Anda di halaman 1dari 6

Pembahasan

Menyimak Idris dan Jamal (1991) dan Tirtarahardja dan Sulo (1994), setidaknya terdapat tiga asas
pokok yang harus dipertimbangkan dan dipedomani dalam penyelenggaraan pendidikan di
Indonesia. Ketiga asas tersebut ialah asas Tut Wuri Handayani, belajar sepanjang hayat, dan
kemandiurian dalam belajar. Masing-masing akan dibahas sebagai berikut.

A. Asas Pokok Pendidikan

1. Asas Tut Wuri Handayani

Asas Tut Wuri Handayani merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang dan memberi
pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan sendiri, dan bila anak
melakukan kesalahan baru pendidik membantunya (Hamzah, 1991:90). Gagasan tersebut
dikembangkan Ki Hajar Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan.
Dalam era kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan
nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No. 2:24).

Asas Tut Wuri Handayani memberi kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada
kemungkinan mengalami berbuat kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik (Karya Ki Hajar
Dewantara, 1962:59). Asas Tut Wuri Handayani bermakna bahwa setiap orang berhak mengatur
dirinya sendiri dengan berpedoman kepada tata tertib kehidupan yang umum. Dalam
penyelenggaraan pendidikan dengan asas tersebut berarti bahwa kepada peserta didik diberikan
kesempata untuk mandiri, kegiatan belajar tidak berpusat kepada guru, akan tetapi berpusat kepada
peserta didik. Dapat dikatakan bahwa asas Tut Wuri Handayani merupakan cikal bakal dari
pendekatan atau cara belajar siswa aktif.

Menurut asas Tut Wuri Handayani (1) pendidikan dilaksanakan tidak menggunakan syarat paksaan,
(2) pendidikan adalah penggulowenthah yang mengandung makna: momong, among, ngemong
(Karya Ki Hajar Dewantara, hal. 13). Among mengandung arti mengembangkan kodrat alam anak
dengan tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan hidup batin menjadi subur dan selamat.
Momong mempunyai arti mengamat-amati anak agar dapat tumbuh menurut kodratnya. Ngemong
berarti kita harus mengikuti apa yang ingin diusahakan anak sendiri dan memberi bantuan pada saat
anak membutuhkan, (3) pendidikan menciptakan tertib dan damai (orde en vrede), (4) pendidikan
tidak ngujo (memanjakan anak), dan (5) pendidikan menciptakan iklim, tidak terperintah,
memerintah diri sendiri dan berdiri di atas kaki sendiri (mandiri dalam diri anak didik.

Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dewantara ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu Ing Ngarso Sung Sung Tulodo dan Ing
Madyo Mangun Karso.

Kini ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:

- Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh)

- Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan semangat)

- Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)


2. Asas Belajar sepanjang Hayat

Pada dasarnya manusia adalah makhluk “menjadi”, yakni makhluk yang tidak pernah sempurna,
selalu berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di lingkungan kehidupannya. Apa yang
dipelajari hari ini belum tentu sesuai dengan tantangan perubahan pada beberapa tahun berikutnya.
Implikasi dari konsep yang demikian adalah bahwa manusia harus selalu belajar sepanjang hayat,
sehingga dia dapat mempelajari dan menyesuaikan diri sesuai dengan perubahan yang berlangsung.

Dengan kemampuan dan kemauan untuk belajar sepanjang hayat, maka konsep belajar tidak lagi
sekedar belajar untuk tahu (learning to know) dan mampu (learning to do), akan tetapi belajar
sepanjang hayat yang menuntut kemauan dan kemampuan seseorang guna belajar untuk menjadi
(learning to be).

Pendidikan Indonesia bertujuan meningkatkan kecerdasan, harkat, dan martabat bangsa,


mewujudkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berkualitas, mandiri hingga mampu membangun diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya,
memenuhi kebutuhan pembangunan dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa (GBHN,
1993:94). Gambaran tentang manusia Indonesia itu dilandasi pandangan yang menganggap manusia
sebagai suatu keseluruhan yang utuh, atau manusia Indonesia seutuhnya, keseluruhan segi-segi
kepribadiannya merupakan bagian-bagian yang tak terpisahkan satu dengan yang lain atau
merupakan suatu kebulatan.

Oleh karena itu, pengembangan segi-segi kepribadian melalui pendidikan dilaksanakan secara
selaras, serasi, dan seimbang. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh harus ada keseimbangan
dan keterpaduan dalam pengembangannya.

Keseimbangan dan keterpaduan dapat dilihat dari segi: (1) jasmani dan rohani; jasmani meliputi:
badan, indera, dan organ tubuh yang lain; sedangkan rohani meliputi: potensi pikiran, perasaan,
daya cipta, karya, dan budi nurani, (2) material dan spiritual; material berkaitan dengan kebutuhan
sandang, pangan, dan papan yang memadai; sedangkan spiritual berkaitan dengan kebutuhan
kesejahteraan dan kebahagiaan yang sedalam-dalamnya dalam kehidupan batiniah, (3) individual
dan sosial; manusia mempunyai kebutuhan untuk memenuhi keinginan pribadi dan memenuhi
tuntutan masyarakatnya, (4) dunia dan akhirat; manusia selalu mendambakan kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat sesuai dengan keyakinan agam masing-masing, dan (5) spesialisasi dan
generalisasi; manusia selalu mendambakan untuk memiliki kemampuan-kemampuan yang
umumnya dimiliki orang lain, tetapi juga menginginkan kemampuan khusus bagi dirinya sendiri.

Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana gambaran manusia Indonesia seutuhnya
sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia menganut asas pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan
sepanjang hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia: (1) mendapat kesempatan untuk
meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang hidupnya, (2) mendapat kesempatan untuk
memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan
yang ditawarkan dapat bersifat formal, informal, non formal, (3) mendapat kesempatan mengikuti
program-program pendidikan sesuai bakat, minat, dan kemampuan dalam rangka pengembasngan
pribadi secara utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945; dan (4) mendpaat kesempatan mengembangkan diri melalui proses
pendidikan jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989.
3. Asas Kemandirian dalam Belajar

Perwujudan kemandirian dalam belajar akan menempatkan pendidik dalam peran utama sebagai
fasilitator, informator, dan motivator. Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin
dikembangkan kemandirian dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru
selalu siap untuk ulur tangan bila diperlukan.Salah satu pendekatan yang memberikan peluang
dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siwa Aktif).

B. Penerapan asas-asas Pendidikan (di sekolah dan di luar sekolah) dewasa ini

1. Keadaan yang di temui

Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang, yakni :

(1) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan keterampilan yang diminatinya
di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh pemerintah sesuai peran dan
profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung jawab atas pendidikannya sendiri

(2) Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang diminatinya agar
dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang tertentu yang diinginkannya

(3) Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk memasuki
program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama belajarnya

(4) Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh kesempatan untuk
memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang disandang agar dapat bertumbuh
menjadi manusia yang mandiri

(5) Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan dan
ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan dasar yang
memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah normal sampai jauh
diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989)

Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang ditemui
sekarang, yaitu :

(1) Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan. Terbukti
dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat ditampung baik dalam
lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai jenis pendidikan; dan berbagai
jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi

(2) Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada semua
jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara proporsional. Dan pada
gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di seluruh tanah air. Pembinaan guru dan
tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri maupun diluar negeri

(3) Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar mampu
memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas melalui
pendidikan
(4) Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat: ruang
belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan ketrampilan, sarana
pendidikan jasmani

(5) Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat yang
bertujuan untuk:

(a) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat secara
berbudaya melalui berbagai cara belajar

(b) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya

(7) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan ketrampilan,
kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme, kesadaran berbangsa dan
bernegara, kepribadian dan budi luhur

(8) Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai macam
kegiatanolahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di bidang olahraga

(9) Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan kesempatan
seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan bahagia; peningkatan ilmu
pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan mental.

Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral telah
mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang hayat dengan
cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia yang menunjang.

2. Permasalahan yang dihadapi

a. Masalah Peningkatan Mutu Pendidikan

Kebijakan peningkatan mutu pendidikan tidak harus dipertimbangkan dengan kebijaksanaan


pemerataan pendidikan. Karena peningkatan kualitas pendidikan harus diimbangi dengan
peningkatan kualitas pendidikan. Pendidikan bertujuan membangun sumber daya manusia yang
mutunya sejajar dengan mutu sumber daya manusia negara lain.

Pemerintah mengusahakan berbagai cara dalam upaya peningkatan mutu pendidikan, antara lain:
(1) Pembinaan guru dan tenaga pendidikan di semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan, (2) Pengembangan sarana dan prasarana sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi, (3) Pengembangan kurikulum dan isi pendidikan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi serta pengembangan nilai-nilai budaya bangsa, (4)
Pengembangan buku ajar sesuai dengan tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta perkembangan budaya bangsa.

b. Masalah Peningkatan Relevansi Pendidikan

Kebijaksanaan peningkatan relevansi pendidikan mengacu pada keterkaitannya dengan: ke-bhineka


tunggal ika-an masyarakat, letak geografi Indonesia yang luas, dan pembangunan manusia Indonesia
yang multidimensional.
Pemerintah telah dan sedang mengusahakan peningkatan relevansi penyelenggaraan pendidikan
yang efektif dan efisien (1) meningkatkan kemudahan dalam komunikasi informasi antara pusat–
daerah, daerah–daerah, agar arus komunikasi informasi pembaharuan pendidikan berjalan lancar,
(2) desiminasi–inovasi pendidikan: kelembagaan’ sumber daya manusia, sarana dan prasarana,
proses belajar mengajar yang dilaksanakan secara terpadu, dan (3) peningkatan kegiatan penelitian
untuk memberi masukan dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan.

c. Masalah pendekatan komunikasi oleh guru

Sekarang masih terdapat kecendrungan bahwa peserta didik terikat oleh penggunaan komunikasi
satu arah dalam kegiatan pembelajaran dengan mengandalkan metode ceramah. Dalam komunikasi
demikian, pendididk menempatkan dirinya dalam kedudukan yang lebih tinggi dari peserta didik.
Tidak jarang, peserta didik dijadikan objek komunikasi oleh seorang guru. Dengan rendahnya umpan
balik dari peserta didik, dan cenderung hanya menghasilkan perubahan pengetahuan (Rogers dan
Schoemaker, 1981 : Depdikbud, 1983) memberikan implikasi yang negatif terhadap out put
pendidikan, yakni membuat peserta didik tidak terdorong untuk belajar mandiri, mereka lebih
bergantung kepada informasi yang diberikan pendidik.

d. Masalah peranan pendidik

Metode pembelejaran yang dilakukan oleh pendidik kepada peserta didik, yakni metode ceramah
dimana pendidik melakukan komunikasi satu arah, pendidik sering menempatkan dirinya sebagai
orang yang paling dominan. Tidak jarang, pendidik, dosen atau guru menempatkan dirinya sebagai
orang yang paling dan serba tahu dalam segala hal pada waktu kegiatan belajar berlangsung. Tugas
seorang pendidik sebenarnya mendorong peserta didik untuk mencari informasi sendiri yang
dikatakan sebagai upaya belajar mandiri.

e. Masalah tujuan belajar

Learning to know dan learning to do belum cukup untuk dijadikan tujuan belajar. Oleh karena
kemajuan teknologi terutama kemajuan transpotasi dan komunikasi membuat dunia semakin
sempit, sehingga intensitas interaksi manusia semakin tinggi tanpa dibatasi oleh perbedaan suku,
agama, ras, dan asal-usul. Oleh karena itu, tujuan belajar diperluas dengan learning to life together
dan learnign to be.

3. Pengembangan penerapan asas-asas pendidikan

Sehubungan dengan permasalah yang dihadapi dalam penerapan asas-asas pendidikan, maka perlu
diadakannya upaya pengembangan penerapan asas-asas pendidikan dengan tujuan untuk
membantu mengatasi permasalahan yang telah dijelaskan sebelumnya.

a. Meningkatkan mutu pendidikan

Dalam menghadapi masalah peningkatan sumber daya manusia sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pemerintah telah dan sedang mengupayakan peningkatan: mutu guru
dan tenaga kependidikan, mutu sarana dan prasarana pendidikan, mutu kurikulum dan isi kurikulum
sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perkembangan nilai-nilai budaya
bangsa.

b. Meningkatkan relevansi pendidikan


Dalam upaya meningkatkan relevansi pendidikan, pemerintah melakukan berbagai upaya (1) usaha
menemukan cara baru dan pemanfaatan teknologi pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta
didik yang beragam, (2) usaha pemanfaatan hasil penelitian pendidikan bagi peningkatan kualitas
kegiatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan (3) usaha pengadaan ruang
belajar, ruang khusus (bengkel kerja, konseling, pertemuan, dan sebagainya) yang menunjang
kegiatan pembelajaran.

c. Mengembangkan komunikasi dua arah

Dalam meningkatkan umpan balik dari siswa, seorang guru harus mengembangkan komunikasi dua
arah. Siswa tidak hanya mendengarkan namun juga memberikan respon dalam setiap permasalahan
yang diberikan seorang pendidik. Dengan demikian, peserta didik akan terdorong untuk belajar
mandiri, tidak tergantung kepada pendidik saja.

d. Menggeser peranan pendidik menjadi fasilitator, informator, motivator, dan organisator.

Fasilitator sebagai penyedia layanan misalnya memberikan kasus yang harus dipecahkan atau
didiskusikan. Informator sebagai pemberi informasi terkini yang berkaitan dengan tujuan
pembelajaran. Motivator sebagai pemberi motivasi kepada peserta didik. Organisator yang
membimbing peserta didik menyelesaikan tahap-tahap pembelajaran yang telah ada.

e. Mengembangkan tujuan belajar menjadi learning to know, learning to do, learning to life
together, dan learning to be.

BAB III

Penutup

A. Kesimpulan

Asas-asas pokok dalam penyelenggaraan pendidikan ada tiga, yaitu : asas Tut Wuri Handayani, asas
belajar sepanjang hayat, asas kemandirian dalam belajar. Penerapan asas-asas pokok pendidikan,
baik di sekolah maupun di luar sekolah dengan berpedoman kepada kebebasan dalam belajar
sepanjang hayat yang bermuara kepada kemandirian dalam belajar. Oleh karena itu, seorang
pendidik perlu menyesuaikan pendekatan yang digunakannya dalam kegiatan pembelajaran.
Pendekatan dalam pembelajaran tersebut ialah pendekatan yang berpusat kepada peserta didik,
sehingga pendidik menempatkan dirinya sebagai fasilitator, informator, motivator, dan organisator.

B. Saran

Penulis berharap kita sebagai seorang calon pendidik dapat menerapkan ketiga asas pokok
pendidikan yang berlaku di Indonesia. Kita harus dapat melanjutkan perjuangan pendidikan yang
telah dilakukan oleh Ki Hajar Dewantara. Permasalahan yang tengah kita hadapai dalam
pembelajaran haruslah diselesaikan sesuai dengan tuntunan yang telah ada. Dengan demikian, kita
menjadi seorang pendidik yang benar-benar menempatkan dirinya sebagai fasilitator, informator,
motivator, dan organisator.

Anda mungkin juga menyukai