Anda di halaman 1dari 22

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

PEMBERIAN OBAT TABLET FE PADA IBU HAMIL

DI PUSKESMAS KARANG INTAN 1

Dosen Pembimbing: Rizka Norazizah, S.ST.,M.Keb

Disusun Oleh:

Nama : Vira Yana

NIM : P07124119097

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN

DIPLOMA lll JURUSAN KEBIDANAN

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemberian obat secara oral merupakan metoda pengahantaran obat yang paling
banyak digunakan. Tetapi, pemberian obat melalui rute ini memiliki beberapa
permasalahan seperti laju pengosongan lambung yang tidak dapat diramalkan, waktu
tinggal di saluran cerna yang singkat (8-12 jam), dan adanya jendela absorpsi di lambung
dan usus halus bagian atas untuk beberapa obat menyebabkan terjadinya penyerapan yang
rendah dan tidak tetap terhadap waktu yang singkat. Pokok persoalan dalam
mengembangkan sistem penghantaran obat secara oral adalah untuk memperpanjang
waktu tinggal sediaan di lambung dan saluran cerna bagian atas hingga obat lepas dan
terabsorbsi seluruhnya. Beberapa pendekatan telah digunakan untuk menahan bentuk
sediaan di lambung. Diantaranya adalah sistem mukoadhesif, sistem mengembang
(swelling and expanding), sistem mengapung (floating), dan sistem penundaan
pengosongan lambung lainnya (Chowdary & Hussainy, 2012).
Sistem penghantaran obat tertahan di lambung merupakan sebuah sistem yang dirancang
agar sediaan dapat tertahan di lambung dalam waktu yang lama dan melepaskan zat
aktifnya (Deghan & Khan, 2009). Agar dapat tertahan di lambung, suatu sediaan harus
dapat menahan gerakan peristaltik, kontraksi konstan, mekanisme penghalusan dan
pengocokan dalam lambung. Sediaan tersebut juga harus dapat melawan waktu
pengosongan lambung sebelum melepas obat (Arora, Ali, Ahuja, Khar & Baboota,
2005).Sistem mengapung atau sistem dinamik yang dikendalikan adalah sistem dengan
densiti yang rendah, yang mampu mengapung pada isi lambung dan tetap mengapung di
lambung tanpa dipengaruhi oleh laju pengosongan lambung untuk periode waktu yang
lama (Arunachalam, Karthikeyan, Konam, Sethuraman, Manidipa, 2011). Sistem ini
dibuat dengan menambahkan satu atau lebih hidrokloid pembentuk gel dengan konsentrasi
tinggi (20-75% b/b) dalam formulasi, misalnya natrium karboksimetilselulosa,
hidroksietilselulosa, hidroksipropilselulosa, dan hidroksipropilmetilselulosa. (Siregar &
Wikarsa, 2010)
Mekanisme sistem penghantaran obat mengapung terjadi karena bulk density sediaan lebih
rendah dibandingkan dengan densitas cairan lambung (Arora et al., 2005). Sistem ini
menyebabkan sediaan dapat mengapung di dalam lambung selama waktu tertentu, tanpa
dipengaruhi oleh waktu pengosongan lambung. Obat dilepaskan secara terus menerus dari
matriks hidofilik yang mengembang. Bentuk ini diharapkan mengapung dalam cairan
lambung tanpa dipengaruhi pengosongan lambung karena densitasnya lebih rendah dari
densitas cairan lambung (Moes, 2003). Ketika obat ini mengapung obat dilepaskan secara
perlahan (Choi, Park, Hwang & Park, 2009). Sistem sediaan mengapung diperlukan
terutama untuk obat-obat yang bekerja lokal di lambung, obat-obat yang memiliki jendela
absorpsi di lambung atau usus halus bagian atas, tidak stabil pada kondisi usus, dan
memiliki kelarutan yang rendah pada nilai pH yang tinggi (Khan & Meenakshi, 2010).
Sebelumnya telah dilakukan beberapa penelitian mengenai bentuk sediaan floating tablet,
diantaranya pembuatan floating tablet propanolol HCl menggunakan HPMC K4M,
HPMC E15LV, HPC, carbopol, dan xanthan gum sebagai polimer, dengan metoda kempa
langsung. Hasilnya, floating tablet yang diformulasi menggunakan HMPC K4M
memberikan efek penahanan pelepasan obat yang paling baik, yaitu, 92% selama 18 jam,
dimana tablet yang diformulasi dengan HPMC E15LV, HPC, dan carbopol tidak dapat
membentuk matriks. Tablet yang diformulasi dengan xanthan gum memperlihatkan
kemampuan untuk menahan pelepasan obat, tetapi memiliki kemampuan mengapung yang
buruk Jagdale, Agavekar, Pandya, Kuchekar & Chabukswar, 2009). Selain itu,
Sungthongjeen, et al. (2011), telah memformulasi floating tablet teofilin dengan beberapa
jenis HPMC, yaitu HPMC K100LV, HPMC K4M, dan HPMC K100M dengan metode
granulasi basah, dimana tablet yang diformulasi dengan HPMC K100M menunjukkan
kemampuan untuk menahan pelepasan obat yang paling baik.

B. Tujuan
Meliputi
1. Tujuan umum
Melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. N G3P2A0 dengan usia kehamilan
32 Minggu di puskesmas karang intan 1
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara lengkap pad Ny.
N
b. Dapat menganalisa masalah dan diagnose kebidanan pada Ny.N
c. Dapat menegakkan diagnose potensial pada Ny. N
d. Dapat melakukan tindak segera pada Ny. N
e. Dapat merencanakan tindakan asuhan pada Ny.N
f. Dapat melaksanakan rencanakan tindakan asuhan pada Ny. N
g. Dapat melaksanakan evaluasi pada Ny. N
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemberian Obat Oral


A. Pengertian pemberian obat secara oral
Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai
bentuk obat dapat di berikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau
puyer. Untuk membantu absorbsi , maka pemberian obat per oral dapat di sertai dengan
pemberian setengah gelas air atau cairan yang lain.(sumber)
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(mislanya garam besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat di persiapkan dalam
bentuk kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi
menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis
ini, bungkus kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien di
beritahu untuk tidak minum antasaid atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah
minum obat. .(sumber)
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus di lakukan dengan
cara yang paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak.
Pasien dapat di beri minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah
minum sirup pasien dapat di beri minum, pencuci mulut atau kembang gula. .(sumber)
B. Jenis-jenis obat per-oral
1. Pil
Yaitu satu atau lebih dari satu obat yang di campur dengan bahan kohesif dalam
bentuk lonjong, bulat atau lempengan. Pil hendaknya di telan secara utuh karena
dapat mengandung obat - obatan yang rasanya sangat tidak enak atau zat besi yang
bisa membuat gigi penderita berwarna hitam.(sumber)
2. Tablet
Yaitu obat bubuk yang dipadatkan dalam bentuk lonjong atau lempengan. Tablet
dapat di patahkan untuk mempermudah dalam menelan.(sumber)
3. Bubuk
Yaitu obat yang di tumbuk halus. Bubuk ini tidak dapat larut dalam air dan dapat di
berikan kepada penderita dengan cara berikut.(sumber)
a. Dari kertas pembungkusnya di jatuhkan keatas lidah penderita.
b. Kita campur dalam air atau susu (campuran tersebut harus terus kita aduk
karena bubuk itu tidak larut dalam cairan tersebut).
c. Di persiapkan dalam pembungkus obat bubuk.
4. Drase
Yaitu obat - obatan yang di bungkus oleh selaput tipis gula. Harus di telan
secara utuh karena dapat mengandung obat - obatan yang mempunyai kemampuan
untuk mengiritasi selaput lendir lambung pasien.(sumber)
5. Kapsul
Yaitu obat dalam bentuk cair, bubuk atau minyak dengan di bungkus gelatin
yang juga harus di telan secara utuh karena dapat menyebabkan muntah akibat
iritasi selaput lendir lambung pasien. Suatu obat di persiapkan dalam bentuk kapsul
dengan harapan agar tetap utuh dalam suasana asam lambung tetapi menjadi hancur
pada suasana netral atau basa di usus. Dalam pemberian obat jenis kapsul, bungkus
kapsul tidak boleh di buka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberitahu untuk
tidak minum susu atau antacid sekurang kurangnya satu jam setelah minum obat.
(sumber)
6.  Sirup
Disini kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur (yang kecil), atau botol
tetesan. Kadang -kadang sirup sebelum diminum harus dikocok terlebih dahulu.
Pemberiannya harus dilakukan dengan cara yang paling nyaman khususnya untuk
obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberiminum dingin (es)
sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup, pasien dapat diberi minum,
pencuci mulut atau kembang gula.(sumber)
C. Macam- Macam cara pemberian obat
1. Pemberian obat secara oral
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui oral atau mulut. Untuk cara pemberian
obat ini relatif praktis,aman dan juga ekonomis. Kekurangan dari pemberian obat
secara oral adalah efek yang timbul biasanya lambat, tidak efektif jika pasien sering
muntah-muntah, diare, tidak sabaran, tidak kooperatif, dan tentunya kurang disukai
jika rasanya pahit.Apalagi jika pasiennya adalah anak kecil.(sumber)
2. Pemberian obat secara sublingual
Adalah pemberian obat yang ditaruh di bawah lidah. Tujuannya adalah agar efek yang
ditimbulkan bisa segera karena pembuluh darah di bawah lidah merupakan pusat dari
sakit. Kelebihan dari cara pemberian obat dengan sublingual adalah efek obat akan
terasa lebih cepat dan kerusakan obat pada saluran cerna dan metabolisme di dinding
usus dan hati dapat dihindari. Contoh yang banyak ditemui dalam masyarakat adalah
pasien yang mempunyai penyakit jantung, seringkali memakai obat ini yang
dinamakan ISDN / Isosorbid Dinitrat.(sumber)
3. Pemberian obat secara inhalasi
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui saluran pernafasan. Kelebihan dari
pemberian obat dengan cara inhalasi adalah absorpsi terjadi cepat dan homogen, kadar
obat dapat terkontrol, terhindar dari efek lintas pertama dan dapat diberikan langsung
kepada bronkus/saluran nafas. Untuk obat yang diberikan dengan cara inhalasi dalam
bentuk gas atau uap yang akan diabsorpsi dengan cepat melalui alveoli paru-paru serta
membran mukosa pada saluran pernapasan. Biasanya diberikan pada pasien-pasien
yang mengidap penyakit paru seperti Asma.(sumber)
4. Pemberian obat secara rektal
Adalah obat yang cara pemberiannya melalui dubur atau anus. Maksudnya adalah
mempercepat kerja obat serta bersifat lokal dan sistematik. Biasanya adalah obat
pencahar atau obat agar bisa buang air besar. Biasanya dalam lingkup Rumah Sakit
pada pasien yang akan Operasi Besar ataupun sudah lama tidak bisa buang air besar.
Dan pemberian obat yang benar juga harus diperhatikan.
5. Pemberian obat secara pervaginam
Adalah cara pemberian obat yang melalui vagina. Untuk bentuk tidak jauh beda
dengan pemberian secara rektal. Dan biasanya diberikan pada pasien-pasien yang
hamil dan mengalami pecah ketuban dan diberikan agar merangsang kontraksi.
6. Pemberian obat secara parenteral
Adalah obat yang cara pemberiaannya tanpa melalui mulut (tanpa melalui saluran
pencernaan) tetapi langsung melalui pembuluh darah. Contohnya adalah sediaan
injeksi atau suntikan. Tujuan pemberian obat dengan melalui parenteral ini adalah
agar dapat langsung menuju sasaran dan efeknya lebih cepat. Kelebihannya bisa untuk
pasien yang tidak sadar, sering muntah dan tidak kooperatif. Akan tetapi cara
pemberian obat dengan cara ini kurang aman karena jika sudah disuntikan ke dalam
tubuh tidak bisa dikeluarkan lagi jika terjadi kesalahan. Maka sebagai perawat
biasanya dalam memberikan ini benar-benar memperhatikan etiket obat serta nama
obat dan cara pemberiannya.
7. Pemberian obat secara topikal atau lokal.
Adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal, misalnya tetes mata, salep, tetes
telinga dan lain-lain.
D. Keuntungan dan kerugian pemberian obat secara oral
1. Keuntungan
Kelebihan dari pemberian obat per aral adalah:
a. Harga relative lebih murah.
b. Bisa di kerjakan sendiri boleh pasien.
c.   Tidak menimbulkan rasa nyeri.
d. Bila terjadi keracunan, obat masih bias di keluarkan dari tubuh dengan cara
Reflek muntah dari faring dan Kumbah Lambung asalkan obat di minum belum
melebihi 4 jam artinya obat masih di dalam gaster
e. Tetapi bilamana lebih dari 4 jam tapi belum melebihi 6 jam racun di dalam
intestinum atau belum mengalami absorbsi.
2. Kerugian
Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah :
a. Pada aksinya yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan
gawat. Obat yang di berikan per oral biasanya membutuhkan waktu 30 sampai
dengan 45 menit sebelum di absorbsi dan efek puncaknya di capai setelah 1
sampai dengan 1 ½ jam.  Rasa dan bau obat yang tida enak sering mengganggu
pasien.
b. Cara per oral tidak dapat di pakai pada pasien yang mengalami mual-mual,
muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pangisapan cairan lambung
serta pada pasien yang mempunyai gangguan menelan.
E. Rute pemberian obat secara oral
Sesudah obat masuk ke dalam lambung, obat akan menuju ke dalam saluran usus
dengan kecepatan tergantung dengan kecepatan penggosongan obat oleh lambung
( gastric emptying rate ). Kecepatan jonjot lambung bisa lambat atau cepat tergantung
pengaruh obat makanan atau penyakit. Jika kecepatan jonjot lambung lebih cepat dari
normal maka obat yang di minum akan lebih cepat mencapi tempat absorbsi ( usus
halus ), demikian pula sebaliknya. Selanjutnya, ketika sediaan obat mencapai saluran
lambung usus, ia akan mengalami disenegrasi ( pecah ) menjadi agregat-agregat kecil
sampai halus sambil melepas senyawa obat.
F. Prosedur pemberian obat secara oral
1. Persiapan alat
a. Daftar buku obat/catatan,jadwal pemberian obat.
b. Obat dan tempatnya.
c. Air minum dalam tempatnya.
2. Persiapan pasien
a. Menjelaskan tujuan pemberian obat
b. Menjelaskan tindakan yang akan di lakukan.
c. Atur posisi pasien senyaman mungkin.
3. Persiapan petugas
a. Cuci tanganMenggunakan
b. APD bila di perlukan
4. Prosedur kerja
a. Baca obat, dengan prinsip benar obat, benar pasien, benar dosis, benar waktu,
benar tempat, benar dokumentasi.
b. Bantu untuk meminumkannya dengan cara:
1) Apabila memberikan obat berbentuk tablet atau kapsul dari botol, maka
tuangkan jumlah yang di butuhkan ke dalam botol dan pindahkan ke tempat
obat. Jangan sentuh obat dengan tangan. Untuk obat berupa kapsul jangan
lepaskan pembungkusnya.
2) Kaji kesulitan menelan.bila ada, jadikan tablet dalam bentuk bubuk dan
campu dengan minuman.
3) Kaji denyut nadi dan tekanan darah sebelum pemberian obat yang
membutuhkan pengkajian.
c. Catat perubahan dan reaksi setelah pemberian obat.
d. Evaluasi respons terhadap obat dengan mencatat reaksi pemberian obat.
e. Cuc tangan.
G. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemberian obat  melalui oral
1. Pemberiannya obatnya adalah melalui mulut.
2. Mudah dan aman pemakaiannya, lazim dan praktis dalam memberikannya.
3. Tidak semua obat dapat diberikan per-oral, contohnya adalah : obat yang bersifat
merangsang (emetin, aminofilin) atau yang diuraikan oleh getah lambung
(benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin).
4. Pemberian obat oral ini dapat terjadi inaktivasi oleh hati sebelum diedarkan ke
tempat kerjanya.
5. Dapat juga untuk mencapai efek lokal yang diinginkan dan dikehendaki contohnya
adalah : obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung - usus
(pemeriksaan diagnostik).
6. Baik sekali untuk mengobati infeksi usus.
7. Bentuk sediaan oral diantaranya yaitu : Tablet, Kapsul, Obat hisap, Sirup dan
Tetesan
2. Zat Besi ( tablet fe )
A. Pengertian
Zat besi merupakan microelement yang esensial bagi tubuh. Zat ini diperlukan dalam
pembentukan darah, yaitu dalam sintesa hemoglobin. Jumlah besi yang dibutuhkan
untuk kehamilan tunggal yang normal ialah sekitar 1000 mg, 350 mg untuk
pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk peningkatan masa sel darah merah ibu,
dan 240 mg untuk kehilangan basal ( sediaotama, 2004).
B. Manfaat tablet fe
Fe merupakan mineral mikro paling banyak terdapat dalam tubuh yaitu sebanyak 3-5
gram di dalam tubuh manusia dewasa. Fe sangat dibutuhkan oleh tenaga kerja untuk
menunjang aktivitas kerjanya. Di dalam tubuh berperan sebagai alat angkut oksigen
dari paru – paru ke jaringan, sebagai alat angkut electron pada metabolism energi,
sebagai bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat –
obatan. Manfaat lain dari mengkonsumsi makanan sumber zat besi adalah terpenuhinya
kecukupan vitamin A, karena makanan sumber zat besi biasanya merupakan vitamin A
( waryana, 2010 ).
1. Kebutuhan tablet fe dalam kehamilan
Menurut waryana (2010), kebutuhan zat besi menurut triwulan kehamilan adalah
sebagai berikut : .(sumber)
a. Triwulan 1 ( umur kehamilan 0 – 12 minggu ) zat besi yang dibutuhkan adalah 1
mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan kebutuhan
janin dan red cell mass 30 -40 mg.
b. Triwulan II ( umur kehamilan 13 – 24 minggu ) zat besi yang diberlakukan
adalah ± 5 mg/hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan red cell mass 300 mg dan conceptus 115 mg.
c. Triwulan III ( umur kehamilan 25 – 40 minggu ), zat besi yang dibutuhkan
adalah 5 mg/ hari yaitu untuk kebutuhan basal 0,8 mg/hari ditambah dengan
kebutuhan red cell mass 150 mg dan conceptus 223 mg, maka kebutuhan pada
triwulan II dan III jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari
makanan.
2. Pencegahan dan penanganan anemia pada ibu hamil
Pencegahan anemia pada ibu hamil dapat dilakukan antara lain dengan cara:
meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, mengkonsumsi pangan hewani
dalam jumlah cukup, namun karena harganya cukup tinggi sehingga masyarakat
sulit menjangkaunya. Untuk itu diperlukan alternatif yang lain untuk mencegah
anemia gizi besi, memakan beraneka ragam makanan yang memiliki zat gizi saling
melengkapi termasuk vitamin yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi, seperti
vitamin C. Peningkatan konsumsi vitamin C sebanyak 25, 50, 100 dan 250 mg
dapat meningkatkan penyerapan zat besi sebesar 2, 3, 4 dan 5 kali. Buah-buahan
segar dan sayuran sumber vitamin C, namun dalam proses pemasakan 50 - 80 %
vitamin C akan rusak. Mengurangi konsumsi makanan yang bisa menghambat
penyerapan zat besi seperti : fitat, fosfat, tannin ( Wiknjosastro, 2005 ; Masrizal,
2007).
Penanganan anemia defisiensi besi adalah dengan preparat besi yang diminum
(oral) atau dapat secara suntikan (parenteral). Terapi oral adalah dengan pemberian
preparat besi : fero sulfat, fero gluconat, atau Na-fero bisitrat. Pemberian preparat
60 mg/hari dapat menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr% per 19 bulan. .(sumber)
