Anda di halaman 1dari 16

Bab XI

Geometri Optik

XI.1 PENDAHULUAN
Materi perkuliahan optik adalah suatu studi propagasi atau penjalaran gelombang cahaya
dalam medium. Studi tentang optik secara umum dibagi atas dua bagian:
a. Optik geometri: mempelajari sifat – sifat atau karakter propagasi cahaya dalam
medium, misalnya; pemantulan (refleksi), pembiasan (refraksi), penerusan
(transmisi) dan penjalaran (propagasi) cahaya pada alat - alat optik.
b. Optik fisis: mempelajari tentang keadaan fisis dan tingkah laku cahaya sebagai
gelombang, misalnya pada peristiwa interferensi, difraksi, dispersi, polarisasi dan
gagasan – gagasan mengenai hakekat cahaya.
Optik sebagai salah satu cabang ilmu fisika yang memanfaatkan gelombang
elektromagnet dan gelombang cahaya khususnya saat ini bidang aplikasinya berkembang
sangat pesat. Pemanfaatan sistem optik dalam desain dan konstruksi komponen
mikroelektronika, semakin mengefektifkan dan mengefesienkan pembuatan peralatan
elektronik dan instrumentasi. Dalam sistem komunikasi, sistem optik juga lebih
meningkatkan kemampuan penyaluran dan transformasi informasi. Demikian pula dalam
sistem pemantauan dengan sistem informasi geografis (GIS). Sistem optik ini
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil pemantauan sumber daya alam pada
permukaan maupun di bawah perukaan bumi. Dalam bidang kesehatan penggunaan
spektrum cahaya; seperti sinar laser, ultraviolet (UV) sampai dengan inframerah menjadi
sangat maju dalam bidang diagnosis maupun terapi, terlebih lagi dalam aplikasinya pada
bidang spektroskopi sangat berkembang dengan pesatnya. Dalam bidang informasi dan
komunikasi, penggunaan optik berkembang dengan pesat dan diramalkan akan mampu
mengungguli penggunaan material lain.

Berikut akan dibahas propagasi cahaya dalam material yaitu optik geometri. Pada
hakekatnya cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat merambat dalam
medium dan dalam ruang hampa. Dalam medium yang bersifat homogen, propagasinya
berbentuk garis lurus. Ada tiga jenis propagasi berkas cahaya yakni konvergen
(mengumpulkan), divergen (menyebarkan), dan paralel (sejajar).

XI.2 REFLEKSI DAN REFRAKSI


XI.2.1 Refleksi pada Cermin Datar

Jika suatu gelombang cahaya jatuh pada suatu permukaan cermin datar, maka sebagian
dari cahaya akan dipantulkan. Cahaya yang dipantulkan dapat diamati oleh mata karena
cermin yang memantulkan cahaya tersebut dapat membentuk bayangan. Bayangan dari
benda yang dibentuk, letaknya simetris terhadap kedudukan benda dari cermin. Jika
posisi benda positif maka posisi bayangannya negatif dan sebaliknya jika posisi benda
negatif maka posisi bayangannya positif. Posisi benda dikatakan positif jika posisi
gambar diperoleh dari perpotongan sinar-sinar datang dan dikatakan negatif jika posisi
gambar merupakan perpotongan dari perpanjangan sinar datang. Bayangan dikatakan
positif jika merupakan perpotongan sinar pantul dan dikatakan negatif jika merupakan
perpotongan perpanjangan sinar pantul.

B s s’ B’

Gambar 1 Pemantulan pada cermin datar

Jika s adalah jarak benda terhadap cermin, dan s’ adalah jarak bayangan terhadap cermin
maka berlaku s = s’. Misalkan jika terdapat dua cermin datar yang dipasang saling
berhadapan hingga membentuk sudut , maka jumlah bayangan yang terbentuk adalah :
360
n 1 (1)

dimana n adalah jumlah bayangan yang terbentuk

XI.2.2 Refleksi pada cermin lengkung


a. Cermin Cekung
Bagian penting dari cermin cekung adalah :

III II I O IV
SU

Gambar 2 Cermin cekung


O = pusat optik; P = Pusat kelengkungan cermin; SU : sumbu utama; OP = jejari cermin;
OF = jarak titik api (fokus).

Titik api (titik fokus) adalah bayangan dari titik cahaya yang letaknya jauh tak berhingga.
Karakter sinar utama pada cermn cekung adalah :
1. Sinar datang yang sejajar sumbu utama akan dipantulkan melewati titik fokus
2. Sinar datang yang melewati titik fokus dipantulkan sejajar dengan sumbu utama
3. Sinar datang lewat titik pusat akan dipantulkan melewati titik utama juga.

B’ P B F o

Gambar 3 Pembentukan bayangan pada cermin cekung

O – F disebut ruang I; F – P disebut ruang II; dari titik P ke kiri disebut ruang III dan dari
O ke kanan disebut ruang IV.
Jika benda tidak terletak di daerah transisi titik (antara) maka berlaku:
(Nomor) ruang benda + (nomor) ruang bayangan = 5

Hubungan di atas dapat membantu untuk dapat mengetahui letak posisi bayangan, dan
mengetahui apakah bayangan diperkecil atau diperbesar meskipun belum dilukiskan. Jika
(nomor) ruang bayangan > (nomor) ruang benda maka bayangan diperbesar dan
sebaliknya. Jika (nomor) ruang bayangan < (nomor) ruang benda maka bayangan yang
terbentuk adalah diperkecil.
Jika OB = s adalah jarak benda dan OB’ = s’ adalah jarak bayangan, maka menurut
hukum Gauss untuk cermin cekung dengan jejari kelengkungan R akan berlaku :
1 1 2
  (2)
s s' R
atau karena R =2f berlaku:
1 1 1
  (3)
s s' f
Pada pembentukan bayangan terdapat kemungkinan bahwa bayangan diperbesar atau
diperkecil. Perbesaran bayangan M didefenisikan sebagai:
s ' h'
M   (4)
s h
dimana h’ adalah tinggi bayangan dan h adalah tinggi benda.

b. Cermin Cembung

Gambar atau skema geometris cermin cembung terdapat pada Gambar 4.

F P

Gambar 4 Sinar istimewa pada cermin cembung

Sifat-sifat pencerminana pada cermin cembung adalah:


 Sinar datang sejajar yang sumbu utama akan dipantulkan seolah berasal dari titik api
(titik fokus).
 Sinar datang menuju titik api akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama.
 Sinar datang menuju titik pusat dipantulkan seakan berasal dari titik P juga.
Persamaan yang berlaku pada cermin cekung juga berlaku pada cermin cembung. Yang
membedakan adalah bahwa fokus dalam cermin cembung dinyatakan dalam bilangan
negatif, jadi :
1 1 1
  (5)
s s' f
Contoh 1 :
Sebuah benda berdiri tegak lurus sumbu utama sejauh 10 cm dari cermin cekung dengan
jejari kelengkungan 40 cm. Jika tinggi benda 2 cm, hitung tinggi bayangan.
Penyelesaian :
Diketahui : s = 10 cm ; R = 40 cm ; t = 2 cm

1 1 2 1
  
s s' R f
1 1 2 1 2 1
     diperoleh s’ = -20 cm
10 s' 40 s' 40 10
s'
M   2 kali
s

t'
M  sehingga t’ = 4 cm
t

Contoh 2 :

A B

F1 P1 P2 F2

Gambar 5 Cermin Gabungan


Dua cermin cekung A dan B dipasang berhadapan dengan sumbu utama berimpit,
masing-masing dengan jari-jari 25 dan 60 cm, Sebuah benda berdiri tegak lurus sejauh 15
cm dari cermin A. Sinar datang dari benda ke cermin A dulu kemudian dipantulkan ke
cermin B. Bayangan terakhir terbentuk diperbesar 15 kali. Hitung jarak antara kedua
cermin tersebut.
Penyelesaian :
Diketahui: fA = RA/2 = 12,5 cm
fB = RB/2 = 30 cm, sA = 15 cm, MT = 15 kali
 Kemungkinan I
Untuk cermin A
1 1 2 1 1 2
      S A '  75 cm
S A S A ' RA 15 S A ' 25

75
Perbesaran bayangan cermin A dalam keadaan seperti ini adalah M A   5 kali
15
Karena perbesaran total 15 kali maka perbesaran cermin B MB = (15/5) = 3 kali

SB '
MB   3 kali , sehingga SB’=  3 S B dengan demikian akan diperoleh sebagai
SB

berikut :
1 1
a. S B '  3S B sehingga   S B  45 cm
S B 3S B
jarak antara kedua cermin adalah (75 + 45) cm = 120 cm
1 1 1
b. S B '  3S B sehingga    S B  20 cm
S B  3S B 30
Jarak antara kedua cermin adalah (75 + 20) cm = 95 cm

Kemungkinan I dilukiskan pada Gambar 5a dan Kemungkinan II dilukiskan pada


Gambar 5b.

