Anda di halaman 1dari 5

BAB II

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR

2.1 Identifikasi Permasalahan


IbuKota Palangka Raya memiliki luas wilayah sebesar 284.250 Ha terdiri atas 5 wilayah
Kecamatan yaitu, Kecamatan Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu, dan Rakumpit yang
terdiri dari 30 Kelurahan. Adapun beberapa masalah di IbuKota Palangka Raya yang perlu
diatasi agar dapat mendukung pengembangan perumahan dan kawasan permukiman serta
infrastruktur, maka dilakukan identifikasi permasalahan yang ada di IbuKota Palangka Raya
adalah sebagai berikut:
1. Masih terdapat warga yang tidak memiliki fasilitas toilet dalam rumah sehingga
membuang kotoran ke sungai dan terdapat warga yang membuang sampah ke sungai.
Hal ini dikarenakan dari kebiasaan dan budaya masyarakat dari jaman dahulu yang
menggunakan sungai untuk Mandi Cuci Kakus (MCK). Hal ini dikhawatirkan akan
mencemari sungai dan mempengaruhi kualitas kesehatan masyarakat.
2. Terdapat permukiman kumuh dalam bentuk rumah terapung dan rumah panggung yang
berada di kawasan tepian sungai kahayan hal ini dikarenakan pada awal permukiman
dimulai, Kota Palangka Raya dibangun dari tepian sungai dengan desa kecil bernama
Pahandut dan hal ini sudah menjadi budaya bagi masyarakat kalimantan tengah, yang
mana kawasan pinggir sungai tersebut merupakan kawasan yang rawan banjir
permukiman kumuh ini akan berdampak pada aspek kesehatan, teknis dan sosial yang
kurang baik.
3. Terdapat sistem transportasi darat yang belum mampu mengimbangi kebutuhan
pergerakan dan aksesibilitas bagian wilayah Kota. Hal ini dikarenakan pengembangan
ruas jalan yang tidak merata, untuk menghubungkan atau menjangkau beberapa
tempat aktivitas penting masyarakat baik dalam lingkup internal Kota maupun dalam
lingkup regional dengan wilayah luar administrasi. Sehingga hal tersebut akan
berdampak pada tidak terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pergerakan secara luas
dan aksesibilitas seluruh bagian wilayah Kota.
4. Terdapat pelayanan jaringan air bersih PDAM hanya mampu menjangkau sebagian kecil
kebutuhan penduduk. Hal ini dikarenakan ketidakmampuan PDAM dalam memberikan
pelayanan penyediaan kebutuhan air bersih yang terbatas pada daerah perKotaan
terutama pusat Kota saja (kelurahan Langkai, Kelurahan Pahandut, dan Kelurahan
Palangka). Sehingga berdampak pada tidak ter layani nya penduduk yang berada di luar
daerah perKotaan terhadap sarana air bersih.
5. Terdapat pengolahan air limbah yang terbatas pada konsep penanganan dan belum
diwujudkan dalam pembangunan fisik. Hal ini dikarenakan belum adanya prioritas dan
perhatian khusus terhadap pembangunan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan
di Kota Palangka Raya serta ketidakmampuan Pemerintah Kota dalam membiayai dan
menangani pengelolaan air limbah. Sehinga, hal demikian akan berdampak pada
penurunan kualitas lingkungan seperti kualitas badan air dan air tanah yang tidak baik,
kualitas kesehatan serta penurunan estetika dari wilayah itu sendiri.
6. Terdapat drainase yang kurang baik dikarenakan faktor ke lerengan. Dikarenakan di
Kota Palangka Raya memiliki ke lerengan yang relatif datar. Hal ini menyebabkan
lambatnya proses dalam pengeringan air hujan.
7. Kurangnya fasilitas peruntukan pembuangan sampah. Hal ini dikarenakan terus
meningkatnya jumlah penduduk membuat jumlah sampah ikut meningkat sementara
jumlah armada dan TPA yang masih terbatas serta pelayanan sarana persampahan
mayoritas hanya melayani di kawasan pusat Kota saja. Sehingga menyebabkan
pembuangan sampah tidak tertata di Kota Palangka Raya.
8. Adanya ketimpangan pengembangan wilayah pada bagian utara di Kecamatan Rakumpit
dan Kecamatan bukit batu dan bagian paling selatan di Kecamatan Sabangau yang
tertinggal terhadap bagian tengah Kota Palangka Raya. Hal ini dikarenakan oleh adanya
keterisolasian wilayah akibat minimnya dukungan transportasi darat. Sehingga hal
demikian berdampak pada pembangunan yang tidak merata di beberapa wilayah yang
mana terdapat wilayah yang memiliki keterbatasan terhadap sambungan listrik, telepon,
air bersih serta beberapa wilayah belum terhubung langsung melalui jalan darat dengan
Kota Palangka Raya.
9. Terdapat aglomerasi kegiatan perekonomian yang terbatas pada simpul-simpul utama.
Hal ini dikarenakan adanya konsentrasi kegiatan ekonomi yang terjadi hanya di
Kecamatan Pahandut dan Jekan Raya. Sehingga menyebabkan ketidakmerataan
perekonomian di wilayah lainnya.
10. Masih terdapat distribusi penduduk yang tidak merata pada seluruh wilayah. Hal ini
dikarenakan jumlah serta kepadatan penduduk yang hanya terkonsentrasi di Kecamatan
Pahandut dan Jekan Raya. Sehingga hal ini menyebabkan biaya investasi yang tinggi
dalam pengembangan prasarana wilayah.
11. Pelayanan dan kapasitas prasarana dan sarana kurang memadai. Hal ini dikarenakan
kurangnya perhatian terhadap sektor distribusi. Sehingga menyebabkan Ketergantungan
pada transportasi dan distribusi barang yang masih terkonsentrasi di luar daerah yaitu
Banjarmasin dan Sampit.
12. Belum optimalnya potensi pariwisata alam dan pemanfaatan potensi perairan danau
sebagai lokasi budidaya ikan tawar. Hal ini dikarenakan kurang lengkapnya paket wisata
yang ditawarkan seperti dapat ditambahkan kegiatan wisata susur sungai dan atraksi
seni budaya, yang mana saat ini diminati oleh wisatawan luar negeri serta strategi
pemasaran yang belum optimal untuk menarik wisatawan. Sehingga mengakibatkan
tempat rekreasi yang dikembangkan oleh masyarakat kurang begitu diminati oleh
wisatawan.
13. Adanya penurunan kualitas lingkungan hidup hal ini dikarenakan adanya pengelolaan
sumber daya alam oleh penambang ilegal yang tidak optimal, mengakibatkan
terdegradasi nya kualitas sungai Kahayan.
14. Terdapat penguasaan lahan skala besar oleh banyak pihak yang tidak mampu untuk
membangun tepat waktu. Mengakibatkan mangkrak nya pembangunan yang dilakukan
pada lahan-lahan tersebut.
15. Adanya pemberian perizinan yang tidak sesuai ketentuan hal ini dikarenakan dalam
pemberian perizinan penguasaan lahan kawasan perumahan dan permukiman yang
belum dilandasi pada kerangka penataan wilayah. Hal ini dapat menyebabkan
pertumbuhan permukiman-permukiman kumuh.
16. Belum terorganisasi nya perencanaan dan pemrograman pembangunan perumahan dan
permukiman.
17. Terdapat masyarakat yang tidak ikut berperan dalam kegiatan pembangunan. Hal ini
dikarenakan belum tertampung nya aspirasi dan kepentingan masyarakat yang
memerlukan rumah. Ketidakterlibatan masyarakat dalam kegiatan pembangunan dapat
menyebabkan pembangunan yang tidak tepat sasaran.
18. Adanya ketidakseimbangan pembangunan desa dan Kota. Hal ini dikarenakan
tumbuhnya kesenjangan yang dinilai atas status kedudukan dari seseorang di kelompok
masyarakat yang ditentukan berdasarkan pendidikan dan pendapatan. Hal ini
menyebabkan citra pedesaan menjadi kurang menarik, dan dipandang tidak adanya
prospek hidup yang cukup, sedangkan Kota menjadi lebih padat dan tidak nyaman
untuk ditinggali.
19. Terdapat ketidaksiapan dalam mengatasi dinamika pertumbuhan kawasan perkotaan.
Hal ini dikarenakan kurangnya persiapan dalam memprediksi laju dan dinamika dari
pertumbuhan fisik dan fungsional di perkotaan. Hal tersebut berdampak pada
tumbuhnya kawasan kumuh yang sejalan dengan perkembangan pusat kegiatan
ekonomi
20. Terdapat kelonggaran dalam penegakan aturan keselamatan, keamanan, dan
kenyamanan bangunan gedung. Hal ini sebabkan oleh adanya ketidakpatuhan pihak
pengelola dan kurangnya ketegasan pemerintah Kota dalam mengawasi jalannya
pembangunan. Sehingga mengakibatkan banyak pihak yang tidak mengindahkan
peraturan yang telah diberikan tanpa memikirkan aspek penting dalam membangun
bangunan gedung yang terjadi di Ibukota Palangka Raya khususnya pada daerah yang
rawan terhadap bencana yang semestinya perlu memperhatikan aturan keselamatan,
keamanan, dan kenyamanan.
21. Terdapat sejumlah besar sarana dan prasarana hydrant yang tidak berfungsi. Hal ini
dikarenakan tidak diperhatikannya kondisi dari sarana dan prasarana tersebut. Hal ini
dapat menyebabkan kerugian baik materil maupun non materil apa bila terjadi suatu
bencana kebakaran dan hydrant tidak dapat digunakan.
22. Adanya pengaturan yang lemah dalam penyelenggaraan bangunan gedung serta
rendahnya kualitas pelayanan publik dan perizinan, terdapat proses pemberian perizinan
IMB yang tidak sesuai dengan Perda RDTRK dan Banyak bangunan tanpa IMB serta
terdapat sejumlah besar bangunan yang melanggar garis sempadan bangunan. Hal ini
dikarenakan kurangnya perhatian pemerintah Kota dalam memberikan pelayanan yang
bermutu serta kurangnya ketegasan pemerintah Kota dalam mengawasi jalannya
pembangunan.

Anda mungkin juga menyukai