Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh ROM (Range Of Motion) Terhadap Fleksibilitas Gerak Sendi Pada

Pasien Post Operasi Fraktur Ekstremitas Atas

Widia Setyorini1, Nabhani2, Sulastri²


1,2,3
Prodi DIII Keperawatan Institut Teknologi Sains dan Kesehatan PKU
Muhammadiyah Surakarta

Kata kunci : Abstrak


Latar belakang : fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang
Fraktur; yang terjadi ketika tulang tidak mampu menahan tekanan berlebih. Salah
ROM; satu masalah yang muncul pada pasien post operasi fraktur yaitu
fleksibilitas keterbatasan lingkup gerak sendi. Tujuan : mengetahui pengaruh ROM
sendi; (Range Of Motion) terhadap fleksibilitas gerak sendi pada pasien post
operasi fraktur ekstremitas atas. Metode penelitian : metode penelitian ini
mengunakan quasy eksperimen yang bersifat one group pretest and
posttest, menggunakan teknik purposive sampling. Hasil uji prasyarat
berdistribusi tidak normal sehinga menggunakan uji Wilcoxon Signed.
Hasil : rata-rata rentang gerak sendi sebelum dilakukan ROM yaitu 120°
dan setelah dilakukan ROM yaitu 65°. Perhitungan uji Wilcoxon Signed
menunjukkan hasil z hitung > z tabel 2,690, maka dinyatakan Ha diterima
sedangkan Ho ditolak dan diperkuat dengan p 0,007 > 0,005. Kesimpulan
: Ada perbedaan yang signifikan antara rentang gerak sendi sebelum dan
setelah dilakukan ROM.

Effectiveness Of ROM (Range Of Motion) On Motion Flexibility On Patient


With Post Operative Top Extremity Fracture

Key Words : Abstract


Background : fracture is breakdown of continuity of bone tissue that
Fracture; occurs when the bone is unable to withstand excessive pressure. One
ROM; problem that arises in patients with post fracture surgery is the limited
flexibility scope of motion of the joint. Objective : to determine the effect of ROM
(Range Of Motion) on joint flexibility in patients with post operative
fracturesof the upper limb.Research method : this research method uses
quasy experiments that are one group pretest aaaand posttest, using
purposive sampling technique. The prerequiaite test results are
abnormally distributed so that the Wilcoxon Signed test is used. Result :
the average range of motion of the joint before ROM is 120° and after
ROM is 65°. The Wilcoxon Signed test calculation shows the result of z
count > z table 2,690, then Ha is accepted while Ho is rejected and
strengthened by p 0,007 > 0,005. Conclusion : there is a significant
difference between the range of the joint before and after ROM.
1. PENDAHULUAN
World Health Organisation (WHO) (ORIF) sebagai alat fiksasi atau
mecatat pada tahun 2011-2012 terdapat penyambung tulang yang patah. Dengan
5,6 juta orang meninggal dan 1,3 juta tujuan agar fragment dari tulang yang
orang menderita fraktur akibat patah tidak terjadi pergeseran dan dapat
kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). menyambung lagi dengan baik, setelah
Menurut Departemen Kesehatan dilakukan tindakan operasi ORIF salah
Rapublik Indonesia (Depkes RI) tahun satu masalah keperawatan yang muncul
2013 menyebutkan bahwa kejadian adalah keterbatasan lingkup gerak sendi
kecelakaan lalu lintas di Indonesia (LGS) (Davis & Kneale, 2011). Karena
meningkat setiap tahunnya yaitu 21,8% keterbatasan gerak tersebut
dalam jangka waktu 5 tahun. Kecelakaan mengakibatkan terjadinya gangguan pada
lalu lintas dapat mengakibatkan fleksibelitas gerak sendi. Menurut
kerusakan fisik hingga kematian. Fatimah (2010) fleksibelitas sendi adalah
Menurut Depkes RI (2013) menyebutkan luas bidang gerak yang maksimal pada
bahwa dari jumlah kecelakaan yang persendian tanpa dipengaruhi oleh suatu
terjadi, terdapat 5,8% korban cidera atau paksaan atau tekanan. Prinsip
sekitar 8 juta orang mengalami fraktur penanggulangan fraktur atau cidera
dengan jenis fraktur yang paling banyak musculoskeletal adalah recognition
terjadi adalah fraktur ekstremitas bawah (mengenali), reduction (mengembalikan),
sebesar 65,2% dan ekstremitas atas dan rehabilitation (rehabilitasi). Salah
36,9%. Hasil riset Kesehatan Dasar tahun satu tindakan rehabilitasi yang dapat
2013 juga menyebutkan bahwa dilakukan adalah ROM (range of motion)
kecelakaan lalu lintas di daerah Jawa (Suratun, dkk, 2008). Range of motion (
Tengah sebanyak 6,2% mengalami ROM ) adalah gerakan dalam keadaan
fraktur. Fraktur adalah terputusnya normal dapat dilakukan oleh sendi yang
kontinuitas jaringan tulang, yang bersangkutan (Suratun, dkk, 2008).
biasanya disertai dengan luka sekitar Berdasarkan penelitian yang dilakukan
jaringan lunak, kerusakan otot, rupture Anggita (2015) didapatkan bahwa pasien
tendon, kerusakan pembuluh darah, dan fraktur sebagian besar responden
luka organ-organ tubuh dan ditentukan mengalami penurunan gerak sendi
sesuai jenis dan luasnya, terjadinya dangan derajat gerak sendi terbesar yaitu
fraktur jika tulang dikenai stress yang 125° dengan prosentase 50%, setelah
lebih besar dari yang besar dari yang dilakukan ROM gerak sendi pasien
dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2014). fraktur meningkat 10°- 25°. Berdasarkan
latar belakang tersebut diatas penulis
Penatalaksanaan fraktur terbagi
tertarik untuk menyusun karya tulis
menjadi 2 jenis yaitu secara konservatif
ilmiah “Pengaruh ROM Terhadap
dan pembedahan. Tindakan konservatif
Fleksibelitas Gerak Sendi Pada Pasien
di antaranya adalah pemasangan gips,
Post Operasi Fraktur Ekstermitas Atas”.
bidai, traksi kulit, traksi tulang, juga
Untuk mengetahui manfaat ROM
perbaikan dengan melakukan reposisi ke
terhadap fleksibelitas gerak sendi pada
posisi awal. Sedangkan tindakan
pasien post operasi fraktur ekstremitas
pembedahan salah satunya pemasangan
atas.
Open Reduction Internal Fixation
2. METODE PENELITIAN kelamin perempuan dengan
Metode penelitian ini mengunakan prosentase 50,0%.
quasy eksperimen yang bersifat one group c) Rentang gerak sendi sebelum
pretest and posttest, menggunakan teknik dilakukan ROM
purposive sampling. Populasi dalam
penelitian ini adalah pasien post operasi Tabel 3.3 Karakteristik Rentang Gerak
fraktur ekstremitas atas yang dilakukan Sendi Sebelum dilakukan ROM
tindakan ORIF di RS PKU Muhammadiyah Rentang gerak
Delanggu sebanyak 15 orang dengan teknik Frekuensi Prosentase
sendi (fleksi)
purposive sampling. Instrumen yang 120° 4 40,0%
digunakan yaitu goniometer dan lembar 125° 4 40,0%
observasi. Data diambil pada 20 April- 3
130° 2 20,0%
Mei 2019. Analisa data menggunakan uji
Wilcoxon pada signifikan 0,05. Total 10 100,0
Berdasarkan tabel 3.3 diatas, rentang
3. HASIL DAN PEMBAHASAN gerak sendi paling besar sebelum
a. Hasil dilakukan ROM yaitu 130° dengan
Peneilitian ini dilakukan pada 15 frekuensi sebanyak 2 responden
responden dengan post operasi fraktur dengan prosentase 20,0%. Sedangkan
ekstremitas atas dan didapatkan hasil rentang gerak sendi paling kecil
sebagai berikut : sebelum dilakukan ROM yaitu 120°
1) Analisa univariat dengan frekuensi sebanyak 4
a) Umur responden dengan prosentase 40,0%.

Tabel 3.1 Karakteristik Responden d) Rentang gerak sendi setelah dilakukan


Berdasarkan Umur ROM
Umur Frekuensi Prosentase Tabel 3.4 Karakteristik Rentang Gerak
36-40 7 70,0 % Sendi Setelah Dilakukan ROM
41-45 1 10,0% Rentang gerak Frekuensi Prosentase
46-50 2 20,0% sendi (fleksi)
Total 10 100,0% 40° 4 40,0%
45° 4 40,0%
Berdasarkan tabel 3.1 diatas 50° 2 20,0%
didapatkan rata-rata responden Total 10 100,0%
terbanyak berumur 36-40 tahun
dengan prosentase 70% sebanyak 7 Berdasarkan tabel 3.4 diatas rentang
responden. gerak sendi paling besar setelah
dilakukakn ROM yaitu 50° dengan
b) Jenis Kelamin frekuensi sebanyak 2 responden
Tabel 3.2 Karakteristik Responden dengan prosentase 20,0%, sedangkan
Berdasarkan Jenis Kelamin rentang gerak sendi paling kecil
Jenis Frekuensi Prosentase setelah dilakukan ROM yaitu 40°
kelamin dengan frekuensi sebanyak 4
responden dengan prosentase 40,0%.
Laki-laki 5 50,0 % 2) Analisa Bivariat
Perempuan 5 50,0%
Tabel 3.5 Uji Statistik Rentang Gerak
Total 10 100,0%
Sendi Pretest dan Posttest
Berdasarkan tabel 3.2 diatas diketahui
bahwa terdapat 5 responden berjenis Pre-Post
kelamin laki-laki dengan prosentase Z -2.699a
50,0% dan 5 responden berjenis
Asymp. Sig. (2-tailed) .007
Berdasarkan tabel 3.5 diatas, diketahui osteoporosis yang berhubungan dengan
bahwa rentang gerak sendi sebelum dan perubahan hormone pada fase
setelah dilakukan ROM didapatkan hasil z menopause (Lukman & Ningsih, 2009).
hitung= 2,699 > z tabel 2,690 maka
dinyatakan hipotesis yang berbunyi “Ada 3) Karakteristik gerak sendi responden
pengaruh antara latihan ROM terhadap a) Sebelum dilakukan ROM
fleksibelitas gerak sendi ekstremitas atas Hasil penelitian sebelum
post operasi fraktur” diterima sedangkan dilakukan ROM pada pasien post
hipotesis yang berbunyi “tidak ada operasi fraktur ekstremitas atas
pengaruh antara latihan ROM terhadap terdapat 10 responden yang sebagian
fleksibelitas gerak sendi ekstremitas atas besar mengalami keterbatasan
post operasi fraktur” ditolak dan diperkuat rentang gerak sendi dengan rentang
dengan p 0,007 < 0,05. gerak 1200 sebanyak 4 responden,
dan sebgaian kecil dengan rentang
b. Pembahasan gerak 1300 sebanyak 2 responden.
1) Karakteristik umur responden b) Setelah dilakukan ROM
Hasil penelitian menunjukkan Responden yang menjadi sampel
pembagian responden berdasarkan dalam penelitian ini adalah pasien
umur. Terdapat 7 responden (70,0%) post operasi fraktur ekstremitas atas.
yang berumur 36-40 tahun, 1 responden Pemeriksaan fisik yang dialakukan
(10,0%) berumur 41-45 tahun dan 2 pada pasien fraktur terdapat
responden (20,0%) berumur 46-50 deformitas, nyeri tekakn daerah
tahun. Fraktur merupakan cidera berat sendi, kadang-kadang disertai
yang biasanya beresiko pada usia 22-55 gangguan neurovaskuler. Sistem
tahun. Waktu penyembuhan tulang pada persendian dievaluasi dengan
anak-anak jauh lebih cepat daripada memeriksa luas gerakan dan adanya
orang dewasa, hal ini disebabkan oleh benjolan. Luas gerakan dievaluasi
aktivitas proses osteogenesis pada baik secara aktif (sendi digerakkan
periosteum dan endosteum serta proses oleh otot sekitar sendi) maupun pasif
pembentukan tulang pada bayi sangat (sendi digerakkan oleh pemeriksa).
aktif. Apabila usia bertambah, maka Berdasarkan penelitian yang
proses tersebut semakin berkurang dan dilakukan rata-rata rentang gerak
masa tulang yang rendah pada orang fleksi sebelum dilakukan ROM pada
yang sudah tua cenderung mengalami 10 responden yaitu 125°, sedangkan
fraktur daripada tulang yang padat, pasa rata-rata rentang gerak fleksi setelah
masa dewasa kemampuan dilakukan ROM yaitu 65°. Uji
mempertahankan masa tulang menjadi Wilcoxon menunjukkan Z hitung
berkurang seiring menurunnya fungsi 2.699 > Z tabel 2.690 maka
organ tubuh (Potter, 2009). dinyatakan hipotesis yang berbunyi
“Ada pengaruh antara latihan ROM
2) Karakteristik jenis kelamin responden terhadap fleksibilitas gerak sendi
Hasil penelitian menunjukkan ekstremitas atas post operasi fraktur”
pembagian responden berdasarkan jenis diterima, sedangkan hipotesis yang
kelamin yaitu laki-laki sebanyak 5 berbunyi “Tidak ada pengaruh antara
responden (50,0%) dan perempuan latihan ROM terhadap fleksibilitas
sebanyak 5 responden (50,0%). gerak sendi ekstremitas atas pasien
Kejadian fraktur lebih sering terjadi post operasi fraktur” ditolak dan
pada laki-laki berusia dibawah 45 tahun diperkuat dengan p 0,007 < 0,05.
karena berhubungan dengan olahraga, Jadi, dapat disimpulkan terdapat
pekerjaan atau kecelakaan, sedangkan pengaruh latihan ROM terhadap
pada usia lanjut cenderung lebih banyak fleksibilitas gerak sendi pasien post
terjadi pada perempuan karena operasi fraktur ekstremitas atas.
berhubungan dengan adanya kejadian
4. SIMPULAN Hasan,, Iqbal. 2006. Analisa Duta Penelitian
Berdasarkan penelitian dan analisis dengan Statistik. Jakarta: Bumi
data, maka dapat ditarik kesimpulan Aksara.
terdapat perbedaan rentang gerak sendi
sebelum dan setelah dilakukan latihan Helmi, Z. 2011. Buku Ajar Gangguan
ROM. Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba
Penelitian ini diharapkan dapat Medika.
menambah pengetahuan dan dijadikan
sebagai pertimbangan referensi dalam Hurst, Marlene. 2016. Belajar Mudah
penelitian masa depan dan diharapkan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
masyarakat dapat ikut serta dalam melatih EGC.
ROM pada pasien post operasi fraktur.
Lukman, Ningsih N. 2009. Pengaruh Latihan
5. REFERENSI Range Of Motion (ROM) Aktif
Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien
Ananda, Irma P. 2016. Pengaruh Range Of Post Operasi Fraktur Humerus. Jurnal
Motion (ROM) Terhadap Kekuatan GASTER Vol.10 No. 2 Agustus 2009.
Otot Pada Lansia Bedrest Di PSTW
Budhi Mulia 3Margaguna Jakarta Mansjoer, A. 2010. Kapita Selekta
Selatan. Kedokteran. Edisi 4. Jakarta: Media
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/ha Aesculapius.
ndle/123456789/34313 diakses pada Martono. 2017. Asuhan Keperawatan Pada
bulan November 2018. Tn. M Dengan Post OREF Fraktur
Anggita dan Sarifah. 2015. Pengaruh Cruris Sinistra Hari ke 2 di Ruang
Latihan ROM Terhadap Gerak Sendi Dahlia RSUD dr. R. Goeteng
Ekstremitas Atas pada Pasien Post Taroenadibrata Purbalingga.
Operasi Fraktur Humerus. Jurnal http://repository.ump.ac.id/3927/
Kebidanan Vol.10 No. 2 Oktober diakses pada bulan November 2018.
2015. Muttaqin, Arif. 2008. Buka Ajar Asuhan
Arif, M. 2008. Asuhan keperawatan Klien Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
EGC. Notoadmodjo, S. 2010. Metodologi
Doenges et al. 2013. Rencana Asuhan Penelitian Kesehatan.. Jakarta: Renika
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: EGC. Cipta.

Gusty, Reni P & Armayati. 2014. Pemberian Nurhidayah, R.E. Tarigan, R & Nurbaiti.
Latihan Rentang Gerak Terhadap 2014. Latihan Range Of Motion
Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak (ROM). Medan: Fakultas Keperawatan
Bawah Pasien Fraktur Femur USU.
Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Pristianto el al. 2018. Terapi Latihan Dasar.
Dr. M. Djamil Padang. Surakarta: Muhammadiyah Univercity
https://www.researchgate.net/publicati Press.
on/327314332_Pemberian_Latihan_R
entang_Gerak_Terhadap_Fleksibilitas Reni dan Armayanti. 2014. Pemberian
_Sendi_Anggota_Gerak_Bawah_Pasie Latihan Rentang Gerak Terhadap
n_Fraktur_Femur_Terpasang_Fiksasi_ Fleksibilitas Sendi Anggota Gerak
Interna_Di_RSUP_Dr_M_Djamil_Pad Bawah Pada Pasien Fraktur Femur.
ang diakses pada bulan November Jurnal GASTER Vol.10 No.2 Okterber
2018. 2014.
Saryono. 2008. Metodologi Penelitiaan
Kesehatan. Jogjakarta : Mitra
Cendekia Press.
Siswoyowati, I. 2014. Pengaruh Latihan
Range Of Motion (ROM) Aktif
terhadap Fleksibilitas Sendi Lutut
pada Lansia di Dusun Leyangan
Kecamatan Ungaran Timur
Kabupaten Semarang.
https://adoc.tips/indhah-siswoyowati-
program-studi-ilmu-keperawatan-
stikes-ngu.html diakses pada bulan
Desember 2018.
Sjamsuhidayat, de Jong. 2011. Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Smeltzer dan Barre. 2008. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC.
Smeltzer, S.C. 2013. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Solomon L. Warwick D, Nagayan S. 2010.
Apley’s System of Orthopaedics and
Fractures. Edisi 9. London: Hodder
Education.
Sudarsini. 2017. Bina Diri Bina Gerak.
Malang: Gunung Samudera.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian
Kuantitatif, dan Kombinasi. Bandung:
Alfabeta.
Suharti. 2016. Jurnal Pendidikan Olahraga
dan Kesehatan. Vol.3. IKIP Mataram.
Suratun, dkk. 2008. Seri Asuhan
Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai