Anda di halaman 1dari 9

Manajemen Medis dan Keperawatan untuk Penanganan

Peningkatan Tekanan Intrakranial pada Pasien Kritis di Intensive


Care Unit

Abstract

Peningkatan tekanan intrakranial jika tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan
perfusi cerebral sehingga mengakibatkan cedera pada otak. Dibutuhkan intervensi medis dan
keperawatan untuk menangani peningkatan tekanan intrakranial pada pasien kritis untuk mencegah
terjadinya keparahan sehingga review artikel ini dilakukan untuk meningkatkan manajamen
intervensi medis dan keperawatan dalam menangani perawatan pada pasien dengan peningkatan
tekanan intrakranial untuk mencegah terjadinya keparahan yang akan terjadi pada pasien seperti
kematian dan cedera otak yang disebabkan oleh edema otak. Pencarian database melalui google
schoolar, National Library of Medicine from the USA (PubMed), Banco de Dados de Enfermagem,
Latin-American dan Caribbean Literature in Health Science. Artikel yang dipilih diterbitkan antara
tahun 2015-2020 serta metode pemilihan literatur artikel mnggunakan seleksi dengan Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-analyses dan diperoleh sejumlah 12 artikel. Hasil
review didapatkan bahwa manajemen medis dan manajemen keperawatan dalam penanganan
peningkatan tekanan intrakranial dapat mempertahankan efek penekanan intrakranial serta
manajemen keperawatan dalam pemantuan penekanan intrakranial dalam peningkatan kepala serta
pemberian intervensi keperawatan dan observasi di samping tempat tidur serta koordinasi dan
manajemen di asuhan keperawatan antara lain harus menjadi bagian dari manajemen keperawatan.
Hasil manajemen keperawatan yang dilakukan dalam pemberian observasi pasien dengan melihat
sekala koma glas gow, pemberian posisi head up 30o, serta pemantuan tanda-tanda vital pasien.
Manajemen medis dalam pemberian obat Dexmedetomidine, obat obatan alteplase, dan pemberian
midozolam. Manajemen yang dilakukan untuk pasien dengan peningkatan tekanan intrakranial
dengan pemberian intervensi medis dan non medis dapat menurunkan/berpengaruh pada
kerusakan lebih lanjut dari efek keparahan yang terjadi.
Analisis Parameter Leukosit dalam Diagnosis
Awal Sepsis Neonatorum Awitan Dini di
RSIA Ananda Makassar

Abstract

Sepsis pada bayi baru lahir sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah yang menyebabkan
tingginya angka morbiditas dan mortalitas pada bayi baru lahir di Indonesia. Standar emas dari
sepsis neonatrum adalah kultur darah, namun membutuhkan waktu yang lama. Parameter
leukosit pada penelitian ini memiliki keunggulan yaitu pemeriksaan dapat lebih cepat diperoleh
hasilnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis parameter leukosit dalam diagnosis awal
sepsis neonatorum awitan dini (SNAD) di RSIA Ananda Makassar. Penelitian ini merupakan
penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder berupa rekam medis bayi yang dicurigai
SNAD di RSIA Ananda Makassar Tahun 2019. Jumlah keseluruhan sampel sebesar 96 neonatus,
77 neonatus (80%) SNAD, dan 19 neonatus tidak SNAD (20%). Parameter leukosit yang
digunakan pada penelitian ini yaitu jumlah leukosit total, jumlah neutrofil absolut, dan jumlah
limfosit absolut. Hasil penelitian yaitu 76 neonatus (98.70%) mengalami leukositosis (p-value =
0.000), 73 neonatus (94.81%) mengalami neutrofilia (p-value = 0.000), dan 51 neonatus
(66.23%) yang mengalami limfositosis (p-value = 0.000), dan jumlah limfosit absolut p-value =
0.000. Sehingga dapat disimpulkan, terdapat hubungan signifikan antara parameter leukosit
dengan sepsis neonatorum awitan dini.

Gita Yustika (2020) Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar


Kejadian Acute Kidney Injury dengan Kriteria
pRIFLE pada Unit Perawatan Intensif Anak
Rumah Sakit Sanglah Denpasar
GAP NilawatiDepartemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP Sanglah Denpasar

Acute kidney injury (AKI) merupakan merupakan suatu keadaan yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas
pada anak yang dirawat di rumah sakit terutama dengan perawatan intensif.Tujuan. Mengetahui kejadian AKI pada anak yang
mendapat perawatan di Unit Perawatan Intensif Anak.Metode. Penelitian deskriptif retrospektif dengan mengambil data dari
rekam medis dan register perawatan ruang intensif selama tahun 2010Hasil. Dari 411 pasien yang dirawat di Unit Perawatan
Intensif Anak, 149 (36,25%) dilakukan pemeriksaan blood urea nitrogen(BUN) dan serum kreatinin (SC). Terdapat 25 kasus
(6,1%) merupakan kasus AKI. Sebagian besar subyek berusia di bawah 1 tahun (10/25) dan berjenis kelamin laki-laki 15/25.
Berdasarkan kriteria pRIFLE, 3 termasuk dalam kriteria risk (R), 12 injury (I), dan 10 dimasukkan failure (F). 8 orang
meninggal.Kesimpulan.Acute kidney injury terbanyak dijumpai pada laki-laki dengan kasus terbanyak termasuk kriteria
injury(I).Sari Pediatri 2012;14(3):158-61.Kata kunci: acute kidney injury, pRIFLE, PICU
Tatalaksana Hemodialisis pada Anak dan Bayi

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan masalah kesehatan serius pada anak dengan morbiditas dan mortalitas
yang makin meningkat serta menimbulkan masalah sosial ekonomi yang signifikan. Penyebab utama PGK pada
anak adalah anomali kongenital ginjal dan saluran kemih, diikuti nefropati herediter dan glomerulonefritis. Indikasi
absolut untuk memulai dialisis pada anak meliputi anuria, gangguan elektrolit berat, gangguan neurologis pada gagal
ginjal, perikarditis, diatesis perdarahan, mual berulang, gejala uremia, volume berlebihan, atau kegagalan
pertumbuhan meskipun terapi medis sudah tepat, dan hipertensi. Mengoptimalkan status gizi dengan dukungan ahli
diet adalah elemen dasar perawatan anak dengan penyakit ginjal kronik stadium 5. Peran ahli diet adalah
meminimalkan gejala uremia, mencegah komplikasi penyakit tulang akibat gangguan ginjal (renal bone disease), dan
mengoptimalkan pertumbuhan anak.

Shahrul Rahman

Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Medan, Indonesia
Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang
Mia Nurnajiah, Rusdi Rusdi, Desmawati Desmawati

Abstract

Abstrak               

Pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang menjadi penyebab kematian utama
pada balita di dunia, terutama di negara berkembang. Salah satu faktor risiko dari pneumonia
adalah status gizi yang kurang. Tujuan penelitian ini adalah menentukan hubungan status gizi
dan derajat pneumonia pada balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Desain penelitian adalah
retrospektif analitik dengan pendekatan cross-sectional dan menggunakan uji statistik Chi-
square.  Pengambilan data dilakukan dari Agustus hingga September 2014 di pusat rekam medis
RS. Dr. M. Djamil Padang.  Subjek penelitian adalah 105 balita yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi. Indikator status gizi yang digunakan adalah indkator BB/U kurva CDC rujukan
WHO-NCHS. Subjek penelitian diklasifikasikan menurut derajat ringan-berat pneumonia.
Sebanyak 51 balita (91,1%) dengan status gizi baik menderita pneumonia (ringan-sedang) dan 18
balita (8,9%) status gizi kurang-buruk menderita pneumonia berat. Hasil penelitian p < 0,05
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status gizi dengan balita penderita pneumonia.
Kesimpulan  penelitian ini ialah terdapat hubungan bermakna antara status gizi dan derajat
pneumonia pada balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Sebagian besar balita dengan pneumonia
derajat berat memiliki status gizi kurang dan buruk.
Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian Pneumonia pada Balita di Kelurahan Air
Tawar Barat Padang
Yulia Efni, Rizanda Machmud, Dian Pertiwi

Abstract
Abstrak

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian pneumonia di negara berkembang
yaitu: kurangnya pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam
ruangan, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurangnya imunisasi campak. Tujuan penelitian
ini adalah menentukan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di
Kelurahan Air Tawar Barat, Kota Padang. Penelitian ini menggunakan desain case control study,
sampel terdiri dari 27 case dan 27 control. Data dikumpulkan dengan wawancara terpimpin serta
melihat data rekam medik dan dianalisis dengan uji chi-square. Hasil penelitian  mendapatkan
balita pada kelompok kasus yang tidak mendapatkan ASI eksklusif (81,5%), paparan asap rokok
(74,1%), riwayat bayi berat lahir rendah (3,7%), tidak mendapatkan imunisasi campak (40,7%)
dan gizi kurang (25,9%). Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna
antara status gizi dengan kejadian pneumonia (p=0,022; OR=9,1; 95%CI=1,034-80,089),
sedangkan pemberian ASI eksklusif, paparan asap rokok, riwayat bayi berat lahir rendah dan
imunisasi campak tidak terdapat hubungan yang bermakna terhadap pneumonia.
FAKTOR - FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
PNEUMONIA PADA BALITA DI
PUSKESMAS KECAMATAN
TELUKNAGA KABUPATEN TANGERANG
 Ika Oktaviani Universitas Muhammadiyah Tangerang
 Siti Maesaroh Universitas Muhammadiyah Tangerang

Keywords: Faktor - faktor yang berhubungan, Pneumonia

Abstract

Pneumonia merupakan salah satu penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada anak yang
sangat serius dan yang paling banyak menyebabkan kematian. Pneumonia balita yaitu penyakit
yang menyerang jaringan paru, ditandai dengan batuk disertai napas cepat atau sesak napas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor apa saja yang berhubungan dengan
kejadian penyakit pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga. Menurut data di
Puskesmas Teluknaga jumlah pneumonia pada balita Tahun 2013 sebanyak 252 dengan proporsi
2,52%, pada tahun 2015 dari 10.841 populasi terdapat 627 kasus pneumonia dengan proporsi
6,27 %. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskripitf dengan rancangan cross sectional.
Sampel dalam penelitian ini sebanyak 384 responden. Analisis statistik yang dilakukan adalah
analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini berlangsung mulai bulan April – Mei 2015.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan kejadian pneumonia (19,4%), umur 0–36 bulan (19,6%),
jenis kelamin laki – laki (18,1%), status gizi baik (19,1%), status imunisasi tidak lengkap
(22,9%). Berdasarkan hasil analisa statistik dari empat variabel yang diteliti terdapat satu
variabel yang berhubungan yaitu status imunisasi tidak lengkap (p value 0,034) dengan kejadian
penyakit Pneumonia pada balita di Puskesmas Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang
Tahun 2015. Berdasarkan penelitian semestinya petugas Kesehatan untuk lebih meningkatkan
program penyuluhan kesehatan masyarakat khususnya kejadian Penumonia
Gangguan elektrolit, PICU, profil
Latar Belakang: Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipengaruhi oleh berbagai macam
keadaan atau penyakit. Gangguan elektrolit sering kali ditemukan pada pasien anak dengan kondisi sakit
kritis serta berhubungan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas. Sehingga membutuhkan
perawatan secara ekstra di Pediatric Intensive Care Unit (PICU). Tujuan: Untuk menggambarkan profil
gangguan elektrolit pada pasien baru di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) RSUD Dr. Soetomo
Surabaya. Metode: Penelitian dilakukan secara prospektif dengan metode deskriptif dan analitik dengan
jumlah sampel 37 pasien dengan jangka waktu Agustus-November 2018. Data usia pasien, jenis kelamin,
profil elektrolit (natrium, kalium, kalsium, klorida), terapi cairan dan elektrolit yang diberikan,
keseimbangan cairan dan asal pasien dicatat. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kelompok
usia pasien didominasi oleh kelompok usia bayi (45.9%), jenis kelamin pasien didominasi oleh laki-laki
(43.2%), diagnosis utama pasien didominasi oleh gangguan sistem pencernaan, saraf pusat, dan
respirasi. Jenis gangguan elektrolit pasien didominasi oleh hiponatremia (40.5%) dengan rata-rata
138.18±12.071, hipokalemia (54.1%) dengan rata-rata 3.608±1.2247, hipokalsemia (59.5%) dengan rata-
rata 8.057±1.9473, hipokloremia (35.1%) dengan rata-rata 101.45±13.266, jenis terapi cairan dan
elektrolit yang digunakan didominasi oleh cairan hipotonis (43.2%) dan kalsium glukonas (53.1%) serta
asal pasien didominasi dari Instalasi Rawat Darurat/IRD (62.2%). Sedangkan hasil hubungan antara
kelompok pemberian cairan dengan balance cairan pada pasien menunjukkan hasil yang tidak signifikan
(p>0.05). Kesimpulan: Pasien dengan sakit kritis yang dirawat di PICU cenderung mengalami kekurangan
kadar elektrolit.

AMALIA CITRA OCTAVIA, NIM011611133063 (2019) PROFIL GANGGUAN ELEKTROLIT PADA PASIEN BARU
DI PEDIATRIC INTENSIVE CARE UNIT (PICU) RSUD DR. SOETOMO SURABAYA. Skripsi thesis, Universitas
Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai