat kanker
pada tahun 2005 terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Kematian akibat kanker terus meningkat dari waktu ke waktu. Kurang lebih 9 juta
orang diperkirakan meninggal karena kanker pada tahun 2015 dan diperkirakan
11,4 juta meninggal pada tahun 2030 (Parkway Cancer Center, 2011).
Kanker merupakan kelompok penyakit yang menyebabkan sel dalam
tubuh berubah dan tumbuh di luar kendali. Sebagian besar jenis kanker
membentuk benjolan atau massa yang disebut tumor dan diberi nama sesuai
dengan bagian tubuh tempatnya berasal. Sebagian besar pada kanker payudara
dimulai pada jaringan payudara yang terdiri dari kelenjar susu yang disebut
tubulus dan saluran tubulus yang menghubungkan ke puting susu (American
Cencer Society, 2015-2016).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2004, menyatakan bahwa 5
besar kanker di dunia merupakan kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus
besar, kanker lambung, dan kanker hati. WHO memperkirakan bahwa 84 juta
orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-2015. Survei yang
dilakukan WHO menyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal
ini membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak
ditemui pada wanita setelah kanker leher rahim.
Kanker merupakan masalah besar di Indonesia maupun di negara lain.
Jumlah kasus baru di Amerika Serikat pada tahun 2003 mencapai 211.300 orang
dan 39.800 pasien meninggal yang disebabkan oleh kanker payudara pada tahun
yang sama. Kanker payudara di Indonesia berada pada urutan kedua sebagai
kanker yang paling sering ditemukan pada perempuan, setelah kanker mulut
rahim. Penelitian di Jakarta Breast Cancer pada April 2001 sampai 2003
menunjukkan bahwa dari 2.834 orang memeriksakan benjolan di payudaranya,

16
2.229 orang diantaranya (78%) merupakan tumor jinak, 368 orang (13%)
terdiagnosis kanker payudara dan sisanya merupakan infeksi dan kelainan bawaan
payudara (Djoerban, 2003).
Kanker payudara muncul sebagai akibat adanya sel-sel abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan yang tidak terkontrol. Sel tersebut merupakan
hasil mutasi gen dengan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya (Lippman,
1998). Penyebab utama kanker tersebut belum diketahui secara pasti, namun ada
berbagai faktor risiko yang berkaitan dengan kanker payudara. Faktor risiko
tersebut antara lain riwayat kanker payudara dalam keluarga, umur, usia menarche
dan menopause serta tidak menyusui(lippman, 1998).
Pada penderita kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru
muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Penderita kanker payudara merasa
tidak perlu pergi berobat karena tidak merasakan keluhan sakit sehingga tumor
dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak penderita
kanker payudara yang datang untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya
sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita kanker payudara sering
tidak menyadari atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari (khasanah,2013).
Kanker payudara yang tidak dideteksi secara dini dan dibiarkan begitu
saja akan berlanjut menjadi kanker payudara stadium lanjut yang tidak jarang
akan mengalami metastase. Kanker payudara bermetastase dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitaranya, melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada
kanker payudara, metastase yang paling sering terjadi adalah paru-paru, pleura,
dan tulang. (Page, 2004).
Kanker payudara sering berhubungan dengan kejadian metastase pada
tulang. Hampir 70% penderita kanker payudara stadium lanjut mengalami
metastase pada tulang. Kejadian metastase pada tulang dapat berupa proses
osteolitik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Kurang lebih 6% wanita
yang didiagnosis kanker payudara saat pertama kali, telah mengalami metastase
tulang, namun lebih dari 85% wanita yang terdiagnosis kanker payudara
didapatkan telah mengalami metastase tulang saat wanita tersebut meninggal.
Perjalanan penyakit kanker payudara dengan metastase tulang tidak dapat diduga

17
secara pasti, prosesnya berjalan lama. Umumnya gejala yang muncul adalah nyeri
tulang dan lemah, bahkan fraktur patologis. Yang perlu diketahui adalah
pemeriksaan radiologi akan bermakna bila tumor menyebabkan adanya osteolitik,
sklerotik atau reaksi tulang. Penderita kanker payudara perjalanan klinisnya tidak
terduga, namun menurut penelitian angka rata-rata harapan hidup sekitar 24 bulan
(Breien et all, 1992).
Penatalaksanaan kanker payudara saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara
masih tetap tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut.
Dengan diketahui adanya suatu proses metastase pada tulang maka hal
tersebut dapat mencerminkan prognosis pasien tersebut, para klinisi dapat secara
dini waspada dalam menangani kasus metastase demi menghindari kerusakan
pada tulang yang lebih parah, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortilitas (Mahindocht, 2005)
Alasan peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan utama
sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan yang merupakan rumah sakit tipe A,
dimana rumah sakit tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta
angka kejadian kanker payudara di rumah sakit tersebut cukup tinggi.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik pasien penderita kanker payudara yang bermetastase ke tulang
berdasarkan gejala klinis dan radiologi di RSUP. Dr. Wahidin
SudirohusodoMakassar pada periode 2014-2016.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya


adalah bagaimana karakteristik pasien penderita kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi di RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusudo Makassar pada periode 2014-2016.

18
1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum


Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara yang
mengalami metastasis ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi di RSUP
Dr. Wahidin Sudirohusodo 2014-2016.

1.3.2. Tujuan Khusus


Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui karakteristik kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang berdasarkan gejala klinis
2. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara yang
mengalami metastase ke tulang berdasarkan radiologi ditinjau dari
lokasi metastase
3. Untuk mengetahui karakteristik pasien penderita kanker payudara yang
mengalami metastase ke tulang berdasarkan radiologi ditinjau jenis lesi
tumor

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1 Bagi Rumah Sakit


Dapat menjadi sumber informasi bagi instansi terkait untuk
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam mengambil dan memutuskan
kebijakan-kebijakan kesehatan
1.4.2 Bagi Petugas Kesehatan
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan
sebagai salah satu referensi dalam menangani pasien penderita kanker
payudara yang mengalami metastase ke tulang
1.4.3 Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri, diharapkan akan menjadi pengalaman berharga
dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kanker payudara
yang mengalami metastasis ke tulang.

19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Kanker Payudara


2.1.1 Pengertian Kanker

Gambar 2.1 Sel kanker ( Lowdermilk, 2000 )

Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan terus membelah diri,
selanjutnya mengenai jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
memalaui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang
ditempatinya (Brunner&Sudart, 2001).

20
2.1.2 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).

Kanker payudara juga dikatakan sebagai suatu proses proliferasi


keganasan sel epitel yang membatasi duktus atau lobus payudara (Price, 2005).
Kanker payudara adalah massa ganas yang berasal dari pembelahan diluar
kendali sel-sel yang ada di jaringan payudara (Sukardja, 2000). Kanker payudara
dapat berasal dari jaringan itu sendiri atau dari jaringan lain yang merupakan hasil
dari metastase dari kanker lain

2.1.3 Epidemiologi Kanker Payudara

Berdasarkan Data GLOBOCAN, International Agency for Research on


Cancer (IARC), diketahui bahwa pada tahun 2012 terdapat 14.067.894 kasus baru
kanker dan 8.201.575 kematian akibat kanker di seluruh dunia. Gambar 2.2
menunjukkan bahwa kanker payudara, kanker prostat, dan kanker paru merupakan
jenis kanker dengan persentase kasus baru (setelah dikontrol dengan umur)
tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, 30,7%, dan 23,1%. Sementara itu, kanker paru dan
kanker payudara merupakan penyebab kematian (setelah dikontrol dengan umur)
tertinggi akibat kanker (GLOBOCAN, 2012).

21
Pada Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada
penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru
pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker
payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat
kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (GLOBOCAN, 2012).
Di Indonesia pada setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita
kanker per 100.000 penduduk seiring peningkatan angka harapan hidup, sosial
ekonomi serta perubahan pola penyakit (Tjiandarbumi, 2000). Kasus baru kanker
payudara pada wanita di Amerika Serikat tahun 2005 adalah 211.240 dengan
kematian 40.410 di Indonesia terdapat 114.649 penderita (National Cancer
Institute, 2005).
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I.
Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yaitu sebesar
4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker
terbanyak yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. ( RISKESDAS, 2013 ).
Kanker serviks dan payudara merupakan kanker dengan prevalensi yang
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0.8% dan
kanker payudara sebesar 0.5% ( RISKESDAS, 2013 ).

2.1.4 Faktor Risiko Kanker Payudara

a. Usia
Faktor usia merupakan faktor paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insiden kanker
payudara juga akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan
payudara invasif ditemukan pada wanita berusia diatas 55 tahun. Usia menarche
pun berkolerasi dengan penurunan risiko sebanyak 5-10%. Usia menarche dini
terkait dengan paparan hormon endogen yang lebih lama. Selain pada individu

22
tersebut, kadar estrogen relative lebih tinggi sepanjang usia produktif
(Sjamsuhidajat, 2012 ).
Wanita dengan usia muda terkena kanker payudara, maka ada
kecenderungan perkembangan kanker tersebut lebih agresif dibandingkan dengan
wanita yang usia lebih tua. Hal inilah yang mngkin dapat menjelaskan angka
harapan hidup wanita usia muda yang terkena kanker payudara lebih rendah.

Tabel 2.1 Angka Harapan Hidup Berdasarkan Usia (American Cancer Society,
2012)

Angka harapan Hidup Berdasarkan Usia


Usia < 45 tahun 81 %
Usia 45 – 64 tahun 85 %
Usia 65 tahun atau lebih 86 %

b. Umur Saat Menarche dan Menopause


Wanita dengan menstruasi pertama di bawah usia 12 tahun atau terlalu
lama menopause ( umur diatas 55 tahun ) meningkatkan risiko terjadinya kanker
payudara ( Sttersten Lori, 2005 ).

c. Umur Saat Hamil Pertama


Kanker payudara pada wanita yang hamil pertama saat berumur diatas 30
tahun adalah 2 kalinya dibandingkan mereka yang hamil pertama saat berusia
dibawah 20 tahun. Risiko paling tinggi adalah pada wanita yang hamil
pertamanya diatas 35 tahun. Risiko payudara menurun pada wanita yang hamil
kedua pada umur yang masih muda ( McPherson K, 2000 ).

d. Genetik dan Familial


Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya predisposisi genetik
terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai mempunyai faktor predisposisi genetik
herediter sebagai penyebab kanker payudara jika:

1. Menderita kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40 tahun dengan


atau tanpa riwayat keluarga
2. Menderita kanker payudara sebelum usia 50 tahun, dan satu atau lebih
kerabat tingkat pertamanya menderita kanker payudara atau kanker
ovarium
3. Menderita kanker payudara bilateral
4. Menderita kanker payudara pada usia berapapun dan dua atau lebih
kerabatnya menderita kanker payudara
5. Laki-laki yang menderita kanker payudara. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).
e. Reproduksi dan Hormonal
Perempuan yang melahirkan bayi lahir hidup pertama kalinya pada usia
diatas 35 tahun mempunyai risiko tinggi mengidap kanker payudara. Selain itu,

23
penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut membantu peningkatan
risiko kanker payudara, penggunaan alat kontrasepsi oral meningkatkan risiko
sebesar 1,24 kali, penggunaan terapi suli hormon paska menopause meningkatkan
risiko sebesar satu koma tiga kali bila digunakan lebih dari 10 tahun. Sebaliknya
menyusui bayi dapat menurunkan risiko kanker payudara terutama jika masa
menyusui dilakukan selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan
karena masa menyusui mengurangi masa menstruasi seseorang ( Sjamsuhidajat,
2012 ).
Didalam suatu siklus menstruasi seorang wanita terdapat peran-peran
penting dari hormon estrogen dan progesteron. Karena kedua hormon ini yang
memberikan karakteristik bagi seorang wanita. Siklus menstruasi menjadi faktor
risiko yang berpengaruh didalam perjalanan suatu penyakit kanker payudara,
karena di dalam proses menstruasi banyak melibatkan peran dari hormon tersebut.
Pada pemeriksaan laboratorium pada kanker payudara ditemukan adanya reseptor
hormon estrogen. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang
kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel
yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel
tersebut. ( Guyton and Hall, 1996; Kumar, et al. 2000 ).

f. Gaya Hidup
Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, sebaliknya obesitas pra menopause justru menurunkan
risikonya. Hal ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar
hormon estrogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat globulin dan
menurukan paparan terhadap estrogen, obesitas pra menopause meningkatkan
kejadian anovulasi sehingga menurunkan paparan payudara terhadap progesteron.
Aktifitas fisik pun mengambil peran penting dalam gaya hidup seseorang.
Olahraga selama 4 jam setiap munggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pada paska menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Selain merokok,
alcohol pun menjadi pemicu dari risiko kanker payudara. Lebih dari 50 penelitian
membuktikan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko
kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga
mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon. ( Sjamsuhidajat, 2012)

24
2.1.5 Anatomi Payudara

Gambar 2.4 Normal Breast Tissue ( Dashner, 2012 )

Payudara atau mammae terletak pada regio thorax yang berada di samping
sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara melekat
pada musculus pectoralis major dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan
diliputi oleh lapisan lemak yang bervariasi (Dashner, 2012).
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ujung yang meluas ke axilla (axillari space). Pada payudara terdapat
bagian ujung berupa areola yaitu lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih
gelap pada wanita yang berkulit coklat. Pada pusat areola mammae costa keempat,
terdapat papilla mammae berlubang-lubang berupaaa ostium papillare yang
merupakan muara ductus lactiferus. Ductus lactiferus ini dilapisi oleh epitel
(Dashner, 2012).

Gambar 2.5 Normal Breast Tissue ( Dashner, 2012 )

25
Payudara terususun atas jaringan kelenjar dan lemak dan ditutupi oleh
kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20 lobus yang dibatasi jaringan
fibrosa. Setiap lobus berisi kumpulan lobulus yang juga berisi banyak alveolus
yang dilapisi oleh sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila diransang oleh
oksitosin sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactiferus (Dashner,
2012).
Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui tubulus
laktiferus yang bermuara pada duktus lactiferus dan terkumpul di ampulla yang
merupakan tempat menyimpan air susu (Dashner, 2012).
Struktur pada payudaradibedakan menjadi struktur internal dan eksternal.
Struktur internal payudara terdiri dari kulit, jaringan di bawah kulit dan korpus.
Korpus terdiri dari parenkim atau kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang.
Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar :duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus
yaitu duktus yang melebar, tempat air susu ibu (ASI) berkumpul
(reservoir), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting.
b. Alveoli terdiri dari kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk
lobulus. Sinus, duktus, dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang
dapat berkontrasi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang
membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI.
Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf,
dan pembuluh limfe (Guiliano, 2001)
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian
lebih hitam di sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar
montogometri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak
dan lentur.
2.1.6 Patogenesis Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis, hal
ini terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya peralatan untuk
menguak pengetahuam tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon
steroid memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Pada tahun
1980 mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen
supresor, keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adhesi
antara sel dan faktor pertumbuhan. Pada abad 20, mulailah diketahui tentang
siklus sel serta perbaikan DNA dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya.
Kemudian pada abad 21 mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara
mendalam kegagala terapi kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap
kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi
angiogenesis dan metastase.
.

26
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor
tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel
dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia.
Hypotesis Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan
angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . Angiogenesis ini
diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan
tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan
dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory
peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi
ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang
diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi,
dan mencegah metastase.

a. Hiperplasia Duktal
Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan inti
saling tumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur, sering merupakan tanda
awal keganasan.

b. Hiperplasia Atipik
Perubahan lebih lanjut, sitoplasma menjadi lebih jelas dan tidak tumpang
tindih dengan lumen duktus yang teratur. Secara klinis risiko kanker payudara
meningkat.

c. Karsinoma in situ
Baik duktal dan lobular terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis
sesuai keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau menembus
membrane basal. Karsinoma insitu lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan
payudara, bahkan hingga bilateral dan tidak teraba pada pemeriksaan serta tidak
terlihat pada pencitraan. Karsinoma insitu ductal sifatnya segmental dapat
mengalami kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.

d. Karsinoma invasif
Terjadi saat sel tumor telah menembus membrane basal dan menginvasi
stroma. Sel kanker dapat menyebar baik secara hematogen maupun limfogen dan
dapat menimbulkan metastasis. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).

2.1.6 Klasifikasi Kanker Payudara


Identifikasi subtipe histopatologi kanker payudara penting karena ada
hubungannya dengan aspek klinik yaitu prediksi metastasi, terapi dan prognosis.
Dasar klarifikasi subtipe histopatologi kanker payudara yang sering
digunakan adalah WHO tahun 1981. Menurut WHO subtipe histopatologi kanker
payudara ada 2 macam yaitu :

27
1) Carcinoma noninvasif
Carcinoma noninvasive merupakan sel yang membahayakan mengikat
kelenjar lain pada lobus, dengan tidak ada bukti penetrasi pada sel tumor
menyambung dengan dasar membran di sekitar 2 tipe pada struktur yang
dikelilingi jaringan fibrous. Umumya kanker payudara adalah
adenocarcinoma yang berasal dari sel epitel pada pembuluh darah atau
kelenjar. Ada dua bentuk pada carcinoma noninvasive yaitu ductal
carcinoma in situ dan lobular carcinoma in situ.
2) Carcinoma invasif
Carcinoma invasif merusaknya melewati dasar membran disekeliling
struktur payudara, di mana sel tersebut muncul dan menyebar di sekeliling
jaringan. Ukuran carcinoma bermacam-macam , kurang dari 10mm dan ke
dalam lebih dari 80mm , namun sering dijumpai yakni kedalaman 20-
30mm. Secara klinis akan terlihat kuat dan jelas serta kulit nampak
bersisik dengan puting susu tertarik ke dalam (Underwood, 2001)
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker
payudara diklasifikasikan dalam tabel berikut :

Tabel 2.2 Klasifikasi Kanker Payudara Menurut WHO ( PERABOI, 2010 ).

