Anda di halaman 1dari 28

Halaman 1

p-ISSN: 1693-1246
e-ISSN: 2355-3812
juli 2015
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (2) (2015) 134-141
DOI: 10,15294 / jpfi.v11i2.4241
Keterampilan berpikir kritis dalam ILMU TERPADU
BELAJAR DITINJAU DARI BELAJAR MOTIVASI
KEMAMPUAN Berpikir KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPA
TERPADU DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR
L. Cholisoh *, S. Fatimah, F. Yuniasih
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
Diterima: 12 Januari 2015. Disetujui: 28 Maret 2015. Dipublikasikan: Juli 2015
ABSTRAK
Penelitian Penyanyi bertujuan untuk review mengetahui pengaruh Pengembangan strategi
Memprediksi Diskusikan Jelaskan Amati Diskusikan
Jelaskan Dan Diskusi Kelompok Kecil Terhadap kemampuan Berpikir Kritis, Dan pengaruh
Motivasi belajar
Terhadap kemampuan Berpikir Kritis. Penelitian Penyanyi merupakan titik pemberangkatan
using eksperimen semu
desain non-setara pretest-posttest. Data dianalisis using statistik inferensial Analisis Varian
doa Jalur Dan analisis regresi. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Pengembangan strategi
Memprediksi Diskusikan Jelaskan Amati
Diskusikan Jelaskan Dan Diskusi Kelompok Kecil berpengaruh Terhadap kemampuan Berpikir
Kritis, rata-rata
kemampuan Berpikir Krtis Siswa Yang using Strategi Diskusi Kelompok Kecil Lebih Baik
daripada
Pengembangan strategi Siswa Yang using Memprediksi Diskusikan Jelaskan Amati Diskusikan
Jelaskan. Selain ITU, Motivasi
belajar berpengaruh Terhadap kemampuan Berpikir Kritis. Rata-rata kemampuan Berpikir Kritis
Siswa Yang
mempunyai Motivasi belajar Tinggi Lebih Baik daripada Siswa Yang mempunyai Motivasi
belajar randah.
Berdasarkan analisis regresi, Motivasi belajar Dan kemampuan Berpikir Kritis memiliki
Hubungan Yang positif.
Motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 6,4% Terhadap kemampuan Berpikir Kritis.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Memprediksi Discuss Jelaskan Amati
Diskusikan Jelaskan dan Kelompok Kecil
Strategi diskusi ke arah keterampilan berpikir kritis dan pengaruh motivasi belajar terhadap kritis
kemampuan berpikir. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan non-setara desain pretest-
posttest. Data
dianalisis dengan statistik inferensial dari dua analisis arah varians dan analisis regresi. Hasil
menunjukkan bahwa Memprediksi Diskusikan Jelaskan Amati Diskusikan Jelaskan dan strategi
Diskusi Kelompok Kecil yang
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan rata-rata siswa keterampilan berpikir kritis
menggunakan Kelompok Kecil
Strategi diskusi adalah lebih baik daripada mereka yang mengalami Memprediksi Diskusikan
Jelaskan Amati Diskusikan Jelaskan
strategi. Selanjutnya, motivasi belajar juga berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis.
siswa memiliki
motivasi belajar yang tinggi lebih baik dari siswa yang memiliki motivasi belajar rendah.
Analisis regresi
menunjukkan motivasi belajar dan berpikir kritis keterampilan memiliki korelasi positif.
Pengaruh pembelajaran
motivasi terhadap keterampilan berpikir kritis adalah sekitar 6,4% x
© 2015 Jurusan Fisika FMIPA UNNES Semarang
Kata kunci: keterampilan berpikir kritis, motivasi belajar, memprediksi membahas
menjelaskan amati mendiskusikan
menjelaskan, diskusi kelompok kecil.
* Alamat Korespondensi:
Jalan Marsda Adisucipto Yogyakarta 55281
E-mail: lilischolisoh91@gmail.com
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/jpfi
sikap ilmiah dan hasilnya pasangan-
rialized sebagai produk ilmiah terdiri dari tiga
komponen penting: konsep, prinsip,
dan teori yang diakui secara universal (Trianto,
2011).
Menurut Lampiran Peraturan
Menteri Kabinet Nasional Pendidikan Nomor 22
2006 tentang Standar Isi disebut sub bahwa
PENGANTAR
Inti dari ilmu tentang alam
Peristiwa dipelajari oleh kombinasi proses perhitungannya
memimpin proses ilmiah. Ilmu dibangun Berbasis

Halaman 2
L. Cholisoh, S. Fatimah, F. Yuniasih - Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Terpadu Ilmu
pembelajaran
135
sikap pelajaran sains di SMP
Kurikulum adalah "Ilmu Terpadu" (Permendik-
nas, 2006). Terpadu adalah kombinasi atau com-
posite dari dua atau lebih objek (Trianto, 2011).
Dengan demikian, Integrated belajar ilmu adalah ilmu
belajar menggabungkan beberapa konsep dan atau
disiplin ilmu. Ilmu terintegrasi lear-
ning menekankan pada pemberian pengalaman langsung
untuk meningkatkan kompetensi dalam rangka untuk menjelajah dan
memahami fenomena alam di sehari-hari-
hidup dengan menggunakan pendekatan ilmiah (Puskur, 2006).
Selanjutnya, Standar Isi menyebutkan bahwa
kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan-teknologi
gy (dalam hal ini Ilmu Terpadu), dimaksudkan
untuk memperoleh kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi dan menumbuhkan pemikiran ilmiah cri-
tically.
Berpikir kritis adalah proses terorganisir
untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan
Bahasa pernyataan orang yang mendasari (John-
anak, 2012). Berpikir kritis menuntut siswa
untuk berpikir pada tingkat yang lebih tinggi. Dalam proses lear-
ning, jika siswa diberi kesempatan untuk
menggunakan pemikiran di tingkat yang lebih tinggi dalam setiap
kelas, mereka akan menggunakannya untuk membedakan bertaruh-
kebenaran Ween dan kepalsuan, penampilan dan
realitas, fakta dan opini, pengetahuan dan menjadi-
lief pada akhirnya (Kurniawati, et al, 2014).
Berdasarkan hasil wawancara, evaluasi
Ilmu pembelajaran menunjukkan bahwa siswa di
MTsN Yogyakarta II kurang akrab dan terjadi apa
py bekerja pada pertanyaan esai yang membutuhkan
analisis dan penalaran. Ini menunjukkan bahwa murid
penyok yang kurang didorong untuk mengembangkan abi- yang
lity untuk berpikir kritis. Guru juga cenderung menggunakan
metode konvensional seperti ceramah dan
Diskusi kelas. Hal ini menyebabkan motivasi belajar
tion siswa rendah. Sejalan dengan pernyataan
dari Djamarah dan Zain (2002), ia berpendapat bahwa
jika proses pembelajaran di kelas menggunakan
metode konvensional (ceramah) saja, itu bisa
menyebabkan siswa pasif.
Menurut Atkinson, et al (1997) mo-
tivation mengacu pada faktor yang menggerakkan, strengt-
ayam dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga
didefinisikan sebagai proses mewujudkan dan main-
Taining kelangsungan kegiatan berorientasi tar-
mendapat (Schunk, 2012). Dalam proses pembelajaran,
motivasi dapat dikatakan sebagai kekuatan pendorong dalam
kegiatan belajar siswa secara keseluruhan, yang
menjamin kelangsungan kegiatan belajar, sehingga
tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan
siswa. Dengan demikian, motivasi belajar memiliki
peran dalam gairah, bahagia, dan gairah untuk lear-
ning (Sardiman, 2007).
Partisipasi siswa secara aktif
dalam proses belajar membuat siswa lebih
dilatih untuk inisiatif, berpikir kritis, dan res-
ponsiveness dalam memecahkan masalah kehidupan sehari-hari
melalui pencarian informasi yang bermakna. Juga,
itu dapat menghilangkan kejenuhan dan menumbuhkan rasa
kenikmatan dalam belajar, sehingga pada akhirnya berdampak
dengan peningkatan motivasi belajar (Susilo, et
al, 2012; Siregar & Nara, 2010).
Ada hubungan antara pembelajaran
motivasi dan keterampilan berpikir kritis. Hasil
dari Sitepu riset (2011) didirikan bahwa
kemampuan berpikir kritis siswa yang belajar
menggunakan strategi pembelajaran berbasis masalah lebih baik
daripada siswa yang belajar menggunakan konvensi
pembelajaran nasional. Selain itu, keterampilan berpikir kritis
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
lebih baik daripada siswa dengan belajar rendah motivasi
tion. Dengan demikian, selain strategi pembelajaran
digunakan, motivasi belajar juga dapat mempengaruhi
strategi pembelajaran untuk memperkuat berpikir kritis
keterampilan.
Ilmu terintegrasi mengajar menggabungkan
berbagai disiplin ilmu atau konsep dapat digunakan
sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis.
Ada sepuluh jenis ac- pembelajaran terpadu
cording ke Fogarty (1991). Jenis terpadu
belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah berselaput itu. Bahwa
merupakan integrasi dari beberapa Kompetensi Dasar
berkaitan dengan mata pelajaran yang berbeda dalam satu the-
saya. Praktis, guru dapat menggunakan model,
pendekatan, strategi dan metode tertentu
sesuai dengan materi pembelajaran. Di
penelitian ini, strategi yang digunakan adalah Memprediksi Diskusikan
Jelaskan Amati Diskusikan Jelaskan (PDEODE)
Strategi dibandingkan dengan Kelompok Kecil Discussi-
pada (SGD) strategi.
Strategi pembelajaran PDEODE terdiri dari
enam langkah. Ada Memprediksi, Diskusikan, Jelaskan,
Mengamati, Diskusikan, dan Jelaskan (Costu, 2008).
Strategi SGD adalah cara mengajar yang membagi
siswa menjadi kelompok-kelompok kecil 4-6 gota
bers untuk membahas suatu topik, dan bergerak guru
dari satu kelompok ke kelompok lain, untuk membimbing siswa dalam
Diskusi (Slavin, 2014),
Kedua strategi ini memerlukan aktif
keterlibatan siswa dalam belajar, berinteraksi dengan
kelompok belajar, mengamati, mencari informasi
dari berbagai sumber yang dapat dipercaya, membandingkan
pengetahuan awal dan pengamatan, sehingga
untuk mendukung untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis
siswa. Perbedaan dasar PDEODE
dan strategi SGD adalah prosedur mereka. Di
PDEODE, ada dua proses mendiskusikan
dan menjelaskan. Tapi, di SGD hanya satu proses
mendiskusikan dan menjelaskan.
Ada dua tujuan dari penelitian ini.

halaman 3
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (2) (2015) 134-141
136
Pertama, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
strategi PDEODE dan SGD menuju kritis
kemampuan berpikir. Kedua, penelitian ini dimaksudkan untuk
mengetahui pengaruh motivasi belajar
menuju keterampilan berpikir kritis.
METODE
Penelitian ini adalah eksperimen semu
dengan non-setara desain pretest-posttest.
Dalam desain ini, peneliti dapat menggunakan compari
kelompok anak tanpa kelompok kontrol. Pertama
dan kelompok kedua diberi tre- berbeda
atment, tapi setara. Sampel yang digunakan dalam hal ini
Penelitian ini menggunakan kelas yang ada tanpa mengacak
siswa dan membuat kelas baru (Best, 1982).
Kedua dua kelas eksperimen yang di-
tergoda untuk memiliki sama keadaan atau kondisi.
Sains Terpadu belajar Jenis berselaput di
kelas eksperimen pertama kali diimplementasikan PDEODE
strategi. Kedua percobaan kelas app-
berbohong strategi SGD.
Populasi adalah tujuh kelas
kelas 8 kelas MTsN Yogyakarta II. Itu
peserta dipilih oleh Simple Random
Sampling berdasarkan undian. samp- acak
ling memungkinkan sampel yang diambil memiliki karakteristiknya sama
sifat-sebagai penduduk. Ini tidak memberikan
kesempatan untuk memilih sampel, sehingga yang dihasilkan
sampel memiliki keterwakilan yang lebih tinggi. Itu-
refore, kesimpulan dari sampel dapat Ge-
neralized untuk populasi (Purwanto, 2008).
Teknik ini dapat digunakan jika populasi
adalah homogen (Sugiyono, 2012).
Variabel dalam penelitian ini adalah dua di-
variabel dependen, salah satu variabel dependen,
dan satu variabel moderator. Independen
variabel dalam penelitian ini adalah PDEODE dan
Strategi SGD kecil. Variabel dependen
adalah keterampilan berpikir kritis dan moderator va-
riable belajar motivasi.
Teknik pengumpulan data adalah
menggunakan uji (esai) dan non-tes dengan pertanyaan-
Naire. Instrumen pengumpulan data yang digunakan
kertas uji: pretest-posttest berpikir kritis
keterampilan, dan kertas motivasi kuesioner. Itu
Data motivasi belajar dianalisis dengan
menggunakan mean dan ini diklasifikasikan accor-
ding teori Widoyoko (2012). lesi yang
vel motivasi belajar dalam penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi motivasi belajar
Ruang rata-rata SKOR
Kriteria
2,50 <Berarti ≤ 4,00
Tinggi
1,00 ≤ Berarti ≤ 2,50
Rendah
Analisis data untuk menguji hidrokarbon yang
hy- dalam penelitian ini digunakan-parameter statistik
Tric dua cara ANOVA tanpa interaksi dengan
sel yang berbeda (Budiyono 2009 dan Siregar.
S, 2013). Ini karena perbedaan
jumlah dua kelas eksperimen.
Selanjutnya, data motivasi belajar
dan keterampilan berpikir kritis juga dianalisa
dengan analisis regresi dalam penelitian ini. Ini
digunakan untuk memprediksi seberapa jauh perubahan kritis
berpikir nilai keterampilan, jika belajar nilai motivasi
telah diubah (Sugiyono, 2012).
HASIL DAN DISKUSI
Data yang diperoleh dari studi ini termasuk
data keterampilan berpikir kritis dan belajar moti-
elevasi sebelum dan setelah pengobatan. Rata-rata
skor keterampilan berpikir kritis pretest dari mantan orang
kelas perimental saya 47,16 dan 42,21 untuk
kelas eksperimen II. Rata-rata skor dari
motivasi belajar awal dari eksperimen
kelas I dan kelas eksperimen II yang 74,57
dan 74,84 masing-masing. Uji One Way Anova
hasil (Sig. (2-tailed)) menunjukkan bahwa data
Skor pretest keterampilan berpikir kritis dan inisiasi
Tial motivasi belajar baik di eksperimental
Kelas yang terdistribusi normal dan homo
geneous. Dengan demikian, kemampuan awal siswa di
baik dari segi keterampilan berpikir kritis dan pembelajaran
motivasi kelas eksperimen yang
setara.
Rata-rata dari skor posttest dari mantan orang
kelas perimental I dan kelas eksperimen
II yang 60,71 dan 72,00 masing-masing. lesi yang
vel motivasi belajar setelah diberikan
pengobatan menunjukkan bahwa baik eksperimental
kelas I dan kelas eksperimen II, memiliki sama
motivasi belajar rata-rata relatif. Bahwa
yang 76,42 dan 76,90. Demikian pula, data pra-
tes, berdasarkan analisis One Way Anova (Sig.
(2-tailed)), data dari posttest yang biasanya
didistribusikan dan homogen.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah whet-
strategi pembelajaran nya (PDEODE dan SGD)
yang digunakan dalam pengajaran ilmu pengetahuan dan lear-
motivasi ning (tinggi dan rendah) mempengaruhi siswa
keterampilan berpikir kritis. Analisis yang digunakan adalah
Rata-rata uji beda ANOVA dua cara
dengan sel yang berbeda tanpa interaksi. Ini
karena penelitian ini dibatasi hanya untuk melihat
efek tanpa mempertimbangkan interaksi
antara strategi pembelajaran dan moti- pembelajaran
elevasi menuju keterampilan berpikir kritis. Data
digunakan untuk menguji hipotesis adalah data yang posttest
keterampilan berpikir kritis dan motivasi belajar

halaman 4
L. Cholisoh, S. Fatimah, F. Yuniasih - Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Terpadu Ilmu
pembelajaran
137
setelah diberikan pengobatan.
Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa va- yang
lue perhitungan F> F tabel dengan signifikansi (2-tailed)
adalah 5%. Ketika meninjau Tabel 2, berdasarkan
Strategi yang digunakan, PDEODE dan SGD, nilai F perhitungannya
culation (9.67) lebih besar dari F tabel (3,89). Bisa
disimpulkan bahwa penggunaan strategi PDEODE
di kelas I eksperimental dan strategi SGD
dalam eksperimen pengaruh kelas II pada kritis
kemampuan berpikir. Ini konsisten dengan penelitian
Hasil Costu (2008) yang menyatakan bahwa PDEO-
Strategi pembelajaran DE membantu siswa untuk bawah-
berdiri konsep baik, dapat mendorong kerja sama
dalam percobaan, dan mengembangkan kemampuan untuk
berpikir, dalam hal ini adalah kemampuan berpikir kritis. Itu
penelitian Sa'idah dan Suyono (2012) juga
disebutkan bahwa strategi PDEODE dapat mengurangi
kesalahpahaman. Ini berarti bahwa penting
keterampilan berpikir memupuk siswa untuk bawah-
berdiri konsep secara lebih mendalam berdasarkan
fakta bahwa siswa temui, resul-
ting dalam pemahaman yang lebih baik dari konsep.
Selain itu, beberapa penelitian lain regar-
ding strategi SGD, termasuk penelitian Afandi,
et al (2009) menyatakan bahwa SGD belajar lebih baik
dalam meningkatkan pengetahuan dari lear- konvensional
ning. Hal ini sejalan juga dengan Applebee, et al
(2003) yang menemukan bahwa SGD memungkinkan achie- yang
vement prestasi tinggi di kelas.
Menurut Applebee, et. al., siswa SGD
dapat mengembangkan pengetahuan mereka karena siswa
dituntut untuk memiliki pengetahuan yang baik dan
diperlukan untuk terlibat aktif dalam diskusi tersebut
aksesi.
Melihat strategi dari kedua eksperimental
kelas yang dirancang untuk observasi,
maka kedua kelas mendukung siswa untuk memiliki
sikap ilmiah dan melakukan pro- ilmiah
cess. Menurut Rahayu et. al (2013), yang
proses ilmiah adalah keterampilan yang siswa digunakan dalam
melakukan ilmu belajar terintegrasi melalui
proses penemuan, observasi, hypothe-
ukuran, dan kesimpulan. Proses berpikir ini adalah
juga disebut keterampilan berpikir kritis. pembahasan
masing-masing kelas eksperimen juga memerlukan
siswa untuk berpikir, berpendapat, membandingkan un awal
derstanding dari fakta-fakta yang ditemukan di observasi
tions, dan menyusun ulang pemahaman baru. Ini
kegiatan dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis. Demikian,
proses pembelajaran di SGD dan PDEODE
strategi dapat mendukung siswa dalam develo
ping keterampilan berpikir kritis mereka.
Pertama sampai dengan tahap ketiga PDEODE
belajar adalah Memprediksi-Diskusikan-Jelaskan. Dalam tahap ini
guru menyajikan masalah disajikan
di PDEODE worksheet. Setiap siswa mengungkapkan
prediksi tentang masalah yang akan terjadi.
Kemudian siswa dalam setiap kelompok mendiskusikan
hasil prediksi mereka, tercermin, dan mencoba
untuk mencapai saling solusi dan penalaran, maka
menjelaskan hasil di depan kelas (Rane
dan Kolari, 2003).
Langkah keempat adalah Amati. Pada langkah ini
siswa dalam setiap kelompok melakukan observasi ke
menguji apakah prediksi sebelumnya benar
atau tidak. Siswa mengamati kemungkinan
peristiwa yang dapat digunakan sebagai acuan dalam ma-
kesimpulan raja.
Tahap kelima adalah Diskusikan. Di panggung ini
guru dan siswa kelompok mendiskusikan apa
mereka menemukan dalam tahap observasi serta
apa yang relevan dan tidak relevan sesuai dengan
prediksi dan pengamatan. Selanjutnya,
siswa dibangun pemahaman baru dan
dibandingkan dengan pemahaman sebelumnya.
Tahap keenam adalah Jelaskan. Di panggung ini
siswa memberikan penjelasan tentang mereka
kesalahpahaman berdasarkan pengamatan
dan diskusi kelompok untuk dipresentasikan di depan
kelas. Presentasi di depan kelas
digunakan sebagai sarana untuk diskusi dengan lainnya
kelompok, jadi jika satu kelompok tidak setuju, maka
kelompok lain dapat menyampaikan hasil dis- mereka
cussion. Setelah selesai presentasi,
Tabel 2. Hasil perbedaan rata ANOVA dua arah sel yang berbeda tanpa uji interaksi
Data
sumber
Sumber
JK
dk
RK
perhitungan F
Tabel Signifikansi F (2- tailed) 5%
posttest
motivasi belajar
1226,08
1
1226,08
10,62
3,89
Belajar strategi
1115,69
1
1115,69
9,67
3,89
Kesalahan
6810,70
59
115,44
-
-
Tabel 3. Rata-rata setiap sel dari data posttest
Motivasi belajar
Belajar strategi
marjinal rata
PDEODE
SGD
Tinggi
63,18
74,60
137,78
Rendah
54,67
62,71
117,38
marjinal rata
117,85
137,31
-

halaman 5
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (2) (2015) 134-141
138
guru meyakinkan dan penekanan apakah
siswa telah mengadopsi pemahaman baru
(memperjelas asumsi siswa). Guru
meminta siswa untuk menyimpulkan hasil.
Proses belajar menggunakan PDEODE-strategi
gy terdiri dari enam tahap, sambil belajar pro-
cess menggunakan strategi SGD terdiri dari empat station
ges. Langkah pertama dan kedua yang menyajikan
masalah dan pembagian kelompok. pada ini
tahap, sebelum guru menyajikan masalah,
guru membimbing siswa menuju pasangan- yang
rial harus dipelajari melalui apersepsi. Ini
Kegiatan mendorong siswa untuk mengekspresikan mereka
pendapat dan merangsang siswa untuk bertanya dan mencoba
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh murid lainnya
penyok, sehingga siswa akan siap untuk mengikuti
aktivitas pembelajaran.
Pada siswa tahap berikutnya dibagi
menjadi kelompok-kelompok kecil dari empat mahasiswa. setelah gat-
Hering dengan kelompok, guru memberikan
masalah yang disajikan dalam SGD worksheet.
Tahap ketiga adalah membahas masalah
dalam kelompok kecil. Para siswa membuat pengamatan
tions untuk memutuskan solusi. Dalam hal ini mereka
melakukan eksperimen sederhana menggunakan alat dan
bahan yang telah disediakan oleh ajaran yang
er atau bahan lain yang relevan. Sebagai tambahan,
siswa mencari informasi dari berbagai
sumber, sehingga pemecahan masalah diperoleh
berdasarkan fakta-fakta (observasi) dan terpercaya
sumber.
Langkah selanjutnya adalah presentasi dis- yang
Hasil cussion. Perwakilan dari masing-masing
kelompok mempresentasikan di depan kelas. pada ini
panggung siswa menganalisa, membandingkan, dan criti-
Cize presentasi kelompok lain, jadi jika mereka
tidak setuju, kelompok lain dapat hadir mereka
hasil diskusi. Setelah itu, guru cla-
rifies hasil diskusi kemudian memberikan perhatian
pada hal-hal penting dalam materi. te The
Acher meminta siswa, kemudian, untuk menyimpulkan
hasil belajar.
Dengan demikian, jika dilihat dari langkah-langkah dari lear-
ning strategi, baik PDEODE dan SGD requi-
re keterlibatan siswa dan mengembangkan siswa-
kemampuan berpikir penyok ', termasuk berpikir kritis.
Selanjutnya, strategi yang memberikan bertaruh-
Efek ter dapat dilihat berdasarkan marjinal
Rata-rata. Dari Tabel 3, dapat disimpulkan
bahwa keterampilan berpikir kritis siswa dalam
eksperimen kelas II lebih baik dari eksperimen yang
kelas jiwa I. Dalam jenis berselaput Terpadu
Mengajar ilmu dengan "Cahaya In The Life" the-
saya, keterampilan berpikir criticial dari Sudent di Kecil
Strategi SGD lebih baik dari strategi PDEODE.
Hal ini karena kolom rata marginal
yang merupakan rata-rata marginal strategi SGD:
137,31 lebih tinggi dari 117,85 yang merupakan salah satu
strategi.
Keterampilan berpikir kritis juga Ulasan
berdasarkan pembelajaran motivasi diklasifikasikan ke dalam
siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi
dan satu rendah. Jika pemberitahuan ini berdasarkan itu, va-
lue perhitungan F lebih besar dari
F tabel (10,62
> 3,89). Dengan demikian, kami menyimpulkan bahwa belajar mo-
tivation (tinggi dan rendah) memberikan efek kritis
kemampuan berpikir. Hal ini mirip dengan Hamdu dan Agus sebagai penggerak
Hasil penelitian tina (2011) yang menunjukkan bahwa
ada pengaruh yang signifikan antara pembelajaran
motivasi terhadap prestasi belajar siswa. The Sitepu
Penelitian (2011) juga menunjukkan hasil yang sama bahwa
ada motivasi belajar yang signifikan untuk cri-
kemampuan berpikir vertikal. Selain itu, penemuan
Penelitian Sitepu juga sejalan dengan hasil
penelitian ini yang menyimpulkan bahwa tipis-kritis
Raja keterampilan siswa yang memiliki belajar yang tinggi
motivasi lebih baik dari kemampuan berpikir kritis
siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. Saya t
didasarkan pada baris marjinal rata-rata di Tabel
3. marjinal rata-rata mo- belajar yang tinggi
tivation (137,78) lebih tinggi dari satu penerbangan
motivasi belajar (117,38).
Dan kemudian, data motivasi belajar dan
keterampilan berpikir kritis juga dianalisa oleh reg-
analisis ression untuk memprediksi efek pembelajaran
motivasi pada keterampilan berpikir kritis. Jika dilihat
dari skor pretest, rata-rata lear-
motivasi ning di kedua kelas eksperimen
adalah peningkatan. Dengan kata lain, PDEODE dan SGD
Strategi memberikan efek pada motivasi belajar
menyebabkan perbedaan pada keterampilan berpikir kritis. Di
sejalan dengan hasil analisis regresi, lear-
motivasi ning dan berpikir kritis keterampilan bisa
dinyatakan dalam model regresi linear. Bahwa
didasarkan pada Sig. regresi 0,045 <0,05. Saya t
berarti bahwa ada korelasi positif bertaruh-
motivasi belajar Ween dan berpikir kritis
keterampilan. Motivasi belajar tinggi, bertaruh- yang
ter keterampilan berpikir kritis. Jika R persegi terlihat
Tabel 5 tentang ringkasan model, bisa
menyimpulkan bahwa kontribusi dari mo- pembelajaran
tivation untuk efek pada keterampilan berpikir kritis yang
sekitar 6,4%, dan 9,36% dipengaruhi dari lainnya
faktor. Dengan kata lain, dalam penelitian ini berpengaruh
motivasi belajar terhadap berpikir kritis adalah
lemah.

halaman 6
L. Cholisoh, S. Fatimah, F. Yuniasih - Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Terpadu Ilmu
pembelajaran
139
Gambar diagram 1. Trunk skor posttest dari
keterampilan berpikir kritis dilihat dari belajar mo-
tivation siswa.
Tabel 4. Model Summary
Model
R
R Square
adjusted R
Kotak
Std. kesalahan
Taksir
1
0,253 a
0,064
0,049
12,42016
Berdasarkan uraian tersebut, dapat con
cluded yang baik PDEODE atau SGD strategi,
mempengaruhi secara positif pada keterampilan berpikir kritis. Ini
adalah karena kegiatan pembelajaran di experimen-
kelas tal, siswa dilatih terus menerus
untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan dalam
diskusi. Guru adalah fasilitator dan moti-
aktifator. Dia / dia memberikan klarifikasi serta
penekanan pada materi yang siswa memiliki
tidak dipahami.
Selain itu, siswa juga dilatih
untuk melakukan observasi, menjelaskan apa yang mereka
dapatkan dari hasil diskusi dan obser-
vations, membuat hipotesis (memprediksi), untuk
mengevaluasi kelompok penjelasan lain, dan untuk
memperoleh kesimpulan. Oleh karena itu, siswa mendapatkan
pemahaman yang lebih dalam.
Kegiatan belajar SGD dan PDEODE
membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif
dalam memperoleh pengetahuan tentang pengamatan langsung.
Siswa diberi kesempatan untuk mengekspresikan
pikiran mereka untuk respon pendapat
siswa atau kelompok lain. Ini tidak independen
berpikir kritis dan siswa yang res-
tergenang dituntut untuk mempertahankan jawaban mereka
dan menunjukkan bukti kredibel.
Ketika meninjau hasil penelitian,
itu menunjukkan bahwa kelas eksperimen II yang
diterapkan strategi SGD memberi efek yang lebih baik daripada
Strategi PDEODE menuju keterampilan berpikir kritis.
Jika ditinjau dari motivasi belajar af-
siswa ter diberi pengobatan, statistik
dari skor rata-rata motivasi belajar di bekas
kelas perimental saya adalah sebagai sama sebagai salah satu di pengalaman-
kelas jiwa II.
Jika motivasi belajar di lapangan adalah
dilihat, yang didasarkan pada pengamatan selama
studi, motivasi belajar di experimen-
tal kelas II lebih tinggi dari eksperimen
kelas I. Hal ini terbukti dari jumlah siswa
yang mengumpulkan tugas dalam eksperimen
kelas II yang lebih dari eksperimental
kelas I. Selain itu, semangat belajar murid
penyok di kelas eksperimen II lebih tinggi dari
satu di eksperimen kelas I. Hal ini ditandai
oleh kondisi di kelas eksperimen II yang
lebih kondusif daripada yang lain selama lear-
ning di kelas. Ada lebih banyak siswa
yang bertanya dan mencoba menjawab pertanyaan itu. Ini
dapat menjadi faktor yang menyebabkan rata-rata criti-
kal keterampilan berpikir di kelas eksperimen II adalah
lebih tinggi dari yang di eksperimen kelas I.
Jumlah PDEODE belajar pro-
cedures menyebabkan motivasi expe- pembelajaran
kelas rimental saya rendah. Hal ini karena siswa
kurang akrab dengan prosedur ini. Itu
statistik perbedaan rata-rata dari mo- pembelajaran
tivation dan kondisi riil adalah karena juga kurang
siswa serius dalam mengisi motivasi belajar
tion kuesioner.
Jika melihat dari output pembelajaran,
Hasil keterampilan berpikir kritis posttest di
kelas eksperimen I hanya 6,45% dari siswa
yang menyelesaikan, sedangkan kelas eksperimen
II hanya 9,38% siswa yang menyelesaikan di
Sains Terpadu dengan "Cahaya di The Life"
tema. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor: murid yang
penyok tidak akrab dengan learning by discussi-
pada, observasi, pemecahan masalah, sehingga hasilnya
penelitian tidak dapat dimaksimalkan. Selain itu, siswa-
penyok psikologi selama rese- dilakukan
lengkungan berada di kondisi yang tidak menguntungkan. siswa
sudah merasakan ketegangan tentang Semester Ujian
diadakan sekitar satu minggu setelah penelitian ini adalah
lengkap.
Jumlah tugas dan exami-
negara yang diberikan oleh guru lainnya
subyek membuat stres siswa dan mereka tidak bisa
belajar yang optimal di dalam kelas. Selain itu,
posttest dilakukan pada hari yang kondisi
siswa tidak segar dan konsentrasi mereka
telah menurun.
Faktor-faktor ini didasarkan pada observasi
tions dari peneliti dan komentar dan comp
laints siswa selama penelitian. Karena itu,
penting bagi guru untuk memotivasi murid yang
penyok agar siswa dapat lulus
proses pembelajaran di kelas atau outsi-
de kelas. Guru harus mampu
merancang pembelajaran yang menarik dan menyenangkan, sehingga

halaman 7
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 11 (2) (2015) 134-141
140
siswa dapat benar-benar menikmati belajar dengan penuh
semangat untuk lulus jenis tantangan.
KESIMPULAN
PDEODE dan SGD strategi yang di-
fluential terhadap keterampilan berpikir kritis dengan F calcu-
lation
strategi pembelajaran menjual (9.67) adalah
lebih besar dari F tabel (3,89). Rata-rata kritis
kemampuan berpikir siswa yang menggunakan strategi SGD
(137,31) lebih baik dari siswa yang menggunakan PDEO-
DE strategi (117,85). Selain itu, ada
pengaruh motivasi belajar berpikir kritis
keterampilan dengan perhitungan F adalah 10,62 yang lebih besar dari
F tabel (3,89). Untuk kedua siswa menggunakan PDEODE
dan strategi SGD, kemampuan rata-rata criti-
cal berpikir siswa yang memiliki belajar yang tinggi
motivasi adalah lebih baik daripada yang lebih rendah.
Ada peningkatan rata-rata lear-
motivasi ning sebelum dan sesudah perlakuan
di kedua kelas eksperimen. Dengan kata lain,
PDEODE dan SGD strategi memberikan efek pada
motivasi belajar menyebabkan perbedaan pada criti-
kal keterampilan berpikir. Berdasarkan Sig. regresi
0,045 <0,05, motivasi belajar dan kritis
keterampilan berpikir dapat dinyatakan dalam reg- linear
Model ression. Ini berarti bahwa ada positioning suatu
korelasi tive antara motivasi belajar
dan berpikir kritis. Menurut R persegi,
kontribusi motivasi belajar untuk efek pada
keterampilan berpikir kritis adalah sekitar 6,4%, dan 93,6%
dipengaruhi dari faktor lainnya. Dengan kata lain, di
penelitian ini berpengaruh motivasi belajar ke-
bangsal berpikir kritis lemah.
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan
pada penelitian yang telah dilakukan adalah
langkah PDEODE dan SGD strategi yang de-
masuk untuk siswa menemukan sendiri
konsep dengan diskusi dan observasi. Saya t
membutuhkan waktu yang lama untuk satu pelajaran. Karena itu,
sementara siswa melakukan pengamatan dan lainnya
kegiatan, guru harus lebih memperhatikan
untuk manajemen waktu sehingga pembelajaran dapat
dilaksanakan secara efektif dan tidak mengganggu
dengan pembelajaran di masa depan. Dalam proses diskusi
sion, perlu pemantauan berkala di topik rangka
diskusi tidak menyimpang. Kemudian, agar
semua siswa benar-benar terlibat dalam kelompok discussi-
pada, guru harus ditunjuk ketua
kelompok untuk mengkoordinasikan diskusi di setiap
kelompok.
REFERENSI
Afandi, D., Budiningsih, Y., Safitry, O., Purwadi-
anto, A., Novitasari, D., Widjaja, IR (2009).
Pengaruh tambahan diskusi kelompok kecil
sion prestasi kognitif dan retensi
tion dalam prinsip-prinsip dasar bioetika ajaran
ing metode. Med J Indones, 18, 48-52.
Diperoleh
dari
http: //imsear.li.mahidol.
ac.th/bitstream/123456789/148968/1/
mji2009v18n1p48.pdf.
Applebee, AN, Langer, JA, Nystrand, M., Gamo-
ran, A. (2003). Pendekatan berbasis diskusi-
untuk mengembangkan pemahaman: di- Kelas
struction dan siswa kinerja di tengah
dan SMA bahasa Inggris. Amerika Education
nasional Jurnal Penelitian, 40, 685-730. Kembali-
trieved dari http://citeseerx.ist.psu.edu/view-
doc / download? doi = 10.1.1.452.9834 & rep = re
p1 & type = pdf.
Atkinson, RL, Ricard, SA, Ernest, RH (1997).
Pengantar psikologi jilid 2 (8 th ed). (Nurd-
jannah, Trans). Jakarta: Erlangga. (Asli
Karya yang diterbitkan 1983).
Terbaik, JB (1982). Metodologi Penelitian dan pena-
didikan (S. Faisal & MG Waseso, Trans).
Surabaya: USANA OFFSET PRINTING.
(Original Work diterbitkan 1977).
Budiyono. (2009). Statistik Penelitian untuk review. Sura-
karta: UNS Press.
Costu, B. (2008). Belajar ilmu pengetahuan melalui PDE- yang
Strategi mengajar ODE: Membantu siswa
memahami situasi sehari-hari. eurasia
Jurnal Matematika, Sains & Tecnol-
ogy Pendidikan, 4, 3-9. Diperoleh dari http: //
ejmste.com/v4n1/Eurasia_v4n1_Costu.pdf.
Djamarah, SB, Zain, A. (2002). Strategi belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Fogarty, R. (1991). Bagaimana mengintegrasikan kurikulum.
Palatine: IRI / Skylight Publishing, Inc.
Hamdu, G., Agustina, L. (2011). Pengaruh Motivasi
belajar Terhadap Prestasi belajar IPA di seko-
lah dasar dasar. Jurnal Penelitian Pendidikan, 12,
90-96. Diperoleh dari http://jurnal.upi.edu/
mengajukan / 8-Ghullam_Hamdu.pdf.
Johnson, EB (2012). Pembelajaran kontekstual pembelajaran
ing. (I. Setiawan, Trans). Bandung: Kaifa.
(Original Work diterbitkan 2002).
Kurniawati, ID, Wartono., Diantoro, M. (2014).
Pengaruh Pembelajaran inkuiri terbimbing
Integrasi rekan instruksi Terhadap pengua-
saan concept Dan kemampuan Berpikir Kritis
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia,
10 (2014), 36-46.
Permendiknas. (2006). Kurikulum 2006 standar isi.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Puskur. (2006). Model Pengembangan silabus mata
Pelajaran Dan Rencana Pelaksanaan pembe-
lajaran IPA terpadu. Jakarta: Balitbang, Dep-
diknas.
Purwanto. (2008). Metodologi Penelitian kuantitatif
untuk review psikologi Dan Pendidikan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Rahayu, S., Sugiyarto., Sunarno, W. (2013). Pembe-
lajaran IPA through pendekatan kontekstual
Model using Simulasi Komputer Dan

halaman 8
L. Cholisoh, S. Fatimah, F. Yuniasih - Keterampilan Berpikir Kritis Dalam Terpadu Ilmu
pembelajaran
141
kerja ditinjau Dari kemampuan Berpikir Kritis
Dan hd belajar. Jurnal inkuiri, 2, 279-287.
Diperoleh dari http://jurnal.fkip.uns.ac.id/in-
dex.php / sains / tulisan / download / 3829/2705.
Rane, S., Kolari, S. (2003). Mempromosikan konsepsi yang
understading tual dari mahasiswa teknik
melalui visualisasi. Global J. dari Engng.
Educ, 7, 189-199. Diperoleh dari http: //
www.wieta.com.au/journals/GJEE?Publish/
vol7no2 / SavRanneKolari.pdf
Sa'idah, G., Suyono. (2012). Penerapan Pengembangan strategi
Pembelajaran PDEODE (MEMPREDIKSI, dis-
Makian, MENJELASKAN, PERHATIKAN, DISKUSI,
MENJELASKAN) untuk review mereduksi miskonsepsi
Siswa PADA materi pokok hidrolisis garam
di SMAN 2 Bojonegoro. Seminar Prosiding
Nasional Kimia Unesa. Surabaya: Program
Studi Kimia S1 FMIPA UNESA.
Sardiman. (2007). Interaksi & Motivasi belajar men-
gajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Schunk, DH (2012). Belajar teori sebuah pendidikan
perspektif nasional (6 th ed.) (E. Hamdiah & R.
Fajar, Trans). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(Original Work diterbitkan 2012).
Siregar, E., Nara, H. (2010). Teori belajar Dan pem-
belajaran. Bogor: Ghalia Indonesia.
Siregar, S. (2013). Metode Penelitian kuantitatif
dilengkapi DENGAN PERBANDINGAN perhitun-
gan manual & SPSS. Jakarta: Kencana Pra
Kelompok Media nada.
Sitepu, S. (2011). Pengaruh Pengembangan strategi Pembelajaran
Berbasis masalah Dan Motivasi belajar terha-
dap kemampuan Berpikir Kritis artikel komersial menjadi-
Lajar Biologi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam . (Un-
diterbitkan Magister Tesis). Program Pasca
Sarjana UNIMED, Medan.
Slavin, RE (2014). Teori physhology Pendidikan
dan praktek (10 th ed.). London: Pearson.
Sugoyono. (2012). Statistik untuk review Penelitian. Pita-
ung: Alfabeta.
Susilo, AB, Wijayanto., Suartono. (2012). Model
Pembelajaran ipa Berbasis masalah untuk review
meningkatkan Motivasi belajar Dan Berpikir
Kritis Siswa smp. Unnes Pendidikan Sains
Jurnal 1 , 12-20. Diperoleh dari http: // jurnalis
nal.unnes.ac.id/sju/index.php/usej/article/
download / 849/873.
Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu:
Concept, Strategi, Dan Implementasinya
hearts Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) . Jakarta: Bumi Aksara.
Widoyoko, EP (2012). Teknik Penyusunan instrumen
pria Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai