Anda di halaman 1dari 6

33

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. HASIL PEMBAHASAN


Selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan
Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Puskesmas Pancur Batu
Medan Tahun 2019 yang dimulai sejak tanggal 27 sampai 29 Mei 2019. Penulis
berusaha untuk menggunakan metode proses keperawatan secara
komperehensip mulai dari tahap pengkajian, perencanaan, implementasi dan
evaluasi keperawatan. Pada pembahasan ini penulis akan membahas beberapa
kesenjangan yang ditemukan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada
Tn.M dengan cara membandingkan antara teori dengan kasus.

4.1.1. Tahap pengkajian


Pada pengkajian tanggal 27 Mei 2019 keluhan yang muncul dari responden
Tn.M adalah kelopak mata bengkak, nyeri, mata merah dan gatal-gatal, Klien
mengatakan cemas dengan penyakitnya dan mengatakan kwatir rekan-
rekanya akan tertular. Salah satu tanda dan gejala Konjungtivitis menurut
(Anas 2007) meliputi rasa gatal, ( ngeres/tercakar ) atau terasa ada benda
asing. Penyebab keluhan ini adalah edema konjungtiva, terbentuknya
hipertrofi papilaris, dan folikel yang mengakibatkan perasaan adanya benda
asing didalam mata. Gejala objektif meliputi hyperemia konjungtiva, epifora
(keluar air mata berlebihan), pseudoptosis (kelopak mata atas seperti akan
menutup), tampak semacam membrane atau pseudomembran akibat
koagulasi fibrin. Pada responden keluhan yang muncul dengan teori terdapat
kesesuaian dan di dalam melaksanakan pengkajian yang meliputi
pengumpulan data, pengelompokan untuk seterusnya di analisa. Penulis
tidak mengalami hambatan dalam pengumpulan data baik secara obyektif
maupun subyektif yang meliputi bio, psiko, social dan spritual serta
lingkungan baik individu maupun keluarga.

4.1.2. Diagnosa Keperawatan


Setelah data dikumpulkan, kemudian di kelompokkan dan di analisa
sehingga muncul masalah keperawatan yang dijadikan suatu diagnosa
34

keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan masalah spesifik


yang berkaitan dengan masalah keadaan kesehatan seseorang.
Pada teori ditemukan diagnosa keperewatan sebagai berikut
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata
b. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
c. Gangguan konsep diri (body image menurun)
didalam kasus penulis menemukan diagnosa keperawatan sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi pada mata dan ditandai dengan
klien meringis sambil mengelus2 matanya
b. Ansitas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan ditandai dengan
Klien mengatakan kwatir rekan-rekanya akan tertular dan klien cemas
dengan penyakit yang dideritanya
c. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan
adanya perubahan pada kelopak mata ditandai dengan merah dan gatal,
penglihatan kabur
Diagnosa teori semua muncul pada kasus dengan judul Asuhan
Keperawatan pada Tn.M dengan Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis
di Puskesmas Pancur Batu Medan Tahun 2019.

4.1.3. Tahap Intervensi


Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan keperawatan
yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasikan (Nasrul Effendi, 2008).

1. Nyeri akut b/d iritasi pada mata


Intervensi dilapangan pada diagnosa Nyeri akut dilakukan pada saat klien
datang berobat jalan ke puskesmas. Dimana tindakan yang di lakukan yaitu
mengkaji tingkat nyeri klien, memeriksa TTV klien, memberikan tehnik raksasi
napas dalam, berkolasborasi dengan dokter pemberian obat analgetik.
Menurut teori intvensi yang dilakukan pada diagnosa Nyeri akut b/d iritasi
pada mata yaitu mengkaji tingkat nyeri klien, memeriksa TTV klien, memberikan
tehnik raksasi napas dalam, berkolasborasi dengan dokter pemberian obat
analgetik.
35

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama


dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki
klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang
disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi
llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

2. Ansitas berhububungan dengan kurangnya pengetahuan


Intervensi dilapangan pada diagnosa Ansitas dilakukan pada saat klien
datang berobat jalan ke puskesmas. Dimana tindakan yang di lakukan yaitu.
Mengajari klien tehnik tarik nafas dalam, meminimalkan perasaan ke khawatiran,
ketakutan, firasat serta perasaan yang tidak menentu yang berhubungan dengan
sumber bahaya yang diantisifasi yang tidak jelas, peningkatan koping dengan
memberikan pendidikan kesehatan tentang konjungtivitis dan penanganannya
dimana membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor,
menumbuhkan harapan dengan mempasilitasi pengembangan cara pandang
yang positif dalam situasi tertentu.
Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama
dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki
klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang
disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi
llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

3. Gangguan konsep diri


Intervensi dilapangan pada diagnosa Gangguan konsep diri dilakukan pada
saat klien datang berobat jalan ke puskesmas. Dimana tindakan yang di lakukan
yaitu ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya, catat
jika ada tingkah laku yang menyimpang, jelaskan perubahan yang terjadi
berhubungan dengan penyakit yang dialami, Berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
Menurut teori intervensi yang dilakukan pada diagnosa Gangguan konsep
diri ajak klien mendiskusikan keadaan atau perasaan yang dialaminya, catat jika
ada tingkah laku yang menyimpang, jelaskan perubahan yang terjadi
berhubungan dengan penyakit yang dialami, Berikan kesempatan klien untuk
menentukan keputusan tindakan yang dilakukan.
36

Berdasarkan intervensi dari teori dan studi lapangan adalah sama


dikarenakan intervensi sudah mencangkup sumber daya dan dana yang dimiliki
klien serta aspek pengetahuan, sikap dan psikomotor pada klien. Intervensi yang
disebutkan dalam teori sudah sesuai dengan kondisi yang terjadi di studi
llapangan sehingga intervensi dapat digunakan untuk diagnosa tersebut.

4.1.4. Tahap Implementasi


Pada tahap ini penulis hampir tidak menemukan hambatan karena adanya
kerja sama dari pasien dan keluarga serta Petugas Kesehatan Puskesmas
sehingga rencana yang telah dibuat dapat dilaksanakan dengan baik. Hal yang
mendukung adalah keluarga mempunyai motivasi yang baik untuk mengatasi
masalah, mau bekerja sama dengan penulis untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.

4.1.5. Tahap Evaluasi


Tahap ini merupakan akhir dari proses keperawatan, untuk menilai apakah
tujuan telah tercapai, evaluasi formatif dilakukan mulai hari pertama setelah
pelaksanaan tindakan, sampai dua kali setelah folow up.
Evaluasi dilakukan oleh penulis dengan cara observasi, wawancara
dengan Tn.M dan keluarga. Dari hasil evaluasi akhir kedua dengan diagnosa
keperwatan yang ada pada Tn.M dan keluarga. Dari hasil evaluasi pada Tn.M
dapat teratasi sebagian pada hari ke 3 penulis melakukan asuhan keperawatan.
Hal ini berkat adanya kerja sama dari Tn.M dan keluarga Juga berbagai pihak
yang membantu penulis dalam melakukan asuhan kerawatan.
37

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Selama melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan
Gangguan Sistem Penginderaan Konjungtivitis di Puskesmas Pancur Batu
Medan Tahun 2019 yang dimulai maka penulis menyimpulkan bahwa :
1. Tahap pengkajian penulis tidak menemukan masalah dalam hal ini
karena adanya kerja sama keluarga dan pasien melengkapi data-data
yang dikaji.
2. Berdasarkan masalah yang diperoleh, penulis menemukan tiga masalah
diagnosa keperawatan yang semuanuya merupakan diagnosa aktual.
3. Pada taham perencanaan dilakukan berdarsarkan prioritas masalah yang
ditemukan yang disesuaikan denga kebutuhan maslow.
4. Dalam tahap pelaksanaan dilakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan rencana yang sudah dirumuskan, penghambatnnya adalah
Penglihatan Kabur, klien nampak meringis sambil mengelus2 matanya,
faktor pendukungnya adalah keluarga memberi motivasi yang kuat
kepada pasien secara berkesinambungan.
5. Untuk tahap evaluasi semua diagnosa keperawatan hanya teratasi
sebagian, karena keterbatasan waktu pelaksanaannya.

5.2. Saran
1. Bagi pasien
Diharapkan kepada pasien agar tetap datang/kontrol untuk
perkembangan penyembuhan sehingga dapat pengobatan untuk
mempercepat proses penyembuhan.
2. Bagi masyarakat
Diharapkan dengan adanya karya tulis ilmiah ini dapat memberi
pengetahuan kepada masyarkat tentang penyakit Konjungtivitis.
3. Bagi institusi pelayanan kesehatan
Diharapkan institusi pelayanan kesehatan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan yang lebih baik lagi sesuai dengan SOP dan
memberikan asuhan keperawatan dalam menangani Konjungtivitis.
38

4. Bagi institusi pendidikan kesehatan


Diharapkan dapat menambah buku literatur/ buku panduan untuk asuhan
keperawatan keluarga yang menderita Konjungtivitis agar dapat
digunakan oleh mahasiswa lainnya untuk melakukan asuhan
keperawatan secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai