SKRIPSI
DiusulkanOleh :
FitriFebriantiMustamin
C111 14 054
DiusulkanOleh:
SUCITRA
C111 14 007
Pembimbing:
dr. SALMAN ARDI SYAMSU Sp.B (K) Onk
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
1
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG
SUDIROHUSODO MAKASSAR
Sucitra
C111 14 007
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
2
3
4
LEMBAR PERNYATAAN ORINALITAS KARYA
Nama : Sucitra
No telepon : 085298765285
Yang Menyatakan,
Sucitra
5
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
limpahanrahmat dan karunia-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Karakteristik Penderita Kanker Payudara yang Mengalami
Metastase ke Tulang Berdasarkan Gejala Klinis dan Radiologi Periode 2015-2017
di RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo Makassar” ini sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar Sarjana Kedokteran.
Selesainya skripsi ini tidak semata-mata karena hasil kerja dari penulis
sendiri melainkan juga adanya bantuan dari berbagai pihak. Olehnya itu pada
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik dari segi materi
maupun yang non materi. Ucapan terima kasih serta penghargaan yang setinggi-
tingginya dari penulis diberikan kepada dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K) Onk
selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini atas waktu, tenaga, pikiran,
Tidak hanya itu, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak atas jasa-jasanya yang tidak mungkin dilupakan oleh penulis, yaitu:
1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A selaku Rektor Universitas
Hasanuddin
2. Bapak Prof. DR. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS selaku Dekan Fakultas
Universitas Hasanuddin.
6
3. dr. Nursyamsi yang telah menjadi Penasihat Akademik selama menjadi
6. keluarga besar penulis yang tak henti – hentinya memberikan doa dan
semangat.
Feni, Mardha, Astri, Nildha, Amni, Eka, Dini, Cindy, dan Anisah) yang
9. Teman satu pembimbing skripsi yaitu Nafisah Nur Annisa atas kerjasama
ini.
11. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah terlibat serta
langsung walaupun tidak dapat dituliskan satu per satu, semoga Tuhan
7
Secara khusus dan teristimewa ucapan terima kasih serta hormat yang
teramat tinggi penulis sampaikan kepada kedua orang tua yang tercinta, ayahanda
Muh. Sunusi dan ibunda Rasnah Saad. Saudara Kandung penulis (kakak: Irwan
Susanto dan Vivi Selviani, Adik: Anugrah Aditama) serta kakak ipar penulis
(Hasbi dan Khaerunnisa). Terima kasih atas semua doa, dukungan, semangat,
penulis.
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagaimana
mestinya. Aamiin.
SUCITRA
8
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
9
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 6 PEMBAHASAN
............................................................................................................................43
10
6.4 Hasil Radiologi Berdasarkan Jenis Lesi ......................................................44
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................................xv
Lampiran II Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Rekam Medik xvi
11
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
12
2.8. Kanker payudara Stadium 2A .........................................................................19
13
SKRIPSI
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
Desember 2017
Sucitra (C11114007)
dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K) Onk
ABSTRAK
Latar Belakang : Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker dengan
insidens yang tinggi. Kanker payudara sering berhubungn dengan kejadian
metastase. Metastase pada tulang merupakan komplikasi yang paling sering
ditemukan yaitu pada 70% penderita kanker payudara stadium lanjut. Terjadinya
metastase pada tulang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas jika
tidak segera ditagani.
14
SKRIPSI
Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin
November 2017
SUCITRA (C11114007)
dr. Salman Ardi Syamsu, Sp.B (K), Onk
ABSTRACT
Background: Breast cancer is one type of cancer with high incidence. Breast
cancer is often associated with bone metastases. Bone metastases is the most
common complication of 70% of patients with advanced breast cancer. The
occurrence of bone bone metastases may increase morbidity and mortality without
prompt treatment
Objective: To know the characteristic of patients with breast cancer had bone
metastases insidence in RSUP Dr.Wahidin Sudirohusodo period 2015-2017 based
on clinical symptoms and radiology.
Result: Totaly of patients with breast cancer had bone metastases is 40 patients.
Breast cancer patients who have the most bone metastases in the age range 40-49
years old. Based on clinical symptoms , the most frequent were pain of 30 (75%)
patient and pain with weakness in both limb as many as 10 (25) patients. The
location of the bone where cencer metastases is most prevalent in the vertebral
bone of 19 (47,5%) patients. Based on the radiology results of the most type of
lesion are osteolytic lesions of 27 (67,5%) patients.
15
BAB I
PENDAHULUAN
16
2.229 orang diantaranya (78%) merupakan tumor jinak, 368 orang (13%)
terdiagnosis kanker payudara dan sisanya merupakan infeksi dan kelainan bawaan
payudara (Djoerban, 2003).
Kanker payudara muncul sebagai akibat adanya sel-sel abnormal terbentuk
pada payudara dengan kecepatan yang tidak terkontrol. Sel tersebut merupakan
hasil mutasi gen dengan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya (Lippman,
1998). Penyebab utama kanker tersebut belum diketahui secara pasti, namun ada
berbagai faktor risiko yang berkaitan dengan kanker payudara. Faktor risiko
tersebut antara lain riwayat kanker payudara dalam keluarga, umur, usia menarche
dan menopause serta tidak menyusui(lippman, 1998).
Pada penderita kanker payudara perasaan sakit jarang terjadi dan baru
muncul pada tingkat pertumbuhan yang lanjut. Penderita kanker payudara merasa
tidak perlu pergi berobat karena tidak merasakan keluhan sakit sehingga tumor
dibiarkan tumbuh tanpa menyadari bahaya yang akan terjadi. Banyak penderita
kanker payudara yang datang untuk mendapatkan pengobatan ketika penyakitnya
sudah parah atau pada stadium lanjut karena penderita kanker payudara sering
tidak menyadari atau bahkan mengabaikannya karena dianggap tidak mengganggu
aktivitas sehari-hari (khasanah,2013).
Kanker payudara yang tidak dideteksi secara dini dan dibiarkan begitu
saja akan berlanjut menjadi kanker payudara stadium lanjut yang tidak jarang
akan mengalami metastase. Kanker payudara bermetastase dengan penyebaran
langsung ke jaringan sekitaranya, melalui saluran limfe dan aliran darah. Pada
kanker payudara, metastase yang paling sering terjadi adalah paru-paru, pleura,
dan tulang. (Page, 2004).
Kanker payudara sering berhubungan dengan kejadian metastase pada
tulang. Hampir 70% penderita kanker payudara stadium lanjut mengalami
metastase pada tulang. Kejadian metastase pada tulang dapat berupa proses
osteolitik yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Kurang lebih 6% wanita
yang didiagnosis kanker payudara saat pertama kali, telah mengalami metastase
tulang, namun lebih dari 85% wanita yang terdiagnosis kanker payudara
didapatkan telah mengalami metastase tulang saat wanita tersebut meninggal.
Perjalanan penyakit kanker payudara dengan metastase tulang tidak dapat diduga
17
secara pasti, prosesnya berjalan lama. Umumnya gejala yang muncul adalah nyeri
tulang dan lemah, bahkan fraktur patologis. Yang perlu diketahui adalah
pemeriksaan radiologi akan bermakna bila tumor menyebabkan adanya osteolitik,
sklerotik atau reaksi tulang. Penderita kanker payudara perjalanan klinisnya tidak
terduga, namun menurut penelitian angka rata-rata harapan hidup sekitar 24 bulan
(Breien et all, 1992).
Penatalaksanaan kanker payudara saat ini telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, akan tetapi angka kematian dan angka kejadian kanker payudara
masih tetap tinggi karena penderita ditemukan pada stadium lanjut.
Dengan diketahui adanya suatu proses metastase pada tulang maka hal
tersebut dapat mencerminkan prognosis pasien tersebut, para klinisi dapat secara
dini waspada dalam menangani kasus metastase demi menghindari kerusakan
pada tulang yang lebih parah, sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan
mortilitas (Mahindocht, 2005)
Alasan peneliti untuk melakukan penelitian di RSUP. Dr. Wahidin
Sudirohusodo karena rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit rujukan utama
sekaligus sebagai rumah sakit pendidikan yang merupakan rumah sakit tipe A,
dimana rumah sakit tersebut memiliki sarana dan prasarana yang memadai serta
angka kejadian kanker payudara di rumah sakit tersebut cukup tinggi.
Hal inilah yang mendasari penulis untuk melakukan penelitian tentang
karakteristik pasien penderita kanker payudara yang bermetastase ke tulang
berdasarkan gejala klinis dan radiologi di RSUP. Dr. Wahidin
SudirohusodoMakassar pada periode 2014-2016.
18
1.3. TUJUAN PENELITIAN
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kanker adalah suatu proses penyakit yang dimulai ketika DNA sel normal
bermutasi secara genetik dan sel menjadi abnormal. Sel kemudian membelah dan
berproliferasi secara abnormal tidak terkendali, dan terus membelah diri,
selanjutnya mengenai jaringan di sekitarnya (invasive) dan terus menyebar
memalaui jaringan ikat, darah, dan menyerang organ-organ penting serta saraf
tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel hanya akan membelah diri jika ada
penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya sel kanker akan
membelah terus meskipun tubuh tidak memerlukannya, sehingga akan terjadi
penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel tersebut
mendesak dan merusak jaringan normal, sehingga mengganggu organ yang
ditempatinya (Brunner&Sudart, 2001).
20
2.1.2 Definisi Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara.
Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya yang tumbuh
infiltratif, destruktif, serta dapat bermetastase (Suryana, 2008).
21
Pada Gambar 2.3 dapat diketahui bahwa kanker paru ditemukan pada
penduduk laki-laki, yaitu sebesar 34,2%, sedangkan kematian akibat kanker paru
pada penduduk laki-laki sebesar 30,0%. Pada penduduk perempuan, kanker
payudara masih menempati urutan pertama kasus baru dan kematian akibat
kanker, yaitu sebesar 43,3% dan 12,9% (GLOBOCAN, 2012).
Di Indonesia pada setiap tahunnya diperkirakan terdapat 100 penderita
kanker per 100.000 penduduk seiring peningkatan angka harapan hidup, sosial
ekonomi serta perubahan pola penyakit (Tjiandarbumi, 2000). Kasus baru kanker
payudara pada wanita di Amerika Serikat tahun 2005 adalah 211.240 dengan
kematian 40.410 di Indonesia terdapat 114.649 penderita (National Cancer
Institute, 2005).
Secara nasional prevalensi penyakit kanker pada penduduk Indonesia pada
tahun 2013 sebesar 1,4% atau diperkirakan sekitar 347.792 orang. Provinsi D.I.
Yogyakarta memiliki prevalensi tertinggi untuk penyakit kanker yaitu sebesar
4,1%. Berdasarkan estimasi jumlah penderita kanker Provinsi Jawa Tengah dan
Provinsi Jawa Timur merupakan provinsi dengan estimasi penderita kanker
terbanyak yaitu sekitar 68.638 dan 61.230 orang. ( RISKESDAS, 2013 ).
Kanker serviks dan payudara merupakan kanker dengan prevalensi yang
tertinggi di Indonesia pada tahun 2013, yaitu kanker serviks sebesar 0.8% dan
kanker payudara sebesar 0.5% ( RISKESDAS, 2013 ).
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang, insiden kanker
payudara juga akan meningkat. Satu dari delapan keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia dibawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan
payudara invasif ditemukan pada wanita berusia diatas 55 tahun. Usia menarche
pun berkolerasi dengan penurunan risiko sebanyak 5-10%. Usia menarche dini
terkait dengan paparan hormon endogen yang lebih lama. Selain pada individu
22
tersebut, kadar estrogen relative lebih tinggi sepanjang usia produktif
(Sjamsuhidajat, 2012 ).
Wanita dengan usia muda terkena kanker payudara, maka ada
kecenderungan perkembangan kanker tersebut lebih agresif dibandingkan dengan
wanita yang usia lebih tua. Hal inilah yang mngkin dapat menjelaskan angka
harapan hidup wanita usia muda yang terkena kanker payudara lebih rendah.
Tabel 2.1 Angka Harapan Hidup Berdasarkan Usia (American Cancer Society,
2012)
23
penggunaan kontrasepsi hormonal eksogen juga turut membantu peningkatan
risiko kanker payudara, penggunaan alat kontrasepsi oral meningkatkan risiko
sebesar 1,24 kali, penggunaan terapi suli hormon paska menopause meningkatkan
risiko sebesar satu koma tiga kali bila digunakan lebih dari 10 tahun. Sebaliknya
menyusui bayi dapat menurunkan risiko kanker payudara terutama jika masa
menyusui dilakukan selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini diperkirakan
karena masa menyusui mengurangi masa menstruasi seseorang ( Sjamsuhidajat,
2012 ).
Didalam suatu siklus menstruasi seorang wanita terdapat peran-peran
penting dari hormon estrogen dan progesteron. Karena kedua hormon ini yang
memberikan karakteristik bagi seorang wanita. Siklus menstruasi menjadi faktor
risiko yang berpengaruh didalam perjalanan suatu penyakit kanker payudara,
karena di dalam proses menstruasi banyak melibatkan peran dari hormon tersebut.
Pada pemeriksaan laboratorium pada kanker payudara ditemukan adanya reseptor
hormon estrogen. Rangkaian peristiwa tersebut diatur oleh interaksi yang
kompleks antara berbagai hormon steroid dan faktor pertumbuhan, baik dari sel
yang berdekatan dengannya maupun dari komponen dalam lingkungan sel
tersebut. ( Guyton and Hall, 1996; Kumar, et al. 2000 ).
f. Gaya Hidup
Obesitas pada masa pasca menopause meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara, sebaliknya obesitas pra menopause justru menurunkan
risikonya. Hal ini disebabkan oleh efek tiap obesitas yang berbeda terhadap kadar
hormon estrogen. Walaupun menurunkan kadar hormon seks terikat globulin dan
menurukan paparan terhadap estrogen, obesitas pra menopause meningkatkan
kejadian anovulasi sehingga menurunkan paparan payudara terhadap progesteron.
Aktifitas fisik pun mengambil peran penting dalam gaya hidup seseorang.
Olahraga selama 4 jam setiap munggu menurunkan risiko sebesar 30%. Olahraga
rutin pada paska menopause juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risiko terkena kanker payudara, American Cancer Society
merekomendasikan olahraga selama 45-60 menit setiap harinya.
Merokok terbukti meningkatkan risiko kanker payudara. Selain merokok,
alcohol pun menjadi pemicu dari risiko kanker payudara. Lebih dari 50 penelitian
membuktikan bahwa konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko
kanker payudara. Alkohol meningkatkan kadar estrogen endogen sehingga
mempengaruhi responsivitas tumor terhadap hormon. ( Sjamsuhidajat, 2012)
24
2.1.5 Anatomi Payudara
Payudara atau mammae terletak pada regio thorax yang berada di samping
sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara melekat
pada musculus pectoralis major dan digantung oleh ligamentum suspensorium dan
diliputi oleh lapisan lemak yang bervariasi (Dashner, 2012).
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan
mempunyai ujung yang meluas ke axilla (axillari space). Pada payudara terdapat
bagian ujung berupa areola yaitu lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar
dan mengalami pigmentasi merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih
gelap pada wanita yang berkulit coklat. Pada pusat areola mammae costa keempat,
terdapat papilla mammae berlubang-lubang berupaaa ostium papillare yang
merupakan muara ductus lactiferus. Ductus lactiferus ini dilapisi oleh epitel
(Dashner, 2012).
25
Payudara terususun atas jaringan kelenjar dan lemak dan ditutupi oleh
kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi 15-20 lobus yang dibatasi jaringan
fibrosa. Setiap lobus berisi kumpulan lobulus yang juga berisi banyak alveolus
yang dilapisi oleh sel-sel mioepitel yang akan berkontraksi bila diransang oleh
oksitosin sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactiferus (Dashner,
2012).
Air susu yang dihasilkan di alveolus akan diteruskan melalui tubulus
laktiferus yang bermuara pada duktus lactiferus dan terkumpul di ampulla yang
merupakan tempat menyimpan air susu (Dashner, 2012).
Struktur pada payudaradibedakan menjadi struktur internal dan eksternal.
Struktur internal payudara terdiri dari kulit, jaringan di bawah kulit dan korpus.
Korpus terdiri dari parenkim atau kelenjar dan stroma atau jaringan penunjang.
Parenkim merupakan struktur yang terdiri dari :
a. Saluran kelenjar :duktulus, duktus dan sinus laktiferus. Sinus laktiferus
yaitu duktus yang melebar, tempat air susu ibu (ASI) berkumpul
(reservoir), selanjutnya saluran mengecil dan bermuara pada puting.
b. Alveoli terdiri dari kelenjar yang memproduksi ASI
c. Tiap duktus bercabang menjadi duktulus, tiap duktulus bercabang menjadi
alveolus yang merupakan satu kesatuan kelenjar. Duktus membentuk
lobulus. Sinus, duktus, dan alveolus dilapisi epitel otot (mioepitel) yang
dapat berkontrasi. Alveolus juga dikelilingi pembuluh darah yang
membawa zat gizi kepada sel kelenjar untuk disintesa menjadi ASI.
Stroma terdiri dari jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf,
dan pembuluh limfe (Guiliano, 2001)
d. Struktur eksternal payudara terdiri dari puting dan areola yaitu bagian
lebih hitam di sekitar puting. Pada areola terdapat beberapa kelenjar
montogometri yang mengeluarkan cairan untuk membentuk puting lunak
dan lentur.
2.1.6 Patogenesis Kanker Payudara
Patogenesis terjadinya kanker payudara juga disebut karsinogenesis, hal
ini terus mengalami perubahan seiring dengan ditemukannya peralatan untuk
menguak pengetahuam tentang sel. Pada tahun 1950, diketahui bahwa hormon
steroid memegang peranan penting dalam terjadinya kanker payudara. Pada tahun
1980 mulai terbuka pengetahuan tentang adanya beberapa onkogen dan gen
supresor, keduanya memegang peranan penting untuk progresi tumor, adhesi
antara sel dan faktor pertumbuhan. Pada abad 20, mulailah diketahui tentang
siklus sel serta perbaikan DNA dan kematian sel (apoptosis) serta regulasinya.
Kemudian pada abad 21 mulai berkembang pengetahuan yang menganalisa secara
mendalam kegagala terapi kanker juga tentang mekanisme resistensi terhadap
kemoterapi, antiestrogen, radiasi dan pengetahuan tentang proses invasi
angiogenesis dan metastase.
.
26
Pada tahun 1971, Folkam mengetengahkan bahwa pertumbuhan tumor
tergantung pada angiogenesis dimana tumor akan mengaktifkan endothelial sel
dalam kondisi dorman untuk berproliferasi dengan mengeluarkan isyarat kimia.
Hypotesis Folkam ini memperlihatkan bahwa tumor sangat memerlukan
angiogenesis untuk dapat tumbuh di atas ukuran 1-2 milimeter . Angiogenesis ini
diatur secara ketat, melalui proses tahapan yang rumit dan hanya pada keadaan
tertentu seperti proses penyembuhan luka serta proliferasi sel kanker.
Penghambatan angiogenesis menjadi target terapi yang mempunyai harapan
dimasa depan. Pembelahan sel tumor yang dipacu oleh angiogenic stimulatory
peptides akan menyebabkan tumor menjadi cepat tumbuh serta akan mudah invasi
ke jaringan sekitar dan metastase. Sebaliknya, pembelahan sel tumor yang
diberikan inhibitors angiogenesis akan menghambat pertumbuhan tumor, invasi,
dan mencegah metastase.
a. Hiperplasia Duktal
Terjadi proliferasi sel epitel poliklonal yang tersebar tidak rata dengan inti
saling tumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur, sering merupakan tanda
awal keganasan.
b. Hiperplasia Atipik
Perubahan lebih lanjut, sitoplasma menjadi lebih jelas dan tidak tumpang
tindih dengan lumen duktus yang teratur. Secara klinis risiko kanker payudara
meningkat.
c. Karsinoma in situ
Baik duktal dan lobular terjadi proliferasi sel dengan gambaran sitologis
sesuai keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau menembus
membrane basal. Karsinoma insitu lobular biasanya menyebar ke seluruh jaringan
payudara, bahkan hingga bilateral dan tidak teraba pada pemeriksaan serta tidak
terlihat pada pencitraan. Karsinoma insitu ductal sifatnya segmental dapat
mengalami kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi.
d. Karsinoma invasif
Terjadi saat sel tumor telah menembus membrane basal dan menginvasi
stroma. Sel kanker dapat menyebar baik secara hematogen maupun limfogen dan
dapat menimbulkan metastasis. ( Sjamsuhidajat, 2012 ).
27
1) Carcinoma noninvasif
Carcinoma noninvasive merupakan sel yang membahayakan mengikat
kelenjar lain pada lobus, dengan tidak ada bukti penetrasi pada sel tumor
menyambung dengan dasar membran di sekitar 2 tipe pada struktur yang
dikelilingi jaringan fibrous. Umumya kanker payudara adalah
adenocarcinoma yang berasal dari sel epitel pada pembuluh darah atau
kelenjar. Ada dua bentuk pada carcinoma noninvasive yaitu ductal
carcinoma in situ dan lobular carcinoma in situ.
2) Carcinoma invasif
Carcinoma invasif merusaknya melewati dasar membran disekeliling
struktur payudara, di mana sel tersebut muncul dan menyebar di sekeliling
jaringan. Ukuran carcinoma bermacam-macam , kurang dari 10mm dan ke
dalam lebih dari 80mm , namun sering dijumpai yakni kedalaman 20-
30mm. Secara klinis akan terlihat kuat dan jelas serta kulit nampak
bersisik dengan puting susu tertarik ke dalam (Underwood, 2001)
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast Tumor, kanker
payudara diklasifikasikan dalam tabel berikut :
1. Non- Invasif
a. Intraduktal
b. Lobular karsinoma in situ
2. Invasif
a. a. Karsinoma invasif ductal
b. Karsinoma invasif duktal dengan komponen
intraduktal yang predominant
c. Karsinoma invasif lobular
d. Karsinoma Mucinous
e. Karsinoma Medullary
f. Karsinoma papillary
g. Karsinoma tubular
h. Karsinoma adenoid cystic
i. Karsinoma sekretori
j. Karsinoma apocrine
k. Karsinoma dengan metaplasia
1. Tipe squamous
2. Tipe spindle-cell
3. Tipe cartilaginous dan osseous
4. Mixed type
l. Lain-Lain
3. Paget’s disease of the nipple
28
2.1.7 Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Keluhan pasien kanker payudara berbeda-beda sesuai dengan stadiumnya.
Umumnya pasien karsinoma in situ, T1 dan T2 datang dengan keluhan adanya
benjolan pada payudara tanpa disertai nyeri atau hasil pemeriksaan skirning
mamografi yang abnormal. Pada stadium lanjut, perubahan-perubahan pada
payudara akan ditemui, seperti : perubahan pada permukaan kulit payudara,
keluarnya discharge dari puting, serta perubahan pada ukuran dan bentuk
payudara. Selain itu, dapat pula ditemui pembesaran kelenjar limfa dan tanda-
tanda metastase pada jaringan lain (Hoskins dkk, 2005). Menurut Depkes (2009)
gejala yang paling sering didapat pada kanker payudara adalah adanya benjolan
di payudara yang dapat menimbulkan keluhan seperti :
29
perbandingan statistik dunia (Otto, 2003). Penentuan stadium kanker didasarkan
pada empat karakteristik :
1). Ukuran kanker
2). Sifat kanker invasif atau non invasif
3). Apakah kanker mencapai kelenjar getah bening
4). Apakah kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain
Stadium pada kanker biasanya dinyatakan dengan angka pada skala dari 0
sampai IV. Dengan stadium menggambarkan kanker non invasif yang tetap pada
lokasi asalnya dan stadium IV menggambarkan kanker yang invasif telah
menyebar keluar dari bagian payudara ke bagian tubuh yang lain. Stadium kanker
berbeda dengan grade kanker walaupun keduanya menggunakan angka sebagai
skalanya. Stadium kanker berskala 0 sampai IV sedangkan grade kanker berskala
1 sampai 3. Suatu grade kanker payudara ditentukan berdasarkan pada bagaimana
bentuk sel kanker dan perilaku sel kanker dibandingkan dengan sel normal
(Jochelson, 2011).
30
Ukuran Tumor (T) :
Tabel2.3 :KlasifikasiUkuran Tumor BerdasarkanSistem TNM
Ukuran Tumor (T) Interpretasi
T0 Tidakadabuktiadanyasuatu tumor
Tis Lobular carninoma in situ (LCIS),
ductuscarninoma in situ (DCIS), atau
Paget’s disease
T1 Diameter tumor ≤ 2cm
T1a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T1b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T2 Diameter tumor 2-5 cm
T2a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T2b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T3 Diameter tumor ≤ 5 cm
T3a Tidakadaperlekatankefasiaatauototpek
T3b toralis
Denganperlekatankefasiaatauototpekt
oralis
T4 Bebepa pun diameternya, tumor
T4a telahmelekatpadadinding dada
T4b danmengenaipectoral lymph node
Denganfiksasikedindingtoraks
Dengan edema, infiltrasi, atauulserasi
di kulit
31
N3 Kankertelahmenyebarkemammary
lymph node atausupraclavicular
lymph node ipsilateral
Metastase (M) :
Tabel 2.5 Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM
Metastase Interpretasi
M0 Tidakadametastaseke organ yang
jauh
M1 Metastaseke organ jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut
kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:
32
Kanker Payudara Stadium 1
Stadium 1A
Stadium 1B
Pada kanker payudara stadium 1B, sel kanker payudara dalam bentuk yang
kecil ditemukan pada kelenjar getah bening dekat payudara. Tidak ada tumor
dalam payudara, atau tumor memiliki ukuran lebih kecil dari 2cm.
Stadim IIA
33
Gambar 2..8 Stadium II A Kanker Payudara
Kanker berukuran lebih kecil dari 2cm, mulai ditemukan titik-titik pada
getah bening di area sekitar ketiak atau kanker telah berukuran 2-5 cm, pada
pembuluh getah bening belum terjadi penyebaran titik-titik sel kanker. Titik-titik
di pembuluh getah bening ketiak mulai ditemukan namun tidak ada tanda tumor
pada bagian payudara.
Stadium II B
34
Gambar 2.9 Stadium II B Kanker Payudara
Kanker berukuran 2-5 cm. Titik-titik pembuluh getah bening pada ketiak
telah tersebar sel-sel kanker payudara. Tumor telah berukuran 5 cm namun belum
terjadi penyebaran
Stadium III A
35
Kanker telah berukuran < 5cm dan telah terjadi penyebaran sel-sel kanker
pada titik-titik pembuluh getah bening di ketiak.
Tumor lebih besar dari 5cm dan bentuk kecil sel kanker payudara berada
di kelenjar getah bening.
36
Stadium III B
Stadium III C
37
Kanker Payudara Stadium IV
Tidak diketahui secara pasti ukuran sel kanker pada fase ini. Karena sel
kanker telah menyebar ke jaringan lainnya yang sulit untuk diketahui. Sel kanker
mulai menyebar ke berbagai lokasi, seperti tulang, paru-paru, hati dan juga tulang
rusuk.
a. Anamnesis
Keluhan dan gejala yang telah dituliskan dalam manifestasi klinis serta
pengaruh siklus menstruasi terhadap gejala yang timbul. Faktor-faktor risiko yang
dimiliki. Kemungkinan metastasis ke organ otak, paru, hati, dan tulang dengan
menanyakan gejala seperti adanya sesak napas, nyeri tulang dan sebagainya
( Desen Wang, 2008 ).
b. Pemeriksaan Fisis
Sebaiknya pemeriksaan dilakukan antara 7-10 hari setelah hari pertama
haid. Pemeriksaan fisis payudara adalah sebagai berikut:
1. Posisi Duduk
Inspeksi pada saat kedua tangan pasien jatuh ke bawah, apakah payudara
simetris, adanya kelainan letak atau bentuk papilla, retraksi puting, retraksi kulit,
ulserasi, tanda radang. Kemudian pasien diminta angkat kedua tangan lurus ke
atas, lihat apakah ada bayangan tumor yang ikut bergerak atau tertinggal. ( Desen
Wang, 2008 ).
38
2. Posisi Berbaring
Punggung di belakang payudara diganjal dengan bantal sesuai dengan sisi
yang akan diperiksa. Palpasi payudara dimulai dari area luar memutar hingga
kedalam dan mencapai puting. Nilai apakah ada cairan yang keluar, jika teraba
tumor, tetapkan lokasi dan kuadran, ukuran, konsistensi, batas dan mobilitas.
Palpasi pula kelenjar getah bening regional sesuai kelompok kelenjar, yaitu area
aksilla, mamaria dan klavikula ( Desen Wang, 2008 ).
c. Pemeriksaan Penunjang
Untuk deteksi kanker payudara, digunakan mammografi dan
ultrasonografi, sementara untuk melihat adanya metastasis digunakan Roentgen
thoraks, USG abdomen ( hepar ) dan bone scanning. ( Desen Wang, 2008 ).
1. Mammografi
Kelebihan mammografi adalah dapat menampilkan nodul yang sulit di
palpasi atau terpalpitasi atipikal menjadi gambar, dapat menemukan lesi
payudara yang tanpa nodul namun terdapat bercak mikrokalsifikasi, kadang-
kadang terdapat distorsi jaringan payudara sekitar massar tumor ( Neal
Anthony J, 2003 ). Dapat digunakan untuk analisis diagnostic dan rujukan
tindak lanjut. Ketepatan diagnosis sekitar 80% ( Desen Wang, 2008 ).
39
4. Imunohistokimia
Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat jenis kanker dan sensitvitasnya
terhadap terapi hormonal. Reseptor estrogen, reseptor progesteron, dan c-erbB2 (
HER-2 neu ) merupakan komponen yang diperiksa. Pasien dengan reseptor
estrogen positif atau reseptor progesteron positif diperkirakan akan berespons
terhadap terapi hormonal. Pasien dengan HER-2 neu positif akan berespons
terhadap terapi target denga trastuzumab. Pasien dengan reseptor estrogen,
progesteron dan HER-2 neu yang negative cenderung berprognosis buruk. ( Chris
Tanto dkk, 2014
5. Biopsi
Diagnosis pasti keganasan ditegakkan dengan pemeriksaan histopatologis
melalui biopsi. Biopsi terbagi menjadi 3 yaitu biopsi aspirasi jarum halus (
BAJAH ), Core biopsy dan biopsi terbuka. ( Chris Tanto dkk, 2014 ).
2.1.10 Penatalaksanaan
a. Pembedahan
Mastektomi radikal klasik merupakan pengangkatan seluruh kelenjar
payudara dengan sebagian besar kulitnya, otot pektoralis mayor dan minor,
kelenjar limfe kadar I, II, dan III. Mastektomi jenis ini hanya digunakan hingga
tahun 1950-an (Chris Tanto dkk, 2014).
40
b. Radioterapi
Radioterapidilakukan sebagai terapi adjuvant pada pasien yant telah
menjalani BCS atau mastektomi radika klasik atau dimodifikasi dengan ukuran
tumor awal lebih atau sama T3 dan batas atau dasar sayatn tidak bebas dengan
tumor serta jika terdapat metastasis (Chris Tanto dkk, 2014).
c. Terapi Sistemik
a. Pencegahan Primer
1. Promosi dan edukasi mengenai pola hidup sehat
2. Menghindari faktor risiko seperti riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan
tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat
hormonal selama lebih dari 5 tahun. ( Rasjidi, 2010 )
b. Pencegahan Sekunder
1. SADARI ( periksa payudara sendiri )
2. Pemeriksaan klinis payudara ( Clinical Breast Examination ) untuk
menemukan benjolan ukuran kurang dari 1 cm
3. USG untuk mengerahui batas-batas tumor dan jenis tumor
4. Mammografi untuk menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala
tumor dan keganasan ( Rasjidi, 2010 ).
c. Pencegahan Tersier
1. Pelayanan di rumah sakit ( diagnosis dan terapi )
2. Perawatan paliatif ( Rasjidi, 2010 ).
d. Skrining
Mammografi dapat digunakan sebagai skrining kanker payudara, terutama
pada perempuan yang berada dalam masa pasca menopause atau 50 tahun ke atas
terbukti menurunkan 33% angka mortalitas kanker payudara. Jika terjadi densitas
payudara pada mammografi, risiko kanker payudara meningkat (Sjamsuhidajat,
2012).
41
2.1.12 Prognosis
Kelangsungan hidup pasien kanker payudara dipengaruhi oleh banyak hal
seperti karakteristik tumor, status kesehatan, faktor genetik, level stres, imunitas,
keinginan untuk hidup, dan lain-lain. Stadium klinis dari kanker payudara
merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Harapan
hidup pasien kanker payudara dalam lima tahun digambarkan dengan five-year
survive rate (Imagnis, 2009).
2.2 Tinjauan Umum Tentang Metastase Kanker Payudara ke Tulang
2.2.1 Definisi Metastase ke Tulang
42
kondisi normal sel osteoclast berfungsi mengabsorbsi tulang, diatur melalui
receptor nuclear factor B ligand (RANKL) dan osteoprotegerin (OPG). RANKL
dan OPG diproduksi oleh sel osteblastik. RANKL bekerja langsung pada sel
osteoclast yang masih dalam bentuk prekursor ataupun pada yang sudah matur
melalui receptor RANKL, sehigga sel tersebut mengalami diferensiasi dan
aktifasi. RANKL dan OPG juga dipengaruhi parathormon, vitamin D3 1,25
(OH)2, mediator inflamasi dan faktor produk kanker seperti PTHrP. Ekspresi
RANKL meningkat di sekitar sel kanker. Sel kanker dapat merangsang ekspresi
RANKL melalui beberapa cara, yaitu ; tumor itu sendiri mengekspresi RANKL,
melalui produk tumor PTHrP, mediator inflamasi, dan Macrophage Inflamtory
Protein 1 (MIP1alfa) (Saut S, 2009).
Proses kanker primer dapat menyebar ke tulang melalui berbagai cara,
tumor primer harus memiliki hubungan dengan sistem pembuluh darah, dan tumor
harus memiliki kemampuan untuk menginvasi pembuluh darah tersebut, hal ini
tergantung pada kemampuan tumor, motilitas, dan kemotaksis. Ketika tumor
dapat menginvasi pembuluh darah, maka tumor dapat berjalan secara bebas ke
seluruh tubuh. Kemudian sel tumor tersebut juga harus mempunyai kemampuan
untuk keluar dari pembuluh darah (ekstravasasi) dan dapat bertahan hidup di
tempat yang baru dengan cara mencari suplai darah untuk pertumbuhan
selanjutnya (Sujatha Muthuswamy, 2009).
Organ yang paling sering menjadi tempat bersarangnya suatu metastasis
yaitu, organ yang paling banyak mendapatkan suplai darah, seperti paru-paru dan
hepar, sedangkan sumsum tulang juga menjadi tempat predileksi terjadinya
metastase oleh karena aliran darah pada daerah tersebut melambat, sehingga
memudahkan migrasi sel tumor (Kojiro, 2008).
Sistem vena pada pleksus paravertebral Batson, merupakan jalan utama
penyebaran sel-sel tumor ke tulang. Oleh karena tulang tidak memiliki saluran
limfe. Selain itu dinding arteri tidak memungkinkan di penetrasi tumor, kecuali
terjadi infeksi lebih dulu (Fielda Djuwita, 2007).
Faktor prognostik pada pasien dengan metastasis kanker payudara sangat
sedikit diteliti dibandingkan dengan prognosa dari penyakit primernya sendiri.
Salah satu faktor yang dapat mengindikasikan bahwa kanker payudara memiliki
sifat agresif yaitu munculnya proses metastase ke tulang. Kurang lebih 6% dari
wanita yang terdiagnosa kanker payudara saat pertama kali, telah mengalami
metastase ke tulang, namun lebih darih 85% wanita mengidap kanker payudara
didapatkan telah mengalami metastase saat wanita tersebut meninggal. Gambaran
metastase kanker payudara pada tulang dalam bentuk osteolitik, yang merupakan
bentuk tersering, proses patologis yang terjadi adalah sel kanker merangsang
osteoclast untuk bekerja lebih keras, sehingga terjadi peningkatan absorbsi tulang.
Bentuk patologis yang lain yaitu osteosklerotik, bentuk patologis yang jarang,
gambaran patologis yang terjadi adalah sel kanker merangsang osteoblast untuk
bekerja lebih keras sehingga terjadi pertmbuhan tulang yang abnormal. Keduanya
43
menyebabkan tulang menjadi rapuh dan mudah mengalami patah tulang. pada
beberapa pasien mengalami keduanya secara bersamaan (Saut S, 2009).
Pada saat kanker payudara telah menyebar ke tulang, gejala klinis yang
muncul dapat bermacam-macam dan bisa saja tanpa gejala pada awalnya hingga
yang menunjukkan gejala yang sangat serius. Gambaran klinis yang muncul dapat
berupa nyeri pada tulang, fraktur patologik, kompresi pada medulla spinalis, dan
hipercalcemia. Keluhan nyeri tulang dapat menunjukkan adanya fraktur patologis,
namun pada beberapa kasus tanpa disertai nyeri. Tempat yang paling sering yaitu
vertebra, pelvis, pangkal tulang femur, tulang rusuk, tulang kepala dan tulang-
tulang panjang pada kaki. Fraktur yang terjadi pada tulang vertebra dapat
menyebabkan fragmen fraktur melukai atau menekan spinal cord sehingga
memberikan gambaran defisit neurologis, mulai dari kelemahan otot hingga
inkontinensia (Sutan S, 2009).
44
BAB III
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL
Lingkungan mikro
tulang
osteoblast osteoclast
Ileus, dehidrasi,
Tulang mudah rapuh dan patah tulang mual, muntah,
kejang
Fraktur patologis
nyeri
Fragmen fraktur
Defisit neurologis
45
3.2. Kerangka Konsep
Gejala klinis
1. lokasi metastase
2. jenis lesi
: Variabel independen
: Variabel Dependen
b. Gejala klinis
1. Definisi : perubahan fungsi yang dapat dinilai secara objektif dan
tercatat dalam rekam medik di Bagian Rekam Medik RSUP. DR.
dr. Wahidin Sudirohusodo
2. Hasil Ukur : sesuai yang tercatat dalam rekam medik
46
2. Hasil ukur : tulang humerus, tulang femur, dan tulang vertebra
d. Jenis Lesi
1. Definisi : jenis lesi tumor yang dapat dinilai dari hasil radiologi
dan tercatat dalam rekam medik
2. Hasil ukur : osteolitik, osteosklerotik, atau campuran
b. Cara Ukur
Dengan memperhatikan dan mencatat data-data sesuai variabel yang
dibutuhkan dengan data yang tertulis pada data rekam medik.
47
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil adalah penderita kanker payudara yang mengalami
metastase ke tulang di RSUP. Dr. dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada
periode 2015-2017.
48
2. Terdapat data yang tidak lengkap dari variable yang dibutuhkan.
49
metastase, dan jenis lesi). Data-data tersebut akan dijelaskan dengan nilai
jumlah dan persentase masing-masing variabel dengan menggunakan tabel
dan diinterpretasikan berdasarkan hasil yang diperoleh.
4.6.3.Penyajian Data
50
BAB 5
HASIL PENELITIAN
2017. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari rekam medik
penderita kanker payudara yang mengalami metastase ke tulang yang dirawat inap
dan rawat jalan pada periode waktu tersebut. Pada penelitian ini, sampel yang
dan diolah dengan menggunakan program IBM SPSS Statistics 19 yang hasilnya
51
Total 40 100
periode tahun 2015-2017 paling banyak terjadi pada rentang umur 40-49 tahun
metastase ke tulang paling sedikit terjadi pada rentang umur 20-29 tahun yaitu
52
terbanyak yaitu 30 penderita (75,0%) dan gejala klinis berupa nyeri disertai
Metastase
2 Os pelvis 2 5,0
3 Os costae 3 7,5
4 Os femur 1 2,5
5 Os tibia 1 2,5
53
Total 40 100,0
beda. Namun, lokasi tulang tempat kanker payudara bermetastase paling banyak
yaitu pada tulang vertebra terdiri dari 19 penderita (47,5%). Selain itu, dari tabel
satu tulang saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita megalami metastase
1 Osteolitik 27 67,5
2 Osteoblastik 4 10,0
Total 40 100,0
mengalami metastase ke tulang, jenis lesi terbanyak yang dinilai dari hasil foto
radiologi yaitu berupa lesi osteolitik yang terdiri dari 27 penderita (67,5%). Jenis
54
lesi osteoblastik sebanyak 4 penderita (10,0%) merupakan jenis lesi yang paling
sedikit ditemukan.
55
BAB 6
PEMBAHASAN
tulang berdasarkan gejala klinis dan radiologi periode tahun 2015-2017 di RSUP
deskriptif yang melihat berdasarkan rekam medik pasien. Penelitian ini bertujuan
tulang berdasarkan gejala klinis dan hasil radiologi yang ditinjau berdasarkan
lokasi tulang tempat kanker bermetastase dan jenis lesinya. Sehingga diketahui
yang mengalami metastase ke tulang yang dirawat inap dan rawat jalan di RSUP
berikut :
6.1 Umur
terjadi pada rentang umur 40-49 tahun yaitu sebanyak 16 (40%) penderita dan
paling sedikit terjadi rentang umur 20-29 tahun sebanyak 1 (2,5%) penderita.
Hasil penelitian ini didukung oleh data National Breast and Ovarian cancer yang
56
menyatakan bahwa perempuan umur kurang dari 40 tahun berisikountuk terkena
kanker payudara yaitu 1 per 200 penduduk dan risiko ini akan meningkat tajam
seiring dengan bertambahnya usia (≥40 tahun) yaitu 1 per 10 penduduk. Menurut
dalam waktu lama terutama hormon estrogen dan juga ada pengaruh faktor risiko
memiliki gejala klinis berupa nyaeri. Nyeri tersebut dirasakan pada tempat yang
berbeda-beda tapi yang paling banyak yaitu nyeri pada tulang belakang. Hal ini
didukung oleh Wallace yang menyatakan bahwa nyeri pada tulang merupakan
komplikasi yang umum pada metastase tulang dan berbeda dengan nyeri inflamasi
ataupun nyeri neuropatik. Bersadarkan penelitian yang dilakukan oleh Saut S pada
tahun 2009 menyatakan bahwa pada keluhan nyeri tulang dapat menunjukkan
adanya fraktur patologis. Dimana jika terjadi fraktur pada vertebra dapa
pada otot. Pada penelitian ini, terdapat 10 penderita yang memiliki gejala klinis
berupa nyeri dan disertai dengan kelemahan pada tungkai akibat terjadinya defisit
menyebabkan imobilisasi.
57
6.3 Hasil Radiologi Berdasarkan Lokasi Tulang Tempat Kanker Bermetastase
pada satu lokasi saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita yang mengalami
metastase lebih dari satu tulang. Hasil penelitian menunjukkan metastase kanker
payudara pada tulang vertebra adalah yang paling banyak sebanyak 19 (47,5%)
penderita (7,5%), pelvis 2 (5%) penderita. Selain itu, pada penelitian ini
metastase sel kanker payudara tidak hanya didapatkan pada satu lokasi tulang
saja. Akan tetapi, terdapat beberapa penderita yang mengalami metastase pada
lebih dari satu tulang seperti metastase pada tulang vertebra dan tulang pelvis
sebanyak 1(2,5%) penderita, pada tulang vertebra dan tulang costa sebanyak 1
(2,5%) penderita, pada tulang pelvis dan femur sebanyak 3 (7,5%) penderita, pada
tulang vertebra dan femur sebanyak 3 (7,5) penderita, pada tulang vertebra,costa,
dan pelvis sebanyak 2 (5%) penderita, pada vertebra, pelvis dan femur sebanyak 1
(2,5%) penderita, pada tulang femur dan tibia sebanyak 1 (2,5%) penderita, pada
tulang femur, tibia dan fibula sebanyak 1 (2,5%) penderita, dan yang terakhir
sekaligus yaitu pada tulang tengkorak, humerus, vertebra, pelvis, femur dan tibia.
penderita kanker payudara stadium lanjut akan mengalami metastase tulang yang
paling sering terjadi pada tulang yang mempunyai banyak sumsum tulang merah,
seperti pada tulang vertebra terutama segmen thorakal dan pada tulang pelvis. Hal
ini sangat menunjang sel kanker dalam bertahan hidup karena sumsum tulang
58
berperan dalam proses hematopoesis (pembentukan sel-sel darah yang baru).
Selain itu, pada sumsum tulang memiliki aliran darah yang relatif lambat sehingga
penelitian ini dimana tulang vertebra merupakan lokasi tulang tersering tempat sel
payudara yang mengalami metastase ke tulang menunjukkan jenis lesi yang paling
banyak yaitu osteolitik pada 27 (67,5%) penderita, kemudian jenis lesi campuran
(osteolitik dan osteoblastik) pada 9 (22,5%) penderita, dan yang terakhir jenis lesi
osteoblastik pada 4 (10%) penderita. Dimana hasil tersebut sesuai dengan sebuah
penelitian yang dilakukan oleh Roaadman pada tahun 2004 yang menyatakan
dalam bentuk osteolitik merupakan suatu proses patologis dimana sel kanker
absorbsi tulang. Menurut penelitian Roodman pada tahun 2004, sel kanker
tulang yang akan merangsang sel tumor dan kerusakan tulang. Interaksi timbal
balik antara sel kanker payudara dan lingkungan mikro tulang akan meningkatkan
kerusakan pada tulang dan pertumbuhan sel kanker. Bentuk patologis yang lain
59
yaitu lesi osteoblastik, dimana sel kanker merangsang osteoblas untuk bekerja
penelitian yang dilakukan oleh Saut S pada tahun 2009 menyatakan bahwa pada
60
BAB 7
7.1 Kesimpulan
penderita.
penderita.
penderita, metastase pada dua tulang (vertebra dan os femur) dan (os
61
tulang (vertebra, costa dan pelvis) sebanyak 2 (5%) penderita. Paling
(10%) penderita.
7.2 Saran
dan mortalitas.
62
3. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan kepada peneliti lain dapat
waktu yang lebih panjang agar data sekunder yang didapatkan lebih
tulang.
63
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2011. Kanker Payudara Fakta & Angka 2009 -2010.
Atlanta: American Cancer Society, Inc
Cipolle, R.S, Stand. L.M and Morley, P.C., 1998. Pharmaceutical Care Practise,
Mc Graw-Hill. New York, 73-111
Fielda Djuwita, et al. 2007. Radiasi pada Metastasis Tulang. Staf Medik
Fungsional Instalasi Radioterapi RS Kanker Dharmais
Hoskins, William J., Robert C Young, et al. 2005. Breast Cancer in : Principles
and Practice of Gynecologic Oncology. Fourth Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams&Wilkins
Katzung, B.G., 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik, 180-179, Salemba Medika,
Jakarta.
64
Koda kimble, M.A., Young, L.Y., 2001. Applied Therapeutic The Clinical use of
drugs. 7th Edition, Lippincount Williams & Wilkins. Baltimon, Ch 8.
Lichtenfeld, J Leonard (Len), 2010. Staging. Diakses pada tanggal 20 Juni 2017
dari http://www.cancer.org/Treatment/UnderstandingYourDiagnosis/staging.
Lippman, M.E.. 1998. Breast Cancer in Horrison’s Principle of Internal
Medicine. 16th edition. Part six.
Otto, Shirley E, Jane F, 2003. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta :EGC
Parkway Cancer Center. 2011. Cancer Facts and Figure. Diunduh : 2 Juli 2017.
http://www.parkwaycancercenter.com/about-cance/cancer-facts-and-figure.
Rugo, S.H.MD. 2001. Cancer in Current Mesical Diagnosis & Treatment 2002.
41th Edition, Chapter IV.
65
Sutan, Saut. 2009. Kadar Ca 15-3 Dalam Darah Sebagai Fator Perdikator kejadian
Metastase Tulang pada kanker payudar. Surabaya
Walker, R. Dan Edwards, 1999. Clinical Pharmacy and therapeutics. 2nd Edition,
58-63 dan 742-743, Churchill Livingstone IN, UK.
Williams, Christine, 2010. Staging and Grading for Breast Cancer. Diakses pada
tanggal 20 Juni 2017.
http://www.cancer.ca/Canadawide/About%20cancer/Types%20of%20cancer/S
taging%20ang%20grading%20for%20breast%20cancer.aspx?sc_lang=en
66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
67
Lampiran II : Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data Rekam Medik
68
Lampiran III : Rekomendasi Persetujuan Etik
69
Lampiran IV : Hasil Data Rekam Medik
No. No. Jenis Umur Gejala Klinis Lokasi Tulang Jenis Lesi
RM Kelamin (tahun)
1 786334 perempua 52 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
lemah kedua
tungkai
2 730334 perempuan 45 Nyeri tulang pelvis Osteolitik
belakang dan
osteoblastik
3 722884 perempuan 35 Nyeri tulang vertebra oseteolitik
belakang
4 510872 perempuan 48 Nyeri tulang vertebra osteoblastik
belakang
5 619371 perempuan 56 Nyeri tulang vertebra osteoblastik
belakang
6 444101 perempuan 45 Nyeri pada tulang Costa osteolitik
belakang dan
tulang rusuk
7 636109 Perempuan 50 Nyeri tulang vertebra osta
belakang
8 792100 Perempuan 59 Nyeri pada paha Os femur sinistra osteolitik
70
lemah kedua
tungkai
12 791933 Perempuan 39 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
kelemahan pada
tungkai
13 738178 perempuan 43 Nyeri pinggang vertebra osteoblastik
dan lemah kedua
tungkai
14 567159 Perempuan 44 Nyeri pada dada Os costa osteolitik
15 689237 perempuan 51 Nyeri pinggang vertebra osteolitik
16 767263 perempuan 43 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang
17 670688 perempuan 48 Nyeri pada tulang vertebra osteolitik
dan tungkai
18 676143 perempuan 68 Nyeri pada tulang vertebra osteolitik
hingga ke tungkai
19 743839 perempuan 39 Nyeri dan lemah vertebra osteolitik
kedua tungkai
20 638738 perempuan 49 Nyeri pinggang vertebra osteolitik
21 748337 perempuan 41 Nyeri dan lemah Os costae osteolitik
kedua tungkai
22 721367 perempuan 60 Nyeri panggul vertebra osteolitik
23 586076 Perempuan 51 Nyeri paha kiri Pelvis Osteolitik
24 450196 Perempuan 38 Nyeri tulang Vertebra Osteolitik
belakang
25 740739 Perempuan 45 Nyeri pinggang Vertebra Osteolitik
26 544734 perempuan 44 Nyeri tulang vertebra osteolitik
belakang dan
lemah kedua
tungkai
27 774720 perempuan 57 Nyeri pada Os femur dan os osteolitik
71
tungkai kanan tibia
28 622973 perempuan 62 Nyeri pinggang Pelvis dan os femur Osteolitik
dan
osteoblastik
29 746734 perempuan 48 Nyeri tulang Vertebra dan pelvis Osteolitik
belakang dan
osteoblastik
30 734579 Perempuan 42 Nyeri dan lemah Os femur dan Osteolitik
kedua pelvis dan
tungkai(gangguan osteoblastik
mobilitas)
31 744715 perempuan 55 Nyeri pada tulang Os femur dan osteolitik
belakang dan vertebra
pinggang
32 697740 perempuan 31 Nyeri tulang Vertebra dan costae osteolitik
belakang
33 734579 Perempuan 42 Nyeri pada paha Pelvis dan os femur Osteolitik
kanan dan
osteoblastik
34 369855 perempuan 55 Nyeri pada tuang Vertebra dan os Osteolitik
belaakang dan femur
lengan kanan
35 749598 perempuan 34 Nyeri pada paha Vertebra dan os osteolitik
kiri femur
36 765142 perempuan 42 Nyeri tulang Costa, vertebra, osteolitik
belakang pelvis
37 690014 perempuan 42 Nyeri pada lutut Os femur, os tibia, Osteolitik
dan lemah kedua dan os fibula dan
tungkai osteoblastik
38 709687 perempuan 27 Nyeri tulang Vertebra, pelvis, Osteolitik
belakang dan os femur dan
osteoblastik
72
39 676143 perempuan 69 Nyeri tulang Costa, vertebra dan Osteolitik
belakang dan pelvis dan
lemah kedua osteoblastik
tungkai
40 754949 perempuan 32 Nyeri tulang Skull, os humerus, Osteolitik
belakang vertebra, os dan
femur,pelvis dan os osteoblastik
tibia
73
Lampiran V : Hasil Analisis data
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid <20 tahun 0 0 0 0
20-29 1 2,5 2,5 2,5
30-39 7 17,5 17,5 20,0
40-49 16 40,0 40,0 60,0
50-59 12 30,0 30,0 90,0
≥60 4 10,0 10,0 100,0
Total 40 100,0 100,0
Gejala Klinis
74
Lokasi Tulang
75
vertebra,
pelvis, os
femur dan
tibia
Total 40 100,0 100,0
Jenis Lesi
76
Lampiran VI. Biodata Penulis
Email : suci.sucitra@gmail.com
77
78