Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH


DI RUANG PERINATOLOGI
Dosen pembimbing : Ria Andriani, M.Kep.,Sp.,Kep.,An.

Di susun oleh:
PUTRI EXA LORENZA
1932311034

S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KESEHATAN
UMIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI
TAHUN 2021

Jl. R. Syamsudin, SH. No. 50 Tlp (0266) 218345 Fax : (0266) 218342 Sukabumi
43113
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Bayi berat lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2.500 gram
pada saat lahir (Mitayani, 2009). Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan
berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah
berat bayi yang ditimbang dalam satu jam setelah lahir (Ikatan Dokter Anak Indonesia,
2004).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya
kurang dari 2500 gram (Prawirohardjo, 2010). BBLR adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gastasi berat lahir yaitu bayi yang di
timbang dalam 1 jam setelah bayi lahir (Hanifah, 2010). Dari beberapa pengertian diatas
dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir yang berat
badannya kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasinya.

2. Etiologi
Menurut Huda dan Hardhi, (2013) penyebab kelahiran bayi berat badan lahir rendah
yaitu :
a. Prematur Murni
Premature Murni adalah neonates dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu dan
mempunyai berat badan yang sesuai dengan masa kehamilan atau disebut juga
neonates preterm atau BBLR. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan
premature atau BBLR adalah :
1) Faktor ibu :
a) Riwayat kelahiran premature sebelumnya.
b) Umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35 tahun.
c) Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d) Penyakit ibu:HT, jantung, gangguan pembuluhdarah  (perokok).
e) Primigravidarum: ibu yang pertama kali hamil
f) Usia ibu  <  20 tahun.
2) Faktor kehamilan
a) Faktor janin
Seperti cacat bawaan,infeksi dalam rahim dan kehamilan ganda, anomaly
congenital.
b) Faktor kebiasaan : pekerjaan yang melelahkan.
b. Dismature
Dismatur(IUGR) adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnya untuk masa kehamilan dikarenakan mengalami gangguan pertumbuhan
dalam kandungan. Menurut Renfield (1975) IUGR dibedakan menjadi dua yaitu :
1) Proportionate IUGR
Janin yang menderita distress yang lama dimana gangguan pertumbuhan terjadi
berminggu-minggu.
2) Disporpotionate IUGR
Terjadi karena distress subakut gangguan terjadi beberapa minggu sampai beberapa
hari sampai janin lahir. Factor-faktor yang mempengaruhi BBLR pada dismatur
adalah :
a) Faktor ibu (HT, GGK, perokok, DM, toksemia, dan hipoksia ibu)
b)  Faktor utery dan plasenta (uterus bicornis,infark plasenta,insersi tali pusat).
c)  Faktor janin (kelainan kromosom, gamelli, cacat bawaan, infeksi dalam
kandungan)
d) Penyebab lain : keadaan sosial ekonomi yang rendah.

3. Klasifikasi
a. Bayi Berat Lahir Rendah dapat digolongkan menjadi 2, yaitu (Merenstein, 2002):
1) Prematur Murni/Bayi Kurang Bulan
Masa gestasi  37 minggu dan berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi itu, atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan
(NKB-SMK).

2) Dismaturitas/Bayi Kecil Masa Kehamilan


Bayi lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa gestasi itu, bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intra uterin dan merupakan bayi yang kecil
untuk masa kehamilannya tersebut (KMK). Berat badan kurang dari seharusnya
yaitu dibawah persentil ke-10 (kurva pertumbuhan intra uterin Usher Lubchenco)
atau dibawah 2 Standar Deviasi (SD) (kurva pertumbuhan intra uterin Usher dan
Mc. Lean).

b. Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, bayi berat lahir rendah

dibedakan dalam:

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), beratlahir 1500-2499 gram.

2) Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

3) Bayi Berat Lahir Ekstrim rendah (BBLER), berat lahir < 1000 gram.

4. Patofisiologi
Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum
cukup bulan (premature) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir
cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu),tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil
ketimbang masa kehamilanya,yaitu tidak mencapai 2500 gram. Biasanya hal ini terjadi
karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan
oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-
keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.
Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan,dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, system reproduksi normal,tidak menderita sakit,
dan tidak ada gangguan gizi pada masa pra hamil maupun saat hamil, ibu akan
melahirkan bayi lebih besar dan lebih sehat daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang
sebaliknya. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan
bayi BBLR,vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi,terlebih lagi bila ibu
menderita anemia.
Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar HB berada di bawah
normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering
tyerjadi selama masa kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga
hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang
normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun
sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan
gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak.
Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan,abortus,cacat
bawaan,BBLR,anemia pada bayiyang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan
mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang
menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan premature juga lebih besar.

5. Komplikasi
a. Sindroma distress respiratorik idiopatik
Terjadi pada 10 % bayi kurang bulan. Nampak konsolidasi paru progresif akibat
kurangnya  surfaktan yang menurunkan tegangan permukaan di alveoli dan mencegah
kolaps. Pada waktu atau segera setelah lahir bayi akan mengalami :
1) Rintihan waktu inspirasi
2) Napas cuping hidung.
3) Kecepatan respirasi lebih dari 70/menit.
4) Tarikan waktu inspirasi pada sternum (tulang dada).
5) Nampak gambaran sinar-X dada yang khas bronkogrm udara dan pemeriksaan gas
darah menunjukkan :
6) Kadar oksigen arteri menurun
7) Konsentrasi CO2 meningkat
8) Asidosis metabolic
Pengobatan dengan oksigen yang dilembabkan, antibiotika, bikarbonas intravena
dan makanan intravena. Mungkin diperlukan tekanan jalan positif berkelanjutan
menggunakan pipa endotrakea. Akhirnya dibutuhkan pernapasan buatan bila timbul
gagal napas dengan pernapasan tekanan positif berkelanjutan.
b. Takipnea selintas pada bayi baru lahir
Paru sebagian bayi kurang bulan dan bahkan bayi cukup bulan tetap edematosus
untuk beberapa jam setelah lahir dan menyebabkan takipnea. Keadaan ini tidak
berbahaya, biasanya tidak menyebabkan tanda- tanda distress respirasi lain dan
membaik kembali 12-24 jam setelah lahir. Perdarahan intraventrikular terjadi pada
bayi kurang bulan yang biasanya lahir normal. Perdarahan intraventrikular
dihubungkan dengan sindroma distress respiratori idiopatik dan nampaknya
berhubungan dengan hipoksia pada sindroma distress respirasi idiopatik. Bayi lemas
dan mengalami serangan apnea.
c. Fibroplasias Retrorental
Oksigen konsentrasi tinggi pada daerah arteri berakibat pertumbuhan jaringan
serat atau fibrosa dibelakang lensa dan pelepasan retina yang menyebabkan kebutaan.
Hal ini dapat dihindari dengan menggunakan konsentrasi oksigen di bawah 40%
(kecuali bayi yang membutuhkan lebih dari 40 %).sebagian besar incubator
mempunyai control untuk mencegah konsentrasi oksigen naik  melebihi 40% tetapi
lebih baik menggunakan pemantau oksigen perkutan yang saat ini mudah didapat
untuk memantau tekanan oksigen arteri bayi.
d. Serangan Apnea
Serangan apnea disebabkan ketidak mampuan fungsional pusat pernapasan atau
ada hubunganya dengan hipoglikemi atau perdarahan intracranial. Irama pernapasan
bayi tak teratur dan diselingi periode apnea. Dengan mengunakan pemantau apnea dan
memberikan oksigen pada bayi dengan pemompaan segera bila timbul apnea sebagian
besar bayi akan dapat bertahan dari serangan apnea, meskipun apnea ini mungkin
berlanjut selama beberapa hari atau mingu. Perangsang pernapasan seperti aminofilin
mungkin bermanfaat.
e. Enterokolitis Nekrotik
Keadaan ini timbul terutama pada bayi kurang bulan dengan riwayat asfiksia.
Dapat juga terjadi setelah transfuse tukar. Gejalanya : kembung, muntah, keluar darah
dari rectum dan berak cair, syok usus dan usus mungkin mengalami perforasi.
Pengobatan diberikan pengobatan gentamisin intravena, kanamisin oral. Hentikan
minuman oral dan berikan pemberian makanan intravena. Mungkin diperlukan
pembedahan.

6. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang menurut Arief, (2008) adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
b. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
c. Titer Torch sesuai indikasi
d. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
e. Pemantauan elektrolit
f. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )

7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan BBLR menurut Proverawati, (2010):
a. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi. Maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar. Semua
perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
b.  Pelestarian suhu tubuh.
Untuk mencegah hipotermi diperlukan lingkungan yang cukup hangat dan
istirahat konsumsi O2 yang cukup. Bila dirawat dalam incubator maka suhunya untuk
bayi dengan BB 2 kg adalah 35C dan untuk bayi dengan BB 2-2,5 kg adalah 34c. bila
tidak ada incubator hanya dipakai popok untuk memudahkan pengawasan mengenai
keadaan umum, warna kulit,pernafasan, kejang dan sebagainyasehingga penyakit
dapat dikenali sedini mungkin.
c. Inkubator
Prosedur perawatan dapat dilakukan melalui jendela atau lengan baju. Sebelum
memasukan bayi kedalam incubator. Incubator terlebih dahulu dihangatkan sampai
sekitar 29,4 C untuk bayi dengan BB 1,7 kg dan 32,20 C untuk bayi yang lebih kecil.
d. Pemberian oksigen
Konsentrasi O2 diberikan sekitar 30-35% dengan menggunakan head box.
e. Pencegahan infeksi
Prosedur pencegahan infeksi adalah sebagai berikut :
1) Mencuci tangan samoai kesiku dengan sabun dan air mengalir selama 2 menit.
2) Mencuci tangan dengan zat antiseptic sebelum dan sesudah memegang bayi.
f. Pemberian makanan.
Pemberian makanan sedini mungkin sangat dianjurkan untuk membantu
terjadinya hipoglikemi dan hiperbilirubin. ASI merupakan pilihan utama, dianjurkan
untuk minum pertama sebanyak 1 mllarutan glucose 5% yang steril untuk bayi dengan
berat badan kurang dari 1000 gram.

B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata klien : nama,tempat lahir, jenis kelamin.
b. Orang tua      : nama ayah/ibu, umur, agama, suku atau kebangsaan, pendidikan
dan alamat.
c. Riwayat kesehatan :
1) Riwayat antenatal :
a) Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, HT,gizi buruk,merokok,
ketergantungan obat-obatan, DM, penyakit kardiovaskuler dan paru.
b) Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan congenital.
c) Riwayat komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengat
permasalahan pada bayi baru lahir.
d) Kala I : perdarahan antepartumbaik solusio plasenta maupun plasenta previa.
e) Kala II :persalinan dengan tindakan pembedahan, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat  menekan system pusat pernafasan.
2) Riwayat post natal :
a) Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua (0-3), asfiksia
berat (4-6), asfiksia sedang (7-10) asfiksia ringan.
b) Berat badan lahir : preterm atau BBLR < 2500 gram, untuk aterm 2500
gram,  LK  kurang atau lebih dari normal (34-36)
c) Pola nutrisi yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointestinal, muntah, aspirasi, kelemahan  menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parenteral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
d) Pola eliminasi yang perlu dikaji pada neonates adalah BAB :
frekuensi,jumlah,konsisten. BAK : frekuensi dan jumlah.
e) Latar belakang sosial budaya kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR
kebiasaan ibu merokok, obat-obatan jenis psikotropika, kebiasaan ibu
mengkonsumsi minuman beralkohol, dan kebiasaan ibu melakukan diet ketat
atau pantangan makanan tertentu.
f) Hubungan psikologis. sebaiknya segera setelah bayi baru alhir dilakukan rawat
gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan.
g) Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap rangsangan.
Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya tidak ada
pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang baik.
h) Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n (36
C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada bayi
(40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak teratur.
i) Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
j) Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
k) Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
l) Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
m)Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
n) Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
o) Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
p) Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
q) Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum
sempurna.
r) Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya tanda-
tanda infeksi pada tali pusat.
s) Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir dan
labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
t) Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
u) Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
v) Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.
2. Pathways

Faktor ibu Plasenta Faktor janin

BBLR

Pernafasan Imatur imunologis Kulit Otak

Imaturasi paru Sistim imun Halus, Imaturasi


rendah mudah sentrum
lecet, vital
Membran hialin Pembentukan
lembab
belum terbentuk surfaktan Resiko infeksi
belum
terbentuk Resiko
Reflek
kerusakan
menelan
integritas
blm
Dispnea kulit
sempurna

Sindroma gangguan
Ketidakseimb
pernafasan
angan nutrisi
kurang dari
kebutuhan
Ketidakefektifan pola tubuh
nafas
3. Diagnosa keperawatan
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan.
- Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak
efektif.
- Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot
abdominal lemah, dan refleks lemah.
4. Intervensi atau perencanaan
- Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernapasan,
keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan
ketidakseimbangan metabolik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif.
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda.

Intervensi Rasional
Mandiri:
1. Kaji frekwensi dan pola 1. Membantu dalam membedakan
pernapasan, perhatikan adanya periode perputaran pernapasan normal
apnea dan perubahan frekwensi dari serangan apnetik sejati, terutama
jantung. sering terjadi pad gestasi minggu ke-
2. Isap jalan napas sesuai kebutuhan 30
3. Posisikan bayi pada abdomen 2. Menghilangkan mukus yang neyumbat
atau posisi telentang dengan jalan napas
gulungan popok dibawah bahu 3. Posisi ini memudahkan pernapasan
untuk menghasilkan hiperekstensi dan menurunkan episode apnea,
4. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap khususnya bila ditemukan adanya
obat-obatan yang akan hipoksia, asidosis metabolik atau
memperberat depresi pernapasan hiperkapnea
pada bayi   4. Magnesium sulfat dan narkotik
menekan pusat pernapasan dan
Kolaborasi : aktifitas SSP
5. Berikan oksigen sesuai indikasi 5. Hipoksia, asidosis netabolik,
6.  Berikan obat-obatan yang sesuai hiperkapnea, hipoglikemia,
indikasi hipokalsemia dan sepsis memperberat
serangan apnetik
6. Perbaikan kadar oksigen dan
karbondioksida dapat meningkatkan
fungsi pernapasan

- Risiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak


efektif.
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi.
Kriteri hasil :
Suhu tubuh dalam batas normal
Tidak ada tanda-tanda infeksi.
Leukosit 5.000-10.000

Intervensi Rasional
Mandiri : 1.  Untuk mengetahui lebih dini adanya

1.  Kaji adanya tanda – tanda-tanda terjadinya infeksi


tanda  infeksi 2. Tindakan yang dilakukan untuk
2. Lakukan isolasi bayi lain yang meminimalkan terjadinya infeksi  yang
menderita infeksi sesuai lebih luas
kebijakan insitusi 3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
3. Sebelum dan setelah menangani 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
bayi, lakukan pencucian tangan 5. Untuk mencegah terjadinya infeksi yang
4. Yakinkan semua peralatan yang berlanjut pada bayi
kontak dengan bayi bersih dan
steril
5.  Cegah personal yang mengalami
infeksi menular untuk tidak
kontak langsung dengan bayi.

- Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,
dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan.
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrient esensial yang adekuat.
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva normal
dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.

Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Kaji maturitas refleks berkenaan 1. Menentukan metode pemberian makan
dengan pemberian makan yang tepat untuk bayi
(misalnya : mengisap, menelan, 2. Pemberian makan pertama bayi stabil
dan batuk) memiliki peristaltik dapat dimulai 6-12
2. Auskultasi adanya bising usus, jam setelah kelahiran. Bila distres
kaji status fisik dan statuys pernapasan ada  cairan parenteral di
pernapasan indikasikan dan cairan peroral haru s
3.  Kaji berat badan dengan ditunda
menimbang berat badan setiap 3. Mengidentifikasikan adanya resiko
hari, kemudian dokumentasikan derajat dan resiko terhadap pola
pada grafik pertumbuhan bayi pertumbuhan.
4. Pantau masuka dan dan 4.  Memberikan informasi tentang
pengeluaran. Hitung konsumsi masukan aktual dalam hubungannya
kalori dan elektrolit setiap hari dengan perkiraan kebutuhan untuk
5. Kaji tingkat hidrasi, perhatikan digunakan dalam penyesuaian diet.
fontanel, turgor kulit, berat jenis 5. Pemberian cairan intravena mungkin
urine, kondisi membran mukosa, diperlukan untuk memenuhi
fruktuasi berat badan. peningkatan kebutuhan, tetapi harus
6. Kaji tanda-tanda hipoglikemia; dengan hati-hati ditangani untuk
takipnea dan pernapasan tidak menghindari kelebihan cairan
teratur, apnea, letargi, fruktuasi 6. hipoglikemia secara bermakna
suhu, dan diaphoresis. Pemberian meningkatkan mobilitas mortalitas serta
makan buruk, gugup, menangis, efek berat yang lama bergantung pada
nada tinggi, gemetar, mata durasi masing-masing episode.
terbalik, dan aktifitas kejang.
Kolaborasi : Kolaborasi :
7. Pantau pemeriksaan laboratorium 7. Mendeteksi perubahan fungsi ginjal
sesuai indikasi :  Glukas serum. berhubungan dengan penurunan
Nitrogen urea darah, kreatin, simpanan nutrien dan kadar cairan
osmolalitas serum/urine, akibat  malnutrisi.
elektrolit urine. 8. Ketidakstabilan metabolik pada bayi
8. Berikan suplemen elektrolit SGA/LGA dapat memerlukan suplemen
sesuai indikasi misalnya kalsium untuk mempertahankan homeostasis.
glukonat 10%

6. Studi literature
Latar belakang :
BBLR merupakan salah satu faktor penting kematian neonatal, penyumbang utama
kematian BBLR adalah prematuritas, asfiksia, hipotermi dan infeksi, selain kondisi
buruk saat dilahirkan, kematian neonatal sering disebabkan cara penanggulangan kasus
yang tidak tepat (Riskesdas: 2009) Untuk perawatan BBLR diperlukan suatu metoda
praktis sebagai alternatif pengganti inkubator yang secara ekonomis cukup efisien dan
efektif diantaranya dalah dengan metoda kanguru. Metod kanguru berperan dalam
perawatan bayi baru lahir secara manusiawi, meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi
serta menstabilkan suhu bayi (Suradi, 2010).
Tujuan :
Penelitian ini untuk mengetahui pelaksanaan perawatan metode kanguru oleh ibu yang
mempunyai bayi bblr.
Metode :
Google schoolar
Peneliti Sampel Metode Hasil
Pelaksanaan Sampel dalam Menggunakan Hasil penelitian
perawatan metode penelitian ini metode survey didapatkan sebagian
kanguru oleh ibu sebanyan 29 orang analitik dengan besar 19 responden
yang mempunyai pendekatan cross (65,5%)
bayi bblr pada satu sectional. melaksanakan
puskesmas di metoda kanguru,
kabupaten garut sebagian besar 11
responden (76,6%)
berpengetahuan
cukup dan sebagian
besar sikap
responden
mendukung 15
responden (83,3%).
Ada hubungan
antara pengetahuan
dengan pelaksanaan
perawatan metode
kanguru di
Puskesmas
Sukamulya tahun
2017 (p = 0,026
<alpha = 0,05). Ada
hubungan antara
sikap dengan
pelaksanaan
perawatan metode
kanguru di
Puskesmas
Sukamulya tahun
2017 (p = 0,29
<alpha = 0,05).

Kesimpulan:
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sebagian besar responden melaksanakan
metoda kanguru (65,5%), sebagian besar responden berpengetahuan cukup sebanyak
(76,6%) dan sebagian besar responden bersikap mendukung (83,3%). Hasil analisis
lebih lanjut juga menyimpulkan bhwa ada hubungan antara pengetahuan dengan
pelaksanaan perawatan metode kanguru (p = 0,026) dan ada hubungan antara sikap
dengan pelaksanaan perawatan metode kanguru (p = 0,029). Berdasarkan kesimpulan
tersebut mka disarankan agar pihak puskesmas dapat memberikan penyuluhan kepada
ibu yang mempunyai bayi BBLR sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap
yang mendukung dalam pelaksanaan metode kanguru.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Nurhaeni. 2008. Panduan Lengkap Kehamilan dan Kelahiran Sehat. Yogyakarta :
AR Group.

Hanifah, 2010. Perawatan Pediatic. Jakarta : TUSCA

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). 2004. Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam :


Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta.

Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika.


Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC NOC.
Yogyakarta : Media Action Publishing.

Prawirohardjo, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka

Proverawati, 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta : Muha Medika

Anda mungkin juga menyukai