3. Faktor yang menentukan terjadinya anemia
a. Cakupan asupan tablet besi
Tablet besi atau tablet tambahan darah adalah suplemen yang mengandung zat
besi. Zat besi adalah mineral yang dibutuhkan untuk membentuk sel darah merah
(Hb) (soebroto, 2009). Penambahan zat besi selama kehamilan kira – kira 1000
mg, karena mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume
darah ibu. Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi
dan peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila simpanan
zat besi rendah atau tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari
makanan sangat sedikit maka, diperlukan suplemen preparat besi ( rasmailah,
2004).
b. Keteraturan konsumsi zat besi
Menurut taylor Dkk, (1982) supplemen zat besi sangat penting sekali, bahkan
pada wanita yang status gizinya sudah baik. Penambahan tablet besi terbukti
dapat mencegah penurunan kadar hemoglobin dalam tubuh. Dengan
mengkonsumsi tablet besi 30-60 mh tiap harinya, yang dimulai dari usia
kehamilan 12 minggu sampai 12 minggu paska persalinan. Respon terhadap
pengobatan terpantau melalui perbaikan nilai Hb yang seharusnya meningkat
paling sedikit 0,3 g/dl/minggu.
Menurut herlina dkk, (2005) kecenderungan bahwa semakin kurang patuh
mengkonsumsi tablet besi maka akan semakin tinggi kejadian anemia.
C. Hubungan Asupan Tablet Fe Dengan Kajadian Anemia Dalam Kehamilan
Pada anemia jumlah efektif sel darah merah berkurang. Hal ini mempengaruhi
jumlah haemoglobin dalam darah. Berkurangnya jumlah haemoglobin menyebabkan
jumlah oksigen yang diikat dalam darah juga sedikit, sehingga mengurangi jumlah
pengiriman oksigen ke organ-organ vital (Anderson, 1994).
Anemia dalam kehamilan dapat berpengaruh buruk terutama saat kehamilan,
persalinan dan nifas. Prevalensi anemia yang tinggi berakibat negatif seperti: 1)
Gangguan dan hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh maupun sel otak, 2)
Kekurangan Hb dalam darah mengakibatkan kurangnya oksigen yang
dibawa/ditransfer ke sel tubuh maupun ke otak. Sehingga dapat memberikan efek
buruk pada ibu itu sendiri maupun pada bayi yang dilahirkan (Manuaba, 2001).
Pada saat hamil sangat dibutuhkan sekali penambahan asupan besi, baik lewat
makanan atau pemberian suplementasi, terbukti mampu mencegah penurunan Hb
akibat hemodilusi. Respon positif terhadap pengobatan dapat dilihat dari kelima dan
seterusnya. Dengan demikian, pemberian sebanyak 30 gram zat besi tiga kali sehari
akan meningkat kadar hemoglobin paling sedikit sebesar 0,3 g/dl/minggu atau selama
10 hari ( Arisman, 2004).
Menurut saspriyana (2009), kebijakan nasional yang diterapkan di seluruh
pusat kesehatan masyarakat adalah pemberian satu tablet besi sehari sesegera
mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan. Tiap tablet mengandung
FeSO4 320 mg ( zat besi 60 mg ) dan asam folat 500 ug, minimal masing – masing 90
tablet.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan kehamilan sesuai dengan standar pada Ny. N
sebagai berikut.
1. Mampu melakukan pengkajian asuhan kehamilan secara lengkap pada Ny. N
G2P1A0 32 minggu dengan janin tunggal hidup fisiologis, melakukan
pemeriksaan ANC sebanyak 4 kali di puskesmas pada trimester pertama 2 kali
pada usia kehamilan 6 dan 10 minggu, 2 kali pada trimester II saat usia
kehamilan 16 dan 20 di klinik bidan. 1 kali pada trimester ketiga saat usia
kehamilan 24 minggu di klinik bidan. Ibu belum pernah periksa ke dokter
kandungan
2. Menganalisa masalah dan diagnose asuhan G2P1A0 32 minggu pada Ny. N
didapatkan masalah pada Ny. N yaitu Hemoglobin rendah 10,7 % dapat dikatan
dengan anemia ringan pada trimester III, sering mengalami ketidaknyaman pada
trimester III dengan keluhan sering pusing dan pengelihatan ber kunang-kunang
dan sering kelelahan.
3. Merencanakan asuhan kehamilan pada Ny. N dan menjelaskan bahwa
ibu anemia ringan dan memberikan ibu tablet Fe untuk menambah darah,
kalsium, untuk pertumbuhan tulang dan vitamin C untuk membantu penyerapan
tablet Fe.
Dan memberikan KIE
a. Menganjurkan ibu untuk mengosumsi makanan yang mengandung zat besi
untuk mengatasi anemia pada ibu, makanan yang mengandung zat bes
seperti daging, sayuran hijau,dan kacang-kacangan ,ibu mengerti tentang
penjelasan yang diberikan
b. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukuo pada siang hari 1-2 jam dan
pada malam hari 7-8 jam, serta mengurangu aktivitas yang berlebihan, ibu
memahami penjelasan yang diberikan dan akan beristirahat cukup
c. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan dengan
anemia
1) Pendarahan
2) Sakit kepala yang hebat
3) Pandangan menjadi kabur

Apabila terjadi tanda bahaya tersebut , maka harus segera ke fasilitas


kesehatan, karena ibu hamil yang mengalami anemia akan menyebabkan
depresi pada ibu setelah melahirkan dan dampak buruk pada janin. Seperti
lahir premature atau bahkan dapat menyebabkan kematian , ibu mengerti
dengan penjelasan tersebut.

d. Ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester III salah satu nya yaitu sering
BAK. Hal ini adalah normal, karena pada ibu frekuensi yang meningkat
dikarenakan rahim yang membesar dan mulai masuk ke PAP sehingga
menekan kandung kemih dan saat malam hari untuk mengurangi minum air
agar kandung kemih tidak penuh di malam hari. Hal ini akan mencegah
keinginan ibu untuk BAK di malam hari dan ibu bisa tidur dengan nyenyak.
e. Bidan memberikan obat terapi, obat tablet tambah darah 2x1 setiap hari dan
mengingatkan ibu untuk rutin meminumnya sesuai dengan dosis yang sudah
diberikan, ibu mengerti dan bersedia melakukannya meminum tablet tambah
darah (Fe)
f. Menganjurkan ibu diperiksa kehamilannya secara rutin dan membuat
rencana kunjungan ulang ± 2 minggu yang akan datang atau melakukan
kunjungan bila ada keluhan. Ibu sudah mengetahui jadwal kunjunngan
ulang.
BAB III (Terbalik dari bab Penutup)

DOKUMENTASI ASUHAN KEBIDANAN

HAMIL TRIMESTER III FISIOLOGIS

DI PUSKESMAS KARANG INTAN 1

Pengkajian

Hari/tanggal : jumat 04 mei 2021

Pukul : 10.30 WITA

A. DATA SUBJEKTIF

IDENTITAS

ISTRI SUAMI

Nama : Ny.N Tn.S

Umur : 38 Tahun 40 Tahun

Pekerjaan : IRT Swasta

Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA

Suku/bangsa : Banjar/Indonesia Banjar/Indonesia

Alamat : Karang intan Karang intan

Prolog

Ibu hamil 32 minggu datang ke puskesmas untuk memeriksa kehamilannya ini merupakan
kehamilan ketiga , ibu tidak pernah mengalami keguguran anak sebelumnya lahir dengan
dibantu oleh bidan tahun 2017 bayi lahir sehat spontan belakang kepala, BBL : 2800 gram PB
: 51 cm dan nifas ibu berjalan dengan normal pada trimester l dan ll ibu rutin melakukan
kunjungan ke PMB bidan tiap bulannya HPHT 02-09-2020 TPL 09-06-2021

KELUHAN
Ibu mengatakan ingin cek laboratorium lengkap dan memeriksa kehamilannya dengan
keluhan sering merasa pusing dan penglihatan berkunang-kunang dan sering merasa
kelelahan

a. Riwayat Perkawinan

Kawin 1 kali, Kawin pertama umur 22 tahun.

b. Riwayat Menstruasi

Menarche umur : 13 tahun

Dismenorhoe : Tidak

Lama : 3 hari

Siklus : 28 (teratur)

Banyaknya : 3x ganti doek

HPHT : 02-09-2020

TPL : 09-06-2021

c. Riwayat Kehamilan

1. Riwayat ANC

ANC sejak kehamilan 16 minggu. ANC di Klinik Bidan. Frekuensi :

Trimester I : 1 kali.

Trimester II : 2 kali.

Trimester III : 2 kali.

a) Pergerakan janin yang pertama pada umur kehamilan 20 minggu, pergerakan


janin dalam 24 jam terakhir 10-20 kali.

b) Pola Nutrisi

Kebiasaan : 3x sehari

Makan : Nasi, sayur, lauk, pauk, buah

Minum : 6 gelas/ hari

c) Pola Eliminasi
BAK : 7x sehari

Warna : Jernih

BAB : 2x sehari

Warna : Kuning kecoklatan

Bau : Khas

d) Pola Aktivitas

Kegiatan sehari-hari : Masak, mencuci dan menjaga anak

Istirahat/tidur : Siang : 2 jam, malam : 8 jam

1) Personal Hygiene Kebiasaan mandi 2x sehari.

Kebiasaan membersihkan alat kelamin setiap BAK dan BAB. Kebiasaan


mengganti pakaian dalam 3x sehari.

2) Imunisasi TT : 2 kali

d. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu Pada Ny N G2P1A0

Hamil Tgl Usia Komplikasi


Jenis Penolong BB PB Laktasi Kelainan
ke Lahir Kehamilan Ibu Bayi
IMD
19-07- Tdk Tdk 2800 51 (berhasil)
Tida
1 2017 Aterm Normal Bidan ada ada gram cm ASI
k
(Lk) Eksklusif
ada
(berhasil)

e. Riwayat Kesehatan/ penyakit


Riwayat kesehatan yang diderita sekarang/ dulu : tidak ada
Riwayat kesehatan keluarga : baik tidak ada penyakit keturunan
f. Riwayat Sosial Budaya
Riwayat keluarga terhadap kehamilan ini
Riwayat KB terakhir jenis : suntik 1 bulan
Lama: 2 tahun
g. Keadaan Psikososial Spiritual
Bentuk dukungan keluarga
Adat istiadat yang berhubungan dengan kehamilan
Pengambilan keputusan
Rencana persalinan :
- Tempat :di PMB
- Penolong persalinan :Bidan
- Calon pendonor darah : keluarga
- Alat transpotasi : Kendaraan
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum :baik
b. Kesadaran :compesmentis
c. Status emosional :stabil
d. Tinggi badan :141 cm
e. Berat badan :55 kg
f. Lila :32 cm
g. Tanda-tanda vital
Tekanan darah :123/76 mmHg
Nadi :80x/menit
Pernafasan :24x/menit
Suhu :36oC
2. Pemeriksaan fisik
a. Muka :Tidak tampak oedema
b. Mata :Simetris, sclera tidak ikterik, konjungtiva pucat
c. Mulut :Tidak ada caries, dan gigi tidak berlubang
d. Leher :Tidak ada kelenjar teroid
e. Perut :Tidak ada bekas operasi

Palpasi

Lepold l :teraba lunak, bundar dan tidak melenting ( bokong )

TFU ½ diantara pusat dan prosessus xipoidesus ( prx)


Leopold ll :teraba panjang keras seperti papan pada perut ibu dengan sebelah kiri,
teraba bagian –kecil di sebelah kanan perut ibu

Leopold lll :teraba keras bulat melenting ( Kepala)

Leopold lV :penurunan bagian terendah janin belum masuk PAP ( konvergen )

Auskultasi : DJJ = 130X/menit

TBJ : (TFU-11) x 155

(29-11)x155 = 2790 gram

3. Pemeriksaan penunjang
a. Hemoglobin :10,7 gr %
b. Golongan darah :B
c. Gula darah :129 mg/dL
d. Albumin :negatif
e. Reduksi :negatif
C. ANALISA DATA

G3P2A0 Hamil 32 minggu dengan anemia ringan

D. PENATALAKSANAAN

a. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kehamilannya normal, ibu dan
janin dalam keadaan sehat. Ibu memasuki Trimester III dengan usia kehamilan 32
minggu
Tekanan Darah : 132/76 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36°C
DJJ : 130 kali/menit
Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

b. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan memberitahukan pada ibu hasil


pemeriksaan yang di lakukan dan menginformasikan kepada ibu bahwa kadar Hb ibu
adalah 10,7 gr%
c. menjelaskan bahwa ibu anemia ringan dan memberikan ibu tablet Fe untuk
menambah darah, kalsium, untuk pertumbuhan tulang dan vitamin C untuk membantu
penyerapan tablet Fe. Tablet Fe diminum 1x sehari, 2 jam sesudah makan dengan air
putih, karena dapat mengakibatkan rasa mual. Hindari mengkonsumsi bersamaan
dengan kopi. Ibu mengerti dan berjanji akan melakukannya dan mengkonsumsi tablet
Fe dengan jus secara rutin.
d. Memberikan KIE
g. Menganjurkan ibu untuk mengosumsi makanan yang mengandung zat besi
untuk mengatasi anemia pada ibu, makanan yang mengandung zat besi
seperti daging, sayuran hijau,dan kacang-kacangan ,ibu mengerti tentang
penjelasan yang diberikan dan akan memakan makanan yang mengandung
zat besi agar Hemoglobin ibu normal kembali
h. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukuo pada siang hari 1-2 jam dan
pada malam hari 7-8 jam, serta mengurangu aktivitas yang berlebihan, ibu
memahami penjelasan yang diberikan dan akan beristirahat cukup
i. Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda-tanda bahaya kehamilan dengan
anemia
1) Pendarahan
2) Sakit kepala yang hebat
3) Pandangan menjadi kabur
Apabila terjadi tanda bahaya tersebut , maka harus segera ke fasilitas
kesehatan, karena ibu hamil yang mengalami anemia akan menyebabkan
depresi pada ibu setelah melahirkan dan dampak buruk pada janin. Seperti
lahir premature atau bahkan dapat menyebabkan kematian , ibu mengerti
dengan penjelasan tersebut.

e. Ketidaknyamanan pada ibu hamil Trimester III salah satu nya yaitu sering BAK. Hal
ini adalah normal, karena pada ibu frekuensi yang meningkat dikarenakan rahim yang
membesar dan mulai masuk ke PAP sehingga menekan kandung kemih dan saat
malam hari untuk mengurangi minum air agar kandung kemih tidak penuh di malam
hari. Hal ini akan mencegah keinginan ibu untuk BAK di malam hari dan ibu bisa
tidur dengan nyenyak.

f. Bidan memberikan obat terapi, obat tablet tambah darah 2x1 setiap hari dan
mengingatkan ibu untuk rutin meminumnya sesuai dengan dosis yang sudah
diberikan, ibu mengerti dan bersedia melakukannya meminum tablet tambah darah
(Fe)
g. Menganjurkan ibu diperiksa kehamilannya secara rutin dan membuat rencana
kunjungan ulang ± 2 minggu yang akan datang atau melakukan kunjungan bila ada
keluhan. Ibu sudah mengetahui jadwal kunjunngan ulang.
h. Tambahkan pendokumetasian
.

DAFTAR PUSTAKA
(perhatikan penyusunan daftar pustaka)

Uliyah,Musrifatul.dan Alimul,Aziz Hidayat. 2008. Konsep Dasar Praktik Klinik. Jakarta. Pn:

Salemba Mwdika

http://indylaurenz.blogspot.com/p/pemberian-obat-per oralsublingual.html

http://cardiacku.blogspot.com/2013/04/cara-pemberian-obat.html

http://askep-net.blogspot.com/2012/02/pemberian-obat.html#sthash.nZZb2DfU.dpuf

https://vdocuments.mx/7-cara-pemberian-obat-secara-benar-58aff43f52646.html

Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP-SP

Manuaba, I.B.G. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan

Keluarga Berencana. Jakarta: EGC

Cunningham, F.G., Gant, N.F., Leveno, K.J., Gilstrap, L.C., Hauth, J.C., Wenstrom, K.D.

2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC

Depkes RI, 2003, Program Penanggulangan gizi pada wanita Usia Subur (WUS) , Direktorat

Gizi Masyarakat & Binkesmas , Jakarta ;Depkes RI

Depkes RI., 2007. Prioritas pada Angka Kematian Ibu dan Bayi, http:/www.tenaga-

kesehatan.or.id/publikasi.

Depkes RI., 2009. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008, Jakarta : Depkes RI
Herlina, N., Djamilus, F. Faktor Resiko Kejadian Anemia Di Wilayah Kerja Puskesmas

Bogor. Badan Pengembangan Dan Pemberdayaan Sdm Kesehatan. 2005

Manuaba, IBG.1998.Ilmu Kebidanan, Penyakit, Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk

Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Mochtar.1998. Sinopsis dan Obstetri.EGC.Jakarta.

Notoatmodjo.2010.Metodelogi Penelitian. Rineke cipta.Jakarta

Varney, dkk.2006.Buku Ajar Asuhan Kebidanan.EGC. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai