Anda di halaman 1dari 43

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Konsep Apendektomi


1.1.1 Definisi
Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks yang
di lakukan untuk mengangkat apendiks / usus buntu yang telah terinflamasi.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi
abdomen bawah atau dengan laparoskopi (Smeltzer & Bare. 2013). Apendiktomi harus
dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi lebih lanjut seperti
peritonitis atau abses (Pritahayuningtyas, 2015)
Jika terjadi perforasi pada apendiks maka tindakan pembedahan yang dilakukan
adalah laparatomi Laparatomi merupakan salah satu prosedur pembedahan mayor,
dengan melakukan penyeyatan pada lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan
bagian dari abdomen yang mengalami masalah seperti hemoragi, perforas kaker, dan
obstruksi (Fransisca dkk, 2019).
1.1.2 Etiologi
Menurut NIH & NIDDK (2012) etiologi dilakukannya tindakan pembedahan
karena adanya obstruksi atau penyumbatan pada lumen apendiks yang menyebabkan
radang pada apendiks. Lendir kembali dalam lumen apendiks menyebabkan bakteri
yang biasanya hidup di dalam apendiks bertambah banyak. akibatnya apendiks
membengkak dan menjadi terinfeksi. Sumber penyumbatan meliputi :
1. Fecalith (Massa feses yang keras)
2. Benda asing (Biji-bijian)
3. Tumor apendiks
4. Pelekukan/terpuntirnya apendiks
5. Hiperplasia dari folikel limfoid
Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa
apendiks oleh parasit Entamoeba histolytica (Warsinggih, 2016)

1
1.1.3 Pathway

Invasi & multiplikasi

Apendisitis

Peradangan pada jaringan Sekresi mukus belebihan pada lumen apendiks

Kerusakan kontrol suhu


v terhadap inflamasi Operasi Apendiktomi Apendiks teregang

Hipertermia Nyeri akut


Luka insisi Kurang terpaparnya Anastesi
informasi
Peristaltik usus
Hambatan Kerusakan jaringan Ansietas
Pintu masuk
mobilitas fisik kuman Distesni abdomen
Ujung saraf terputus

Resiko infeksi Mual, muntah


Pelepasan prostaglandin
Resiko hipovolemia
Kerusakan Integritas Spinal cord
jaringan/kulit

Cortex serebri Nyeri di presepsikan Nyeri akut


Sumber
Nurarif & kusuma, 2016

2
1.1.4. Manifestasi Klinis
Menurut Warsinggih (2016) manifestasi yang muncul pada klien yang dilakukan
tindakan apendiktomi antara lain :
1. Nyeri
Penderita apendiktomi umumnya akan mengeluhkan nyeri pada perut kuadran
kanan bawah tempat oprasi. Gejala yang pertama kali dirasakan pasien adalah
berupa nyeri tumpul, nyeri di daerah epigastrium atau di periumbilikal yang samar-
samar, tapi seiring dengan waktu nyeri akan terasa lebih tajam dan berlokasi ke
kuadran kanan bawah abdomen. Nyeri semakin buruk ketika bergerak, batuk atau
bersin. Biasanya pasien berbaring, melakukan fleksi pada pinggang, serta
mengangkat lututnya untuk mengurangi pergerakan dan menghindari nyeri yang
semakin parah.
2. Mual dan Muntah sering terjadi beberapa jam setelah muncul nyeri.
3. Anoreksia
Mual dan muntah yang muncul berakibat pada penurunan nafsu makan sehingga
dapat menyebabkan anoreksia.
4. Demam
Demam dengan derajat ringan (37,6 -38,5°C) juga sering terjadi pada apendiktomi.
Jika suhu tubuh diatas 38,6°C menandakan terjadi perforasi.
5. Sembelit atau diare
Diare dapat terjadi akibat infeksi sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau
caecum.
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang (NIH & NIDDK, 2012)
1. Laboratorium
a. Tes Darah
Tes darah dapat menunjukkan tanda-tanda infeksi, seperti jumlah leukosit yang
tinggi, pada pasien apendisitis biasanya terjadi peningkatan leukosit di atas
10.000/Ml. Tes darah juga dapat menunjukkan dehidrasi atau
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Elektrolit adalah bahan kimia dalam
cairan tubuh, termasuk natrium, kalium, magnesium, dan klorida.

3
b. Urinalisis
Urinalisis digunakan untuk melihat hasil sedimen, dapat normal atau terdapat
leukosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel
pada ureter atau vesika. Pemeriksaan urin juga penting untuk melihat apakah
ada infeksi saluran kemih atau infeksi ginjal.
c. Barium enema : terdapat non-filling apendiks, efek massa kuadran kanan bawah
abdomen, apendiks tampak tidak bergerak, pengisian apendiks tidak rata atau
tertekuk dan adanya retensi barium setelah 24-48 jam.
2. Radiologi
a. Ultrasonografi (USG)
USG dapat membantu mendeteksi adanya tanda-tanda peradangan, usus buntu
yang pecah, penyumbatan pada lumen apendiks, dan sumber nyeri perut
lainnya. USG adalah pemeriksaan penunjang pertama yang dilakukan untuk
dugaan apendisitis pada bayi, anak-anak, dewasa, dan wanita hamil.
b. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, semburan usus buntu,
penyumbatan pada lumen apendiks, dan sumber nyeri perut lainnya. MRI yang
digunakan untuk mendiagnosis apendisitis dan sumber nyeri perut lainnya
merupakan alternatif yang aman dan andal daripada pemindaian tomografi
terkomputerisasi.
c. CT Scan
CT scan perut dapat menunjukkan tanda-tanda peradangan, seperti usus yang
membesar atau abses massa yang berisi nanah yang dihasilkan dari upaya tubuh
untuk mencegah infeksi agar tidak menyebar dan sumber nyeri perut lainnya,
seperti semburan apendiks dan penyumbatan di lumen apendiks. Wanita usia
subur harus melakukan tes kehamilan sebelum menjalani CT scan. Radiasi yang
digunakan dalam CT scan dapat berbahaya bagi janin yang sedang berkembang.
1.1.6 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
Menurut (Wijaya & Putri, 2013) penatalaksanaan medis pada appendisitis
meliputi :

4
a. Sebelum operasi
1) Observasi
Dalam 8-12 jam setelah timbulnya keluhan, tanda dan gejala
appendisitis seringkali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu
dilaksanakan. Klien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.
Pemeriksaan abdomen dan rektal serta pemeriksaan darah (leukosit dan
hitung jenis) diulang secara periodik, foto abdomen dan toraks tegak
dilakukan untuk mencari kemungkinan adanya penyulit lain. Pada
kebanyakan kasus, diagnosis ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah
kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan.
2) Antibiotik
Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksidan abses intra
abdominal luka operasi pada klien apendiktomi.Antibiotik diberikan
sebelum, saat, hingga 24 jam pasca operasi dan melalui cara pemberian
intravena (IV) (Sulikhah, 2014).
b. Operasi
Tindakan operasi yang dapat dilakukan adalah apendiktomi.
Apendiktomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara membuang
apendiks (Wiwik Sofiah, 2017). Indikasi dilakukannya operasi apendiktomi
yaitu bila diagnosa appendisitis telah ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pada keadaan yang meragukan diperlukan pemeriksan penunjang USG atau
CT scan.
Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan
insisi pada abdomen bawah. Anastesi diberikan untuk memblokir sensasi rasa
sakit. Efek dari anastesi yang sering terjadi pada klien post operasi adalah
termanipulasinya organ abdomen sehingga terjadi distensi abdomen dan
menurunnya peristaltik usus. Hal ini mengakibatkan belum munculnya
peristaltik usus (Mulya, 2015) .
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Kiik, 2018) dalam 4 jam
pasca operasi klien sudah boleh melakukan mobilisasi bertahap, dan dalam 8
jam pertama setelah perlakuan mobilisasi dini pada klien pasca operasi

5
abdomen terdapat peningkatan peristaltik ususbahkan peristaltik usus dapat
kembali normal. Kembalinya fungsi peristaltik usus akan memungkinkan
pemberian diet, membantu pemenuhan kebutuhan eliminasi serta
mempercepat proses penyembuhan.
Sedangkan pada laparaskopi apendiktomi dilakukan dengan membuat 3
sayatan kecil di perut sebagai akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar,
fungsinya untuk memasukkan kamera super mini yang terhubung ke monitor
ke dalam tubuh, melalui lubang ini pula sumber cahaya dimasukkan.
Sementara dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk peralatan bedah
seperti penjepit atau gunting. Ahli bedah mengamati organ abdominal secara
visual dan mengidentifikasi apendiks. Apendiks dipisahkan dari semua
jaringan yang melekat, kemudian apendiks diangkat dan dikeluarkan melalui
salah satu sayatan (Hidayatullah, 2014).
Jika apendiks mengalami perforasi bebas, maka abdomen dicuci dengan
garam fisiologis dan antibiotika.Tindakan pembedahan dapat menimbulkan
luka insisi sehingga pada klien post operatif apendiktomi dapat terjadi resiko
infeksi luka operasi.
c. Pasca operasi
Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya
perdarahan di dalam, syok, hipertermia atau gangguan pernapasan. Klien
dibaringkan dalam posisi terlentang. Klien dikatakan baik bila dalam 12 jam
tidak terjadi gangguan. Puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal.

1.2 Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Apendisitis (sistem pencernaan)
1.2.1 Pengkajian
Tahap pertama dari Asuhan keperawatan yaitu pengkajian. Pada pengkajian perlu
dikaji biodata pasien dan data data yang dapat menunjang diagnosa. Data tersebut
harus seakurat mungkin , agar dapat digunakan dalam tahap berikutnya. Pengkajian
meliputi :

6
1. Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan apendisitis yaitu rasa nyeri. Bisa nyeri akut
ataupun kronis tergantung dari lamanya serangan. Menurut Wahid (2013) untuk
memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri digunakan :
Provoking Incident : apakah peristiwa yang menjadi faktor
Quality of Pain : seperti apa rasa nyeri yang dirasakan dan digambarkan
pasien. Apakah seperti menusuk-nusuk, terbakar, atau
berdenyut.
Region : dimana rasa sakit terjadi, apakah rasa sakit bisa reda,
apakah rasa sakit menjalar atau menyebar.
Severity (Scale) of Pain : seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan pasien, bisa
berdasarkan skala nyeri atau pasien yang menerangkan
seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan
fungsinya.
Time : berapa lama durasi nyeri berlangsung, kapan, apakah
bertambah buruk.

2. Riwayat penyakit sekarang


Pasien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan
bawah. Timbul keluhan nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian
setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Sifat
keluhan nyeri dirasakan terus-menerus, dapat hilang atau timbul nyeri dalam waktu
yang lama. Keluhan yang menyertai biasanya pasien mengeluh rasa mual dan
muntah.
3. Riwayat penyakit dahulu
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan pasien sekarang. Pengalaman
penyakit sebelumnya, apakah memberi pengaruh kepada penyakit apendisitis yang
diderita sekarang serta apakah pernah mengalami pembedahan sebelumnya.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Vital Sign
1) Keadaan Umum
Keadaan pasien biasanya bisa baik ataupun buruk.
2) Tanda-tanda Vital

7
Tekanan Darah : biasanya tekanan darah normal
Nadi : biasanya terjadi peningkatan denyut nadi
Pernapasan : biasanya terjadi peningkatan bernafas atau normal
Suhu : terjadi peningkatan suhu akibat infeksi pada apendiks
3) Head to Toe
a. Kepala (Normochepal)
Pada pasien apendisitis biasanya tidak memiliki gangguan pada kepala.
b. Mata
Inspeksi : mata simetsis, refleks cahaya baik, konjungtiva
biasanya anemis, sklera tidak ikteris, dan ukuran pupil
isokor.
Palpasi : tidak ada edema di palpebra.
c. Hidung
Inspeksi : tidak ada sekret dan simetris.
Palpasi : tidak adanya benjolan atau masa pada hidung.
d. Telinga
Inspeksi : simetris kedua telinga, tidak ada sekret, tidak ada
pengeluaran darah atau cairan dari telinga.
Palpasi : tidak adanya edema dibagian telinga.
e. Mulut
Inspeksi : simetris, biasanya membran mukosa kering pada pasien
apendisitis karena kurangnya cairan yang masuk akibat
muntah atau puasa pre/post operasi, lidah bersih, gigi
lengkap, caries tidak ada, tonsil tidak ada, tidak ada
kesulitan menelan.
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening dan tyroid.
g. Thorax atau Paru-paru
Inspeksi : dinding dada simetris.
Palpasi : fremitus kiri dan kanan simetris.
Perkusi : sonor.
Auskultasi : tidak adanya bunyi nafas tambahan.

8
h. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi : ICS V mid klavikula sinistra.
Perkusi : batas jantung normal.
Auskultasi : reguler, tidak adanya bunyi tambahan.
i. Abdomen
Inspeksi : pada apendisitis sering ditemukan adanya abdominal
swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa
ditemukan distensi abdomen.
Palpasi : Nyeri tekan di titik Mc Burney disebut Mc Burney sign,
salah satu tanda dari apendisitis. Titik Mc Burney adalah
titik imajiner yang dipergunakan untuk memperkirakan
letak apendiks, yaitu 1/3 lateral dari garis yang dibentuk
dari umbilikus dan SIAS (spina ichiadica anterior
superior) dextra. Nyeri di titik ini disebabkan oleh
inflamasi dari apendiks dan persentuhannya dengan
peritoneum.
Perkusi : pada apendisitis sering ditemukan redup karena adanya
penumpukan feses pada apendiks, namun pada apendisitis
juga didapatinormal.
Auskultasi : bising usus normal atau meningkat pada awal apendisitis,
dan bising usus melemah (hipoaktif) jika terjadi perforasi.

j. Genitalia
Mengobservasi adanya penggunaan alat bantu perkemihan, biasanya pada
pasien apendisitis tidak mengalami gangguan pada genitalia.
k. Ekstremitas
Pada pasien apendisitis tidak mengalami gangguan pada ekstremitas atas
dan bawah.
l. Kulit

9
Adanya luka post operasi pada abdomen, tidak lecet, turgor kulit biasanya
kering karena kekurangan cairan akibat muntah atau puasa pre/post
operasi, pengisian kapiler refil dapat normal atau > 2 detik.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan (Nurarif 2016)


1. Nyeri akut berhungan dengan agen pencederan fisik
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
3. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan keengganan melakukan pergerakan
karena nyeri
4. Kerusakan integritas kulit/ jaringaan berhungan dengan Prosedur pembedah
5. Ansietas berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
6. Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan organisme pathogen
lingkungan
7. Resiko hipovelemia berhubungan dengan mual muntah

10
1.2.3 Intervensi Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


KEPERAWATAN [ CITATION Sue161 \l 1033 ] (SIKI 2018)
Nyeri akut berhubungan NOC : Kontrol nyeri Manajemen nyeri
dengan agen pencedera fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam diharapkan nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
berkurang kriteri hasil : kualitas serta intensitas nyeri
1. Klien tampak rileks 2. Identifikasi skala nyeri, serta respon nonverbal
2. Nyeri berkurang sampai hilang terhadap nyeri
3. Skala nyeri 1-0 3. Identifikasi faktor yang memperberat nyeri
4. Klien dapat menggunakan teknik 4. Monitor efek penggunaan analgesic
nonfarmakologi untuk mengurangi Teraupetik
nyeri 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
5. TTV dalam batas normal nyeri
2. Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgesic

Hipertermi berhubungan NOC : Termoregulasi Manajemen hipertermi


dengan proses inflamasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam diharapkan hipertermi 1. Identifikasi penyebab hipertermi
teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor suhu tubuh
1. Klien tidak menggigil 3. Monitor kadar elektrolit
2. TTV dalam batas normal 4. Monitor haluaran urine
3. Klien melaporkan kenyamanan suhu 5. Monitor komplikasi akibat hipertermi
4. Tidak terjadi dehidrasi Terapeutik

11
5. Klien tidak mengalami perubahan 1. Longgarkan atau lepaskan pakaian
warna kulit 2. Berikan cairan oral
6. Tidak sakit kepala 3. Lakukan kompres hangat pada dahi, leher, dada,
abdomen dan aksila.
4. Berikan oksigen , jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
2. Pemberian antipiretik
Hambatan mobilitas fisik NOC : Mobilitas Fisik Dukungan mobilisasi
berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
keengganan melakukan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
pergerakan karena nyeri klien meningkat dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi toleransi fisik saat melakukan pergerakan
1. Pergerakan ekstrmitas meningkat 3. Monitor tekanan darah sebelum melakukan
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi
3. Rentang gerak meningkat 4. Monitor kondisi umum sebelum mobilisasi
4. Nyeri berkurang sampai hilang Teraupetik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
melakukan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan klien untuk melakukan mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus di lakukan,
misalnya duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi
Kerusakan integritas kulit/ NOC : Perawatan integritas kulit
jaringaan berhungan dengan Integritas jaringan kulit & Observasi
Prosedur pembedah membrane mukosa 1. Identifikasi penyebab gangguan integritas kulit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Terapeutik
selama 3x24 jam diharapkan integritas 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah baring
kulit baik dengan kriteria hasil : 2. Gunaka produk berbahan petroleum atau minyak

12
1. Suhu normal pada kulit kering
2. Integritas kulit baik 3. Gunakan produk berbahan ringan atau alami dan
3. Tidak ada eritema hipoalergik pada kulit sensitif
4. Tidak timbul jaringan paru 4. Hindari produk berbahan alcohol pada kulit kering
5. Tidak ada nekrosis Edukasi
1. Anjurkan menggunakan pelembab
2. Anjurkan minum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan meningkatkan asupan buah dan sayur
5. Anjurkan menghindari terpaparnya suhu eksterm
6. Anjurkan menggunakan tabir surya SPF 30 saat
berada diluar rumah
Ansietas berhubungan dengan Ansietas berhubungan dengan kurang Terapi Relaksasi Otot Progressif
kurang terpaparnya informasi terpaparnya informasi Observasi
NOC : Tingkat Kecemasan 1. Identifikasi tempat yang tenang dan nyaman
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor secara berkala untuk memastikan otot
selama 3x24 jam diharapkan kecemasan rileks
klien berkurang sampai dengan hilang 3. Monitor adanya indicator tidak rileks (misalnya ada
dengan kriteri hasil : gerakan atau pernapasan yang berat)
1. Wajah tidak tegang Terapeutik
2. Klien tidak khawatir 1. Atur lingkungan agar tidak ada gangguan saat terapi
3. Tekanan darah dalam batas 2. Berikan posisi bersandar pada kursi atau posisi
normal lainnya yang nyaman
4. Nadi dalam batas normal 3. Hentikan sesi relaksasi secara bertahap
5. Tidak berkeringat 4. Beri waktu kepada klien untuk mengungkapkan
6. Klien mengungkapkan kelegaan perasaan tentang terapi
Edukasi
1. Anjurkan memakai pakaian yang nyaman dan tidak
sempit
2. Anjurkan melakukan relaksasasi otot rahang
3. Anjurkan klien untuk menegangkan otot selama 5-
10 detik kemudian anjurkan untuk merilekskan otot
20-30 detik

13
4. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih
dari 5 detik untuk menghindari kram otot
5. Anjurkan focus pada sensasi otot yang ditegangkan
6. Anjurkan klien untuk bernapas secara perlahan
Resiko infeksi berhubungan NOC : Keparahan Infeksi Pencegahan infeksi
dengan peningkatan organisme Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
pathogen lingkungan selama 3x24 jam diharapkan tidak Monitor tanda dan gejala lokal maupun sistemik
terjadi infeksi dengan kriteria hasil : Teraupetik
1. Tidak muncul tanda-tanda infeksi 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Klien tidak demam 2. Berikan perawatan kulit pada area edema
3. Klien tidak menggigil 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tin
4. Luka dalam kedaan bersih dan steril dakan
4. Pertahankan teknik aseptik
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
3. Ajarkan cara memeriksa konsisi luka operasi
Kolaborasi
kolaborasi pemeberian antibotik

Resiko hipovelemia NOC : Hidrasi Manajemen Hipovolemia


berhubungan dengan mual Setelah dilakukan tindakan keperawatan Observasi
muntah selama 3x24 jam diharapkan tidak 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis : frekuensi
terjadi resiko hipovelemi dengan nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah
kriteria hasil : menurun, turgor kulit menurun, tekanan nadi
1. Turgor kulit baik menyempit, kekurangan volume cairan, hematocrit
2. Membrane mukosa lembab meningkat, volume urin menurun, rasa haus, serta
3. Intake output seimbang lemah)
4. Bola mata tidak cekung 2. Monitor input dan output caitan
5. TTV dalam batas normal Teraupetik
1. Hitung kebutuhan cairan
2. Berikan posisi modified trendelenburg
3. Berikan asupan cairan oral

14
Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

15
BAB II

EVIDANCE BASED NURSING

2.1 Literature Review

Judul/Penulis/Tahun Desain Sample Variabel Intervensi Analisis Hasil Penelitian


Judul : Desain Sampel Independen : Mengunyah uji statistik yang Ada pengaruh mengunyah permen karet
Pengaruh penelitian ini berjumlah Pengaruh permenkaret diguanakan yaitu terhadap peristaltik usus post
mengunyah permen menggunakan 28 orang mengunyah xyliton uji Paired T Test appendiktomi.
karet terhadap pra- permen karet Aktifitas mengunyah (mastikasi) tidak
peristaltik usus post
eksperimental hanya melibatkan gigi tetapi juga jaringan
appendiktomi. jenis one-shot Dependen : periodontal, yang terdiri dari dua jaringan
case study pra Peristaltik lunak, gusi dan ligamentum periodontal, dan
Penulis : test-post test usus post dua jaringan kapur, sementum gigi dan tulang
Ahmad Hasan Basri, deign. appendiktomi alveolar. Pergerakan rahang seperlunya
Nunuk Sulistiyawati membutuhkan aktifitas otot-otot mastikasi
dan sendi temporomandibular., proses
Tahun 2018 mastikasi menstimulasi motilitas usus seperti
meningkatnya sekresi gaster, beberapa bagian
dari struktur oral dapat pula dilibatkan oleh
aktifitas motorik.
Mengunyah berfungsi sebagai Sham
Feeding (makan pura-pura) dapat
mempengaruhi stimulasi vagal dan pelepasan
hormon-hormon gastrointestinal dan
meningkatkan sekresi saliva serta cairan
getah pankreas, gastrin, dan neurotensin yang
dapat mempengaruhi proses motilitas usus,
duodenum, dan rektum di perut manusia
Judul : Penelitian ini Sampel Independen : Mengunyah uji statistik yang Ada pengaruh mengunyah permen karet
Pengaruh menggunakan berjumlah Pengaruh permenkaret diguanakan yaitu terhadap timbulnya motilitas usus pasca
mengunyah permen metode 20 orang mengunyah xyliton uji operasi dengan general anestesi
karet xylitol terhadap Penelitian permen karet uji t-test

16
timbulnya motilitas kuantitatif xylitol Mengunyah permen karet yang
usus dengan metode Dependen : mengandung xylitol dapat meningkatkan
pasca operasi dengan eksperimen timbulnya motilitas usus pasca operasi, karena adanya
general anestesi semu (Quasi motilitas usus mekanisme vagal cholinergic (parasimpatis)
Eksperimen). pasca operasi menstimulasi saluran pencernaan, hal ini
Penulis : dengan sama dengan proses makan secara oral,
Djunizar Djamaludin general namun secara teori, proses ini lebih jarang
, Eka Yudha anestesi menimbulkan respon muntah pada pasien dan
Chrisanto mencegah terjadinya aspirasi

Tahun 2021
Judul : Desain Sampel Independen : Mengunyah uji statistik yang Ada pengaruh mengunyah permen karet
Pengaruh penelitian yang berjumlah Pengaruh permenkaret diguanakan yaitu dengan Peristaltik usus pasien post
mengunyah permen digunakan 47 orang mengunyah xyliton uji paired sample appendiktomi.
karet terhadap adalah pre test permen karet t test Mengunyah berfungsi sebagai Sham
peristaltik usus and post test Feeding, stimulasi motilitas usus, duodenum,
pasien post design Dependen : dan rektum di perut manusia. Mengunyah
appendiktomi Peristaltik dapat memicu pelepasan hormon-hormon
usus pasien gastrointestinal dan meningkatkan sekresi
Penulis : post saliva serta cairan getah pankreas, gastrin,
Grace Erlyn apendiktomi dan neurotensin. Pelepasan hormon-bormon
Damayanti S, Arfah tersebut dapat memicu perisstaltik usus.
May Syara Semakin cepat peristaltik usus kembali
setelah prosedur operasi maka akan sangat
Tahun 2018 bermanfaat dalam proses pemulihan pasien.
Kembalinya peristaltik usus menjadi tanda
bahwa pasien sudah boleh mendapatkan
intake oral. Semakin cepat pasien makan,
maka akan semakin cepat terpenuhi
kebutuhan nutrisi yang akan mendukung
terhadap penyembuhan lluka operasi dan
pemulihan fisik post operasi.

17
2.2 Analisis PICOT (Population, Intervention, Comparison, Outcome, Time)

Judul/Penulis/Tahun Population Intervention Comparison Outcome Time


Judul : Pasien Mengunyah Ada pengaruh mengunyah Mengunyah
Pengaruh mengunyah permen karet apendiktomi permenkaret permen karet terhadap permenkaret
terhadap peristaltik usus post xyliton peristaltik usus post xyliton 3x sehari
appendiktomi. appendiktomi. selama 30 menit

Penulis :
Ahmad Hasan Basri, Nunuk Sulistiyawati

Tahun 2018
Judul : Pasien pasca Mengunyah Ada pengaruh mengunyah Mengunyah
Pengaruh mengunyah permen karet xylitol operasi dengan permenkaret permen karet xylitol permenkaret
terhadap timbulnya motilitas usus general anestesi xyliton terhadap timbulnya xyliton selama 10
pasca operasi dengan general anestesi motilitas usus menit
pasca operasi dengan
Penulis : general anestesi
Djunizar Djamaludin , Eka Yudha
Chrisanto

Tahun 2021
Judul : Pasien Mengunyah Ada pengaruh mengunyah Mengunyah
Pengaruh mengunyah permen karet apendiktomi permenkaret permen karet terhadap permenkaret
terhadap peristaltik usus pasien post xyliton peristaltik usus pasien post xyliton selama 30
appendiktomi appendiktomi menit

Penulis :
Grace Erlyn Damayanti S, Arfah May
Syara

Tahun 2018Tahun 2020

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
(TINJAUAN KASUS)

A. Data Biografi
Nama : Nn. G No. Register: 12-45-xx

Umur : 21 Tahun

Suku/Bangsa : Maluku

Status Perkawinan : Belum Menikah

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Tidak Bekerja

Alamat : Urimeseng

Tanggal Masuk RS : 26 /05/2021 Jam : 16.35 WIT

Tanggal Pengkajian : 27 /05/2021 Jam : 13.05 WIT

Catatan Kedatangan : klien datang menggunakan Kursi Roda

Keluarga terdekat yang dapat dihubungi:


Nama : Nn. C
Umur : 18 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Urimeseng
Sumber Informasi : Adik

19
B. Riwayat Kesehatan / Keperawatan
1. Keluhan Utama : Nyeri Akut
2. Riwayat Kesehatan Sekarang:
Klien datang sendiri ke RS dengan keluhan nyeri di perut bagian bawah sejak 3
hari yang lalu , setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter klien didiagnosa menderita
apendiksitis dan dianjurkan untuk melakukan operasi, mual (+), muntah (-).
Pada hari kamis tepat pukul 13.05 WIT klien telah selesai operasi, klien mengeluh
nyeri pada luka operasi, mual (+), muntah (-).
P : Nyeri pada luka operasi akan semakin di rasakan saat klien beraktifitas dan batuk.
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk.
R : nyeri pada perut bagian kanan bawah (tempat operasi) menjalar hingga kebelakang
S : skala nyeri 7 (Berat)
T : 5-10 menit (Hilang timbul).
Keluhan saat pengkajian:
Klien mengatakan nyeri pada luka operasi, sulit menggerakan ekstremitas, terutama
ekstremitas bawah karena nyeri.
Diagnosa Medis:
Post op apendiktomi H-I Tanggal: 27 Mei 2021
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan belum pernah masuk dengan penyakit yang sama, dalam keluarga
juga tidak ada penyakit turunan.
Alergi: Tidak ada alergi
Obat-obatan yang pernah digunakan:
Obat-obatan (Resep / Obat Dosis Dosis Frekuensi
Bebas) Terakhir
Antalgin
500 mg 500 mg 2x50mg

500 mg 500 mg 3x500mg


Paracetamol
500 mg 500 mg 2x500mg
Amoxilin

20
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada penyakit menular atau penyakit turunan dalan keluarga
5. Pola Fungsi Kesehatan (Gordon)
1) Pola Persepsi dan Pemeliharaan Kesehataan
Persepsi terhadap penyakit :
Klien mengatakan penyakit yang ia derita akibat dari dirinya sendiri yang tidak
memperhatikan jenis makanan yang di makan.
Penggunaan tembakau dan alkohol :
Klien mengatakan tidak pernah merokok dan minum alkohol
2) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Diet / supplement : Diet lunak (belum diizinkan makan karena masih ada
khusus efek anastesi)
Nafsu makan : Normal
Penurunan sensasi : sensasi pengecapan baik, mual(+), muntah(-) dan tidak
kecap terdapat stomatitis
Fluktuasi BB 6 bulan : Stabil
terakhir (naik/turun)
Kesulitan menelan : Tidak ada
(disfagia)
Gigi (lengkap / : Lengkap
tidak, gigi palsu)
Jumlah minum / 24 : klien belum di anjurkan minum karena baru selesai
jam dan jenis oprasi.
Frekuensi makan : belum di ajurkan makan karena baru selesai oprasi,
jenis makana diet lunak
Pantangan atau : klien belum boleh mengonsumsi makanan yang keras
alergi

3) Pola Eliminasi
Buang Air Besar (BAB)
Frekuensi : 1 x/hari
Warna : Coklat Konsistensi : Padat
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : Tidak ada

21
Buang Air Kecil (BAK)
Frekuensi : 5-6 x/hari Warna : kuning jernih
Kesulitan (dysuria, nokturia, hematuria, retensi, inkontinensia) : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

0 = Mandiri 3 = Dibantu orang lain dan peralatan


1 = Dengan alat bantu 4 = Ketergantungan / ketidakmampuan
2 = Dibantu orang lain
Kegiatan 0 1 2 3 4
Makan dan minum √
Mandi √
Berpakaian / berdadan √
Toiletting √
Mobilisasi ditempar tidur √
Berpindah √
Berjalan √
Menaiki tangga √

Kekuatan otot : 3 3
2 2
Kemampuan ROM : ROM Pasif
Keluhan saat beraktivitas : Nyeri perut kanan pada luka operasi.
4) Pola Istirahat dan Tidur
Lama tidur : 7-9 Jam /hari,malam 5-6 jam, tidur siang 1-2 jam, tidur pagi : ½ -1 jam
Waktu: 22:30-05:30 wit/malam, 13:00-14:00 wit/siang.
Kebiasaan menjelang tidur : Bercerita dengan keluarga
Masalah tidur (insomnia, terbangun dini, mimpi buruk) : Tidak ada
Lain-lain (merasa segar / tidak setelah tidur) : Merasa segar setelah bangun tidur.
5) Pola Kognitif dan Persepsi
Status mental : klien sadar dan orientasi baik
Bicara : Normal
Kemampuan berkomunikasi dan memahami : baik
Tingkat ansietas : Ringan

22
Pendengaran dan penglihatan : DBN tidak ada alat bantu
Vertigo : tidak ada
Ketidaknyamanan / Nyeri (Akut / Kronis) : Nyeri Akut
Penatalaksanaan Nyeri : Tidak ada
6) Persepsi Diri dan Konsep Diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan :
Klien mengatakan agak khawatir dengan penyakitnya karena sebelumnya belum
pernah menderita penyakit seperti ini.
7) Pola Peran Hubungan
Pekerjaan : Tidak bekerja
Sistem pendukung : Keluarga dan orang tua
Masalah keluarga berkenaan dengan perawatan RS : Tidak ada
Kegiatan sosial : klien selalu menjalin hubungan baik dengan orang-orangnya.
8) Pola Seksual dan Reproduksi
Tanggal menstruasi terakhir (TMA) : 11 Mei 2021
Masalah menstruasi : Tidak ada
Pap Smear terakhir : klien belum pernah melakukan Pap Smear
Masalah seksual berhubungan dengan penyakit : Tidak ada
9) Pola Koping dan Toleransi Stress
Perhatian utama tentang perawatan di RS atau penyakit (finansial, perawatan diri):
Perhatian utama klien adalah kesembuhannya.
Kehilangan / perubahan besar dimasa lalu : Tidak ada
Hal yang dilakukan saat ada masalah (sumber koping) : Berdiskusi dengan keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : Tidak ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari (santai / tegang) : Santai
10) Keyakinan dan Kepercayaan
Agama : Kristen protestan
Pengaruh agama dalam kehidupan : Beribadah dan berdoa sebagai penenang
pikiran
6. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum

23
Kesadaran : Composmentis GCS: 15. E : 4, V : 5, M : 6.
Klien tampak Sehat / Sakit / Sakit Berat : Sakit
BB : 62 Kg
TB : 160 Cm
2) Tanda-Tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
N : 105 x/m
RR : 20 x/m
S : 36,4 0C
SpO2 : 97%
3) Kulit
Warna kulit (sianosis, icterus, pucat eritema, dll) : Terdapat luka post op
Kelembapan : kulit lembab, tidak kering
Turgor kulit : Baik dan tidak terdapat oedema
4) Kepala / Rambut
Inspeksi : Rambut bersih, ketombe (-), lesi (-), warna rambut hitam
Palpasi : Tidak ada benjolan pada kepala
5) Mata
Inspeksi : Simetris ki/ka, konjungtiva ananemis, sclera normal, pupil isokor.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada area palpebra.
6) Telinga
Inspeksi : Simetris ki/ka, serumen (-), pendengaran baik.
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-).
7) Hidung dan Sinus
Inspeksi : Penciuman baik, secret (-), pernafasan cuping hidung (-).
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.

8) Mulut dan Tenggorokan


Inspeksi : Sianosis (-), luka (-), gigi lengkap, mukosa bibir kering.
Palpasi : Benjolan (-), nyeri tekan (-).
9) Leher

24
Inspeksi : Tidak ada bejolan, lesi (-), tidak terlihat distensi vena jugularis
Palpasi : Pembengkakan kelenjar getah bening (-), benjolan/massa (-),
tidak terdapat krepitasi.
10) Thoraks atau Paru
Inspeksi : Dada simetris ki/ka, memar/lebam (-).
Palpasi : Pengembangan paru simetris, krepitasi (-), nyeri tekan pada
dinding thoraks (-), benjolan (-).
Perkusi : Terdengar bunyi sonor
Auskultasi : Bunyi napas vesikuler
11) Jantung
Inspeksi : Dada simetris ki/ka.
Palpasi : Tidak teraba iktus kordus pada apeks jantung (ICS 5).
Auskultasi : Terdengar S1 dan S2 tunggal (Lup-Dup), tidak ada bunyi jantung
tambahan
12) Abdomen
Inspeksi : adanya luka oprasi post op hari pertama dengan terpasan
darinase perdarahan sebanyak 5 cc
Palpasi : Nyeri tekan pada abdomen
Auskultasi : Bising usus 4x/mnt
Perkusi : Bunyi pekak
13) Genetalia
Inspeksi : Terpasang kateter, vagina tampak bersih
Palpasi : Lesi (-), benjolan (-).
14) Ekstremitas
Inspeksi : Tidak ada benjolan atau massa, terpasang IVFD 20 tpm pada
tangan kiri.

Kekuatan otot : 3 3
2 2
Palpasi : Teraba hangat.
15) Vaskuler Perifer

25
CRT : ˂ 3 dtk
Clubbing : Tidak ada
Perubahan warna : Tidak ada
16) Neurologis
Status mental / GCS: 15. E : 4, V : 5, M : 6.
Motorik : Tidak ada masalah
Sensorik : Tidak ada masalah
Tanda Rangsangan Meningeal :
 Kaku kuduk : Negatif
 Brudzinski I : Negatif
 Brudzinski I : Negatif
 Kerning : Negatif
Saraf kranial :
Nervus I (olvaktorius) : Klien dapat mengidentifikasikan bau
Nervus II (optikus) : Penglihatan baik
Nervus III (okulomotorius) : Klien dapat menggerakan bola mata kiri dan
kanan
Nervus IV (troklearis) : Klien dapat menutup dan membuka
palpebra
Nervus V (Trigeminus) : Klien dapat mengunyah, membuka mulut
dan menutup mulut
Nervus VI (Abdusen) : Pupil berdilatasi saat di berikan rangsangan
cahaya
Nervus VII (Facial) : Klien dapat mengangkat alis dan
menyeringai
Nervus VIII (Vestibulokoklearis) : Klien tidak mengalami gangguan
pendengaran
Nervus IX (Glosofaringeus) : Ada refleks batuk, muntah dan tidak ada
gangguan bicara
Nervus X (Vagus) : Klien tidak mengalami disfagia
Nervus XI (Asesoris) : Tidak teraba ketegangan otot
sternokleidomastoideus
Nervus XII (Hipoglasus) : Klien dapat menjulurkan lidah

7. Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik dan Laboratorium)

26
(Dibuat setiap dilakukan pemeriksaan berdasarkan tanggal dilakukan)
No Hari/tgl Jenis pemeriksaan Hasil Nilai Interpertsi
normal
1 26-05-2021 Eritrosit 4-5/ LDB 4.0-5.0/LPB Normal
Pemeriksaan Leukosit 2-3/LPB 2.0-10/LPB
urin Sel epitel Positif (++
+)
2 26-05-2021 Waktu pembekuan 7 menit 1-14 menit Normal
Hematologi Waktu pendarahan
3 menit 1-7 menit Normal

Pemeriksaan Radiologi ( Foto Abdomen)

8. Penatalaksanaan Pengobatan
No Tanggal/ Jenis dosis Indikasi
waktu (oral/IV/IM/tropical)
1 Kamis, IVFD Futrolit 20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
27-05-2021 dalam tubuh
Ketorolac 3x1/IV 30 mg Meredakan nyeri

27
Tramadol 3x1/IV 50 mg Meredakan nyeri pasca operasi
Ondansentron 3x1/IV 4 mg Mengatasi Mual muntah
Ceftriaxone 2x1/ IV 1 gr Sebagai Antibiotik
Ranitidin 3x1/IV 4 mg Mengatasi Asam lambung
2 Jumat, IVFD Futrolit 20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
28-05-2021 dalam tubuh
Ketorolac 3x1/IV 30 mg Meredakan Nyeri
Ceftriaxone 2x1/ IV 1 gr Sebagai Antibiotik
Ranitidin 3x1/IV 4 mg Mengatasi Asam lambung
3 Sabtu, IVFD Futrolit 20 tpm Memenuhi kebutuhan cairan
29-05-2021 dalam tubuh
Ketorolac 3x1/IV 30 mg Meredakan Nyeri
Ceftriaxone 2x1/ IV 1 gr Sebagai Antibiotik
Ranitidin 3x1/IV 4 mg Mengatasi Asam lambung

Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif


- Klien Mengatakan Nyeri Pada Luka - Klien tampak merigis
Oprasi ( abdomen kanan bawah) - Klien tampak ingin menangis
P : Nyeri akan semakan dirasakan - Tampak meremas tempat tidur
saat klien aktivitas dan batuk - Klien tampak gelisah
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk - Klien tampak lemas
R: Nyeri pada perut bagian bawah - Kekuatan otot 3 3
( tempat operasi) menjalar hingga ke 2 2

28
belakang - Kemampuan rom pasif
S : Skala nyeri 7 (berat) - TTV :
T : Tima 5-10 menit (hilang timbul) TD : 100/70 mmhg
- Klien mengatakan sulit mengerakan N : 105x/menit
ekstermitas terutama ekstermitas RR : 20x /menit
kanan bawah karena nyeri S : 36,5 0 C
- Klien mengatakan nyeri saat Spo2 : 97 %
bergerak - Terpasang IVFD Futrolit 20 tpm
- Aktifitas dibantu keluarga
- Terdapat luka insisi pada perut bagian
bawah
- Tampak pendarahan pada drain 5cc

Analisa Data
Tanggal Data Etiologi Masalah
Kamis Ds :
27-05-2021 - Klien Mengatakan Nyeri Pada Luka Agen Nyeri akut
Oprasi ( abdomen kanan bawah ) pencedraan
P : nyeri akan semakan dirasakan fisik
saat klien aktivitas dan batuk
Q : nyeri seperti tertusuk-tusuk
R: Nyeri pada perut bagian bawah
(tempat operasi) menjalar hingga ke
belakang
S : Skala nyeri 7 (berat)
T : time 5-10 menit (hilang timbul)
Do :
- Klien tampak merigis

29
- Klien tampak ingin menangis
- Tampak meremas tempat tidur
- Klien tampak gelisah
- TTV :
TD : 100/70 mmhg
N : 105x/menit
RR : 20 x /menit
S : 36,5 0 C
Spo2 : 97 %
Kamis Ds :Klien mengatakan sulit mengerakan
27-05-2021 ekstermitas terutama ekstermitas kanan
bawah karena nyeri Nyeri Hambatan
Do : mobilitas fisik
- Klien tampak lemas
- Kekuatan otot 3 3
2 2
- Kemampuan rom pasif
- Aktivitas dibantu keluarga
- Terpasang IVFD RL 20 tpm
Kamis Ds : -
27-05-2021 Do :
- Terdapat luka insisi pada perut Prosedur Kerusakan
bagian bawah bedah integritas kulit
- Tampak pendarahan pada drainase
5cc
- Klien tampak menahan nyeri

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhungan dengan agen pencedraan fisik
2. Hambatan mobilitas fisik berhungan dengan Nyeri
3. Kerusakan integritas kulit berhungan dengan Prosedur bedah

30
Rencana Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan
No Hari/ tgl Waktu Intervensi
(tujuan dan kriteria hasil )
1 Kamis 14.30 Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manejemen nyeri
27/05/2021 wit selama 3x24 jam diharapkan nyeri klien Observasi
menurun dengan 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
kriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
1. Keluhan nyeri menghilang 2. Identifikasi respon nyeri nonverbal
2. Ekspersi nyeri menghilang Teraupetik
3. Gelisah menghilang 1. Kontrol lingkungan yang memperberatkan rasa
nyeri
Edukais
1. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
menguragi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi dalam pemberian analgesik
Setelah di lakukan tindakan keperawatan Dukungan mobilisasii
2. Kamis, 15.10 selama 3 x 24 diharapkan mobilitas fisik Observasi
27/05/2021 Wit meningkat dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisi kindk
1. Pergerakan ekstremitas meningkat 2. Monitor kondisi umum selama melakukan
2. Kekuatan otot meningkat mobilisasi
3. Rentang gerak room meningkat 3. Monitor kekuatan otot sebelum mobilisasi
4. Nyeri menghilang Teraupetik
5. Kekuatan otot 1. Fasilitasi aktivitas derngan alat bantu ( mis.
5 5 Pagar tempat tidur )
5 5 2. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Ajarkan mobilisasi sederhana yang bharus di
lakukan ( mis. Duduk ditempat tidur, disisi tidur,
pindah dari tempat tidur ke kursi

31
3 Kamis, 16.00 Setelah di lakukan tindakan keperawatan Perawatan integritas kulit
27/05/2021 Wit selama 3 x 24 diharapkan masalah Observasi
kerusakan integritas kulit dapat diatasi 1. Identifikasi penyebap gangguan integritas kulit
dengan kriteria hasil : 2. Monitor akan adanya kemerahan
1. Kerusakan kulit teratasi Teraupetik
2. Nyeri menghilang 1. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirai baring
3. Perdarahan tidak ada 2. Anjurkan pasien untuk mengguanakan pakaian
yang longgar
3. Membersihkan, memantau dan meningkatkan
proses penyembuhan lukayang di tutupi dengan
jahitan, klip atau straples
4. Gunakan pproduk pelembap petrolium atau
minyak pada kulit kering
Edukasi
1. Anjurikan mengguanakan pelembap (mis lition,
serum)
2. Anjurkan meminum air yang cukup
3. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
4. Anjurkan mandi dan mengguanakn sabun
secukupnya

32
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari I

No
Hari/tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi ( SOAP) Paraf
Dx
Kamis 06.30 S : Klien mengatkan masih teras nyeri pada
27/05/2021 I 14.30 1. Mengidentifikasi lokasi,karakteristik, durasi, wit luka operasi
wit frekuensi,kualifikasi,intensitas nyeri P : Nyeri akan semakin dirasakan saat
Hasil : klien beraktivitas dan batuk
P : nyeri akan semakin dirasakan saat klien Q : Nyeri spertio tertusuk – tusuk
beraktivitas dan batuk R : Nyeri perut bagian bawah
Q : nyeri seperti tertusuk – tusuk ( tempat oprasi ) menjalar hingga ke
R : nyeri perut bagian bawah ( tempat oprasi ) belakang
menjalar hingga ke belakang S : Skala nyeri 5 ( sedang )
S : skala nyeri 7 ( berat) T : Time 5 -10 menit ( hilang timbul)
T : Time 5 – 10 menit ( hilang timbul) O :
2. Mengidentifikasi respon nyeri nonverbal. - Klien tampak masih meringis
Hasil : - Klien tampak gelisah
- Klien tampak mmeringis - TTV
- Klien tampak ingin menangis TD : 110/70 mmhg
14. 35 - Klien tampak meremas tempat tidur N : 89x/menit
wit 3. Mengontrol lingkungan yang memperberat R : 20x/menit
nyeri
Hasil : A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
- Lingkungan di sekitar klien ampak tenang P : Lanjutkan intervensi 1-4 di lanjutkan
14.38 4. Mengajarkan tehnik nonfarmakologi relaksasi 1. Mengidentifikasi
wit nakes dalam untuk mengurangi rasa nyeri lokasi,karakteristik, durasi,
Hasil : frekuensi,kualifikasi,intensitas nyeri
- Klien melakukan relaksasi nafas dalam 2. Mengidentifikasi respon nyeri
dengan intruksi perawat nonverbal.
5. Berkolabirasi dalam pemberian analgesik 3. Kontrol lingkungan yang
15.50 memperberat nyeri
Hasil :
wit 4. Mengajarkan tehnik nonfarmakologi
- Inj tramadol 3 x 50 mg
- Inj ketoralac 3 x 30 mg relaksasi nakes dalam untuk
mengurangi rasa nyeri

