Anda di halaman 1dari 111

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An”R”YANG


MENGALAMI BRONKITIS DENGAN MASALAH
KEPERAWATANBERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI
RUANG MALEO
RUMAHSAKIT BHAYANGKARA MAKASSAR
TAHUN 2019

IRDA WARDANI
NIM 1610014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR

2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN YANG MENGALAMI


BRONKITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN BERSIHAN
JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DI RUMAH SAKIT
BHAYANGKARA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III


Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

IRDA WARDANI
NIM 1610014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG MAKASSAR

2019

i
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Irda Wardani

Tempat/tanggal Lahir : Pa’langiseng, 20 Agustus 1998

Suku/Bangsa :Makassar/Indonesia

Jenis Kelamin :Perempuan

Alamat Lengkap :Pa’langiseng

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

Tahun Sekolah
2004-2010 SD Negeri Kampung Parang
2010-2013 SMP Negeri 1 Pallangga
2013-2016 SMA Negeri 1 Pallangga
2016-2019 Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanya bagi ALLAH SWT atas limpahan petunjukNya

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Kaya Tulis Ilmiah ini. Serta

Shalawat dan Thaslim senantiasa tercurah bagi RasulNya Muhammad SAW yang

menjadi suri tauladan bagi umatnya dalam aktivitas keseharian, termasuk bagi

peneliti.

Penulis mendedikasikan karya ini kepada kedua orang tua yang tak henti-

hentinya mendoakan, memberikan semangat dan dukungan bagi penulis.

Rampungnya penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari dukungan

berbagai pihak. Oleh karena itu penulis haturkan terima kasih yang setinggi-

tingginya kepada :

1. Kombes Pol. dr. H. Farid Alamsyah Sp. PD., FINASIM, sebagai Ketua

Yayasan Brata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus Kepala Rumah

Sakit Bhayangkara Makassar dan Staff yang telah banyak membantu.

2. Pimpinan/ pengelola program Study Diploma III Keperawatan Akademi

Keperawatan Mappa Oudang Makassar, Kepada:

a. Direktur : Dardin, S.Kep., Ns.,M.Kep

b. Wakil Direktur I : Syaharyddin, SKM., S.Kep.,Ns.,M.Kes

c. Wakil Direktur II : Rezki Nur, S.Kep.,Ns.,M.Mkes

d. Wadir Direktur III : H. Hataul Madja,S.ST.,S.Kep.,Ns.,M.Kes

e. Ketua LPM : Muh.Saleh S, S.Pd.,M.Pd.,M.Mkes

3. Ibu Rezeki Nur, S.Kep, Ns M.M.Kes. selaku pembimbing yang telah

memberikan motivasi, arahan dan bimbingan kepada penulis dalam

penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.


4. Firmansyah S.Kep., Ns., M.Kes. selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

5. Ibu Kasmawati K., S.Kep, Ns, M.M selaku penguji yang telah banyak

memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh dosen dan staf akademi keperawatan mappa oudang Makassar

yang telah banyak memberikan doa dan restu serta dorongan baik moril

selama penulis mengikuti semua pendidikan 3 tahun ini.

7. Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang

sedalam-dalamnya, terutama kepada kedua orang tua tercinta yang denagn

penuh cinta dam kasih sayangnya selama ini dengan ikhlas mengasuh,

mendidik, dan selalu memberikan dukungan baik moril maupun material

dan semangat serta doa yang tulus di setiap sujudnya agar penulis menjadi

orang yang dapat membanggakan untuk mereka. Terima kasih untuk setiap

cinta yang terpancar yang selalu mengiringi setiap langkah penulis

sehingga penulis bisa sampai ketituk ini. Terima kasih untuk setiap tetes

keringatyang tidak dapat penulis ganti dengan apapun, terima kasih sudah

menjadi orang tua yang baik untuk penulis selama ini.

8. Teman-teman seperjuangan Angkatan X Akper Mappa Oudang Makassar

dan para sahabat terkasih yang banyak memberikan motivasi. Semoga

RahmatNya senantiasa tercurah kepada kita semua. Amin…

Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kata

kesempurnaan, jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari pihak yang

bersifat membangaun penulis akan meneruma dengan sengan hati.


Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi

pembaca dan Mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar khususnya dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien yang mengalami bronchitis

dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Makassar, Juli 2019

Penulis,
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Pada Klien An.A yang mengalami
Bronkitis Di Rumah Sakit Bhayangkaran Makassar
Irda Wardani (20`9)
Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar
Rezki Nur, S.Kep, Ns,M.M.Kes

Latar belakang: Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang


menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea yang sebabkan oleh virus seperti
Rhinovirus,RSV, Virus influenza, virus parainfluenza, adonevirus virus rubeola,
dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
mycoplasma pneumonia , bordetella pertisis, atau Corynebacteruim diphheriae.
Berdasarkan jumlah yang mengalami penyakit bronkitis di rumah sakit
Bhayangkara Makassar pada tahun 2017 yaitu 2.978 kasus data rumah sakit
bhayangkara Makassar.
Tujuan: Melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami Bronkitis
dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit
Bhayangkara Makassar
Metode: pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
wawancara dan observasi (pengamatan)
Hasil: asuhan keperawatan pada klien dengan bronchitis di ruang Maleo Rumah
Sakit Bhayangkara Makassar selama 3 hari di dapatkan masalah utama yaitu
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif setelah dilakukan tindakan selama 3x24 jam,
didapatkan bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi. Ditandai dengan klien tidak
batuk lagi
Kata kunci: Bronchitis, Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif.
ABSTRACT
Nursing care for An.A clients who have bronchitis
At the Bhayangkaran Hospital in Makassar
Irda Wardani (20`9)
Mappa Oudang Makassar Nursing Academy
Rezki Nur, S.Kep, Ns, M.M.Kes

Background: Bronchitis is an respiratory tract infection that causes inflammation


of the trachea caused by viruses such as Rhinovirus, RSV, influenza viruses,
parainfluenza viruses, rubeola virus adoneviruses, and paramyxovirus and
bronchitis because bacteria are usually associated with mycoplasma pneumonia,
bordetella pertisis, or Corynebacteruim diphheriae. Based on the number of
people suffering from bronchitis at the Bhayangkara Makassar hospital in 2017,
there were 2,978 cases of Makassar bhayangkara hospital data.
Objective: To carry out nursing care for patients who have bronchitis with
breathless nursing problems not effective at the Bhayangkara Makassar Hospital
Method: data collection used in this study is interview technique and observation
(observation)
Results: Nursing care for clients with bronchitis in the Maleo room of the
Bhayangkara Hospital in Makassar for 3 days in getting the main problem,
namely Breathlessness Not Effective After 3x24 hours of action, the ineffective
airway clearance was overcome. Marked by clients do not cough anymore
Keywords: Bronchitis, Roadway Breath Not Effective.
DAFTAR ISI

Halaman Sampul Depan


Halaman Sampul Dalam................................................................................i
Surat Pernyataan Keaslian Penelitian............................................................ii
Lembar Persetujuan Pembimbing…...........................................................iii
Halaman Pengesahan..................................................................................iv
Riwayat Hidup.............................................................................................v
Kata Pengantar............................................................................................vi
Abstrak........................................................................................................ix
Daftar isi.....................................................................................................xi
Daftar Tabel..............................................................................................xiii
Daftar gambar.............................................................................................ix
BAB I PENDAHULUAN…........................................................................1
A. Latar Belakang…................................................................................1
B. Batasan Masalah….............................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................2
1. Tujuan Umum...............................................................................2
2. Tujun Khusus................................................................................2
D. Manfaat...............................................................................................3
1. Teoritis…......................................................................................3
2. Praktis...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…..............................................................5
A. Tinjauan Tentang Bersihan Jalan Nafas tidak efektif......................5
B. Tinjauan Tentang Bronchitis…........................................................7
1. Konsep Medis…........................................................................7
2. Konsep Keperawatan…...........................................................23
BAB III METODE PENELITIAN............................................................39
A. Pendekatan Penelitian…................................................................39
B. Subyek Penelitian….......................................................................39
C. Focus studi.....................................................................................39
D. Definisi Operasional Fokus Studi..................................................40
E. Instrument Penelitian….................................................................40
F. Metode pengumpulan Data…........................................................41
G. Lokasi & Waktu penelitian............................................................41
H. Analisis Data dan Pengkajian Data…............................................42
I. Etika Penelitian…..........................................................................42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil...............................................................................................44
1. Gambaran lokasi penelitian......................................................44
2. Karakteristik partisispasi..........................................................44
3. Asuhan Keperawatan................................................................45
B. Pembahasan....................................................................................59
1. Pengkajian.................................................................................59
2. Diagnosa....................................................................................60
3. Perencanaan.............................................................................61
4. Pelaksanaan..............................................................................62
5. Evaluasi....................................................................................62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.....................................................................................64
B. Saran...............................................................................................65
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Intervensi Diagnosa I…................................................................29
Tabel 2.2 Intervensi Diagnosa 2...................................................................31
Tabel 2.3 Intervensi Diagnosa 3...................................................................32
Tabel 2.4 Intervensi Diagnosa 4...................................................................36
Tabel 4.1 Riwayat imunisasi.........................................................................47
Tabel 4.2Aktifitas sehari-hari........................................................................49
Tabel 4.3 klasifikasi data..............................................................................55
Tabel 4.4 analisa data.....................................................................................56
Tabel 4.5 diagnosa.........................................................................................57
Tabel 4.6 perencanaan....................................................................................57
Tabel 4.7 implementasi.................................................................................58
Tabel 4.8 evaluasi..........................................................................................59
DAFTAR GAMBAR
Gambar Anatomi Fisiologi 2.1.....................................................................8
Gambar patofisiologi bronkitis 2.2.............................................................28
Gambar genogram 4.1…............................................................................47
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang

menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea. Bronkus utama yang

menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik

tana terapi dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya di sebabkan oleh virus

seperti Rhinovirus,RSV, Virus influenza, virus parainfluenza, adonevirus

virus rubeola, dan paramyxovirus dan bronchitis karena bakteri biasanya

dikaitkan dengan mycoplasma pneumonia , bordetella pertisis, atau

Corynebacteruim diphheriae (Amin & Hardhi, 2015).

Berdasarkan data WHO(World Health Organization) prevalensi

kasus bronkitis secara global pada tahun 2016 yaitu sebanyak 251 juta

kasus. Secara global, diperkirakan 3,17 juta kematian di sebabkan oleh

penyakit ini pada tahun 2015 yaitu 5% dari semua kematian secara global

pada tahun itu.lebih dari 90% kematian bronkitis terjadi di Negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2017)

Di Indonesia, pada tahun 2013 prevalensi bronkitis lebih tinggi

terjadi pada laki-laki di bandingkan perempuan yaitu pada laki-laki 4,2%

sedangkan perempuat 3,3%. Prevalensi bronkitis cenderung lebih tinggi

pada masyarakat dengan pendidikan rendah yaitu sebanyak 7,9%.

Prevaensi bronkitis di Sulawesi selatan yaitu sebanyak 6,7% (Riskesdar,

2013).

1
Berdasarkan jumlah yang mengalami penyakit bronkitis di rumah

sakit Bhayangkara Makassar pada tahun 2017 yaitu 2.978 kasus (data

rumah sakit bhayangkara Makassar, 2018). Setelah melihat dari tingginya

kasus kejadian bronkitis sehingga masalah ini di anggap menarik, perlu

dan penting untuk diteliti. Oleh karena itu penelitian tertarik mengangkat

Bronkitis dengan masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak

Efektif di RS. Bhayangkara Makassar, meliputi tahapan pengjkajian

hingga evaluasi keperawatan.

B. Batasan masalah

Berdasarkan hal tersebut, penulis mampu merumuskan masalah tentang

bagaimana pelaksanaan proses asuhan keperawatan pada klien bronkitis

dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif di rumah sakit

Bhayangkara Makassar?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Melakukan Asuhan Keperawatan pada pasien yang mengalami

Bronkitis dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak

Efektif di Rumah Sakit Bhayang kara Makassar

2. Tujuan khusus

a. Untuk melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada pasien

yang mengalami Bronkitis dengan Masalah Keperawatan Bersihan

Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

2
b. Untuk merumuskan diagnose suhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Bronkitis dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan

Nafas Tidak Efektifdi Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

c. Untuk menetapkan rencana asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Bronkitis dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan

Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

d. Untuk mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada

pasien yang mengalami Bronkitis dengan Masalah Keperawatan

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar

e. Untuk melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien yang

mengalami Bronkitis dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan

Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

D. Manfaat

1. ManfaatTeoritis

Memberikan kontribusi dalam ilmu keperawatan tentang Asuhan

Keperawatan pada pasien yang mengalami Bronkitis dengan Masalah

Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi Perawat

Dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan kualitas

dalam pemberihan Asuhan Keperawatan khususnya bagi klien

yang menderita Bronkitis untuk membantu pasien dalam proses

penyembuhan.
b. Manfaat bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan suatu

pelayanan Asuhan Keperawatan pada klien khususnya Bronkitis.

c. Manfaat bagi Klien dan Keluarga

Agar klien dan keluarga bisa mengatahui penyebab dan dampak

dari Bronkitis dan agar tidak terjadi pada keluarga lainnya.

d. Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam

penerapan teori-teori yang sudah diperoleh selama penelitian yang

dilaksanakan dalam pembuatan karya tulis ilmiah.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Menurur Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016) Dalam Buku Standar

Diagnosis Keperawatan Indonesia :

1. Definisi

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidak atau obstruksi

jalan nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten.

2. Etiologi

a. Fisiologi

1) Spasme jalan nafas adalah kejang otot yang mengakibatkan

menyempitnya jalan nafas sehingga membuat pernafasan

menjadi sulit.

2) Hipersekresi jalan nafas adalah kelebuhan secret di jalan nafas.

3) Disfungsi neuromuskuler adalah kondisi medis yang ditandai

dengan ketidak mampuan system saraf dan otot untuk bekerja

sebagai mana mestinya.

4) Benda asing dalam jalan nafas yaitu ada dua yang pertama

banda asing yang berasal dari luar tubuh seperti kacang-

kacagan, tulang, peniti, jarum, batu dll. Sedangkan benda asing

yang berasal dari dalam tubuh seperti secret kental, darah atau

bekuan darah, dan nanah.

5
5) Adanya jalan nafas buatan adalah tindakan yan dilakukan

dalam mengatasi penyumbatan jalan jalan nafas yang

diakibatkan benda asing.

6) Sekresi yang tertahan adalah proses dalam membuat dan

mengeluarkan lendir yang di lakukan oleh sel tubuh dan

kelenjar.

7) Hyperplasia dinding jalan nafas adalah penenbalan pada

dinding jalan nafas.

8) Proses infeksi yaitu mikroba patogen yang telah bersarang pada

jaringan atau organ yang sehat maupun yang sakit akan terus

berkembang biak, sehingga kerusakan dan gangguan fungsi

organ akan semakin meluas.

9) Respon alergi adalah reaksi imun hipersensitif terhadap suatu

zat yang biasanya tidak berbahaya atau tidak akan

menyebabkan respon imun pada orang . respon alergi dapat

menyebabkan gejala berbahaya seperti gatal atau radang atau

cedera jaringan.

10) Efek agen farmakologis (mis. Anastesi) yaitu mempengaruhi

tekanan otot polos bronkus.

b. Situsional

1) Merokok aktif

2) Merokok pasif

3) Terpajan

3. Manifestasi klinis

6
a. Mayor

1) Obyektif

a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi, wheezing dan rochi kering

e) Meconium di jalan nafas (pada neonates)

b. Minor

1) Subyektif

a) Dyspnea

b) Sulit bicara

c) Ortopnea

2) Obyektif

a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi nafas menurun

d) Frekuensi nafas berubah

e) Pola nafas berubah

B. Tinjauan Tentang Bronkitis

1. Konsep Dasar Medis

a. Anatomi dan fiologis

Menurut Kris Buana (2017) dalam buku Anatomi Fisiologi Dan

Biokimia Keperawatan
Gambar 2.1 Anatomi system respirasi
(Kris Buana, 2017)

Respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang

mengandung (oksigen) ke dalam tubuh serta menghembuskan

udara yang banyak mengandung C02 (karbondioksida) sebagai

sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Penghisapan ini disebut

inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.

System respirasi dibentuk oleh saluran napas dan paru-paru

beserta permbungkusnya (pleura) dan rongga dada yag

melindunginya. Di dalam rongga dada terdapat juga jantung.

Rongga dada dipisahkan dengan rongga perut oleh diafragma.

1) Hidung

Hidung merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai

dua lubang (cavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum


nasi). Didalam terdapat bulu-bulu yang berguna untuk

menyaring udara, debu dan kotoran-kotoran yang masuk ke

dalam lubang hidung.

a) Bagian luar dinding terdiri dari kulit

b) Lapisan tengah terdiri dari otot-otot dan tulang rawan

c) Lapisan dalam terdiri dari selaput lender yang berlipat-lipat

yang dinamakan karang hidung ( konka nasalis), yang

berjumlah 3 buah, yakni inferior (karang hidup bagian

bawah), media (karang hidung bagian tengah) dan superior

(karang hidup bagian atas).

Fungsi hidung antara lain:

a) Bekerja sebagai saluran udara pernapasan

b) Sebagai penyaring udara pernapasan yang dilakukan oleh

bulu-bulu hidung

c) Dapat menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa

d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama

udaea pernapasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput

lender (mukosa) hidung

2) Tekak (faring)

Merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makan. Terdapat dibawah dasar

tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah deoan

ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain

keatas berhubungan dengan rongga hidunh, dengan perantara


lubang yang bernama koana. Kedepan berhubungan dengan

rongga mulut, tempat hubungan ini bernama istmus fausium.

Kebawah terdapat dua lubang, kedepan lubang laring,

kebelakang lubang esofagus.

Rongga tekak terbafi dalam 3 bagian

a) Bagian sebelah atas yang sama tingginya dengan koana

disebut nasofaring.

b) Bagian tengah yang sama tingginya dnegan istmus fausium

disebut orofaring

c) Bagian bawah disebut laringofaring

3) Pangkal tenggorokan
(Laringa)

Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai

pembentukan suara terletak di depan bagian faring sampai

ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea

bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah

empang tenggorok yang disebut epiglottis, yang terdiri dari

tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan

makanan menutupi laring.

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

a) Kartilago tirod (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat

pada pria

b) Kartilago arteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

c) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

d) Kartilago epiglottis (1 buah)


Laring dilapisi oleh selaput lender, kecuali pita suara

dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.

Proses pembentukan suara merupakan hasil kerjasama antara

rongga mulut, rongga hidung, laring, lidah dan bibir. Perbedaan

suara seseorang tergantung pada tebal dan panjangnya

pitasuara. Pita suara pria jauh lebih tebal dari pita suara wanita

4) Batang Tenggorokan (Trakea)

Merupakan lanjutan dari laring yang berbentuk oleh 16-

20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti

kuku kuda. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lender yang

berbulu getar yang disebut sek bersilia, hanya bergerak kearah

luar.

Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang terdiri dari

jaringan ikat yang dilapisi oleh oto polos. Sel-sel bersilia

gunanya untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk

bersama-sama dengan udara pernapasan. Yang memisahkan

trakea menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina

5) Cabang Tenggorokan (Bronkus)

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri,

bronkus lobarius kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2

bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus

segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus

segmental. Bronkus segmental ini kemudian terbagi lagi


menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan

ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.

a) Bronkiolus

Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.

Bronkiolus mengandung kelenjar mukosan yang

memproduksi jelenjar mukosa yang memproduksi lendor

yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan napas

b) Bronkuiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang mempunyai kelenjar lender dan silia)

c) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus

respiratori.bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran

transisional antaralain jalan napas konduksi dan jalan udara

pertukaran gas

d) Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah kedalam duktus

alveolar dan sakus alc=veolar dan kemudian menjadi

alveoli

6) Alveoli

Merupakan tempaat pertukaran oksigen dan

karbondioksisda. Terdapat sekitar 300 juta yang jika bersatu

membentuk lembar akan seluas 70 m². terdiri atas 3 tipe:


a) Sel-sel alveolar tipe I: sel epitel yang membentuk dinding

alveoli

b) Sel-sel alveolar tipe II: sel yang aktif secara metabolic dan

mensekresikan surfuktan (suatu fosfolid yang melapisi

permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps)

c) Sel-sel alveolar tipe III: makrofag yang merupakan sel-sel

fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan

7) Paru-paru

Merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut.

Terletak dalam rongga dada atau toraks. Kedua paru dipisahkan

oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa

pembuluh darah besar. Setiap paru mempunyai apeks dan basis

paru kanan lebih besar dan terbagi menjadi 3 lobus dan fisura

interlobaris. Pari kira lebih kecil dan terbaagi menjdai 2 lobus.

Lobu-lobus tersebut terbagi menjadi beberapa segmen sesuai

dengan segmen bronkusnya

8) Pleura

Merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dari

jaringan elastis. Terbagi menjadi pleura perietalis yaitu yang

melapisi rongga dada dan pleura viseralis yaitu yang

menyelubungi setiap paru-paru

Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi

cairan tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua

permukaan itu bergerak selama pernafasan. Juga untuk


mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekanan dalam

rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfer, hal ini untuk

mencegah kolaps paru-paru.

b. Definisi Bronkitis

Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang

menyebabkan inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama

yang menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya

akan membaik tana terapi dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya di

sebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, Virus influenza, virus

parainfluenza, adonevirus virus rubeola, dan paramyxovirus dan

bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma

pneumonia, bordetella pertisis, atau Corynebacteruim diphtheria

(Amin & Hardhi, 2015).

Bronkitis (bronchitis) adalah peradangan (inflamasi) pada

selaput lendir (mukosa) bronkus (saluran pernafasan dari trachea

hingga sauran nafas di dalam paru-paru). Perdangan ini

mengakibatkan permukaan bronchus membengkak (menebal)

sehingga saluran pernafasan relat menyempit. Kejadian infeksi

saluran pernafasanyang paling sering adalah bronkitis. Bronkitis

bisa bersifat akut atau kronis, dan dapat terjadi pada segala usia

(Zullies, 2016).

Bronkitis adalah persekresi mucus dan batuk produktif

kronis berulang-ulang minimal selama 2 tahun berturut-turut pada


pasien yang diketahui tidak terdapat penyebab lain (Wahid &

Suprapto, 2013).

c. Etilogi

Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RSV, virus

influenza, virus para influenza, adenovirus, virus rubeola dan

paramyxovirus. Menurut laporan penyebab lainnya dapat terjadi

melalui zat iritan asam lambung seperti asam lambung, atau polusi

lingkungan dan dapat di temukan setelah pejanan yang berat,

seperti saat aspirasi setelah muntah, atau pajanan dalam jumlah

besar yang di sebabkan zat kimia dan menjadi bronkitis kronik.

Bronkitis karena bakteri biasanya di kaitkan dengan

mycoplasma pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut

dan biasanya terjadi pada anak berusia diatas 5 tahun atau remaja,

bordetellapertusiss dan corynebacterium diptheriae biasa terjadi

pada anak yang tidak diimunisasi dan berhubungan dengan

kejadian trakeobronkitis, yang selam stadium kataral pertussis,

gejala-gejala infeksi respiratori lebih diminan. Gejala khas berupa

batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti dengan

usaha keras dan mendadak untuk ekspirasi, sehingga menimbulkan

whoop. Batuk biasanya menghasilkan mucus yang kental dan

lengket (Amin & Hardhi 2015).

Menurut Wahid & Suprapto (2013) Ada 3 faktor utama

yang mempengaruhi timbulnya bronkitis yaitu rokok, infeksi, dan


polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor hubungan

dengan faktor keturunan dari status sosial.

1) Rokok

Menurut buku Report of the WHO Expert Comite On Smoking

Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronkitis

terdapat hubungan yang erat antara merokok dan penurunan

VEP (volume ekspirasi paksa) 1 detik. Secara patologis rokok

berhubungan dengan hiperplasia kelenjar mukus bronkus dan

metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan juga dapat

menyebabkan bronkostriksi akut.

2) Infeksi

Eksaserbasi bronkitis disangka paling seringdiawali dengan

infeksi virus yang kemudian menyebabkan infeksi sekunder

bacteri. Bakteri yang diisolasi paling banyak adalah

haemophilus influenza dan streptococcus pneumonia.

3) Keturunan

Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan

atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1-Belum

diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan atau

tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa-1- antitrpsin yang

merupakan suatau problem, dimana kelainan ini dirurunkan

secara autosom resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim

proteolitik yang sering dikeluarkan pada peradangan dan

merusak jaringan, termasuk jarinagan paru.


4) Faktor sosial ekonomi

Kematian pada bronkitis ternyata lebih banyak pada golongan

sosial ekonomiyang lebih jelek.

d. Patofisiologi

Penemuan patologis dari bronkitis adalah hipertropi dari

kelenjar mukosa braonkus dan peningkatan sejumlah sel goblet

disetrai dengan infiltrasi sel radang dab ini mengakibatkan gejala

khas yaitu batuk produktif. Batuk kronik yang disertai peningkatan

sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi bronkholus yang kecil-

kecil sedemikian rupa sampai bronkhiolus tersebut rusak dan

dindingnya melebar. Faktor etiologi utama adalah rokok dan polusi

udara lain yang biasa terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut

dapat memperlmbat aktivitassilia dan pagositosis, sehingga

timbunan mucus meningkat sedangkan mekanisme pertahannya

sendiri melemah.

Mukus yang berlebihan terjadi akibat displasia. Sel-sel

penghasil mukus di bronchus. Selain itu, silia yang melapisi

bronchus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta

metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus

dan sel-sel- silia ini mengganggu system eskalatormukosiliaris dan

menyebabkan penumpukan mukus dalam jumlah besar yang sulit

dikeluarkan dari saluran nafas (Wahid & suprapto, 2013).

e. Klasifikasi

Bronkitis terbagi menjadi dua yaitu:


1. Bronkitis akut

Bronkitis akut merupakan infeksi saluran pernafasan

akut bawah. Ditandai dengan awitan gejala yang mendadak dan

berlangsung lebih singkat. Pada bronkitis jenis ini, inflamasi

(perdangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus

atau bakteri, dan kondisinya diperparah oleh pemaparan

terhadap iritan, seperti asap rokok, udara kotor, debu asap

kimiawi, dll (Amin & Hardhi, 2015).

Infeksi virus merupakan etiologi pada 95% kasus

bronkitis akut. Virus utama yang paling sering dihubungkan

dengan gangguan brinkitis akut adalah rhinovir, coronavirus,

virus influenza, adenovirus dan respiratory syncytial virus

(RSV) (Masriadi, 2016)

2. Bronkitis kronik

Bronkitis kronis adalah salah satu komponen dari

penyakit paru obstruksi kronis (PPOK). Deskripsi standar

tentang bronkitis kronik adalah batuk berdahak yang terjadi

selam sedikitnya 3 bulan dalam setahun untuk 2 tahun berturut-

turut. Eksaserbasi akut bronkitis kronik di defenisikan sebagai

memburuknya gejala respirasi seperti: batuk,sekresi dahak

yang berlebihan, dan kesulitan bernafas. Bronkitis kronik

terutama terjadi pada orang dewasa dan lebih sering terjadi

pada pria dari pada wanita (Zullies, 2016).


Bronkitis kronis ditandai dengan gejala yang

berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama 2 tahun

berturut-turut). Pada bronkitis kronik peradangan bronkus tetap

berlanjut selama beberapa waktudan terjadi obstuksi/hambatan

pada aliran udara yang normal didalam bronkus (Amin &

Hardhi, 2015).

Bronkitis kronis merupakan suatau inflamasi

(peredangan) bronkus yang terus-menerus dengan ditandai

batuk kronik yang disertai pembentukan mokus yang

berlebihan dalam bronkus. Manifestasi batuk kronis disertai

pembentukan mukusselama sedikitnya 3 bulan berturut-turut

dalam 2 tahun terakir, serda tidak di sebabkan disebabkan oleh

penyakit lainyang mungkin mentebabkan gejala tersebut

(Barara & Jauhar, 2013).

f. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada bronkitis akut: Menrut Amin & Hardhi

(2015)

1) Batuk

2) Terdengar ronki

3) Suara berat dan kasar

4) Wheezing

5) Menghilang dalam 10-14 hari

6) Demam

7) Produksi sputum
Tanda-tanda dangejala bronkitis kronis

1) Batuk yang parah pada pagi hari dan pada kondisi lembab

2) Sering mengalami infeksi saluran nafas (seperti misalnya pilek

atau flu) yang diberengi dengan batuk

3) Gejala bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu

4) Demam tinggi

5) Sesak nafas jika saluran tersumbat

6) Produksi dahak bertambah banyk berwarna kuning atau hijau

g. Tes Diagnostic

Pemeriksaan penunjang: Menurut Wahid & Suprapto (2013)

1) Pemeriksaan radiologis

Tubular shadow atau traun lines terlihat baying garis yang

parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru. Beyangan

tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal

2) Pemeriksaan fungsi paru

3) Analisa gas darah

a) Pa O2 : Rendah (normal 80-100 mmHg).

b) Pa O2 : Tinggi (normal 35-45 mmHg).

c) Status hemoglobin menurun.

d) Eritropoesis bertambah.

4) Tesfungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat

obstruksi, memperkirakan derajat disfungsi

a) TLC : Meningkat

b) Volume residu :Meningkat


c) FEV1/FVC : rasio volume meningkat

5) Bronchogram : menunjukkan dilatasi silider bronchus saat

inspirasi, pembesaran duktus mukosa.

6) Sputum : Kultur untuk menentukan adanya infeksi

mengidentifikasi pathogen.

7) EKG : Distritmia atrial, peninggian gelombang P pada lead

II,III,AVF.

h. Komplikasi

Ada beberapa komplikasi bronkitis yang dapat di jumpai pada

pasien, antara lain

1) Bronkitis kronik

2) Pneumonia dengan atau tanpa atelektajsis, bronkitis sering

mengalami infeksi berulang biasanya sekunder terhadap infeksi

pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering trjadi pada

mereka drainase sputumnya kurang baik

3) Pleuritis

4) Efusi pleura atau empisema

5) Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman

penyebab infeksi supuratif pada bronkus. Sering menjadi

penyebab kematian

6) Haemaptoe terjadi karena pecahnya pembuluh darah cabang

vena (arteri pulmonaris). Cabang arteri (arteri bronkhialis) atau

anastomosis pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan

tidak terkendali merupakan tindakan beah gawat darurat.


7) Sinusitis merypakan bagian dari komplikasi brincitis pada

saluran nafas

8) Kor pulmonal kronik pada lasus ini bila terjadi anastomosis

cabang-cabang arteri vena dan vena pulmunalis pada dinding

bronkus akan terjadi arterio- venous shunt, terjadi gangguan

oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya akan

terjadi gagal jantung kanan.

9) Kegagalan pernafasan merupakan komplikasi paling akhir pada

bronkitis yang berat dan luas

10) Amyloidosis keadaan ini merupakan perubahan degeneratif,

sebagai komplikasi klasik dan jarang terjadi pada pasien yang

mengalami komplikasi ini dapat ditemukan pembesaran hati

dan limpa serta proreinurea.

i. Penatalaksanaan

1) Tindakan suportif

Pendidikan bagi pasien dan keluarganya tentang :

a) Menghindari rokok.

b) Menghindari iritan lainnya yang dapat terhirup.

c) Mengontrol suhu dan kelembapan lingkungan.

d) Nutrisi yang baik.

e) Hidrasi yang adekuat.

2) Terapi khusu (pengobatan)

a) Bronchodilator : salbutamol, aminophilin.

b) Antimicroba : amoxilin
c) Kortikosteroid : dexametason, prednisone

d) Terapi pernafasan

e) Terapi aerosol : bricasma inhaler

f) Terapi oksigen

g) Latihan relaksasi

h) Meditasi

i) rehabilitasi

2. Konsep Dasar Keperawatan

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional yang

merupakan bagian integritas dari pelayanan kesehatan yang

pelalaksanaanya berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan yang

berbentuk bio, psiko, sosial dan spiritual yang komprehensip

ditunjukkan kepada individu, keluarga, masyarakat baik sakit maupun

sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

Proses keperawatan adalah metodologi yang menerapkan

pemecahan masalah asuhan keperawatan secara ilmiah.

Langkah-langkah proses keperawatan:

a. Pengkajian

1) Anamnesa

Mengkaji identitas klien, yaitu: nama, umur, jenis kelamin,

nama orangtua, alamat, umur, pendidikan, pekerjaan orangtua,

agama, dan suku

2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu


Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru

sebelumnya. Kaji riwayat reaksi alergi atau sesnsivitas

terhadap lingkungan.

3) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada riwayat kesehatan sekarang, yang perlu dikaji adalah ada

atau tidak adanya keluhan sesak napas dan keringat dingin

4) Aktivitas

Ketidak mampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas.

Adanya penurunan kemampuan kebutuhan melakukan aktivitas

sehari hari.

5) Pernapasan

Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau

latihan. Napas memburuk ketika klien berbaring telentang di

tempat tidur. Menggunakan alat bantu pernapasan, misal

meninggikan bahu, melebarkan hidung. Adanya pernapasan

mengi. Adanya batuk berulang.

6) Sirkulasi

Adanya peningkatan tekanan darah. Adanya peningkatan

frekuensi jantung. Warna kulit atau membran mukosa normal/

abu- abu/sianosis

7) Integritas Ego

Terjadi ansietas, ketakutan, peka rangsangan, gelisah

8) Asupan nutrisi
Ketidak mampuan untuk makan karena distress pernapasan.

Penurunan berat badan karena anoreksi

9) Hubungan sosial

Keterbatasan mobilitas fisik. Susah bicara terbata- bata.

Adanya ketergantungan pada orang lain.

10) Pemeriksaan Fisik

a) Inspeksi:

- Status mental : lemas, takut, gelisah, apatis, dan tidak

aktif

- Pola aktivitas : kelemahan tubuh, cepat lelah

- Pernapasan cuping hidung

- Posisi yang nyaman : Tidur dalam posisi duduk tinggi

- Lingkar dada dan bentuk dada (dada burung atau pigeon

atau chest)

- Warna kulit : merah muda, pucat, sianosisi, akrosianosis

- Penggunaan otot- otot tambahan

- Tulang zigonmatik dan telinga memerah

- Bibir berwarna merah gelap, dapat menjadi sianosis

pada dasar kuku

- Berkeringat

b) Palpasi :

- Kaji pola napas : apnea, takipnea, dyspnea

- Gastrointestinal : adanya mual, muntah


- Pernapsan : frekuensi meningkat, dan kedalaman

pernapasan

- Retraksi dinding dada : suprasternal, interkostal,

subkostal, dan supraklavikular

- Kulit yang lembab

- Pengembangan dada

- Krepitasi, massa, edema

- Countour, confek, tidak ada depresi sternum

- Diameter antero posterior lebih besar dari diameter

transversal

c) Perkusi : Hipersonor/ timpani

d) Ausklutasi :

- Bunyi napas merata

- Bunyi napas abnormal : Mengi diseluruh bidang paru

(semakin intensif seiring dengan perkembangan

serangan), suara napas terdengar dari jarak jauh.

- Fase inspirasi dan fase ekspirasi memanjang

- Batuk keringat, paroksimal, iritatif, dan nonproduktif,

kemudian menghasilkan sputum yang berbusa, jernih,

dan kental

11) Pemeriksaan Radiologi.

Gambaran radiologi pada asma umumnya normal. Bila terdapat

komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai

berikut:
a) Bila disertai dengan bronkhitis, maka bercak- bercak di

hilus akan bertambah

b) Bila terdapat komplikasi empisema, gambaran radiolusen

akan semakin bertambah

c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrat

pada paru

d) Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis local

e) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumoperikardium,

maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-

paru

12) Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi disesuaikan dengan gambaran

yang terjadi pada empisema paru, yaitu:

a) Perubahan aksis jantung, umunya terjadi right axis deviasi

dan clock wiserotation

b) Terdapat tanda- tanda hipertrofi otot jantung, yakni

terdapatnya RBB (Right Bundle branch Block)

c) Tanda- tanda hipoksemia, yaitu terdapatnya sinus

takikardia dan terjadinya depresi segmen negatif

13) Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversib

(Ikawati, 2010)
b. Penyimpangan KDM

Invasi virus respiratory sinsitial,adeno virus parainfluinsa,rhinvirus, aleargen, emosi/ stress, obat-

Saluran nafas dalam

Hipertermi Gangguan pembersihan di paru-paru

Radang / inflamasi pd bronkuse Radang bronkial

Produksi mukus meningkat


Akumulasi mukus Kontraksi berlebihan

Hiperventilasi paru
Pada Edema/pembengkakan pada mukosa/secret>>

Timbul teaksi balik


Hipoksemia

Konpensasi frekwensi napas meningkat


Bersihan jalan nafas tidak efektif
Pengeluaran energi berlebihan

Intoleransi aktiviras Ketidak efektifan pola nafas


kelelahan

Gambar 2.2
Patofisiologi bronkitis
(Amin & Hardhi,
2015).
c. Diagnosa keperawatan

Menurut standar diagnosis keperawatan indonesi defenisi

dan indicator (tim pokja SDKI DPP PPNI, 2016) Diagnosa yang

lazim terjadi pada klien yang mengalami bronkitis adalah :

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas

2) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas

3) Hipetermia b.d proses penyakit

4) Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

d. Intervensi keperawatan

Setelah perencanaan data mengenai pasien dan penjabaran

tentang masalah pasien serta kebutuhan telah diidentifikasi maka

langkah selanjutnya adalah memenuhi kebutuhan tersebut melalui

perencanaan yang baik.

1) Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d hipersekresi jalan nafas

Table 2.1
Intervensi diagnosa I
(Bulechek Dkk 2017 dan Moorhead sue Dkk 2017)
Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Inrevensi
keperawatan
Bersihan jalan NOC: NIC:
nafas tidak
efektif b.d 1. Bersihan jalan Manajemen jalan nafas
hipersekresi nafas
2. Ketidakefektifan 1. penghisapan lender
jalan nafas pada jalan nafas
Kriteria hasil :
2. manajemen alergi
1. Tingkat agitasi 3. manajemen
2. Tingkat kecemasan anafilaksis
3. Pencegahan 4. pengurangan
aspirasi kecemasan
4. Respon ventilasi 5. manajemen jalan
mekanik dewasa nafas buatan
5. Status pernafasan Manajemen asma
6. status pernafasan :
pertukaran gas 1. manajemen batuk
7. status pernafasan : 2. manajemen
ventilasi ventilasi mekanik:
8. control gejala invasif
9. tanda-tanda vital 3. manajemen
ventilasi: Non
invasif
4. manajemen
ventilasi:
Pencegahan
penuamonia
5. penyapihan
ventilasi mekanik
6. pemberian obat
7. pemberian obat:
hidung
8. terapi oksigen
monitor pernafasan

1. surveilans
2. bantuan ventilasi
3. monitor tanda-
tanda vital
4. pilihan intervensi
tambahan:
- monitor asam
basah
- stabilisasi dan
membuka
jalan nafas
- pemberian
analgesic
- pencegahan
aspirasi
- perawatan
gawat darurat
- dukungan
emosional
- ekstubasi
endotrakea
- manajemen
energy
- monitor cairan
- manajemen
pengobatan
- monitor
neurologi
- manajemen
nyeri
- phlebotomy:
sampel darah
arteri
- phlebotomi:
sampel darah
vena
- pengaturan
posisi
- menghadirkan
diri
- relaksasi otot
progresif
- resusitasi
- bantuan
penghentian
merokok
- perawatan
selang: dada

2) Pola nafas tidak efektif b.d hambatan upaya nafas.

Table 2.2
Intervensi diagnosa II
(Bulechek Dkk 2017 dan Moorhead sue Dkk 2017)
Diagnose Tujuan dan Kriteria hasil Inrevensi
keperwatan
Pola nafas NOC: NIC:
tidak efektif
b.d hambatan 1. Pola nafas Manajeman jalan nafas
2. Ketidakefektifan
upaya nafas 1. Penghisapan lender
Kriteria hasil:
pada jalan nafas
1. Outcome untuk 2. Manajeman alergi
megukur 3. Manajeman
penyelesaian anafelaksasi
diagnosis 4. Pengurangan
- Respon kecemasan
penyapihan 5. Manajeman jalan
ventilasi nafas buatan
mechanik : Manajemen asma
- Status
pernapasan 1. Manajemen batuk
- Status 2. Manajemen
pernapsan: ventilasi mekanik:
ventilasi invasif
2. Outcome tambahan 3. Manajemen
untuk mengukur ventilasi mekanik:
batasan krakteristik non invasive
- Respon alergi: 4. Manajemen
sistemik ventilasi mekanik:
- Status pencegahan
pernapasan: pneumonia
kepatenan 5. Penyapihan
jalan nafas ventilasi mekanik
- Status 6. Pemberian obat
pernapasan: 7. Pemberian obat:
pertukaran gas hidung
- Keparahan 8. Terapi oksigen
syok: Monitor pernafasan
anafiklasi
1. Surveilans
3. Outcome yang
2. Bantuan ventilasi
berkaitan dengan
3. Monitot tanda
factor yang
tanda vital
berhubungan atau
4. Pilihan intervensi
outcome menengah tambahan:
- Keparahan 5. Monitor asam basa
respirasi 6. Stabilisasi dan
asidosis akut membuka jalan
- Keparahan nafas
respiratori 7. Pemberian
alkalosis akut analgesic
- Tingkat 8. Pecegahan aspirasi
kecemasan 9. Fisioterapi dada
- Kognisi 10. Perawatan gawat
- Konserfasi darurat
energy 11. Dukungan
- Kelelahan : emosional
efek yang 12. Ekstubasi
menganggu endotrakea
- Tingkat 13. Manajemen energi
kelelahan 14. Monitor cairan
- Statsu 15. Manajemen
neurologi pengobatan
: 16. Monitor neurologi
outonomik 17. Manajemen nyeri
- Status 18. Phelebolotomi:
neurologi : sampel darah arteri
sensori tulang 19. Phelebolotomi:
pungugung/fun sampel darah vena
gsi motoric 20. Pengaturan posisi
- Organisasi 21. Menghadirkan diri
(pengelolaan) 22. Relaksasi otot
bayi premature progresif
- Manajemen 23. Resusitasi
diri : asma 24. Bantuan
- Menejemen penghentian
diri : penyakit merokok
paru obstruksi 25. Perawatan selang:
kronik dada
- Perilaku
berhenti
merokok
- Berat badan
: massa
tubuh

3) Hipetermia b.d proses penyakit

Table 2.3
Intervensi diagnosa III
(Bulechek Dkk 2017 dan Moorhead sue Dkk 2017)

Diagnose Tujuan dan Kriteria hasil Inrevensi


keperwatan

Hipetermia b.d NOC: NIC:


proses penyakit
1. Hipertermia Aktivitas- aktivitas:
Kriteria hasil :
1. pastikan kepatenan
1. Outcome jalan nafas
untukmengukur 2. monitor tanda-
penyelesaian dari tanda vital
diagnosis 3. berikan oksigen,
- Termoregula sesuai kebutuhan
si 4. hentikan
- Termoregula pengobatan yang
si : bayi baru diduga sebagai
lahir penyebab pasien
2. Outcome mengalami
tambahan untuk sindrom maligna
mengukur neuroleptik
batasan (misalnya,
karakteristik SSRI/selective
- Status serotonim reuptake
neurologi inhibitors), MAOI,
- Status atau anti depressant
neurologi tricyclic
: otonomik 5. hentikan aktivitas
- Tanda-tanda fisik
vital jauhkan pasien dari
3. Outcom yang sumber panas,
berkaitan dengan pindahkan ke
factor yang lingkungan yang
berhubungan lebih dingin
atau outcome 6. longgarkan atau
menengah lepaskan pakaian
- Reaksi 7. berikan metode
transfusi pendingan
darah eksternal
- Status (misalnya, kompres
kenyamanan dingin pada leher,
: fisik abdomen, kulit
- Tingkat kepala, ketiak dan
ketidak selang-kangan serta
nyamanan selimut dingin),
- Hidrasi sesuai kebutuhan
- Keparahan 8. tempatkan pasien
infeksi pada air dingin
- Keparahan yang dapat
infeksi ditoleransi pasien
- bayi baru untuk menghindari
lahir menggigil
- pengetahuan 9. basahi permukaaan
: menejemen tubuh dan kipasi
penyakit pasien
akut 10. hindari spons
- respon mandi dengan
pengobatan menggunakan
- keparahan alkohol
cedera fisik 11. berikan cairan
- control rehidrasi oral
resiko : ( misalnya,
hipertermia cairan olahraga)
- menejemn atau cairan
diri dingin lain
:penyakit 12. jangan tawarkan
akut cairan per oral pada
pasien dengan
gangguan
neurologi
13. jangan berikan
tablet garam
14. pasang akses IV
15. berikan cairan IV,
gunakan cairan
yang sudah
didinginkan, sesuai
kebutuhan
16. berikan metode
pendinginan
internal (misalnya,
lavement lambung
dengan es,
lavement kandung
kemih, peritoneal
atau torak), sesuai
kebutuhan
17. berikan obat anti
menggigil sesuai
kebutuhan
18. jangan berikan
spirin atau
antipiretik lain
19. pasang ngt, sesuai
kebutuhan
20. pasang keteter urin
21. hentikan aktivitas
pendinginan jika
suhu tubuh
mencapai 39oc
22. monitor
abnormalitas status
mental (misalnya,
bingung, perilaku
bizzare,cemas,
hilangnya
koordinasi, agitasi,
kejang dan koma )
23. monitor suhu tubuh
menggunakan alat
yang sesuai
(misalnya,
pemeriksaan rektal
atau esophagus)
24. lakukan
pemeriksaan
laboratorium serum
elektrolit,
urinalisis, enzim
jantung, enzin hati
dan hitung darah
lengkap, monitor
hasilnya
25. monitor urin output
26. monitor AGD
27. monitor hasil EKG
28. monitor adanya
komplikasi
(misalnya,
gangguan ginjal,
ketidakseimbangan
asam basa,
koagulopathi,
edema pulmo-nary,
edema selebra, dan
sindrom disfungsi
multiple organ)
29. sediakan atau atur
transportasi ke
rumah sakit untuk
perawatan lebih
lanjut
30. instruksikan pasien
adanya faktor
risiko dari kondisi
sakit yang
berkaitan dengan
panas, (misalnya,
suhu lingkungan
yang panas,
kelembaban tinggi,
dehidrasi,
pengerahan tenaga
fisik, obesitas,
umur yang ekstrim,
obat tertentu dan
penyakit jantung)
31. instruksikan pasein
mengenai tindakan-
tindakan untuk
mencegah kondisi
sakit yang
berhubungan
dengan panas
(misalnya,
mencegah terpapar
sinar matahari yang
berlebihan,asupan
nutrisi dan cairan
yang adekuat
sebelum, selama
dan setelah
aktivitas fisik, cari
tempat dimana
tesedia AC, dan
pakai pakaian yang
tidak ketat, warna
terang dan ringan)
32. instruksikan pada
pasien mengenai
tanda dan gejala
awal dari kondisi
sakit yang
berhubungan engan
panas dan kapan
mencari bantuan
petugas kesehatan

4) intoleransi aktivitas b.d ketidak seimbangan antara suplai dan

kebutuhan oksigen

Table 2.4
Intervensi diagnosa IV
(Bulechek Dkk 2017 dan Moorhead sue Dkk 2017)
Diagnose Tujuan dan kriteria intervensi
keperawatan hasil
Intoleransi NOC : NIC :
aktivitas b.d
ketidakseimbang 1. Intoleransi Terapi aktivitas
an antara suplai aktivitas
Kriteria hasil 1. Peningkatan
dan kebutuhan mekanika tubuh
oksigen 1. Outcome untuk Perawatan jantung :
mengukur Rehabilitas
penyelesaian dari
diagnosis Menejemen Energi
- Toleransi 1. Menejemen
terhadap lingkungan
aktivitas 2. Peningkatan
- Daya tahan latihan: latihan
- Energy kekuatan
psikomotor 3. Bantuan
2. Outcome pemeliharaan
tambahan untuk rumah
mengukur 4. Menejemen alam
batasan perasaan
karakteristik 5. Bantuan perawatan
- Keefektifan diri
pompa 6. Bantuan perawatan
jantung diri : IADL
- Status 7. Perawatan diri :
jantung paru transfer
- Tingkat 8. Peningkatan tidur
ketidaknyam 9. Pengajaran :
anan peresepan jaringan
- Konservasi 10. Pilihan intervensi
energy tambahan: terapi
- Kelelahan: bantuan hewan
efek yang 11. Menejemen
menganggu distrimiia
tingkat 12. Manajemen
kelelahan lingkungan :
- Status kenyamanan
pernafasan: 13. Peningkatan latihan
pertukaran 14. Peningkatan latihan
gas : perengangan
- Istirahat 15. Terapi latihan :
- Status ambulasi
perawatan 16. Terapi latihan :
diri keseimbangan
- Perawatan 17. Terapi latihan :
diri: pergerakan sendi
aktivitas 18. Terapi latihan :
sehari-hari control otot
(ADL) 19. Peningkatan
- Perawatan keterlibatan
diri: keluarga
instrumental 20. Manajemen
aktivitas pengobatan
sehari-hari 21. Fasilitasi meditasi
(IADL) 22. Terapi musik
- Tanda-tanda 23. Pengaturan tujuan
vital saling
3. Outcome yang mengungtungkan
berkaitan dengan 24. Manajemen nutrisi
faktor yang 25. Terapi oksigen
berhubungan menejemen nyeri
atau outcome 26. Relaksasi otot
mencegah progresif
- Ambulasi 27. Bantuan
- Ambulasi : penghentian
kursi roda merokok
- Kepuasan 28. Dukungan spiritual
klien : 29. Fasilitasi
bantuan kunjungan
fungsional 30. Manajemen berat
- Perilaku badan
patuh :
aktivitas
yang
disarankan
- Partisipasi
latihan
- Konsekuansi
imobilitas :
fisiologi
- Pergerakan
- Status
nutrisi :
energy
- Status
kesehatan
pribadi
- Kebugaran
fisik
- Status
pernafasan
- Menejemen
diri : asma
- Menejemen
diri :
penyakit
jantung
- Menejemen
diri :
multiple
sclerosis
- Menejemen
diri :
osteoporosis

5) Implementasi keperawatan

Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif

dalam asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai

dengan rencana tindakan. Tindakan ini bersifat intelektual,

teknis dan interpersonal berupa berbagai upaya untuk

memenuhi kebutuhan dasar manusia.

6) Evaluasi keperawatan

Evaluasi adalah evaluasi yang direncanakan, berkelanjutan, dan

terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan

kemajuan klien menuju pencapaian tujuan/hasil dan keefektifan

rencana asuhan keperawatan


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain studi kasus untuk

mengeksplorasi masalah Asuhan Keperawatan pada klien yang

mengalami Bronkitis dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif di RS. Bhayangkara Makassar.

B. Subyek Penelitian

Subjek penelitian ini diarahkan kepada masalah keperawatan

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada klien Bronkitis

C. Fokus Studi

Diarahkan kepada kasus pasien Bronkitis dengan Masalah

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

Kriteria Inklusi :

1. Bersedia menjadi responden.

2. Pasien anak yang mengalami Bronkitis dengan Masalah Bersihan

Jalan Nafas Tidak Efektif

3. Pasien yang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara makassar.

Kriteria Eksklusi :

1. Perubahan diagnosis selama penelitian

2. Pasien pulang sebelum selesai penelitian

3. Pasien meninggal

39
D. Definisi Operasional Fokus Studi

Bronkitis adalah infeksi saluran pernafasan yang di tandai dengan

batuk dan biasanya akan sembuh tanpa pengobatan selama 2 minggu,

adapun batuk produktif krinis biasanya akan berulang-ulang minimal

selama 3 bulan pertahun atau paling sedikit 2 tahun berturut-turut.

Bersihan jalan nafas tidak efektif terjadi apabila ketidakmampuan

untuk membersihkan sekresi ada di saluran pernafasan.

E. Instrumen penelitian

Adapun instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini :

1. Pedoman wawancara

Secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data

berupa pedoman wawancara dilakukan dengan tahap-tahap berikut :

a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam

rumusan judul penelitian.

b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau intruksi dan kata

pengantar lebih lanjut.

c. Sebelum melakukan wawancara peneliti lebih dahulu membuat

dafrar.

2. Pedoman observasi

Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan observasi

secara umum, penyusunan instrumen pengumpulan data berupa

pedoman observasi dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini :

a. Mengadakan identifikasi terhadap fokus studi yang ada didalam

rumusan judul penelitian.

40
b. Melengkapi instrumen dengan pedoman atau instruksi.

3. Alat tulis

Berfungsi untuk mencatat semua percakapan dengan sumber data.

4. Nursing kit

Berfungsi untuk mengukur tanda-tanda vital dengan fokus studi.

F. Metode pengumpulan data

Untuk mengumpulkan data dan informasi dalam pengkajian, dapat

digunakan metode :

1. Wawancaara

Mengadakan tanya jawab langsung dengan, keluarga, perawat, dan

pihak lain yang dapat memberikan data dan informasi yang akurat.

2. Observasi

Pengamatan langsung dengan mengikuti perkembangan selama

pelaksanan Asuhan Keperawatan.

3. Pemerriksaann fisik

Pemerikksaan fisik yang dilakukan untuk mendapatkan data yang

objektif sesuai kebutuhan dengan menggunakan teknik inspeksi

(takipnea, dyspnea, pernafasan cuping hidung, sianosis), palpasi (nadi

kemungkinan mengalami peningkatan/takikardi), perkusi (suara redup

pada sisi yang sakit), auskultrasi (suara nafas tambahan), dan alat yang

digunakan ialah TTV (tensi, termometer dan jam tangan)

4. Informasi atau data melalui dokumen-dokumen atau catatan yang ada

kaitanya dengan kasus tersebut, misalnya status pasien dan catatan

lain di ruang medical record.


G. Lokasi & waktu penelitian

1. Tempat: Diruang Rawat Inap Anak RS. Bhyangkara Makassar

2. Waktu : Maret 2019

H. Analisis data dan penyajian data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada selanjutnya dituangkan

dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengaan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut. Penyajian data dapat dilakukaan

dengaan table, gambar maupun teks naratif.

I. Etika penelitian

1. Informed Consent

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin peneliti dari institusi

Akper Mappaoudang Makassar dan Rumah Sakit Byangkara

Makassar. Sebelum menyerahkan informed consent (lembar

persetujuan sebagai klien). Peneliti terlebih dahulu menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian kepada calon responden, jika responden

bersedia untuk diteliti maka peneliti menyerahkan informed consent

untuk ditanda tangani sebagai bukti kesediaan responden untuk

berpastisipasi dalam penelitian ini. Pasien memiliki hak untuk menolak


keikut sertaanya dalam penelitian atau mengundurkan diri, maka

peneliti tidak akan memaksa dan menghormati haknya

2. Anonimity

Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti hanya memberikan

kode atau inisial tertentu pada lembar data,.

3. Confidentiality

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

1. Gambaran lokasi penelitian

Rumah Sakit Bhayangkara Makassara dalah Sebuah Rumah Sakit Polri

yang berada di kota Makassar Sulawesi Selatan. Rumah Sakit ini

beralamat di Jalan Letjen Pol. Mappa Oudang No. 63 Makassar Telpon

0411-830441. Di sebelah selatan samping kiri berbatasan dengan Jl.

Mallobassang, di sebelah timur bagian Belakang Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar berbatasan dengan Jl. Kumala dan sebelah utara

samping kanan Rumah Sakit Bhayangkara Makassar berbatasan dengan

kamus Akper Mappa Oudang Makassar. Di dalam Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar terdapat 14 ruangan dimana terdapat penelitian

penulis adalah di Ruang Maleo.

2. Karakteristik partisispasi

a. Biodata

1) Identitas Klien

Nama/Nama Panggilan : An”R”

Tempat Tanggal Lahir : Makassar 17 Juni 2016

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

2) Identitas orang tua

a) Ayah

Nama : Muh Tamrin

44
Usia : 43 Tahun

Pendidikan : Smp

Pekerjaan : Buruh Harian

Agama : Islam

Alamat : Mannuruki 2 Lorong 1 No. 25B

b) Ibu

Nama : Dewi Astuti

Usia : 38 Tahun

Pendidikan : Smp

Pekerjaan : Ibu Rumag Tangga

Agama : Islam

Alamat : Mannuruki 2 Lorong 1 No. 25B

3. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Keluhan Utama

a) Keluhan Utama/Alasan Klien ,Asuk Rumah Sakit

Batuk

b) Riwayat keluhan utama : saat dilakukan pengkajian hari kamis

25 april 2019 ibu klien mengatakan anaknya batuk berdahak

sejak 3 hari yang lalu ibu klien juga mengatakan tidur klien

juga kurang dan hasil observasi klien tampak batuk, gelisa,

rewel, P: 24x/I, S: 36,8oC, N: 110x/i.

c) Keluhan saat pengkajian

Batuk,demam

45
2) Riwayat kesehatan anak (khusus untuk anak usia 0-5 tahun)

a) Pre natal care

Pemeriksaan kehamilan : 3 kali

Keluhan selama hamil : hipertensi

Kenaikan berat badan selama hamil :10 kg

Imunisasi TT : Ibu klien mengatakan imunisasi TT lengkap

b) Natal

Tempat melahirkan :di rumah sakitsitti

Fatimah jenis persalinan :SC

Penolong persalinan :Dokter di Rumah Sakit Sitti

Fatimah

Komplikasi yang dialami oleh ibu klien pada saat melahirkan

dan setelah melahirkan : ibu klien mengatakan tidak ada

komplikasi yang dialami.

c) Post natal

Kondisi bayi : Baik

BB Lahir : 2,3 kg

3) Riwayat kesehatan kaluarga

a) Penyakit anggota keluarga : Ibu klien mengatakan Kakek klien

dari pihak ayah maupun ibu menderita penyakit asma


b) Genogram 3 Generasi

? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?

43 38

3
17 12

Genogram 3 generasi 4.1

Keterangan :

: Laki-laki : Garis perkawinan

: Perempuan : Garis keturunan

: Meninggal : Garis serumah

: Klien ? :Umur tidak diketahui

Catatan :

G1 : kakek dan nenek klien dari pihak ibu telah meninggal

karna faktor usia, sedangkan kakek klien dari pihak ayah

meninggal karna pihak asma dan nenek klien masi hidup.


G2 : ayah dan ibu klien tidak menderita penyakit menular

atau penyakit keturunan.

G3 klien adalah anak 3 dari 3 bersaudara, klien sering

mengalami batuk disertai sesak dan sodara klien tidak ada

yang menderita penyakit yang sama dengan klien

4) Riwayat imunisasi

Tabel 4.1Riwayat imunisasi

Imunisasi Umur reaksi Tempat


imunisasi

HB 0 0 bulan

BCG 1 bulan

Pentavalen 2 bulan

Pentavalen 4 bulan

Pentavalen 6 bulan

Polio 2 bulan

Polio 4 bulan

Polio 6 bulan

Campak 9 bulan

HIB Ulangan 15 bulan

Campak Ulangan 24 Ulan

5) Riwayat tumbuh kembang

a) Pertumbuhan fisik

Berat Badan : 10 kg

Tinggi Badan : 82 cm

Lingkar Kepala : 47 cm

Lingkar Lengan Atas : 16 cm


b) Perkembangan tiap tahap

Usia anak saat :

Berguling : 4 bulan

Duduk : 6 bulan

Merangkak : 9 bulan

Berdiri :1 tahun

Berjalan : 1 tahun 2 bulan

Senyum kepada orang lain : 2 bulan

Bicara pertama kali : 6 bulan

Berpakaian tampa bantuan : belum mampu mandiri

6) Pola kesehatan

a) Pola persepsi dan penanganan kesehatan

ibu klien mengatakan sudah paham tentang status kesehatan

saat ini, ibu klien sangat khawatir jika mengetahui anaknya

sakit, maka setelah mengetahui anaknya sakit, ibu klien

langsung membawa klien ke rumah sakit

Tabel 4.2Aktifitas sehari-hari

Kondisi Sebelum sakit Setelah sakit

b) Pola nutrisi metabolik Baik Kurang baik

c) Pola eliminasi baik Baik

Pola aktivitas dan Main bersama Menonton youtube


d)
latihan temannya

e) Pola tidur dan istirahat Baik Kurang baik


f) Pola persepsi kognitif

An. R tidak tau tentang penyakitnya di karenakan masih kecil

g) Pola konsep diri

An. R bisa menyebutkan dirinya

h) Pola peran dan hubungan

Dirumah klien sebagai anak dan sebagai seorang adik

i) Pola seksual dan reproduksi

An. R berjenis kelamin perempuan dan belum dikhitan

j) Pola koping dan toleransi stress

An. R hanya bisa menangis saat sakit

k) Pola nilai dan keyakinan

An. R dilahirkan pada keluarga yang menganut agama islam

7) Pengawasan kesehatan

Saat klien sakit di rumah sakit, klien dijaga oleh ibunya

8) Penyakit yang pernah diderita

Ibu klien mengatakan anaknya pernah dirawat di Rumah Sakit

Bhayangkara dengan penyakit yang sama pada tahun 2018

9) Kesehatan linkungan

Ibu klien mengatakan sekitar lingkungannya tampak bersih dan

tidak ada sampah yang berserakan

10) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum klien : baik

b) Kesadaran : Composmentis (Kesadaran Penuh)


c) Tanda-tanda vital

Nadi : 110 x/i

Suhu : 36,8oC

Pernafasan :24 x/i

d) Kepala

- Inspeksi :Bentuk mosochopal, rambut berwarna

coklat bergelombang

- Palpasi :tidak teraba benjolan

e) Mata

- Inspeksi : konjungtiva anemis

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan dan benjolan

f) Hudung

- Inspeksi : terdapat secret

- Palpasi : pernafasan cuping hidung

g) Telinga

- Inspeksi : bersih tidakada serum

- Palpasi : tidak ada benjolan atau nyeri tekan

h) Mulut

- Inspeksi : bersih mukosa bibir lembab

- Palpasi : tidak ada benjolan

i) Leher

- Inspeksi : tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid

- Palpasi : tidak tedapat neri tekan


j) Dada/Thorax

- Inspeksi : bentuk dada simetris kiridan kanan

- Palpasi : pengembangan dada kiri dan kanan

- Perkusi : broncho vesicular

- Auskultasi : bunyi nafas ronchi

k) Abdomen

- Inspeksi : abdomen tampak kembung

- Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada abdomen

l) Ektremitas

Tidak ada keluhan pada ekstremita atas dan bawah

m) Genetalia

Tidak ada keleinan dan An”R” barjenis kelamin perempuan

n) Anus

Tidak ada kelainan

o) Neurologi

 Nervus I : Penciuman Klien baik

 Nervus II : Lapang pandang Klien baik

 Nerfus III, : Reaksi pupil baik

 Nervus IV : Geraka bola mata baik

 Nervus V : Reflek mengunyah ada, rahang

dapat mengatup

 Nervus VI : Klien dapat mengerakkan mata

kekiri dan kekanan

 Nervus VII : Klien dapat menggerakkan wajah


 Nervus VIII : Pendengaran klien baik

 Nervus IX : Reflek menelan ada

 Nervus X : Kemampuan menelan baik

 Nervus XI : Kedua bahu klien masih mampu

mengatasi tekanan dengan baik

 Nervus XII : Pergerakan lidah baik

p) Antropometri

Berat badan : 10 Kg

Tinggi badan : 82 Cm

Lingkar lengan atas : 16 Cm

Lingkar kepala : 49 Cm

Lingkar dada : 54 Cm

q) Pemeriksaan tingkat perkembangan

Pemeriksaan tingkat perkembangan

Dengan mengunakan DDST ( Denver development

skrinning test)

(1) Motoric kasar : anak dapat berdiri dengan satu kaki dalam

2 detik

(2) Motoric halus : anak dapat menggoyangkan ibu jari

(3) Bahasa :anak dapat menyebutkan satu warna

(4) Personal sosial : anak dapat berpakaina tampa bantuan

orang lain
11) Pemeriksaan penunjang

- Laboratorium

- Thorax

12) Penatalaksanaan / terapi saat ini

a) Infus RL 20 Tetes permenit

b) Injeksi cefataxime 2x150 mg/IV

c) Injeksi dexamine 2x 0,3 mg/IV

\
PENGUMPULAN DATA

1. Ibu klien mengatakan anaknya batuk sejak 3 hari yang lalu

2. Ibu klien mengatakan anaknya gelisah saat tidur

3. Ibu klien mengatakan badan klien panas

4. Klien tampak batuk

5. TTV : Nadi :110 x/i

Suhu :36,8oC

Penafasan :24x/i

6. Terdengar suara nafas tambahan yaitu ronchi

7. Klien tampak lemah

8. Terdapat sputum

KLASIFIKASI DATA

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.3 klasifikasi data


DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Ibu klien mengatakan klien betuk sejak 3 1. Klien tampak batuk
hari yang lalu 2. Terdengar suara nafas tambahan yaitu
2. Ibu klien mengatakan badan klien panas ronchi
3. Ibu klien mengatakan kalau klien resah 3. TTV : Nadi : 110 x/i
saat tidur Suhu :36,8 oC
Pernafasan :24 x/i
4. Klien tampak lemah
5. Terdapat sputum
ANALISA DATA

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.4 analisa data


ETIOLOGI MASALAH
Ds : Invasi virus respiratory Bersihan jalan nafas tidak
sinsitial,adeno virus efektif
Ibu klien mengatakan parainfluinsa,rhinvirus, aleargen,
klien betuk sejak 3 hari emosi/ stress, obat- obatan,
yang lalu infeksi, asap rokok
Do :
- Klien tampak batuk Saluran nafas dalam
- Terdengar suara nafas
tambahan yaitu ronchi
- TTV :
Nadi : 110 x/i Gangguan pembersihan di paru-
Suhu : 36,8oC paru
Pernafasan :24 x/i
- Klien tampak lemah
- Terdapat sputum Radang bronkial

Produksi mukus meningkat

Pada Edema/pembengkakanpada
mukosa/secret>>

Bersihan jalan nafas tidak


efektif
b. Diagnose

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.5 diagnosa

No Diagnosa Keperawatan Tanggal di temukan Tanggal teratasi


1 Bersihan jalan nafas tidak 25 April 2019 27 April 2019
efektif b.d hipersekresi jalan
nafas

c. Perencanaan

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.6 perencanaan


No Diagnose Keperawatan Nursing Outcome Nursing Intervention
Classification (NOC) Classification (NIC)
1 Bersihan jalan nafas tidak Setelah dilakukn 1. monitor TTV
efektif b.d hipersekresi tindakan keperawatan 2. Atur posisi
jalan nafas 3x24 jam diharapkan fowler atau
jalan nafas kembali semi fowler
Ds : normal dan tidak terdapat untuk
peningkatan sputum. memaksimalkan
Ibu klien mengatakan ventilasi
klien betuk sejak 3 hari 3. Ajarkan batuk
yang lalu efekti
Do : 4. Tingkatkan
istirahat
- Klien tampak batuk 5. Pemberian obat
- Terdengar suara
nafas tambahan
yaitu ronchi
- TTV :
Nadi : 110 x/i
Suhu : 36,8oC
Pernafasan :24 x/i
- Klien tampak lemah
- Terdapat sputum
d. Implementasi

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.7 implementasi

Dx Hari I Hari II Hari III


Jam implementasi Jam implementasi Jam Implementasi
1 17.25 1. Memonitor 17.10 1. Memoniror 15.00 1. Memonitor
tanda-tanda tanda-tanda tanda-tanda
vital vital vital
Hasil : Hasil : Hasil :
Suhu:36,8oC Suhu :37,2oC Suhu : 36,6oC
Nadi:110 x/i Nadi :104 x/i Nadi : 100 x/i
Pernafasan : Pernafasan : Pernafasan :
24 x/i 24 x/i 15.15 22 x/i
17.35 2. Mengajarkan 2. Mengajarkan 2. Mengajarkan
17.20
batuk efektif batuk efektif batuk efektif
Hasil : Hasil Hasil :
Klien sudah Klien sudah Klien sudah
bisa melakukan bisa melakukan 15.18 bisa melakukan
batukefektif 17.25 batuk efektif batuk efektif
17.40 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan 3. Meningkatkan
istiraha istirahat istirahat
Hasil : Hasil : Hasil : klien
Klien Nampak Klien tampak 15.23 tampak
beristirahat beristirahat beristirahat
17.43 4. Mengatur 4. Mengatur 4. Mengatur posisi
posisi fowler 17.30 posisi fowler fowler atau
atau semi atau semi semi fowler
15.26
fowler fowler Klien
Hasil : Hasil : mengatakan
Ibu klien Klien nyaman dengan
mengatakan mengatakan posisi semi
anaknya nyaman fowler
nyaman dengan dengan posisi 5. Memberikan
posisi semi 17.36 semi fowler obat:
17.47
fowler 5. Memberikan - injeksi
5. Memberikan obat : cefataxime
obat : - injeksi 2x150 mg/IV
- injeksi cefataxime - injeksi
cefataxime 2x150 mg/IV dexamine
2x150 mg/IV - injeksi 2x0.3mg/IV
- injeksi dexamine
dexamine 2x0.3mg/IV
2x0.3 mg/IV
e. Evaluasi

Nama : An”R” Dx. Medik : Bronkitis

Umur : 3 Tahun Ruangan : Maleo

Tabel 4.8 evaluasi


Dx Hari I Hari II Hari III
Jam Evaluasi Jam Evaluasi Jam Evaluasi
1 19.10 S : ibu klien 19.20 S : ibu klien 17.15 S : ibu klien
mengatakan mengatakan mengatakan
anaknya batuk anknya batuk kalau klien
sejak 3 hari yang sejak 3 hari sudah tidak
lalu yang lalu batuk
O: O: O : klien tampak
- Klien tampak - klien tampak sudah tidak
batuk batuk batuk
- Terdengar - terdengar bunyi A : masalah teratasi
suara bunyi nafas tambahan P : pertahankan
nafas yaitu ronchi intervensi
tambahan - TTV :
yaitu ronchi Suhu :37,2oC
- TTV : Nadi :104 x/i
Nadi : Pernafasan :
110 x/i 24 x/i
Suhu : - Klien tampak
36,8 oC lemas
Pernafasa : - Terdapat
24 x/i sputum
- Klien tampak A: masalah belum
lemah teratasi bersihan
- Terdapat jalan nafas tidak
sputum efektif
A : masalah belum P : lanjurtkan
teratasi bersihan intervensi
jalan nafas tidak belum teratasi
efektif bersihan jalan
P : lanjutkan nafas tidak
intervensi efektif
1. monitor TTV 1. monitor TTV
2. ajarkan batuk 2. ajarkan batuk
efektif efektif
3. atur posisi 3. atur posisi
fowler atau fowler atau
semi fowler semi fowler
untuk untuk
mememaksim mememaksi
alkan ventilasi malkan
4. tingkatkan ventilasi
istirahat 4. tingkatkan
5. pemberian istirahat
obat 5. pemberian
obat
B. PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas laporan studi kasus yang akan diuraikan

sesuai dengan tahap dalam proses keperawatan serta menbahas masalah

kesenjangan pada klien An”R” dengan gangguan sistem pernafasan brinkitis

diruangan Maleo Bangsal Anak Rumah Sakit Bhayangkara Makassar selama 3

hari.

Dalam melakukan asuhan keperawatan telah diterapkan proses

keperawatan sesuai teori yang ada. Dimana proses keperawatan yang meliputi:

pengkajian, identifikasi/analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi

keperwatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan. Berikut ini

akan di bahas kesenjangan yang ada berdasaran langkah-langkah proses

keperawatan

1. Pengkajian

Pada tinjauan pustaka yang telah di bahas sebelumnya bahwa data

yang di peroleh pada penyakit bronchitis merupakan suatu gejala penyakit

pernafasan. Pengkajian pada bronchitis secara umum keluhan utama yang

didapatkan adalah batuk disertai lendir dan daya tahan tubuh klien

menurun, pasien terlihat lemah. Gejala awal biasanya demam dan batuk di

sertai lendir

Sedangkan pada kasus, saat pengkajian data yang didapatkan

adalah klien batuk,terdapat bunyi nafas tambahan ronchi,terdapat sputum,

tampak lemas dan tanda-tanda vital Nadi : 110 x/I, Suhu : 36,8oC,

Pernafasan :24 x/i


Melihat gambaran klinis diatas, maka penulis mendapat

kesenjangan yaitu pada teori ditemukan data demam sedangkan pada kasus

nyata tidak ditemukan data bahwa mengalami gejala awal demam

dikerenakan adanya perbedaan respon tubuh seseorang terhadap penyakit.

2. Diagnosa

Setelah pengkajian, pengelompokan data dan analisa data maka

dapat di rumuskan diagnose keperawatan. Menurut SDKI, diagnosa yang

dapat muncul pada penyakit bronchitis antara lain :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif

b. Pola nafas tidak efektif

c. Hipertermi

d. Intoleransi aktivitas

Diagnose keperawatan yang ditemukan pada kasus An”R” adalah sebagai

berikut :Bersihan jalan nafas tidak efektif

Berdasarkan diagnose yang ada secara teori maupun diagnosa yang

didapatkan dalam kasus terdapat kesenjangan yaitu :

a. Pola nafas tidak efektif. Diagnosa ini tidak diangkat karena pada saat

dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya tanda mayor seperti

data subjektif yaitu dipsnea dan data objektif yaitu pengguanaan otot

bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang dan pola nafas abnormal

(mis. Takipnea, bradipnea,hiperventilasi). Sedangkan tanda minor

seperti data subjektif yaitu ortopnea dan data objektif yaitu

pernafasan pursed-lip, pernafasan cuping hidung,diameter thoraks

anterior-posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas


vital menurun, tekanan ekspitasi menurun, tekanan inspirasi menurun

dan ekskursi dada menurun.

b. Intoleransi aktifitas. Diagnose ini tidak diangkat karena pada saat

dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya tanda mayor seperti

data subjektif yaitu mengeluh lelah dan data objektif yaitu frekuensi

jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat. Sedangkan tanda

minor seperti data subjektif yaitu dipsnea saat/setelah aktivitas,

merasa tidak nyaman setelah beraktivas dan merasa lelah sedangkan

data objektif yaitu tekanan darah berubah>20% dari kondisi istirahat,

gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas,

gambaran EKG menunjukkan iskemia dan sianosis.

c. Hipertemi. Diagnose ini tidak diangkat karena pada saat dilakukan

pengkajian tidak ditemukan adanya tanda mayor seperti suhu tubuh

diatas nilai normal. Sedangkan tanda minor kulit merah, kejang,

takikardi, takipnea dan kulit terasa hangat.

3. Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah

yang muncul pada klien bronchitis dengan bersihan jalan nafas tidak

efektif disesuaikan dengan perencanaan tindakan keperawatan pada teori.

Pada intervensi yang didapatkan secara teori yaitu terdapat

beberapa intervnsi diantaranya yaitu: Monitor TTV, pengaturan posisi,

batuk efektif, tingkatkan istirahat, penghisapan lendir pada jalan nafas dan

pengurangan kecemasan. Sedangkan intervensi yang diberikan pada kasus

yaitu ada 5 disesuaikan dengan kondisi kebutuhan klien. Kesenjangan


intervensi yang ditemukan adalah Pada teori terdapat beberapa

perencanaan tindakan sedangkan pada kasus dilakukan intervensi yang di

sesuaikan dengan kondisi klien.

4. Pelaksanaan

Semua tindakan yang dilakukan selalu berorientasi pada rencana

yang telah di buat terdahulu dengan mengantisipasi seluruh tanda tanda

yang timbul sehingga tingdakan keperawatan terdapat tercapai pada

asuhan keperawatan yang dilaksanakan dengan menerapkan komunikasi

terapeutik dengan prinsip etis. Pada kasus ini tidak jauh beda dengan teori-

teori yang ada dalam rencana keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan

perencanaan yang telah diterapkan dan disesuaikan dengan kondisi klien

sehingga semua perencanaan tindakan keperawatan telah dilakukan pada

saat pelaksanaan tindakan keperawatan.

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada An”R” di lakukan dalam

bentuk :

a. Tindakan observasi keperawatan

b. Tindakan mandiri perawat

c. Tindakan HE ( Health Education) dengan keluarga klien

5. Evaluasi

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada An”R” selama 3

hari maka diperoleh hasil sesuai dengan kriteria tujuan yang di terapkan

yaitu : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi

jalan nafas.
Diagnose sudah teratasi dimana ditemukan data klien batuk, ibu klien

mengatakan anaknya sudah tidak batuk lagi

Dari hasil evaluasi di atas ditemukan bahwa masalah keperawatan

bisa diadaptasi walaupun pelaksanaan tindakan tetap di lanjutkan, semua

berkat pelayanan keperawatan diberikan secara berkualitas dan

professional.
BAB V

PENUTUP

Setelah penulis mrnguraikan pembahasan kasus klien An”N” yang

mengalami bronchitis dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak

efektif di Rumah sakit bhayangkara Makassar, maka penulis dapat menyimpulkan

dan menyarankan beberapa hal yaitu sebagai berikut :

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan sebagai berikut :

1. Pada saat dilakukan pengkajian data yang didapatkan yaitu adanya klien

batuk,terdapat bunyi nafas tambahan ronchi,terdapat sputum, tampak

lemas dan tanda-tanda vital Nadi : 110 x/I, Suhu : 36,8oC, Pernafasan :

24 x/i

2. Dari hasil pengkajian , pengelompokan data dan analisa data maka dapat

dirumuskan diagnose keperawatan. Diagnosa keperawatan yang

ditemukan saat pengkajian yang di lakukan pada klien An”R” adalah

sebagai berikut Bersihan jalan nafas tidak efektif

3. Pada tahap perencanaan ada 5 intervensi keperawatan yang akan diberikan

pada klien An”R” perencanaan tindakan di sesuaikan dengan kondisi

klien.

4. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien An”R”

yang mengalami bronchitis dengan masalah keperawatan bersihan jalan

nafas tidak efektf, penulis melakukan intervensi keperawatan yang ada

64
pada kasus sesuai dengan tindakan yang ditentuan pada tahap

perencanaan.

5. Dari hasil evaluasi pada klien An”R” yang mengalami bronchitis dengan

masalah keparawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dapat teratasi.

B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang bisa peneliti

berikan untuk perbaikan dan peningkatan mutu asuhan keperawatan adalah :

1. Bagi Perawat / Rumah Sakit

Proses Keperawatan hendaknya selalu menerapkan ilmu dan kiat

Keperawatan sehingga pada saat menerapkan Tindakan Keperawatan

secara profesional dan Hendaknya meningkatkan komunikasi terapeutik

terhadap pasien sehingga Asuhan Keperawatan dapat tercapai.

2. Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan pihak Instansi Pendidikan memberikan waktu yang

cukup kepada Mahasiswa dalam mengelola studi kasus.

3. Bagi Pasien

Pasien diharapkan mengikuti program terapi yang telah direncanakan

oleh dokter dan Perawat untuk mempercepat proses kesembuhan pasien.

4. Bagi Keluarga

Keluarga diharapkan mampu memberi dukungan pada pasien

Bronchitis baik di Rumah Sakit maupun dirumah.

65
5. Bagi Peneliti

Sebagai sarana memperoleh informasi dan pengetahuan serta

pengalaman dalam melakukan Asuhan Keperawatan Anak pada pasien

dengan Bronchitis.
Daftar Pustaka

Amin & Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa

Medis & Nanda NIC-NOC. Yogyakarta: MediaAction.

Barara & Jauhar. (2013). Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi

Perawat Professional Jillid 1. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Bulechek dkk, (2017) dan Moorhead Sue dkk. (2017). Nursing Outcomes

Classification (NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC).

Kidlington: mocomedia.

Ikawati Zullies. (2010). Penyakit System Pernapasan Dan Tata Laksana

Terapinya. Yogyakarta: Bursa Ilmu Karangkajen

Kris buana. (2017). Anatomi Fisiologi Dan Biokimia Keperawatan. Yogyakarta:

Pustaka Baru

Masriadi. (2016). Penyakit Tidak Menular. Jakarta: CV TRANS INFO MEDIA

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan

Pengurus Pusat PPNI.

Trihono.(2013). Riset Kesehatan Dasar.

http://www.depkes.go.id/resaurce/dowload/general/hasil%20Riskesdas%2

02013.pdf (diakses pada, 25 januari 2019)

Wahid & suprapto. (2013). Asuhan Keperawatan Pada Gangguan Sistem

Respirasi. Jakarta: CV Trans Info Media.


WHO. (2017). Chronic Obstructive Pulmonary Disease. www.who.int/news-

room/fact-sheets/detail/chronik-obstructive-pulmonary-disease-(copd)

(diakses pada, 26 januari 2019)

Zullies. (2016). Penata Laksanaan Terapi Penyakit Sistem Pernafasan.

Yogyakarta: Bursa Ilmu


Lampiran 4

FORMAT PENGKAJIAN ANAK

I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/nama panggilan :
2. Tempat tanggal lahir/usia :
3. Jenis kelamin :
4. Agama :
5. Pendidikan :
6. Alamat :
7. Tanggal masuk :
8. Tanggal pengkajian :
9. Diagnosa masuk :
10. Rencana terapi :
B. Identitas Orang Tua
1. Ayah
a. Nama :
b. Usia :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Agama :
f. Alamat :
2. Ibu
a. Nama :
b. Usia :
c. Pendidikan :
d. Pekerjaan :
e. Agama :
f. Alamat :
3. Identitas Saudara Kandung
No. Nama Usia Hubungan Status Kesehatan

II. Keluhan Utama :


III. Riwayat Kesehatan
A. Riwayat kesehatan sekarang :

B. Riwayat kesehatan lalu


(khusus untuk anak usia 0-5 tahun)
1. Pre natal care
a. Pemeriksaan kehamilan :
b. Keluhan selama hamil :
c. Kenaikan berat badan :
d. Imunisasi TT :
e. Golongan darah ibu/ayah :
2. Natal
a. Tempat melahirkan :
b. Lama dan jenis persalinan :
c. Penolong persalinan
d. Komplikasi :
3. Post natal
a. Kondisi bayi :
b. Kelainan :

(Untuk Semua Usia)


1. Penyakit yang pernah dialami :
2. Kecelakaan yang dialami :
3. Pernah : dioperasi..................... di rawat di Rumah Sakit...............
4. Riwayat allergi :
5. Konsumsi obat-obatan bebas :
6. Perkembangan anak :
C. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Penyakit anggota keluarga :
2. Genogram :

IV. Riwayat Imunisasi


No. Jenis Imunisasi Waktu Reaksi setelah pemberian
Pemberian
1 BCG
2 DPT (I, II, III)
3 Polio (I, II, III, IV)
4 Campak
5 Hepatitis

V. Riwayat Tumbuh Kembang


A. Pertumbuhan Fisik
1. Berat badan :
2. Tinggi badan :
3. Waktu tumbuh gigi :
B. Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat:
1. Berguling :
2. Duduk :
3. Merangkak :
4. Berdiri :
5. Berjalan :
6. Senyum kepada oranng lain pertama kali :
7. Bicara pertama kali :
8. Berpakaian tanpa bantuan :
VI. Riwayat Nutrisi
A. Pemberian ASI
1. Pertama kali disusui :
2. Cara pemberian :
3. Lama pemberian :
B. Pemberian susu formula
1. Alasan pemberian :
2. Jumlah pemberian :
3. Cara memberikan :
C. Pemberian makanan tambahan
1. Pertama kali diberikan usia :
2. Jenis :
D. Pola perubahan nutrisi
Usia Jenis Nutrisi Lama Pemberian
0-4 Bulan
4-12 Bulan
Saat ini

VII. Riwayat Psikososial


1. Anak tinggal di :
2. Lingkungan berada di :
3. Hubungan dengan orang disekitarnya :
VIII. Riwayat Spiritual
1. Dukungan dalam keluarga
2. Kegiatan keagamaan
IX. Reaksi Hospitalisasi :
X. Aktivitas Sehari-hari
No. Jenis aktivitas Sebelum sakit Saat sakit
1. Nutrisi
a. Selera makan
b. Menu makan
c. Frekwensi makan
d. Makanan pantangan
e. Cara makan
2. Cairan
a. Jenis minuman
b. Frekwensi minum
c. Kebutuhan cairan
d. Cara pemenuhan
3. Eliminasi (BAB &BAK)
a. Tempat
pembuangan
b. Frekwensi (waktu)
c. Konsistensi
d. Kesulitan
e. Obat pencahar
4. Istirahat Tidur
a. Jam tidur
1) Siang
2) Malam
b. Pola tidur
c. Kebiasaan sebelum
tidur
5. Olahraga
a. Program olahraga
b. Jenis dan frekwensi
c. Kondisi setelah
olahraga
6. Personal Hygiene
a. Mandi
1) Cara
2) Frekwensi
3) Alat mandi
b. Cuci rambut
1) Frekwensi
2) cara
c. Gunting kuku
1) Frekwensi
2) cara
d. Godok gigi
1) Frekwensi
2) Cara
8. Aktivitas fisik
a. kegiatan sehari-hari
b. pengaturan jadwal
harian
c. penggunaan alat
bantu aktivitas
d. kesulitan
pergerakan tubuh

XI. Pemeriksaan Fisik


A. Keadaan umum klien :
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu :
2. Nadi :
3. Respirasi :
4. Tekanan darah :
C. Antropometri
1. Tinggi badan :
2. Berat badan :
3. Lingkar lengan atas :
4. Lingkar kepala :
5. Lingkar dada :
6. Lingkar perut :
D. Sistem Pernapasan
1. Hidung :
2. Leher :
3. Dada :
E. Sistem kardiovaskuler
1. Konjungtiva :
F. Sistem pencernaan
1. Bibir :
2. Mulut :
3. Gaster :
4. Abdomen :
5. Anus :
G. Sistem indra
H. Sistem syaraf
1. Fungsi cerebral
a. Status mental :
b. Kesadaran :
2. Fungsi cranial
a. Nervus I :
b. Nervus II :
c. Nervus III, IV, VI :
d. Nervus V :
e. Nervus VII :
f. Nervus IX :
g. Nervus X :
h. Nervus XI :
i. Nervus XII :
I. Sistem Muskuloskeletal
J. Sistem Integumen
K. Sistem Endokrin
L. Sistem Perkemihan
M. Sistem Reproduksi
N. Sistem Imun
1. Allergi :
2. Penyakit yang berhubungan dengan cuaca :

XII. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan


XIII. Tes Diagnostik
XIV. Terapi Saat Ini
SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN

Pokok Bahasan : Bronkitis

Sub Pokok Bahasan : 1. Pengertian Bronkitis

2. Pengertian bersihan jalan napas tidak efektif

3. Tanda dan gejala Bronkitis

4. Faktor resiko Bronkitis

5. Pencegahan Bronkitis

Waktu : 30 menit

Sasaran : Pasien Bronkitis dan keluarga

Hari / tanggal : Senin, 27 april 2019

Tempat : Rumah sakit Bhayangkara Makassar

Pelaksana : Irda Wardani

A. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 10-15 menit, klien

maupun keluarga klien mampu memahami dan menjelaskan tentang

Pneumonia.

2. Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan kesehatantentang Bronkitis diharapkan

klien maupun keluarga klien dapat:

a. Menyebutkan kembali pengertian Bronkitis

b. Menyebutkan kembali pengertian bersihan jalan napas nafas tidak

efektif
c. Menyebutkan kembali tanda dan gejala Bronkitis

d. Menyebutkan kembali faktor resiko Bronkitis

e. Menyebutkan kembali cara pencehagan Bronkitis

B. MATERI (Terlampir)

1. Pengertian Bronkitis

2. Pengertian bersihan jalan napas tidak efektif

3. Tanda dan gejala Bronkitis

4. Faktor resiko Bronkitis

5. Pencegahan Bronkitis

C. MEDIA

1. Clipcard

2. Leaflet

D. METODE

1. Ceramah

2. Tanya jawab

E. KEGIATAN BELAJAR
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan: 1. Menjawab salam
1. Memberikan salam 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkan diri memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan
4. Menyampaikan kontrak waktu
yang akan digunakan
5. Menyebutkan materi atau pokok
bahasan yang di sampaikan
2. 10 menit Pelaksanaan materi: 1. Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan memperhatikan
secara berurutan dan teratur.
Materi:
1. Pengertian Bronkitis
2. Pengertian bersihan jalan
napas tidak efektif
3. Tanda dan gejala
Bronkitis
4. Faktor resiko Bronkitis
5. Pencegahan Bronkitis

3. 5 menit Evaluasi: 1. Bertanya dan


1. Menyimpulkan isi penyuluhan menjawab
2. Memberi kesempatan kepada pertanyaan
audience untuk bertanya
3. Memberikan kesempatan
kepada Audience untuk
menjawab pertanyaan yang
dilontarkan
KARYA TULIS ILMIAH
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI
BRONKITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR

OLEH
NAMA : IRDA
WARDANI NIM :
1610014
AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG
MAKASSAR
2019
LATAR BELAKANG
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjaun Tentang Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Defenisi bersihan jalan nafas tidak efektif


Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidak atau obstruksi jalan
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten(SDKI, 2016)

Konsep Dasar Medis


Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang
menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea
BAB III
METODE PENELITIAN
PENDEKATAN
PENELITIAN

SUBYEK PENELITIAN

LOKASI PENELITIAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Data Asuhan Keperawatan


1. Keluhan Utama : Batuk
2. Riwayat Keluhan Utama : saat dilakukan pengkajian
hari kamis 25 april 2019 ibu klien mengatakan anaknya
batuk berdahak sejak 3 hari yang lalu ibu klien juga
mengatakan tidur klien juga kurang dan hasil
observasi klien tampak batuk, gelisa, rewel, P: 24x/I,
S: 36,8oC, N: 110x/i.
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF

1. Ibu klien mengatakan klien 1. Klien tampak batuk


betuk sejak 3 hari yang lalu 2. Terdengar suara
2. Ibu klien mengatakan badan nafas tambahan yaitu
klien panas ronchi
3. Ibu klien mengatakan kalau 3. TTV : Nadi : 110 x/i
klien resah saat tidur Suhu :36,8 oC
Pernafasan :24 x/i
1. Klien tampak lemah
2. Terdapat sputum
DIAGNOSA KEPERAWATAN

• BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF


IMPLEMENTASI

HARI 1 - injeksi dexamine 2x0.3 mg/IV


1. Memonitor tanda-tanda vital
Hasil :
Suhu:36,8oC
Nadi:110 x/i
Pernafasan :24 x/i
2. Mengajarkan batuk efektif
Hasil :
Klien sudah bisa melakukan
batukefektif
3. Meningkatkan istirahat
Hasil :
Klien Nampak beristirahat
4. Mengatur posisi fowler atau
semi fowler
Hasil :
Ibu klien mengatakan anaknya
nyaman dengan posisi semi
fowler
5. Memberikan obat :
- injeksi cefataxime 2x150mg/IV
HARI 2
1. Memoniror tanda-tanda vital
Hasil :
Suhu :37,2oC
Nadi :104 x/i
Pernafasan :24 x/i
2. Mengajarkan batuk efektif
Hasil
Klien sudah bisa melakukan
batuk efektif
3. Meningkatkan istirahat
Hasil :
Klien tampak beristirahat
4. Mengatur posisi fowler atau
semi fowler
Hasil :
Klien mengatakan nyaman
dengan posisi semi fowler
5. Memberikan obat :
- injeksi cefataxime 2x150 mg/IV
- injeksi dexamine 2x0.3mg/IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas laporan studi
kasus yang akan diuraikan sesuai dengan
tahap dalam proses keperawatan serta
menbahas masalah kesenjangan pada klien
An”R” dengan gangguan sistem pernafasan
bronkitis diruangan Maleo Bangsal Anak
Rumah Sakit Bhayangkara Makassar
selama 3 hari.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah pengkajian, pengelompokan data dan analisa
data maka dapat di rumuskan diagnose keperawatan.
Menurut SDKI, diagnosa yang dapat muncul pada
penyakit bronchitis antara lain :
• Bersihan jalan nafas tidak efektif
• Pola nafas tidak efektif
• Hipertermi
• Intoleransi aktivitas
Sedangkan dalam kasus An”R” Diagnose keperawatan
yang ditemukan adalah sebagai berikut : Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Berdasarkan diagnose yang ada secara teori maupun diagnosa
yang didapatkan dalam kasus terdapat kesenjangan
yaitu :
• Pola nafas tidak efektif. Diagnosa ini tidak diangkat karena
pada saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya tanda
- tanda seperti dipsnea, pengguanaan otot bantu
pernafasan, fase ekspirasi memanjang dan pola nafas
abnormal (mis. Takipnea, bradipnea,hiperventilasi). pernafasan
cuping hidung,diameter thoraks anterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
ekspitasi menurun, tekanan inspirasi menurun dan ekskursi
dada menurun.
• Intoleransi aktifitas. Diagnose ini tidak diangkat karena pada
saat dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya tanda
seperti mengeluh lelah, frekuensi jantung meningkat >20%
dari kondisi istirahat. dipsnea saat/setelah aktivitas, merasa
tidak nyaman setelah beraktivas dan merasa lelah
sedangkan
• Hipertemi. Diagnose ini tidak diangkat karena pada saat
dilakukan pengkajian tidak ditemukan adanya tanda seperti
suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang,
takikardi, takipnea dan kulit terasa hangat.
EVALUASI

dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada


An”R” selama 3 hari maka diperoleh hasil
sesuai dengan kriteria tujuan yang di
terapkan yaitu : Bersihan jalan nafas tidak
efektif berhubungan dengan hipersekresi
jalan nafas.
Diagnose sudah teratasi dimana ditemukan
data klien batuk, ibu klien mengatakan
anaknya sudah tidak batuk lagi

Anda mungkin juga menyukai