Anda di halaman 1dari 22

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN

DENGAN GASTRITIS

Oleh:
Faradella Niken Andarike, S.Kep
2014901058

Dosen : Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI KEPERAWATAN


STIKes ALIFAH PADANG
2020
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN
GASTRITIS

1. Pengertian
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/ lambung dan itis yang berarti inflamasi/ peradangan.
Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung
(Price & Wilson, 2006; Setiawan, 2010; Bethesda, 2014)
Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung
(Sudoyo, 2006).Gastitisadalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat
akut, kronik, difus, atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obat- obatan
(Price,2005)
Gastritis atau lebih dikenal sebagai magh berasal dari bahasa yunani yaitu
gastro, yang berarti perut/ lambung dan itis yang berarti inflamasi/ peradangan.
Dengan demikian gastritis adalah inflamasi atau peradangan pada mukosa lambung
(Price & Wilson, 2006; Setiawan, 2010; Bethesda, 2014)

2. Anatomi Lambung

Anatomi
Lambung

3. Etiologi

Gastritis
Wibowo (2014) menyebutkan bahwa penyebab gastritis tergantung dari jenis
gastritis yang terjadi. Gastritis akut terdiri dari gastritis stres akut, gastritis erosif
kronis, gastritis eosinofilik. (a) Gastritis stres akut, merupakan jenis Gastritis yang
paling berat yang disebabkan oleh penyakit berat atau trauma (cedera) yang terjadi
secara tiba-tiba. (b) Gastritis erosif kronis, merupakan akibat dari zat iritan seperti
alkohol, kafein, endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), obat-
obatan (terutama obat aspirin dan obat anti peradangan lain; penyakit Chrone dan
infeksi virus atau bakteri. (c) Gastritis esinofilik, terjadi akibat dari reaksi alergi
terhadap infestasi cacing gelang ditandai dengan terkumpulnya Eosinofil (sel darah
putih) di dinding lambung. Umumnya yang menjadi penyebab penyakit ini, antara
lain: Obatobatan: Aspirin, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS); Alkohol dan
gangguan mikrosirkulasi mukosa lambung: trauma, stress, sepsis. Secara
makroskopik terdapat lesi erosi mukosa dengan lokasi berbeda, dimana jika
ditemukan lesi pada korpus dan fundus biasanya lesi tersebut disebabkan oleh stress.
Sedangkan gastritis kronis pada umumnya disebabkan oleh kuman Helicobacter
Pylori.
Gastritis kronis terdiri dari gastritis Tipe A dan Tipe B. Gastritis kronik tipe A
disebabkan karena usia lanjut sehingga menyebabkan terjadinya atrofi pada sel epitel
lambung. Sedangkan gastritis kronik tipe B disebabkan oleh infeksi Helicobacter
pilory (Price & Wilson, 2006). Selanjutnya akan diuraikan mekanisme terjadinya
gastritis berdasarkan masing masing faktor penyebab yang ada.

4. Tanda dan Gejala Gastritis

a. Mual dan sering muntah


b. Nafsu makan menurun secara drastis, wajah pucat, suhu badan naik, keluar keringat
dingin.
c. Sering sendawa terutama bila dalam keadaan lapar.
d. Perut terasa nyeri, pedih (kembung dan sesak) pada bagian atas perut (ulu hati).
e. Sulit untuk tidur karena gangguan rasa sakit pada daerah perut.
f. Kepala terasa pusing Perdarahan pada saluran cerna berupa muntah darah
(hematemesis) dan buang air besar dengan darah (melena) atau bisa tanpa adanya
keluhan. (Wahyu, 2009)
5. Patofisiologi
1. GastritisAkut
Gastritis Akut dapat disebabkan oleh karena stress, zat kimia obat-obatan dan
alkohol, makanan yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami
strees akan terjadi perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) didalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang merangsang
akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan
mukus mengurangi produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung
karena penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida
atau HCl, terutama daerah fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan
produksi HCl meningkat.Anoreksiajugadapatmenyebabkanrasanyeri,rasanyeriini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa
lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa pengelupasan.
Pengelupasan sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi memicu timbulnya
pendarahan. Pendarahan yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun
dapat juga berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang
dalam waktu 24-48 jam setelah pendarahan(Price dan Wilson, 2000)

2. GastritisKronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna
dari lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ) Gastritis Kronis
dapat diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai
gastritis autoimun ) diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan
atrofi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti
anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B
( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum dan pylorus ( ujung
bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri Pylory. Faktor
diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan alkohol,
merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung. (Smeltzer dan Bare,2001)
7. Klasifikasi
1. GastritisAkut
Gastritis akut adalah inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar
merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk
gastritis akut yang manifestasi klinisnyaadalah:
a) Gastritis akuterosif
Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada
mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung).
b) Gastritis akuthemoragic
Disebut hemoragic karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalan berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya
kontunuitas mukosa lambung pada beberapa tempat, menyertai inflamasi pada
mukosa lambung tersebut ( Hirlan, 2001)

2. GastritisKronis
Menurut Muttaqin, (2011) Gastritis kronis adalah suatu peradangan permukaan
mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik diklasifikasikan dengan
tiga perbedaan sebagai berikut :
a) Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan
dan erosimukosa.
b) Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta
anemia pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel
parietal dan selchief.
c) Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodul- nodul pada
mukosa lambung yang bersifat iregular, tipis dan hemoragik.
8. Komplikasi Gastritis
Gastritis yang dibiarkan tidak terawat akan menyebabkan peptic ulcers dan
pendarahan pada lambung. Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan
resiko kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung. Kebanyakan
kanker lambung adalah adenocarcinomas, yang bermula pada sel-sel kelenjar dalam
mukosa. Adenocarcinomas tipe 1 biasanya terjadi akibat infeksi helicobacter pyllori.
Kanker jenis lain yang terkait dengan infeksi akibat helicobacter pylori adalah MALT
(mucosa associated lymphoid tissue) lymphomas, kanker ini berkembang secara
perlahan pada jaringan sistem kekebalan pada dinding lambung. Kanker jenis ini dapat
disembuhkan bila ditemukan pada tahap awal (Jackson, 2012). Pencegahan komplikasi
lebih lanjut adalah merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab perawat dalam
merawat penderita gastritis.

9. Pencegahan Penyakit Gastritis


Antara lain :
a. Hindari stres dan bekerja terlalu berat
b. Konsumsi makanan yang ringan dan lunak. Jangan sampai terlambat makan dan
hindari makan berlebihan.
c. Hindari makan yang pedas, asam, keras dan lain-lain yang dapat mempengaruhi
radang lambung.
d. Usahakan buang air besar secara teratur.
e. Kurangi makanan yang bisa membentuk gas, sehingga mengakibatkan perut
kembung.
f. Olahraga teratur.
g. Konsumsi makanan seimbang dan kaya serat.
h. Banyak minum air putih.
i. Hindari merokok, dan kafein.
j. Menerapkan pola makan dan tidur yang teratur.
k. Jika memungkinkan, hindari pemakaian obat-obatan yang dapat mengiritasi
lambung. (Wahyu, 2009).
10. Penatalaksanaan

1. Pengobatan pada gastritis meliputi:

a. Antikoagulan: bila ada pendarahan padalambung

b. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda,
untuk gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida danistirahat.

c. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam


lambung dan kemudian menurunkan iritasilambung.

d. Sulcralfate: diberikan untuk melindungi mukosa lambung dengan cara


menyeliputinya, untuk mencegah difusi kembali asam dan pepsin yang
menyebabkaniritasi.

e. Pembedahan: untuk mengangkat gangrene dan perforasi, Gastroje


junuskopi/reseksi lambung: mengatasi obstruksi pilorus. (Dermawan,2010)

A. Penatalaksanaan pada gastritis secara medis meliputi:

Gastritis akut Diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari


alkohol dan makanan sampai gejala berkurang. Bila pasien mampu makan
melalui mulut, diet mengandung gizi danjurkan. Bila gejala menetap, cairan
perlu diberikan secara parenteral. Bila perdarahan terjadi, maka
penatalaksanaan adalah serupa dengan prosedur yang dilakukan untuk
hemoragik saluran gastrointestinal atas. Bila gastritis diakibatkan oleh
mencerna makanan yang sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari
pengenceran dan penetralisasian agen penyebab.

