Anda di halaman 1dari 27

TUGAS UTS

MANEJEMEN KEPERAWATAN

OLEH :

NAMA : GRACELIA CATERINA RIRY


NPM : 12114201180044
KELAS : C

UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA MALUKU


FAKULTAS KESEHATAN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
AMBON
2021
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera bagi kita semua, Puji dan syukur serta hormat kami panjatkan kehadirat
Tuhan yang maha Kuasa, sebab oleh kasih kasihNya. Adapun isi dari makalah ini menyangkut
tentang suatu analisis perencanaan sederhana untuk satu rawat unit di rumah sakit dengan
menggunakan Proses Penyususnan Rencana Penyelesaian Manajemen. Terciptanya makalah ini
juga bertujuan untuk memenuhi nilai UTS kami pada mata kuliah manajemen keperawatan.

Didalam makalah ini berisikan suatu analisis perencanaan sederhana untuk satu rawat
unit di rumah sakit dengan menggunakan Proses Penyususnan Rencana Penyelesaian
Manajemen.Tentunya di dalam pembuatan makalah ini, masih terdapat banyak kekurangan yang
belum tersempurnakan, oleh karena itu, kami memimta kritik dan saran serta masukan baik dari
para pembaca, dan terlebih dosen pengampuh demi terciptanya makalah yang lebih baik
dikemudia hari.

Ambon, 27 Maret 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
TUJUAN TERORI....................................................................................................................................5
A. Rumah Sakit....................................................................................................................................5
B. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit...................................................................................5
C. Metodologi Waterfall.....................................................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................................................8
ANALISIS PERENCANAAN DIRUANGAN.........................................................................................8
A. Communication...............................................................................................................................8
B. Planning...........................................................................................................................................8
C. Modeling.............................................................................................................................................9
BAB IV.....................................................................................................................................................24
PENUTUP................................................................................................................................................24
A. Kesimpulan....................................................................................................................................24
B. Saran................................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Pengelolaan data di rumah sakit merupakan salah satu komponen yang penting dalam
mewujudkan suatu pelayanan rumah sakit yang berkualitas. Rumah sakit TNI AU Lanud Sam
Ratulangi adalah salah satu rumah sakit yang berada dikota manado. Rumah sakit ini berlokasi
dikecamatan Mapanget, kelurahan Lapangan. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit satu-
satunya yang berada dikecamatan mapanget. Karena lokasinya yang berada cukup jauh dengan
rumah sakit lainnya, rumah sakit ini menjadi pilihan utama masyarakat yang tinggal didaerah
sekitar rumah sakit. Dengan jumlah pasien yang cukup banyak, manajemen rumah sakit tentu
membutuhkan pengelolaan data yang cepat dan akurat demi menciptakan pelayanan yang
berkualitas. Pengelolaan data secara manual, mempunyai banyak kelemahan, selain
membutuhkan waktu yang lama, keakuratannya juga kurang dapat diterima karena
kemungkinan kesalahan yang sangat besar. Dengan dukungan teknologi informasi yang ada
sekarang ini, pekerjaan pengelolaan data dengan cara manual dapat digantikan dengan suatu
sistem informasi dengan menggunakan komputer. Selain lebih cepat dan mudah, pengelolaan
data juga menjadi lebih akurat karena kumungkinan kesalahan dapat diminimalisir.
BAB II

TUJUAN TERORI
A. Rumah Sakit
Menurut Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
286/Menkes/SK/VI/1990, rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan
penelitian, upaya pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, pelayanan gawat darurat,
pelayanan medis dan pelayanan non medis.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah
sakit, rumah sakit umum diklasifikasikan sebagai berikut :
 Rumah Sakit umum kelas A
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas)
spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.
 Rumah Sakit umum kelas B
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan)
spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.
 Rumah Sakit umum kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik
paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik.
 Rumah Sakit umum kelas D.
Rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling
sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

B. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit


Menurut Ery Rustiyanto (2010), Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit (SIM RS) adalah
suatu rangkaian kegiatan yang mencakup semua pelayanan kesehatan (rumah sakit) disemua
tingkatan administrasi yang dapat memberikan informasi kepada pengelola untuk proses
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan yang termasuk didalamnya adalah
Pelayanan Utama (Front Office) dan Pelayanan Administasi (Back Office).
 Pelayanan Utama (Front Office)
Setiap Rumah Sakit memiliki prosedur yang unik (berbeda satu dengan lainnya), tetapi secara
umum/generik memiliki prosedur pelayanan terintegrasi yang sama yaitu proses pendaftaran,
proses rawat (jalan atau inap) dan proses pulang.
 Pelayanan Administratif (Back Office)
Rumah Sakit merupakan unit yang mengelola sumber daya fisik (manusia, uang, mesin/alat
kesehatan/aset, material seperti obat, alat tulis kantor, barang habis pakai dan sejenisnya).
Walaupun proses bisnis setiap Rumah Sakit unik tapi tetap terdapat proses umum,
diantaranya perencanaan, pembelian/pengadaan, pemeliharaan stok/inventory, pengelolaan
Aset, pengelolaan SDM, pengelolaan uang (hutang, piutang, kas, buku besar dan lainnya).

Peran sistem informasi didalam kegiatan manajemen rumah sakit sangatlah membantu dan
mempunyai peran yang sangat efektif dalam proses pelayanan kesehatan di rumah sakit,
dengan sistem informasi seorang pemimpin rumah sakit dapat mengambil suatu kebijakan
secara cepat, tepat dan akurat berdasarkan informasi yang didapat dari pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang dipimpinnya.

C. Metodologi Waterfall
Menurut Pressman (2010), Metodologi Waterfall merupakan salah satu model dalam
perancangan piranti lunak. Model waterfall adalah sebuah contoh dari proses perencanaan,
dimana semua proses kegiatan harus terlebih dahulu direncanakan dan dijadwalkan sebelum
dikerjakan. Proses dari metode waterfall antara lain Communication, Planning, Modeling,

Construction dan Deployment.

Gambar 1. Model proses waterfall

1. Communication (Komunikasi)
Langkah ini merupakan analisis terhadap kebutuhan software, dan tahap untuk
mengadakan pengumpulan data dengan melakukan pertemuan dengan customer,
maupun mengumpulkan data-data tambahan baik yang ada di jurnal, artikel, maupun
dari internet.
2. Planning (Perencanaan)
Proses planning merupakan lanjutan dari proses communication (analysis requirement).
Tahapan ini akan menghasilkan dokumen user requirement atau bisa dikatakan sebagai
data yang berhubungan dengan keinginan user dalam pembuatan software, termasuk
rencana yang akan dilakukan.
3. Modeling (Pemodelan)
Proses modeling ini akan menerjemahkan syarat kebutuhan ke sebuah perancangan
software yang dapat diperkirakan sebelum dibuat coding. Proses ini berfokus pada
rancangan struktur data, arsitektur software, representasi interface, dan detail
(algoritma) prosedural. Tahapan ini akan menghasilkan dokumen yang disebut software
requirement.
4. Construction (Konstruksi)
Construction merupakan proses membuat kode (coding). Coding atau pengkodean
merupakan penerjemahan desain dalam bahasa yang bisa dikenali oleh komputer.
Programmer akan menerjemahkan transaksi yang diminta oleh user. Tahapan inilah
yang merupakan tahapan secara nyata dalam mengerjakan suatu software, artinya
penggunaan komputer akan dimaksimalkan dalam tahapan ini. Setelah pengkodean
selesai maka akan dilakukan testing terhadap sistem yang telah dibuat tadi. Tujuan
testing adalah menemukan kesalahan-kesalahan terhadap sistem tersebut untuk
kemudian bisa diperbaiki.
5. Deployment (Penyerahan)
Tahapan ini bisa dikatakan final dalam pembuatan sebuah software atau sistem. Setelah
melakukan analisis, desain dan pengkodean maka sistem yang sudah jadi akan
digunakan oleh user. Kemudian software yang telah dibuat harus evaluasi jika ada
kekurangan dan dilakukan pemeliharaan secara berkala.
BAB III

ANALISIS PERENCANAAN DIRUANGAN

A. Communication
Pada tahap ini, kita penulis melakukan komunikasi langsung dengan pihak rumah sakit TNI
AU lanud sam Ratulangi. Komunikasi yang dilakukan berupa wawancara dengan kepala
rumah sakit, wakil kepala rumah sakit dan sataf manejemen rumah sakit. Adapun hasil dari
wawancara ini adalah proses bisnis dari rumah sakit yang dapat dilihat pada, gambar 2.
B.Planning
Pada tahap ini, penulis menyusun rencana kerja yang akan dilakukan untuk pengembangan
perangkat lunak yang dalam hal ini adalah Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit TNI
AU Lanud Sam Ratulangi.

Tabel 1. Rencana kegiatan

Estimasi
N Kegiata
Waktu
o n
Pelaksanaan
1 Communication
Wawancara untuk
2 jam
menganalisis
kebutuhan
2 Planning
Penyusunan Rencana kerja 2 jam
3 Modeling
Pemodelan Design program
2 Hari
dalam bentuk diagram
4 Construction
Perancangan desain
7 hari
antarmuka
program
Penulisan kode program
30 hari
(coding)
5 Deployment
Penyerahan program dan
2 jam
evaluasi
Gambar 2. Proses bisnis pelayanan rumah sakit
C. Modeling
Pada tahap ini, semua hasil analisa kebutuhan pengguna dan kebutuhan sistem
informasi manajemen rumah sakit yang telah dihasilkan pada tahap communication akan
didefinisikan dalam bentuk diagram. Adapun diagram-diagram tersebut antara lain
usecase diagram, activity diagram dan relational diagram.
 Use diagram
Penulis menggunakan usecase diagram untuk mendefinisikan aktivitas-aktivitas
pengguna sistem dan interaksi antara pengguna dengan sistem maupun interaksi antar
pengguna. Usecase diagram sistem informasi manajemen rumah sakit dapat dilihat pada
Gambar 3.
 Activity diagram
Penulis menggunakan activity diagram untuk mendefinisikan aktivitas-aktivitas berurutan
yang akan dilakukan pengguna saat menggunakan sistem informasi manajemen rumah sakit.
Activity diagram dari sistem informasi manajemen rumah sakit dapat dilihat pada gambar 4.

 Relational diagram
Untuk perancangan database sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web, penulis
menggunkan relational diagram dalam menentukan relasi antar tabel didalam database yang
akan dibuat.
Relational diagram sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web dapat dilihat pada
Gambar 5.

Gambar 4. Activity diagram

A. Construction
Pada tahap ini, semua analisis kebutuhan sistem yang telah dirancang dalam bentuk
model diagram diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman komputer (coding). Bahasa
pemrograman yang digunakan untuk membangun sistem informasi manajemen rumah
sakit adalah HTML,CSS, PHP dan Javascript.
Komponen hardware dan software yang digunakan pada tahap construction.

 Personal Computer
 Operating System : Windows 7 64 bit
 Text Editor : Notepad++
 Web Browser : Mozilla firefox, Google Chrome
 Web Server : XAMPP
 DBMS : MYSQL

 Gambar 5. Relational diagram


1. HASIL

Setelah melakukan semua tahapan sesuai dengan metodologi waterfall, pada tahap ini akan
dijelaskan hasil dari penelitian yang dilakukan berdasarkan tujuan awal yaitu membuat suatu
sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web.
A. Halaman Login
Halaman login merupakan halaman awal yang ditampilkan saat pengguna mengakses
halaman sistem. Halaman login digunakan untuk membatasi hak akses pengguna sistem karena
setiap pengguna memiliki hak akses masing-masing. Tampilan halaman login dapat dilihat
pada Gambar 6.
B. Halaman admin pendaftaran
Halaman admin pendaftaran memiliki akses untuk mendaftarkan pasien, melihat daftar
pasien, mengedit data pasien serta melihat data rekam medik pasien. Tampilan halaman admin
pendaftaran dapat dilihat pada Gambar 7.
C. Halaman admin poli
Halaman admin poli klinik memiliki akses untuk menginput jenis poli rumah sakit, melihat
daftar pasien, mengedit status perawatan pasien dan menginput biaya pemeriksaan kesehatan
pasien. Tampilan halaman admin poli dapat dilihat pada Gambar 8.
D. Halaman admin rawat inap

Halaman admin rawat inap memiliki akses untuk melihat daftar pasien rawat inap, mengiput
jenis ruangan rawat inap, memilih ruangan rawat inap untuk pasien, mengiput status keluar
pasien dan menginput biaya rawat inap pasien. Tampilan halaman admin rawat inap dapat
dilihat pada Gambar 9.
Gambar 6. Tampilan halaman login
Gambar 7. Tampilan halaman admin pendaftaran
A. Halaman admin apotik
Halaman admin apotik memiliki akses untuk melihat daftar pasien, mengiput obat,
menginput pembelian pasien dan merekap pembelian obat pasien. Tampilan halaman
admin apotik dapat dilihat pada Gambar 10.
B. Halaman admin kasir
Halaman admin kasir memiliki akses untuk melihat daftar pasien, menginput
pembayaran pasien dan merekap seluruh pembayaran pasien. Tampilan halaman admin
kasir dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 8. Tampilan halaman admin poli

Gambar 9. Tampilan halaman admin rawat inap


Gambar 10. Tampilan halaman admin apotik

Sistem klasifikasi pasien


Sistem klasifikasi pasien(patient classification system/PCS), dan penjadualan menjadi perhatian
para manajer perawat yang menghendaki pelayanan keperawatan yang berkualitas, dalam
lingkungan yang aman dan terapeutik. (Dr. Laode Kamalia,2020)
Sistem klasifikasi pasien merupakan metode dalam memperkirakan dan mengkaji jumlah
kebutuhan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Sistem ini membantu dalam menentukan
jumlah dan jenis pelayanan keperawatan, dan penting bagi perwujudan pelayanan keperawatan
sesuai standar (Wise, 1995 dalam Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020).

Manfaatnya dari sistem klasifikasi pasien yakni: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam
Ratulangi,2020)
 Mengukur tingkat ekuitas pasien (beban kerja perawat dan jumlah perawat yang dibutuhkan)
 Membantu dalam menentukan alokasi dan jadwal perawat
 Membantu dalam penentuan anggaran
 Membantu dalam management planning
 Program peningkatan mutu

Ada 2 jenis sistem klasifikasi pasien, yakni: (1) sistem evaluasi faktor, dan (2) sistem
prototip (Gillies,1994 dalam, Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi 2020).

Sistem evaluasi faktor :


 Pada sistem ini ada 3 atau lebih kategori pasien ditentukan untuk merefleksikan tingkat
ketergantungan pasien pada perawat, setiap kategori terkait dengan jenis dan jumlah
perawatan yang dibutuhkan.
 Sistem ini membutuhkan pengidentifikasian elemen/diskriptor perawatan (elemen, sub
elemen, standar waktu).
 Standar waktu untuk masing-masing subelemen harus ditentukan disesuaikan dengan:situasi
fisik, teknologi perawatan,pengorganisasian/penugasan perawat, pengalaman dan jumlah
perawat
 Jumlah diskriptor dapat ditentukan misalnya 10,16,32. Beberapa sistem klasifikasi
menggunakan diskriptor KHS(Kegiatan Hidup Sehari-hari) yaitu: mandi, berhias/berpakaian,
mobilitas, makan, buang air besar/kecil.

Menurut Gillies (1994) deskriptor pelayanan yang belum adalah sebagai berikut (Rumah
sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi ,2020):
 Kebersihan diri
 Nutrisi medikasi dan pemeliharaan cairan
 Perawatan kulit dan luka
 Respiratory care
 Circulatory care
 Eliminasi
 Mobilitas
 Prosedur terapi dan pemeriksaan diagnostik khusus
 Pendidikan kesehatan
 Kegiatan hidup sehari-hari

Untuk menentukan masing-masing deskriptor,melalui identifikasi terhadap pelayanan atau


tindakan(deskriptor) yang biasa dilakukan di rumah sakit atau institusi pelayanan keperawatan.
Setelah diskriptor diidentifikasi,perancang sistem menentukan tingkat intensitas perawatan untuk
masing-masing deskriptor. (Dr. Laode Kamalia,2020)
Tingkatan ini dapat ditentukan dengan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk setiap deskriptor.
(Dr. Laode Kamalia,2020)

Sistem evaluasi prototipe: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)


 Sistem dikembangkan berdasarkan pada orientasi rehabilitasi pasien dan sistem membagi
dalam beberapa karakteristik dan setiap karakteristik menggambarkan situasi pasien
tertentu.
 Kategori I : pasien dengan penyakit akut,sementara, yang dapat pulih secara sempurna.
Tujuan perawatan: menghilangkan masalah kesehatan.
 Kategori II : pasien penyakit kronis,potensial kembali ke keadaan akut/peepisodik,tujuan
perawatan untuk mengelola penyakit kronis pasien bersama keluarga, tanpa perlu
perawatan berkelanjutan dari tenaga kesehatan.
 Kategori III : pasien dengan penyakit atau cacat kronis, tidak dapat dipulihkan seperti
sebelum sakit. Tujuan perawatan rehabilitasi terhadap fungsi maksimal dengan bantuan
berkelanjutan dari tenaga kesehatan.
 Kategori IV : pasien penyakit kronis, tidak dapat sipertahankan dirumah tanpa bantuan
tenaga kesehatan,tujuan perawatan mempertahankan fungsi maksimal dengan bantuan
secara terus menerus
 Kategori V : pasien dengan tahap terminal,tujuan perawatan mempertahankan
kenyamanan dandignitas(martabat) fase terminal.

Sistem klasifikasi pasien yang lain, yakni: mengklasifikasi pasien dalam lima kategori
meliputi: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Self care : kurang dari 2 jam
 Minimal care : 2 jam
 Moderator care : 3,5 jam
 Extensive care : 5-6 jam
 Intensive care : 7 jam ( Gillies,1994, hlm 288).

Lama intervensi perawatan bagi pasien per 24 jam dihitung dengan mempertimbangkan:
(Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Diagnosa dan kondisi pasien
 Lama waktu setiap tindakan
 Intensitas tindakan

Sistem klasifikasi pasien membantu perawat manajer dalam hal : (Rumah sakit TNI AU
LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Mengidentifikasi kebutuhan pasien pada suatu unit
 Memfasilitasi distribusi sumber tenaga keperawatan
 Memastikan asuhan keperawatan yang bermutu dan efisien
 Memprediksi kebutuhan tenaga per unit
 Memfasilitasi pembuatan keputusan staf
 Menilai produktifitas unit

Klasifikasi pasien menurut Douglas (1984 dalam Rumah sakit TNI AU LANUD Sam
Ratulangi,2020) :
Waktu Kebutuhan perawat
Klasifikasi Pagi Sore Malam
Minimal 0,17 0,14 0,07
Intermediate 0,27 0,15 0,10
Maksimal 0,36 0,30 0,20

Perawatan Minimal: memerlukan waktu 1-2 jam/24 jam, dengan kriteria(Dr. Laode
Kamalia,2020):
 Kebersihan diri,mandi,ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan tiap shift
 Pengobatan minimal,status psikologis stabil
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Perawatan intermediate: memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria(Rumah sakit
TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020):
 Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
 Foley catherher/intake output dicatat
 Klien dengan pemasangan infus,persiapan pengobatan, memerlukan prosedur

Perawatan maksimal (total care): memerlukan waktu 5-6 jam / 24 jam dengan kriteria
sebagai berikut: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Segalanya diberikan/dibantu
 Posisi diatur, observasi tanda-tanda Lvital tiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intravena
 Pemankaian suction
 Gelisah/disorientasi

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia:

Kategori asuhan keperawatan ada 4 macam: (rumah sakit TNI AU LANUD Sam
Ratulangi, 2020)

Asuhan keperawatan minimal: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi, 2020)
 Kebersihan diri,mandi,ganti pakaian dilakukan sendiri
 Makan dan minum dilakukan sendiri
 Ambulasi dengan pengawasan
 Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
 Pengobatan minimal, status psikoogis stabil.

Keperawatan sedang : (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)


 Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu
 Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
 Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali

Asuhan keperawatan agak berat: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Sebagian besar aktivitas dibantu
 Observasi tanda-tanda vital setiap 2-4 jam sekali
 Terpasang folley catheter
 Intake output dicatat
 Terpasang infus
 Pengobatan lebih dari sekali
 Persiapan pengobatan memerlukan prosedur

Asuhan keperawatan maksimal(total) atau berat dengan kriteria sebagai berikut: (Rumah
sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
 Segala aktifitas diberikan oleh perawat
 Posisi diatur
 Observasi tanda-tanda vita setiap 2 jam
 Makan memerlukan NGT
 Terapi intravena
 Penggunaan suction
 Gelisah/disorientasi

Cara perhitungan jumlah tenaga dalam suatu shift: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam
Ratulangi,2020)

Berdasarkan 2 bentuk sistem klasifikasi pasien sebagaimana diuraikan diatas, maka


dengan mudah untuk menentukan tingkat kemampuan seorang perawat utuk memberikan
bantuan kepada pasien yang dihadapi pada setiap jaga shift, dimana perawat menentukan jumlah
wktu jaga setiap shift diantara 7 sampai 8 jam, atau 420 menit hingga 480 menit. Jika alokasi
waktu bagi perawat pershift ditentukan sebesar itu, maka jumlah pasien dan tindakan beserta
waktu yang dibutuhkan tidak boleh diatas, atau melampaui batas minimal yang ditentukan bagi
seorang perawat.
Dengan demikian akan dapat diketahui kemampuan seorang perawat intuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan tingkat klasifikasi pasien atau ketergantungannya.
Untuk menghitung jumlah tenaga yang diperlukan dalam setiap shift dilakukan dengan 2 cara
juga, yakni: perhitungan tenaga berdasarkan deskriptor pelayanan(sistem evaluasi faktor) dan
berdasarkan tingkat ketergantungan atau klasifikasi pasien(evaluasi sistem prototipe).

Sistem evaluasi faktor dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Rumah sakit
TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)

1. Mengidentifikasi deskriptor atau tindakan beserta waktu yang dibutuhkan setiap-setiap


deskriptor pelayanan pada masing-masing pasien
2. Menjumlahan waktu yang dibutuhkan untuk seluruh pasien dalam periode yang sama
3. Memperbandingkan jumlah waktu keseluruhan pasien dengan alokasi waktu untuk
setiap jaga shift
4. Hasil pembagian dari perhitungan tersebut menunjukan jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan pada setiap jaga shift.

Contoh : (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)


Berdasarkan hasil identifikasi dari 200 pasien rawat inap di RS “X” diperoleh sejumlah
deskriptor tindakan keperawatan yang diberikan dengan total waktu sebesar 9.000 menit per
shift, dengan asumsi jaga shift ditetapkan 7 jam atau 420 menit, maka jumah tenaga yang
dibutuhkan adalah : 9.000 420 = 21,43dibulatkan 22 orang perawat.

Jika perhitungan berdasarkan sistem evaluasi prototipe, maka langkah-langkah yang


harus diakukan adalah sebagai berikut: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam
Ratulangi,2020)
a. Mengidentifikasi asuhan keperawatan yang dibutuhkan oleh setiap pasien dengan
ketergantungan terhadap perawat apakah perlu mendapatkan bantuan atau tidak atau
dilakukan sendiri oleh pasien.
b. Berdasarkan ketergantungan tersebut, maka dapat ditentukan klasifikasi atau kategori
pasien, berdasarkan tingkat ketergantungan yang diterapkan atau disepakati.
c. Menghitung jumlah waktu yang dibutuhkan setiap klasifikasi dan waktu yang dibutuhkan
masing-masing kategori atu klasifikasi
d. Menghitung keseluruhan waktu yang dibutuhkan untuk seluruh pasien,dan dari jumlah
waktu keseluruhan diperbandingkan dengan jumlah waktu yang dibutuhkan setiap jaga
shift, sehingga diperoleh jumlah perawat jaga shift untuk setiap shift
e. Khusus penggunaan teori Douglas, dari jumlah pasien berdasarkan klasifikasi, maka
dengan mudah dapat ditentukan jumlah perawat jaga shift pagi,sore, dan malam.

Contoh: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)


Dari sejumlah 200 pasienrawat inap diperoeh waktu ketergantungan pasien secara keseluruhan
sesuai hasil identifikasi selama 24 jam diperoleh hasil sebagai berikut: Kategori 1 sejumlah 100
pasien dengan waktu ketergantungan 1,5 jam = 150 jam, kategori 2 sejumlah 50 pasien dengan
waktu ketergantungan 2 jam = 100 jam, kategori 3 sejumlah 25 pasien dengan waktu
ketergantungan 3,5 jam = 87,5 jam, kategori 4 sejumlah 15 pasien dengan waktu ketergantungan
6 jam = 90 jam, dan kategori 5 sejumlah 10 pasien dengan waktu ketergantungan 7 jam = 70
jam. Total waktu ketergantungan selama 24 jam = 497,5 jam. Jika shift yang disepakati 7 jam per
shift, maka jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan sebesar = 71,07 atau 72 perawat dalam 24
jam atau 3 shift. Jika dibagi rata-rata per shift juga sama,maka jumlah perawat setiap jaga shift
sebanyak = 24 perawat.

Dengan menggunakan klasifikasi Douglas, maka jaga shift pagi, sore dan malam
sebagaimana tabel di bawah ini: (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)
Klasifikasi Jumlah Pagi Sore Malam Total
1 Minimal care 150 0,17 25,5 0,14 21,0 0,07 10,5 57,0
2 Intermediate 25 0,27 6,75 0,15 3,75 0,10 2,5 13,0
care
3 Maximal care 25 0,36 9,0 0,30 7,5 0,20 5,0 21,5
Jumlah perawat 200 41,25 32,25 18,0 91,5
jaga
Dari hasil Analisis : menunjukkan perawat jaga shift pagi = 41,25 = 42 perawat. Jaga shift sore =
32,25 = 33 perawat dan jaga shift malam = 18 perawat. Jumlah perawat keseluruhan= 91,5= 92
perawat.

Alokasi dan penjadwalan tenaga keperawatan setiap shift (Rumah sakit TNI AU LANUD
Sam Ratulangi,2020)
Berdasakan contoh diatas, dengan menggunakan klasifikasi Douglas, maka jaga shift pagi,sore
dan malam sebagaimana tabel dibawah ini.

Klasifikasi Jumlah Pagi Sore Malam Total


1 Minimal care 150 0,17 25,5 0,14 21,0 0,07 10,5 57,0
2 Intermediate care 25 0,27 6,75 0,15 3,75 0,10 2,5 13,0
3 Maximal care 25 0,36 9,0 0,30 7,5 0,20 5,0 21,5
Jumlah perawat jaga 200 41,25 32,25 18,0 91,5
Dari hasil Analisis : menunjukkan perawat jaga shift pagi = 41,25 = 42 perawat. Jaga shift sore =
32,25 = 33 perawat dan jaga shift malam = 18 perawat. Jumlah perawat keseluruhan= 91,5= 92
perawat.
Cara paling sederhana dalam pengalokasian perawat jaga dengan menggunakan metode
Warstler, yakni: jaga shift pagi 47% dari total perawat yang ada, jaga shift sore 35% dari total
perawat yang ada, dan jaga shift malam sebesar 17% dari tota perawat yang ada . mengacu pada
contoh diatas , maka jaga shift pagi 47% dari 92 perawat = 43,24 = 44 perawat , jaga shift sore
35% dari 92 perawat = 32,2 = 33 perawat, dan jaga shift sore =17% dari 92 perawat= 15,64 = 16
perawat.
Metode lain yang dapat digunakan adalah menghitung kebutuhan tenaga perawat secara
kuantitatif dapat dirumuskan dengan perhitungan (Gillies,1992),sebagai berikut :
Formulasi: (Dr. Laode Kamalia,2020)

Keterangan : (Dr. Laode Kamalia,2020)


A: Jam efektif/ 24 jam
B: BOR x jumlah tempat tidur
C: Jumlah hari libur

Dengan catatan : (Rumah sakit TNI AU LANUD Sam Ratulangi,2020)


 Ada satu jam pengganti
 Jam kerja efektif di ruang penyakit dalam adaah 3,5 jam
 Libur hari minggu : 52 hari
 Cuti tahunan : 12 hari
 Libur nasional : 12 hari
 Cuti hamil rata-rata: 29 hari
 Sehingga keseluruhan hari libur berjumlah 78 hari.

Untuk menghitung jumlah tenaga perawat dalam 1 shift digunakan rumus: (Dr. Laode
Kamalia,2020)

Untuk perhitungan jumah tenaga tersebut perlu ditambah(faktor koreksi) dengan : hari libur/ cuti/
hari besar (loss day). Hitungan loss day ini menggunakan rumus:
Jumah hari minggu dalam 1 tahun + cuti + hari besar: jumlah hari kerja efektif 1 tahun x jumlah
perawat tersedia
Catatan : jam kerja efektif 1 tahun = 286 hari
Jumlah tenaga keperawatan yang mengerjakan tugas-tugas non keperawatan( non nursing jobs)
misanya: perincian pasien pulang, kebersihan ruangan, kebersihan alat-alat makan pasien
diperkirakan 25% dari jam pelayanan keperawatan,sehingga perlu dit]hitung dengan
menggunakan rumus:
(jumlah tenaga keperawatan + loss day) x 25%
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
• Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit berbasis web
yang telah dihasilkan pada perancangan ini dapat digunakan untuk mengelola data pasien
rawat jalan, rawat inap, pelayanan apotik dan pelayanan kasir. Adapun setiap bagian
pelayanan dapat merekap seluruh data pasien maupun data keuangan untuk bagian kasir dan
apotik.
• Untuk menghasilkan sistem informasi manajemen yang sesuai dengan kebutuhan
manajemen rumah sakit, harus dilakukan komunikasi yang baik dengan pihak manajemen
sebelum sistem diterjemahkan kedalam bahasa pemrograman. Komunikasi yang baik akan
menghasilkan informasi-informasi yang diperlukan untuk analisa kebutuhan manajemen
rumah sakit.
• Dalam perancangan suatu sistem informasi manajemen rumah sakit berbasis web , sangat
diperlukan kemampuan bahasa pemrograman web seperti PHP, HTML, CSS dan javascript
agar sistem dapat diselesaikan dengan lebih efisien baik dari segi waktu maupun kode
sumber sistem.

Saran
Untuk pengembangan sistem informasi ini selanjutnya, akan lebih baik apabila ditambahkan
fitur untuk manajemen penunjang rumah sakit seperti bagian bagian laboratorium, radiologi
serta pendataan dokter, perawat dan pegawai rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Laode Kamalia,dkk.2020.managemen keperawatan. Bandung : Penerbit Media Sains


Indonesia.
[1] A.S, Rossa dan M. Shalahuddin. (2013). Rekayasa Perangkat Lunak Terstruktur dan
Berorientasi Objek. Bandung : Penerbit Informatika.

[2] Baskerville, R. L., dan Myers, M. D. 2002. Information Systems as A ReferenceDiscipline.


MIS Quarterly.

[3] Ery Rustiyanto. 2010. Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Yang Terintegrasi,
Yogyakarta Goysen Publhising.

[4] Fathansyah, Ir. 2002. Basis Data, Informatika.

[5] Fowler, Martin. 2005. UML Distilled Edisi 3, ANDI, Yogyakarta.

[6] George R. Terry. 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). PT. Bumi
Aksara: Bandung.

[7] Jogiyanto, H.M. 2005. Analisa dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan Terstruktur Teori
dan Praktik Aplikasi Bisnis, ANDI, Yogyakarta

[8] Pressman, Roger S. 2010. Rekayasa Perangkat Lunak – Buku Dua, Pendekatan Praktisi
(Edisi 7). Mc Graw Hill Higher Education.

Anda mungkin juga menyukai