PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah gizi di Indonesia saat ini memasuki masalah gizi ganda (Double
(kurus/berat badan kurang), over weight (berat badan lebih) dan obesitas
termasuk dalam sepuluh risiko dalam hal beban penyakit global (Global
pada tahun 2008, sekitar 1,4 milyar orang dewasa usia 20 tahun ke atas
mengalami overweight dan prevalensi obesitas di dunia yaitu 10% pada pria
dan 14% pada wanita. Angka ini mengalami peningkatan 2 kali lipat bila
dibandingkan dengan tahun 1980 (5% pada pria dan 8% pada wanita) (WHO,
lain balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa, dan lanjut usia (Padmiari and Hadi,
1
2
menunjukkan bahwa 8.8% remaja berumur 15 tahun kelebihan berat dan 10.3%
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 prevalensi gemuk pada remaja usia 13-15 tahun
sebesar 10,8 persen, terdiri atas 8,3 persen gemuk dan 2,5 persen sangat gemuk
(obesitas), sedangkan prevalensi obesitas pada usia remaja 16-18 tahun adalah
pada usia remaja 16-18 tahun di propinsi Sumatera Barat adalah 7,9%.
anemia defisiensi zat besi, serta masalah malnutrisi, baik gizi kurang dan
salah. Masalah gizi pada remaja muncul dikarenakan kebiasaan makan yang
rentan ini memiliki energi dan nutrisi yang dibutuhkan lebih besar daripada
populasi orang dewasa (Ayranci, Eronoglu & Son, 2010). Tidak terpenuhinya
secara substansial selama masa remaja dan jika perubahan kebiasaan makan ini
tidak sehat, cenderung mempengaruhi kesehatan dan risiko penyakit pada fase
bahwa kesehatan orang dewasa tampaknya lebih terkait dengan faktor resiko
obesitas pada saat dewasa lebih mungkin jika obesitas merupakan faktor resiko
remaja daripada jika itu faktor resiko pada masa kanak-kanak. (Savige, Ball,
Selain itu, dampak dari kebiasaan makan yang tidak sehat pada masa
kekurangan zat besi, kondisi yang menyebabkan mereka tidak mampu merebut
ketika mereka mencapai usia dewasa. Contoh, kalsium sangat penting untuk
4
remaja yaitu melewatkan sarapan pagi, diet dan ngemil (Ganasegeran, Dubai,
Qureshi, Al-Abed, dan AM, 2012). Selain itu remaja juga memiliki kebiasaan
makan yang tak menentu seperti melewatkan jam makan, makan makanan
yang tinggi lemak dan tinggi kalori, serta mengkonsumsi kalori di malam hari.
banyak vitamin dan mineral tidak populer di kalangan remaja (Turconi, 2008;
Mosack, 2009).
Di Amerika Serikat, remaja tidak setiap hari makan buah dan sayur,
sedangkan kudapan asin dan manis (70%) dimakan beberapa kali (sepertiga
dari mereka) setiap hari. Hampir 50 % remaja, terutama remaja yang lebih tua
tidak sarapan dan lebih memilih kudapan. Sebagian besar kudapan bukan
hanya “hampa kalori” tetapi juga sedikit sekali mengandung zat gizi (Arisman,
2007).
penduduk umur > 10 tahun adalah 93,6 %. Untuk umur 15 -24 tahun prevalensi
nasional kurang makan buah dan sayur adalah 93,8%. Konsumsi buah dan
sayur paling rendah terdapat pada provinsi Riau dan Sumatera Barat, masing-
masing 97,9 % dan 97,8 % sedangkan yang berada di bawah rata-rata nasional
5
(87,7%).
food. Untuk kebiasaan sarapan pagi, hasil penelitian Istianah (2012) hanya 48%
remaja yang sarapan pagi setiap hari sedangkan 52% remaja tidak sarapan
setiap hari yang mana akan berakibat pada konsentrasi belajar dan prestasi
akademik. Selain itu kebiasaan ngemil pada remaja SMA juga sering
makan tidak sehat selama dua puluh tahun terakhir. Prevalensi kebiasaan
makan yang tidak sehat telah meningkat di semua kelas sosial ekonomi dalam
profesional, orang tua dan pendidik untuk program intervensi untuk menangani
yang lebih terhadap mutu makanan, faktor sosiodemografis dan dan faktor
6
agama, pengetahuan gizi, penilaian yang lebih terhadap mutu dan makanan
dianggap sama untuk suatu komunitas dan budaya di lingkungan tertentu. Lain
halnya dengan faktor sosiodemografis dan psikologis yang berbeda pada setiap
individu.
energi foods).
kebiasaan makan yang sehat. Kebiasaan makan orang yang memiliki status
sosioekonomi yang tinggi lebih sehat daripada kebiasaan makan orang dengan
makan yang sehat. Gangguan kesehatan jiwa seperti, depresi, tidak bahagia
atau cemas, dan stress dapat menyebabkan orang memakan jenis makanan
memperkuat kebiasaan makan sehat dan tidak sehat (artinya ada kemungkinan
bahwa makan dengan cara sehat membuat orang merasa lebih baik secara
psikologis, akan tetapi, juga ada kemungkinan bahwa makan dengan cara yang
tidak sehat membuat orang merasa lebih baik secara emosional (Polivy &
Herman, 2005)
berupa makan yang tidak terkontrol, makan ketika tidak lapar dan makan
dengan alasan untuk menghibur diri (comfort eating) atau menolak makan
sebagai senjata yang dikaitkan dengan emosi positif dan negatif. Misalnya,
yaitu makan karena merasa cemas, kesepian, bosan, bahagia, marah dan
gelisah. Hal ini dapat dipicu oleh stress dan suasana hati. Stress psikologis
makan yaitu makan karena merasa kesepian, makan sampai sakit perut, makan
karena merasa kesepian dan makan karena merasa bosan. Dalam analisis
multivariat, umur dan ‘makan karena merasa bahagia’ secara signifikan terkait
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sanlier dan Ogretir (2012)
yang makan karena dipengaruhi oleh mood positif dan mood negatif daripada
laki-laki. Perempuan makan lebih banyak daripada laki-laki pada saat berada
pendapatan perkapita negara Indonesia, yaitu sebanyak 3660 US$ lebih rendah
SMA Adabiah merupakan salah satu sekolah swasta ternama yang ada di
Kota Padang dan lokasi SMA tersebut cukup strategis berada di pusat Kota
Padang. Berdasarkan data didapat peneliti dari Dinas Kesehatan Kota Padang
pada siswa SMA tahun 2018 dengan prevalensi gizi lebih dan obesitas 13, 7 %
di kota Padang, SMA yang memiliki angka kejadian Obesitas dan gizi lebih
pada remaja terbanyak terdapat pada SMA Adabiah Padang, SMA Arrisalah,
mendapatkan data dari 10 orang yang diambil secara acak dengan memberikan
pertanyaan kepada siswa tersebut, didapatkan data bahwa 60% dari mereka
9
jarang sarapan pagi, 80% dari mereka makan tidak teratur, 50% dari mereka
sering makan gorengan, 30% dari mereka sering makan makanan ringan
(snack), 70% dari mereka jarang makan buah-buahan dan 40% dari mereka
jarang makan sayuran. Dilihat dari faktor psikologis dengan kebiasaan makan,
peneliti mendapatkan data 75% dari siswa makan pada pesta perayaan, seperti
ulang tahun dan pernikahan, 37,5% siswa makan karena tidak ada kegiatan dan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
10
Adabiah Padang.
berpenghasilan ≥ UMR
D. Manfaat Penelitian
2. Bagi Remaja
3. Bagi penelitian
Sebagai bahan rujukan kepada peneliti yang akan datang yang akan
makan remaja.