1 Untuk menetralisasi asam, digunakan antasida umum ( missal : alumunium


hidroksida ) untuk menetralisasi alkali, digunakan jus lemon encer atau
cukaencer

2 Bila korosi luas atau berat, emetik, dan lafase dihindari karena
bahayaperforasi
Terapi pendukung mencakup intubasi, analgesic dan sedative, antasida, serta cairan
intravena. Endoskopi fiberopti mungkin diperlukan. Pembedahan darurat mungkin
diperlukan untuk mengangkat gangrene atau jaringan perforasi. Gastrojejunostomi atau
reseksi lambungmungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi pilrus. Gastritis kronis
diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istiratahat, mengurangi stress dan
memulai farmakoterapi. H. Pilory data diatasi dengan antibiotic ( seperti tetrasiklin atau
amoksisilin ) dan garam bismu ( pepto bismo ). Pasien dengan gastritis A biasanya
mengalami malabsorbsi vitamin B12 yang disebabkan oleh adanya antibody terhadap faktor
instrinsik(Smeltzer,2001)

B. Penatalaksanaan secara keperawatan meliputi :

a) Tirahbaring
b) Mengurangistress
c) Diet
Air teh, air kaldu, air jahe dengan soda kemudian diberikan peroral pada
interval yang sering. Makanan yang sudah dihaluskan seperti pudding,
agar-agar dan sup, biasanya dapat ditoleransi setelah 12 – 24 jam dan
kemudian makanan-makanan berikutnya ditambahkan secara bertahap.
Pasien dengan gastritis superficial yang kronis biasanya berespon
terhadap diet sehingga harus menghindari makanan yang berbumbu
banyak atau berminyak. (Dermawan,2010)

11. Pemeriksaan Diagnosik

Pemeriksaan dignostik menurut Dermawan( 2010) dan Doenges( 2000 ) sebagai


berikut :
a. Radiology: sinar x gastrointestinal bagianatas
b. Endoskopy : gastroscopy ditemukan mukosa yang hiperemika laboratorium:
mengetahui kadar asam hidroklorida
c. EGD (Esofagagastriduodenoskopi): tes diagnostik kunci untuk perdarahan gastritis,
dilakukan untuk melihat sisi perdarahan atau derajat ulkus jaringan ataucidera
d. Pemeriksaan Histopatologi: tampak kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah
melewati mukosamuskularis.
e. Analisa gaster: dapat dilakukan untuk menentukan adanya darah, mengkaji aktivitas
sekretori mukosa gaster, contoh peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan
asamnoktura penyebab ulkusduodenal.
f. Feses: tes feses akan positifH. PyloryKreatinin : biasanya tidak meningkat bila
perfusi ginjal di pertahankan.
g. Amonia: dapat meningkat apabila disfungsi hati berat menganggu metabolisme dan
eksresi urea atau transfusi darah lengkap dan jumlah besardiberikan.
h. Natrium: dapat meningkat sebagai kompensasi hormonal terhadap simpanan
cairantubuh.
i. Kalium: dapat menurun pada awal karena pengosongan gaster berat atau muntah
atau diare berdarah. Peningkatan kadar kalium dapat terjadi setelah trasfusidarah.
j. Amilase serum: meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah diduga gastritis.
Proses Asuhan Keperawatan Teoritis Gastritis

a. Pengkajian
Status kesehatan pada lansia dikaji secara komprehensif, akurat dan sistematis.
Pengkajian pada lansia yang ada di keluarga dilakukan dengan melibatkan keluarga
sebagai orang terdekat yang mengetahui tentang masalah kesehatan lansia. Format
pengkajian meliputi :
1) Data Umum
a) Nama Kepala Keluarga
b) Alamat
c) Komposisi Keluarga dan Genogram
2) Tipe Keluarga
a) Latar Belakang Kebudayaan (Etnik)
Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga dan kendala atau masalah yang terjadi
dengan jenis tipe keluarga tersebut. Disamping itu mengetahui bahasa sehari-hari
yang digunakan oleh keluarga, suku bangsa dan keaadaan lingkungan sekitar
serta kebiasaan diet yang berhubungan dengan nilai yang dianut keluarga yang
mempengaruhi kesehatan keluarga. Menjelaskan pernyatan keluarga atau
anggota keluarga mengenai latar belakang etnik atau suku bangsa.
b) Identitas Religius
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga, ada atau tidaknya perbedaan
kepercayaan didalam keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan.
c) Status Kelas Sosial
Status sosial ekonomi keluarga di tentukan oleh pendapatan baik dari kepala
keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu apakah keluarga mendapat
bantuan dana dan apakah keluarga menganggap penghasilannya memadai.
3) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a) Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga ini.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.
c) Riwayat keluarga inti
Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, meliputi riwayat
kesehatan masing-masing anggota keluarga, serta masalah kesehatan yang
pernah ada bagi anggota keluarga.
d) Riwayat keluarga sebelumnya
Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.
4) Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat tipe rumah, kondisi rumah,
keadaan kebersihan dan sanitasi keluarga, serta jumlah ruangan dan pemanfaatan
rungan.dan sumber air minum yang digunakan keluarga.
b) Karakteristik Lingkungan Sekitar dan Komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang
meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk
setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan serta pelayanan
kesehatan yang ada dilingkungan komunitas.
c) Mobilitas Geografis Keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah
tempat dan seudah berapa lama keluarga tinggal diwilayah tersebut.
d) Asosiasi Transaksi Keluarga dengan Masayarakat
Adakah pelayanan kesehatan yang ada dikomunitas dan seberapa jauh keluarga
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada dikomunitas. Adakah keluarga
berkumpul dengan masyarakat sekitar.
5) Struktur Keluarga
a) Pola Komunikasi Keluarga
Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Adakah
keluarga memberikan umpan balik yang baik didalam komunikasi keluarga,
dengan adanya komunikasi adakah pesan-pesan yang baik diberikan keluarga,
serta faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam keluarga.
b) Struktur Kekuasaan Keluarga
Bagaimana proses dalam pengambilan keputusan dalam kelurga dan siapa yang
berperan penting dalam pengambilan keputusan serta dasar-dasar didalam
pengambilan keputusan dalam keluarga.
c) Struktur Peran
Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal
maupun informal. Apakah peran yang diterima masing-masing anggota keluarga
konsisten dengan harapan keluarga dan adakah peran yang disfungsional
didalam anggota keluarga serta adakah masalah perang yang diterima dalam
keluarga.
d) Nilai dan Norma Budaya
Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang
berhubungan dengan kesehatan. Sejauh mana kesesuaian nilai dengan masing-
masing kesehatan keluarga. Adakah konflik nilai yang ada didalam keluarga dan
bagaimana nilai-nilai yang terdapat didalam keluarga mempengaruhi kesehatan.
6) Fungsi Keluarga
a) Fungsi Afektif
Hal yang perlu dikaji adalah gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki
dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga, terhadap anggota keluarga
lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga dan bagaimana
keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.
b) Fungsi Sosialisasi
Hal yang perlu dikaji adalah bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga,
sejauhmana anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku.
c) Fungsi Perawatan Keluarga
Menjelaskan sejauh mana keyakinan, nilai dan perilaku kesehatn keluarga dan
merawat anggota keluarga yg sakit, sejauh mana pengetahuan keluarga
mengenai sehat-sakit, keadaan kesehatan keluarga dan ketentuaan terhadap sakit
yang dirasakan, disamping itu mengetahui kebiasaan yang mempengaruhi
kesehatan keluarga baik diet maupaun pola tidur dan beristirahat. Selain itu
kebiasaan untuk mengatasi penyakit yang ada didalam keluarga adakah
menggunakan terapi komplementer dan memanfaatkan pelayanan kesehatan
serta perasaan dan persepsi mengenai pelayanan kesehatan.
7) Stres dan Koping Keluarga
a) Stresor Jangka Pendek
Stresor jangka pendek yaitu stesor yang di alami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu kurang lebih 6 bulan.
b) Stresor Jangka Panjang
Stresor janka panjang yaitu stresor yang di alami keluarga yang memerlukan
penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.
c) Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Situasi/Stresor
Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap
situasi /stressor.
d) Strategi Koping yang Digunakan
Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.
e) Strategi Adaptasi Disfungsional
Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang di gunakan bila
menghadapi permasalahan.
8) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang di
gunakan pada pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik klinik.
9) Harapan Keluarga
Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas
kesehatan yang ada.

b. Diagnosis Keperawatan
Perawat menggunakan hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis
keperawatan. Diagnosis keperawatan dapat berupa diagnosis keperawatan
individu maupun diagnosis keluarga dengan lansia. Diagnosis keperawatan
keluarga dengan lansia yang bisa ditegakkan yaitu ketidakefektifan manajemen
pengobatan keluarga. Diagnosis tersebut didefinisikan sebagai pola ketika
keluarga mengalami kesulitan mengintegrasikan program pengobatan dalam
kegiatan sehari-hari dan melakukan tindakan yang berakibat buruk untuk
penyakit, sehingga kepuasan untuk menunjukkan tujuan kesehatan yang
spesifik tidak ada. Diagnosis tersebut ditegakkan berdasarkan beberapa batasan
karakteristik yaitu adanya percepatan gejala penyakit pada anggota keluarga,
adanya aktivitas keluarga yang tidak sesuai dengan tujuan kesehatan,
menyatakan keinginan untuk memanajemen penyakit dan mengungkapkan
kesulitan dengan regimen yang ditentukan.
c. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan membantu klien memperoleh dan mempertahankan kesehatan,
kesejahteraan dan kualitas hidup dapat tercapai. Beberapa rencana keperawatan yang
dapat diterapkan untuk diagnosis keperawatan keluarga ketidakefektifan manajemen
pengobatan keluarga adalah :
1) Luangkan waktu bersama keluarga.
2) Mendukung anggota keluarga untuk menghadiri dan berpartisipasi di dalam tahap
pengobatan.
3) Bantu anggota keluarga untuk menyatakan perasaan yang berhubungan dengan
penyakit pada saudara mereka agar membawa konflik keluarga menjadi terbuka.
4) Mendorong kepercayaan individu/kepercayaan diri setiap anggota keluarga
tentang penyakit dan review informasi yang relevan.
5) Ajarkan anggota keluarga mengenal proses penyakit dan jelaskan hubungan
antara proses penyakit dan regimen pengobatan.
6) Bekerjasama dengan keluarga untuk mengidentifikasi perilaku yang berkontribusi
menjadi konflik dalam keluarga dan membantu mereka mengidentifikasi perilaku
alternatif.
7) Bantu anggota keluarga mengklarifiksi nilai yang berhubungan dengan gaya
hidup.
8) Bekerjasama dengan anggota keluarga untuk mengembangkan aktifitas sehari-hari
yang mengatur regimen pengobatan yang sesuai dengan gaya hidup.
9) Arahkan anggota keluarga ke agensi yang sesuai bila dibutuhkan.
10) Membantu keluarga merencanakan untuk mengikuti penyuluhan mengenai
penyakit untuk masa yang akan datang.
No Diagnosa Tujuan (NOC) Intervensi (NIC)
keperawatan
1 Defisit nutrisi Nutritional Status : Nutrition management
nutrient intake
1. Kaji adanya alergi
Kriteria hasil :
makanan
1. Mampu
2. Kolaborasikan dengan
mengidentifikasi
ahli gizi untuk
kebutuhan nutrisi
menentukan jumlah
2. Tidak ada tanda –
kalori dan nutrisi yang
tanda malnutrisi
dibutuhkan pasien
3. Tidak terjadi
3. Anjurkan pasien untuk
penurunan berat
meningkatkan protein
badan yang berarti
dan vitamin C
4. Berikan substansi gula
5. Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
6. Berikan makanan yang

terpilih
7. Berikan informasi
tentang kebutuhan
nutrisi
8. Kaji kemampuan
pasien untuk
mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
9. Ajarkan pasien
bagaimana membuat
catatan makanan harian
2 Kekurangan Fluid balance Fluid management
volume cairan Nutritional status : food
and fluid intake
1. Pertahankan catatan
Kriteria hasil :
intake dan output yang
1. Tidak ada tanda –
akurat
tanda dehidrasi
2. Monitor status hidrasi
2. Elastisitas turgor
(kelembapan membrane
kulit baik,
mukosa, nadi adekuat,
membrane mukosa
tekanan darah
lembab, tidak ada
ortostatik), jika
rasa haus yang
diperlukan
berlebihan
3. Monitor vital sign
4. Monitor masukan
makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian
5. Monitor status nutrisi
6. Dorong masukan oral
7. Dorong keluarga untuk
bantu pasien makan
8. Tawarkan
3 Nyeri akut Pain control Pain management
Kriteria hasil :
1. Lakukan pengkajian
1. Mampu mengontrol
nyeri
nyeri (tahu
komprehensifyang
penyebab nyeri,
meliputi lokasi,
mampu
karakteristik,
menggunakan
onset/durasi, frekuensi,
tekhnik
kualitas, intensitas atau
nonfarmakologi
beratnya nyeri dan
untuk mengurangi
faktor presipitasi.
nyeri, mencari
2. Observasi adanya
bantuan)
petunjuk nonverbal
2. Melaporkan bahwa
mengenai
nyeri berkurang
dengan ketidaknyamanan.
menggunakan 3. Gunakan teknik
manajemen nyeri komunikasi terapeutik
3. Mampu mengenali untuk mengetahui
nyeri (skala, pengalaman nyeri
intensitas, frekuensi pasien.
dan tanda nyeri) 4. Kaji pengetahuan dan
4. Menyatakan rasa kepercayaan pasien
nyaman setelah mengenai nyeri.
nyeri berkurang 5. Pertimbangkan
pengaruh budaya
terhadap respon nyeri.
6. Kaji bersama pasien
mengenai factor – factor
yang dapat menurunkan
atau memperberat nyeri.
7. Evaluasi bersama
pasien dan tim

kesehatan lain tentang


ketidakefektifan control
nyeri masa lampau.
8. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan.
9. Berikan informasi
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan.
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi , non
farmakologi dan
interpersonal)
11. Tingkatkan
istirahat/tidur yang
adekuat untuk
membantu penurunan
nyeri.
Manajemen Obat

1. Tentukan obat apa yang


diperlukan, dan kelola
menurut resep dan/atau
protokol.
2. Monitor efektifitas cara
pemberian obat yang
sesuai.
3. Monitor efek samping
obat.

4. Kaji ulang pasien


dan/atau keluarga
secara berkala
mengenai jenis dan
jumlah obat yang
dikonsumsi.
5. Kaji pengetahuan
pasien mengenai obat –
obatan.
6. Pantau kepatuhan
mengenai regimen obat.
7. Ajarkan pasien dan/atau
keluarga mengenai
metode pemberian obat
yang sesuai.
8. Ajarkan pasien dan/atau
anggota keluarga
mengenai tindakan dan
efek samping yang
diharapkan dari obat.
4 Defisit Knowledge : disease Teaching : disease process
pengetahuan process
1) Berikan penilaian
Kriteria hasil :
tentang tingkat
1) Pasien dan keluarga
pengetahuan pasien
menyatakan
tentang proses penyakit
pemahaman tentang
yang spesifik
penyakit, kondisi,
2) Jelaskan patofisiologi
prognosis dan
dari penyakit dan
program pengobatan
bagaimana hal ini
2) Pasien dan keluarga
berhubungan dengan

3) mampu antomi dan fisiologi,


melaksanakan dengan cara yang tepat
prosedur yang 3) Gambarkan tanda dan
dijelaskan secara gejala yang biasa
benar muncul pada penyakit,
4) Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan 4) Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit, dengan cara
dijelaskan perawat , yang tepat
tim kesehatan 5) Identifikasi
lainnya. kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
6) Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7) Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan dating dan
atau proses
pengontrolan penyakit
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan

d. Implementasi
Perawat melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan yang bertujuan untuk menyelesaikan
masalah yang ditemui pada anggota keluarga. Tindakan keperawatan yang
diberikan pada klien dan keluarga diharapkan dapat diterapkan oleh anggota
keluarga agar dapat mengatasi masalah kesehatan yang dialami.

e. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan pengukuran keberhasilan yang mencakup
perubahan atau respon masyarakat terhadap program kesehatan yang
dilaksanakan (Nugroho, 2006). Evaluasi dilakukan untuk tercapainya tujuan
dan memperbaharui data, diagnosis keperawatan, serta rencana keperawatan
jika tindakan keperawatan yang dilakukan belum mencapai tujuan yang
diharapkan (Maryam, dkk, 2008). Evaluasi dinilai berdasarkan kriteria evaluasi
yang ada didalam rencana keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai