OLEH:
APRIL SABRI NASUTION
NIM: 177014036
TESIS
OLEH:
APRIL SABRI NASUTION
NIM: 177014036
ii
iii
Universitas Sumatera Utara
PERSETUJUAN TESIS
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Komisi Penguji Tesis pada hari
Senin tanggal dua puluh tiga bulan Desember tahun dua ribu sembilan belas.
Menyetujui:
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Tesis ini diajukan sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Farmasi pada Fakultas Farmasi
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak Prof. Dr. Wiryanto, M. S., Apt.
dan Ibu Khairunnisa, M. Pham., Ph. D., Apt. selaku dosen pembimbing yang
ucapan terima kasih kepada Ibu Dr. Aminah Dalimunthe, M. Si., Apt., dan
Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt. selaku dosen penguji yang telah
memberikan masukan dalam penyusunan tesis ini, kepada Ibu Prof. Dr. Masfria,
M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah
memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian, serta
Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang telah mendidik
selama perkuliahan.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tulus dan
Ibunda Hotnida Hasibuan dan Kakak serta Abang yang tiada hentinya
ABSTRAK
ABSTRAK
JUDUL.................................................................................................................i
PENGESAHAN TESIS.....................................................................................iii
PERSETUJUAN TESIS.....................................................................................iv
PERNYATAAN ORISINALITAS.....................................................................v
KATA PENGANTAR........................................................................................vi
ABSTRAK.......................................................................................................viii
ABSTRACT.........................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................x
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN...................................................................................xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................9
1.3 Hipotesis Penelitian.................................................................................9
1.4 Tujuan Penelitian...................................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian.................................................................................10
1.6 Kerangka Pikir Penelitian......................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................76
DAFTAR TABEL
1. Panduan Wawancara....................................................................................79
2. Surat Izin Penelitian.....................................................................................80
3. Persetujuan Komisi Etik Penelitian..............................................................81
DAFTAR SINGKATAN
PENDAHULUAN
vitalnya obat dalam pelayanan kesehatan, maka pengelolaan yang benar, efisien
dan efektif sangat diperlukan oleh petugas di Pusat/ Provinsi/ Kabupaten/ Kota.
2017).
obat. Tujuannya adalah tersedianya obat dan dapat diakses oleh seluruh penduduk,
menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang diproduksi dan pemerataan
1
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan obat publik di Dinas Kesehatan merupakan suatu rangkaian
obat yang menumpuk akibat tidak sesuainya perencanaan obat (Depkes RI, 2010).
langkah yang harus diambil untuk proses perencanaan pengadaan obat yang tepat,
tidak adanya pelatihan petugas obat tentang tahap perencanaan obat yang
(Seto, 2004).
penting guna menjamin mutu obat yang akan digunakan untuk pelayanan
yang efektif, dan pemantauan obat yang kadaluwarsa, serta pencegahan pencurian.
Penyimpanan harus terletak di dalam gedung yang tahan cuaca kering. Obat harus
diatur dan mudah diakses, sebagian besar disimpan di rak-rak. Ruang dan
dikontrol dalam batas-batas yang tepat, dan ruang harus memiliki ventilasi yang
Out (FIFO) dan First expired First Out (FEFO), sistem alfabetis, sistem kelas
terapi obat, sarana dan prasarana penyimpanan dan pendistribusian yang tidak
obat belum memenuhi ketentuan yang dibuat oleh Dirjen Bina Farmasi dan Alat
Kesehatan. Diantaranya tidak menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau
First expired first out (FEFO), sistem alfabetis, kartu stok, tidak menempatkan
perbekalan farmasi yang tidak tepat dapat berakibat pada kerusakan obat,
terganggunya distribusi obat dan terdapatnya obat yang kadaluarsa (Sheina, dkk.,
2010).
komponen biaya yang signifikan dalam anggaran kesehatan (Quick, et al., 1997).
terjamin penyebaran obat secara merata dan teratur agar dapat diperoleh saat
penyalahgunaan, terjamin keabsahan dan mutu obat agar obat yang sampai ke
tangan masyarakat adalah obat yang efektif, aman dan dapat digunakan sesuai
tujuan penggunaannya, terjamin penyimpanan obat yang aman dan sesuai kondisi
Siklus distribusi obat dimulai pada saat produk obat keluar dari pabrik atau
distributor, dan berakhir pada saat laporan konsumsi obat diserahkan kepada unit
pengadaan. Distribusi obat yang efektif harus memiliki desain sistem dan
manajemen yang baik dengan cara antara lain: menjaga suplai obat tetap konstan,
obat yang tidak terpakai karena rusak atau kadaluwarsa dengan perencanaan yang
Dinas Kesehatan Kota Surakarta tidak melakukan sesuai dengan indikator standar
yang ada di Kota Surakarta. Surat Pesanan ini kemudian disiapkan terlebih dahulu
oleh petugas dan setelah semuanya siap maka Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan
menumpuk akibat tidak sesuainya perencanaan obat, serta banyaknya obat yang
(Pramukantoro, 2015).
evaluasi terhadap pelaksanaan pengelolaan obat pada ketiga aspek tersebut untuk
Menurut laporan WHO tahun 2015, ditingkat global diperkirakan 9,6 juta
kasus TB baru dengan 3,2 juta kasus diantaranya adalah perempuan. Dengan 1,5
juta kematian karena TB dimana 480.000 kasus adalah perempuan. Dari kasus TB
tersebut ditemukan 1,1 juta (12%) HIV positif dengan kematian 320.000 orang
dengan kematian 190.000 orang. Dari 9,6 juta kasus TB baru, diperkirakan 1 juta
diperkirakan ada 1 juta kasus TB baru pertahun (399 per 100.000 penduduk)
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
ditembus zat kimia. Umumnya Mycobacterium tuberculosis menyerang paru dan
tingginya tingkat resiko penularan TB paru yang terjadi. Sumber penularan pasien
TB paru terletak pada waktu batuk atau bersin sehingga pasien menyebarkan
dimana jika penderita TB paru sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000
percikan dahak. Pasien yang suspek TB paru dengan batuk lebih dari 48
kali/malam akan menginfeksi 48% dari orang yang kontak dengan pasien.
Sementara pasien yang batuk kurang dari 12 kali/malam menginfeksi 28% dari
percikan dahak berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi
dalam keadaan gelap dan lembab. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh
Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
2010).
pencatatan dan pelaporan belum lengkap dan masih terdapat obat kadaluwarsa
(Mukhlis, 2016). Sama hal nya dengan penelitian yang dilakukan di Dinas
distribusi obat program belum sepenuhnya memenuhi standar (Boku, dkk., 2019).
sebagai berikut:
a. Penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi Instalasi
oleh varibael bebas. Dalam hal ini variabel terikat yaitu kesesuaian. Kerangka
- Ketepatan perencanaan
Perencanaan Kesesuaian - Persentase penyimpangan
perencanaan
- Persentase tingkat
ketersediaan obat
Pengelolaan Obat Program TB (Tuberkulosis) - Persentase jumlah dan
Penyimpanan Kesesuaian nilai obat yang
kadaluarsa/rusak
- Persentase stok obat yang
mati
Inventory Turn OverRatio
(ITOR)
- Persentase sistem
penataan obat
- Persentase
kecocokan jumlah
barang nyata dengan
Distribusi Kesesuaian - Persentase
waktu
kekosongan obat
TINJAUAN PUSTAKA
kesehatan bagi sebagian populasi yang harus tersedia setiap saat dalam jumlah
yang cukup dan harga terjangkau serta memiliki kemanfaatan yang tinggi baik
ditetapkan, hal ini sangat berkaitan dengan pengelolaan obat. Pengelolaan obat
yang efektif diperlukan untuk menjamin ketersediaan obat dengan jenis dan
Coorperation Agency (2010) obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang
publik untuk pasokan obat esensial dan dipengaruhi oleh isu-isu ekonomi
(Embrey, 2012).
Tujuan pengelolaan obat adalah tersedianya obat dan dapat diakses oleh
seluruh penduduk, menjamin keamanan, khasiat, dan mutu obat yang diproduksi
menumpuk akibat tidak sesuainya perencanaan obat, serta banyaknya obat yang
finansial, sumber daya manusia (SDM), dan sistem informasi manajemen (SIM).
Setiap tahap siklus manajemen obat yang baik harus didukung oleh keempat
faktor tersebut sehingga pengelolaan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
2.2.1 Perencanaan obat
tujuan yang paling pokok dan menyusun langkah-langkah praktis untuk mencapai
terdapat 3 aspek pokok yang harus diperhatikan meliputi: hasil kerja perencanaan,
yaitu dalam pemilihan obat yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat yang ada di daerah, sedangkan pada tahap perencanaan dan pengadaan
menumpuk akibat tidak sesuainya perencanaan obat, serta banyaknya obat yang
daerah. Untuk mendapatkan pengadaan obat yang baik, sebaiknya diawali dengan
c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi
pelayanan kesehatan/Puskesmas
b. Persentase pemakaian tiap jenis obat terhadap total pemakaian setahun
Kabupaten/Kota
tantangan yang berat yang harus dihadapi oleh tenaga farmasi yang bekerja di
kekosongan obat atau kelebihan obat dapat terjadi apabila informasi semata-mata
perencanaan untuk pengadaan obat secara terpadu serta melalui tahapan seperti di
atas, diharapkan obat yang direncanakan dapat tepat jenis, tepat jumlah serta tepat
waktu dan tersedia pada saat dibutuhkan. Metode yang lazim digunakan untuk
1. Metode konsumsi
2. Metode epidemiologi
pola penyakit, perkiraan kunjungan dan waktu tunggu (lead time). Langkah-
keempat atas Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan
(Pokja) Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan melalui aplikasi
h. PPK melaporkan item dan jumlah obat yang ditolak atau tidak
manual.
antara lain:
tidak baik
3. Mencegah kehilangan
penyimpanan.
Obat harus selalu disimpan di ruang penyimpanan yang layak. Bila obat
rusak, mutu obat menurun dan memberi pengaruh buruk bagi penderita.
1) Gudang/tempat penyimpanan :
terpisah/berbeda.
d. Struktur gudang dalam keadaan baik, tidak ada retakan, lubang atau
f. Gudang rapi, rak dan lantai tidak berdebu dan dinding bersih.
penerangan.
obat tertentu dan dalam keadaan baik. Terdapat lemari khusus yang
2) Dokumen pencatatan:
b. Kartu stok
4. Tablet, kapsul dan oralit disimpan dalam kemasan kedap udara dan
7. Obat rusak atau kadaluarsa dipisahkan dari obat lain yang masih baik
lain:
e. Penyimpanan Khusus
a. FIFO (First In First Out), yang berarti obat yang datang lebih awal
b. FEFO (First Expired First Out), yang berarti obat yang lebih awal
pengiriman obat, terjamin keabsahan, tepat jenis dan jumlah secara merata dan
dilakukan agar persediaan jenis dan jumlah yang cukup sekaligus menghindari
kekosongan dan menumpuknya persediaan serta mempertahankan tingkat
pendistribusian
pelayanan kesehatan.
a. Program kesehatan
untuk menjamin ketersediaan obat dengan jenis dan jumlah yang tepat dan
keempat atas Peraturan Presiden no. 54 tahun 2010 tentang pengadaan barang dan
perbekalan kesehatan adalah agar dana yang tersedia dapat digunakan dengan
dana, agar jenis dan jumlah obat yang disediakan sesuai dengan
sumber lainnya
Kabupaten/Kota
(Kemenkes, 2010).
pengadaan obat yang sesuai dengan kebutuhan obat untuk populasi merupakan
prasyarat terlaksananya penggunaan obat yang rasional yang pada gilirannya akan
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Dengan indikator ini akan dapat dilihat
kebutuhan Kabupaten/Kota.
US $ 3 perkapita.
drug of choice, analisis biaya-manfaat dan didukung dengan data ilmiah. Untuk
pelayanan kesehatan dasar maka jenis obat yang disediakan berdasarkan DOEN
sesuai dengan kebutuhan populasi berarti harus sesuai dengan pola penyakit yang
adalah kesesuaian jenis obat yang tersedia di instalasi farmasi dengan pola
penyakit yang ada di Kabupaten/Kota adalah jumlah jenis obat yang tersedia
dibagi dengan jumlah jenis obat untuk semua kasus penyakit di Kabupaten/Kota.
sesuai dengan kebutuhan populasi berarti jumlah (kuantum) obat yang tersedia
digudang minimal harus sama dengan stok selama waktu tunggu kedatangan obat.
sesuai dengan kebutuhan populasi berarti harus sesuai dalam jumlah dan jenis
yang harus dilayani (sesuai rencana distribusi) dengan kenyataan yang terjadi
sisa stok di unit pelayanan kesehatan. Sedang stok optimum sendiri merupakan
kesinambungan suplai obat. Waktu kekosongan obat adalah jumlah hari obat
satu syarat data yang baik adalah tepat waktu Ketepatan waktu pengiriman
LPLPO adalah jumlah LPLPO yang diterima secara tepat waktu dibandingkan
obat program yang tersedia di Instalasi Farmasi dengan kebutuhan untuk sejumlah
dipenuhi oleh obat dari berbagai sumber. Ada kalanya permintaan dari
sumber.
indikator pengelolaan obat yang dipilih dapat dilihat pada Tabel 2.1
2.5.1 Defenisi
dinding selnya mengandung komplek lipida-glikolipida serta lilin (wax) yang sulit
sebagian kecil organ tubuh lain. Kuman ini mempunyai sifat khusus, yakni tahan
terhadap asam pada pewarnaan, hal ini dipakai untuk identifikasi dahak secara
tuberkulosis cepat mati dengan matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
pada tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh, kuman dapat dormant
sel T) merupakan immunoresponse cell. Inhalasi partikel besar yang berisi lebih
dari tiga basil tuberkulosis tidak akan sampai ke alveoli, partikel akan melekat di
dinding bronkus dan akan dikeluarkan oleh sistem mukosiliari, tetapi inhalasi
partikel kecil yang berisi 1-3 basil dapat sampai ke alveoli. Basil tuberkulosis
yang menginfeksi paru dalam 6–8 minggu akan menimbulkan gejala karena telah
oleh limfosit T dan makrofag dimana TNF berperan dalam aktifasi makrofag dan
inflamasi lokal. Basil tuberculosis yang masuk ke alveoli akan diikuti oleh
berfungsi untuk memakan dan membunuh basil tersebut. Setelah beberapa hari
maka leukosit berkurang dan makrofag jadi dominan. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut yang disebut dengan
focus primer atau Ghon focus yang merupakan infeksi primer. Infeksi primer ini
dapat sembuh dengan atau tanpa bekas atau dapat berlanjut terus dan bakteri terus
di fagosit atau berkembang biak didalam sel. Basil dapat menyebar melalui
terserangnya kelenjar getah bening dengan fokus primer disebut kompleks ghon.
bersamaan seperti TB post primer. TB post primer umumnya terlihat pada paru
bagian atas terutama pada segmen posterior lobus atas atau pada bagian apeks
definisi kasus. Ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam definisi kasus
1. Tuberkulosis paru
pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
parenchyma paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) ( Depkes RI, 2005).
i. Kasus baru adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT
iv. Kasus setelah gagal (Failure) adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
berdahak terus-menerus selama 3 minggu atau lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala-gejala lain dari TB pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu makan dan berat badan menurun, rasa
berkunjung pertama kali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak
untuk mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua. P (Pagi): dahak dikumpulkan
di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan
di puskesmas pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi. Hasil pemeriksaan
dinyatakan positif apabila sedikitnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS BTA hasilnya
positif. Apabila hanya 1 spesimen yang positif maka perlu dilanjutkan dengan
adalah memberikan obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang benar dan cukup, serta
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO) (Depkes RI,
2011).
rasional. Kerangka teori pengelolaan obat program TB dapat dilihat pada Gambar
2.1 .
Obat
Indikator/ Parameter
Pengelolaan Obat
Program TB
METODE PENELITIAN
secara concurrent dan retrospektif. Bahan penelitian meliputi data primer dan
wawancara dengan pihak yang terkait dalam manajemen obat di Instalasi Farmasi
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara yaitu Kepala Instalasi Farmasi Dinas
berupa kartu stok gudang, laporan bulanan, laporan tahunan, surat pesanan dan
kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan dengan analisis isi yaitu pertama
retrospektif.
3.3 Populasi
dan 2018 serta data-data yang diamati dan diperoleh pada saat penelitian ini
a. Wawancara
yang terkait. Alat yang digunakan adalah tulis dan tape recorder.
b. Pengamatan
kartu stok, penataan gudang, persentase obat program yang dilabeli dengan
sebelumnya yaitu tahun 2017 dan 2018 antara kartu stok gudang, laporan bulanan,
laporan tahunan, surat pesanan dan daftar obat di Instalasi Farmasi Dinas
3. Pengumpulan dan pencatatan data yang termaksud dalam data yang akan
Utara.
standar kepustakaan.
Alat Hasil
No Varibel Defenisi Cara Ukur Skala ukur
ukut Ukur
Suatu rangkaian
Keter
kegiatan dimulai dari
sedia Tingkat
Pengelolaan tahap perencanaan, Penyesuai
1 an kese Ordinal
obat pengadaan, an
Doku suaian
penyimpanan dan
men
distribusian obat
Menetapkan jumlah
Perenca Kalku
2 dan jenis obat sesuai Menghitung Jumlah Nominal
naan lator
dengan kebutuhan
Menyimpan dan Kartu
memelihara dengan stok Observasi Tingkat
Penyim
3 cara menempatkan obat, dan Kese Ordinal
panan
obat-obat ditempat termo pencatatan suaian
yang sesuai meter
a. Ketepatan perencanaan
Utara harus sesuai dengan kebutuhan. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada
kebutuhan obat dalam satu tahun dan pemakaian obat per tahun di Provinsi
Sumatera Utara.
X 100%
b. Persentase penyimpangan perencanaan
Sumatera Utara.
Harus sesuai dengan kebutuhan populasi berarti jumlah obat yang tersedia
di gudang minimal harus sama dengan stok selama waktu tunggu kedatangan
obat. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Instalasi farmasi Provinsi
Sumatera Utara berupa Jumlah persediaan obat yang tersedia dan pemakaian rata-
= bulan
yang ada di Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara berupa Jumlah jenis obat
yang tersedia untuk pelayanan kesehatan selama satu tahun dan jumlah obat yang
obat. Data dikumpulkan dari dokumen yang ada di Instalasi farmasi Provinsi
X 100%
X 100%
Inventory Turn Over Ratio (ITOR) diperoleh dari total nilai keseluruhan
obat yang terdistribusi dibagi dengan total nilai rata-rata persediaan selama
setahun. nilai rata-rata persediaan dihitung dari jumlah total nilai stok awal
dengan total nilai sisa persediaan dibagi dua. Data dikumpulkan dari dokumen
Rumus ITOR =
x 100%
penyimpanan obat dengan cara mengamati nomor batch dan tanggal kadaluarsa
pada obat di rak atau pallet dan Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) serta tanggal
persediaanterakhir obat yang ada pada kartu stok kemudian dicocokkan dengan
Utara terletak di Jalan Prof. H. Yamin SH No. 41AA, Perintis, Kec. Medan
distribusian.
GUDANG OBAT)
4.3 Perencanaan
dalam setahun, tetapi jika ada Kabupaten/Kota yang meminta diluar jadwal, harus
membuat surat permintaan dan telah disetujui Kepala Dinas (KADIS) yang
obat adalah:
1). Mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah obat dan perbekalan
dan distribusi obat program di dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat
rata waktu kekosongan obat dan persentase stok obat mati, sedangkan Indikator
yang memenuhi standar ada 7, yaitu sistem penataan obat, kecocokan jumlah
barang nyata dengan stok, organisasi, penanggung jawab, jumlah SDM, keuangan
mencapai apa yang diinginkan pada masa yang akan datang. Sedangkan rencana
untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi setiap rencana mengandung
unsur tujuan yang hendak dicapai. Suatu perencanaan yang baik adalah yang
aktifitas tambahan.
e. Perencanaan harus memiliki unsur fleksibilitas artinya sesuai dengan situasi dan
kondisi yang dihadapi, sedemikian rupa sehingga pemanfaatan sumber dan tata
cara dapat diatur dengan baik dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
mengukur keberhasilan atau kegagalan yang akan terjadi. Jadi suatu rencana
dari perencanaan yang sedang dilakukan, dapat dipakai sebagai pedoman untuk
perencanaan selanjutnya.
dokumen yang ada di Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara berupa jumlah
perencanaan kebutuhan obat dalam satu tahun dan pemakaian obat per tahun di
Provinsi Sumatera Utara. Hasil ketepatan perencanaan dapat dilihat pada Tabel
X 100%
ƩPemakaian
Ʃ obat yang Hasil
No. Nama obat Satuan obat
direncanakan (%)
pertahun
1 OAT FDC Kategori 1 Paket 29400 20839 141
2 OAT FDC Kategori 2 Paket 748 1016 74
OAT Kombipak
3 Paket 0 15 0
kategori 1 dewasa
FDC kategori anak
4 Paket 1296 1093 119
(tahap 1)
Moxifloxacin tablet
5 Tablet 30135 30135 100
400 mg (avelox)
6 Ethambutol 400 mg Tablet 31584 25676 123
7 Pyrazinamide 500 mg Tablet 244036 225260 108
8 Kanamycin 1 g Vial 36550 35230 104
9 Levofloxacin 250 mg Tablet 212300 203510 104
10 Ethionamide 250 mg Tablet 236800 210800 112
11 Cycloserin 250 mg Kapsul 207600 196600 106
12 Capreomycin 1 g Vial 1100 955 115
13 Clofazimine 100 mg Tablet 9800 9800 100
14 INH 300 mg Tablet 8736 8736 100
15 Bedaquiline 100 mg Tablet 1128 1128 100
16 Linezolid 600 mg Tablet 500 500 100
Table 4.6 Data persentase ketepatan perencanaan pada tahun 2019 (Januari-
Agustus)
80%
70%
65% |Keterangan
Kurang (<100)
60%
40%
Berlebih (>150)
30%
30%
20%
12% 10%
10% 5%
0%
0%
2017 2018 2019
Gambar 4.1 Grafik ketepatan perencanaan tahun 2017, 2018 dan 2019
kumulatif yaitu hanya 88% dari keseluruhan yang memenuhi standar, masih
terdapat 12% dari keseluruhan obat yang belum sesuai dengan standar, di tahun
2018 yang memenuhi standar hanya sebesar 65%, yang kurang dari standar
sebesar 30% dan yang melebihi nilai standar sebesar 5%. Sementara pada tahun
2019 yang memenuhi standar yaitu sebesar 45%, yang kurang dari standar sebesar
45% dan yang melebihi standar ada sebesar 10%. Nilai standar yang digunakan
adalah 100-150%(Kemenkes, 2010). Hasil penelitian ini masih belum lebih baik
dari hasil penelitian Wati, dkk., (2013) yaitu 72,3%, dan Rohmani dan Febriani
dengan jumlah kasus yang terdata, sehingga apabila terjadi perubahan frekuensi
penyakit TB, maka obat yang disediakan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan,
adanya obat dropping, penerimaan obat diakhir tahun, data pemakaian yang
dokumen yang ada di Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara berupa jumlah
perencanaan jumlah obat yang direncanakan dalam satu tahun dan pemakaian obat
ƩPemakaian obat
Ʃ stok Ʃ rencana Hasil
No Nama obat Satuan pertahun
awal pengadaan (%)
1 OAT FDC Kategori 1 Paket 2247 29200 20839 33,7
2 OAT FDC Kategori 2 Paket 778 748 1016 33,4
OAT Kombipak
3 Paket 15 400 15 96,3
kategori 1 dewasa
FDC kategori anak
4 Paket 0 1296 1093 15,7
(tahap 1)
Moxifloxacin tablet
5 Tablet 0 30135 30135 0
400 mg (avelox)
6 Ethambutol 400 mg Tablet 0 31584 25676 18,7
7 Pyrazinamide 500 mg Tablet 0 244036 225260 7,7
8 Kanamycin 1 g Vial 0 36550 35230 3,6
9 Levofloxacin 250 mg Tablet 0 212300 203510 4.1
10 Ethionamide 250 mg Tablet 0 236800 210800 11
11 Cycloserin 250 mg Kapsul 0 207600 196600 5,3
12 Capreomycin 1 g Vial 0 1100 955 13,2
13 Clofazimine 100 mg Tablet 0 9800 9800 0
14 INH 300 mg Tablet 0 8736 8736 0
15 Bedaquiline 100 mg Tablet 0 1128 1128 0
16 Linezolid 600 mg Tablet 0 500 500 0
Ʃ ƩPemakai
Ʃ rencana Hasil
No Nama obat Satuan stok an obat
pengadaan (%)
awal pertahun
1 FDC Kategori 1 Paket 10608 0 10608 0
FDC Kategori 2
2 Paket 510 0 510 0
(tahap 1)
OAT Kombipak
3 Paket 400 376 479 38,3
kategori 1
FDC kategori anak
4 Paket 203 1.026 1229 0
Paket OAT kategori 1
5 Paket 0 42.955 31042 27,7
(stop TB)
Paket OAT kategori II
6 Paket 0 748 588 21,3
(stop TB)
7 Vaksin PPD 2 TU Vial 0 600 90 85
8 Moxifloxacin 400 mg Tablet 0 87.980 61320 30,3
9 Ethambutol 400 mg Tablet 5908 436.800 365428 17,5
10 Pyrazinamide 500 mg Tablet 18676 440.832 338328 26,4
11 Kanamycin 1 g Vial 1320 40.900 42220 0
12 Levofloxacin 250 mg Tablet 8790 108.400 108090 7,8
13 Ethionamide 250 mg Tablet 26000 327.100 255700 27,6
14 Cycloserin 250 mg Kapsul 11000 182900 171800 11,4
15 Capreomycin 1 g Vial 145 1.320 1465 0
16 Clofazimine 100 mg Tablet 0 49.900 37300 25,3
17 INH 300 mg Tablet 0 116.928 91392 21,8
18 Bedaquiline 100 mg Tablet 0 11.092 8836 20,3
19 Linezolid 600 mg Tablet 0 6.690 5250 21,5
20 Delamanid Tablet 0 672 672 0
90% 81%
80%
70%
60% Keterangan
10%
0%
0%
2017 2018 2019
Gambar 4.2 Grafik penyimpangan perencanaan tahun 2017, 2018 dan 2019
Berdasarkan pada Gambar 4.2 dapat dilihat pada tahun 2017 diperoleh
0%, yang tidak memenuhi nilai standar yaitu 81% dan yang melebihi nilai standar
ada 19%. Pada tahun 2018 diperoleh hasil yang memenuhi nilai standar sebesar
40%, yang tidak memenuhi nilai standar 45% dan yang melebihi nilai standar
sebesar 15%. Sementara pada tahun 2019, diperoleh hasil yang memenuhi nilai
standar sebesar 25%, yang tidak memenuhi nilai standar 45% dan yang melebihi
perencanaan pada tahun 2017, 2018 dan 2019 terhadap perubahan frekuensi
penyakit.
4.4 Penyimpanan dan Pendistribusian
adalah tingkat ketersediaan obat, persentase jumlah dan nilai obat yang
persentase rata-rata waktu kekosongan obat, persentase stok obat mati, ITOR
(Inventory Turn Over Ratio), sistem penyimpanan obat dan persentase kecocokan
dokumen yang ada di instalasi farmasi Provinsi Sumatera Utara berupa jumlah
persediaan obat yang tersedia dan pemakaian rata-rata obat per bulan. Hasil
tingkat ketersediaan obat dapat dilihat pada Tabel 4.13 dibawah ini.
=......bulan
Table 4.13 Data tingkat ketersediaan obat tahun 2017
Ʃ obat Rata-rata
Hasil
No. Nama Obat Satuan yang Pemakaian
(Bulan)
tersedia obat perbulan
OAT FDC Kategori
1 Paket 31447 2321 13,6
1
OAT FDC Kategori
2 Paket 1526 84 18,2
2
OAT Kombipak
3 Paket 415 1 415
kategori 1 dewasa
FDC kategori anak
4 Paket 1296 91 14,2
(tahap 1)
Moxifloxacin tablet
5 Tablet 30135 2511 12,0
400 mg (avelox)
6 Ethambutol 400 mg Tablet 31584 2139 14,8
Pyrazinamide 500
7 Tablet 243938 15232 16,0
mg
8 Kanamycin 1 g Vial 36550 2935 12,5
9 Levofloxacin 250 mg Tablet 212300 16959 12,5
10 Ethionamide 250 mg Tablet 236800 17566 13,5
11 Cycloserin 250 mg Kapsul 207600 16383 12,7
12 Capreomycin 1 g Vial 1100 79 13,9
13 Clofazimine 100 mg Tablet 9800 816 12,0
14 INH 300 mg Tablet 8736 728 12
15 Bedaquiline 100 mg Tablet 1128 94 12
16 Linezolid 600 mg Tablet 500 41 12,2
Ʃ obat Rata-rata
Hasil
No. Nama Obat Satuan yang Pemakaian
(bulan)
tersedia obat perbulan
FDC Kategori 1
1 Paket 10608 884 12
(tahap 1)
FDC Kategori 2
2 Paket 510 42 12,1
(tahap 1)
OAT Kombipak
3 Paket 776 39 19,8
kategori 1
FDC kategori anak
4 Paket 1229 102 12,0
Ʃ obat Rata-rata
Hasil
No. Nama Obat Satuan yang Pemakaian
(bulan)
tersedia obat perbulan
Paket OAT
1 Kategori 1(stop Paket 11913 340,5 35
TB)
Paket OAT
2 Paket 160 19,5 8,2
Kategori 2(stop tb )
Kombipak kategori
3 Paket 1297 97,5 13,3
1
4 FDC kategori anak Paket 800 97,5 8,2
5 FDC Kategori II Paket 194 24 8,1
6 Vaksin PPD 2 TU Vial 510 27 18,9
Moxifloxacin tablet
7 Tablet 71860 4332 16,6
400 mg (avelox)
Ethambutol 400
8 Tablet 127680 12180 10,5
mg
Pyrazinamide 500
9 Tablet 201148 18984 10,6
mg
10 Kanamycin 1 g Vial 27500 2599,5 10,6
Levofloxacin 250
11 Tablet 78500 7662 10,2
mg
Ethionamide 250
12 Tablet 175200 18762 9,3
mg
13 Cycloserin 250 mg Kapsul 96100 10887 8,8
14 Capreomycin 1 g Vial 663 82,5 8
Clofazimine 100
15 Tablet 30600 3825 8
mg
16 INH 100 mg Tablet 26900 3274,5 8,2
17 INH 300 mg Tablet 79296 5208 15,2
Bedaquiline 100
18 Tablet 11092 1111,5 10
mg
19 Linezolid 600 mg Tablet 6480 754,5 8,6
20 Delamanid 50 mg Tablet 2688 192 14
Table 4.18 Data persentase tingkat ketersediaan obat tahun 2019 (Januari-
Agustus)
Jenis
No Keterangan Persentase
obat
1 Tingkat ketersediaan obat < 12 bulan 14 70%
2 Tingkat ketersediaan obat 12 – 18 bulan 4 20%
3 Tingkat ketersediaan obat > 18 bulan 2 10%
Total 20
Gafik tingkat ketersediaan obat pada tahun 2017, 2018 dan
2019
88%
90% 85%
80%
70%
70%
60%
Keterangan
Gambar 4.3 Grafik tingkat ketersediaan obat tahun 2017, 2018 dan 2019
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat pada tahun 2017 diperoleh hasil
yang memenuhi nilai standar sebesar 88%, yang tidak memenuhi nilai standar 0%
dan yang melebihi nilai standar sebesar 12%. Pada tahun 2018 diperoleh hasil
yang memenuhi nilai standar sebesar 85%, yang tidak memenuhi nilai standar 0%
dan yang melebihi nilai standar sebesar 15%. Sementara pada tahun 2019
diperoleh hasil yang memenuhi nilai standar sebesar 20%, yang tidak memenuhi
nilai standar 70% dan yang melebihi nilai standar sebesar 10%. Hal ini
belum sepenuhnya sesuai dengan standar, yaitu 12-18 bulan (Pudjaningsi, 1996).
pelayanan kesehatan. Hasil penelitian ini belum lebih baik jika dibandingkan
dengan hasil penelitian Silvania (2012) sebesar 13,05 bulan. Hal ini dikarenakan
jumlah pemakaian obat yang lebih kecil dari jumlah obat yang tersedia dan
Sumatera Utara berupa jumlah jenis obat yang tersedia untuk pelayanan kesehatan
selama satu tahun dan jumlah obat yang rusak/ kadaluarsa dalam satu tahun. Hasil
persentase jumlah dan nilai obat yang kadaluarsa/ rusak dapat dilihat pada Tabel
Tabel 4.19 Data jumlah dan nilai obat yang kadaluarsa/ rusak tahun 2017, 2018
dan 2019
Ʃ obat yang Ʃ obat yang
No Nama obat
rusak/kadaluarsa tersedia
1 - - -
ada item obat pada tahun 2017, 2018 dan 2019 yang kadaluarsa ataupun rusak.
Sumatera Utara berupa jumlah hari kosongnya obat dalam satu tahun dan total
obat. Hasil persentase rata-rata waktu kekosongan obat dapat dilihat pada Tabel
X 100%
Ʃ hari kosong
No Nama obat Satuan
dalam setahun
1 FDC Kategori 1 Paket 96
2 FDC kategori II Paket 149
3 FDC kategori anak Paket 96
4 OAT kombipak kategori 1 Paket 318
5 Moxifloxacin 400 mg Tablet 16
6 Ethambutol Tablet 16
7 Phyrazinamide Tablet 16
8 Kanamicyn Vial 16
9 Levofloxacin Tablet 16
10 Etionamide Tablet 16
11 Cycloserin Kapsul 16
12 Clofazimine Tablet 288
13 Isoniazide Tablet 264
14 Bedaquiline Tablet 288
15 Linezolide Tablet 288
16 Capreomicyn Vial 16
Total 1915
Ʃ hari kosong
No Nama obat Satuan
dalam setahun
1 OAT FDC Kategori anak Paket 144
2 Paket OAT kategori I Paket 150
3 Paket oat kategori II Paket 206
4 Capreomicyn Vial 66
5 Ethambutol Tablet 28
6 Pyrazinamide Tablet 28
7 Kanamicyn Vial 28
8 Bedaquiline Tablet 28
9 Clofazimine Tablet 28
10 Etionamide Tablet 28
11 Cycloserin Kapsul 28
12 Linezolid Tablet 86
13 Isoniazide Tablet 86
14 Levofloxacin Tablet 86
Total 1020
Table 4.22 Data rata-rata waktu kekosongan obat tahun 2019
Ʃ hari kosong
No Nama obat Satuan
dalam setahun
1 FDC kategori anak Paket 50
2 FDC kategori II Paket 50
3 Kombipak kategori 1 Paket 50
4 Delamanid Tablet 66
5 Isoniazide Tablet 49
6 Pyrazinamide Tablet 64
7 Clopazimine Tablet 49
8 Ethambutol Tablet 183
9 Linezolide Tablet 85
10 Cycloserin Kapsul 64
11 Kanamicyn Vial 18
12 Capreomicyn Vial 76
Total 804
30%
30%
25%
19,96%
18,35%
20%
15%
10%
5%
0%
2017 2018 2019
Gambar 4.4 Grafik kekosongan obat tahun 2017, 2018 dan 2019
Berdasarkan Gambar 4.4 diperoleh hasil pada tahun 2017 jumlah rata-rata
hari kekosongan obat yaitu 120 hari dengan persentase sebesar 30%. pada tahun
2018 jumlah rata-rata hari kekosongan obat yaitu 73 hari dengan persentase
sebesar 19,96%. Sementara pada tahun 2019 jumlah rata-rata hari kekosongan
obat yaitu 63 hari dengan persentase sebesar 18,35% dan berdasarkan pada tabel
4.20, 4021 dan 4.22 waktu kekosongan obat ada beberapa jenis item obat yang
obat yaitu 10 hari (Pudjaningsih, 1996). Maka hasil yang diperoleh belum sesuai
dengan standar. Hasil penelitian ini belum lebih baik dari hasil penelitian
stok kosong, maka harus dilakukan perencanaan yang lebih teliti sehingga tidak
dokumen yang ada di Instalasi Farmasi Provinsi Sumatera Utara berupa jumlah
obat yang tidak pernah digunakan dalam satu tahun dan jumlah persediaan obat
dalam satu tahun. Hasil persentase stok obat mati dapat dilihat pada Tabel 4.23,
X 100%
Tabel 4.23 Data stok obat mati tahun 2017
Ʃ obat yang
Satu Ʃ persediaan
No Nama obat tidak pernah Hasil (%)
an obat setahun
digunakan
1 OAT Kombipak
paket 400 415
kategori 1
2 FDC Kategori I paket 7024 31447 23%
Total 31862
Ʃ obat yang
Ʃ persediaan Hasil
No Nama obat Satuan tidak pernah
obat (%)
digunakan
1 Paket OAT
Kategori I (Stop paket 8,271 42955
TB)
2 Ethambutol 400 mg Tablet 77,280 442708
3 Pyrazinamide 500
Tablet 78,624 459508
mg
4 Levofloxacin 250
Tablet 9,100 117190
mg
5 Moxifloxacin 400
Tablet 23,900 87980 17%
mg
6 Ethionamide 250
Tablet 57,700 353100
mg
7 Cycloserine 250 mg Tablet 22,100 193900
8 Bedaquilin 100 mg Tablet 2,256 11092
9 Linezolid 600 mg Tablet 1,440 6690
10 Clofazimine 100
Tablet 12,600 49900
mg
11 Isoniazid 300 mg Tablet 25,536 116928
Total 318,807 42955
Ʃ obat yang
Ʃ persediaan Hasil
No Nama obat Satuan tidak pernah
obat (%)
digunakan
Paket OAT
1 Kategori I (Stop Paket 8,271 11913 69%
TB)
Grafik persentase obat mati pada tahun 2017,
2018 dan 2019
69%
70%
60%
50%
40%
30% 23%
17%
20%
10%
0%
2017 2018 2019
Gambar 4.5 Grafik persentase obat mati pada tahun 2017, 2018 dan 2019
Berdasarkan Gambar 4.5 diperoleh 23% dengan 2 jenis obat pada tahun
2017, 17% dengan 11 jenis obat pada tahun 2018, dan 69% dengan 1 jenis obat
pada tahun 2019. jika dibandingkan dengan nilai standar yaitu 0% (Pudjaningsih
1996), maka nilai hasil penelitian lebih besar dari nilai standar, dapat disimpulkan
bahwa belum sesuai dengan standar. Hasil yang diperoleh pada tahun 2017 dan
2018 menunjukkan masih lebih baik dari hasil penelitian Boku, dkk., yaitu 25 %.
Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan obat belum efisien, adanya perubahan
dari dokumen yang ada di instalasi farmasi Provinsi Sumatera Utara berupajumlah
obat yang didistribusikan, stok awal dan stok akhir. Hasil Inventory Turn Over
Ratio (ITOR) dapat dilihat pada Tabel 4.26, 4.27 dan 4.28 dibawah ini
Rumus ITOR =
x 100%
Tabel 4.26 Data ITOR (Inventory Turn Over Ratio) tahun 2017
No Nama obat Harga Ʃ stok awal Ʃ obat yang Ʃ Stok Nilai rata- ITOR
satuan (Rp) didistribusik akhir (Rp) rata (kali)
an (Rp) persediaan
(Rp)
1 OAT FDC Kategori 1 359989 1132057408 7501810771 3818763312 7569668698
3
70
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.28 Data ITOR (Inventory Turn Over Ratio) tahun 2019 (Januari-Agustus)
Nilai rata-
Ʃ obat yang
Harga Ʃ stok awal Ʃ Stok rata ITOR
No Nama Obat didistribusik
satuan (Rp) akhir (Rp) persediaan (kali)
an (Rp)
(Rp)
1 Paket OAT Kategori 48810 581473.53 133056060 448417470 224499471
1(stop TB)
2 Paket OAT Kategori 136278
2(stop tb ) 9 218046240 218046240 0 109023120
3 Kombipak kategori 1 317018 411172346 250127202 161045144 286108745
4 FDC kategori anak 232518 186014400 183921738 2092662 94053531
5 FDC Kategori II 129788
9 251790466 251790466 0 125895233
6 Vaksin PPD 2 TU 625900 319209000 137698000 181511000 250360000
7 Moxifloxacin tablet
400 mg (avelox) 5012 360162320 173715.92 186446400 273304360
8 Ethambutol 400 mg 453 57839.04 44140.32 13698720 6878279.52
9 Pyrazinamide 500 mg 10909711.1
441 88706.268 66975.552 21730716 3
10 Kanamycin 1 g 35337 971767500 735009.6 236757900 604262700 0.56
11 Levofloxacin 250 mg 721 56598500 44197.3 12401200 34499850
12 Ethionamide 250 mg 1085 190092 162858.5 27233500 13711796
13 Cycloserin 250 mg 17796519.6
3913 376039.3 340822.3 35217000 5
14 Capreomycin 1 g 70238 46567794 46567794 0 23283897
15 Clofazimine 100 mg 14945 457317 457317 0 228658.5
16 INH 300 mg 145 3900500 3799000 101500 2001000
17 INH 300 mg 414 32828544 17248896 15579648 24204096
18 Bedaquiline 100 mg 76929769.5
69838 774643.096 621558.2 153084896 5
19 Linezolid 600 mg 89300 578664 539372 39292000 19935332
20 Delamanid 50 mg 36840 99025.92 56586.24 42439680 21269352.9
Total 2861261410 1245497949 1577049436 2219155423
Grafik ITOR (Inventory Turn Over Ratio) pada
tahun 2017, 2018 dan 2019
1,24
1,4
1,2
1 0,83
0,8
0,56
0,6
0,4
0,2
0
2017 2018 2019
Gambar 4.6 Grafik Inventory Turn Over Ratio (ITOR) pada tahun 2017, 2018
dan 2019
Berdasarkan Gambar 4.6 diperoleh ITOR pada tahun 2017 yaitu 0,83 kali,
sementara pada tahun 2018 diperoleh hasil 1,24 kali dan pada tahun 2019
diperoleh hasil 0,56 kali. Jika dibandingkan dengan Nilai standar ITOR yaitu 8-12
kali/ tahun (Pudjaningsih, 1996), maka belum sesuai dengan nilai standar. Hasil
Penelitian ini belum lebih baik dari hasil penelitian Wati dkk yaitu, yaitu 5,77
kali. Hal ini dikarenakan bahwa perputaran obat program yang terdistribusi belum
efisien dan adanya obat dropping dari pusat yang jumlahnya berlebih, penerimaan
obat diakhir tahun dan tidak adanya permintaan Kabupaten/Kota, sehingga akan
penyimpanan obat yang ada di instalasi farmasi Provinsi Sumatera Utara. Hasil
Sistem penyimpanan obat dapat dilihat pada Tabel 4.31 dibawah ini.
Table 4.29 Data penyimpanan obat
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat dilihat pada tabel 4.29 yaitu
sudah efektif dan efisien. Tiap jenis obat disusun secara terpisah dan disimpan
secara rapi dan teratur untuk mencegah resiko tercampurnya serta memudahkan
dengan mengumpulkan data dari dokumen yang ada di instalasi farmasi Provinsi
dengan kartu stok dapat dilihat pada Tabel 4.30 dibawah ini.
Kecocokan
antara kartu Standar
No. Nama Obat Satuan
stok dan (%)
barang (%)
1 Paket OAT Kategori 1(stop TB) Paket 100
2 Paket OAT Kategori 2(stop tb ) Paket 100
3 Kombipak kategori 1 Paket 100
4 FDC kategori anak Paket 100
5 FDC Kategori II paket 100
6 Vaksin PPD 2 TU Vial 100
7 Moxifloxacin tablet 400 mg (avelox) Tablet 100
8 Ethambutol 400 mg Tablet 100
9 Pyrazinamide 500 mg Tablet 100
10 Kanamycin 1 g Vial 100
100
11 Levofloxacin 250 mg Tablet 100
12 Ethionamide 250 mg Tablet 100
13 Cycloserin 250 mg Kapsul 100
14 Capreomycin 1 g Vial 100
15 Clofazimine 100 mg Tablet 100
16 INH 300 mg Tablet 100
17 INH 300 mg Tablet 100
18 Bedaquiline 100 mg Tablet 100
19 Linezolid 600 mg Tablet 100
20 Delamanid 50 mg Tablet 100
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.30 yaitu 100%.
sudah sesuai 100%, nilai ini sudah sesuai dengan standar yang ditentukan yaitu
kesehatan provinsi sumatera utara telah dikerjakan secara optimal, dan ketelitian
petugas dalam mengontrol obat masuk dan keluar sudah efektif dan eifsien.
BAB V
5.1 Kesimpulan
dengan standar.
5.2 Saran
Provinsi Sumatera Utara agar lebih menyesuaikan sistem yang berjalan terhadap
Boku, Y., Satibi dan Yasin, N.M. (2019). Evaluasi Perencanaan dan Distribusi
Obat Program di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara.
Yogyakarta; jurnal management dan pelayanan farmasi. Vol. 9 No. 2.
Hal. 88-100.
Clark, M., (2012). Management Sciences for Health. MDS-3: Managing Access to
Medicines and Health Technologies, Arlington, VA: Management
Science forHealth Drug Supply, Kumarian Press.Hal.102, 108.
Quick, DJ., (1997). Managing Drug Supply.2nd ed. Management Sciences for
Health. Kumarian Press. USA.Hal. 117.
Sallet, JP., (2012). Management Sciences for Health. MDS-3: Managing Access
toMedicines and Health Technologies, Arlington, VA: Management
Science forHealth Drug Supply, Kumarian Press.Hal. 97.
Terry and Leslie. (2010). Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. Hal
76.
Waluyo, W.Y., Athiyah, U. dan Rochmah, T.N. (2015). Analisis faktor yang
mempengaruhi pengelolaan obat publik di instalasi farmasi kabupaten
(studi di papua wilayah selatan). Vol. (13):(1).Hal.94-101.
Wati W., Fudholi A. Dan Pamudji G. (2013). Evaluasi Pengelolaan obat dan
strategi perbaikan dengan metode hanlon di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Tahun 2012. Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi. Hal. 283-
290.
Nama :
Usia :
Pendidikan :
Jabatan :
PERTANYAAN
A. Perencanaan