Anda di halaman 1dari 4

Sumber:

ُ ‫ات َو ْالبَ َر َك‬


ِ ْ‫ َوبِتَو‬،‫ات‬
‫ف‬ ُ ‫ َوبِفَضْ لِ ِه تَتَنَ َّز ُل ْال َخي َْر‬،‫ات‬
ُ ‫ْال َح ْم ُد هلِل ِ الَّ ِذيْ بِنِ ْع َمتِ ِه تَتِ ُّم الصَّالِ َح‬

ُ َ‫اص ُد َو ْالغَاي‬
‫ات‬ ِ َ‫ق ْال َمق‬
ُ َّ‫ ْيقِ ِه تَتَ َحق‬.

‫أَ ْشهَ ُد‬

َّ ِ‫د أَ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ اَل نَب‬:ُ َ‫ك لَهُ َوأَ ْشه‬
ُ‫ي بَ ْع َده‬ َ ‫أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬

. َ‫صحْ بِ ِه ال ُم َجا ِه ِد ْينَ الطَّا ِه ِر ْين‬ ِ َ‫ص ِّل َو َسلِّ ْم َوب‬


َ ‫ار ْك َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬ َ ‫اللهم‬.
َ‫ي بِتَ ْق َوى هللاِ َوطَا َعتِ ِه لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُوْ ن‬ ِ ْ‫اضرُوْ نَ أُو‬
َ ‫م َوإِيَّا‬:ْ ‫ص ْي ُك‬ َ ‫ فَيَا آيُّهَا‬،ُ‫أَ َّما بَ ْعد‬.
ِ ‫الح‬
‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذي‬

َ ‫نَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا‬


َ‫ق تُقَاتِ ِه َواَل تَ ُموتُ َّن إِاَّل َوأَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُمون‬
َّ ‫ح‬،

‫َوتَزَ َّودُوا فَإِ َّن خَ ي َْر ا‬

‫ل َّزا ِد التَّ ْق َوى‬

Tak terasa kita sudah berada di pertengahan bulan Sya’ban, artinya kurang dari sebulan lagi
menuju Ramadhan. Meskipun Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama belum
melakukan Sidang Isbat penentuan awal Ramadhan, tapi sebagian ormas Islam sudah
menetapkan, pun Badan Hisab Rukyat (BHR) Kemenag sendiri memprediksi Ramadhan akan
berlangsung serentak. Dan jika tak ada perbedaan, dinyatakan umat Islam di Indonesia mulai
melaksanakan ibadah puasa 1 Ramadhan 1441 Hijriyah pada hari Jum’at tanggal 24 April
2020.

Bagi umat Islam bulan Ramadhan adalah bulan yang dinanti-nanti, bulan penuh rahmat dan
ampunan. Bulan diturunkannya Al-Qur’an sebagai sumber petunjuk kaum muslimin,
pembeda antara haq dan bathil serta penjelasan mengenai petunjuk itu sendiri. Ramadhan
satu-satunya nama bulan yang diabadikan Allah dalam Al-Qur’an, di dalamnya terdapat
malam yang digambarkan lebih baik dari seribu bulan (lailatul qodar). Syahrul adzim
mubarak, bulan yang agung dan berlimpah keberkahan, itulah Ramadhan.

Maka dengan berbagai keistimewaannya inilah kita dianjurkan bergembira dan bersukacita
dalam menyambutnya. Sebab kegembiraan menyambut Ramadhan itu juga menjadi salah
satu tanda keimanan seorang muslim. Ibarat akan menyambut tamu agung yang dinanti-nanti,
maka kita perlu mempersiapkan segalanya dan tentu dengan senang hati menyambut
datangnya sang tamu.

“Katakanlah (Muhammad), Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu
mereka bergembira. Itu lebih baik daripada apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus 10:
Ayat 58)

Namun, kegembiraan tersebut sepertinya harus dilingkupi juga dengan kesedihan. Ada tamu
tak diundang yang mungkin akan menemani kita selama Ramadhan nanti, bahkan beberapa
bulan kedepannya.

Ya, hampir tiga bulan sudah pandemi Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) melanda dunia.
Virus yang berawal dari Kota Wuhan di Provinsi Hubei Cina ini dalam waktu singkat
menyebar ke lebih dari 200 negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Pada 11 Maret 2020,
WHO (World Health Organization) pun mengumumkannya sebagai pandemi global.
Pemerintah Indonesia meresponnya dengan menyatakan status Bencana Nasional dan
kemudian mengeluarkan aturan sosial distancing (diubah jadi physical distancing) guna
mencegah penularan lebih masif. Kampus dan sekolah-sekolah mengalihkan proses belajar
menjadi sistem daring, sejumlah perusahaan dan instansi menugaskan karyawan atau
pegawainya untuk bekerja dari rumah. Dunia seakan “diistirahatkan” dengan adanya pandemi
Covid-19 ini, manusia tidak dapat beraktivitas seperti biasanya.

Berdasarkan data WHO hingga Selasa, 7 April 2020, ada 1,35 juta orang di dunia terinfeksi,
287.679 sembuh, dan 74.870 orang diantaranya meninggal dunia. Sedangkan di Indonesia
sampai 7 April 2020, tercatat 2.738 kasus dengan 204 sembuh dan 221 orang meninggal
dunia. Data ini menunjukkan kenaikan angka yang begitu drastis, sejak dua pasien pertama
virus Covid-19 di Indonesia diumumkan oleh Presiden Jokowi pada 2 Maret 2020 yang lalu.

Hal ini tentu menjadi kabar kurang baik, terlebih bagi umat Islam di Indonesia maupun di
seluruh dunia yang berharap dapat menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan dengan
ketenangan dan kekhusyuan.

Menyambut Ramadhan

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana


diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,” (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 183)

Walau demikian, di tengah situasi sulit seperti ini kita tetap harus mempersiapkan diri dalam
menyambut datangnya bulan Ramadhan. Menyambut yang dimaksud sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits
yang diriwayatkan Siti Aisyah Radhiallahu ‘Anha: “Aku tidak pernah melihat Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam berpuasa sebulan penuh selain puasa Ramadhan, dan aku juga
tidak pernah melihat beliau begitu banyak berpuasa selain pada bulan Sya’ban.” (HR.
Bukhari dan Muslim).

Artinya, dalam menyambut Ramadhan kita dapat melakukan berbagai persiapan. Sebab
Ramadhan adalah momentum olah jiwa tahunan (riyadhah tsanawiyah), dimana ada dua
dimensi yang dibentuk disini, yaitu ruhiyah dan jasadiyah. Pertama, dimensi ruhiyah yang
mencakup segala hal tentang semangat dan ketaatan dalam beribadah (sholat, tilawah, dzikir,
dll). Kedua, dimensi jasadiyah yang menguji ketahanan fisik, dengan adanya larangan makan
dan minum dari mulai terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari di waktu maghrib.

Persiapan fisik dapat dilakukan diantaranya dengan mengatur pola hidup sehat, rajin
berolahraga, makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, dan memperbanyak puasa sunnah
di bulan Sya’ban ini, agar saat Ramadhan nanti langsung terbiasa. Selain itu mempersiapkan
mental juga penting, dengan memperdalam ilmu agama, terutama berkaitan tentang
Ramadhan, lalu membuat targetan amalan yang akan dikerjakan selama Ramadhan nanti

Karena Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya banyak keutamaan dan melimpah
keberkahan, sayang jika dilalui begitu saja tanpa produktivitas tinggi yang penuh arti.
Membaca buku, menulis, mendengar tausyiah, podcast, mengikuti kajian daring, membuat
kerajinan tangan, dll. bisa menjadi alternatif untuk mengisi waktu selama Ramadhan
#DiRumahAja, tentu yang paling utama memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Dengan
ruang terbatas di tengah pandemi Covid-19 bukan menjadi alasan untuk kita melakukan
banyak kemalasan dan kemubadziran.

Apalagi jika kita berkaca pada sejarah, banyak peristiwa besar dalam peradaban umat Islam
terjadi di bulan Ramadhan. Perang Badar pada tanggal 17 Ramadhan 2 Hijriyah, pertempuran
kaum muslimin dengan kaum kafir Quraisy, yang dimana dengan rasio kekuatan 1/3 dari
musuh, umat Islam mampu memenangi pertempuran tersebut. Kita tidak dapat
membayangkan bagaimana sebuah pasukan yang sedang berpuasa bisa terus berperang
mengangkat pedang. Bahkan memenangkan pertempuran yang sama sekali tidak seimbang.
Namun itulah janji Allah, Tuhan yang tidak pernah ingkar akan janji-Nya.

Lalu peristiwa Fathu Makkah (pembebasan Kota Mekkah) dari kaum kuffar pada tanggal 10
Ramadhan 8 Hijriyah, dan yang tak kalah heroik kemenangan Shalahuddin Al-Ayyubi pada
perang salib “Battle of Hattin” di Palestina yang bertepatan dengan tanggal 26 Ramadhan. Di
Indonesia Ramadhan juga bulan bersejarah karena proklamasi kemerdekaan jatuh pada
tanggal 17 Agustus tahun 1945 yang bertepatan dengan 9 Ramadhan 1364 Hijriyah. Ini
artinya puasa di bulan Ramadhan bukan alasan untuk malas berpikir maupun bertindak.

Dan jika kita merujuk kembali pada ayat di atas, QS. Al-Baqarah : 183. Perintah berpuasa
sesungguhnya bukan titah biasa. Kata amanu di ayat tersebut merupakan panggilan khusus
bagi mereka yang mengaku dirinya beriman. Ini berbeda dengan lafadz lain semisal ayuha
an-naas (wahai manusia), yang merupakan seruan umum kepada semua umat manusia.
Karenanya, dengan berpuasa, kita pun sebenarnya telah mengaku diri sekaligus membuktikan
sebagai orang yang beriman.

Sekali lagi, bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pahala kebaikan, dimana untuk
mendapat pahala tersebut kita harus menguatkan iman kita, agar bisa melakukan banyak
amalan kebaikan. Melakukan ibadah, baik yang wajib maupun sunnah, mulai dari sholat
wajib, tarawih, tilawah, dzikir, sedekah, dan memperluas wawasan keislaman. Dimana tujuan
akhir dari itu semua adalah untuk mencapai derajat takwa (la’allakum tattaquun). Dari Abu
Hurairah Radhiallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa berpuasa Ramadhan atas dasar iman dan mengharap pahala dari Allah,
maka dosanya yang telah lalu akan diampuni” (HR. Bukhari dan Muslim).
Oleh karena itu mari kita selaku kaum muslimin senantiasa membersihkan jiwa maupun raga.
Dengan terus meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu
wata’ala. Jadikan bulan Ramadhan kali ini sebagai momentum refleksi dan muhasabah diri
atas apa yang dilakukan sebelas bulan kebelakang. Dan barangkali dengan adanya wabah ini
Allah mengisyaratkan kaum muslimin untuk lebih banyak waktu dalam mendekatkan diri dan
memperbanyak ibadah kepada-Nya. Mari kita berdo’a semoga pandemi Covid-19 ini segera
berlalu, agar kita bisa menjalani Ramadhan dengan tenang dan khusyu.

‫َج َعلَنا‬
َ‫ فِي ُز ْم َر ِة ِعبَا ِد ِه ال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬:‫ َوأدْخَ لَنَا وإِيَّاكم‬،‫هللاُ َوإيَّاكم ِمنَ الفَائِ ِزين اآل ِمنِين‬
: ‫َّحي ْم‬ ِ ‫مان الر‬ ِ ْ‫ بِس ِْم هللاِ الرَّح‬،‫َّجي ْم‬ ِ ‫ْطان الر‬ِ ‫أعُو ُذ بِاهللِ ِمنَ ال َّشي‬
: ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َوقُولُوا قَوْ اًل‬
‫َس ِديدًا‬

Anda mungkin juga menyukai