Oleh :
ANGKATAN 34 / KELOMPOK A1.2
I. DEFINISI
Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks
merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan
berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum.
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari sel
kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam Rahim.
(Sarjadi, 2001)
II. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun
atau lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui
beberapa stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu
dan akhirnya invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan
menjadi kanker diakibatkan oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen
pengendali tersebut adalah onkogen, tumor supresor gene, dan repair genes.
Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek yang berlawanan dalam
karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya transformasi maligna,
sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan tumor yang diatur
oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker invasive
berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3
- 35%. Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS)
berkisar antara 1– 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu
menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan -lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan
atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo,
1998; Debbie, 1998). Berbagai jenis protein diekspresikan oleh HPV yang pada
dasarnya merupakan pendukung siklus hidup alami virus tersebut. Protein tersebut
adalah E1, E2, E4, E5, E6, dan E7 yang merupakan segmen open reading frame
(ORF). Di tingkat seluler, infeksi HPV pada fase laten bersifat epigenetic.
Pada infeksi fase laten, terjadi terjadi ekspresi E1 dan E2 yang menstimulus
ekspresi terutama terutama L1 selain L2 yang berfungsi pada replikasi dan
perakitan virus baru. Virus baru tersebut menginfeksi kembali sel epitel serviks. Di
samping itu, pada infeksi fase laten ini muncul reaksi imun tipe lambat dengan
terbentuknya antibodi E1 dan E2 yang mengakibatkan penurunan ekspresi E1 dan
E2. Penurunan ekspresi E1 dan E2 dan jumlah HPV lebih dari ± 50.000 virion per
sel dapat mendorong terjadinya integrasi antara DNA virus dengan DNA sel
penjamu untuk kemudian infeksi HPV memasuki fase aktif (Djoerban, 2000).
Ekspresi E1 dan E2 rendah hilang pada pos integrasi ini menstimulus ekspresi
onkoprotein E6 dan E7. Selain itu, dalam karsinogenesis kanker serviks terinfeksi
HPV, protein 53 (p53) sebagai supresor tumor diduga paling banyak berperan.
Fungsi p53 wild type sebagai negative control cell cycle dan guardian of genom
mengalami degradasi karena membentuk kompleks p53-E6 atau mutasi p53.
Kompleks p53-E6 dan p53 mutan adalah stabil, sedangkan p53 wild type adalah
labil dan hanya bertahan 20-30 menit. Apabila terjadi degradasi fungsi p53 maka
proses karsinogenesis berjalan tanpa kontrol oleh p53. Oleh karena itu, p53 juga
dapat dipakai sebagai indikator prognosis molekuler untuk menilai baik
perkembangan lesi pre-kanker maupun keberhasilan terapi kanker serviks
(Kaufman et al, 2000). Dengan demikian dapatlah diasumsikan bahwa pada kanker
serviks terinfeksi HPV terjadi peningkatan kompleks p53-E6. Dengan pernyataan
lain, terjadi penurunan p53 pada kanker serviks terinfeksi HPV. Dan, seharusnya
p53 dapat dipakai indikator molekuler untuk menentukan prognosis kanker serviks.
Bila pembuluh limfe terkena invasi, kanker dapat menyebar ke pembuluh getah
bening pada servikal dan parametria, kelenjar getah bening obtupator, iliaka
eksterna dan kelenjar getah bening hipogastrika. Dari sini tumor menyebar ke
kelenjar getah bening iliaka komunis dan pada aorta. Secara hematogen, tempat
penyebaran terutama adalah paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan
supravesikuler, tulang, hepar, empedu, pankreas dan otak (Prayetni, 1997).
IV. KLASIFIKASI
FIGO Deskripsi Kategori TNM
I Karsinoma terbatas pada serviks T1
IA Karsinoma hanya dapat didiagnosis secara T1a
mikroskopik
IA1 Invasi stroma dalamnya < 3 mm dan lebarnya < 7 mm T1a1
IA2 Invasi stroma dalamnya 3-5 mm dan lebarnya < 7 mm T1a2
IB Secara klinis tumor dapat diidentifikasi pada serviks T1b
atau massa tumor lebih besar dari 1A2
IB1 Secara klinis lesi ukuran <4 cm T1b1
IB2 Secara klinis lesi ukuran >4 cm T1b2
II Tumor telah menginvasi vagina tapi tidak mencapai T2
1/3 distal vagina atau dinding panggul
IIA Tanpa invasi parametrium T2a
IIA1 Lesi yang tampak < 4 cm T2a1
IIA2 Lesi yang tampak > 4 cm T2a2
IIB Dengan invasi parametrium T2b
III Tumor menginvasi sampai dinding pelvis dan atau T3
menginfiltrasi sampai 1/3 distal vagina dan atau
menyebabkan hidronefrosis atau gagal ginjal
IIIA Tumor hanya menginfiltrasi 1/3 distal vagina T3a
IIIB Tumor sudah menginvasi dinding panggul T3b
IVA Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau T4a
rektum
IVB Metastasis jauh T4b
V. MANIFESTASI KLINIK
Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan. Getah yang keluar
dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif. Perdarahan yang
dialami sehabis senggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala
karsinoma serviks (75-80%).
Tanda yang lebih klasik adalah perdarahan bercak yang berulang, atau
perdarahan bercak setelah bersetubuh atau membersihkan vagina. Dengan makin
tumbuhnya penyakit, tanda menjadi semakin jelas. Perdarahan menjadi semakin
banyak, lebih sering, dan berlangsung lebih lama. Namun, terkadang keadaan ini
diartikan penderita sebagai perdarahan yang sering dan banyak. Juga dapat
dijumpai sekret vagina yang berbau terutama dengan massa nekrosis lanjut.
Nekrosis terjadi karena pertumbuhan tumor yang cepat tidak diimbangi dengan
pertumbuhan pembuluh darah (angiogenesis) agar mendapat aliran darah yang
cukup. Nekrosis ini menimbulkan bau yang tidak sedap dan reaksi peradangan non
spesifik.
Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan
lebih sering terjadi, juga di luar sanggama (perdarahan spontan). Perdarahan
spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut (II atau III),
terutama pada tumor yang bersifat eksofitik.pada wanita usia lanjut yang sudah
tidak melayani suami secara seksual, atau janda yang sudah mati haid (menopause)
bilamana mengidap kanker serviks sering terlambat datang meminta pertolongan.
Perdarahan spontan saat berdefekasi terjadi akibat tergesernya tumor eksofitik dari
serviks oleh skibala, memaksa mereka datang ke dokter. Adanya perdarahan
spontan pervaginam saat berdefekasi, perlu dicurigai adanya karsinoma serviks
tingkat lanjut. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya
karsinoma. Anemia akan menyertai sebagai akibat dari perdarahan pervaginam
yang berulang. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf, memerlukan
pembiusan umum untuk dapat melakukan pemeriksaan dalam yang cermat,
khususnya pada lumen vagina yang sempit dan dinding sklerotik yang meradang.
Gejala lain yang dapat timbul adalah gejala-gejala yang disebabkan oleh metastasis
jauh. Sebelum tingkat akhir (terminal stage), penderita meninggal akibat
perdarahan yang eksesif, kegagalan faal ginjal (CRF= Chronic Renal Failure)
akibat infiltrasi tumor ke ureter sebelum memasuki kandung kemih, yang
menyebabkan obstruksi total. Membuat diagnosa karsinoma serviks uterus yang
sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang menjadi masalah ialah, bagaimana
mendiagnosis dalam tingkat yang sangat awal, misalnya pada tingkat pra-invasif,
lebih baik jika dapat menangkapnya dalam tingkat pra-maligna
(displasia/diskariosis serviks).
Hasil pemeriksaan sitologi eksploratif dari ekto dan endo-serviks yang positif
tidak boleh dianggap diagnosis pasti. Diagnosis harus dapat dipastikan dengan
pemeriksaan histopatologik dari jaringan yang diperoleh dengan melakukan biopsi.
VI. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan yang dianjurkan untuk membantu menegakkan diagnosis dan
mengetahui penyebaran kanker serviks yaitu :
a. Sitologi. Pemeriksaan ini yang dikenal sebagai tes papanicolaous (tes PAP)
sangat bermanfaat untuk mendeteksi lesi secara dini, tingkat ketelitiannya
melebihi 90% bila dilakukan dengan baik. Sitologi adalah cara Skrining sel -
sel serviks yang tampak sehat dan tanpa gejala untuk kemudian diseleksi.
Kanker hanya dapat didiagnosis secara histologik.
b. Kolposkopi. Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
kolposkopi, suatu alat yang dapat disamakan dengan sebuah mikroskop
bertenaga rendah dengan sumber cahaya didalamnya (pembesaran 6 - 40 kali).
Kalau pemeriksaan sitologi menilai perubahan morfologi sel - sel yang
mengalami eksfoliasi, maka kolposkopi menilai perubahan pola epitel dan
vascular serviks yang mencerminkan perubahan biokimia dan perubahan
metabolik yang terjadi di jaringan serviks.
c. Biopsi. Biopsi dilakukan didaerah abnormal jika SSP (sistem saraf pusat)
terlihat seluruhnya dengan kolposkopi. Jika SSP tidak terlihat seluruhnya atau
hanya terlihat sebagian kelainan didalam kanalis serviskalis tidak dapat dinilai,
maka contoh jaringan diambil secara konisasi. Biopsi harus dilakukan dengan
tepat dan alat biopsy harus tajam sehingga harus diawetkan dalam larutan
formalin 10%.
VII.TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGI :
Keputusan terapi untuk kanker serviks berdasarkan: ukuran tumor; stadium
atau tingkat keparahan kanker; faktor personal seperti usia, dan jika ingin memiliki
anak; dan keadaan kesehatan wanita pada keseluruhan. Pilihan terapi untuk kanker
serviks meliputi (NCI, 2013) :
1. Pembedahan
Kanker serviks yang terdeteksi dini umumnya diatasi dengan operasi. Jenis
operasi yang dilakukan berdasarkan pertimbangan dokter mengenai stadium dan
ukuran kanker. Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks.
Beberapa pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini
mencangkup beberapa jenis operasi yang paling umum di lakukan pada pengobatan
kanker serviks.
a. Cryosurgery
Sebuah probe metal yang di dinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan ke
dalam vagina dan leher rahim.Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal
dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker
serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif
yang telah menyebar keluar leher rahim.
b. Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel - sel atau
menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan
laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium
0).
c. Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim.
Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang
di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan
atau mengobati kanker serviks tahap awal(stadium 0 atau 1).
d. Histerektomi
- Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengangkat rahim, tetapi tidak mencangkup
jaringan yang berada didekatnya. Histerektomi digunakan untuk mengobati
beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker
stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi
konisasi.
- Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul. Pada
operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di
dekatnya, vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan
beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul.
e. Trachlektomi
Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas vagina,
kemudian meletakkannya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak
sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim. Kelenjar getah bening di
dekatnya juga di angkat. Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah
pengobatan ini cukup rendah.
f. Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada
operasi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur
dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh
kembali setelah pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu enam bulan atau
lebih untuk pulih dari operasi radikal ini.
2. Terapi radiasi
Terapi penyinaran (radiasi atau radioterapi) efektif untuk mengobati kanker
invasif yang masih terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan
sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan menghentikan
pertumbuhannya. Efek samping dari radioterapi adalah iritasi rektum dan
vagina, kerusakan kandung kemih dan rektum serta tidak berfungsinya
ovarium.
3. Kemoterapi
REGIMEN KEMOTERAPI UNTUK KANKER SERVIKS KAMBUHAN ATAU YANG TELAH BERMETASTASE
(NCCN, 2016)
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. RL No Rek Medik :-
Umur : 57 Tahun Dokter yg merawat :-
Jenis Kelamin : Wanita
BB/TB : 49 kg/150 cm
Alamat : Jln Arjuna 58 Solo
Pendidikan : S1
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Karyawati
Riwayat masuk RS : Pasien masuk ke rumah sakit, kondisi setengah sadar, lemas dan
merasa nyeri yang sangat di rahim dan dadanya. Pasien memiliki
keluhan perdarahan pada jalan rahim serta kesulitan bernafas, batuk-
batuk dan mengeluarkan darah. Sebelumnya ditahun yang sama pasien
pernah mengikuti serangkaian khemoterapi untuk kanker serviks yang
dideritanya. Dokter mendiagnosa saat ini Ny. RL, terkena Ca cervic IV
A+, anemia, suspect metastase paru.
Diagnosis : Kanker Cervis suspect Metastase Paru
Riwayat penyakit : Ca Cervics
Riwayat alergi :-
Riwayat Sosial :
Kegiatan Keterangan
Pola makan/diet : tidak
Vegetarian tidak
Merokok tidak
Meminum Alkohol tidak
Meminum Obat herbal
Keluhan / Tanda Umum :
Subyektif & Objektif
Tanggal Subyektif Obyektif
01/03/2017 Nyeri perut, Mual, Demam, TD: 120/80 mmHg
Lemas Suhu: suhu badan terus
meningkat
02/03/2017 Nyeri perut, Mual, Demam, TD: 140/100 mmHg
Lemas Suhu: suhu badan terus
meningkat
Assessment :
Problem
No Subyektif Obyektif Terapi Analisis DRP
Medik
1 Ca cervic Nyeri yang sangat
Stadium IV dirahim, perdarahan -
Sebagai kombinasi lini pertama untuk
A+ pada jalan rahim
kanker stadium IV. Namun perlu
Carboplatin penurunan dosis Carboplatin karena
Suspect Nyeri yang sangat di P.O2 : 118.4 (↑)
dan pasien mengalami gangguan fungsi Overdose
metastase paru dada, kesulitan P.CO2 : 32.0 (↓)
Doxetaxel ginjal dan penurunan dosis Doxetaxel
bernafas, batuk-batuk, Rotgent dada:
karena pasien mengalami gangguan
dan mengeluarkan benjolan dan
fungsi hati.
darah, kaki tidak bisa bercak perdarahan
digerakkan pada paru
Demam, nyeri perut, Suhu : 41oC (↑) Parasetamol Untuk mengatasi demam -
mual, muntah Ranitidin Tidak ada indikasi pasien mengalami Pengobatan
tanpa indikasi
peningkatan asam lambung.
Dexamethason Digunakan tunggal atau kombinasi
-
untuk penanganan mual dan muntah
akibat kemoterapi
2 Anemia Lemas, letih, pucat Hb : 6% (↓) Sangobion dan Kadar hemoglobin <7% sehingga Pemilihan obat
Hct : 26,3% (↓) asam folat diperlukan tranfusi PRC tidak tepat
5 Kekurangan Lemas Na: 132 mmol/l (↓) Infus RL 20 Menstabilkan keseimbangan elektrolit -
elektrolit tpm pada dehidrasi
7 - Albumin : 2,35 g/dl - Menunjukkan adanya gangguan pada Indikasi tanpa
(↓) fungsi hati obat
SGPT : 6 U/l (↓)
SGOT : 4 U/l (↓)
8 - BUN : 91.5 mg/dl - Menunjukkan adanya gangguan pada Indikasi tanpa
(↑) fungsi ginjal obat
Cr: 3.88 mg/dl (↑)
Care plan :
1. Penggunaan Carboplatin dan Doxetaxel tetap dilanjutkan karena merupakan
kombinasi lini pertama untuk kanker serviks stadium IV dimana terjadi mentastase
paru. Pada kasus diatas pasien menderita gangguan fungsi ginjal yang ditandai dengan
kadar Scr yang tinggi, adanya gangguan ginjal dapat menyebabkan keterlambatan
ekskresi obat dan metabolisme agen kemoterapi sehingga dapat menyebabkan
peningkatan toksisitas sistemik maka dari itu perlu dilakukan penurunan dosis
Carboplatin. Dosis Carboplatin diberikan berdasarkan AUC (Area Under the plasma
Curve) dengan menggunakan formula Calvert. Semakin tinggi AUC dapat
meningkatkan toksisitas.
= 12.37 ml/min
Formula Calvert
Dosis Carboplatin = Target AUC (mg/ml/min) x {𝐺𝐹𝑅 (𝑚𝑙⁄min)+25}
= 4 AUC (mg/ml/min) x {12.37(𝑚𝑙⁄min)+25}= 149,48 mg
Monitoring :
Hidrasi pasien
Efek samping dari kemoterapi mual-muntah, lemas, nafsu makan menurun,
kerontokan rambut dan demam tinggi.
Efek samping dari terapi radiasi kelelahan, kram perut, diare, iritasi kulit, nyeri
pada vagina dan perubahan menstruasi.
Fungsi ginjal :
a. BUN 10-50 mg/dl
b. kreatinin 0.7-1.5 mg/dl
Fungsi hati :
a. Albumin 3.5-5.5 g/dl
b. SGPT 10-41 U/I
c. SGOT 11-41 U/I
Tanda vital (TD, Suhu, RR, Nadi)
Data lab seperti :
a. Hb 11.0-16.5%
b. WBC 3500-10000
c. Hct 35.0-50.0 %
d. Tekanan O2 80-100 mmHg
Tingkat keparahan nyeri.
KIE :
Konsumsi buah-buahan tinggi vitamin C dan sayur yang berkhasiat mencegah kanker
seperti alpukat, brokoli, kol, wortel, jeruk, anggur, bayam, dan tomat.
Konsumsi makanan kaya vitamin E seperti kedelai, jagung, biji-bijian dan kacang-
kacangan.
Diet rendah lemak, karena wanita yang banyak mengkonsumsi lemak akan jauh lebih
berisiko terkena kanker endometrium.
Menjauhi rokok, karena kandungan nikotin dalam rokok pun bisa memperparah
kanker serviks (leher rahim) dan keadaan paru.
Melakukan radiasi internal setelah dilakukan kemoterapi
Tidak terlalu sering mencuci vagina dengan antiseptik, terutama tanpa indikasi dan
saran dari dokter.
Menjaga kebersihan organ intim dan mengganti pakaian dalam secara teratur.
Menghindari melakukan hubungan seks yang sering berganti-ganti pasangan.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. (2017). A Guide to Palliative or Supportive Care.
https://www.cancer.org/treatment/treatments-and-sideeffects/palliativecare.html.
Diakses 6 oktober 2017.
Andrijono, Prof, DR, Dr, SpOG(K)Onk. Kemenkes RI. Panduan Penatalaksanaan
Kanker Serviks.
Aziz, F. (2006). Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Diananda, Rama. 2009. Mengenal Seluk Beluk Kanker. Cetakan 3. Katahati:
Jogjakarta
Ivy, S.P., Zwiebel, J., Mooney, M. 2010. Follow Up for Information Letter Regarding
AUC-Based Dosing of Carboplatin. National Institutes of Health National
Cancer Institute Bethesda.
NCCN, 2013, Clinical Practice Guideline in Oncology Cervical Cancer, Version
2.2013, National Comprehensive Cancer Network, Inc
NCCN, 2017, Clinical Practice Guideline in Oncology Cervical Cancer, Version
2.2013, National Comprehensive Cancer Network, Inc
NCI, 2013 , National Cancer Institute : Chemotherapy & You, U.S. Departement of
Health and Human Service, NIH Publications, Washington DC,
www.cancer.gov Diakses 6 oktober 2017
Sarjadi, Trihartini. 2001, Cancer registration in Indonesia. Asia Pasific J Cancer; 2
(Suplement)
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar.
2013. ISO Farmakoterapi Buku 1. PT Isfi Penerbitan. Jakarta.
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P., Kusnandar.
2013. ISO Farmakoterapi Buku 2. PT Isfi Penerbitan. Jakarta.