Disusun oleh :
2019
LEMBAR PERSETUJUAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA,Tbk PLANT 12 TARJUN
KOTABARU, KALIMANTAN SELATAN
Menyetujui,
Pembimbing Lapangan Koordinator Program PKL
Mengetahui,
Production Dept. Head HR & GA Dept. Head
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Disusun Oleh :
Novhan D Natanagara
Ibu Lailan Ni’mah., M. T Production Engineer
NIP. 19840119 201212 2 003
Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Teknik Kimia
Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
melimpahkan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Kerja Praktek
(KP) di PT.Indocement Tunggal Prakarsa,Tbk Plant 12 Tarjun, dari tanggal 17
Juni sampai 9 Agustus 2019 dan dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja
Praktek yang berjudul “MENGHITUNG NERACA MASSA DAN NERACA
PANAS PADA CEMENT MILL 1 DAN COAL MILL DI PT. INDOCEMENT
TUNGGAL PRAKARSA Tbk., P-12 TARJUN” sebagai salah satu syarat yang
harus dipenuhi mahasiswa Program Studi Teknik Kimia untuk menyelesaikan
studi S-1 di Fakultas Teknik, Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru sesuai
pada waktu yang telah ditentukan.
Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karenanya, dalam kesempatan ini saya menyampaikan rasa terima kasih
sebesarnya kepada:
1. Bapak Katon Primanto selaku General Manager Operasional PT. ITP, Tbk
Plant 12 Tarjun.
2. Bapak H. Kaspul Anwar, SE selaku Human Resourcess and General Affair
Department Head PT. ITP, Tbk Plant 12 Tarjun.
3. Bapak Novhan D Natanagara selaku pembimbing lapangan kerja praktek di
PT. ITP, Tbk Plant 12 Tarjun.
4. Bapak H. Gesang Gunoro selaku Department Head Production Department
PT. ITP, Tbk Plant 12 Tarjun.
5. Bapak Restu Yuwono, ST selaku Training Section Head PT. ITP, Tbk Plant
12 Tarjun.
6. Bapak Rommy Saputra, ST, Bapak Ahmad Taufik, ST, Bapak Novhan D
Natanagara ST, Bapak Ali Akbar, ST, Bapak Wirabayu Adisastra, ST, Bapak
Mawardi, ST dan teman-teman atas segala bantuannya serta membagikan
pengalaman dan pengetahuannya selama saya melaksanakan kerja praktek di
Production Department.
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Tujuan .............................................................................................. 2
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................... 2
1.2.2 Tujuan Khusus ........................................................................ 2
BAB IV PEMBAHASAN
A. PERHITUNGAN NERACA MASSA DAN NERACA PANAS PADA
CEMENT MILL 1
A.4.1 Pendahuluan ...................................................................................... 92
A.4.1.1Latar Belakang..................................................................... 93
A.4.1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 93
A.4.1.3 Batasan Masalah ................................................................... 93
A.4.1.4 Tujuan .................................................................................. 93
A.4.1.5 Manfaat ................................................................................. 93
A.4.2 Landasan Teori ............................................................................... 93
A.4.2.1 Proses di Cement Mill 1 ...........................................................
93
A.4.2.2 Neraca Massa dan Neraca Panas ........................................... 95
B.4.3 Metodologi ........................................................................................ 98
A.4.4 Hasil dan Pembahasan .................................................................... 98
A.4.3.1 Hasil Pengamatan ……………………………………...…. 100
A.4.3.2 Hasil Perhitungan dan Pembahasan …………………...... 101
B. PERHITUNGAN NERACA MASSA DAN NERACA PANAS PADA
COAL MILL
B.4.1 Pendahuluan ...................................................................................... 107
B.4.1.1Latar Belakang.........................................................................107
B.4.1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 107
B.4.1.3 Batasan Masalah ....................................................................108
B.4.1.4 Tujuan .................................................................................. 108
B.4.1.5 Manfaat ................................................................................. 108
B.4.2 Landasan Teori ..................................................................................108
B.4.2.1Proses di Coal Mill................................................................. 108
B.4.2.2 Neraca Massa dan Neraca Panas ...........................................109
B.4.3 Metodologi ........................................................................................111
B.4.4 Pembahasan .......................................................................................113
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan……………………………………………………….................. 120
5.2 Saran………………………………………………………............................ 121
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 123
LAMPIRAN..................................................................................................... 125
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
berperan dalam bidang industri salah satunya PT. Indocement Tunggal Prakarsa,
Tbk Plant 12 yang berada di Tarjun, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan
Selatan. Pada PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12 ini, process control
merupakan suatu hal yang sangat vital di mana pada proses tersebut, mutu bahan
baku hingga mutu produk serta proses produksi dikendalikan sehingga dapat
mencapai nilai yang sesuai standar. Untuk itulah Production Department
merupakan salah satu departemen yang memiliki fungsi yang sangat penting pada
proses pembuatan semen di PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Plant 12.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
1. Mendapatkan gambaran nyata tentang penerapan ilmu atau teori yang
selama ini diperoleh melalui bangku kuliah dan membandingkannya dengan
kondisi nyata yang ada di lapangan.
2. Memperoleh tambahan pengetahuan dan pengalaman serta mendapat
peluang untuk berlatih menangani permasalahan dalam pabrik, yang akan
membuka pola pikir yang lebih luas mengenai disiplin ilmu yang ditekuni
selama ini.
3. Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami sistem kerja perusahaan dan
turut serta dalam proses.
4. Mengenalkan dan membiasakan diri terhadap suasana kerja sebenarnya
sehingga dapat membangun etos kerja yang baik.
5. Memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus ditempuh
sebagai persyaratan akademis di Program Studi S1-Teknik Kimia FT ULM
Banjarbaru.
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
dihidrat (CaSO4.2H2O) dengan specific gravity 2,5 dan kekerasan 1,5-2,5 skala
mohs, diperoleh di alam sebagai batuan alam atau hasil samping industri
pembuatan asam borat, asam sulfat dan asam phosphate.
Pengendalian bahan mentah meliputi dua aspek penting, yaitu:
a. Sifat kimia, meliputi : -Komposisi kimia
- Mineralogi
b. Sifat fisika, meliputi : - Ukuran
- Kekerasan
- Warna
- Kadar air
2.2.2 Deskripsi Proses
Proses pembuatan semen di PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk terbagi
menjadi beberapa tahap, yaitu:
1. Penambangan dan penyediaan bahan baku (mining).
2. Proses produksi, yang meliputi :
a. Pengeringan dan penggilingan awal bahan baku (raw mill)
b. Pembakaran dan pendinginan clinker (burning and cooling)
c. Penggilingan akhir (cement mill)
3. Pengepakan (packing)
Secara umum proses pembuatan semen portland dapat dilihat pada gambar
sebagai berikut:
homogenisasi. Untuk pure limestone dibawa oleh belt conveyor dan selanjutnya
dikumpulkan oleh tripper yang berkapasitas 1800 ton/jam (pada kondisi kering)
pada storage. Dari storage, material dibawa ke bin dengan menggunakan
reclaimer tipe semi bridge dengan kapasitas 200 ton/jam. Bahan baku yang lain
adalah laterite dan silica yang dibawa oleh belt conveyor serta tripper dengan
kapasitas 500 ton/jam. Dari storage, material dikumpulkan dan dibawa ke dozing
house dengan menggunakan reclaimer (tipe bridge yang berkapasitas 700
ton/jam) dan belt conveyor.
Berikut adalah kapasitas tempat penyimpanan bahan baku stock pile atau
storage yang dimiliki oleh PT. Indocement Plant-12 Tarjun :
1. Mix material : 2 x 50.000 ton (pada kondisi kering)
2. Pure limestone : 2 x 10.000 ton (pada kondisi basah)
3. Silica : 6.000 ton
4. Laterite : 2.500 ton
Dalam pembuatan portland cement, supaya semen tidak cepat mengeras
perlu ditambahkan gypsum ke dalam clinker.
Gambar 2.2.2 Flow diagram proses produksi semen pada PT. ITP, Tbk Plant 12
Tarjun
cerobong. Batas emisi debu adalah 80 mg/m 3. Sedangkan bahan baku halus
yang dapat ditangkap oleh EP akan jatuh ke screw conveyor dan air slide, lalu
dibawa masuk ke bucket elevator dan dialirkan ke blending silo
(homogenizing silo) untuk dihomogenisasi. EP bekerja dengan memberikan
muatan pada material, sehingga material nantinya akan menempel pada plat
bermuatan. Lalu dengan hammer yang terdapat dalam EP, plat tersebut akan
dipukul hingga material terjatuh.
Homogenisasi material di dalam blending silo tidak dilakukan dengan
pengadukan secara fisik melainkan dengan cara dihembus menggunakan
blower untuk mendapatkan efek pencampuran. Blending silo yang digunakan
adalah tipe continuous blending dengan kapasitas penyimpanan 30.000 ton,
yang dirancang pada kondisi berat jenis (bulk density) di dalam silo sekitar
1,15 ton/m3.Sistem pengeluaran menggunakan multi feeding yang diharapkan
bisa memperoleh lapisan yang seragam di sepanjang permukaan blending
silo. Kapasitas peralatan yang dipasang untuk mengeluarkan material adalah
640 ton/jam. Proses percampuran dilakukan bersamaan dengan pengeluaran
material. Jalur yang dipakai untuk mengalirkan material keluar diaktifkan
oleh aerasi di bagian bawah silo secara bergantian dengan menggunakan 6
buah saluran. Sistem homogenisasi semacam ini memiliki efisiensi
percampuran tinggi dengan konsumsi energi yang cukup rendah, sehingga
material yang masuk ke dalam kiln juga akan seragam.
2. Pembakaran dan Pendinginan Clinker (burning and Cooling)
Dari Blending Silo, Raw meal yang sudah dihomogenkan
ditransportasikan ke sistem pengumpan kiln menggunakan air slide dan
bucket elevator dan diumpankan ke suspension preheater. Untuk mengatur
kontinuitas dan jumlah material yang akan dimasukkan ke dalam Sistem
Pembakaran di kiln, material ditampung di dalam sebuah bin penampung
sementara yang dilengkapi dengan penimbang. Diharapkan aliran material ke
sistem pengumpan kiln selalu stabil agar proses operasi juga stabil. Level
material di feed bin dijaga konstan dengan mengatur keluaran dari Blending
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
18
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Silo. Penimbang (load cell) di feed bin memberikan signal ke katup keluaran
blending agar bukaan katup atau valve tersebut disesuaikan pada level bin
tertentu (90 ton). Material mengalir keluar secara rutin dikalibrasikan dengan
penurunan berat di bin.
Proses pembentukan clinker tidak seluruhnya terjadi di rotary kiln,
tetapi di dalam dua unit yaitu suspension preheater dimana tepung baku (raw
meal) mengalami proses penguapan air, pemanasan awal dan sebagian proses
kalsinasi. Sedangkan pada kiln terjadi proses kalsinasi lanjutan, sintering dan
pendinginan clinker. Dengan adanya SP memberikan beberapa keuntungan
diantaranya :
a. Rotary kiln lebih pendek.
b. Gas panas yang keluar dari SP dapat digunakan sebagai pemanas di raw
mill dan coal mill.
c. Penghematan bahan bakar.
Kiln merupakan salah satu alat utama dalam pabrik semen yang
berfungsi sebagai tempat menghasilkan clinker yang merupakan produk
setengah jadi dalam pembuatan semen. Pabrik penghasil clinker ini dibuat
dari FLS dengan spesifikasi FLS-SLC-I (Separated Line Calciner with In
Line Calciner in the Kiln String). Penggunaan Suspension Preheater yang
dilengkapi Calsiner merupakan pilihan yang tepat untuk memperoleh
konsumsi panas yang kecil dan meningkatkan kapasitas produksi kiln. Selain
itu, beban kiln menjadi berkurang, karena kalsinasi sudah mulai terjadi di SP
(calsiner).
Berikut tahapan reaksi yang terjadi pada proses pembentukan clinker
dari umpan baku (Raw Meal):
1. Proses pengeringan/penguapan air
Proses penguapan ini terjadi pada suhu sampai 100 0C, umpan baku (raw
meal) yang masuk ke suspension preheater dari blending silo memiliki
suhu >750C.
2. Tahapan pelepasan air hidrat clay (tanah liat).
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
19
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Proses ini terjadi pada temperatur sekitar 5000C dan terletak di siklon
stage 2.
4. Tahap penguapan CO2 dari limestone dan mulai kalsinasi (600 – 900 0C)
CS + C C2S
yang tidak bereaksi dengan oksida-oksida, aluminium, besi dan silika tersebut
biasanya berupa senyawa CaO bebas atau free lime. Free lime ini dalam hasil
produksi clinker dibatasi antara 0,5 – 1,2 %.
Proses pembakaran atau pembentukan clinker dari raw meal yang
terjadi dalam Sistem Kiln adalah sebagai berikut :
1. Suspension Preheater (SP)
Suspension preheater merupakan alat pemanas awal dan kalsinasi
awal dari raw meal sebelum dimasukkan ke dalam rotary kiln. Dengan
adanya proses kalsinasi di calsiner, dapat meningkatkan kapasitas
produksi kiln, dan mengurangi kebutuhan energi karena konsumsi panas
yang kecil di kiln sehingga mengurangi beban kiln untuk membentuk
clinker. Sebagian energi yang dibutuhkan di SP diperoleh dari udara panas
dari coolax cooler (grate cooler) hasil pendinginan clinker dari kiln yang
dialirkan melewati dua buah aliran udara tersier.
PT. ITP plant 12 menggunakan sistem SLC-1 di kiln system. SLC
(separate line calsiner) dan ILC (in line calsiner) yang ditempatkan
bersebelahan. Hal ini memungkinkan pembakaran clinker menggunakan
rotary kiln yang lebih kecil dengan waktu tinggal yang tepat, mengingat
perpindahan panas yang terjadi di dalam kiln hampir seluruhnya radiasi.
Sedangkan kalsinasi, perpindahan panas yang terjadi lebih didominasi oleh
mekanisme konveksi yang tidak cukup ekonomis dilakukan di dalam kiln
karena kecepatan aliran gas yang cukup rendah.
Tujuan yang diperoleh dari operasi dengan menggunakan saluran
terpisah untuk kiln dan calsiner adalah dapat berdiri sendiri dan draugh-
nya dapat dikontrol dengan baik. Waktu tinggal di calsiner untuk ILC
adalah 1,5 detik dan untuk SLC adalah 2,7 detik. Kiln dan calsiner system
dilengkapi dengan double string preheater 5 tingkat. Cyclone dari FLS
type LP mempunyai pressure drop yang kecil pada kedua preheater,
kurang dari 550 mmH2O. Laju pembakaran di ILC adalah 10-15 %, laju
baku atau kiln feed masuk ke SP melalui lubang umpan pada connecting
duct (saluran penghubung) antara stage 1 dan stage 2. Kiln feed terbawa
aliran gas panas menuju stage 1 yang terdiri dari 2 buah siklon. Gas panas
keluar melalui ujung siklon tingkat 1 karena tarikan EP fan, sedangkan
material turun menuju saluran penghubung stage 2 dan 3. Pada tahap ini
material mengadakan kontak lagi dengan gas panas yang berasal dari
stage 3 dan terbawa aliran ke stage 3 dan seterusnya sampai stage 5.
Kemudian raw meal mengalir masuk ke dalam kiln. Dalam kiln, dengan
adanya kemiringan dan putaran kiln, raw meal akan mengalir ke sepanjang
kiln, selanjutnya dalam kiln tersebut raw meal dibakar lagi dan
terkalsinasi penuh dengan panas yang disuplai oleh burner yang dipasang
di outlet kiln. Pembentukan clinker terjadi pada saat raw meal melalui
burningzone.
2. Rotary Kiln
Rotary kiln merupakan peralatan utama dalam pembuatan semen
karena di dalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan clinker
dari bahan baku. Secara garis besar kiln terbagi menjadi 3 zona, yaitu:
zona kalsinasi, zona transisi dan zona sintering. Proses perpindahan panas
sebagian besar ditentukan oleh proses radiasi, sehingga digunakan isolator
batu bata tahan api (refractory brick) dan mencegah coating yang
terbentuk selama proses pembakaran. Pada zona sintering, fasa cair sangat
diperlukan karena reaksi clinkerisasi lebih mudah berlangsung pada fasa
cair.
Di dalam rotary kiln terjadi proses kalsinasi lanjutan dan sintering
atau pembentukan mineral-mineral pembentuk semen, yaitu C2S, C3S, C3A
dan C4AF. Di dalam kiln terjadi kontak antara material dengan gas panas
secara counter current sehingga terjadi perpindahan panas yang lebih
efektif. Proses di dalam kiln menyebabkan perubahan fisik dan kimia dari
material di sepanjang kiln. Temperatur di kiln mencapai + 1400oC.
sektor. Dengan cara itu jumlah udara per kg clinker dapat dikurangi
diperbandingkan dengan cooler konvensional.
Demikian juga daerah RFT dibagi menjadi 3 sektor pada grate 2 dan
3. Masing-masing sektor atau kompartemen di suplai udara dari masing-
masing fan. Keuntungan yang diberikan yaitu, penurunan sirkulasi debu
antara cooler dan kiln, mempercepat pengembalian panas, serta lebih
sedikit kebutuhan udara.
Kiln hood digunakan untuk Kiln dan saluran udara tersier menyuplai
udara pembakaran untuk ILC dan SLC. Saluran udara tersier kedua, dari
area CFG di cooler menyuplai udara pembakar untuk SLC calciner.
Kedua saluran udara tersebut didesain untuk meminimalkan kecepatan
udara di titik keluar cooler dan keluaran hood. Sehingga udara pembakar
tersier yang bersih yang disuplai ke calciner dan hanya sedikit debu
clinker yang di recycle ke kiln system. Hopper dengan double plate sluice
diletakkan dibawah grate. Apron Conveyor di bawah grate memastikan
pengambilan debu yang jatuh dan mengirimkan clinker ke clinker storage
(kapasitas 100000 ton) yang menggunakan metode timbunan melingkar.
4. Coal Handling
Untuk kebutuhan energi sebagai bahan bakar, digunakan coal
(batubara). Untuk kebutuhan unloading (pembongkaran) coal dipersiapkan
tempat tersendiri di pelabuhan yaitu pada lightering wharf. Dari
pelabuhan, coal dimasukkan ke dalam coal storage melewati hopper.
Untuk keperluan mixing dan pengaturan pile dipergunakan travelling
stacker dengan belt conveyor.
Stacker yang digunakan tersebut mempunyai kapasitas 100 ton/jam
untuk mengisi storage yang berisi 2 pile dengan masing-masing kapasitas
2500 ton untuk cement plant dan 2 pile dengan kapasitas 1400 untuk
power plant. Untuk mengambil coal dipergunakan reclaimer, sedangkan
untuk mengirimkan coal ke coalmill digunakan belt conveyor. Coal yang
ada di storage ini digunakan untuk cement plant maupun power plant.
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
25
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
d. Fly Ash
Pada penambahan bahan aditif semen, harus diperhatikan syarat dari kuat
tekan semen harus tetap terpenuhi meski dilakukan penambahan bahan
dalam proses ini.
Di PT. ITP plant 12 ini mempunyai masing-masing dua set dengan
kapasitas sama, yaitu 200 ton per jam. Urutan prosesnya adalah clinker
keluar dari storage melalui belt conveyor dan bucket elevator menuju
clinker bin dengan kapasitas 500 ton. Proporsi clinker ditentukan dengan
weighing feeder yang kemudian akan dibawa ke pregrinder. Untuk cement
retarder (gypsum), PT. ITP plant 12 mendatangkan dari Gresik. Gypsum
digaruk oleh reclaimer menuju bin (berkapasitas 100 ton) melalui belt
conveyor. Dua bin lainnya yaitu untuk limestone dan trass.
Dari bin, clinker keluar melalui penimbangan (belt scale) menuju ke
pregrinder. Prinsip kerja pregrinder hampir sama dengan raw mill, hanya
saja tidak menggunakan udara panas, bahkan perlu air bila temperatur
clinker terlalu panas (>120oC). Penggilingannya menggunakan roller
pressure dengan tekanan sedikit lebih besar yaitu 75 bar. Material yang
digiling di pregrinder hanyalah clinker, karena gypsum dan trass langsung
ditambahkan ke tube mill atau yang biasa dikenal dengan Ball Mill.
Sebenarnya clinker bisa langsung ke tube mill hanya saja kapasitasnya
rendah (<140 ton/jam).
Tube Mill adalah suatu silinder yang berputar dimana di dalamnya
berisi bola-bola baja dari diameter 40-70 mm, dibagi dalam dua kamar
(chamber). Chamber 1 berisi bola-bola baja besar (40-70 mm) dengan
putaran mill 15 rpm. Chamber berikutnya berisi bola dengan diameter
dibawah 35 mm. Volume total adalah sekitar 30%. Produk dari pregrinder
diumpankan langsung ke Tube Mill ditambah gypsum dan bahan-bahan
lainnya (trass) dengan komposisi yang telah ditentukan oleh QC. Karena
putaran mill (15 rpm), bola–bola baja (steel ball) akan menumbuk clinker
dan bahan lainnya hingga halus serta akan terjadi pencampuran, sehingga
keluar dari tube mill ini sudah menjadi produk semen.
Produk semen yang keluar dari Tube Mill masih belum seragam,
sehingga masih perlu memisahkan antara material yang halus dan yang
kasar. Pemisahan ini dilakukan oleh osepa, yaitu suatu siklon yang di
dalamnya ada classifier yang berputar. Produk akan keluar ke atas karena
hisapan fan menuju bag filter, dimana di bag filter ini debu disaring
sehingga semua debu akan tertangkap dan dibawa masuk oleh air slide ke
cement silo. Sedangkan reject osepa akan di recycle kembali ke tube mill.
Reaksi tumbukan antara steel ball dengan clinker dalam tube mill
menimbulkan panas yang dapat meningkatkan suhu di dalam alat. Suhu
dalam mill tidak boleh lebih dari 120 oC karena pada suhu tersebut air
hidrat gypsum akan menguap sehingga tidak dapat berfungsi sebagai
retarder. Untuk menjaga agar temperatur tidak berlebih (<120ºC),
digunakan water spray yang diletakkan berlawanan arah dengan umpan
masuk dan sistem injeksinya dikabutkan untuk menghindari kemungkinan
terjadinya penggumpalan. Produk akhir di simpan di dalam 3 unit Cement
silo dengan kapasitas masing-masing 20.000 ton, dengan sistem
pengeluaran menggunakan air slide.
Dari 3 unit cement silo, semen ditransportasikan menggunakan air
slide menuju bucket elevator, kemudian masuk ke dalam vibrating screen
untuk menyaring material yang terbawa ke dalam produk semen. Pada
cement silo ini terjadi fluidisasi antara semen dan udara blower. Dengan
adanya gravitasi bumi, semen jatuh ke bawah dan oleh air slide dibawa ke
bucket elevator. Produk yang berupa material halus dimasukkan ke dalam
hopper untuk dialirkan ke dalam packer. Aliran massa semen terbagi
menjadi dua, yaitu massa semen yang setelah ditimbang di weigh bridge
menuju truck loader untuk pembelian dalam bentuk semen curah (bulk
cement) dan massa semen yang menuju rotary packer untuk pengemasan
semen dalam bentuk kantong (sack). Semen yang terbuang pada saat
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
28
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
2.2.5 Produk
Empat oksida utama (CaO, SiO2, Al2O3, Fe2O3) dan SO3 merupakan bagian
terbesar dalam susunan kimia semen Portland dan di alam senyawa-senyawa
seperti Oksida Kapur (CaO) merupakan unsur pokok yang merupakan dua pertiga
bagian dari berat produk, berasal dari:
1. Batu kapur (limestone), ditemui dalam bentuk mineral calsite dan aragonite
dengan tingkat kemurnian antara 50-99%.
2. Sumber CaO lain seperti marl, berkadar CaCO3 lebih rendah dengan kadar air
tinggi.
Menurut SNI 15-2049-1994 dan ASTM C-150-1998 semen Portland
diklasifikasikan dalam 5 tipe yaitu:
Tipe I : Semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan
persyaratan khusus seperti yang dipersyaratan tipe-tipe lain.
Tipe II : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan
ketahanan terhadap sulfat atau panas hidrasi sedang.
Tipe III : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan
yang tinggi pada tahap permulaan setelah pengikatan terjadi.
Tipe IV : Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas
hidrasi rendah.
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
30
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
2
merger dengan PT. Indo Kodeco Cement 29 Desember 2000
OPC : Ordinary Portland Cement
PCC : Portland Composite Cement
OWC : Oil Well Cement
WC : White Cement
Portland Composite Cement (PCC) dibuat untuk penggunaan umum seperti
rumah, bangunan tinggi, jembatan, jalan beton, beton pre-cast dan beton pre-
stress. PCC mempunyai kekuatan yang sama dengan Portland Cement Tipe I.
Ordinary Portland Cement (OPC) juga dikenal sebagai semen abu-abu,
terdiri dari lima tipe semen standar. Indocement memproduksi OPC Tipe I, II dan
V. OPC Tipe I merupakan semen kualitas tinggi yang sesuai untuk berbagai
penggunaan seperti konstruksi dan OPC Tipe II dan V memberikan perlindungan
tambahan terhadap kandungan sulfat di air dan tanah.
Oil Well Cement (OWC) adalah tipe semen khusus untuk pengeboran
minyak dan gas baik di darat maupun lepas pantai. OWC dicampur menjadi suatu
adukan semen dan dimasukkan antara pipa bor dan cetakan sumur bor dimana
semen tersebut dapat mengeras dan kemudian mengikat pipa pada cetakannya.
White Cement atau semen putih digunakan untuk dekorasi eksterior dan
interior gedung. Sebagai satu-satunya produsen semen putih di Indonesia, saat ini
Indocement dapat mencukupi kebutuhan semen putih pasar domestik.
White Mortar TR30 sangat sesuai untuk pekerjaan acian dan nat. Komposisi
White Mortar TR30 antara lain Semen Putih ”Tiga Roda”, kapur (Kalsium
Karbonat) dan bahan aditif khusus lainnya. Keuntungan menggunakan White
Mortar TR30 antara lain, permukaan acian lebih halus, mengurangi retak dan
terkelupasnya permukaan, karena mempunyai sifat plastis dengan daya rekat
tinggi, cepat dan mudah dalam pengerjaan, hemat karena lebih tipis, serta dapat
digunakan pada permukaan beton dengan menambahkan lem putih.
Ready-Mix Concrete (diproduksi anak perusahaan) yaitu Beton Siap-Pakai
yang diproduksi dengan mencampur OPC dengan bahan campuran yang tepat
(pasir dan batu) serta air dan kemudian dikirimkan ke tempat pelanggan
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
33
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
menggunakan truk semen untuk dicurahkan. Sebagai nilai tambah produk, Beton
Siap-Pakai mendatangkan keuntungan yang lebih tinggi dari produk semen
lainnya. Mayoritas yang signifikan dari Beton Siap-Pakai Indocement adalah
dijual di daerah Jakarta dimana industri pembangunannya sangat baik.
Adapun syarat kualitis dari suatu produk semen adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2.5 Syarat utama kimia
Jenis Semen Portland
Uraian
I II III IV V
SiO2, (%), minimum 20.0
Al2O3, (%), maksimum 6.0
Fe2O3, (%), maksimum 6.0 6.5
MgO, (%), maksimum 6.0 6.0 6.0 6.0 6.0
SO3, (%), maksimum
jika C3A < 8,0% 3.0 3.0 3.5 2.3 2.3
jika C3A > 8,0% 3.5 D 4.5 D D
Hilang pijar, (%), maksmum 5.0 3.0 3.0 2.5 3.0
Bagian tak larut, (%), maksimum 3.0 1.5 1.5 1.5 1.5
C3S, (%), maksimum 35E
C2S, (%), minimum 40E
C3A, (%), maksimum 8.0 15 7E 5F
C4AF + 2C3A atau 25F
C4AF +C2F, (%), maksimum
Catatan syarat utama kimia
D : Tidak dapat diberlakukan
E : Apabila yang disyaratkan adalah panas hidrasi seperti yang tercantum
pada tabel syarat fisika tambahan, maka syarat kimia ini tidak berlaku.
F : Apabila yang disyaratkan adalah pemuaian karena sulfat seperti yang
tercantum pada tabel syarat fisika tambahan, maka syarat kimia ini
tidak diberlakukan
Tabel 2.2.6 Syarat utama fisika
Jenis Semen Portland
Uraian
I II III IV V
Kehalusan:
280 280 280 280 280
Uji permeabilitas udara dengan
B : Bila syarat panas hidrasi ini diminta, maka syarat C 3S + C3A seperti
tercantum pada tabel syarat kimia tambahan tidak diminta. Syarat
kekuatan tekan ini berlaku bila syarat panas hidrasi seperti yang
tercantum pada table syarat fisika tambahan atau bila syarat C 3S + C3A
seperti yang tercantum pada tabel syarat kimia tambahan diminta.
C : Bila persyaratan fisika tambahan untuk panas hidrasi ini diminta, maka
persyaratan untuk C3S, C2S dan C3A seperti yang tercantum pada tabel
syarat kimia utama tidak berlaku.
Tabel 2.2.8 Syarat tambahan kimia
Uraian Jenis Semen Portland
I II III IV V
C3A, (%), minimum 8*
C3A, (%), maksimum 5**
C
C3S + C3A, (%), maksimum 58
Alkali sebagai (Na2O + 0.658 0.60D 0.60D 0.60D 0.60D 0.60D
K2O)
(%), maksimum
awal tinggi dan panas hidrasi naik. Jika HM < 1,7 maka mutu semen
rendah karena kekuatan semen yang dimiliki kurang baik.
o Silica Ratio
Merupakan indikator tingkat kesulitan pembakaran raw
material yang menunjukkan perbandingan antara jumlah SiO2 terhadap
jumlah Fe2O3 dan Al2O3. Silika ratio yang tinggi akan menurunkan
liquid fase serta meningkatkan burnability, sebaliknya SR kecil akan
mengakibatkan pembakaran clinker mudah dan pembentukan coating
dalam kiln. Umumnya SR berkisar 1,9-3,2 tetapi disarankan antara
2,3-3,7.
o Alumina Ratio
Harga AR biasanya 1,3-1,6; nilai yang tinggi akan
mengakibatkan berkurangnya komposisi fase cair dalam clinker
sehingga menyulitkan proses pembakaran. AR = 0,64 maka kedua
oksida berada pada perbandingan BM-nya sehingga hanya C4AF yang
dapat terbentuk dalam clinker tanpa C3A. Clinker ini dinamakan
Ferrari Cement yang mempunyai panas hidrasi rendah.
o Lime Saturation Factor
Merupakan jumlah maksimum CaO yang diperlukan untuk
bereaksi dengan oksida-oksida lain sehingga tidak terjadi freelime di
clinker. Untuk mencapai kejenuhan CaO yang sempurna maka seluruh
CaO harus dikombinasikan sebagai C3S, seluruh oksida besi harus
berkombinasi dengan jumlah yang ekuivalen dengan alumina dalam
C4AF dan sisa alumina harus berkombinasi dalam C3A.
Bila AM< 0.64
100∗CaO
LSF =
2,8 SiO 2 +1,1 Al 2 O3 +0,7 Fe 2 O3
Bila AR > 0.64
100∗CaO
LSF =
2,8 SiO 2+1, 65 Al 2 O3 +0 ,35 Fe2 O3
o Liquid Phase
Fase lelehan berkisar 20-30 % dan untuk semen portland 24-
26%. Jumlah lelehan yang terbentuk tergantung dari komposisi dan
temperatur pembakaran. Pada AR 1,63 lelehan mulai terbentuk pada
suhu 12800C. Pembentukan clinker berlangsung ketika telah mencapai
temperatur sintering dan dalam fasa cair.
4. MgO
Harga MgO disarankan 2% bila MgO diatas 2% akan terbentuk MgO
bebas yang dikenal dengan periclase. Periclase akan bereaksi dengan air
B. Sifat Fisika
1. Fineness (kehalusan)
Kehalusan semen biasanya diukur dengan menggunakan luas
permukaan spesifik yang ditentukan dengan berbagai macam cara. Cara
yang umum dilakukan berdasarkan permeabilitas udara yang
dikembangkan oleh blaine. Kehalusan semen mempengaruhi kecepatan
hidrasi, makin halus semen maka kecepatan hidarasi semakin meningkat
dan mempercepat perkembangan kekuatan. Pengaruh kehalusan semen
terutama terhadap kuat tekan 7 hari pertama. Reaksi antara semen dan air
adalah reaksi heterogen.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap ukuran partikel semen adalah
distribusi ukuran grinding media, penggunaan grinding air, kadar gypsum,
komposisi dan struktur terak. Kehalusan partikel semen yang banyak
berperan terhadap kekuatan semen adalah ukuran sampai 30 micron
sebesar 60%.
2. Soundness (kekekalan volume = kekenyalan)
Soundness adalah pengembangan atau pemuaian semen yang
disebabkan oleh freelime atau magnesium. Proses hidrasi terjadi apabila
lagi, tetapi segera pula akan terbentuk ettringite yang baru kembali. Proses
ini akan menghasilkan setting time. Semakin banyak ettringite yang
terbentuk maka setting time akan makin panjang dan ini diperoleh dengan
adanya gypsum.
Setting pasta semen portland secara normal disebabkan oleh
pembentukanstruktur yang dihasilkan oleh hidrasi mineral clinker
terutama C3S dan C3A kecepatan reaksi C3A sangat cepat dengan air.
Dikenal 2 macam setting time:
1. Initial setting time (waktu pengikatan awal) yaitu waktu mulai adonan
terjadi sampai mulai terjadi kekakuan tertentu dimana adonan sudah
mulai tidak workable.
2. Final setting time (waktu pengikatan akhir) yaitu waktu adonan mulai
terjadi sampai terjadi kekakuan penuh. Setting time awal biasanya
berkisar 2-5 jam dan setting time akhir 3-6 jam.
4. Compressive Strength (kuat tekan)
Mengontrol kemampuan menerima beban tekan dari mortar yang
akan dibuat. Faktor yang mempengaruhi kuat tekan semen adalah :
1. Komposisi kimia (kadar C3S, C2S, C3A, C4AF) dimana kuat tekan
sangat tergantung pada distribusi keempat mineral tersebut. C 3S
berperan pada perkembangan kuat tekan terakhir, C4AF berperan
dalam panas hidrasi.
2. Reaktivitas mineral clinker (kondisi pembakaran kiln).
3. Distribusi alkali (kadar alkali dan SO3).
5. Panas Hidrasi
Apabila ke dalam semen ditambahkan air maka terjadilah reaksi
antara komponen-komponen semen dengan air yang dinamakan reaksi
hidrasi yang akan menghasilkan senyawa-senyawa hidrat yang terdiri dari
kalsium silikat hidrat, calsium aluminat hidrat, calsium sulfuric aluminat
hydrat yang semuanya dalam bentuk gel. Kecepatan reaksi hidrasi harus
diketahui karena menentukan waktu pengikatan awal dan pengerasan
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
43
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
semen. Pengikatan awal harus cukup lambat agar adonan semen dapat
dihitung.
Panas hidrasi yang tinggi akan mengakibatkan penguapan air selama
pembentukan pasta sehingga air tidak cukup membentuk pasta, akibatnya
terjadi rongga-rongga diantara agregat, yang menyebabkan beton kurang
kuat dan retak-retak.
o Screw conveyor
Fungsi : untuk mengangkut material halus berupa tepung maupun
butiran dengan arah horizontal. Arah aliran mengikuti arah
aliran ulir.
Fungsi : untuk menangkap debu dalam aliran gas yang akan dibuang
keluar melalui cerobong (dengan gaya elektrostatik).
Spesifikasi alat
Total collecting area : 14,112 m2
Number of chamber : 1 FM
Number of chamber/fields : 2
Field dimension : 11,2 mW x 14 mH x 4,5 mL
Diameter : 26 m
Tinggi : 52,9 m
Volumeusable : 26141 m3
Blower
Tipe : Rotary
Kapasitas : 12,6 dan 28,9 m3/menit
Jumlah/Stanby : 2/1
Pressure : 500 mbar
Spesifikasi alat:
Kapasitas : 100000 ton
Jumlah silo : 1 buah
Diameter : 90 m
Tinggi : 34 m
Volume (net) : 67000 m3
Sistem : sirkular
o Weighing feeder
Fungsi : untuk menimbang material sebelum dilakukan pencampuran
sehingga di dapat laju alir material yang konstan.
5. Alat penimbun
o Reclaimer
Fungsi : untuk mengambil material (limestone) dari tempat
penyimpanan yang kemudian diangkut oleh belt conveyor
menuju hopper.
Jenis pembangkit tenaga listrik yang digunakan di PT. ITP, Tbk plant 12
antara lain :
a. PLTU (unit pembangkit utama)
Uap di turbin uap disuplai dari Boiler tipe radian dengan menggunakan
bahan bakar batubara atau minyak (IDO). Adapun PLTU yang ada di PT.
ITP, Tbk plant 12 terdiri dari beberapa system utama sebagai berikut :
1. Fuel handling plant
Terdiri dari :
a. Coal handling system
Berfungsi untuk menerima batubara yang dikirim melalui
conveyor dari stockpile ke dalam coal bunker, selanjutnya diproses
menjadi batubara halus di coal mill. Batubara tersebut diumpankan
secara langsung ke pembakar di Boiler. System ini terdiri dari Coal
bunker, Coal feeder dan Coal mill.
b. Oil handling system
Berfungsi untuk memindahkan bahan bakar IDO dari main tank
ke IDO service tank, selanjutnya didistribusikan ke pembakar. Sistem
ini terdiri dari IDO transfer pump, IDO service tank dan IDO delivery
tank.
2. Boiler plant
mekanis menjadi listrik. Turbin terdiri dari sudu gerak (rotor), sudu tetap
(stator), governor dan condenser. Boiler mensuplai uap bertekanan tinggi
ke dalam turbin. Aliran uap ke dalam turbin diatur oleh governor dan
melewati serangkaian sudu tetap dan sudu gerak. Uap setelah melewati
sudu tetap memiliki kecepatan yang tinggi dan selanjutnya menumbuk
sudu gerak dengan gaya yang besar sehingga rotor atau sudu gerak akan
berputar. Putaran dari rotor turbin yang satu poros dengan rotor generator
akan membangkitkan tenaga listrik. Generator terdiri dari bagian-bagian
medan magnet (rotor), kumparan jangkar/penghantar (stator) dan exciter.
6. Condensor and circulating water system
Condensor merupakan alat penukar panas yang berfungsi untuk
mengkondensasikan uap yang keluar dari turbin uap supaya tekanan di sisi
keluaran turbin sekecil mungkin. Kondensat hasil pendinginan uap akan
dikumpulkan di dalam hot well condenser, kemudian dipompakan ke
Boiler oleh condensate eksrtaction pump.
Non oxida
bioxide
Waterpond Oxida Bioxida
Cooling Cold
Softener Cement plant
tower basin
Power plant
Warm water
4) Demineralized Water
5. Neutralisation Basin
Bak pengolahan limbah ini berfungsi untuk menetralkan limbah
yang dihasilkan oleh air regenerasi dari demineralized water tank, softener
water, limbah yang dihasilkan dari laboratorium, air dari backwashing dan
air dari tumpahan-tumpahan gudang chemical.
Produk yang dijual oleh PT. ITP, Tbk plant 12 Tarjun adalah berupa
klinker dan semen, dimana semen tersebut dipasarkan dalam bentuk semen
curah (Delivery Bulk) dan semen kantong (Delivery Bag).
Penjualan klinker mayoritas untuk ekspor, sedangkan penjualan semen
kantong dan semen curah hanya untuk memenuhi permintaan pasar domestik.
Penjualan semen pada PT. ITP, Tbk plant 12 banyak dilakukan melalui
offshore jika dibandingkan dengan penjualan melalui onshore. Hal ini
dikarenakan pembeli semen kebanyakan berasal dari luar pulau Kalimantan,
sehingga pengangkutan semennya dilakukan melalui jalur laut (offshore).
2.5.2 Organisasi
Organisasi kerja merupakan kumpulan dari satuan-satuan kegiatan yang
seringkali disebut dengan peranan dan jabatan yang ditata dalam satu kesatuan
tunggal yang operasional.
b. Misi, Visi dan Moto Perusahaan
o Misi
Misi utama :
Menjadi pemimpin dibidang usaha semen domestik dan usaha terkait
lainnya dengan :
– Memproduksi produk yang berkualitas dengan harga bersaing.
– Memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
– Berperan aktif mendukung pembangunan ekonomi Indonesia.
Menjadi mitra usaha yang baik dengan :
– Memberikan kesempatan bagi karyawan untuk mengembangkan
karirnya.
– Mendukung kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dan pelestarian lingkungan.
Misi khusus:
Menjadi pemimpin pasar domestik dalam penyediaan material
konstruksi pada 2010.
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
76
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Departemen ini mengontrol mutu dari produk, bahan mentah hingga bahan
bakar.
o Mechanical Department
Departemen ini bertugas mengawasi dan melakukan perbaikan masalah-
masalah pada mekanis plant.
o Electrical Department
Departemen ini bertugas melakukan pemeriksaan dan perbaikan terhadap
peralatan listrik yang digunakan.
a. Jam kerja normal yaitu 5 (lima) hari kerja @ 8 (delapan) jam kerja dan 40
(empat puluh) jam kerja seminggu, kecuali ada pekerjaan yang
memerlukan pengaturan dengan sistem 6 (enam) hari kerja @ 7 (tujuh)
jam dan 40 (empat puluh) jam kerja seminggu.
b. Jam kerja 3 (tiga) shift yaitu 5 (lima) hari kerja @ 8 (delapan) jam kerja
dan 40 (empat puluh) jam kerja seminggu.
c. Jam kerja 2 (dua) shift yaitu 5 (lima) hari kerja atau 6 (enam) hari kerja
dan 40 (empat puluh) jam kerja seminggu.
3. Karyawan yang telah bekerja 4 (empat) jam terus-menerus diberikan waktu
istirahat sekurang-kurangnya ½ (setengah) jam dan bagi jam kerja shift dalam
pelaksanaannya sudah diperhitungkan istirahat ½ (setengah) jam di tempat
kerja menurut kebutuhan dan kepentingan pekerjaan.
4. Setiap perubahan atas jam kerja normal maupun bergilir (shift) harus diketahui
dan disetujui oleh Direksi atau pejabat yang ditunjuk.
5. Bagi karyawan pekerja shift ditentukan sebagai berikut :
a. Kelompok/regu yang menggantikan regu yang akan digantikan, harus
sudah siap ditempat pekerjaan 15 (lima belas) menit sebelum waktu
penggantian shift berikutnya.
b. Bila karyawan pengganti untuk shift berikutnya belum datang, maka
karyawan yang bertugas sebelumnya diwajibkan untuk meneruskan
pekerjaan tersebut sampai penggantinya datang.
Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tersebut di atas akan dikenakan
sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Jadwal kerja yang ada pada PT. ITP, Tbk Plant 12 tarjun adalah sebagai berikut :
1. Jam Kerja Normal
Senin – Kamis 08.00 – 17.00 istirahat 12.00 – 13.00
Jumat 07.00 – 17.00 istirahat 11.30 – 13.30
2. Jam Kerja Shift
Shift I 07.00 – 15.00
Shift II 15.00 – 23.00
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
81
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
namun pada umumnya kecelakaan disebabkan karena faktor alat dan faktor
manusia. Untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja maka diberlakukan
beberapa peraturan dalam pabrik dengan tujuan mencegah terjadinya
kecelakaan kerja.
PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk sangat memperhatikan
mengenai masalah keselamatan kerja. Hal ini tercermin dari diperhatikannya
masalah safety dari penambangan hingga pengemasan. Dari tahun 1993
Indocement mengacu pada ISRS sebagai standar untuk penerapan safety pada
pabrik. Tahun 1999 pemerintah Indonesia juga mulai peduli tentang keamanan
dan keselamatan kerja dengan mengeluarkan SMK3 atau Sistem Manajemen
Keamanan dan keselamatan Kerja. Dari hasil audit oleh Sucofindo,
Indocement berhak mendapatkan Bendera Emas K3. Hal ini berarti
Indocement telah berhasil melaksanakan penerapan dari SMK3 lebih dari 80%
dari kriteria yang ditetapkan.
Setiap proses produksi di dalam pabrik semen memiliki resiko dan
bahaya yang dapat timbul setiap saat. Bahaya bisa timbul dari tahap paling
awal, misal pada waktu peledakan di lokasi pertambangan bahan baku, adanya
kemungkinan terjadi kegagalan peledakan yang dapat menyebabkan material
berhamburan dan mencelakakan pekerja, hingga sampai proses akhir di
pengepakan semen. Oleh karena itu, Indocement selalu berusaha untuk
menjaga agar proses selalu aman dengan hierarki safety sebagai berikut :
o Elimination, yaitu usaha untuk menghilangkan atau mengurangi resiko
kecelakaan yang mungkin terjadi
o Substitution, yaitu usaha untuk mengurangi bahaya dengan cara mengganti
alat yang dapat menimbulkan bahaya dengan alat yang lebih aman (bila
memungkinkan)
o Perekayasaan, yaitu usaha untuk mengurangi bahaya dengan cara memberi
rekayasa sumber bahaya, misal dengan memberi cover atau membuat
penutup untuk alat proses tersebut.
BAB III
LAPORAN KEGIATAN
khusus dengan judul “Menghitung Neraca Masssa dan Neraca Panas pada
Cement Mill 1 dan Coal Mill”.
b. Observasi Lapangan (Production Department)
Selama didepartemen produksi peserta KP bersama pembimbing lapangan,
berkeliling pabrik dan melihat langsung dari peralatan produksi semen sampai
bahan-bahan utama dan tambahan yang digunakan dalam pembuatan semen dari
storage hingga finish mill. Peserta diberikan pengetahuan langsung selama
melakukan observasi lapangan.
c. Pengambilan data di CCR
Untuk menyelesaikan tugas khusus yang berupa neraca massa dan panas
pada unit cement mill 1 dan unit coal mill, maka peserta melakukan pengambilan
data di CCR selama proses berlangsung. Pengambilan data ini dilakukan pada
tanggal 25 Juli dan 31 Juli 2018.
d. Observasi Lapangan Untuk Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas pada
Cement Mill 1
Kegiatan ini dilakukan untuk menyelesaikan perhitungan didalam tugas
khusus yaitu neraca massa dan neraca panas pada cement mill 1. Dengan
melakukan pengukuran pada komponen-komponen berupa tekanan statis dan
dinamis inlet dan outlet pregrinder, cement mil 1, separator dan bag filter, suhu
inlet dan outlet pregrinder, cement mil 1, separator dan bag filter sehingga
dilakukan perhitungan dengan menghitung masa material di pregrinder, cement
mil 1, separator dan bag filter serta menghitung panas alat dan material di
pregrinder, cement mil 1, separator dan bag filter. Perhitungan ini dilakukan
hingga didapatkan neraca massa dan neraca panas pada cement mill 1.
Pengambilan data pengukuran dilakukan pada tanggal 25 Juli 2018.
e. Observasi Lapangan Untuk Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas pada
Coal Mill
Kegiatan ini dilakukan untuk menyelesaikan perhitungan didalam tugas
khusus yaitu neraca massa dan neraca panas pada cement mill 2. Dengan
melakukan pengukuran pada komponen-komponen berupa tekanan statis dan
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
91
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
dinamis inlet dan outlet pregrinder, cement mil 2, separator dan bag filter, suhu
inlet dan outlet pregrinder, cement mil 2, separator dan bag filter sehingga
dilakukan perhitungan dengan menghitung masa material di pregrinder, cement
mil 2, separator dan bag filter serta menghitung panas alat dan material di
pregrinder, cement mil 2, separator dan bag filter. Perhitungan ini dilakukan
hingga didapatkan neraca massa dan neraca panas pada cement mill 2.
Pengambilan data pengukuran dilakukan pada tanggal 30 Juli 2018.
f. Penyusunan, Pengetikan dan Konsultasi Laporan Kerja Praktek
Salah satu syarat yang harus dilakukan dan dipenuhi oleh peserta KP
adalah penyusunan dan penulisan laporan. Laporan yang telah disusun perlu
dikonsultasikan dengan pembimbing lapangan maupun dosen pembimbing agar
peserta tidak mendapat kesulitan dalam penyusunan laporan tersebut. Dimana
konsultasi yang dilakukan berupa konsultasi mengenai judul laporan, isi laporan
yang diperlukan maupun konsultasi mengenai tugas khusus yang diberikan.
g. Presentasi Laporan
Setelah peserta menyelesaikan KP pada suatu perusahaan peserta
diwajibkan untuk melakukan presentasi. Dimaksudkan agar pembimbing dan
penguji lainnya mengetahui besarnya pengetahuan peserta KP mengenai topik
kerja praktek yang diambil. Oleh karena itu, dilakukan presentasi di hadapan
pembimbing dan beberapa orang staf guna melatih mental dan cara bicara peserta
KP, serta guna mendapatkan informasi tambahan yang mungkin belum diketahui
oleh peserta KP.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.4.1 PENDAHULUAN
A.4.1.4 Tujuan
Menghitung neraca massa dan neraca panas di cemet mill 1 pada PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk Plant 12 Tarjun.
A.4.1.5 Manfaat
Manfaat dari menghitung neraca massa dan panas di cement mill 1 yaitu
dapat mengetahui massa dan panas yang hilang pada alat proses serta dapat
menentuan jumlah air yang diuapkan dari umpan masuk.
500 ton. Proporsisi clinker ditentukan dengan weighing feeder yang kemudian
akan dibawa ke pregrinder. Gypsum digaruk oleh reclaimer menuju bin
(berkapasitas 100 ton) melalui belt conveyor. Dua bin lainnya yaitu untuk
limestone dan trass.
Dari bin, clinker keluar melalui penimbangan (belt scale) menuju ke
pregrinder. Prinsip kerja pregrinder hampir sama dengan raw mill, hanya saja
tidak menggunakan udara panas, bahkan perlu air bila temperatur clinker terlalu
panas (>120 oC). Penggilingannya menggunakan roller pressure dengan tekanan
sedikit lebih besar yaitu 75 bar. Material yang digiling di pregrinder hanyalah
clinker dan limestone, karena gypsum dan trass langsung ditambahkan ke tube
mill atau yang biasa dikenal dengan Ball Mill. Sebenarnya clinker bisa langsung
ke tube mill hanya saja kapasitasnya rendah (<140 ton/jam).
Tube Mill adalah suatu silinder yang berputar dimana di dalamnya berisi
bola-bola baja dari diameter 40-70 mm, dibagi dalam dua kamar (chamber).
Chamber 1 berisi bola-bola baja besar (40-70 mm) dengan putaran mill 15 rpm.
Chamber berikutnya berisi bola dengan diameter dibawah 35 mm. Volume total
adalah sekitar 30%. Produk dari pregrinder diumpankan langsung ke Tube Mill
ditambah gypsum dan bahan-bahan lainnya (trass). Karena putaran mill (15 rpm),
bola–bola baja (steel ball) akan menumbuk clinker dan bahan lainnya hingga
halus serta akan terjadi pencampuran, sehingga keluar dari tube mill ini sudah
menjadi produk semen.
Produk semen yang keluar dari Tube Mill masih belum seragam, sehingga
masih perlu memisahkan antara material yang halus dan yang kasar. Pemisahan
ini dilakukan oleh osepa, yaitu suatu siklon yang di dalamnya ada classifier yang
berputar. Produk akan keluar ke atas karena hisapan fan menuju bag filter, dimana
di bag filter ini debu disaring sehingga semua debu akan tertangkap dan dibawa
masuk oleh air slide ke cement silo. Sedangkan reject osepa akan di recycle
kembali ke tube mill.
Reaksi tumbukan antara steel ball dengan clinker dalam tube mill
menimbulkan panas yang dapat meningkatkan suhu di dalam alat. Suhu dalam
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
95
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
mill tidak boleh lebih dari 120oC karena pada suhu tersebut air hidrat gypsum akan
menguap sehingga tidak dapat berfungsi sebagai retarder. Untuk menjaga agar
temperatur tidak berlebih (<120ºC), digunakan water spray yang diletakkan
berlawanan arah dengan umpan masuk dan sistem injeksinya dikabutkan untuk
menghindari kemungkinan terjadinya penggumpalan. Produk akhir di simpan di
dalam 3 unit Cement silo dengan kapasitas masing-masing 20.000 ton, dengan
sistem pengeluaran menggunakan air slide. Berikut merupakan gambar tube mill
dengan steal ball pada 2 chamber.
H2O(g)
Cli
Limes
nk Clink
tonen Limesto
er
er
Tras Gyp
eGyp
H o (g) SEPARATOR ne
Trass
Fly
2
s ash
sum sum
Tai Fly
H2 H2O(l)
ash
lin O2
O
gON N2
2(l)
2
Tailing
Gambar
Tai A.4.2.3 Model aliran massa di Separator
lin
g
H2O (g)
Cli Clinker
Lime
nk Limestone
ston
er Gypsum
Tra
Gyp
e BAG FILTER Trass
ss
su Fly ash
H2
Fly
m H2O(l)
O
asO O2
N N2
h2(l)
2
BAG
Additive
SEPARATORProduct cement FILTER
Reject
Mix material
CEMENT MILL
PREGRINDER
A.4.3 Metodologi
Pengumpulan data yang diperlukan dalam perhitungan dilakukan dengan :
1. Lapangan
Pengambilan data langsung dari hasil analisa CCR (Central Control Room)
dan QC (Quality Control) Departement
2. Literatur
Data dari literatur sebagai pendukung yang ada kaitannya dengan neraca
massa dan neraca panas.
Mempersiapkan Alat
Omegameter, pitot
tube dan termometer
radiasi
Menghitung neraca panas pada pregrinder, cement mill, separator dan bag filter
Gambar A.4.3.1 Diagram Alir Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas di
Unit Finish Mill
Tabel A.4.4.2 Moisture Content pada Komponen Material dan Produk Alat pada
Cement Mill 1
Material Komponen Moisture Content (%)
Clinker 0
Limestone 5,40
Trass 21,13
Gypsum 4,13
Tailing 0,36
Produk Pregrinder 0
Produk Cement Mill 0,33
Produk Separator 0,26
Produk Bag Filter 0,40
Sumber: Center Control Room
Tabel A.4.4.3 Kapasitas Feeding Cement Mill 1 (Fresh Feed 192 t/h)
Material Komponen Kapasitas (t/h)
Clinker 139
Limestone 35,1
Trass 13,5
Gypsum 4,9
Tailing 166
SIA 0,75
Sumber: Center Control Room
Outlet Pregrinder 75
Outlet Air Pregrinder 70
Inlet Cement Mill 38
Outlet Cement Mill 83
Outlet Air Cement Mill 70
Primary Fresh air 40
Secondary Fresh air 40
Outlet Separator 89
Outlet Air Separator 82
Outlet Bag Filter 69
Outlet Air Bag Filter 64
Sumber: Data Lapangan
N2 6076,07 7696,38
False air 2051,02 0
TOTAL 379253,14 379253,14
SEPARATOR
Komponen Input Output
Produk Cement mill
1. Clinker 226899,79 128650
2. Limestone 94939,56 52531,38
3. Gypsum 11316,15 6298,66
4. Trass 31187,77 15844,98
Tailing 0 161600
H2O (l) 1206,31 368
H2O (g) 6890,42 7146,98
O2 8951,38 8963,13
N2 33674,25 33718,43
False air 55,91 0
TOTAL 415121,55 415121,55
BAG FILTER
Komponen Input Output
Produk separator
1. Clinker 128650 128650
2. Limestone 52531,38 52531,38
3. Gypsum 6298,66 6298,66
4. Trass 15844,98 15844,98
H2O (l) 368 368,00
H2O (g) 0 0
O2 8963,13 9184,23
N2 33718,43 34550,21
False air 1052,88 0
TOTAL 247427,46 247427,46
Dari perhitungan didapat data-data berupa massa input dan massa output untuk
neraca massa cement mill 1 seperti pada tabel di atas. Kesetimbangan ini
diperoleh setelah mendapatkan massa input dan massa output, lalu dengan mecari
massa H2O yang diuapkan dari data moisture content yang diperoleh. Selain itu
dengan mencari massa udara dan false air pada masing-masing alat serta reject
material yaitu material dari separator yang dikembalikan ke tube mill karena
ukurannya yang masih besar. False air (kebocoran udara) merupakan hal sering
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
103
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
terjadi di industri. Kebocoran udara dapat terjadi jika salah satu lubang (hole) dari
perlatan pabrik terbuka sehingga udara dari luar sistem masuk. Kebocoran pada
unit proses dapat terjadi pada setiap titik peralatan, misalnya sambungan las pipa,
flange, man hole, dan lain-lain. Pada industri semen biasanya kebocoran udara
dikarenakan keretakan, maupun kelalaian saat menutup man hole. Kebocoran
tekanan vakum terkadang susah terdeteksi karena kebocoran vakum pada satu titik
menyebabakan udara terhisap masuk ke dalam sistem unit proses. Untuk
kebocoran yang besar akan dengan mudah terdeteksi dari suara bising yang
ditimbulkan oleh perbedaan tekanan yang sangat besar antara unit proses,
sedangkan yang kecil sering sulit dideteksi kebocoran udaranya.
Dari perhitungan didapat data-data berupa panas input dan panas output
untuk neraca panas cement mill 1 seperti pada tabel di atas. Kesetimbangan ini
diperoleh setelah mendapatkan panas input dan panas output, lalu dengan
mencari panas sensibel dan panas laten H2O yang diuapkan dari data moisture
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
105
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
content yang diperoleh. Selain itu dengan mencari panas udara dan penambahan
panas dan heat loss pada masing-masing alat. Penambahan panas teradi jika
jumlah panas output yang lebih besar dari jumlah input karena beberapa faktor
seperti pada cement mill jumlah panas bertambah dikarenakan terjadi tumbukan
antara steal ball dengan material, steal ball dengan dinding tube mill, steal ball
dengan steal ball yang lain. Heat loss terjadi jika jumlah panas input lebih besar
dari jumlah panas output, karena adanya perpindahan panas ke lingkungan dan
udara yang masuk atau terjadi false air.
B.4.1 PENDAHULUAN
B.4.1.4 Tujuan
Menghitung neraca massa dan neraca panas pada unit coal mil PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., P-12 Tarjun.
B.4.1.5 Manfaat
Manfaat dari menghitung neraca massa dan neraca panas pada unit coal mil
adalah agar dapat mengetahui massa dan panas yang hilang pada alat proses serta
dapat menentukan jumlah air yang diuapkan dari umpan masuk.
yang berkaitan atau yang mengalami interaksi panas. Ada beberapa macam tujuan
dalam perhitungan neraca panas antara lain untuk merancang spesifikasi alat
proses dan total bahan utilitas yang diperhitungkan dalam suatu pabrik.
Neraca massa dan neraca panas global yang diperhitungkan dalam tugas ini
adalah neraca masuk dan keluar coal mill.
H2O(g )
R.Coa l
dry Coal
H2O(l )
H2O(l )
O2
O2
CO2
COAL MILL CO2
CO CO
NO NO
(NO)x (NO)x
H2O(g)
Dry Coa l
Fine Coal
H2O(l)
H2O(l)
O2 O2
CO2
Bag Filter CO2
CO
CO
NO
NO
(NO)x
(NO)x
Dust Dust
content content
Hot Gas
Coal Mill
Reject
Dust Content
Fine coal
B.4.3 METODOLOGI
Pengumpulan data yang diperlukan dalam perhitungan dilakukan dengan
pengambilan data langsung dari hasil analisa CCR (Central Control Room) dan
QC (Quality Control) Departement dan data dari literatur sebagai pendukung
yang ada kaitannya dengan neraca massa dan neraca panas pada coal mill.
Mempersiapkan alat
manometer, fluks,
tabung pitot tube,
termogan dan stick
Gambar B.4.3.1 Diagram Alir Perhitungan Neraca Massa dan Neraca Panas di
Unit Coal Mill dan Bag Filter
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
112
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
B.4.4 PEMBAHASAN
Neraca massa merupakan salah satu dasar penting dalam perhitungan satuan
operasi dan satuan proses. Proses evaluasi aliran massa diturunkan dengan
memakai kaidah hukum kekekalan massa dan dengan menyeimbangkan massa
sistem secara keseluruhan yang terintegrasi (global). Dengan persamaan yaitu
sebagai berikut :
[massa masuk] = [massa keluar] + [akumulasi massa] ...(4.1)
Neraca panas berhubungan erat dengan neraca massa sehingga perlu cermat
dalam perhitungannya. Neraca panas perlu di perhitungkan dalam perancangan
proses karena berhubungan dengan kebutuhan energi dalam sistem. Dengan
persamaan yaitu sebagai berikut :
[Qmasuk] = [Qkeluar] + [akumulasi panas] ...(4.2)
Berdasarkan data yang diperoleh dari control center room (CCR) kapasitas
feeding coal mill yaitu sebesar 42,5 ton/jam. Raw coal akan di supply ke unit coal
mill dengan belt conveyor yang nantinya akan dilakukan proses penggilingan
sekaligus pengeringan. Massa H2O yang teruapkan ditentukan dari moisture
content yang diperoleh dari quality control (QC) dapat dilihat pada Tabel B.4.4.1.
Komponen pada aliran input coal mill meliputi raw coal, udara dan dust content.
Menentukan massa dust content pada aliran input yaitu dari fly ash yang terdapat
pada unit coal mill. Persentase ash dapat dilihat pada Tabel B.4.4.2. Setelah
dilakukan penggilingan selanjutnya akan dilakukan pengeringan. Proses
pengeringan raw material pada unit coal mill selain dari grinding heat juga
dengan memanfaatkan udara yang berasal dari hotgas ILC. Massa udara pada
input coal mill dapat ditentukan dengan menghitung flowrate udara dari data-data
lapangan yang diperoleh yaitu diameter alat, koefisien pitot, dan tekanan dinamis
dan statis. Data-data tersebut dapat dilihat pada Tabel B.4.4.3 sampai Tabel
B.4.4.5.
Tabel B.4.4.1 Moisture Content
Material Komponen Moisture Content (%)
Coal 28,23
Produk Coal Mill 7.03
Produk Bag Filter 6.53
Reject 25
Gambar B.4.4.1 Diagram Aliran Massa Unit Coal Mill dan Bag Filter
Tabel B.4.4.6 Hasil Perhitungan Neraca alir massa di Unit Coal Mill
Aliran Input (Kg/h) Aliran Output (Kg/h)
Dry Raw Coal 29739,6938 Dry Coal 29720,9438
H2O(l) 11997,7500 H2O(l) 2076,3642
H2O(g) 0 H2O(g) 9921,3858
Hotgas Hotgas
- O2 5289,7625 - O2 4476,1961
- CO2 27700,3315 - CO2 23440,0159
- CO 52,3136 - CO 44,2678
- NO 26483,6143 - NO 22410,4300
- (NO)x 27804,9687 - (NO)x 23528,5598
False Air -13431,5210 False Air 0
Dust Content 762,5563 Dust Content 762,0875
Reject 0 Reject 19,2188
Jumlah Total 116399,4696 Jumlah Total 116399,4696
Tabel B.4.4.7 Hasil Perhitungan Neraca alir massa di Unit Bag Filter
Aliran Input (Kg/h) Aliran Output (Kg/h)
Dry Coal 29720,9438 Dry Fine Coal 29720,9438
False air (kebocoran udara) merupakan hal sering terjadi di industri. Kebocoran
udara dapat terjadi jika salah satu lubang (hole) dari perlatan pabrik terbuka
sehingga udara dari luar sistem masuk. Untuk kebocoran yang besar akan dengan
mudah terdeteksi dari suara bising yang ditimbulkan oleh perbedaan tekanan yang
sangat besar antara unit proses, sedangkan yang kecil sering sulit dideteksi
kebocoran udaranya.
Neraca panas perlu di perhitungkan dalam perancangan proses karena
berhubungan dengan kebutuhan energi dalam sistem. Berdasarkan perhitungan
diperoleh data-data berupa panas input dan panas output untuk neraca panas coal
mill dan bag filter yaitu sebesar 6783058,5142 Kcal dan 1193644,5408 Kcal.
Heatloss yang dihasilkan pada unit coal mill yaitu 2410033,1810 Kcal. Heat loss
terjadi jika jumlah panas input lebih besar dari jumlah panas output, karena
adanya perpindahan panas ke lingkungan dan udara yang masuk atau terjadi false
air. Diagram alir panas pada unit coal mill dan unit bag filter dapat dilihat pada
Gambar B.4.3 dan hasil perhitungan neraca alir panas dapat dilihat pada Tabel
B.4.4.8 dan Tabel B.4.4.9 adalah sebagai berikut:
Gambar B.4.4.2 Diagram Alir Panas Pada Unit Coal Mill dan Bag Filter
Tabel B.4.3.8 Hasil Perhitungan Neraca alir panas Unit Coal Mill
Aliran Input (Kcal) Aliran Output (Kcal)
Q Raw Coal 71375,2650 Q Dry Coal 317633,6700
Q H2O(l) 52790,1000 Q H2O(l) sisa 40682,6192
Q sensible 0 Q sensible 321452,8996
Q laten 0 Q laten 5347626,9409
Q Hotgas Q Hotgas
- O2 303115,6378 - O2 43761,6275
- CO2 1457753,4237 - CO2 210459,8192
- CO 3327,1434 - CO 480,3487
- NO 1643073,5025 - NO 237214,9821
- (NO)x 1566543,1870 - (NO)x 226166,0927
Q Dust Content 47766,5235 Q Dust Content 8144,5815
Q Reject 0 Q Reject 205,3946
Grinding Heat 0 Grinding Heat 29229,53802
Q False Air -772719,4497 Q False Air 0
Heatloss 2410033,1810 Heatloss 0
Jumlah Total 6783058,5142 Jumlah Total 6783058,5142
Tabel B.4.3.9 Hasil Perhitungan Neraca alir panas Unit Bag Filter
Aliran Input (Kcal) Aliran Output (Kcal)
Kesetimbangan ini diperoleh setelah mendapatkan panas input dan panas output,
kemudian dengan menghitung panas sensibel dan panas laten H2O yang diuapkan
dari data moisture content yang diperoleh. Selain itu dengan mencari panas udara
dan penambahan panas dan heat loss pada masing-masing alat. Penambahan
panas terjadi jika jumlah panas output yang lebih besar dari jumlah input karena
beberapa faktor seperti pada coal mill jumlah panas bertambah dikarenakan
adanya panas alat (grinding heat) yang mempengaruhi.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil kerja praktek di PT. ITP. Tbk Plant 12 maka dapat
diambil kesimpulan
1. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa cement mill 1 didapatkan massa
input dan output di pregrinder sebesar 191345,50 kg/h, di cement mil sebesar
379253,14 kg/h, di separator sebesar 415121,55 kg/h dan di bag filter
sebesar 247427,46 kg/h.
2. Berdasarkan hasil perhitungan neraca massa cement mill 2 didapatkan massa
input dan output di pregrinder sebesar 1997866 kg/h, di cement mil sebesar
6219597 kg/h, di separator sebesar 5389242kg/h dan di bag filter sebesar
2871639 kg/h.
3. Berdasarkan hasil perhitungan neraca panas cement mill 1 didapatkan panas
input dan output di pregrinder sebesar 1526571,68 kg/h, di cement mil
sebesar 6663717,19 kg/h, di separator sebesar 8935738 kg/h dan di bag filter
sebesar 2864873,06 kg/h.
4. Berdasarkan hasil perhitungan neraca panas cement mill 2 didapatkan panas
input dan output di pregrinder sebesar 2082262,091 Kcal, di cement mill
sebesar 5012566 Kcal, di separator sebesar 4656052 Kcal dan di bag filter
sebesar 2807088 Kcal.
5.2 SARAN
1. Perlunya evaluasi terhadap false air pada cement mill dan coal mill secara
berkala dan jika terdapat kebocoran segera ditindaklanjuti agar efisiensi alat
tetap terjaga, karena semakin banyak udara yang masuk maka energi yang
diperlukan semakin besar.
2. Agar heatloss tidak terlalu besar maka perlu kontrol suhu secara berkala agar
panas yang dihasilkan tidak terlalu besar, baik dari material maupun dari
proses yang teradi di dalam alat.
5.2.3 Saran untuk Peserta Kerja Praktek (KP) yang akan Datang
1. Sebaiknya peserta KP mempelajari proses dasar pembuatan semen sebelum
magang.
2. Patuhi peraturan yang berlaku diperusahaan baik saat pembuatan proposal
kerja praktek dan saat kerja praktek.
5.3 KESAN
Selama kerja praktek di PT.ITP Tbk., tentunya kami mendapatkan banyak
pengetahuan tentang proses pabrik Selama kerja praktek di PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk., kami mendapatkan banyak pengetahuan tambahan yang
berhubungan dengan bidang teknik kimia. Semua karyawan PT. Indocement
Tunggal Prakarsa Tbk. sangat murah hati untuk berbagi ilmu. Selain itu, kami
disini belajar untuk bersikap disiplin tinggi dalam hal waktu karena di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. sangat tegas dalam hal jam kerja. dan tak
kalah pentingnya adalah kami mendapatkan inspirasi, inspirasi ini yang membuat
kami lebih banyak belajar dan terus belajar di bidang teknik kimia, inspirasi itu
didapat ketika melihat kakak tingkat kami alumni program studi Teknik Kimia
ULM, mereka bekerja sebagai seorang engineer teknik kimia bagaimana mereka
turun kelapangan dan memastikan proses produksi sesuai tentunya dengan ilmu
keteknik-kimian mereka. menurut kami itu adalah sesuatu yang menginspirasi
karena dari sana kami melihat penerapan ilmu teknik kimia yang begitu rumit
dapat diterapkan di lapangan. Kami sangat senang bisa kerja praktek di PT.
Indocement Tunggal Prakarsa Tbk., semoga pengetahuan yang kami peroleh di
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. bermanfaat untuk kami saat sudah bekerja
kelak.
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, Muhammad Azhari & Muhammad Ihsan. 2016. Laporan Kerja Praktek
PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.. Universitas Lambung Mangkurat.
Banjarbaru.
Ariyanti, D. & Dessy Triutami. 2012. Penentuan Komposisi Raw Material Dalam
Pembuatan Raw Meal Pada Proses Produksi Semen PT Indocement
Tunggal Prakarsa,Tbk. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.
Mariani, L. & dkk 2009. Laporan Kerja Praktek Pengaruh Gypsum dalam
pembuatan semen di PT. ITP, Tarjun. Perpustakaan PT. ITP, Tbk.
Syam, N. R. 2011. Menghitung Neraca Massa dan Neraca Panas Pada Alat
Vertical Mill di PT. Semen Baturaja (PERSERO). Politeknik Negeri
Sriwijaya. Palembang.
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Pengambilan data diambil pada tanggal 8Juli 2018 pukul 10.00 WITA
O2
1.Outlet Pregrinder 70 0,209
2.Inlet Cement Mill 38 0,205
3.Outlet Cement Mill 70 0,21
4.Primary Fresh air 40 0,206
5.Secondary Fresh Air 40 0,206
6.Outlet Separator 82 0,212
7.Outlet Bag Filter 64 0,211
N2
1.Outlet Pregrinder 70 0,25
2.Inlet Cement Mill 38 0,25
3.Outlet Cement Mill 70 0,25
4.Primary Fresh air 40 0,25
5.Secondary Fresh Air 40 0,25
6.Outlet Separator 82 0,25
7.Outlet Bag Filter 64 0,25
H2O (l)
1.Limestone 31 0,44418
2.Gypsum 35 0,44433
3.Trass 35 0,44433
4. Outlet Pregrinder 75 0,44577
5. Outlet Cement Mill 83 0,44604
6. Outlet Separator 89 0,44625
7. Outlet Bag Filter 69 0,44556
8. Tailing 85 0,44611
9. Clinker 104 0,44675
Tabel A.4.3.3 Tabel Kapasitas Feeding Cement Mill (Fresh Feed 192 t/h)
Material Komponen Kapasitas (t/h)
Clinker 104
Limestone 55,53
Trass 20,09
Gypsum 6,57
Tailing 161,6
SIA 0,98 (l/m)
Sumber: Center Control Room
= 52531,38 kg/h
c. Massa udara
A = πr2
22
= x (0,5 m) 2
7
= 0,7166 m2
1,3 x 273 x ( 10336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10.336
1,3 x 273 x ( 10336−28,4376 mm H 2 O )
=
( 273+70 ° C ) x 10.336
= 1,0318
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
2 x 9,81 m/ s 2 x 8,2756 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( )
1,0318 mm H 2O
= 10,7503 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 10,7503 m/s x 0,7166 m2
= 1,9259 m3/s
= 6933,2410 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 6933,2410 m3/h x 1,062 kg/m3
= 7165,5049 kg/h
Massa Udara N2 = 7165,5049 kg/h x 79% = 5660,7486 kg/h
Massa Udara O2 = 7165,5049kg/h x 21% = 1504,7559 kg/h
Output Pregrinder
Diketahui: Pressure static = 28,44 mmH2O
Pressure dinamyc = 8,27 mmH2O
g = 9,81 m/s
T outlet = 75 °C
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
130
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
ρ = 1,06 kg/m3
r = 0,5 m
Koefisien pitot = 0,85
MC product pregrinder = 0
Ditanya: a. Produk pregrinder dry?
b. Produk pregrinder?
c. Massa udara total ?
a. Produk pregrinder dry = 181181,38 kg/h
Dry clinker = 128650 kg/h
Dry limestone = 52531,38 kg/h
Produk pregrinder dry
b. Produk pregrinder =
100−MC produk pregrinder
181181,38 kg /h
=
100−0 %
= 181181,38 kg/h
H2O (l) = Produk pregrinder x MC produk pregrinder
= 181181,38 kg/h x 0 %
= 0 kg/h
H2O (g) = (m H2O clinker + mH2O limestone)–H2O (l)
= (0 kg/h + 2298,62 kg/h) - 0 kg/h
= 2298,62 kg/h
c. Massa udara
A = πr2
22
= x (0,5 m) 2
7
= 0,7166 m2
1,3 x 273 x ( 10336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10.336
1,3 x 273 x ( 10336−28,4376 mm H 2 O )
=
( 273+70 ° C ) x 10.336
= 1,0318
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
131
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
2 x 9,81 m/ s 2 x 8,2756 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( )
1,0318 mm H 2O
= 10,7503 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 10,7503 m/s x 0,7166 m2
= 1,9259 m3/s
= 6933,2410 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 6933,2410 m3/h x 1,062 kg/m3
= 7165,5049 kg/h
Massa Udara N2 = 7165,5049 kg/h x 79% = 5660,7486 kg/h
Massa Udara O2 = 7165,5049kg/h x 21% = 1504,7559 kg/h
2. CEMENT MILL
Input Cement Mill
Diketahui : m gypsum = 6,57 t/h = 6570 kg/h
m trass = 20,09 t/h = 20090 kg/h
SIA = 0,98 l/m
m tailing = 161,6 t/h = 161600 kg/h
MC gypsum = 4,13 %
MC trass = 21,13 %
MC tailing = 0,36 %
ρ SIA = 1,1822 kg/m3
Pressure static = 30,6000 mmH2O
Pressure dinamyc = 15,313 mmH2O
g = 9,81 m/s
T inlet = 38°C
ρ = 1,1348 kg/m3
r = 0,41 m
Koefisien pitot = 0,857
Ditanya : a. Produk Pregrinder?
b. Massa H2O dan dry gypsum?
c. Massa H2O dan dry trass?
d. Massa SIA?
e. Massa H2O dan dry tailing?
f. Massa udara total?
Jawab :
a. Produk pregrinder = 181181,38 kg/h
Dry clinker = 128650 kg/h
Dry limestone = 52531,38 kg/h
b. Massa H2O Gypsum = m gypsum x MC gypsum
= 6570 kg/h x 4,13 %
= 271,341 kg/h
Massa Dry Gypsum= massa gypsum - massa H2O gypsum
= 6570 kg/h –271,341 kg/h
= 6298,659 kg/h
c. Massa H2O Trass = m trass x MC trass
= 20090 kg/h x 21,13 %
= 4245,017 kg/h
Massa Dry Trass = massa Trass - massa H2O Trass
= 20090 kg/h – 4245,01 kg/h
= 15844,98 kg/h
d. Massa SIA = SIA x ρ SIA x 60
= 0,98 l/m x 1,18 kg/m3 x 60
= 69,51 kg/h
e. Massa H2O Tailing= m Tailing x MC Tailing
= 161600 kg/h x 0,36 %
= 581,876 kg/h
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
133
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
= 3891,80 kg/h
c. Massa udara total
A = πr2
= 3,14 x (0,525 m) 2
= 0,865 m2
1,3 x 273 x ( 10336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10336
1,3 x 273 x ( 103336−79,87 mm H 2 O )
=
( 273+70 ° C ) x 10336
= 1,03
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
m
2 x 9,81 x 10,75 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
1,03 mm H 2O
= 12,29 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 12,29 m/s x 0,87 m2
= 2,66 m3/s
= 9569,99 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 9569,99 m3/h x 1,018 kg/m3
= 9742,25 kg/h
Massa N2 = 9742,25 kg/h x 79% = 7696,38 kg/h
Massa O2 = 9742,25 kg/h x 21% = 2045,87 kg/h
3. SEPARATOR
INPUT SEPARATOR
a. Produk cement mill = 365549,57 kg/h
Dry clinker = 226899,79 kg/h
Dry limestone = 94939,56 kg/h
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
136
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
m
2 x 9,81 x 4 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
1,12 mm H 2 O
= 7,25 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 7,25 m/s x 2,2 m2
= 4,02 m3/s
= 14487,58 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 14487,58 m3/h x 1,1270 kg/m3
= 16327,5007 kg/h
Massa N2 = 16327,5007 kg/h x 79% = 12898,72 kg/h
Massa O2 = 16327,5007 kg/h x 21% = 3428,77 kg/h
e. Secondary Fresh Air
Diketahui: Pressure static = 77,6107 mmH2O
Pressure dinamyc = 9,28 mmH2O
g = 9,81 m/s
T outlet = 40 °C
ρ = 1,127 kg/m3
P = 193 cm
L = 44 cm
Koefisien pitot = 0,857
Ditanya : Massa udara ?
Jawab:
A = PxL
= 193 cm x 44 cm
= 8492 c m2 = 0,85 m2
1,3 x 273 x ( 10336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10336
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
138
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
OUTPUT SEPARATOR
a. Produk separator dry = 364343,26 kg/h
Dry clinker = 226899,79 kg/h
Dry limestone = 94939,56 kg/h
Dry gypsum = 11316,15 kg/h
Dry trass = 31187,77 kg/h
Produk separator dry
b. Produk separator =
100−MC produk separator
364343,26 kg/h
=
100−0,26 %
= 365293,02 kg/h
H2O (l out) = Produk separator x MC produk separator
m
2 x 9,81 x 13,55 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
0,99mm H 2O
= 14,04 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 14,04 m/s x 3,39 m2
= 11,92 m3/s
= 42913,28 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 42913,28 m3/h x 0,99 kg/m3
= 42681,55 kg/h
Massa N2 = 42681,55 kg/h x 79% = 33718,43 kg/h
Massa O2 = 42681,55 kg/h x 21% = 8963,13 kg/h
4. BAG FILTER
Input Bag Filter
a. Produk separator = 203693,02 kg/h
Dry clinker = 128650 kg/h
Dry limestone = 52531,38 kg/h
Dry gypsum = 6298,66 kg/h
Dry trass = 15844,98 kg/h
H2O (l) = 268 kg/h
b. Massa Udara Inlet
Diketahui: Pressure static = 457,34 mmH2O
Pressure dinamyc = 13,38 mmH2O
g = 9,81 m/s
T outlet = 87 °C
ρ = 0,9811 kg/m3
D = 210 cm
r = 105 cm = 1,05 m2
= 0,94
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
m
2 x 9,81 13,38 mm H 2 O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
0,94 mm H 2O
= 14,31 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 14,31 m/s x 3,46 m2
= 12,38 m3/s
= 44576,94 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 44576,94 m3/h x 0,9811 kg/m3
= 43734,44 kg/h
Massa N2 = 43734,44 kg/h x 79% = 34550,20 kg/h
Massa O2 = 43734,44 kg/h x 21% = 9184,23 kg/h
OUTPUT PREGRINDER
1. Panas dari produk pregrinder
a. Dry clinker
Massa = 128650 kg/h
Suhu = 75 °C
Cp = 0,180 Kcal/kg
Q1 = m x Cp x ∆T
= 128650 kg/h x 0,180 Kcal/kg x (75 °C - 28°C)
= 1088379 Kcal
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
148
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
b. Dry limestone
Massa = 5253,381 Kcal/kg
Suhu = 75 °C
Cp = 0,206 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 52531,38 Kcal/kg x 0 ,206 Kcal/kg x (75 °C-28°C)
= 508608,82 Kcal
2 . Panas penguapan H2O
Panas sensibel
Massa = 2998,62 kg/h
Suhu = 100 °C
Cp = 0,45 Kcal/kg
Q3 = m H2O x Cp x ∆T
= 2998,62 kg/h x 0,45 Kcal/kg x (100°C - 28°C)
= 97155,29 Kcal
Panas laten = m H2O x Hf
Q4 = 2998,62 kg/h x 539 Kcal/kg
= 1616246,18 Kcal
3. Udara
Massa O2 = 1504,76 kg/h
Suhu = 70°C
Cp = 0,209 Kcal/kg
Q5 = m x Cp x ∆T
= 1504,76 kg/h x 0,209 Kcal/kg x (70°C - 28°C)
= 13208,75 Kcal
Massa N2 = 5660,75 kg/h
Suhu = 70°C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q6 = m x Cp x ∆T
= 5660,75 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (70°C - 28°C)
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
149
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
= 59437,86 Kcal
4. Grinding Heat
Power motor = 406 Kwh x 859,8456 = 349097,31 Kcal
406
Efisiensi motor = x 100 = 28%
01450
Power motor
Grinding heat =
Efisiensi motor
349097,31
= =97747,25 Kcal
28 %
2. CEMENT MILL
INPUT CEMENT MILL
1. Produk dari pregrinder
a. Q clinker = 1088379 Kcal
b.Q limestone = 508608,82 Kcal
2. Panas yang dibawa gypsum
Massa = 6570 kg/h
Suhu = 35 °C
Cp = 0,26 Kcal/kg
Q1 = m x Cp x ∆T
= 6570 kg/h x 0,26 Kcal/kg x (35°C - 28°C)
= 11957,4 Kcal
Panas H2O yang dibawa dalam gypsum
Masssa H2O = 217,34 kg/h
Suhu = 35 °C
Cp = 0,44 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 217,34 kg/h x 0,44 Kcal/kg x (35°C - 28°C)
= 843,96 Kcal
Dry gypsum = Q1-Q2
= 11957,4 Kcal - 843,96 Kcal = 11113,44 Kcal
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
150
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
= 170535,04 Kcal
Suhu = 83 °C
Cp = 0,197 Kcal/kg
Q4 = m x Cp x ∆T
= 31187,77 kg/h x 0,197 Kcal/kg x (83°C - 28°C)
= 337919,46 Kcal
e. Q SIA = 308,64 Kcal/kg
2. Panas sensibel
Massa = 3891,80 kg/h
Suhu = 100 °C
Cp = 0,45 Kcal/kg
Q6 = m H2O x Cp x ∆T
= 3891,80 kg/h x 0,45 Kcal/kg x (100°C - 28°C)
= 126094,46 Kcal
Panas laten = m H2O x Hf
= 3891,80 kg/h x 539 Kcal/kg
= 2097682,57 Kcal
3.H2O (l sisa)
Massa = 1206,31 kg/h
Suhu = 83 °C
Cp = 0,45 Kcal/kg
Q7 = m H2O x Cp x ∆T
= 1614 x 0,45 Kcal/kg x (102°C - 28°C)
= 29593,80 Kcal
4.Udara
Massa O2 = 2045,87 kg/h
Suhu = 70°C
Cp = 0,210 Kcal/kg
Q8 = m x Cp x ∆T
= 2045,87 kg/h x 0,210 Kcal/kg x (70°C - 28°C)
= 18044,60 Kcal
Massa N2 = 7696,38 kg/h
Suhu = 70°C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q9 = m x Cp x ∆T
= 7696,38 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (70°C - 28°C)
= 80811,96 Kcal
1. Grinding Heat
Power motor = 5114 Kwh x 859,8456 = 4392926 Kcal
5144
Efisiensi motor = x 100= 92%
5500
Power motor
Grinding heat =
Efisiensi motor
4392926
= =408462,25 Kcal
92 %
3. SEPARATOR
INPUT SEPARATOR
1. Produk Cement Mill
a. Q Clinker = 2296225,85 Kcal
b. Q Limestone = 1101773,58 Kcal
c. Q Gypsum = 166800,03 Kcal
d. Q Trass = 337919,46 Kcal
e. H2O (l) = 29593,80 Kcal
2. Panas yang dibawa primary fresh air
Massa O2 = 3428,78 kg/h
Suhu = 40 °C
Cp = 0,206 Kcal/kg
Q1 = m x Cp x ∆T
= 3428,78 kg/h x 0,22 Kcal/kg x (40°C-28°C)
= 8475,93 Kcal
Masssa N2 = 12898,73 kg/h
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
156
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Suhu = 40 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 12898,73 kg/h x0,25 Kcal/kg x (40°C-28°C)
= 38696,18 Kcal
3. Panas yang dibawa secondary fresh air
Massa O2 = 1971,98 kg/h
Suhu = 40 °C
Cp = 0,206 Kcal/kg
Q3 = m x Cp x ∆T
= 1971,98 kg/h x 0,206 Kcal/kg x (40°C-28°C)
= 4874,73 Kcal
Masssa N2 = 7418,40 kg/h
Suhu = 40 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q4 = m x Cp x ∆T
= 7418,40 kg/h x0,25 Kcal/kg x (41°C-28°C)
= 22255,21 Kcal
4. Panas dari pregrinder
Massa O2 = 1504,76 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,209 Kcal/kg
Q5 = m x Cp x ∆T
= 1504,76 kg/h x 0,209 Kcal/kg x (70°C-28°C)
= 13208,75 Kcal
Masssa N2 = 5660,75 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q6 = m x Cp x ∆T
= 5660,75 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (70°C-28°C)
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
157
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
= 59437,86 Kcal
5. Panas dari cement mill
Massa O2 = 2045,87 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,21 Kcal/kg
Q7 = m x Cp x ∆T
= 2045,87 kg/h x 0,21 Kcal/kg x (70°C-28°C)
= 18044,60 Kcal
Masssa N2 = 7696,38 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q8 = m x Cp x ∆T
= 7696,38 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (70 °C-28 °C)
= 80811,96 Kcal
6. Panas dari false air
Massa O2 = 11,74 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,206 Kcal/kg
Q9 = m x Cp x ∆T
= 11,74 kg/h x 0,206 Kcal/kg x (70°C-28°C)
= 103,57 Kcal
Masssa N2 = 44,17 kg/h
Suhu = 70 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q10 = m x Cp x ∆T
= 44,17 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (70°C-28°C)
= 463,81 Kcal
OUTPUT SEPARATOR
1. Produk Separator
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
158
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
a. Tailing
Massa tailing = 161600 kg/h
Panas H2O yang dibawa tailing
m H2O = 581,8 kg/h
Suhu = 85°C
Cp = 1 Kcal/kg
Q1 = 581,8 kg/h x 1 Kcal/kg x (85°C-28°C))
= 33160,32 Kcal
- Komponen yang ada dalam tailing
1. Clinker
Massa = 98249,79 kg/h
Suhu = 85°C
Cp = 0,182 Kcal/kg
Q2 = m H2O x Cp x ∆T
= 98249,79 kg/h x 0,182 Kcal/kg x (85°C - 28°C)
= 1019243,30 Kcal
2. Limestone
Massa = 42408,18 kg/h
Suhu = 85°C
Cp = 0,208 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 42408,18 kg/h x 0,208 Kcal/kg x (85°C - 28°C)
= 502791,37 Kcal
3. Gypsum
Massa = 5017,49 Kcal/kg
Suhu = 85°C
Cp = 0,265 Kcal/kg
Q3 = m x Cp x ∆T
= 5017,49 Kcal/kg x 0,265 Kcal/kg x (85°C - 28°C)
= 75789,18 Kcal
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
159
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
4. Trass
Massa = 15342,78 kg/h
Suhu = 85°C
Cp = 0,195 Kcal/kg
Q4 = m x Cp x ∆T
= 15342,78 kg/h x 0,195 Kcal/kg x (85°C - 28°C)
= 170535,04 Kcal
b. Produk Separator
H2O m produk = 368 kg/h
Suhu = 89°C
Cp = 1 Kcal/kg
Q1 = 368 kg/h x 1 Kcal/kg x (89°C-28°C))
= 224488,11 Kcal
- Komponen produk ke Bag Filter
1. Clinker
Massa = 128650 kg/h
Suhu = 89°C
Cp = 0,183 Kcal/kg
Q1 = m H2O x Cp x ∆T
= 128650 kg/h x 0,183 Kcal/kg x (89°C - 28°C)
= 1436119,95 Kcal
2. Limestone
Massa = 52531,38 kg/h
Suhu = 89°C
Cp = 0,209 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 52531,38 kg/h x 0,209 Kcal/kg x (89°C - 28°C)
= 669722,56 Kcal
3. Gypsum
Massa = 6298,66 Kcal/kg
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
160
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Suhu = 89°C
Cp = 0,267 Kcal/kg
Q3 = m x Cp x ∆T
= 6298,66 Kcal/kg x 0,267 Kcal/kg x (89°C - 28°C)
= 102586,26 Kcal
4. Trass
Massa = 15844,98 kg/h
Suhu = 89°C
Cp = 0,196 Kcal/kg
Q4 = m x Cp x ∆T
= 15844,98 kg/h x 0,196 Kcal/kg x (89°C - 28°C)
= 189442,62 Kcal
2. Panas sensibel
Massa = 7146,98 kg/h
Suhu = 100 °C
Cp = 0,45 Kcal/kg
Q6 = m H2O x Cp x ∆T
= 7146,98 kg/h x 0,45 Kcal/kg x (100°C - 28°C)
= 231562,03 Kcal
Panas laten = m H2O x Hf
= 7146,98 kg/h x 539 Kcal/kg
= 3852220,14 Kcal
2. H2O (l sisa)
Massa = 949,76 kg/h
Suhu = 89 °C
Cp = 0,44 Kcal/kg
Q7 = m H2O x Cp x ∆T
= 949,76 kg/h x 0,44 Kcal/kg x (89°C - 28°C)
= 25853,66 Kcal
3. Udara Outlet
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
161
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
4. BAG FILTER
INPUT BAG FILTER
1. Produk Cement Mill
a. Q Clinker = 1436119,95 Kcal
b. Q Limestone = 669722,56 Kcal
c. Q Gypsum = 102586,26 Kcal
d. Q Trass = 189442,62 Kcal
e. H2O (l) = 22448,11 Kcal
2. Panas inlet bag filter
Massa O2 = 8963,13 kg/h
Suhu = 89 °C
Cp = 0,212 Kcal/kg
Q1 = m x Cp x ∆T
= 8963,13 kg/h x 0,212 Kcal/kg x (89°C-28°C)
= 79807,68 Kcal
Masssa N2 = 33718,43 kg/h
Suhu = 89 °C
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
162
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 33718,43 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (89°C-28°C)
= 354043,49 Kcal
3. Panas yang dibawa false air
Massa O2 = 221,11 kg/h
Suhu = 89 °C
Cp = 0,212 Kcal/kg
Q1 = m x Cp x ∆T
= 221,11 kg/h x 0,212 Kcal/kg x (89°C-28°C)
= 1968,72 Kcal
Masssa N2 = 831,78 kg/h
Suhu = 89 °C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q2 = m x Cp x ∆T
= 831,78 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (89°C-28°C)
= 8733,67 Kcal
= 6722,61 Kcal
4. Udara outlet bag filter
Massa O2 = 9184,23 kg/h
Suhu = 64°C
Cp = 0,211 Kcal/kg
Q8 = m x Cp x ∆T
= 9208,06 kg/h x 0,211 Kcal/kg x (64°C - 28°C)
= 69763,85 Kcal
Massa N2 = 34550,21 kg/h
Suhu = 64°C
Cp = 0,25 Kcal/kg
Q9 = m x Cp x ∆T
= 34639 kg/h x 0,25 Kcal/kg x (64°C - 28°C)
= 310951,85 Kcal
Tabel Neraca Panas
PREGRINDER
Komponen Input Output
Mix
(Clinker+Limestone)
1. Q clinker 1808819 1088379
2. Q Limestone 29821,9701 508608,8212
O2 2515,9520 13208,74778
N2 11321,4972 59437,86027
H2O (l) 3995,7999 0
Q sensibel 0 97155,288
Q laten 0 1616256,18
Grinding heat 0 97747,2478
Heat loss 1624318,93
TOTAL 3480793,145 3480793,15
CEMENT MILL
Komponen Input Output
Produk Pregrinder
1. Q Clinker 1088379 2296225,85
2. Q Limestone 508608,82 1101773,58
Q Gypsum 11113,44 166800,03
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
165
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
Diketahui:
Feeding coal mill = 42,5 ton/jam
3 CO 1,14
4 NO 1,24
5 NOx 1,25
H2O(g)
R.Coa l
dry Coa l
H2O(l)
H2O(l)
O2
O2
CO2
COAL MILL CO2
CO CO
NO NO
(NO)x (NO)x
As h As h content
content Reject
= 29739,6938 kg/h
e. Massa Udara
A = πr2
22
= x (0,99 m) 2
7
= 3,0803 m2
1,3 x 273 x ( 10.336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10.336
1,3 x 273 x ( 10.3336−207.709 mm H 2O )
=
( 273+286 ° C ) x 10.336
= 0,6221
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
m
2 x 9,81 x 21,03 mm H 2O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
0.6221mm H 2O
= 22,0704 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 22,0704 m/s x 3,0803 m2
= 16,9959 m3/s
= 61185,5080 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 61185,5080 m3/h x 0,6352 kg/m3
= 38701,0575 kg/h
= 27700,3315 kg/h
CO = 61185,5080 m3/h x 0,08% x 1,14 kg/m3
= 52,3136 kg/h
NO = 61185,5080 m3/h x 34,66% x 1,24 kg/m3
= 26483,6143 kg/h
(NO)x = 61185,5080 m3/h x 36,35% x 1,25 kg/m3
= 27804,9687 kg/h
c. False Air
Massa Udara total = -13431,5210 kg/h
Massa udara O2 = massa udara total x %komponen
= -13431,5210 kg/h x 6,05%
= -812,6070 kg/h
Massa udara CO2 = massa udara total x %komponen
= -13431,5210 kg/h x 22,87%
= -3071,1173 kg/h
Massa udara CO = massa udara total x %komponen
= -13431,5210 kg/h x 0,08%
= -10,0736 kg/h
Massa udara NO = massa udara total x %komponen
= -13431,5210 kg/h x 34,66%
= -4654,6973 kg/h
Massa udara (NO)x= massa udara total x %komponen
= -13431,5210 kg/h x 36,35%
= -4883,0258 kg/h
c. Massa udara
A = πr2
22
= x (0,5 m) 2
7
= 3,0803 m2
1,3 x 273 x ( 10.336−Ps mmH 2 O )
Specific gravity =
( 273+T ) x 10.336
1,3 x 273 x ( 10.3336−549.40 mm H 2O )
=
( 273+72.53 ° C ) x 10.336
= 0,9752
2 x 9,81 x Pd 0,5
Gas Velocity = Koefisien pitot tube x ( )
Sg
m
2 x 9,81 x 23,54 mm H 2 O 0,5
= 0,857 x ( s2 )
0,9752 mm H 2 O
= 18,6761 m/s
Gas volume = Gas velocity x A
= 18,6761 m/s x 3,0803 m2
= 14,3819 m3/s
= 51775,1666 m3/h
Massa udara = Vxρ
= 51775,1666 m3/h x 1,0250 kg/m3
= 53070,8143 kg/h
H2O(g)
Dry Coal
Fine Coal
H2O(l )
H2O(l )
O2 O2
CO2
Bag Filter CO2
CO
CO
NO
NO
(NO)x
(NO)x
As h As h
content content
d. False Air
Massa Udara total = 5511,4359 kg/h
Massa udara O2 = massa udara total x %komponen
= 51775,1666 m3/h x 6,05%
= 333,4418 kg/h
Massa udara CO2 = massa udara total x %komponen
= 51775,1666 m3/h x 22,87%
Program Studi S1-Teknik Kimia Meyrina Safitri
(16108142210015)
Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru Nadya Pratiwi (1610814220019)
176
Laporan Kerja Praktek PT. ITP, Tbk Plant-12 Tarjun
Production Department
= 1260,1898 kg/h
Massa udara CO = massa udara total x %komponen
= 51775,1666 m3/h x 0,08%
= 4,1335 kg/h
Massa udara NO = massa udara total x %komponen
= 51775,1666 m3/h x 34,66%
= 1909,9896 kg/h
Massa udara (NO)x = massa udara total x %komponen
= 51775,1666 m3/h x 36,35%
= 2003,681 kg/h
= 4810,0317 kg/h
Massa udara CO2 = volume udara total x %komponen x Densitas
= 55636,5680 m3/h x 22,87% x 1,98 kg/m3
= 25188,1765 kg/h
Massa udara CO = volume udara total x %komponen x Densitas
= 55636,5680 m3/h x 0,08% x 1,14 kg/m3
= 47,5693 kg/h
Massa udara NO = volume udara total x %komponen x Densitas
= 55636,5680 m3/h x 34,66% x 1,24 kg/m3
= 24081,8093 kg/h
Massa udara (NO)x = volume udara total x %komponen x Densitas
= 55636,5680 m3/h x 36,35% x 1,25 kg/m3
= 25283,3241 kg/h
Hotgas Hotgas
- O2 4476,1961 - O2 4810,0317
- CO2 23440,0159 - CO2 25188,1765
- CO 44,2678 - CO 47,5693
- NO 22410,4300 - NO 24081,8039
- (NO)x 23528,5598 - (NO)x 25283,3241
False Air 5511,4359 False Air 0
Dust Content 762,0875 Dust Content 814,1208
Jumlah Total 121981,6868 Jumlah Total 121981,6868
Cp CO = 0,244 Kcal/kg
Cp NO = 0,238 Kcal/kg
Cp NOx = 0,216 Kcal/kg
Cp ash dust content = 0,237 Kcal/kg
Massa udara false air (O2) = -812,6070 kg/h
Massa udara false air (CO2) = -3071,1172 kg/h
Massa udara false air (CO) = -10,0740 kg/h
Massa udara false air (NO) = -4654,6973 kg/h
Massa udara false air (NOX) = -4883,0258 kg/h
QNOx = m x Cp x ∆T
= 27804,9687 kg/h x 0,23 Kcal/kg x (289°C - 28°C)
= 1566543,1870 Kcal
c. Panas yang dibawa dust
Qdust = m x Cp x ∆T
= 762,5563 kg/h x 0,23 Kcal/kg x (289°C - 28°C)
= 49706,1193 Kcal
d. Panas yang dibawa False air
QO2 = m x Cp x ∆T
= -812,6070 kg/h x 0,24 Kcal/kg x (289 - 28) °C
= -46564,2634 Kcal
QCO2 = m x Cp x ∆T
= -3071,1172 kg/h x 0,20 Kcal/kg x (289 - 28) °C
= -161620,1439 Kcal
QCO = m x Cp x ∆T
= -10,074 kg/h x 0,24 Kcal/kg x (289 - 28) °C
= -640,6813 Kcal
QNO = m x Cp x ∆T
= -4654,6973 kg/h x 0,23 Kcal/kg x (289 - 28) °C
= -288782,7031 Kcal
QNOx = m x Cp x ∆T
= -4883,0258 kg/h x 0,23 Kcal/kg x(289 - 28) °C
= -275111,6508 Kcal
GAMBAR-GAMBAR