A B

F1 P1 P2 F2

(a)
A B

F1 P1 P2 F2

(b)

Gambar 5(a) dan (b) Pembentukan bayangan oleh cermin gabungan

XI.2.3 Kecepatan Bayangan pada Refleksi Cermin

Dalam aplikasinya sering kita menggerakkan benda didepan cermin dan bayangan juga
turut bergerak terhadap cermin. Contoh yang sering dijumpai adalah gerakan kendaraan
terhadap kaca spion mobil atau motor atau gerak pembeli di suatu supermarket terhadap
cermin monitor di sekitar pintu keluar toko. Bila waktu gerak benda t maka kecepatan
benda adalah s/t dan kecepatan bayangan adalah s’/t. Perbesaran bayangan adalah :
s'
M  t  V' atau V'  M V (6)
s V
t
Jika M<1 maka V’<V, jika M>1 maka V’>1

Contoh 3:
Sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan tetap 18 km/jam, memiliki jari-jari kaca
spion sebesar 120 cm. Dengan laju 90 km/jam sebuah sepeda motor ingin mendahului
mobil tersebut. Berapa kecepatan bayangan sepeda motor pada saat 12 m di belakang
mobil ?
Penyelesaian:
Vmobil = VM = 18 km/jam = 5 m/det r = 120 cm = 1,2 m
Vmotor = Vm = 90 km/jam = 25 m/det f = (r/2) = 0,6 m
Kecepatan relatif motor terhadap truk adalah : Vm – VM = (25-5) m/det = 20 m/det
1 1 1 20  1 21
   
s' 0,6 12 12 12
s'  12 / 21 1
M   kali
s 12 21
Maka besar kecepatan bayangan mobil adalah 0,95 m/detik.

XI.3.1 Refraksi pada Medium Plan Paralel


Jika suatu gelombang datar tiba pada bidang batas suatu medium yang kerapatannya
berbeda, maka sebagian gelombang akan direfleksikan (dipantulkan) dan sebagian lagi
akan diteruskan ke dalam medium kedua. Karena kerapatan medium pertama dan kedua
berbeda, maka arah propagasi gelombang berubah (terbias).

i i

i
Gambar 7 Pembiasan pada Kaca Plan paralel

Bila intensitas gelombang datang Io, maka intensitas gelombang yang direfleksikan
adalah rIo, dimana r disebut sebagai koefisien refleksi. Dengan demikian intensitas
gelombang yang terbias diberikan oleh:
I t  1  r I o Harga r harus memenuhi 1>r>0.
Hubungan antara sinar datang dan sinar bias dapat diperoleh seagai berikut:
Bila kecepatan propogansi gelombang dalam kedua medium masing-masing dinyatakan
dengan V1 dan V2, maka menurut hukum Snellius akan berlaku:
sin i V1
 (7)
sin r V2

Ini adalah salah satu bentuk hukum pembiasan. Adalah lebih mudah ubtuk menulis
hubungan di atas dalam indeks bias kedua medium, yakni dengan menulis indeks bias
medium pertama dan kedua sebagai:
c c
n1  dan n2 
v1 v2
sehingga hukum pembiasan dapat ditulis sebagai:
sin i n2
 atau
sin r n1
n1 sin i = n2 sin r (8)
XI.3.3 Refleksi oleh Suatu Permukaan Lengkung

B’

B
S S’

Gambar 9 Pembiasan pada permukaan bidang lengkung

Bila berkas sinar B memancar menuju permukaan lengkung, maka sinar datang yang
melalui P (pusat kelengkungan), tidak dibiaskan melainkan diteruskan. Sinar bias lain
memotong sinar yang diteruskan di titik B’ maka B’ merupakan bayangan dari B. Dalam
hal ini berlaku Hukum Snellius:
sin i n
 n12  2
sin r n1
Bila diambil sinar paraxial, i dan r kecil, sehingga sin i = tan i dan sin r = tan r = r ,
sehingga
n2 i
 dengan i     dan r     ,
n1 r
Jadi akan diperoleh :
n1      n2    
h h
n1 tan   tan    n2    atau (9)
 R S' 
n1 n2 n2  n1
 
S S' R
dimana n1 dan n2 adalah indeks bias medium 1 dan 2, S adalah jarak benda dan S’ adalah
jarak bayangan dan R adalah jejari kelengkungan.

XI.3.4 Pembiasan oleh Lensa


Lensa adalah suatu benda optik yang dibatasi oleh bidang lengkung atau satu bidang dan
satu bidang datar. Bila suatu berkas cahaya jatuh pada salah satu permukaannya, maka
cahaya cahaya teresbut akan terbias keluar dari permukaan lainnya. Dengan sendirinya
lensa akan membentuk bayangan dari berkas tersebut. Pada umumnya lensa digolongkan
atas dua jenis, yakni :
a. Lensa Cembung (lensa positif)
Lensa cembung atau lensa konveks atau lensa konvergen terdiri dari 3 macam bentuk,
yakni : lensa bikonveks, lensa plan konveks, dan lensa konveks-konkav.

Bikonveks Plan konveks Konveks-konkaf

Gambar 10 Jenis lensa cembung

Sinar istimewa utama lensa cembung untuk menentukan letak bayangan sebagai berikut :
1. Sinar datang sejajar sumbu utama dibiaskan melalui titik fokus.
2. Sinar datang melalui fokus dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar datang melaui pusat lensa diteruskan dengan arah tetap (tidak dibiaskan)

n0
n0
B
s’ B’
P1 s P2
R1 s’ R2

Gambar 11 Pembiasan pada lensa cembung


Pembentukan bayangan dapat dihitung melaui urutan sebagai berikut :

Untuk permukaan lengkung I:

no n n  no
 
S So R1

Untuk permukaan lengkung II

n n n n
 o  o
 S0 S ' R2

Bila kedua persamaan di atas dijumlahkan akan diperoleh :

n o no  1 1 
  n  no   
S S'  R1 R2 

atau secara umum dapat ditulis sebagai

 1 1 
  no1  1 
1 1
 (10)
S S'  R1 R2 

dimana : S = jarak benda


S’= Jarak bayangan
n01 = indeks bias relatif lensa terhadap sekelilingnya
R1 dan R2 = jari-jari kelengkungan 1 dan 2 dari lensa

b. Titik Fokus Lensa


Untuk menentukan jarak titik api lensa, benda diandaikan di jauh tak berhingga sehingga
berkas-berkas yang jatuh pada permukaan lensa merupakan berkas sejajar dan tentu
dibiaskan menuju titik api (bayangan jatuh di titik fokus lensa). Hubungan tersebut dapat
ditulis sebagai:
1 1 
   n01  1  
1 1 1
 S' f  R1 R2 
atau
 1 1 
 n01  1 
1
 (11)
f  R1 R2 
sehingga secara umum fokus lensa dapat ditulis sebagai :
1 1 1
  (12)
S S' f

P F F P

Gambar 12 Pembentukan bayanagn oleh lensa cembung

c. Lensa cekung (-)


Rumus yang berlaku pada lensa cembung berlaku pula untuk lensa cekung, yang
membedakan adalah bahwa titik api lensa cekung adalah fokusnya maya.
Sinar istimewa pada lensa cekung adalah :
1. Sinar yang datang sejajar sumbu utama dibiaskan seakan berasal dari fokus F1
2. Sinar yang datang melalui F2 dibiaskan sejajar sumbu utama
3. Sinar yang lewat titik optik tidak dibiaskan

XI.4 Pembesaran Bayangan pada Lensa


Ukuran bayangan yang dihasilkan oleh pembiasan lensa pada umumnya tidak sama
bendanya, sifat bayangannya pun bisa bersifat nyata maupun maya. Bayangan bersifat
nyata bila dibentuk oleh perpotongan sinar-sinar bias dan bersifat maya bila dibentuk
oleh perpotongan perpanjangan sinar bias. Besarnya bayangan dibandingkan dengan
besarnya benda disebut perbesaran dan dituliskan sebagai :
S ' h'
M   (13)
S h
Untuk menentukan sifat bayangan dari pembiasan oleh lensa dipergunakan juga rumusan
yang digunakan pada cermin yakni :

(No) ruang benda + (No) ruang bayangan = 5


Begitu pula untuk mengetahui apakah bayangan diperbesar atau diperkecil:
Jika (Nomor) ruang bayangan > (Nomor) ruang benda maka bayangan diperbesar
Jika (Nomor) ruang bayangan < (Nomor) ruang benda maka bayangan diperkecil, tapi
untuk lensa ruamng benda dan ruang bayangan dibedakan.

-
[III} [II] [1] [IV]

P1 F1 F2 P2
{4} {1} {2} {3}

Gambar 13 Posisi ruang benda dan ruang bayangan

[ ] = Posisi ruang benda


{ } = Posisi ruang bayangan

d. Kekuatan Lensa

Biasanya untuk menyatakan ukuran lensa tidak dinyatakan dengan jarak titik apinya,
tetapi dengan kekuatannya. Yang dimaksud dengan kekuatan lensa adalah suatu besaran
yang kuantitasnya sebagai kebalikan jarak titik api 1/f (m). Jika fokus lensa dinyatakan
dengan meter, kekuatan lensa dinyatakan dengan dioptri dengan rumus :
1
P (14)
f ( m)
dimana : P = kekuatan lensa dioptri
f = jarak titik api dinyatakan dengan meter.

e. Lensa gabungan
Bila beberapa lensa saling diimpitkan dengan sumbu utama berimpit, maka disebut
lensa gabungan. Untuk kasus ini berlaku :
S’1=-S’2

S1
S’2

Gambar 14 Pembentukan bayangan oleh lensa gabungan

Untuk Lensa I
1 1 1
 
f S1 S '1
Untuk lensa II
1 1 1 1 1
   
f 2 S 2 S '2  S '2 S '2
dan bila keduanya dijumlahkan, maka akan diperoleh :
1 1 1 1
  
f 1 f 2 S1 S ' 2
Jika lensa I dan II dianggap sebagai satu lensa, maka S1 = S dan S’2 = S’, sehingga
persamaan terakhir menjadi :
1 1 1 1 1
   
f 1 f 2 S1 S ' 2 f total
atau
n
1 1
 (17)
f total 1 fn

Contoh 4 :
Sebuah aquarium berbentuk bola dengan jari-jari 60 cm berisi air dengan indeks bias 4/3,
di dalam aquarium terdapat seekor ikan yang berjarak 30 cm dari dinding aquarium.
Seorang yang berjarak 80 cm dari dinding tadi mengamati ikan tersebut, maka tentukan :
a. dimana bayangan ikan dilihat ikan
b. dimana bayangan orang dilihat ikan
Penyelesaian :
Diketahui Sikan = 30 cm; Sorang = 80 cm; R = 60 cm dan n = 4/3
a. Orang melihat ikan
na nu nu  na
  , disini R dinyatakan dengan besaran negatif
S i S 'i R

4
3 1  1 
8

1

1
 S '1  25,7 cm
30 S 'i 180 180 S '1 180
b. Ikan melihat orang
R positif terhadap orang
nu n a n  nu 1 4 1
  a   3 
S o S 'o R 80 S ' o 180
S ' o  192 cm

Contoh 5 :
Sebuah benda berdiri 8 cm sebuah permukaan lengkung suatu kaca panjang dengan jejari
6 cm dan berindeks bias 1,5. Tentukan :
a. Posisi bayangan benda dalam cermin
b. Pertanyaan seperti a tetapi sistem tersebut berada dalam air yang indeks biasnya 4/3
Penyelesaian :
1 1,5 1,5  1
a.   maka s'  36 cm
8 s' 6
4 3 3  43
b. 3
 2
 2
maka s'  10,8 cm
8 s' 6

Latihan Soal-soal
1. Sebuah lensa konveks-konkaf dengan jejari berturut-turut 40 cm dan 80 cm dengan
indeks bias 1,5. Sebuah benda diletakkan sejauh 48 cm di depan lensa. Hitunglah :
a. Jarak titik fokus lensa
b. Perbesaran bayangan lensa
Kunci: f = 160 cm
2. Dua buah lensa A dan B masing-masing kekuatannya 10 D dan 25/3 D dipasang
sejajar dengan sumbu utama berimpit. Sebuah benda dengan tinggi 2 cm berada 15 cm
di depan lensa A. Sinar dari benda menuju lensa A kemudian ke lensa B. Bila jarak
kedua lensa 38 cm, maka tentukannlah:
a. Jarak bayangan
b. Tinggi bayangan akhir yang terbentuk

Anda mungkin juga menyukai