1. Non- Invasif
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ

2. Invasif
a. a. Karsinoma invasif ductal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen
intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma Mucinous
e. Karsinoma Medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
1. Tipe squamous
2. Tipe spindle-cell
3. Tipe cartilaginous dan osseous
4. Mixed type
l. Lain-Lain
3. Paget’s disease of the nipple

28
2.1.7 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skirning
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari puting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-
tanda metastase pada jaringan lain (Hoskins dkk, 2005). Menurut Depkes (2009)
gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan
di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :

a) Keluhan di payudara atau ketiak dan riwayat penyakitnya :


1. Benjolan
2. Kecepatan tumbuh
3. Rasa sakit
4. Nipple discharge (keluarnya cairan dari puting susu berupa cairan,
darah atau pus)
5. Retraksi puting
6. Krusta pada aerola
7. Kelainan kulit : dimpling (lekukan pada kulit payudara seperti lesung
pipit di pipi karena tarikan tumor), peau de orange (penampakan kulit
payudara berkerut seperti kulit jeruk karena adanya oedema subkutan),
ulserasi dan venektasi
8. Perubahan warna kulit, kulit puting susu dan areola melekuk ke dalam
atau berkerut
9. Perubahan bentuk dan besarnya payudara
10. Adanya benjolan di ketiak
11. Edema lengan
b) Keluhan di tempat lain berhubungan dengan metastasis, anatara lain :
1. Rasa nyeri pada tulang (vertebra dan femur)
2. Rasa penuh di ulu hati
3. Batuk
4. Sesak
5. Sakit kepala hebat
2.1.8 Stadium Kanker Payudara
Stadium adalah suatu sistem klasifikasi berdasarkan pada penampilan luas
anatomik malignansi suatu kanker yaitu letaknya, sampai dimana penyebarannya,
sejauh mana pengaruhnya terhadap organ tubuh yang lain. Sistem universal
penentuan stadium memungkinkan perbandingan kanker dari sel asal serupa.
Klasifikasi membantu menentukan rencana tindakan dan prognosis pasien
individual, evaluasi riset, perbandingan hasil tindakan antara institusi dan

29
perbandingan statistik dunia (Otto, 2003). Penentuan stadium kanker didasarkan
pada empat karakteristik :
1). Ukuran kanker
2). Sifat kanker invasif atau non invasif
3). Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4). Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0
sampai IV. Dengan stadium menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada
lokasi asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah
menyebar keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh yang lain. Stadium kanker
berbeda dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai
skalanya. Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala
1 sampai 3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana
bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal
(Jochelson, 2011).

Berikut adalah grade dalam kanker payudara : (Williams, 2010)


a. Grade 1 :
Ini adalah grade yang paling rendah, sel kanker lambat dalam berkembang,
biasanya tidak menyebar.
b. Grade 2 :
Ini adalah grade tingkat sedang
c. Grade 3 :
Ini adalah grade yang tertinggi, cenderung berkembang cepat, biasanya
menyebar.
Penentuan stadium kanker payudara dapat didasarkan pada hasil dari
pemeriksaan fisik, biopsy dan tes pencitraan (stadium klinis), atau hasil dari tes
tersebut ditambah hasil dari pembedahan (Lichtenfeld, 2011). Stadium kanker
payudara ditentukan berdasarkan sistem Tumor, Nodus, Metastase (TNM) dari the
American Joint Committee on Cancer (AJCC) sebagai berikut :

a. Ukuran tumor (T)


Selain menunjukkan ukuran tumor, huruf T pada sitem TNM ini juga
mendeskripsikan apakah tumor mengenai dinding dada ataupun kulit.
Nilai t dalam centimeter (cm), nilai paling kecil dibulatkan ke angka 0,1
cm.
b. Kelenjar getah bening regional (N)
Huruf N menunjukkan luas dan lokasi kelenjar getah bening (KGB)
regional yang terkena.
c. Metastasis (M)
Huruf M menunjukkan metastasis (penyebaran) kanker ke organ yang jauh
atau ke kelenjar getah bening yang tidak langsung berhubungan dengan
kanker (misalnya kelenjar getah bening di leher).

30
Ukuran Tumor (T) :
Tabel2.3 :KlasifikasiUkuran Tumor BerdasarkanSistem TNM
Ukuran Tumor (T) Interpretasi
T0 Tidakadabuktiadanyasuatu tumor
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductuscarninoma in situ (DCIS), atau
Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T1b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T2a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T2b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T3 Diameter tumor ≤ 5 cm
T3a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T3b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T4 Bebepa pun diameternya, tumor
T4a telahmelekatpadadinding dada
T4b danmengenaipectoral lymph node
Denganfiksasikedindingtoraks
Dengan edema, infiltrasi, atauulserasi
di kulit

Palpable Lymph Node (N):


Tabel 2.4: Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM

Palpable Lymph Node (N) Interpretasi


N0 Kankerbelummenyebarkelymph node
N1 Kankertelahmenyebarkeaxillary
lymph node
ipsilateraldandapatdigerakkan
N2 Kankertelahmenyebarkeaxillary
lymph node
ipsilateraldanmelekatantarasatusama
lain (konglumerasi)
ataumelekatpadastruktrulengan

31
N3 Kankertelahmenyebarkemammary
lymph node atausupraclavicular
lymph node ipsilateral

Metastase (M) :
Tabel 2.5 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM

Metastase Interpretasi
M0 Tidakadametastaseke organ yang
jauh
M1 Metastaseke organ jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Tabel 2.6 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM

Stadium Ukuran Tumor Palpable Lymph Metastase


Node
0 Tis N0 M0
1 T1 N0 M0
IIA T1 N1 M0
T2 N0 M0
IIB T2 N1 M0
T3 N0 M0
IIIA T1, T2 N2 M0
T3 N1 M0
IIIB T4 N3 M0
IV T N M1

Staging kanker payudara ditentukan berdasarkan TNM system dari


UICC/AJCC tahun 2010. ( PERABOI, 2010 )

Kanker Payudara Stadium 0


Pada stadium 0 kanker masih berada di pembuluh/saluran payudara serta
kelenjar susu, belum mengalami penyebaran keluar dari area tersebut.

32
Kanker Payudara Stadium 1

Stadium 1A

Gambar 2.6 Stadium I A Kanker Payudara

Ukurannya masih sangat kecil dan tidak menyebar serta belum


ditemukannya pada pembuluh getah bening.

Stadium 1B

Gambar 2.7 Stadium I B Kanker Payudara

Pada kanker payudara stadium 1B, sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau tumor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.

Kanker Payudara Stadium 2

Stadim IIA

33
Gambar 2..8 Stadium II A Kanker Payudara

Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada
getah bening di area sekitar ketiak atau kanker telah berukuran 2-5 cm, pada
pembuluh getah bening belum terjadi penyebaran titik-titik sel kanker. Titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada tanda tumor
pada bagian payudara.

Stadium II B

34
Gambar 2.9 Stadium II B Kanker Payudara

Kanker berukuran 2-5 cm. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak
telah tersebar sel-sel kanker payudara. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum
terjadi penyebaran

Kanker Payudara Stadium 3

Stadium III A

Gambar 2.10 Stadium III A Kanker Payudara

35
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak.

Gambar 2.11 Stadium III A Kanker Payudara

Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada
di kelenjar getah bening.

Gambar 2.12 Stadium III A Kanker Payudara

Tumor lebih dari 5 cm dan telah menyebar hingga ke 3 kelenjar getah


bening di ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

36
Stadium III B

Gambar 2.13 Stadium III B Kanker Payudara

Terjadinya pembengkakan pada dinding dada yang juga sudah mulai


adanya luka yang menghasilkan nanah pada dada. Penyebaran sel kanker bisa
sudah mengenai getah bening di ketiak dan lengan atas.

Stadium III C

Gambar 2.14 Stadium III C Kanker Payudara

Telah dideteksi bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke titik-titik


pembuluh getah bening yaitu sekitar 10 area getah bening, tepatnya dibawah
tulang selangka.

37
Kanker Payudara Stadium IV

Gambar 2.15 Stadium IV Kanker Payudara

Tidak diketahui secara pasti ukuran sel kanker pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker
mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang
rusuk.

2.1.9 Diagnosa Kanker Payudara


Diagnosa kanker payudara ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang.

a. Anamnesis
Keluhan dan gejala yang telah dituliskan dalam manifestasi klinis serta
pengaruh siklus menstruasi terhadap gejala yang timbul. Faktor-faktor risiko yang
dimiliki. Kemungkinan metastasis ke organ otak, paru, hati, dan tulang dengan
menanyakan gejala seperti adanya sesak napas, nyeri tulang dan sebagainya
( Desen Wang, 2008 ).

b. Pemeriksaan Fisis
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama
haid. Pemeriksaan fisis payudara adalah sebagai berikut:

1. Posisi Duduk
Inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke bawah, apakah payudara
simetris, adanya kelainan letak atau bentuk papilla, retraksi puting, retraksi kulit,
ulserasi, tanda radang. Kemudian pasien diminta angkat kedua tangan lurus ke
atas, lihat apakah ada bayangan tumor yang ikut bergerak atau tertinggal. ( Desen
Wang, 2008 ).

38
2. Posisi Berbaring
Punggung di belakang payudara diganjal dengan bantal sesuai dengan sisi
yang akan diperiksa. Palpasi payudara dimulai dari area luar memutar hingga
kedalam dan mencapai puting. Nilai apakah ada cairan yang keluar, jika teraba
tumor, tetapkan lokasi dan kuadran, ukuran, konsistensi, batas dan mobilitas.
Palpasi pula kelenjar getah bening regional sesuai kelompok kelenjar, yaitu area
aksilla, mamaria dan klavikula ( Desen Wang, 2008 ).

3. Kelenjar Getah Bening


Dilakukan dalam posisi duduk dari depan pasien dan kedua tangan di
kedua sisi tubuh. Lakukan pemeriksaan kelenjar getah bening aksillaris,
infraklavikula dan supraklavikula. Pada aksilaris terdapat 4 kelompok nodus yang
harus dipalpasi antara lain nodus aksilaris sentral pada apeks aksilla kemudian
sepanjang garis midaksillaris dinding dada untuk nodus pektoralis. Ke arah lateral
untuk nodus brakial dan ke arah kaput humerus untuk nodus subskapular. ( Desen
Wang, 2008 ).

c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk deteksi kanker payudara, digunakan mammografi dan
ultrasonografi, sementara untuk melihat adanya metastasis digunakan Roentgen
thoraks, USG abdomen ( hepar ) dan bone scanning. ( Desen Wang, 2008 ).

1. Mammografi
Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit di
palpasi atau terpalpitasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi
payudara yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, kadang-
kadang terdapat distorsi jaringan payudara sekitar massar tumor ( Neal
Anthony J, 2003 ). Dapat digunakan untuk analisis diagnostic dan rujukan
tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80% ( Desen Wang, 2008 ).

2. Ultrasonografi ( USG ) Mammae


Tranduser frekuensi tinggi dan pemeriksaan Doppler tidak hanya dapat
membedakan dengan sangat baik tumor kistik atau padat, tetapi juga dapat
mengetahui pasokan darahnya serta kondisi jaringan disekitarnya. Dapat juga
dipakai untuk panduan pemeriksaan FNA, menjadi dasar diagnostic yang sangat
baik, karena sensitivitasnya menjadi lebih baik dimana massa tumor langsung
terlihat. ( Desen Wang, 2008 ).

3. Magentic Resonance Imaging ( MRI ) Payudara


Karena tumor payudara mempunyai densitas mikrovaskuler abnormal,
MRI payudara dengan kontras mempunyai sensibilitas dan spesifitas tinggi dalam
diagnosis kanker payudara stadium dini, pemeriksaan ini cukup mahal, sulit
digunakan secara luas hanya menjadi satu pilihan diagnosis banding terhadap
mikro tumor. ( Desen Wang, 2008 ).

39
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jenis kanker dan sensitvitasnya
terhadap terapi hormonal. Reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan c-erbB2 (
HER-2 neu ) merupakan komponen yang diperiksa. Pasien dengan reseptor
estrogen positif atau reseptor progesteron positif diperkirakan akan berespons
terhadap terapi hormonal. Pasien dengan HER-2 neu positif akan berespons
terhadap terapi target denga trastuzumab. Pasien dengan reseptor estrogen,
progesteron dan HER-2 neu yang negative cenderung berprognosis buruk. ( Chris
Tanto dkk, 2014

5. Biopsi
Diagnosis pasti keganasan ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
melalui biopsi. Biopsi terbagi menjadi 3 yaitu biopsi aspirasi jarum halus (
BAJAH ), Core biopsy dan biopsi terbuka. ( Chris Tanto dkk, 2014 ).

2.1.10 Penatalaksanaan

Penanganan kanker payudara harus digunakan secara kombinasi terhadap


setiap kasus kanker payudara serta harus ditentukan secara strategis penanganan
yang menyeluruh, strategi yang menyeluruh akan langsung berpengaruh pada
hasil terapi. Modalitas terapi dari kanker payudara adalah pembedahan,
radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, serta terapi biologis atau immunoterapi (
Desen Wang, 2008, Jeal Anthony K, 2003 ).

a. Pembedahan
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar
payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor,
kelenjar limfe kadar I, II, dan III. Mastektomi jenis ini hanya digunakan hingga
tahun 1950-an (Chris Tanto dkk, 2014).

Mastektomi radikal modifikasi yaitu sama dengan radikal klasik namun


otot pektoralis mayor dan minor dipertahankan, hanya kelenjar limfe I dan II yang
diangkat (Chris Tanto dkk, 2014).

Pada mastektomi sederhana, seluruh kelenjar payudara diangkat, tanpa


pengangkatan kelenjar limfe aksilla dan otot pektoralis. Dilakukan jika dipastikan
tidak ada penyebaran ke kelenjar limfe. Kini dikenal metode lain yaitu skin-
sparing mastectomy yaitu membuang seluruh payudara dan kompleks area, namun
menyisakan sebanyak mungkin kulit (Chris Tanto dkk, 2014).

Breast Conversing Surgery, prosedir ini membuang massa tumor dengan


memastikan batas bebas tumor dan diseksi aksilla kadar I dan II atau dilakukan
sentinel mode biopsi terlebih dahulu ( Chris Tanto dkk, 2014 ).

40
b. Radioterapi
Radioterapidilakukan sebagai terapi adjuvant pada pasien yant telah
menjalani BCS atau mastektomi radika klasik atau dimodifikasi dengan ukuran
tumor awal lebih atau sama T3 dan batas atau dasar sayatn tidak bebas dengan
tumor serta jika terdapat metastasis (Chris Tanto dkk, 2014).

c. Terapi Sistemik

Terapi hormonal, obat-obatan anti estrogen seperti tamoksifen dan


toremifen, penyakit aromatase selektif seperti anastrazol dan letrozol, atau agen
progestasional seperti megesterol asetat. Diberikan terutama untuk pasien dengan
reseptor estrogen positif atau reseptor progesteron positif.

Kemoterapi seperti CMF ( siklofosfamid, metotreksat dan5-fluorourasil ),


FAC ( siklofosfamid, adriamistin, 5-fluorourasil ), texone, cispatin dan lain lain (
Chris Tanto dkk, 2014 ).

2.1.11 Pencegahan Kanker Payudara

a. Pencegahan Primer
1. Promosi dan edukasi mengenai pola hidup sehat
2. Menghindari faktor risiko seperti riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan
tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat
hormonal selama lebih dari 5 tahun. ( Rasjidi, 2010 )
b. Pencegahan Sekunder
1. SADARI ( periksa payudara sendiri )
2. Pemeriksaan klinis payudara ( Clinical Breast Examination ) untuk
menemukan benjolan ukuran kurang dari 1 cm
3. USG untuk mengerahui batas-batas tumor dan jenis tumor
4. Mammografi untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala
tumor dan keganasan ( Rasjidi, 2010 ).
c. Pencegahan Tersier
1. Pelayanan di rumah sakit ( diagnosis dan terapi )
2. Perawatan paliatif ( Rasjidi, 2010 ).
d. Skrining
Mammografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama
pada perempuan yang berada dalam masa pasca menopause atau 50 tahun ke atas
terbukti menurunkan 33% angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi densitas
payudara pada mammografi, risiko kanker payudara meningkat (Sjamsuhidajat,
2012).

41
2.1.12 Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stres, imunitas,
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan
hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dengan five-year
survive rate (Imagnis, 2009).
2.2 Tinjauan Umum Tentang Metastase Kanker Payudara ke Tulang
2.2.1 Definisi Metastase ke Tulang

Metastasis tulang merupakan penyebaran sel-sel kanker primernya ke


tulang. Jarak antara tumor primer dan munculnya metastasis bervariasi dan tidak
menentu, misalnya pada kanker payudara. Nyeri tulang merupakan gejala yang
paling sering dijumpai pada proses metastasis ke tulang. Terjadinya metastasis ke
tulang dapat menyebabkan struktur pada tulang menjadi lebih rapuh dan berisiko
untuk mengalami fratur (Sjamsuhidajat dan De Jong, 2004) .

Gambar 2.16. Bagian yang mengalami metastase ke tulang

2.2.2 Patofisiologi Metastasis ke Tulang


Keganasan pada kanker payudara mempunyai sifat sangat sering metastase
ke tulang. Secara radiologis gambaran yang tampak berupa proses litik dan
sklerotik ataupun campuran keduanya.
Proses penyebaran tumor primer ke dalam tulang dapat melalui beberapa
mekanisme, sel kanker biasanya bekerja merangsang sel osteoclast. Dalam

42
kondisi normal sel osteoclast berfungsi mengabsorbsi tulang, diatur melalui
receptor nuclear factor B ligand (RANKL) dan osteoprotegerin (OPG). RANKL
dan OPG diproduksi oleh sel osteblastik. RANKL bekerja langsung pada sel
osteoclast yang masih dalam bentuk prekursor ataupun pada yang sudah matur
melalui receptor RANKL, sehigga sel tersebut mengalami diferensiasi dan
aktifasi. RANKL dan OPG juga dipengaruhi parathormon, vitamin D3 1,25
(OH)2, mediator inflamasi dan faktor produk kanker seperti PTHrP. Ekspresi
RANKL meningkat di sekitar sel kanker. Sel kanker dapat merangsang ekspresi
RANKL melalui beberapa cara, yaitu ; tumor itu sendiri mengekspresi RANKL,
melalui produk tumor PTHrP, mediator inflamasi, dan Macrophage Inflamtory
Protein 1 (MIP1alfa) (Saut S, 2009).
Proses kanker primer dapat menyebar ke tulang melalui berbagai cara,
tumor primer harus memiliki hubungan dengan sistem pembuluh darah, dan tumor
harus memiliki kemampuan untuk menginvasi pembuluh darah tersebut, hal ini
tergantung pada kemampuan tumor, motilitas, dan kemotaksis. Ketika tumor
dapat menginvasi pembuluh darah, maka tumor dapat berjalan secara bebas ke
seluruh tubuh. Kemudian sel tumor tersebut juga harus mempunyai kemampuan
untuk keluar dari pembuluh darah (ekstravasasi) dan dapat bertahan hidup di
tempat yang baru dengan cara mencari suplai darah untuk pertumbuhan
selanjutnya (Sujatha Muthuswamy, 2009).
Organ yang paling sering menjadi tempat bersarangnya suatu metastasis
yaitu, organ yang paling banyak mendapatkan suplai darah, seperti paru-paru dan
hepar, sedangkan sumsum tulang juga menjadi tempat predileksi terjadinya
metastase oleh karena aliran darah pada daerah tersebut melambat, sehingga
memudahkan migrasi sel tumor (Kojiro, 2008).
Sistem vena pada pleksus paravertebral Batson, merupakan jalan utama
penyebaran sel-sel tumor ke tulang. Oleh karena tulang tidak memiliki saluran
limfe. Selain itu dinding arteri tidak memungkinkan di penetrasi tumor, kecuali
terjadi infeksi lebih dulu (Fielda Djuwita, 2007).
Faktor prognostik pada pasien dengan metastasis kanker payudara sangat
sedikit diteliti dibandingkan dengan prognosa dari penyakit primernya sendiri.
Salah satu faktor yang dapat mengindikasikan bahwa kanker payudara memiliki
sifat agresif yaitu munculnya proses metastase ke tulang. Kurang lebih 6% dari
wanita yang terdiagnosa kanker payudara saat pertama kali, telah mengalami
metastase ke tulang, namun lebih darih 85% wanita mengidap kanker payudara
didapatkan telah mengalami metastase saat wanita tersebut meninggal. Gambaran
metastase kanker payudara pada tulang dalam bentuk osteolitik, yang merupakan
bentuk tersering, proses patologis yang terjadi adalah sel kanker merangsang
osteoclast untuk bekerja lebih keras, sehingga terjadi peningkatan absorbsi tulang.
Bentuk patologis yang lain yaitu osteosklerotik, bentuk patologis yang jarang,
gambaran patologis yang terjadi adalah sel kanker merangsang osteoblast untuk
bekerja lebih keras sehingga terjadi pertmbuhan tulang yang abnormal. Keduanya

43
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah mengalami patah tulang. pada
beberapa pasien mengalami keduanya secara bersamaan (Saut S, 2009).

Pada saat kanker payudara telah menyebar ke tulang, gejala klinis yang
muncul dapat bermacam-macam dan bisa saja tanpa gejala pada awalnya hingga
yang menunjukkan gejala yang sangat serius. Gambaran klinis yang muncul dapat
berupa nyeri pada tulang, fraktur patologik, kompresi pada medulla spinalis, dan
hipercalcemia. Keluhan nyeri tulang dapat menunjukkan adanya fraktur patologis,
namun pada beberapa kasus tanpa disertai nyeri. Tempat yang paling sering yaitu
vertebra, pelvis, pangkal tulang femur, tulang rusuk, tulang kepala dan tulang-
tulang panjang pada kaki. Fraktur yang terjadi pada tulang vertebra dapat
menyebabkan fragmen fraktur melukai atau menekan spinal cord sehingga
memberikan gambaran defisit neurologis, mulai dari kelemahan otot hingga
inkontinensia (Sutan S, 2009).

Gambaran lain berupa hipercalcemia disebabkan oleh peningkatan proses


absorbsi tulang oleh osteoclast. Gejala yang muncul oleh hipercalcemia yaitu
dehidrasi, mual, muntah, kejang, ileus, dan perubahan gambar EKG
(Shingesawa.2005)

2.2.3 Diagnosis Metastase Tulang


Diagnosis metastase tulang dapat dinilai secara klinis, laboratorium,
maupun radio imaging. Diagnosis pasti tentu saja secara histopatologi, tetapi hal
ini jarang dilakukan, hanya saja pada lesi metastasis di tulang yang lesi primernya
tidak diketahui hal ini perlu dilakukan. Menurut NCCN 2006, bila terdapat
kelainan raadiografi pada tulang yang tanpa nyeri pada pasien < 40 tahun, maka
pasien harus dirujuk ke dokter onkologi orthopedik untuk dibiopsi. Pada pasien
usia >40 tahun harus di work up, karena ada kemungkinan suatu metastaase
tulang, bone xcan, thorax foto, CT scan abdomen pelvis, PSA dan mammografi
harus dikerjakan. Bila ditemukan lesi primer terapi selanjutnya sesuai lesi primer.
Secara klinis, keluhan utama biasanya adalah nyeri. Pada keadaan lebih
lanjut dapat dijumpai gangguan neurologi dan tanda-tanda fraktur/dislokasi
tergantung dari lokasi metastasisnya. Secara laboratorium dapat ditemukan
peningkatan alkalin phosphatase, calcium darah dan LDH. Pada pemeriksaan
radio imaging umumnya yang rutin dilakukan adalah pemeriksaan Bone Scanning
atau skintigrafi planar yang menggunakan radio farmaka dan foto X-ray/Bone
Survey (Fielda Djuwita, 2007)

44
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Teori


Sel kanker
payudara primer
hematogen

Lingkungan mikro
tulang

osteoblast osteoclast

osteosit Reabsorbsi hipercal


tulang cemia
meningkat

Pembentukan Destruksi tulang


tulang abnormal

Ileus, dehidrasi,
Tulang mudah rapuh dan patah tulang mual, muntah,
kejang

Fraktur patologis

nyeri
Fragmen fraktur

Menekan spinal cord

Defisit neurologis

45
3.2. Kerangka Konsep

Gejala klinis

Pasien kanker payudara


yang mengalami Destruksi tulang
metastasis ke tulang
Hasil radiologi

1. lokasi metastase

2. jenis lesi

: Variabel independen

: Variabel Dependen

3.3. Definisi Operasional

a. Pasien Kanker Payudara yang Metastase ke Tulang


1. Definisi : Pasien kanker payudara adalah semua pasien yang
didiagnosis kanker payudara yang bermetastase ke tulang berdasarkan
gejala klinis dan hasil pemeriksaan radiologi pada data rekam medik di
Bagian Rekam Medik RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : Menderita kanker payudara yang bermetastase ke
tulang

b. Gejala klinis
1. Definisi : perubahan fungsi yang dapat dinilai secara objektif dan
tercatat dalam rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUP. DR.
dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : sesuai yang tercatat dalam rekam medik

c. Lokasi Metastase ke Tulang


1. Definisi : lokasi tulang tempat kanker payudara bermetastase dan
tercatat dalam rekam medik berdasarkan hasil radiologi

46
2. Hasil ukur : tulang humerus, tulang femur, dan tulang vertebra

d. Jenis Lesi
1. Definisi : jenis lesi tumor yang dapat dinilai dari hasil radiologi
dan tercatat dalam rekam medik
2. Hasil ukur : osteolitik, osteosklerotik, atau campuran

3.4. Alat dan Cara Ukur


a. Alat Ukur
Data rekam medik RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo.

b. Cara Ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat data-data sesuai variabel yang
dibutuhkan dengan data yang tertulis pada data rekam medik.

47
BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan
metode cross sectional untuk mengetahui karakteristik pasien kanker payudara
yang mengalami metastase ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi
dengan menggunakan data sekunder yang diambil dari rekam medis pasien yang
didiagnosis kanker payudara di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar
periode Januari hingga Juni 2017.

4.2. Lokasi dan waktu penelitian


Lokasi penelitian ini akan dilakukan di RSUP. Dr. dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar pada bulan Oktober-Noveber 2017

4.3. Populasi dan Sampel


4.3.1. Populasi
Semua penderita dengan penyakit kanker payudara di RSUP. Dr. dr.
Wahidin Sudirohusodo Makassar

4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil adalah penderita kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada
periode 2015-2017.

4.4. Cara pengambilan sampel


4.4.1. Kriteria Inklusi
1. Terdaftar sebagai penderita kanker payudara di RSUP. Dr. dr. Wahidin
Sudirohusodo, Makassar kunjungan 2015-2017.
2. Memiliki rekam medik dengan pengisian yang lengkap.
3. Pasien kanker payudara dengan hasil pemeriksaan radiologi yang
menunjukkan gambaran metastase tulang.

4.4.2. Kriteria Ekslusi


1. Tidak terbacanya rekam medik.

48
2. Terdapat data yang tidak lengkap dari variable yang dibutuhkan.

4.5. Jenis Data dan Instrumen Penelitian


4.5.1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian adalah data yang diperoleh melalui
rekam medik.

4.5.2. Intrumen Penelitian


Alat pengumpul data dan instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari lembar rekam medik yang berisi table-
tabel tertentu yang merekam dan mencatat data yang dibutuhkan.

4.6. Manajemen Penelitian


4.6.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan setelah meminta perizinan dari pihak
RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo dengan mengajukan surat permohonan
izin penelitian kepada Direktur Utama RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.
Kemudian mengisi pernyataan dan biodata penelitian serta menyelesaikan
biaya administrasi. Setelah itu, data pasien kanker payudara yang
mengalami metastase ke tulang dalam periode yang telah ditentukan
dikumpulkan untuk memperoleh data medis di bagian Rekam Medik
RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo.

4.6.2. Teknik Pengolahan Data


Pengolahan data dilakukan setelah semua data terkumpul dengan
melalui beberapa tahap, yaitu editing untuk memeriksa data responden,
kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan melakukan
tabulasi dan analisa data, selanjutnya memasukkan (entry) data ke
komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik
komputerisasi.

Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis


univariat bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik dari masing-
masing variabel penelitian. Data tersebut meliputi karakteristik penderita
kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang (gejala klinis, lokasi

49
metastase, dan jenis lesi). Data-data tersebut akan dijelaskan dengan nilai
jumlah dan persentase masing-masing variabel dengan menggunakan tabel
dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.

4.6.3.Penyajian Data

Seluruh data yang diperoleh dari penelitian yang telah


dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan sistem pengolahan
data yaitu SPSS lalu dilakukan analisis. Hasil akan disajikan dalam bentuk
tabel dan narasi sesuai pustaka yang ada.

4.7. Etika Penelitian


Hal-hal yang terkait dengan etika penelitian dalam penelitian ini adalah :

4.7.1. Menyertakan surat pengantar yang ditujukan kepada pihak RSUP.


Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar sebagai permohonan izin untuk
melakukan penelitian.

4.7.2. Menjaga kerahasiaan identitas penderita yang terdapat pada rekam


medik, sehingga diharapkan tidak ada pihak yang merasa dirugikan atas
penelitian yang dilakukan.

4.7.3. Diharapkan penelitian ini dapat memberi manfaat kepada semua


pihak yang terkait sesuai dengan manfaat penelitian yang diharapkan.

50
BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Deskripsi Umum Penelitian

Telah dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita kanker payudara

yang mengalami metastase ke tulang di RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Periode

2015-2017. Pengumpulan data dimulai pada bulan Oktober hingga November

2017. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik

penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang yang dirawat inap

dan rawat jalan pada periode waktu tersebut. Pada penelitian ini, sampel yang

diperoleh berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 40 sampel.

Data yang terkumpul kemudian dimasukkan pada aplikasi Microsoft Excel

dan diolah dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 19 yang hasilnya

dapat dilihat sebagai berikut.

5.2 Deskripsi Karakteristik Penderita Berdasarkan Umur

Berdasarkan hasil penelitian diketahui frekuensi penderita menurut umur dapat

dilihat pada tabel di bawah :

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Penderita

Karakteristik Umur Frekuensi Persentase Valid (%)


(tahun)
<20 0 0
20-29 1 2,5
30-39 7 17,5
40-49 16 40
50-59 12 30
≥60 4 10

51
Total 40 100

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa 40 penderita kanker payudara yang

mengalami metastase ke tulang di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar

periode tahun 2015-2017 paling banyak terjadi pada rentang umur 40-49 tahun

yaitu sebanyak 16 (40%) penderita. Kejadian kanker payudara yang mengalami

metastase ke tulang paling sedikit terjadi pada rentang umur 20-29 tahun yaitu

sebanyak 1 (2,5%) penderita.

5.3 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase

Ke Tulang Berdasarkan Gejala Klinis

Karakteristik penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang berdasarkar gejala klinis, diperoleh melalui pengolahan data berikut.

Tabel 5.2 Distribusi Penderita Kanker Payudara yang Mengalami Metastase

Ke Tulang Berdasarkan Gejala Klinis

No Gejala Klinis Frekuensi Persentase Valid


(%)
1 Nyeri 30 75,0

2 Nyeri dan lemah kedua 10 25,0


tungkai
Total 40 100,0

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 40 penderita kanker payudara

yang mengalami metastase ke tulang di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo periode

2015- 2017. Berdasarkan gejala klinisnya, nyeri merupakan gejala klinis

52
terbanyak yaitu 30 penderita (75,0%) dan gejala klinis berupa nyeri disertai

dengan kelemahan pada kedua tungkai sebanyak 10 penderita (25,0%).

5.4 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase

Ke Tulang Berdasarkan Radiologi

Karakteristik penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang berdasarkar hasil radiologi, diperoleh melalui pengolahan data berikut.

Tabel 5.3 Distribusi Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase

Ke Tulang Berdasarkan Radiologi Ditinjau Dari Lokasi Tulang Tempat

Metastase

No Lokasi Tulang Frekuensi Persentase Valid


(%)
1 Vertebra 19 47,5

2 Os pelvis 2 5,0

3 Os costae 3 7,5

4 Os femur 1 2,5

5 Os tibia 1 2,5

6 Vertebra dan os pelvis 1 2,5

7 Vertebra dan os costa 1 2,5

8 Os pelvis dan os femur 3 7,5

9 Vertebra dan os femur 3 7,5

10 Vertebra, os costa, dan pelvis 2 5,0

11 Vertebra, pelvis dan os femur 1 2,5

12 Os femur, os tibia, dan os fibula 1 2,5

13 Skull, os humerus, vertebra, pelvis, 1 2,5


os femur, dan os tibia
14 Os femur dan os tibia 1 2,5

53
Total 40 100,0

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa 40 penderita kanker payudara yang

mengalami metastase ke tulang memiliki lokasi metastase tulang yang berbeda-

beda. Namun, lokasi tulang tempat kanker payudara bermetastase paling banyak

yaitu pada tulang vertebra terdiri dari 19 penderita (47,5%). Selain itu, dari tabel

tersebut menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami metastase pada

satu tulang saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita megalami metastase

kanker payudara lebih dari satu tulang.

5.5 Karakteristik Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami Metastase

Ke Tulang Berdasarkan Radiologi

Karakteristik penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang berdasarkar hasil radiologi, diperoleh melalui pengolahan data berikut.

Tabel 5.4 Distribusi Penderita Kanker Payudara Yang Mengalami

Metastase Ke Tulang Berdasarkan Radiologi Ditinjau Dari Jenis Lesi Tumor

No Jenis lesi Frekuensi Persentase valid (%)

1 Osteolitik 27 67,5

2 Osteoblastik 4 10,0

3 Campuran keduanya 9 22,5

Total 40 100,0

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan dari 40 penderita kanker payudara yang

mengalami metastase ke tulang, jenis lesi terbanyak yang dinilai dari hasil foto

radiologi yaitu berupa lesi osteolitik yang terdiri dari 27 penderita (67,5%). Jenis

54
lesi osteoblastik sebanyak 4 penderita (10,0%) merupakan jenis lesi yang paling

sedikit ditemukan.

55
BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian karakteristik penderita kanker payudara yang bermetastase ke

tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi periode tahun 2015-2017 di RSUP

DR.Wahidin Sudirohusodo telah dilakukan mulai pada bulan Oktober- November

2017 di RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo. Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif yang melihat berdasarkan rekam medik pasien. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang berdasarkan gejala klinis dan hasil radiologi yang ditinjau berdasarkan

lokasi tulang tempat kanker bermetastase dan jenis lesinya. Sehingga diketahui

distribusi dari penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang

yang dirawat inap dan rawat jalan berdasarkan hal tersebut.

Dari hasil penelitian ditemukan bahwa jumlah penderita kanker payudara

yang mengalami metastase ke tulang yang dirawat inap dan rawat jalan di RSUP

DR.Wahidin Sudirohusodo Periode 2015- September 2017 sebanyak 40 pasien

berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian diperoleh sebagai

berikut :

6.1 Umur

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

kejadian kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang paling banyak

terjadi pada rentang umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 16 (40%) penderita dan

paling sedikit terjadi rentang umur 20-29 tahun sebanyak 1 (2,5%) penderita.

Hasil penelitian ini didukung oleh data National Breast and Ovarian cancer yang

56
menyatakan bahwa perempuan umur kurang dari 40 tahun berisikountuk terkena

kanker payudara yaitu 1 per 200 penduduk dan risiko ini akan meningkat tajam

seiring dengan bertambahnya usia (≥40 tahun) yaitu 1 per 10 penduduk. Menurut

penelitian yang dilakukan Azamaris bertambahnya umur merupakan salah satu

faktor risiko tumor/kanker payudara, diduga karena pengaruh pajanan hormonal

dalam waktu lama terutama hormon estrogen dan juga ada pengaruh faktor risiko

lain yang memerlukan waktu untuk menginduksi terjadinya kanker.

6.2 Gejala Klinis

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan sebanyak 30 penderita

memiliki gejala klinis berupa nyaeri. Nyeri tersebut dirasakan pada tempat yang

berbeda-beda tapi yang paling banyak yaitu nyeri pada tulang belakang. Hal ini

didukung oleh Wallace yang menyatakan bahwa nyeri pada tulang merupakan

komplikasi yang umum pada metastase tulang dan berbeda dengan nyeri inflamasi

ataupun nyeri neuropatik. Bersadarkan penelitian yang dilakukan oleh Saut S pada

tahun 2009 menyatakan bahwa pada keluhan nyeri tulang dapat menunjukkan

adanya fraktur patologis. Dimana jika terjadi fraktur pada vertebra dapa

menyebabkan terjadinya defisit neurologis karena fragmen fraktur vertebra

menekan medulla spinalis sehingga akan memberikan gambar seperti kelemahan

pada otot. Pada penelitian ini, terdapat 10 penderita yang memiliki gejala klinis

berupa nyeri dan disertai dengan kelemahan pada tungkai akibat terjadinya defisit

neurologis sehingga mengganggu mobilisasi penderita bahkan dapat

menyebabkan imobilisasi.

57
6.3 Hasil Radiologi Berdasarkan Lokasi Tulang Tempat Kanker Bermetastase

Berdasarkan hasil penelitian, lokasi tulang tempat kanker payudara

bermetastase pada 40 penderita tidak semuanya menunjukkan metastase tulang

pada satu lokasi saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita yang mengalami

metastase lebih dari satu tulang. Hasil penelitian menunjukkan metastase kanker

payudara pada tulang vertebra adalah yang paling banyak sebanyak 19 (47,5%)

penderita. Kemudian diikuti dengan metastase pada tulang costa sebanyak 3

penderita (7,5%), pelvis 2 (5%) penderita. Selain itu, pada penelitian ini

metastase sel kanker payudara tidak hanya didapatkan pada satu lokasi tulang

saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita yang mengalami metastase pada

lebih dari satu tulang seperti metastase pada tulang vertebra dan tulang pelvis

sebanyak 1(2,5%) penderita, pada tulang vertebra dan tulang costa sebanyak 1

(2,5%) penderita, pada tulang pelvis dan femur sebanyak 3 (7,5%) penderita, pada

tulang vertebra dan femur sebanyak 3 (7,5) penderita, pada tulang vertebra,costa,

dan pelvis sebanyak 2 (5%) penderita, pada vertebra, pelvis dan femur sebanyak 1

(2,5%) penderita, pada tulang femur dan tibia sebanyak 1 (2,5%) penderita, pada

tulang femur, tibia dan fibula sebanyak 1 (2,5%) penderita, dan yang terakhir

terdapat 1(2,5%) penderita yang mengalami metastase pada 6 lokasi tulang

sekaligus yaitu pada tulang tengkorak, humerus, vertebra, pelvis, femur dan tibia.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Scanlon yang menyatakan bahwa

penderita kanker payudara stadium lanjut akan mengalami metastase tulang yang

paling sering terjadi pada tulang yang mempunyai banyak sumsum tulang merah,

seperti pada tulang vertebra terutama segmen thorakal dan pada tulang pelvis. Hal

ini sangat menunjang sel kanker dalam bertahan hidup karena sumsum tulang

58
berperan dalam proses hematopoesis (pembentukan sel-sel darah yang baru).

Selain itu, pada sumsum tulang memiliki aliran darah yang relatif lambat sehingga

memudahkan migrasi sel kanker. Pernyataaan tersebut, sangat mendukung hasil

penelitian ini dimana tulang vertebra merupakan lokasi tulang tersering tempat sel

kanker payudara bermetastase.

6.4 Hasil Radiologi Berdasarkan Jenis Lesi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, 40 penderita kanker

payudara yang mengalami metastase ke tulang menunjukkan jenis lesi yang paling

banyak yaitu osteolitik pada 27 (67,5%) penderita, kemudian jenis lesi campuran

(osteolitik dan osteoblastik) pada 9 (22,5%) penderita, dan yang terakhir jenis lesi

osteoblastik pada 4 (10%) penderita. Dimana hasil tersebut sesuai dengan sebuah

penelitian yang dilakukan oleh Roaadman pada tahun 2004 yang menyatakan

bahwa sebagian besar penderita kanker payudara mempunyai lesi predominan

berupa osteolitik. Meskipun demikian kira-kira 15-20% penderita mempunyai lesi

tulang predominan osteoblastik Gambaran metastase kanker payudara pada tulang

dalam bentuk osteolitik merupakan suatu proses patologis dimana sel kanker

merangsang osteoklas untuk bekerja lebih keras sehingga terjadi peningkatan

absorbsi tulang. Menurut penelitian Roodman pada tahun 2004, sel kanker

payudara menghasilkan faktor-faktor yang secara langsung dan tidak langsung

dapat menginduksi pembentukan osteoklast. Sebaliknya dalam proses resorpsi

tulang oleh osteoklast akan dihasilkan faktor-faktor pertumbuhan dari matriks

tulang yang akan merangsang sel tumor dan kerusakan tulang. Interaksi timbal

balik antara sel kanker payudara dan lingkungan mikro tulang akan meningkatkan

kerusakan pada tulang dan pertumbuhan sel kanker. Bentuk patologis yang lain

59
yaitu lesi osteoblastik, dimana sel kanker merangsang osteoblas untuk bekerja

lebih keras sehingga terjadi pertumbuhan tulang yang abnormal. Keduanya

menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah mengalami fraktur. Menurut

penelitian yang dilakukan oleh Saut S pada tahun 2009 menyatakan bahwa pada

beberapa penderita mengalami kedua proses tersebut secara bersamaan sehingga

akan didapatkan lesi campuran (osteoblastik dan osteolitik).

60
BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian karakteristik penderita kanker payudara yang

bermetastase ke tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi periode

2015- September 2017 di RSUP DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar,

dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Jumlah penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang pada periode Januari 2015-September 2017 yaitu sebanyak 40

penderita.

2. Penderita kanker payudara yng mengalami metastase ke tulang paling

banyak terjadi pada rentang unur 40-49 tahun yaitu sebanyak 16

penderita.

3. Berdasarkan kriteria gejala klinis yang ditemukan pada penderita,

nyeri merupakan gejala klinis yang paling sering yaitu sebanyak 30

(75,0%) penderita, kemudian nyeri disertai kelemahan pada kedua

tungkai sebanyak 10 (25,0%) penderita.

4. Berdasarkan kriteria lokasi tulang tempat kanker bermetastase, paling

banyak ditemukan pada tulang vertebra yaitu sebanyak 19 (47,5%)

penderita. Kemudian, pada os costae sebanyak 3 (7,5%) penderita,

metastase pada dua tulang (pelvis dan os femur) sebanyak 3 (7,5%)

penderita, metastase pada dua tulang (vertebra dan os femur) dan (os

femur dan os tibia) masing-masing sebanyak 3(7,5%) dan 2 (5%)

penderita, pada pelvis sebanyak 2 (5%) penderita, metastase pada tiga

61
tulang (vertebra, costa dan pelvis) sebanyak 2 (5%) penderita. Paling

sedikit, hanya pada os femur sebanyak 1 (2,5%), hanya pada tibia

sebanyak 1 (2,5%) penderita, metastase pada dua tulang (Vertebra

dan os pelvis) dan (Vertebra dan os costa) masing-masing 1 (2,5%)

penderita, metastase pada tiga tulang (Vertebra, pelvis dan os femur)

dan (Os femur, os tibia, dan os fibula) masing-masing 1 (2,5%)

penderita, dan metastase pada enem lokasi tulang (Skull, os humerus,

vertebra, pelvis, os femur, dan os tibia) sebanyak 1 (2,5%) penderita.

5. Berdasarkan kriteria jenis lesi , jenis lesi osteolitik merupakan jenis

lesi yang paling banyak yaitu 27 (67,5%) penderita, kemudian jenis

lesi campuran (osteolitik dan osteoblastik) sebanyak 9 (22,5%), dan

jenis lesi paling sedikit yaitu lesi berupa osteoblastik sebanyak 4

(10%) penderita.

7.2 Saran

1. Sebaiknya dilakukan pengenalan tanda-tanda adanya metastase kanker

kepada penderita kanker payudara agar lebih waspada dan segera

memeriksakan diri ke dokter sehingga dapat dilakukan diagnosis dan

penanganan secara dini bagi penderita kanker payudara yang

mengalami metastase ke tulang demi menghindari kerusakan pada

tulang yang lebih parah, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas

dan mortalitas.

2. Perlunya mengadakan sistem pencatatan rekam medis yang lebih

lengkap dan konsisten guna kepentingan pihak rumah sakit, penderita

kanker payudara, dan untuk penelitian.

62
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan kepada peneliti lain dapat

melanjutkan penelitian ini dengan meneliti variabel lain serta

menggunakan metode yang lain karena kurangnya refrensi mengenai

karakteristik penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang secara umum khususnya di Indonesia dan mengambil periode

waktu yang lebih panjang agar data sekunder yang didapatkan lebih

banyak sehingga semakin menambah wawasan kita tentang

karakteristik penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke

tulang.

63
DAFTAR PUSTAKA

American Cancer Society. 2011. Kanker Payudara Fakta & Angka 2009 -2010.
Atlanta: American Cancer Society, Inc

Anonim, 2003. Penatalaksanaan Kanker Payudara Terkini. RS. Dharmis Pustaka


Populer Obor, Jakarta.

Azamris. 2006. Bagian Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Andalas/RSUP


Dr. M. Djamil Padang, Sumatra Barat

Breien O, Horgan P et all. CA15-3:a reliable indicator of metastatic bone disease


in breast cancer patiens. Annals of the Royal Collage of Surgeons of England
(1992) vol.74, 9-12

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8 Volume 2.


Jakarta : Penerbit buku Kedokteran EGC.

Cipolle, R.S, Stand. L.M and Morley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practise,
Mc Graw-Hill. New York, 73-111

Fielda Djuwita, et al. 2007. Radiasi pada Metastasis Tulang. Staf Medik
Fungsional Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais

Finberg, R, 2005. Infection in Patient with Cancer in Horrison’s principle of


Internal medicine. 16th Edition, part five.

Guiliano, M.D.A.E. 2002.Breast in Current Medical Diagnosis & treatment. 41th


Edition, chapter XVI.

Hoskins, William J., Robert C Young, et al. 2005. Breast Cancer in : Principles
and Practice of Gynecologic Oncology. Fourth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins

International Agency for Research on Cancer (IARC) / WHO. (2012).


GLOBOCAN 2012: Estimated cancer incidence, mortality, and prevalence
worldwide in 2012.

Jochelson, Maxine, 2010. Understanding Breast Cancer. Diakses pada tanggal 20


Juni 2017 dari http://www.Breastcancer.org

Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, 180-179, Salemba Medika,
Jakarta.

64
Koda kimble, M.A., Young, L.Y., 2001. Applied Therapeutic The Clinical use of
drugs. 7th Edition, Lippincount Williams & Wilkins. Baltimon, Ch 8.

Kojiro Shimozuma, Hiroshi Sonoo. Biochemical Maekers of Bone Turnover in


Breast Cancer Patients with Bone Metastase; A Preliminary Report. Japanese
journal of Clinical Oncology. 2008: Vol 29:1

Lichtenfeld, J Leonard (Len), 2010. Staging. Diakses pada tanggal 20 Juni 2017
dari http://www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/staging.
Lippman, M.E.. 1998. Breast Cancer in Horrison’s Principle of Internal
Medicine. 16th edition. Part six.

Mahindocht K., Soheila N. Serum CA 15-3 measurement in breast cancer patients


before and after mastectomy. Arch Iranian med. 2005 : 8 (4): 263.266

National Breast and Ovarian cancer Center.2009

Noowati. 2003. Farmakologi Obat-Obat Kemoterapi dan Hubungannya dengan


Siklus Sel. RS. Dharmais : Jakarta.

Otto, Shirley E, Jane F, 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta :EGC

Parkway Cancer Center. 2011. Cancer Facts and Figure. Diunduh : 2 Juli 2017.
http://www.parkwaycancercenter.com/about-cance/cancer-facts-and-figure.

Roodman GD. Mechanism of bone metastasis. N Engl J Med 2004; 350:1655-64.

Rugo, S.H.MD. 2001. Cancer in Current Mesical Diagnosis & Treatment 2002.
41th Edition, Chapter IV.

Savelli G, Maffioli L, Maccauro M, Deckere E, Bombardieri E. Bone


Scintigraphy and The added value of SPECT in detecting skeletal lesions. Q J
Nucl Med 2001; 45 p 27-37.

Setiabudy, R. Dan Gan V.H.S. 1995. Pengantar Antimikroba. Farmakologi dan


Terapi, Edisis 4, 571-572. Gadjah Mada University press, Yogyakarta.

Shigesawa, Toshirou MD. Bone Metastasis Detected by FDG PET in a Patient


With Breast Cancer and Fibrous Dysplasia. August 2005- Volume 30-Issue 8-
pp 571-573

Sujatha Muthuswamy. 2009 Clinical Significance of Cancer Antigen, CA 15,3 in


Breast Cancer. Indian J Med Sci
Sukardja, I.D.G. 1995. Terapi Paliatif kanker Payudara . Pertemuan Ilmiah
nasional ke-1 Perhimpunan Onkologi Indonesia. Bandung

65
Sutan, Saut. 2009. Kadar Ca 15-3 Dalam Darah Sebagai Fator Perdikator kejadian
Metastase Tulang pada kanker payudar. Surabaya

Tjingdarbumi. 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya,


Dalam : deteksi Dini Kanker Payudara, fakultas Kedokteran UI, jakarta.

Underwood JEC, 2001. House Officer Series Hematology. EGC, Jakarta.

Walker, R. Dan Edwards, 1999. Clinical Pharmacy and therapeutics. 2nd Edition,
58-63 dan 742-743, Churchill Livingstone IN, UK.

WHO(2004). Insidens kanker Payudara. http://www.WHO.go.org.

Williams, Christine, 2010. Staging and Grading for Breast Cancer. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2017.
http://www.cancer.ca/Canadawide/About%20cancer/Types%20of%20cancer/S
taging%20ang%20grading%20for%20breast%20cancer.aspx?sc_lang=en

66
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran I : Permohonan Rekomendasi Etik

67
Lampiran II : Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Rekam Medik

68
Lampiran III : Rekomendasi Persetujuan Etik

69
Lampiran IV : Hasil Data Rekam Medik

No. No. Jenis Umur Gejala Klinis Lokasi Tulang Jenis Lesi
RM Kelamin (tahun)
1 786334 perempua 52 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
lemah kedua
tungkai
2 730334 perempuan 45 Nyeri tulang pelvis Osteolitik
belakang dan
osteoblastik
3 722884 perempuan 35 Nyeri tulang vertebra oseteolitik
belakang
4 510872 perempuan 48 Nyeri tulang vertebra osteoblastik
belakang
5 619371 perempuan 56 Nyeri tulang vertebra osteoblastik
belakang
6 444101 perempuan 45 Nyeri pada tulang Costa osteolitik
belakang dan
tulang rusuk
7 636109 Perempuan 50 Nyeri tulang vertebra osta
belakang
8 792100 Perempuan 59 Nyeri pada paha Os femur sinistra osteolitik

9 614997 perempuan 51 Nyeri tulang vertebra osteolitik


belakang
10 689856 Perempuan 55 Nyeri tulang dan Os tibia dekstra osteolitik
lemah kedua
tungkai
11 740593 perempuan 53 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan

70
lemah kedua
tungkai
12 791933 Perempuan 39 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
kelemahan pada
tungkai
13 738178 perempuan 43 Nyeri pinggang vertebra osteoblastik
dan lemah kedua
tungkai
14 567159 Perempuan 44 Nyeri pada dada Os costa osteolitik
15 689237 perempuan 51 Nyeri pinggang vertebra osteolitik
16 767263 perempuan 43 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang
17 670688 perempuan 48 Nyeri pada tulang vertebra osteolitik
dan tungkai
18 676143 perempuan 68 Nyeri pada tulang vertebra osteolitik
hingga ke tungkai
19 743839 perempuan 39 Nyeri dan lemah vertebra osteolitik
kedua tungkai
20 638738 perempuan 49 Nyeri pinggang vertebra osteolitik
21 748337 perempuan 41 Nyeri dan lemah Os costae osteolitik
kedua tungkai
22 721367 perempuan 60 Nyeri panggul vertebra osteolitik
23 586076 Perempuan 51 Nyeri paha kiri Pelvis Osteolitik
24 450196 Perempuan 38 Nyeri tulang Vertebra Osteolitik
belakang
25 740739 Perempuan 45 Nyeri pinggang Vertebra Osteolitik
26 544734 perempuan 44 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
lemah kedua
tungkai
27 774720 perempuan 57 Nyeri pada Os femur dan os osteolitik

71
tungkai kanan tibia
28 622973 perempuan 62 Nyeri pinggang Pelvis dan os femur Osteolitik
dan
osteoblastik
29 746734 perempuan 48 Nyeri tulang Vertebra dan pelvis Osteolitik
belakang dan
osteoblastik
30 734579 Perempuan 42 Nyeri dan lemah Os femur dan Osteolitik
kedua pelvis dan
tungkai(gangguan osteoblastik
mobilitas)
31 744715 perempuan 55 Nyeri pada tulang Os femur dan osteolitik
belakang dan vertebra
pinggang
32 697740 perempuan 31 Nyeri tulang Vertebra dan costae osteolitik
belakang
33 734579 Perempuan 42 Nyeri pada paha Pelvis dan os femur Osteolitik
kanan dan
osteoblastik
34 369855 perempuan 55 Nyeri pada tuang Vertebra dan os Osteolitik
belaakang dan femur
lengan kanan
35 749598 perempuan 34 Nyeri pada paha Vertebra dan os osteolitik
kiri femur
36 765142 perempuan 42 Nyeri tulang Costa, vertebra, osteolitik
belakang pelvis
37 690014 perempuan 42 Nyeri pada lutut Os femur, os tibia, Osteolitik
dan lemah kedua dan os fibula dan
tungkai osteoblastik
38 709687 perempuan 27 Nyeri tulang Vertebra, pelvis, Osteolitik
belakang dan os femur dan
osteoblastik

72
39 676143 perempuan 69 Nyeri tulang Costa, vertebra dan Osteolitik
belakang dan pelvis dan
lemah kedua osteoblastik
tungkai
40 754949 perempuan 32 Nyeri tulang Skull, os humerus, Osteolitik
belakang vertebra, os dan
femur,pelvis dan os osteoblastik
tibia

73
Lampiran V : Hasil Analisis data

Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <20 tahun 0 0 0 0
20-29 1 2,5 2,5 2,5
30-39 7 17,5 17,5 20,0
40-49 16 40,0 40,0 60,0
50-59 12 30,0 30,0 90,0
≥60 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0

Gejala Klinis

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid nyeri 30 75,0 75,0 75,0

Nyeri dan 10 25,0 25,0 100,0


lemah kedua
tungkai
Total 40 100,0 100,0

74
Lokasi Tulang

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid Vertebra 19 47,5 47,5 47,5
Pelvis 2 5,0 5,0 52,5
Os femur 1 2,5 2,5 55,0
Costa 3 7,5 7,5 62,5
Os tibia 1 2,5 2,5 65,0
Vertebra dan 1 2,5 2,5 67,5
pelvis
Vertebra dan 3 7,5 7,5 75,0
os femur
Pelvis dan os 3 7,5 7,5 82,5
femur

Vertebra dan 1 2,5 2,5 85,0


costa
Os femur 1 2,5 2,5 87,5
dan os tibia
Vertebra, 2 5,0 5,0 92,5
costa dan
pelvis
Vertebra, 1 2,5 2,5 95,0
pelvis, dan os
femur
Os femur, os 1 2,5 2,5 97,5
tibia da os
fibula
Skull,os 1 2,5 2,5 100,0
humerus,

75
vertebra,
pelvis, os
femur dan
tibia
Total 40 100,0 100,0

Jenis Lesi

Frequency Percent Valid Cumulative


Percent Percent
Valid osteolitik 27 67,5 67,5 67,5

osteoblastik 4 10,0 10,0 77,5

Campuran 9 22,5 22,5 100,0


(osteolitik
dan
osteoblastik)
Total 40 100,0 100,0

76
Lampiran VI. Biodata Penulis

Nama / Name : Sucitra

Alamat / Address : Jl. Sahabat Raya

Nomor Telepon / Phone : (+62)85298765285

Email : suci.sucitra@gmail.com

Jenis Kelamin / Gender : Perempuan

Tanggal Kelahiran / Date of Birth : Palanro, 17 Januari 1996

Status Marital / Marital Status : Belum menikah

Warga Negara / Nationality : Indonesia

Agama / Religion : Islam

Nama Orang Tua


Ayah : Muh. Sunusi
Ibu : Rasnah Saad

77
78

Anda mungkin juga menyukai

  • Jhdwu
    Jhdwu
    Dokumen14 halaman
    Jhdwu
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • JGDH
    JGDH
    Dokumen12 halaman
    JGDH
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Hjgdasd
    Hjgdasd
    Dokumen11 halaman
    Hjgdasd
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • ABDD
    ABDD
    Dokumen10 halaman
    ABDD
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Abd 1
    Abd 1
    Dokumen9 halaman
    Abd 1
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Abb 2
    Abb 2
    Dokumen9 halaman
    Abb 2
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Menopause Dan Perimenopause
    Sindrom Menopause Dan Perimenopause
    Dokumen31 halaman
    Sindrom Menopause Dan Perimenopause
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Referat Trauma Akibat Ledakan
    Referat Trauma Akibat Ledakan
    Dokumen29 halaman
    Referat Trauma Akibat Ledakan
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Chalazion
    Chalazion
    Dokumen17 halaman
    Chalazion
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Cemas Menyeluruh
    Lapsus Cemas Menyeluruh
    Dokumen17 halaman
    Lapsus Cemas Menyeluruh
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Efek Obat-Obat Anastesi Ke Otak
    Efek Obat-Obat Anastesi Ke Otak
    Dokumen43 halaman
    Efek Obat-Obat Anastesi Ke Otak
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • World Fix
    World Fix
    Dokumen49 halaman
    World Fix
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat
  • Penanganan Trauma Pancreas
    Penanganan Trauma Pancreas
    Dokumen17 halaman
    Penanganan Trauma Pancreas
    Nurhidayah hasan
    Belum ada peringkat