DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. TUJUAN UMUM
Setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan mampu menjelaskan dan
melaksanakan praktek diagnose dan perbaikan rem Anti Lock Brake System (ABS)
dan kestabilan kendaraan ringan.
B. TUJUAN KHUSUS
Adapun tujuan mempelajari unit kompetensi melalui buku informasi dasar listrik dan
elektronika alat berat ini guna memfasilitasi peserta sehingga pada akhir diklat
diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:
1. Menjelaskan definisi Slip dan Skid
2. Menjelaskan hubungan antara slip dan koefesien gesek ban jalan
3. Menjelaskan hubungan antara skid dan koefesien gesek ban jalan
4. Menjelaskan dan mempraktekkan software autodata
5. Menjelaskan fungsi dan konstruksi komponen ABS dan Kestabilan
Kendaraan
6. Menjelaskan cara kerja wiring dan kendali ECU ABS dan Kestabilan
Kendaraan
7. Menjelaskan 4 langkah pengendalian (Increas-Dump-Hold-Normal)
terhadap kondisi slip saat proses pengereman.
8. Menjelaskan 4 langkah pengendalian (Increas-Dump-Hold-Normal)
terhadap kondisi skid saat proses percepatan.
9. Menjelaskan pengendalian over dan under steering saat kendaraan belok di
gas maupun direm.
10. Merawat komponen ABS dan Kestabilan kendaraan
11. Mendiagnosa kerusakan sensor-sensor ABS dan Stabilitas Kendaraan
12. Mendiagnosa kerusakan actuator ABS dan Stabilitas Kendaraan
13. Memperbaiki/mengganti sensor-sensor ABS dan Stabilitas Kendaraan
14. Memperbaiki/mengganti actuator – hydraulic unit ABS dan Stabilitas
Kendaraan
BAB II
PEMELIHARAAN/SERVIS DAN PERBAIKAN SISTEM REM (ABS)
1. Latar belakang
Keselamatan penumpang dan kendaraan sangat penting. Perkembangan teknologi
penggerak kendaraan semakin pesat dengan meningkatnya kecepatan maksimum
kendaraan yang tinggi memungkinkan kecelakaan bila tidak didukung oleh system
kestabilan kendaraan yang sesuai , baik saat percepatan, pengereman dan belok/
maneuver pada saat kecepatan tinggi. Pada saat ini telah dipasarkan produk-produk
kestabilan kendaraan meliputi Antilock Brake System (ABS) untuk meperpendek jarak
pengeremen, Traction Control System (TCS) untuk meningkatkan akselerasi, dan
Dynamics Stability Control (DSC) atau Electronics Stability Program (ESP) untuk
menstabilkan kendaraan saat belok/bermanuver pada kecepatan tingggi. Semua
kendali tersebut sangat berarti bila kendaraan melaju di jalan yang tidak baik/licin.
(1)
b. Skid terjadi saat proses percepatan atau di gas. Saat percepatan akan
terjadi suatu kondisi dimana kecepatan keliling roda/ban penggerak lebih
besar dari kecepatan longitudinal dari body kendaraan (titik berat
kendaraan). Pada gbr.2.4 Dapat dilihat visualisasi dan rumusan dari slip
dan skid.
(2)
(3)
Contoh Slip : Saat direm kecepatan body (titik berat) adalah 80 km/jam. Roda
depan kanan (FR) berputar 60 rad/dtk, sedang radius (R) ban 34 cm. Hitunglah slip
roda tersebut.
Jawab :
V=80 km/jam, 𝟂 = 60 rad/(1/3600) jam=216.000 rad/jam , R=0,00034 km
Contoh Skid : Saat digas kecepatan body (titik berat) adalah 30 km/jam. Roda
penggerak belakang kanan (RR) berputar 50 rad/dtk, sedang radius (R) ban 34 cm.
Hitunglah skid roda tersebut.
Jawab:
V=30 km/jam, 𝟂 = 50 rad/(1/3600) jam=180.000 rad/jam, R=0,00034 km
( )
Gambar 2.6: Koefesien gesek longitudinal & leteral terhadap slip - skid
Pada gbr. 2.6 terlihat bahwa koefisien gesek tertinggi selalu pada slip sekitar 15%
s/d 20% dan skid pada 0% mulai menurun setelah naik ke 20%.
3. Teknologi ABS
b. Actuator-actuator berupa :
1. Inlet solenoid valve = 1 buah/roda
2. Outlet solenoid valve = 1 buah/roda
3. Relay motor pompa, = 1buah
4. Relay Solenoid Valve = I buah
5. MIL-ABS = 1 buah
Berfungsi untuk mengukur perlambatan dari body kendaraan saat direm. Hasil
pengukuran perlambatan kemudian masuk di rangkian integrator akan
menghasilkan kecepatan body kendaraan. Semakin besar pecepatan /
d. Tegangan Alternator
Berfungsi untuk memberi signal nilai besar tegangan sumber alternator.
Jika tegangan alternator B+/30 dibawah 13,5 VDC berarti ada gangguan
pada alternator, maka ABS tidak bekerja. Bila tegangannya di atas 13,5
VDC berarti alternator bekerja dan cukup untuk men supply Motor
pompa dan Valve solenoid, dan ABS siap bekerja, bila sedang direm.
h. Motor Pompa
Berfungsi untuk memutar pompa ABS.
i. Pompa ABS
Berfungsi untuk menghisap cairan rem dari silinder roda dan
memompakan ke master rem.
Dibawah 15%
Antara 15% sd 25%
Diatas 25%
b. ECU mengendalikan inlet dan outlet valve dari setiap roda sesuai dengan
tingkat prosentasi slip roda masing-masing sbb:
Untuk roda dengan slip diatas 25%, maka tekanan remnya perlu
dikurangi (Dump Step)
Terlihat pada Gbr.
a) Bila pedal rem baru saja dinjak pertama kali, maka posisi kendali NORMAL
seperti gbr 3.7: Pengertian normal adalah seperti terjadi pada pengereman
tanpa ABS atau disebut lock brake system (LBS). Pada pengereman LBS
dipastikan slip terjadi menuju 100% (full lock), sehengga koefesien gesek
menemui nilai terendahnya, kondisisi jarak pengereman menjadi panjang
b) Bila pedal rem dinjak dan slip dibawah 15%, maka tekanan rem perlu
ditambah, atau posisi kendali INCREASE seperti gbr 3.8:
c) Bila pedal rem terus diinjak dan slip antara 15% - 25%, ini nilai slip yang
terbaik, maka posisi kendali HOLD seperti gbr 3.9:
d) Bila pedal rem terus dan slip diatas 25%, disini mulai terjadi lock, yetanan
minyak rem dikurangi, maka posisi kendali menuju DUMP seperti gbr 3.10:
Cara kerja dari Acceleration sensor adalah sensor tersebut terbuat dari bahan
piezo resistif diberi tegangan + 12 VDC dan Ground dari ECU-ABS, kemudian akan
mengeluarkan tegangan signal antara 0 – 4,5 VDC tergantung besarnya
perlambatan kendaraan. Tegangan referensi 2,5 VDC, artinya bila teganan signal
< 2,5 VDC berarti perlambatan dan > 2,5 VDC berate percepatan. Jelasnya dapat
dilihat pada gbr 3.4
Antara percepatan body kendaraan dengan tegangan yang dikeluarkan sensor ini
proporsional. Pada saat kendaraan kecepatan konstan/cruise maka tegangan signal
menunjuk 2,5 VDC. Saat percepatan signal menunjuk nilai diatas 2,5 VDC dan saat
perlambatan signal menunjuk dibawah 2,5 VDC.
Cara kerja Actuator inlet dan outlet valve solenoid adalah inlet valve adalah
normally open (NO) dan outlet valve adalah normally closed (NC) lihat gbr 3.5 Bila
solenoid tidak diberi arus maka vale membuka dan bila diberi arus maka vale
menutup.
Posisi roda yang direm secara otomatis adalah hanya roda penggerak. Roda
penggerak ada 3 macam yaitu
Dua roda penggerak depan (Front Wheel Drive) atau Dua roda penggerak
belakang (Rear Wheel Drive)
Empat roda penggerak (Four Wheel Drive/4WD)
Pada saat pedal gas tidak diinjak, maka ada kemungkinan untuk melakukan
pengereman secara ABS. Saat pedal rem dinjak, maka master cut valve posisi buka
(Normally Open) dan reservoir cut valve menutup (Normally Closed). Sehingga inlet
dan outlet valve dapat menjalankan fungsi rem ABS baik increase, hold dan dump
sesuai tingkat prosentasi slipnya. Begitu penekanan pedal rem berganti ke pedal gas
maka proses regulasi ABS berakhir.
Pada saat pedal gas diinjak, kendaraan dipercepat maka semua WSS roda penggerak
akan mengirimkan sinyal nilai putarannya ke ECU ABS-TCS, kemudian sensor
percepatan (acceleration sensor) juga mengirimkan sinyal nilai percepatan body ke
ECU ABS-TCS yang nantinya oleh rangkaian integrator ECU akan diubah menjadi
kecepatan. Kemudian ECU ABS-TCS menghitung skid masing-masing roda penggerak.
Bila salah satu roda penggerak mempunyai skid diatas 25% maka roda tersebut akan
di INCREASE gaya rem nya secara otomatis. Pengereman otomatis terjadi saat
master valve menutup (ON) dan recovery cut mumbuka (ON), inlet valve membuka
(OFF), outlet menutup (OFF). Pompa ON dan menyedot minyak rem lewat recovery
cut valve untuk dipompakan ke sinder roda melalui inlet valve.
Pada saat pedal gas diinjak, kendaraan dipercepat maka semua WSS roda penggerak
akan mengirimkan sinyal nilai putarannya ke ECU ABS-TCS, kemudian sensor
percepatan (acceleration sensor) juga mengirimkan sinyal nilai percepatan body ke
ECU ABS-TCS yang nantinya oleh rangkaian integrator ECU akan diubah menjadi
kecepatan. Kemudian ECU ABS-TCS menghitung skid masing-masing roda penggerak.
Bila salah satu roda penggerak mempunyai skid 15%- 25% maka roda tersebut akan
di tahan gaya rem nya secara otomatis (HOLD). Penahanan terjadi saat master valve
menutup (ON) dan recovery cut menutup (OFF), inlet valve menutup (ON), outlet
menutup (OFF). Pompa ON dan menyedot minyak rem dan mengalirkan tetapi tidak
mempengaruhi tekanan silinder roda karena inlet dan outlet valve menutup.
Pada saat pedal gas diinjak, kendaraan dipercepat maka semua WSS roda penggerak
akan mengirimkan sinyal nilai putarannya ke ECU ABS-TCS, kemudian sensor
percepatan (acceleration sensor) juga mengirimkan sinyal nilai percepatan body ke
ECU ABS-TCS yang nantinya oleh rangkaian integrator ECU akan diubah menjadi
kecepatan. Kemudian ECU ABS-TCS menghitung skid masing-masing roda penggerak.
Bila salah satu roda penggerak mempunyai skid dibawah 15% maka roda tersebut
akan di bebaskan (DUMP) dari gaya rem nya secara otomatis. Penahanan otomatis
terjadi saat master valve menutup (ON) dan recovery cut menutup (OFF), inlet valve
menutup (ON), outlet membuka (ON). Pompa ON dan menyedot minyak rem dari
silinder roda.
Bila kendaraan dengan penggerak empat roda maka rangkaian hidroliknya seperti
Gbr. Dimana satu roda penggerak dan satu roda biasa dilayani oleh satu master cut
valve, satu reservoir cut valve, 2 inlet valve dan 2 outlet valve.
Pada saat jalan turun pada transmisi pada posisi gigi rendah (contoh gigi
satu) atau kendaraan melaju dengan kecepatan tinggi tiba-tiba transmisi
masuk gigi rendah maka roda penggerak (driven wheel) akan direm oleh
mesin (ECM-EFI-CR), mengakibatkan arah kendaraan tidak stabil. TCS
berfungsi untuk menambah torsi mesin secara otomatis dengan membuka E-
Gas supaya kecepatan roda penggerak sama dengan roda bukan penggerak.
Sistim ini biasa disebut Engine Drug Torque Encreasing (EDTE)
Saat gas diinjak kedua roda penggerak skid diatas 25% maka, tidak mungkin
mengerem 2 roda penggerak, ECU-ABS melalui CAN bus menginfokan ECU-EFI
mengendalikan E-Gas mengurangi torsi mesin, sehingga skid roda turun ke
nilai 15%-25%. Hal ini menaikan koefisien gesek longitudinal roda penggerak
maksimal. Sistim ini disebut Engine Drug Torque Reduction (EDTR)
Bila ditengah – tengah besi di pasang IC hall, maka tegangan yang dikeluarkan oleh IC
hall akan proporsional dengan kepadatan magnet yang mengalirinya, sehingga linieritas
terlihat pada Gbr. Makin padat garis – garis gaya magnet yang mengenai IC hall makin
besar pula tegangan output IC hall yang ditimbulkan.
Sistem sensor TPS ini sangat handal karena
1) Awet tidak ada keausan karena tidak ada komponen yang bersenggolan
(Contactless)
2) Lebih presisi karena menggunakan IC hall
IC hall biasanya mengeluarkan signal tegangan DC (VTA) mulai dari 0 s/d 5,0 VDC.
Tegangan cat IC hall didapatkan dari ECU (ETA) sebesar + 5 VDC dan Ground (VC)
juga dari ECU. Kenaikan derajat pembukaan throttle sangat proporsional dengan
signal tegangan DV yang dihasilkan oleh IC Hall.
Motor throttle biasanya menggunakan 2 type motor DC yaitu (1) Servo Motor dan
(2) Motor Stepper. Untuk motor servo paling sering digunakan dan dapat
dikendalikan posisinya dengan pulse width modulation (PWM) melalui motor cable
seperti terlihat pada Gbr. Bila satu period 20 ms, untuk memposisikan sudut motor
00 perlu PWM dengan ON=1,0 ms dan OFF=19,0 ms
900 perlu PWM dengan ON=1,5 ms dan OFF= 18,5 ms
1800 perlu PWM dengan ON=2,0 ms dan OFF= 18,0 ms
2700 perlu PWM dengan ON=2,5 ms dan OFF= 17,5 ms
3600 perlu PWM dengan ON=3,0 ms dan OFF= 17,0 ms
Posisi dan kecepatan dapat disensor dengan bagian encoder melalui encoder cable.
Untuk membalik arah putaran cukup dengan membalik polaritas dari dua terminal positif
(+) dan negative (-) dengan sinyal PWM yang tadinya di sumber positif dipindah ke
sumber negative seperti terlihat pada Gbr. . Contoh jika diinginkan motor berputar arah
jarum jam maka PWM dapat di singnalkan di kabel polaritas positif, sedang kabel
polaritas negatifnya tetap ( 0 VDC). Jika diinginkan motor berputar arah berlawanan
jarum jam maka PWM dapat di signalkan di kabel polaritas negatif, sedang kabel
polaritas positifnya tetap ( 14 VDC)
Gambar 2.40: Blok diagram kendali TCS brake & Engine torque
1) Apakah pedal gas diinjak, tegangan alternator diatas 14 VCD? bila ya terus
2) WSS mengukur kecepatan semua roda penggerak
3) Acceleration sensor mengukur percepatan ke kecepatan body kendaraan
4) ECU-TCS menghitung Skid setiap roda penggerak ( < 15% , 15%-25%, >25%)
5) ECU-TCS mengerem roda yang skid secara otomatis sesuai skidnya (Skid <15%
maka Dump, Skid 15%-25% maka Hold, >25% maka Increase)
b. Algoritma pengendalian Torsi mesin saat turun pada gigi rendah oleh ECU-TCS
3) Apakah semua roda penggerak lebih dari 25% ? klo ya maka lanjutkan
4) ECU-TCS melalui CAN BUS mengomunikasikan ke ECU-EFI untuk menambah
torsi mesin secara otomatis dengan E-Gas
Bila titik berat dari kendaraan lebih cenderung kedepan. Titik berat terletak
berjarak lebih dekat dengan poros roda depan daripada poros belakang (a < b)
maka bila kendaraan sedang berbelok dengan kecepatan tinggi akan timbul gaya
centrifugal yang bertumpu pada titik berat kendaraan tersebut dengan arah tegak
lurus arah longitudinal kendaraan. Respon untuk menahan gaya centrifugal
tersebut ditahan oleh roda depan dan roda belakang. Berdasarkan kesetimbangan
gaya maka gaya respon ban depan pasti lebih besar dari pada respon ban
belakang. Gaya respon depan yang besar inilah yang mengakibatkan arah belok
under steer bila cengkeraman ban-jalan (istilahnya Koefesian gesek lateral ban-
jalan) lebih kecil dari gaya respon depan tadi.
Apa yang terjadi bila letak titik berat kendaraan lebih kebelakang (a>b) ? tentu
akan berdampak sebaliknya yaitu respon gaya ban belakang lebih besar
daripada dai gaya ban depan. Akibatnya adalah arah belok menjadi over steer.
Perbandingan nilai a dan b inilah yang mengakibatkan under dan over steer
Slip roda left rear dibawah 15% maka silinder roda Increase, pompa ON
Slip roda right front dibawah 15% maka silinder roda Increase, pompa ON
Slip roda right rear 15% - 25% maka silinder roda Hold, pompa ON
Slip roda left front di atas 25% maka silinder roda Dump, pompa ON
Skid roda right front diatas 25% maka silinder roda increase, pompa ON otomatis
rate dan sensor lateral acceleration sebagai tracking aktual. Hasil antara ideal dan
actual ini dibandingkan oleh ECU-ESP akan menghasilkan kondisi dan tindakan sbb:
Under steer (ideal > actual) maka roda left rear direm increase otomatis oleh
pompa, roda lainnya dump otomatis
Over steer (ideal < actual) maka right front direm increase otomatis oleh pompa ,
roda lainnya dump otomatis
Gbr. Di bawah ini menunjukkan contoh pengendalian under steer saat belok kiri ,
pedal gas posisi di injak pengemudi
Gambar 2.50: Kendali ESP saat di gas jalan belok kiri under steer
Gbr. Di bawah ini menunjukkan contoh pengendalian over steer saat belok kiri ,
pedal gas posisi di injak pengemudi
Gambar 2.51: Kendali ESP saat di gas jalan belok kiri over steer
Saat pedal rem diinjak dan steer belok kiri, maka kondisi master cut/changeover
valve membuka (OFF) dan reservoir cut/preload valve menutup (OFF). Kondisi ini
memungkinkan langkah pengereman ABS. Pada pase ini ECU-ABS akan mengukur
signal sensor WSS dan sensor sudut steer sebagai tracking belok ideal (Netral) dan
dari sisi lain mengukur signal sensor yaw rate dan sensor lateral acceleration sebagai
tracking aktual. Hasil antara ideal dan actual ini dibandingkan oleh ECU-ESP akan
menghasilkan kondisi dan tindakan sbb:
Slip pada setiap roda pada tiga tingkatan (<15%, 15%-25% dan >25%), dengan
tindakan pada masing-masing silinder roda sbb
Slip < 15% di tambah tekanan minyak remnya (Increase)
Slip =15% - 25% di tahan tekanan minyak remnya (Hold)
Slip > 25% dikurangi tekanan minyak remnya (Dump)
Under steer (Ideal tracking > actual tracking), maka semua silinder roda kiri di
kurangi tekanan minyak remnya (Dump)
Over steer (Ideal tracking > actual tracking), maka semua silinder roda kanan di
kurangi tekanan minyak remnya (Dump)
Gambar 2.52 Kendali ESP saat di rem jalan belok kiri under steer
Gambar 2.53 Kendali ESP saat di rem jalan belok kiri over steer
b. Posisi Normal :
Air modulator saat Normal artinya sudah direm tetapi ABS-TCS-ESP belum bekerja
Solenoid C “OFF”, solenoid D “OFF”, akibatnya Valve A terbuka dan B tertutup
karena terkena tekanan. Lubang input 1 menghubung lubang output 2
c. Posisi Dump :
Air modulator saat Dump artinya sudah direm tetapi ABS-TCS-ESP sudah bekerja
Solenoid C “ON”, solenoid D “ON”, akibatnya Valve A tertutup terkena tekanan dan
Valve B terbuka. Lubang output 2 menghubung lubang pembuangan udara.
d. Posisi Hold :
Air modulator saat Hold artinya sudah direm tetapi ABS-TCS-ESP sudah bekerja
Solenoid C “ON”, solenoid D “OFF”, akibatnya Valve A tertutup dan Valve B tertutup
terkena tekanan. Lubang output 2 tidak terhubung ke lubang input 1 maupun
pembuangan udara.
e. Posisi Increase :
Air modulator saat Increase artinya sudah direm tetapi ABS-TCS-ESP sudah bekerja
Solenoid C “OFF”, solenoid D “OFF”, akibatnya Valve A terbuka dan Valve B tertutup
terkena tekanan. Lubang input 1 terhubung ke lubang output 2.
a) Double click icon Auto Data 3.45 maka akan tampil layar seperti gbr 2.4
d) Pilih Anti Lock Brake System dengan double Click akan tampak paada gbr 2.7:
Wiring Diagram = Untuk melihat wiring diagram pengabelan ABS seperti gbr 2.10
e) Pilih Spesifikasi secara umum dengan double Click technical data akan tampak
seperti layar LCD gbr 2.12
komponen mana yang rusak dengan menu DTC, pengukuran komponen dengan menu
PID/Current Data dan menguji kerja komponen dendan menu Actuated.
a. Menu DTC
Adalah kode kerusakan yang diawali dengan huruf P , C , B dan U dan disusul dengan
4 digit angka decimal yang merupakan kesepakatan OBD-II. Untuk pengartian symbol
kerusakan dapat dilihat seperti gbr 4.1 di bawah dan beberapa contoh
c. Aktuasi actuator
Adalah menghidupkan actuator (Valve solenoid, Pump, MIL dan Brake lamp dengan
menggunakan scanntool , dengan posisi kunci kontak ON, mesin mati/ kenadaran
berhenti.
Baru bisa dipilih (1) DTC /Trouble code, (2) Current Data/Data list atau (3)
Activation Test seperti seperti gbr 4.7
b. Solenoid Valve terbakar/putus atau plunger valve karatan seperti gbr 5.3 – 5.4 –
5.5
c. Relay atau sekering pompa dan Valve ABS rusak seperti gbr 5.6
d. Pompa rusak
Kemungkinan rusak dari motor listrik penggerak atau pompa minyak rem nya
seperti gbr 5.7
Lepas rumah WSS dengan kunci racket dan lepas sensor WSS seperti gbr 3.14
Bila ada solenoid yang rusak/terbakar lepas dengan tang dan diganti seperti
gbr 3.19
Pasangkan kembali solenoid ke valve nya dan kencangkan bautnya seperti gbr
3.20
Bila motor listrik pompa rusak/terbakar lepas dengan kunci dan diganti seperti
gbr 3.21
5) Mengganti ECU-ABS
Lepas konektor ECU-ABS seperti gbr 3.22
Saat langkah overhaul Hydraulic Unit , bila ECU – ABS rusak maka pisahkan
PCB ECU dari kumparan solenoid unit seperti gbr 3.23
Saat langkah overhaul Hydraulic Unit , bila ECU – ABS rusak maka pisahkan
PCB ECU dari kumparan solenoid unit seperti gbr 3.24
Lepas dan ganti ECU-Baru yang baru ke solenoid dengan cara disolder kembali
seperti gbr 3.25
a. Siapkan jalan lurus beraspal sepanjang 400 meter seperti gbr 6.1
b. Memberi tanda saat kendaraan berangkat dan saat mulai direm sejarak 350 m.
c. Memberi pelican jalan pada satu sisi dengan tepung basah atau pasir.
d. Memasang Scann tool dan posisikan scan tool kerja pada kendaraan yang akan
dites.
e. Melaksanakan pengetesan dengan kecepatan saat direm 80 km/jam, dengan
mengoperasikan scan tool pada recording, mulai awal berangkat sampai
kendaraan berhenti.
f. Mengukur jarak pengereman dan juga tapak ban yang dipasir/tepung (ABS
bekerja baik bila tapak putus putus (dan pedal rem terasa berdenyut) dan
dicatat dilembar performance ABS
g. Hasil dari recording scan tool di catat di lembar matrik kendali ECU –ABS.
DAFTAR PUSTAKA
A. BukuReferensi
a. Vehicle Stability , AVEC, Hirishima Japan
b. Prof DR.Eng Ir IN Sutantra, M.Sc, Teknologi Otomotif dan Aplikasinya
c. Bloom, Tachonomi in learning
d. Software Auto Data 3.45
e. Anti Lock Brake System, Glen H, Mic Graw
f. Vehicle Stability , Taborek, Mic Graw
g. Waco, 2016, ABS for Air Brake
h. ABS , Toyota , Electrical of Heavy Duty
i. Kraftfarzeuge Taschen Buch, Robert Bosch Schulungzentrum Wernau Stuttgart
j. Harly, Elektronik otomotif analog
k. Harly, Dasar ABS, Departemen Otomotif PPPPTK-BOE
B. Referensi Lainnya
a. AVEC,
b. FISITA
c. SAE
d. ITO
A. Daftar Peralatan/Mesin
B. Daftar Bahan
DAFTAR PENYUSUN
1. Instruktur …
1. DR Ir M. Harly , MT 2. Asesor …
3. Anggota …