33
5. Kolaborasi dalam pemberian
analgesik

Kamis, II 15:10 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 06.40 S:


27/05/2021 wit fisik lainnya wit - Kesulitan mengerakan ekstremitas
Hasil bawah karena nyeri
- Klien mengatakan nyeri di luka oprasi, - Klien dan keluarga paham dengan
kesulitan mengerakan ekstremitas bawah apa yang di jelaskan perawat
karena nyeri
O:
15:13 2. Memonitor kondisi umum selama melakukan - Klien masih tampak lemas
wit mobilisasi - Aktivitas dibantu keluarga
Hasil : - kekuatan otot 5 5
- Klien tampak lemah
2 2
15:18 3. Monitor kekuatan otot sebelum mobilisasi
wit Hasil
- ROM Pasif
- Klien tampak lemas, aktifitas dibantu oleh - Terpasang IVFD RL 20 tpm
keluarga A : Masalah gangguan mobilita fisik belum
kekuatan oto 3 3 teratasi
2 2 P : Intervensi 5 dihentikan
15:20 4. Melibatkan keluarga dalam membantu klien lanjutkan intervensi
wit dalam meningkatkan pergerakan 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
Hasil : fisik
- Perawat dan keluarga membantu klien 2. Monitor kondisi umum selama
dalam melakukan mobilisasi. melakukan mobilisasi
15:24 5. Mengajelaskan tujuan dan prosedur 3. Monitor kekuatan otot sebelum mobilisasi
wit mobilisasi 4. Libatkan keluarga dalam membantu klien
Hasil dalam meningkatkan pergerakan
- Klien dan keluarga paham dengan apa 6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang
yang di jelaskan perawat harus di lakukan ( mis. Duduk ditempat
23 50 6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus tidur, disisi tidur, pindah dari tempat tidur
wit di lakukan ( mis. Duduk ditempat tidur, disisi ke kursi).
tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi)
Hasil
- Perawat mengajarkan mobilisasi sederhana
mika/miki, mengerakan ekstermitas secara

34
perlahan

Kamis, III 16.00 1. Mengidentifikasi penyebap gangguan 06.50 S : Klien mengatakan kurang merasa
27/05/2021 Wit integritas kulit Wit nyaman merasa nyaman pada daerah luka
Hasil : O:
- Gangguan integritas kulit disebepkan - Luka insisi tampak masih lembap
adanya luka insisi - Tampak pendarahan pada drain 3cc
16.05 2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirai baring - Nyeri pada daerah luka
wit Hasil : A : Masalah kerusakan integritas kulit
- Klien belum di anjurkan mengubah belum tertasi
posisinya karena baru selesai oprasi P : Hentikan intervensi 5 dan 6
16.08 3. Menganjurkan pasien untuk mengguanakan Lanjutkan intervensi 1,2, 3 dan 4 !
wit pakaian yang longgar
Hasil : 1. Identifikasi penyebap gangguan
- klien tampak mengguanakan pakaian integritas kulit
longgar 2. Monitor akan adanya kemerahan
16.12 4. Membersihkan, memantau dan meningkatkan
3. Ubah posisi tiap 2 jam jika tirai baring
wit proses penyembuhan luka yang di tutupi
dengan jahitan, klip atau straples 4. Membersihkan, memantau dan
Hasil : meningkatkan proses penyembuhan
- Luka masih tampak perdarahan pada drain lukayang di tutupi dengan jahitan, klip
5 cc, luka masih tampak lembap atau straples
16.17 5. Menganjurkan meminum air yang cukup
wit Hasil :
- Klien belum meminum air karena baru
selesia opasi
16.20 6. Mengannjurkan meningkatkan asupan nutrisi
wit Hasil :
- Klien belum di anjurkan makan karena
baru selesia opasi

35
Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari II

No.
Hari/Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dk
Jumat, 08.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 06.30 S : Klien mengatakan masih nyeri pada luka
28/05/21 wit frekuensi, kualitas, intensitas nyeri wit operasi.
I Hasil :  P : Nyeri akan semakin dirasakan
 P : Nyeri akan semakin dirasakan saat klien saat klien beraktifitas dan batuk
beraktifitas dan batuk Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk
Q : Nyeri seperti tertusuk-tusuk R : Nyeri perut bagian bawah
R : Nyeri perut bagian bawah (lokasi (tempat operasi )
operasi) menjalar hingga ke belakang S : Skala nyeri 4 ( Sedang)
S : Skala nyeri 5 (sedang) T : Time 4-8 menit (Hilang timbul)
T : Time 4 -8 menit (Hilang timbul) O : Klien masih tampak meringis
2. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal  Tampak gelisah
08.35 Hasil :  TD : 110/80 mmHg
wit  Klien masih tampak meringis N : 87x/m
 Klien masih tampak gelisa R : 22x/m
3. Mengontror lingkungan yang memperberat A : Masalah nyeri akut teratasi sebagian
nyeri P : Hentikan Intervensi 3 dan 4
08.38 Hasil : Lanjutkan intervensi
wit  Lingkungan disekitar klien tampak tenang 1. Identifikasi lokasi karakteristik,
4. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
untuk mengurangi rasa nyeri nyeri
Hasil : 2. Identifikasi respon nyeri nonverbal
08.45  Klien melakukan relaksasi nafas dalam 5.  Kolaborasi dalam pemberian
wit secara mandiri analgesik

5. Berkolaborasi pemberian analgesik


09.00 Hasil :
wit  Inj Ketorolak 3x 30 mg

36
Jumat, 09.30 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 06.40 S : Klien mengatakan mulai mampu
28/05/21 II Wit fisik lainnya. wit menggerakan ekstermitas bawah
Hasil : karena walau merasa nyeri.
 Klien mengatakan di luka operasi, O:
kesulitan menggerakan ekstremitas bawah  Klien mulai tampak kuat
karena nyeri.  Aktivitas masih dibantu keluarga
09.35 2. Memonitk kondisi umum selama melakukan  Kekuatan otot 5 5
wit mobilisasi 3 3
Hasil :  Kemampuan ROM mulai membaik
 klien masih tampak lemas  Terpasang IVFD RL 20 Tpm
09.32 3. Memonitor kekuatan otot sebelum mobilisasi A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
wit Hasil : sebagian
 Kekuatan otot 5 5 P : Hentikan intervensi 5 dan 6
09.35 2 2 Lanjutkan intervensi 1, 2, dan 3
wit 1. Identifikasi adanya nyeri atau
4. Melibatkan keluarga untuk membantu klien keluhan fisik lainnya
dengan meningkatkan pergerakan 2. Monitor kondisi umum selama
Hasil : melakukan mobilisasi
 Tampak keluarga membantu klien dalam 3. Monitor kekuatan otot sebelum
09.40 mobilisasi. mobilisasi
wit 4. Libatkan keluarga untuk membantu
6. Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus klien dalam meningkatkan
dilakukan. pergerakan.
Hasil :
 Perawat mengajarkan mobilisasi
sederhana miring kiri, miring kanan,
menggerakan ekstermitas secara perlahan.
Jumat, 10.00 1. Mengidentifikasi penyebap gangguan 06.50 S : Klien mengatakan mulai merasa nayaman
28/05/21 III wit integritas kulit wit pada daerah luka
Hasil : O:
- Gangguan integritas kulit disebepkan  Luka insisi tampak mulai mengering
adanya luka insisi  Tidak ada perdarahan pada drain

37
10.05 2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirai baring  Nyeri luka operasi berkurang
wit Hasil : A : Masalah kerusakan integritas kulit
- Posisi klien telah di ubah teratasi sebagian
3. Menganjurkan pasien untuk mengguanakan P : Hentikan intervensi 3, 5 dan 6
10.10 pakaian yang longgar Lanjutkan intervensi 1,2, dan 4
wit Hasil :
- klien tampak mengguanakan pakaian 1. Identifikasi penyebap gangguan
longgar integritas kulit
4. Membersihkan, memantau dan meningkatkan 2. Monitor akan adanya kemerahan
10.14 proses penyembuhan luka yang di tutupi
wit dengan jahitan, klip atau straples 4. Meningkatkan proses penyembuhan
Hasil : lukayang di tutupi dengan jahitan, klip
- Luka masih tampak perdarahan pada drain atau straples
3 cc, luka masih tampak lembab

Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan Hari III

No.
Hari/Tgl Jam Implementasi Paraf Jam Evaluasi (SOAP) Paraf
Dk
Sabtu 08.30 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, 06.30 S : Klien mengatakan nyeri pada luka operasi
29/05/21 I Wit frekuensi, kualitas, intensitas nyeri wit semakin berkurang.
Hasil :  P : Nyeri akan semakin dirasakan
 P : Nyeri akan semakin dirasakan saat luka saat luka ditekan
klien ditekan Q : Nyeri seperti kram
Q : Nyeri seperti kram R : Nyeri perut bagian bawah (Luka
R : Nyeri perut bagian bawah (lokasi operasi)
operasi) S :skala nyeri 2 (ringan)
S : Skala nyeri 4 (Sedang) T : 3-5 menit (Hilang timbul)
T : 4-8 menit (Hilang timbul) O : Klien tampak rileks
08.35 2. Mengidentifikasi respon nyeri non-verbal  TD : 110/70 mmHg
wit Hasil : N : 88x/m
 Klien mulai tampak senang RR : 20x/m
09.00 5. Berkolaborasi dengan dokter pemberian S : 37 0C
wit analgesik A : masalah nyeri akut teratasi sebagian
Hasil : P : lanjutkan intervensi 1,2, dan 5

38
 Inj Ketorolak 3x30mg 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2. Identifikasi respon nyeri non-verbal
5. Kolaborasi dalam permberian analgesik
Sabtu 09.30 1. Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan 06.40 S : Klien mengatakan mampu mobilisasi dan
29/05/21 II Wit fisik lainnya wit aktivitas walau masih dibantu keluarga,
Hasil : nyeri yang dirasakan saat beraktivitas
 Klien mengatakan nyeri di tempat luka semakin berkurang.
operasi O:
09.33 2. Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat  Klien tampak kuat
wit bantu (mis. Pagar tempat tidur)  Aktivitas masih dibantu keluarga
Hasil :  Kekuatan otot 5 5
 Pagar tempat tidur klien terpasang 4 4
09.35 3. Memonitor kondisi umum selama melakukan  ROM aktiv
wit mobilisasi  Terpasang IVFD Futrolit 20 Tpm
Hasil : A : Masalah gangguan mobilitas fisik teratasi
 Klien tampak mulai kauat sebagian
09.39 4. Melibatkan keluarga untuk membantu klien P : Hentikan intervensi 1 dan 3
wit dalam meningkatkan pergerakan Lanjutkan intervensi
Hasil : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan
 Tampak keluarga membantu klien dalam fisik lainnya.
mobilisasi dan beraktivitas 3. Libatkan keluarga untuk membantu
klien dalam mobilisasi.
Sabtu III 10.00 1. Mengidentifikasi penyebap gangguan integritas 06.50 S : Klien mengatakan merasa nyaman pada
29/05/21 Wit kulit wit luka operasi walaupun masih merasa
Hasil : nyeri
- Gangguan integritas kulit disebepkan O:
adanya luka insisi 1. Luka insisi tampak kering
10.05 2. Mengubah posisi tiap 2 jam jika tirai baring 2. Tidak ada perdarahan
wit Hasil : 3. Nyeri luka operasi semakin
- Posisi klien telah di ubah berkurang
3. Membersihkan, memantau dan meningkatkan A : Masalah kerukan integritas kulit teratasi
proses penyembuhan luka yang di tutupi sebagian teratasi
10.10 dengan jahitan, klip atau plester P : Lanjutkan intervensi
wit Hasil : 1. Identifikasi penyebap gangguan
- Luka tampak mulai kering. integritas kulit

39
2. Bersihkan, memantau dan meningkatkan
proses penyembuhan luka yang di tutupi
dengan jahitan, klip atau plester

40
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian apendisitis yaitu peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai
cacing (apendik). Infeksi ini mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah,
usus buntu itu bias pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan
menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum). Usus buntu besaranya sekitar
kelingking tangan dan terletak di perut kuadran kanan bawah strukturnya seperti bagian
usus lainnya. Jika terjadi infeksi maka dibutuhkan pembedahan pada apendiks.
Apendiktomi merupakan pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks yang
di lakukan untuk mengangkat apendiks / usus buntu yang telah terinflamasi. Apendiktomi
dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau
dengan laparoskopi.
B. SARAN
1. Bagi instansi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit)
Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien dengan lebih optimal dan
mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun pasien
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada
umumnya.
2. Bagi institusi pendidikan
Diharapkan lebih meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang berkualitas dan
profesional sehingga dapat menghasilkan perawatperawat yang trampil, inovatif dan
profesional yang memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kode etik perawat.
3. Bagi penulis
Diharapkan dapat meningkatkan kualitas kesehatan khususnya pada penderita
apendiksitis, baik individu, keluarga dan masyarakat serta dapat menjadi pegangan
atau manfaat bagi penulis untuk meningkatkan pengetahuan dalam perawatan pasien
yang mengalami apendiksitis.

41
DAFTAR PUSTAKA

Fransisca, Cathleya., Gotra, I Made., Mahastuti, Ni Made. (2019). Karakteristik Pasien dengan
Gambaran Histopatologi Apendisitis di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2015-2017. Jurnal
Medika Udayana, 8(7), 1-6.
Hidayatullah, R. M. R. (2014). Efektivitas Antibiotik yang Digunakan pada Pasca Operasi
Appendisitis Di RUMKITAL dr . Mintohardjo Jakarta Pusat
Kiik, S. M. (2018). Pengaruh Mobilisasi Dini Terhadap Waktu Pemulihan Peristaltik Usus Pada
Ruang ICU BPRSUD Labuang Baji Makassar.
Mulya, R. E. (2015). Pemberian Mobilisasi Dini Terhadap Lamanya Penyembuhan Luka Post
Operasi Apendiktomi.
National Institute of Health (NIH)., National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney
Diseases (NIDDK). (2012). Appendicitis. USA.
PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
PNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta:
DPP PPNI
PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi 1 : Jakarta: DPP
PPNI
Pritahayuningtyas, 2015. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta Gosyen
Publishing
Smeltzer & Bare. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brurner & Suddarath (8th
ed.). Jakarta: EGC.
Sofiah, Wiwik. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Yang Mengalami Post Op Apendiktomi
Dengan Resiko Infeksi di RSUD Kota Jakarta Utara. 8(2), 1–10.
Sue Moorhead, M. j. (2016). Nursing Ourcomes Classification (NOC). Oxford: CV Mecomedia.
Sulikhah, N. M. (2014). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis Pada Pasein Operasi
Apendiktomi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. 1–12.
Warsinggih. (2016). Appendicitis Acute. Diakses pada tanggal 1 Oktober 2019 dari, APPE
DISITIS-AKUT.pdf

42
Wahid, A. (2013). Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Gastrointestinal. Jakarta :
Trans Info Media.
Wijaya, A. S., & Putri, Y. M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa
Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika.

43

Anda mungkin juga menyukai