Anda di halaman 1dari 128

Materi 2.

Tuhan
Tuhan disebut juga god dalam bahasa inggris dan ilah dalam bahasa arab. Nama
tuhan dalam kehdupan ini banyak. Hanya saja masing-masing agama akan membuat
diskripsi tersendiri dengan tuhannya. Didalam kbbi disebutkan arti tuhan sebagai berikut:
Tuhan n 1 sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai
yang mahakuasa, mahaperkasa, dan sebagainya: -- yang maha esa; 2 sesuatu yang
dianggap sebagai tuhan: pada orang-orang tertentu uanglah sebagai -- nya;

bertuhan/ber·tu·han/ v 1 percaya dan berbakti kepada tuhan; beribadah: orang yang


tidak ~ , orang yang tidak percaya akan adanya tuhan; 2 memuja sesuatu sebagai tuhan:
janganlah kita ~ kepada berhala;

bertuhankan/ber·tu·han·kan/ v bertuhan kepada: ia ~ harta benda saja;

menuhankan/me·nu·han·kan/ v menjadikan sesuatu sebagai tuhan; mempertuhan;

mempertuhan/mem·per·tu·han/ v menganggap (memuja dan sebagainya) sesuatu


sebagai tuhan; memperdewakan; menuhankan;

mempertuhankan/mem·per·tu·han·kan/ v mempertuhan;

ketuhanan/ke·tu·han·an/ n 1 sifat keadaan tuhan; 2 segala sesuatu yang berhubungan


dengan tuhan: hal-hal ~ , yang berhubungan dengan tuhan; ilmu ~ , ilmu mengenai
keadaan tuhan dan agama; dasar ~ , kepercayaan kepada tuhan yang maha esa

Mengenal adanya tuhan merupakanhal yang pertama dalam beragama. Karena


pada dasarnya beragama adalah menyembah pada tuhan. Tuhan malahan tidak berhenti
pada suatu hal ghaib. Boleh jadi orang itu mentuhankan hal yang empiris (hal yang dapat
dindera). Seperti yang terdapat di dalam contoh kbbi di atas,.. Yaitu
Sesuatu yang dianggap sebagai tuhan: pada orang-orang tertentu uanglah sebagai
-- nya;
Maka bisa saja tuhan itu bagi orang itu dimaknai uang. Artinya orang itu
menuhankan uang. Uang itu dijadikan tuhan orang itu. Kemudian tidak hanya uang saja
sebagai yang dituhankan bisa juga ‘jabatan’; kehormatan; harga diri; ilmu; dan lain
sebagainya. Hanya saja tuhan-tuhan yang empiris seperti itu bukanlah lebih dekat sebagai
berhala, pengertiannya seperti berhala. Sehingga bisa dapat dikatakan dia memberhalakan
uang, jabatan, ilmu, dan lain sebagainya. Mungkin orang yang menuhan uang, maka
agamanya adalah ekonomi, hal mana di dalam ekonomi diajarkan tuntunan untuk mencari
keuntungan finansial, dan bagaimana cara mendapat keuntunganyang sebesar-besarnya.
Apapun istilahnya untuk tuhanyang empiris ini, hakekatnya berhala-berhala tersebut
bukanlah tuhan, tetapi setan menyesatkan manusia dan menyuruh manusia untuk
menuhankan benda-benada empiris tersebut sebagai tuhan. Dan yang demikian pada
dasarnya adalah kelalaian diri manusia dari tuhan yang hakiki, yaitu tuhan yang telah
membuat matahari, bulan, bumi dan alam semesta ini.
Tuhanlah yang telah membuat manusia dan menempatkan manusia di bumi untuk
disuruh menyembah tuhan yang telah menciptakan manusia itu dan yang telah
menciptakan semua manusia sebelumnya. Tuhan itu, adalah tuhan yang ghaib, tidak
untuk bisa dilihat oleh manusia selama masih hidup di alam dunia ini.
Tuhanlah yang membuat aturan untuk bagaimana manusia itu harus menyembah
tuhan. Bukan manusia yang membuat cara bagaimana menyembah tuhan. Tuhan pula
yang membuat aturan bagaimana manusia seharusnya hidup di alam dunia saat ini.
Manusia saat ini sedang ada di dalam fase perjalanan hidup di dunia. Fase-fase
kehidupan manusia sudah ditetapkan dari alam ruh, ke alam rahim, ke alam dunia, ke
alam kubur, dan seterusnya dan berakhir nanti di neraka atau surga. Fase-fase tersebut
sudah dibuat oleh tuhan. Dan kesadaran manusia untuk menyembah tuhan disadari oleh
manusia untuk hal ini, saat hidup di dunia ini.
Kesalahan memilih tuhan, atau menentukan tuhan yang mana yang sebenarnya
harus disembah adalah hal yang paling utama harus dimengerti oleh manusia. Karena
hakekatnya hidupnya mansuai di dunia ini adalah untuk menyembah tuhan itu. Hidup
manusia di dunia ini tidak untuk mencari uang, atau mencari jabatan, atau mencari ilmu.
Tetapi hidup manusia ini ada dan diadakan oleh tuhan, tujuannya adalah untuk disuruh
menyembah tuhan yang telah membuat manusia itu.
Lalu mengapa kita disibukkan dengan urusan dunia seperti sekolah, kerja, makan,
minum, dan lain-lainnya. Karena kehidupan di dunia ini adalah ujian. Untuk itu maka
manusia jangan terlena dengan kesibukan hidup di dunia. Dan kita semua di uji oleh
tuhan dengan cara hidup di dunia ini, apakah masih tetap menyembah tuhan.
Untuk bisa mengenal tuhan maka selayaknya kita mengenal tuhan dari sifat dan
nama nama yang dimiliki oleh tuhan itu

Sifat tuhan
Jumlah nama tuhan yang pasti kita tidak ketahui. Hanya saja dalam banyak
riwayat disebutkan ada 99 nama, tapi berapa hakekatnya nama tuhan itu hanya Allah
yang tahu. Dari nama-nama tersebut juga ada menggambarkan sifat dari Allah . Seperti
Allah memiliki sifat maha-melihat dengan mata. Maka mempunyai ciri memiliki mata.
Hanya saja kemudian bagaimana matanya Allah tidak bisa disamakan seperti matanya
mkhluk, dan tidak boleh dibayangkan seperti apa wujudnya, karena manusia memiliki
kelemahan akal dalam memahaminya.
Nama nama tuhan dapat disebutkanyaitu:

No nama indonesia
Allah Allah
1 ar rahman Allah yang maha pengasih
2 ar rahiim Allah yang maha penyayang
3 al malik Allah yang maha merajai (bisa di artikan raja dari semua raja)
4 al quddus Allah yang maha suci
5 as salaam Allah yang maha memberi kesejahteraan
6 al mu`min Allah yang maha memberi keamanan
7 al muhaimin Allah yang maha mengatur
8 al `aziiz Allah yang maha perkasa
9 al jabbar Allah yang memiliki mutlak kegagahan
10 al mutakabbir Allah yang maha megah, yang memiliki kebesaran
11 al khaliq Allah yang maha pencipta
12 al baari` Allah yang maha melepaskan (membuat, membentuk,
menyeimbangkan)
13 al mushawwir Allah yang maha membentuk rupa (makhluknya)
14 al ghaffaar Allah yang maha pengampun
15 al qahhaar Allah yang maha menundukkan / menaklukkan
segala sesuatu
16 al wahhaab Allah yang maha pemberi karunia
17 ar razzaaq Allah yang maha pemberi rezeki
18 al fattaah Allah yang maha pembuka rahmat
19 al `aliim Allah yang maha mengetahui (memiliki ilmu)
20 al qaabidh Allah yang maha menyempitkan (makhluknya)
21 al baasith Allah yang maha melapangkan (makhluknya)
22 al khaafidh Allah yang maha merendahkan (makhluknya)
23 ar raafi` Allah yang maha meninggikan (makhluknya)
24 al mu`izz Allah yang maha memuliakan (makhluknya)
25 al mudzil Allah yang maha menghinakan (makhluknya)
26 al samii` Allah yang maha mendengar
27 al bashiir Allah yang maha melihat
28 al hakam Allah yang maha menetapkan
29 al `adl Allah yang maha adil
30 al lathiif Allah yang maha lembut
31 al khabiir Allah yang maha mengenal
32 al haliimAllah yang maha penyantun
33 al `azhiim Allah yang maha agung
34 al ghafuur Allah yang maha memberi pengampunan
35 as syakuur Allah yang maha pembalas budi (menghargai)
36 al `aliy Allah yang maha tinggi
37 al kabiir Allah yang maha besar
38 al hafizh Allah yang maha memelihara
39 al muqiitAllah yang maha pemberi kecukupan
40 al hasiib Allah yang maha membuat perhitungan
41 al jaliil Allah yang maha luhur
42 al kariimAllah yang maha pemurah
43 ar raqiib Allah yang maha mengawasi
44 al mujiibAllah yang maha mengabulkan
45 al waasi`Allah yang maha luas
46 al hakim Allah yang maha bijaksana
47 al waduud Allah yang maha mengasihi
48 al majiidAllah yang maha mulia
49 al baa`its Allah yang maha membangkitkan
50 as syahiid Allah yang maha menyaksikan
51 al haqq Allah yang maha benar
52 al wakiil Allah yang maha memelihara
53 al qawiyyu Allah yang maha kuat
54 al matiinAllah yang maha kokoh
55 al waliyy Allah yang maha melindungi
56 al hamiid Allah yang maha terpuji
57 al muhshii Allah yang maha mengalkulasi (menghitung segala
sesuatu)
58 al mubdi` Allah yang maha memulai
59 al mu`iid Allah yang maha mengembalikan kehidupan
60 al muhyii Allah yang maha menghidupkan
61 al mumiitu Allah yang maha mematikan
62 al hayyu Allah yang maha hidup
63 al qayyuum Allah yang maha mandiri
64 al waajid Allah yang maha penemu
65 al maajid Allah yang maha mulia
66 al wahid Allah yang maha tunggal
67 al ahad Allah yang maha esa
68 as shamad Allah yang maha dibutuhkan, tempat meminta
69 al qaadir Allah yang maha menentukan, maha menyeimbangkan
70 al muqtadir Allah yang maha berkuasa
71 al muqaddim Allah yang maha mendahulukan
72 al mu`akkhir Allah yang maha mengakhirkan
73 al awwalAllah yang maha awal
74 al aakhir Allah yang maha akhir
75 az zhaahir Allah yang maha nyata
76 al baathin Allah yang maha ghaib
77 al waali Allah yang maha memerintah
78 al muta`aalii Allah yang maha tinggi
79 al barru Allah yang maha penderma (maha pemberi kebajikan)
80 at tawwaab Allah yang maha penerima tobat
81 al muntaqim Allah yang maha pemberi balasan
82 al afuww Allah yang maha pemaaf
83 ar ra`uuf Allah yang maha pengasuh
84 malikul mulk Allah yang maha penguasa kerajaan (semesta)
85 dzul jalaali wal ikraam Allah yang maha pemilik kebesaran dan
kemuliaan
86 al muqsith Allah yang maha pemberi keadilan
87 al jamii` Allah yang maha mengumpulkan
88 al ghaniyy Allah yang maha kaya
89 al mughnii Allah yang maha pemberi kekayaan
90 al maani Allah yang maha mencegah
91 ad dhaar Allah yang maha penimpa kemudharatan
92 an nafii` Allah yang maha memberi manfaat
93 an nuur Allah yang maha bercahaya (menerangi, memberi cahaya)
94 al haadii Allah yang maha pemberi petunjuk
95 al badii’ Allah yang maha pencipta yang tiada bandingannya
96 al baaqii Allah yang maha kekal
97 al waarits Allah yang maha pewaris
98 ar rasyiid Allah yang maha pandai
99 as shabuur Allah yang maha sabar
Keimanan dan ketaqwaan
Untuk beragama maka perlu keimanan. Hal iman perlu dimengerti, baik sebagai
istilah maupun makna yang sebenarnya yang dimaksud dengan beriman di dalam
beragama itu. Beberapa tulisan dibawa ini menerangkan pengertian iman atau keimanan.
Term iman berasal dari bahasa arab dari kata dasar amana yu’minu-imanan.
Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa indonesia artinya meyakini atau
yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.1 iman dapat
dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui, pembenaran yang bersifat khusus.2 menurut
wjs. Poerwadarminta iman adalah kepercayaan, keyakinan, ketetapan hati atau keteguhan
hati.3 abul ‘ala al-mahmudi menterjemahkan iman dalam bahasa inggris faith, yaitu to
know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang artinya,
mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat keraguan apapun.4
Har gibb dan jh krammers memberikan pengertian iman ialah percaya kepada
Allah , percaa kepada utusan-nya, dan percaya kepada amanat atau apa yang
dibawa/berita yang dibawa oleh utusannya.5
Bila kita perhatikan penggunaan kata iman dalam al-qur’an, akan mendapatinya
dalam dua pengertian dasar,6 yaitu:
1. Iman dengan pengertian membenarkan (‫ ) التصديق‬adalah membenarkan berita
yang datangnya dari Allah dan rasul-nya. Dalam salah satu hadist shahih diceritakan
bahwa rasulullah ketika menjawab pertanyaan jibril tentang iman yang artinya bahwa
yang dikatakan iman itu adalah engkau beriman kepada Allah , malaikat-nya, kitab-
kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa qadar baik dan buruk
adalah dari Allah swt.
2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal : segala perbuatan
kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara’.
Dalam sebuah ayat Allah :
Artinya: sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan rasul-nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu
dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah .
Mereka itulah orang-orang yang benar.
Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa iman adalah membenarkan Allah dan
rasulnya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Pada akhir ayat
tersebut “mereka itulah orang-orang yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu
itu ada golongan yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah berdusta
dan mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebenarnya. Mereka
menganggap bahwa iman itu hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir, tanpa
pembuktian apapun.7
Pengertian iman secara istilahi ialah kepercayaan yang meresap ke dalam hati,
dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-
mata ucapan lidah, bukan sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan
tentang rukun iman.
Sesungguhnya iman itu bukanlah semata-mata pernyataan seseorang dengan
lidahnya, bahwa dia orang beriman (mukmin), karena banyak pula orang-orang munafik
(beriman palsu) yang mengaku beriman dengan lidahnya, sedang hatinya tidak percaya.8
Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan positif, yang akan
mengejawantah dan diwujudkan dlam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah
menusia sehari-hari adalah didasari/ diwarnai oleh apa yang dipercayainya. Kalau
kepercayaannya benar dan baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya.
Oleh karena itu husain bin muhammad al-jisr mengatakan bahwa setiap orang
mukmin adalah muslim, dan setiap orang muslim adalah mukmin.9 memang antara
percaya kepada tuhan dan menyerahkan diri dengan ikhlas kepada tuhan tidak dapat
dipisahkan, karena keduanya mempunyai hubungan yang erat, yang satu mendasari dan
yang lain melengkapi, menyempurnakan dan memperkuatnya.
Keimanan kepada keesaan Allah itu merupakan hubungan yang semulia-
mulianya antara manusia dengan penciptanya. Oleh karena itu, mendapatkan petunjuk
sehingga menjadi orang yang beriman, adalah kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh
seseorang.
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir dan lidah saja
atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi keimanan yang sebenar-benarnya adalah
merupakan suatu akidah atau kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari
situ timbul bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang disorotkan oleh
matahari.
Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya adalah orang mukmin.
Sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya menyatakan hal yang sama, namun
hatiya mengingkari apa yang dinyatakan itu.
Iman juga bukan sekedar amal perbuatan ansih yang secara lahiriyah merupakan
ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-orang munafik pun tak sedikit
yang secara lahiriyah mengerjakan amal ibadah dan berbuat baik, sementara hati mereka
bertolak belakang dengan perbuatan lahirnya, apa yang dikerjakan bukan didasari
keikhlasan mencari ridha Allah .11
Abu bakar jabir al-jazairi, menuturkan bahwa iman adalah membenarkan dan
meyakini Allah sebagai tuhan yang memiliki dan yang disembah. Iman sebenarnya
merupakan jalan untuk memuyakan akal pikiran manusia, dengan cara menerima semua
ketentuan allh pada setiap sesuatu, baik yang kelihatan atau tidak kelihatan, yang di
tetapkan maupun yang di naikan. Iman juga menuntut aktif menggapai hidayah,
mendekatkan diri kepada-nya, dan beraktifitas selayaknya aktifitas para keksih-nya
(hambanya yang saleh).12
‫‪Rukun iman‬‬

‫‪Oleh :‬‬
‫‪Universitas islam madinah bidang riset & kajian ilmiah‬‬
‫‪Bagian terjemah‬‬

‫‪Murajaah :‬‬
‫‪Erwandi tarmizi‬‬

‫‪Maktab dakwah dan bimbingan jaliyat rabwah‬‬


‫المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة بمدينة الرياض‬
‫‪1428 – 2007‬‬

‫أركان اإليمان‬
‫( باللغة اإلندونيسية )‬
‫إعداد‪:‬‬
‫الجامعة اإلسالمية بالمدينة المنورة‬
‫عمادة البحث العلمي‬
‫قسم الترجمة‬
‫مراجعة‪:‬‬
‫إيرواندي ترمذي‬

‫‪Maktab dakwah dan bimbingan jaliyat rabwah‬‬


‫المكتب التعاوني للدعوة وتوعية الجاليات بالربوة بمدينة الرياض‬
‫‪1428 – 2007‬‬
Daftar isi
Daftar isi 3
Rukun iman 6
Pertama : beriman kepada Allah 12
Mewujudkan iman kepada Allah 12
Keyakinan kepada nama-nama dan
14
sifat-sifat Allah dibangun diatas dua dasar
Dua hal yang perlu diperhatikan
dalam menetapkan nama-nama Allah 15
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam menetapkan sifat-sifat Allah 18
Urgensi tauhid 27
Memurnikan tauhid 27
Hal-hal yang bertentangan dengan
29
tauhid
Definisi ibadah 31
Syarat-syarat sahnya ibadah 31
Syarat-syarat kesempurnaan
34
‘ubudiyah
Dalil-dalil dan bukti-bukti keesaan
35
Allah
Kedua: beriman kepada malaikat 42
1. Makna beriman kepada malaikat 42
kedudukan dan hukum beriman
kepada
43
malaikat
2. Cara beriman kepada malaikat 44
1. Asal kejadian malaikat 47
2. Jumlah malaikat 47
3. Nama-nama malaikat 49
4. Sifat-sifat malaikat 50
5. Tugas-tugas malaikat 52
6. Hak-hak malaikat atas manusia 55
3. Hikmah beriman kepada
56
malaikat
Ketiga: beriman kepada kitab-kitab
57
Allah
1. Hakikat beriman kepada kitab 58
2. Hukum beriman kepada kitab-
59
kitab
3. Kebutuhan manusia kepada
kitab-kitab dan 60
hikmah diturunkannya
4. Cara beriman kepada kitab-
62
kitab
Keistimewaan al qur’an dari kitab-
kitab sebelumnya 63
5. Menerima berita kitab-kitab
64
terdahulu
6. Kitab-kitab samawi yang
tersebut dalam al-quran dan sunah 67
Ketiga: beriman kepada rasul-rasul 73
1. Beriman kepada rasul-rasul 73
2. Hakekat kenabian 75
3. Hikmah diutusnya para rasul 76
4. Tugas para rasul 80
5. Islam agama seluruh nabi 82
6. Para rasul adalah manusia biasa 82
7. Para rasul adalah ma’sum 84
8. Jumlah nabi dan rasul 86
9. Mukjizat para nabi 91
10. Beriman kepada kenabian
92
muhammad
Kelima : beriman kepada hari akhirat 105
1. Beriman kepada hari akhirat 105
2. Cara beriman kepada hari akhirat 112
3. Hikmah beriman kepada hari
138
akhirat
Keenam : beriman kepada taqdir 140
1. Definisi taqdir dan urgensi
beriman kepadanya 140
2. Tingkatan taqdir 141
3. Macam-macam taqdir 143
4. Aqidah salaf dalam masalah
144
taqdir
5. Perbuatan hamba 146
6. Korelasi antara penciptaan Allah
dan perbuatan hamba 148
7. Kewajiban hamba terhadap taqdir 149
8. Ridha dengan qadha dan qadar 151
9. Macam-macam hidayah 152
10. Macam-macam iradah Allah 153
11. Hal-hal yang bisa menolak taqdir 155
12. Taqdir adalah rahasia Allah 156
13. Beralasan dengan taqdir 157
14. Melakukan sebab 158
15. Hukum inkar kepada taqdir 161
16. Hikmah beriman kepada taqdir 162


Rukun iman

Rukun iman adalah: beriman kepada Allah , para malaikat-nya, kitab-kitab-nya, para rasul-
nya dan hari kemudian serta beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.
Allah subhanahu wataala berfirman:
        
  
“akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu adalah beriman kepada Allah , hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi.” (qs.al-baqarah: 177).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
           
           
“rasul telah beriman kepada al-qur’an yang diturunkan kepadanya dari tuhannya
demikian pula orang-orang beriman. Semuanya beriman kepada Allah , malaikat-
malaikat-nya, kitab-kitab-nya dan rasul-rasul-nya. Kami tidak membeda-bedakan antara
seorang rasul dengan yang lainnya” (qs. Al-baqarah: 285).
Adapun khusus mengenai takdir, Allah berfirman:
      
“sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (qs. Al-
qomar:49).
Nabi muhammad shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ‫اآلخ ِر َوتُ ْؤ ِمنَ بِ ْالقَد َِر خَ ي ِْر ِه َو َشرِّ ِه‬
ِ ‫اإل ْي َمانُ أَ ْن تُ ْؤ ِمنَ بِاهللِ َو َمالَئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم‬
ِ ((
“iman adalah: kamu beriman kepada Allah dan malaikat-malaikat-nya, kitab-
kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari kemudian dan takdir yang baik maupun yang buruk.” (hr.
Muslim).
Iman mencakup ucapan dengan lisan, keyakinan dengan hati dan amalan dengan
anggota badan. Iman itu akan meningkat dengan melakukan ketaatan, dan menurun
dengan melakukan maksiat.
Allah berfirman:
          
        
          

“sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-
nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada tuhanlah mereka bertawakkal.
(yaitu orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rizki
yang kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-
benarnya.” (qs.al-anfal:2-4).
Dan sebaliknya Allah subhanahu wataala berfirman:
         
    
“barangsiapa yang kafir kepada Allah , malaikat-malaikat-nya, kitab-kitab-nya,
rasul-rasul-nya dan hari kemudian maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-
jauhnya.” (qs.an-nisa’:136).
Contoh iman dalam bentuk ucapan lisan adalah: dzikir, do’a, amar ma’ruf nahi
munkar, membaca al-qur’an dan lain-lain. Dan dalam bentuk keyakinan hati; seperti
meyakini keesaan Allah dalam rububiyyah, uluhiyyah, nama-nama dan sifat-sifat-nya,
keyakinan tentang wajibnya beribadah hanya untuk Allah semata tanpa menyukutukan-
nya dengan suatu apapun dan hal-hal lain yang berhubungan dengan niat.
Dan termasuk dalam kategori iman, perbuatan-perbuatan hati, seperti rasa cinta, rasa
takut, pasrah, tawakal kepada Allah dan sebagainya. Begitu pula amalan-amalan anggota
badan termasuk dalam kategori iman, seperti: shalat, puasa, dan rukun islam lainnya,
berjihad di jalan Allah , menuntut ilmu dan lain sebagainya.
Allah subhanahu wataala berfirman:
       
“dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya bertambahlah iman mereka.”
(qs.al-anfal:2).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
         
   
“dialah yang menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin supaya
keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada).” (qs.al-
fath:4).
Dan iman seorang hamba akan bertambah dan meningkat bilamana ketaatan dan
ibadahnya bertambah dan meningkat, sebaliknya keimanannya akan menurun bilamana
kadar ketaatan dan ibadahnya menurun. Sebagaimana perbuatan maksiat sangat
berpengaruh kepada iman seseorang, apabila kemaksiatan tersebut dalam bentuk syirik
besar atau kekufuran, maka bisa mengikis keimanan sampai ke akar-akarnya. Apabila
kemaksiatan tersebut tidak sampai ketingkatan syirik atau kufur, maka akan menghambat
kesempurnaan iman yang wajib dimiliki setiap orang, atau bisa mengeruhkan
kejernihannya, atau melemahkannya.
Allah berfirman:
               
      
“sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan dia mengampuni
segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-nya.” (qs.an-nisa’:48).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
          
 
“mereka (orang-orang munafik) bersumpah dengan (nama) Allah , bahwa mereka
tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah
mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir setelah islam.” (qs.at-
taubah:74).
Dan dalam sebuah hadits rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ ‫‚ؤ ِمنٌ َوالَ يَ ْش‚ َربُ الخَ ْم‬
َ‫‚ر ِحيْن‬ ْ ‫ُ‚و ُم‬ ُ ‫ق ِحيْنَ يَ ْس‚ ِر‬
َ ‫ق ِوه‬ ُ ‫َّار‬ ِ ‫((الَ يَ ْزنِي ال َّزانِي ِحيْنَ يَ ْزنِي َوه َُو ُم ْؤ ِمنٌ َوالَ يَس‬
ُ ‫ْر‬
ِ ‫ق الس‬
)) ٌ‫َربَهَا َوه َُو ُم ْؤ ِمن‬
ِ ‫ش‬
“tidaklah seorang pezina ketika berzina sedangkan dia dalam keadaan beriman dan
tidak pula seorang pencuri ketika mencuri sedangkan dia dalam keadaan beriman dan
tidak pula seseorang ketika minum minuman keras sedangkan dia dalam keadaan
beriman.” (hr bukhari dan muslim).
Rukun pertama:
Beriman kepada Allah subhanahu wataala

Mewujudkan iman kepada Allah


Seseorang tidak dianggap beriman kepada Allah sehingga meyakini hal-hal berikut
ini:
Pertama: meyakini bahwa hanya Allah subhanahu wataala satu-satu-nya pencipta
alam mayapada ini, menguasai, mengatur, mengurus segala sesuatu di dalamnya,
memberi rizki, kuasa, menjadikan, mematikan, menghidupkan dan yang mendatangkan
manfaat serta madharat. Dia berbuat segala sesuatu sesuai dengan kehendak-nya,
menghukum sesuai dengan kehendak-nya, memuliakan siapa yang dikendaki-nya dan
menghinakan siapa saja yang dikendaki-nya, ditangan-nya semua kekuasaan langit dan
bumi, maha kuasa atas segala sesuatu, maha mengetahui segala sesuatu, tidak butuh
kepada siapapun, bagi-nya segala urusan, di tangan-nya semua kebaikan, tidak ada sekutu
bagi-nya, tidak satupun yang bisa menghalangi-nya.
Semua makhluk; baik malaikat, jin, manusia adalah hamba-nya, semuanya di bawah
kekuasaan, ketetapan dan kehendak-nya, perbuatan-perbuatan-nya tidak terhitung dan
tidak terhingga. Semua kekhususan tersebut hanya dimiliki oleh Allah subhanahu
wataala, tidak ada sekutu bagi-nya, tidak ada yang berhak memiliki sifat-sifat tersebut
selain-nya, dan tidak boleh menisbatkan dan menetapkan salah satu sifat-sifat tersebut
kepada siapapun selain-nya.
Allah berfirman:
         
          
            
   
“hai manusia, sembahlah tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang
sebelummu agar kamu bertaqwa, dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan
bagimu dan langit sebagai atap dan dia menurunkan air (hujan) dari langit lalu dia
menghasilkan dengan hujan itu segala tumbuh-tumbuhan sebagai rezki untukmu.” (qs.al-
baqarah:21-22).
Dan dalam ayat lain:
            
               
“katakanlah! Wahai tuhan yang mempunyai kerajaan, engkau berikan kerajaan
kepada orang yang engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari orang yang
engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang engkau kehendaki dan engkua hinakan
orang yang engkau kehendaki. Di tangan engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
engkau maha kuasa atas segala sesuatu.” (ali imran:26).
Dan Allah berfirman:
             
    
“dan tidak ada satupun binatang melata di bumi melainkan Allah lah yang
memberi rezkinya dan dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
menyimpannya. Semua tertulis dalam kitab yang nyata (lauh mahfudz).” (qs.hud:6).
Dalam ayat lain:
          
“ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah . Maha suci Allah
tuhan semesta Allah .” (qs.al-a’raf:54).
Kedua: meyakini bahwa hanya Allah subhanahu wataala satu-satunya yang
memiliki nama-nama yang paling agung dan sifat-sifat yang paling sempurna, yang
sebagiannya telah Allah jelaskan, baik dalam al-qur’an maupun sunah rasulullah
shallAllah u alaihi wasallam.
Dalam al-qur’an Allah berfirman:
           
     
“hanya milik Allah asmaul husna (nama-nama yang agung), maka mohonlah
kepada-nya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam menyebut nama-nama-nya. Nanti mereka akan
mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (qs.al-a’raf: 180).
Dan rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ‫الو ْت َر‬
ِ ُّ‫ َوه َُو ِو ْت ٌر ي ُِحب‬،َ‫الجنَّة‬
َ ‫َخَل‬ َ ْ‫(( إِنَّ هَّلِل ِ ِت ْس َعةً َو ِتس ِْعيْنَ اسْما ً َم ْن أَح‬
َ ‫صاهَا د‬
“sesungguhnya Allah memiliki sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa
menghitungnya, maka akan masuk surga dan Allah itu witir (ganjil) dan menyukai hal-
hal yang (berjumlah) ganjil.” (muttafaq alaih).
Keyakinan ini dibangun di atas dua unsur pokok:
1. Sesungguhnya Allah memiliki nama-nama yang mulia dan sifat-sifat yang agung lagi
sempurna, tidak ada sedikitpun kekurangan, dan tidak ada satupun makhluk yang menyerupai
dan menyukutui-nya dalam sifat-sifat tersebut.
Dan di antara nama-nama Allah itu; al-hayyu (yang maha hidup), maka Allah memiliki
sifat al-hayat (hidup) yang wajib ditetapkan kepada-nya secara sempurna dan layak. Yaitu
hidup yang sempurna, lagi abadi, yang terhimpun pada-nya berbagai macam kesempurnaan,
seperti berilmu, berkuasa dan lainnya. Hidup-nya tidak ada permulaan dan tidak ada
kesudahan. Allah subhanahu wataala berfirman:
               
“Allah tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup kekal lagi
terus-menerus mengurus (makhluk-nya); tidak mengantuk dan tidak tidur.” (qs.al-
baqarah:255).
2. Sesungguhnya Allah subhanahu wataala mutlak suci dari segala sifat kekurangan dan
sifat cacat, seperti; tidur, lemah, bodoh, dzalim dan lain-lain, sebagaimana dia maha suci dari
menyerupai semua makhluk. Maka kita wajib menafikan segala sifat yang telah Allah nafikan
dari diri-nya dan yang dinafikan oleh rasulullah, serta meyakini bahwa Allah memiliki sifat
kesempurnaan, kebalikan dari apa yang telah dinafikan-nya. Sebagai contoh: ketika kita
menafikan dari Allah sifat mengantuk berarti kita menetapkan bagi-nya kesempurnaan sifat
berdiri sendiri. Menafikan sifat tidur dari-nya berarti menetapkan bagi-nya kesempurnaan sifat
hidup. Maka setiap kita menafikan satu sifat dari Allah , berarti kita menetap-kan bagi-nya
kesempurnaan lawan sifat tersebut. Dialah yang maha sempurna, tidak ada kekurangan pada-
nya. Allah berfirman:
        
“tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia, dan dialah yang maha mendengar lagi
maha melihat.” (qs.asy-syuura: 11).
Dan firman-nya:
     
“dan sekali-kali tidaklah tuhanmu menganiaya hamba-hamba-nya.” (qs.fushshilat:46).
Dan firman-nya:
             
“dan tidak ada suatupun yang dapat melemahkan Allah baik di langit maupun di bumi.”
(qs.fathir:64).
     
“dan tidaklah tuhanmu lupa”(qs.maryam: 64).
Beriman dengan nama-nama Allah dan sifat-sifat-nya serta perbuatan-nya adalah jalan
yang paling tepat bagi seorang hamba untuk mengenal Allah subhanahu wataala, hal itu
karena Allah tidak nampak dari penglihatan makhluk, maka dengan nama dan sifat-nya
seorang muslim menyembah Allah yang maha esa, yang segala sesuatu bergantung kepada-
nya, yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak satupun yang serupa dengan-
nya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan nama-nama Allah :
1.Beriman dengan semua nama-nama Allah , baik yang terdapat dalam al-qur’an maupun
sunah tanpa menambah dan mengurangi.
Allah berfirman:
           
         
“dialah Allah yang tiada tuhan (yang berhak disembah) selain dia, raja yang maha
suci, yang maha sejahtera, yang mengaruniakan keamanan, yang maha memelihara, yang
maha perkasa, yang maha kuasa, yang memiliki segala keagungan, maha suci Allah dari
apa yang mereka persekutu-kan.” (qs.al-hasyr:23).
Dan terdapat dalam sebuah hadits bahwa nabi muhammad shallAllah u alaihi wasallam
mendengar seorang laki-laki berdo’a dengan mengatakan::
َ ‚‫اإل ْك‬
‫‚ر ِام يَ‚‚ا‬ َ ‫ض يَ‚‚ا َذا‬
ِ ‫الجالَ ِل َو‬ ِ ْ‫ت َواألَر‬ ِ ‫الح ْم َد الَ ِإلَهَ إِالَّ أَ ْنتَ ال َمنَّانُ بَ ِد ْي ُع ال َّس َم َوا‬
َ َ‫ك ِبأَنَّ لَك‬
ُ ُ‫((اللَّهُ َّم ِإنِّ ْي َأسْأَل‬
َ ‚َ‫ ق‬،‫ هللاُ َو َر ُس‚وْ لُهُ أَ ْعلَ ُم‬:‫ تَ ْدرُوْ نَ ِب َما َدعَا هللا؟ قَالُوْ ا‬: ‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس‚ ْي‬:‫‚ال‬ َ ‫ال النَّ ِب ُّي‬
َ َ‫ فَق‬.‫الح ُّي يَا القَيُّوْ ُم‬
َ
))‫اب َوإِ َذا ُسئِ َل بِ ِه أَ ْعطَى‬
َ ‫بِيَ ِد ِه لَقَ ْد َدعَا هللاَ بِا ْس ِم ِه األَ ْعظَ ِم الَّ ِذيْ إِ َذا د ُِع َي بِ ِه أَ َج‬
“ya Allah aku memohon kepada-mu bahwa hanya bagimu segala puji, tidak ada tuhan
(yang patut disembah) melainkan engkau, engkau yang memberi karunia, yang menciptakan
langit dan bumi, engkau yang memiliki keagungan dan kemuliaan, yang maha kekal, yang
senantiasa mengurus hamba-nya”, maka nabi muhammad shallAllah u alaihi wasallam
berkata: “tahukah kamu dengan apa dia telah berdoa kepada Allah ?” Mereka menjawab:
Allah dan rasul-nya lebih tahu. Nabipun berkata: “demi dzat yang jiwaku berada di tangan-
nya, sesungguhnya dia telah berdoa kepada Allah dengan nama-nya yang agung, yang
mana, apabila seseorang berdo’a dengan nama-nama itu, niscaya dia akan mengabulkan,
dan apabila seseorang meminta dengan nama itu, niscaya dia akan memberinya.” (hr. Abu
dawud dan ahmad).
1. Beriman bahwa Allah sendiri yang telah menamakan diri-nya dengan nama-
nama itu, tidak ada seorang makhlukpun yang memberi nama kepada-nya, dialah yang
memuji diri-nya dengan nama-nama tersebut, dan nama itu bukan muhdats (suatu yang baru)
dan bukan pula makhluk.
1. Beriman bahwa nama-nama Allah yang agung tersebut mengandung makna
yang maha sempurna, tidak ada kekurangan sedikitpun pada-nya, dan wajib kita mengimani
kandungan makna dari nama-nama tersebut sebagaimana kita wajib mengimani nama-nama
itu sendiri.
1. Wajib memuliakan kandungan makna dari nama-nama tersebut, tanpa
menyelewangkan atau meniadakannya.
1.Beriman dengan hukum-hukum yang yang dikandung oleh setiap nama-nama tersebut,
begitu pula dengan segala perbuatan dan kesan yang lahir dari nama-nama itu.
Untuk memperjelas maksud dari lima point di atas, kita buat sebuah contoh:
i. Beriman dengan nama as-sami’ (yang maha mendengar) sebagai salah satu dari
nama-nama Allah yang agung, karena nama tersebut terdapat dalam al-qur’an dan sunah.
ii. Beriman bahwa Allah lah yang menamakan diri-nya dengan nama tersebut, dan
dialah yang menuturkannya, serta menurunkannya dalam kitab-nya.
iii. Beriman bahwa nama as-sami’ (yang maha mendengar) mengandung makna
mendengar, yang merupakan salah satu sifat-nya.
iv. Wajib kita memuliakan sifat Allah “mendengar”, yang dikandung oleh nama-
nya as-sami’, tanpa menyelewengkan maknanya, atau meniadakannya.
v. Beriman bahwasanya Allah subhanahu wata’ala mendengar segala sesuatu,
dan pendengarannya mencakup semua bentuk suara, ini berarti kita harus senantiasa merasa di
bawah pengawasannya, merasa takut kepada-nya, serta benar-benar yakin bahwa tidak ada
satupun yang tersembunyi dari-nya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan sifat-sifat Allah :
1. Menetapkan semua sifat-sifat-nya yang terdapat dalam al-qur’an dan sunah
secara hakiki, tanpa ada penyelewengan dan penafian maknanya.
2. Keyakinan yang pasti bahwa Allah subhanahu wata’ala mempunyai sifat-sifat
yang sempurna dan maha suci dari sifat-sifat kurang dan tercela.
3. Tidak menyerupakan sifat-sifat Allah dengan sifat makhluk, karena tidak ada
sesuatupun yang menyerupai Allah subhanahu wata’ala baik dalam sifat maupun perbuatan-
nya. Allah berfirman:
[  ] }§øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäï†x« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$#
“tidak ada sesuatupun yang serupa dengan dia dan dialah yang maha mendengar lagi
maha melihat.” (qs.asy-syuura:11).
4. Kesadaran penuh bahwa kita tidak akan mungkin mengetahui tentang kaifiyyat
(bagaimana) sifat-sifat Allah itu, karena tidak ada yang mengetahui tentang bagaimana sifat-
sifat Allah kecuali dia, dan tidak ada jalan bagi makhluk untuk mengetahuinya.
5. Mengimani segala yang menjadi konsekwensi dari sifat-sifat itu baik berupa
hukum, atau kesan-kesan yang dilahirkan oleh beriman dengan sifat tersebut. Maka setiap
sifat mengandung ubudiyyah (penghambaan diri kepada Allah ).
Untuk memperjelas lima point tersebut, kita ambil sebagai contoh sifat istiwa’
(bersemayam), wajib diperhatikan dalam menetapkannya hal-hal berikut:
a. Menetapkan sifat “istiwa” (bersemayam) dan mengimaninya, karena sifat
tersebut terdapat dalam al-quran dan as-sunnah. Allah berfirman:
     
“(yaitu) tuhan yang maha rahman (pemurah), yang bersemayam di atas arsy.”
(qs.thaha:5).
b. Menetapkan sifat istiwa’ bagi Allah dengan sempurna, yang layak dengan-nya.
Maknanya: menetapkan bersemayamnya Allah dan tingginya di atas ‘arsy-nya secara hakiki,
sesuai dengan keagungan dan kebesaran-nya.
c. Tidak menyerupakan sifat istiwa’ Allah di atas ‘arsy dengan istiwa’nya
makhluk, karena Allah tidak butuh sama sekali kepada ‘arsy, sedangkan bersemayam-nya
makhluk mengharuskan sifat butuh kepada yang lain. Allah berfirman:
[ øŠs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäï†x« ( uqèdur ßìŠÏJ¡¡9$# 玍ÅÁt7ø9$#§} ]
“tidak ada suatupun yang serupa dengan dia, dan dialah yang maha mendengar lagi
maha melihat.” (qs.asy-syuura:11).
d. Menjauhkan diri dari pembicaraan tentang bagaimana sifat bersemayamnya
Allah di atas arsy, karena itu adalah permasalahan gaib, tidak ada yang mengetahuinya
kecuali Allah .
e. Beriman dengan hukum dan kandungan sifat tersebut, yaitu dengan menetapkan
keagungan Allah subhanahu wata’ala, kemuliaan dan kebesaran-nya, yang layak dengan-
nya, sesuai dengan tingginya Allah secara mutlak dari semua makhluk, dan menghadapkan
hati kepada ketinggian-nya, seperti yang diungkapkan dalam sujud (‫“ ) ُسب َْحانَ َربِّي األَ ْعلَى‬maha
suci tuhan yang maha tinggi.”

Ketiga: keyakinan hamba bahwa Allah subhanahu wataala adalah tuhan yang haq, dialah
satu-satunya yang berhak untuk menerima semua ibadah yang lahir dan batin, tidak ada sekutu
bagi-nya.
Allah berfirman:
             
“dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan:
“sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thaghut-thaghut itu.” (qs.an-nahl:36).
Dan tidak ada seorang pun dari rasul kecuali menyerukan kepada kaumnya:
        
“sembahlah Allah ! Sekali-kali tidak ada tuhan bagi kamu selain-nya.” (qs.al-a’raf: 59).
Dan Allah juga telah berfirman:
          
“padahal mereka tidak disuruh kecuali menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-nya dengan menjalankan agama dengan lurus.” (qs.al-bayyinah:5).
Dalam sahih bukhari dan muslim, bahwa rasulullah shallAllah u ’alaihi wa sallam berkata
kepada muadz:
ُ‫العبَ‚‚ا ِد أَ ْن يَ ْعبُ‚ ُدوْ ه‬
ِ ‫ق هللاِ َعلَى‬ َ ‚َ‫ ق‬.‫ هللاُ َو َر ُس‚وْ لُهُ أَ ْعلَ ُم‬: ‫ت‬
ُّ ‚‫ َح‬: ‫‚ال‬ ُ ‫العبَا ِد َعلَى هللا؟ قُ ْل‬ ِ ‫ق‬ ُّ ‫العبَا ِد َو َما َح‬ ِ ‫ق هللاِ َعلَى‬ ُّ ‫(( أَتَ ْد ِريْ َما َح‬
))ً‫ك بِ ِه َشيْئا‬ُ ‫ب َم ْن الَ يُ ْش ِر‬َ ‫العبَا ِد َعلَى هللاِ أَالَّ يُ َع ِّذ‬
ِ ‫ق‬ ُّ ‫ َو َح‬،ً‫َوالَ يُ ْش ِر ُكوْ ا بِ ِه َشيْئا‬
“tahukah kamu apa hak Allah terhadap hamba-nya dan hak hamba terhadap Allah ?,
muadz mengatakan: Allah dan rasul-nya lebih tahu. Rasulullah berkata: hak Allah atas makhluk,
hendaknya mereka menyembah-nya dan tidak menyekutukan-nya dengan suatupun, adapun hak
hamba atas Allah bahwa Allah tidak mengadzab siapa saja yang tidak menyekutukan-nya
dengan sesuatupun.” (hr. Bukhari dan muslim).
Ilah (tuhan) yang haq dialah yang menjadi tempat bergantungnya hati para hamba, penuh
dengan rasa cinta kepada-nya melebihi cinta kepada yang lain, pengharapan hanya kepada-nya,
dan meminta dan memohon pertolongan hanya kepada-nya, serta tidak ada rasa takut dan khawatir
kepada selain-nya. Allah berfirman:
               
  
“yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah , dialah (tuhan) yang haq dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain Allah , itulah yang batil dan sesungguhnya Allah
, dialah yang maha tinggi lagi maha besar.” (qs.al-hajj:62).
Dan inilah yang dimaksud mentauhidkan Allah dengan perbuatan hamba.

Urgensi tauhid:
1. Tauhid adalah yang pertama dan terakhir, yang lahir dan bathin (inti) dari agama
islam dan merupakan misi dari setiap rasul.
1. Karena tauhid inilah Allah menciptakan makhluk, mengutus para rasul, dan
menurunkan kitab-kitab. Dan karena tauhid pula manusia tergolong menjadi muslim dan kafir,
bahagia dan celaka.
1. Tauhid adalah kewajiban pertama bagi seorang hamba, dan merupakan hal
pertama yang memasukkan seseorang ke dalam islam, dan perkara terakhir manusia yang
hendak meninggalkan dunia.

Memurnikan tauhid
Yaitu membersihkannya dan memurnikannya dari unsur-unsur syirik, bid’ah dan maksiat, dan
terbagi menjadi dua: wajib dan sunah.
Adapun yang wajib ada tiga hal:
1. Mensucikan tauhid dari perbuatan syirik, yang menafikan asas tauhid.
1. Mensucikan tauhid dari macam-macam bid’ah, yang menafikan kesempurnaan
tauhid yang wajib, atau menafikan asas tauhid manakala bid’ah tersebut membawa kepada
kekufuran.
1. Mensucikan tauhid dari bentuk-bentuk kemaksiatan yang bisa mengurangi
pahala tauhid dan berpengaruh kepadanya.
Adapun yang sunah adalah perintah-perintah yang sifatnya anjuran, seperti misalnya:
a. Mewujudkan kesempurnaan tingkatan ihsan.
a. Menggapai kesempurnaan tingkatan yakin.
a. Mewujudkan kesempurnaan sifat sabar, dengan tidak mengadu kepada selain
Allah .
b. Mewujudkan kesempurnaan qana'ah, dengan memohon hanya kepada Allah .
a. Menyempurnakan tingkatan tawakal, dengan meninggalkan hal-hal yang mubah
yang merupakan sebab, seperti ruqyah (mantera), berobat karena tawakkal kepada Allah .
a. Mewujudkan kesempurnaan tingkatan cinta kepada Allah , dengan banyak
melakukan hal-hal yang sunat sebagai bentuk pendekatan diri kepada-nya.
Maka barangsiapa telah mewujudkan tauhid sesuai dengan yang digariskan di atas dan
terhindar dari syirik besar, maka ia akan selamat, terhindar dari kekal di neraka, dan barangsiapa
yang terhindar dari semua bentuk syirik, besar maupun kecil serta dosa-dosa besar dan semua jenis
kemaksiatan maka ia akan selamat di dunia dan akhirat.
Allah berfirman:
               
      
“sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan dia mengampuni segala dosa
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikendakinya.” (qs.an-nisa’:48).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
          
 
“orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman
(syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-
orang yang mendapat petunjuk.” (qs.al-an’am:83).

Hal-hal yang bertentangan dengan tauhid.


Ada tiga perkara yang berlawanan dengan tauhid:
1. Syirik besar yang menafikan asas tauhid, Allah tidak akan mengampuninya
kecuali dengan benar-benar bertaubat. Barangsiapa mati dalam keadaan syirik kepada Allah
maka ia akan kekal di neraka. Dan bentuk syirik akbar itu adalah menjadikan sekutu bagi
Allah dalam ibadah. Berdo’a kepada sekutu tersebut seperti halnya berdo’a kepada Allah ,
bertawakal, berharap, dan takut kepadanya seperti halnya kepada Allah subhanahu wataala.
Allah berfirman:
             
   
“sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah , maka pasti Allah
akan mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi
orang-orang dzalim itu seorang penolongpun.” (qs.al-maidah:72).
1. Syirik kecil yang menafikan kesempurnaan tauhid, yaitu: semua sarana dan jalan
yang bisa mengantarkan kepada syirik besar seperti bersumpah dengan selain Allah , berbuat
riya’.
1. Syirik yang tersembunyi, yaitu: yang berhubungan dengan niat dan maksud
seseorang. Dan bisa jadi hal itu masuk dalam syirik besar atau syirik kecil, sebagaimana sudah
dijelaskan pada point satu dan dua.
Diriwayatkan dari mahmud bin lubaid radiAllah u anhu bahwasanya rasulullah
shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ َ‫ك األَصْ َغ ُر يَا َرسُوْ َل هللا؟ ق‬
)) ‫ الرِّ يَا ُء‬: ‫ال‬ ُ ْ‫ َو َما ال ِّشر‬:‫ قَالُوْ ا‬،ُ‫ك األَصْ َغر‬
ُ ْ‫((إِنَّ أَ ْخ َوفَ َما أَخَ افُ َعلَ ْي ُك ْم ال ِّشر‬
“sesungguhnya sesuatu yang paling saya takutkan atas kamu adalah syirik kecil, mereka
bertanya: apa itu syirik kecil wahai rasulullah? Beliau menjawab: riya’.” (hr. Ahmad).

Definisi ibadah
Ibadah adalah sebuah ungkapan yang mencakup segala hal yang dicintai dan diridhai oleh
Allah baik itu berbentuk keyakinan, amalan hati, perbuatan anggota badan, dan segala yang
mendekatkan diri kepada Allah berupa melaksanakan perintah atau meninggalkan larangan-nya.
Dan masuk dalam kategori ibadah semua apa yang disyari’atkan Allah dalam kitab-nya atau
sunnah nabi-nya. Ibadah tersebut bermacam-macam, di antaranya ibadah hati, seperti rukun iman
yang enam, rasa takut, harap, tawakal dan lain-lain, dan di antaranya ibadah lahir, seperti shalat,
zakat, puasa dan haji.

Syarat-syarat sahnya ibadah


Ibadah seseorang dianggap sah manakala terpenuhi dua syarat berikut:
1. Mengikhlaskan ibadah hanya karena Allah , tanpa menyekutukan-nya dengan
sesuatupun, inilah makna syahadat lailaha illAllah .
Allah berfirman:
         
           
            
            
“sesungguhnya kami menurunkan kepadamu kitab (al-qur’an) dengan (membawa)
kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-nya. Ingatlah,
hanya kepunyaan Allah -lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.”
(qs.az-zumar:2-3).
Dan dalam firman-nya:
 !$tBur (#ÿrâÉDé& žwÎ) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©!$# tûüÅÁÎ=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm

“padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-nya dengan menjalankan agama dengan lurus.” (qs.al-bayyinah:5).
1. Mengikuti apa yang telah dibawa oleh rasulullah shallAllah u alaihi wasallam,
yaitu: berbuat sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh beliau, tanpa ada menambah dan
mengurangi. Inilah makna syahadat muhammadar rasulullah (sesungguhnya muhammad itu
adalah utusan Allah ). Allah berfirman:
             
“katakanlah: jika kamu benar-benar mencintai Allah , maka ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” (qs.ali imran:31).
dan dalam ayat lain Allah berfirman:
         
“apa yang dibawakan rasul kepadamu maka terimalah dia dan apa yang dilarangnya
bagimu maka tinggalkanlah.” (qs.al-hasyr:7).
Dan firman Allah :
             
      
“maka demi tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak
merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka
menerima dengan sepenuhnya.” (qs.an-nisa:65).
Ubudiyyah (penghambaan diri kepada Allah ) secara sempurna tidak akan terwujud kecuali
dengan dua hal:
1. Kesempurnaan cinta kepada Allah , yang mana seorang hamba mengedepankan
cintanya kepada Allah dan cintanya kepada apa-apa yang dicintai Allah dari cinta kepada
yang lainnya.
1. Kesempurnaan tunduk dan merendahkan diri kepada Allah , yang mana
seorang hamba tunduk dan patuh dalam melaksanakan semua perintah dan menjauhi semua
larangan-nya.
Maka, inti dari ibadah pada dasarnya adalah hadirnya rasa cinta, ketundukan, rendah diri,
harapan, rasa takut, karena dengan itu semua terwujudlah makna penghambaan diri kepada Allah
subhanahu wataala. Dengan ubudiyyah kepada Allah seseorang akan sampai kepada kecintaan
Allah dan ridha-nya. Dan Allah sangat mencintai hamba-nya yang senantiasa mendekatkan diri
kepada-nya dengan ibadah-ibadah yang wajib, dan barangsiapa memperbanyak ibadah-ibadah
sunah maka hal itu akan lebih mendekatkan dirinya kepada Allah subhanahu wataala dan akan
terangkat derajatnya di sisi-nya. Dan sebagai balasannya di akhirat dia akan dimasukkan ke surga
dengan rahmat dan karunia-nya.
Allah berfirman:
          
“berdo’alah kepada tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (qs.al-a’raf:55).
Dalil-dalil dan bukti-bukti keesaan Allah subhanahu wataala
Dalil-dalil dan bukti-bukti tentang keesaan Allah subhanahu wataala banyak sekali, siapa
saja yang menggunakan akalnya untuk memikirkan dan mengkaji bukti-bukti dan dalil-dalil itu
maka akan mantap pengetahuannya dan bertambah keyakinannya tentang keesaan Allah pada
perbuatan, nama, sifat dan uluhiyyah-nya .
Sebagai contoh di antara bukti-bukti dan dalil tentang keesaan Allah sebagai berikut:
1. Kebesaran ciptaan alam semesta ini, dan kerapian ciptaannya serta dengan
berbagai macam makhluk yang ada di dalamnya, semuanya berjalan dengan aturan yang
sangat rapi, barangsiapa mengamati dan berfikir tentang itu semua, maka dia pasti yakin
dengan keesaan Allah . Barangsiapa yang mengamati ciptaan langit dan bumi, matahari dan
bulan, manusia dan hewan serta semua benda-benda hidup dan mati, maka dia pasti yakin
bahwa di balik itu semua ada sang pencipta yang maha sempurna dalam nama, sifat dan
uluhiyyah-nya, dan ini menandakan bahwa dialah satu-satu-nya yang berhak untuk disembah.
Allah berfirman:
          
          
        
      
“dan telah kami jadikan di bumi ini gunung-gunung yang kokoh, supaya bumi itu (tidak)
goncang bersama mereka, dan telah kami jadikan pula di bumi itu jalan-jalan yang luas,
agar mereka mendapat petunjuk. Dan kami jadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara
sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah ) yang terdapat
padanya. Dan dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan, masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarannya.” (qs.al-anbiya’:31-33).
Dan dalam ayat yang lain:
       
       
“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.” (qs.ar-rum:22).
1. Kedatangan para rasul yang telah diutus oleh Allah dengan membawa syari’ah
(hukum) dan dikuatkan dengan mu’jizat, itu semua sebagai bukti keesaan Allah dan dialah
yang berhak untuk disembah. Syari’at yang diturunkan, yang berisi hukum-hukum untuk
makhluk adalah bukti nyata bahwa itu semua datang dari tuhan yang maha bijaksana, maha
mengetahui dengan apa yang diciptakan-nya, dan maha tahu tentang kemaslahatan makhluk-
nya.
Allah berfirman:
       
     
“sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti yang nyata
dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia
dapat melaksanakan keadilan.” (qs.al-hadid:25).
Dan firman-nya:
          
         
“katakanlah sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
dengan al-qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (qs.al-isra’:88).
1. Fitrah yang telah ditetapkan oleh Allah pada hati setiap manusia, berupa
pengakuan tentang keesaan Allah subhanahu wataala. Hal itu ada dalam setiap diri
manusia, sebagai buktinya: apabila seseorang sedang ditimpa musibah, maka dengan
sendirinya ia kembali dan pasrah kepada Allah . Seandainya manusia itu bebas dari syubhat-
syubhat dan hawa nafsu yang telah merubah fitrahnya, maka dia tidak akan dapatkan dalam
dirinya kecuali pengakuan dengan keesaan Allah pada uluhiyyah, nama, sifat dan perbuatan-
nya, serta menyerah dan menerima syariat yang dibawa oleh para rasul-nya.
Allah berfirman:
           
            
          
 
“maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah ) (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah . Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Dengan
kembali bertaubat kepada-nya dan bertawakAllah kepada-nya serta dirikanlah shalat dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah .” (ar-rum:30-31).
Dan rasulullah shallAllah u ‘alaihi wa sallam bersabda:
ْ ‫(( ُكلُّ َموْ لُوْ ٍد يُوْ لَ ُد َعلَى ْال ِف‬
َ‫ هَلْ تُ ِحسُّوْ ن‬،‫ َك َما تُ ْن ِت ُج البَ ِه ْي َمةُ بَ ِه ْي َمةً َج ْم َعا َء‬،‫ فَأَبَ َواهُ يُهَ ِّودَا ِن ِه أَوْ يُنَصِّ َرا ِن ِه أَوْ يُ َمجِّ َسا ِن ِه‬،‫ط َر ِة‬
         :َ‫ ثُ َّم قَ َرأ‬،‫فِ ْيهَا ِم ْن َج ْدعَا ِء‬
“setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci) maka kedua orang tuanya yang
menjadikan dia yahudi, nasrani atau majusi. Sebagaimana binatang melahirkan anaknya
secara sempurna, maka apakah kamu lihat pada hidungnya cacat? (cacat yang ada setelah
lahir adalah akibat ulah pemiliknya) kemudian beliau membaca:
        
Fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. (qs.ar ruum: 30).”
(hr. Bukhari).
Rukun kedua
Beriman kepada malaikat

1. Makna beriman kepada malaikat


Beriman kepada malaikat berarti meyakini bahwa Allah mempunyai malaikat-malaikat.
Allah jadikan mereka dari cahaya, diciptakan untuk senantiasa taat kepada-nya dan tidak
pernah membangkang terhadap apa saja yang diperintahkan Allah kepada mereka, senantiasa
mengerjakan semua perintah-nya, terus-menerus bertasbih kepada Allah siang dan malam,
tidak ada yang mengetahui jumlah mereka kecuali Allah , dan Allah membebankan kepada
mereka berbagai tugas yang berbeda-beda.
Allah berfirman:
         
“akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah , hari kemudian,
malaikat-malaikat.” (qs.al-baqarah:177).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
            
          
“rasul telah beriman kepada al-qur’an yang telah diturunkan kepadanya dari tuhannya
demikian pula orang-orang yang beriman, semuanya beriman kepada Allah , malaikat-
malaikat-nya, kita-kitab-nya dan para rasul-nya.” (qs.al-baqarah:285).
Dan dalam hadis jibril, ketika dia datang kepada nabi shallAllah u alaihi wasallam
bertanya tentang iman, islam dan ihsan. Jibril berkata: beritahukanlah aku tentang iman!
Kemudian rasulullah menjawab: “anda beriman kepada Allah , malaikat-malaikat-nya,
kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya, hari kemudian dan beriman kepada taqdir baik dan buruk.”

Kedudukan dan hukum beriman kepada malaikat.


Beriman kepada malaikat merupakan rukun kedua dari rukun iman yang enam, tidak sah
keimanan seseorang tanpa beriman kepada malaikat.
Para ulama sepakat bahwa hukum beriman kepada malaikat adalah wajib, barangsiapa
mengingkari keberadaan mereka atau sebagian dari mereka yang telah disebutkan (nama-
namanya) oleh Allah , maka ia telah kafir dan menentang al-quran, sunnah dan ijma’.
Allah berfirman:
         
    
“barangsiapa yang kafir kepada Allah , malaikat-malaikat-nya, kitab-kitab-nya, rasul-
rasul-nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(qs.an-nisa’: 136).
2. Cara beriman kepada malaikat
Beriman kepada malaikat ada dua cara, beriman secara global dan secara terperinci,
adapun beriman kepada malaikat secara global mencakup beberapa hal, diantaranya:
Pertama: mengakui keberadaan malaikat, dan bahwa mereka adalah makhluk ciptaan
Allah . Diciptakan untuk beribadah kepada-nya, dan keberadaan mereka adalah hakiki.
Ketidak-mampuan kita melihatnya bukan berarti mereka tidak ada, karena betapa banyak
benda atau makhluk kecil dan halus di alam mayapada ini yang kita tidak bisa melihatnya, tapi
benda itu benar-benar ada. Nabi shallAllah u ‘alaihi wa sallam pernah melihat malaikat jibril
dua kali dalam bentuk aslinya, begitu pula sebagian sahabat pernah menyaksikan sebagian
malaikat dalam bentuk manusia.
Imam ahmad meriwayatkan dalam kitabnya “musnad” dari abdullah bin mas’ud, beliau
berkata: “rasulullah shallAllah u ‘alaihi wa sallam pernah melihat jibril dalam bentuk aslinya,
ia memiliki enam ratus sayap, setiap sayapnya menutupi ufuk”. Dalam hadis jibril yang
diriwayatkan oleh imam muslim, bahwa jibril datang dalam bentuk seorang laki-laki yang
sangat putih pakaiannya dan sangat hitam rambutnya, tidak kelihatan padanya bekas musafir,
dan tidak seorangpun di antara sahabat yang mengenalnya.
Kedua: menempatkan mereka sesuai dengan kedudukan yang Allah tetapkan untuk
mereka, dimana mereka adalah sebagai hamba-nya yang selalu siap untuk diperintah, Allah
telah memuliakan mereka dengan mengangkat kedudukannya serta mendekatkan mereka
kepada-nya, dan bahwasanya di antara mereka ada yang sebagai utusan untuk membawa
wahyu dan yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah subhanahu wataala.
Sekalipun demikian mereka adalah hamba Allah yang tidak bisa mendatangkan manfaat
dan mudharat baik terhadap dirinya sendiri atau orang lain dan tidak diperbolehkan sedikitpun
beribadah untuk mereka, lebih-lebih menganggap mereka mempunyai sifat-sifat ketuhanan
seperti keyakinan orang-orang nasrani terhadap ruhul qudus (malaikat jibril alaihis salam).
Allah berfirman:
            
     
“dan mereka berkata: tuhan yang maha pemurah telah mengambil (mempunyai) anak,
maha suci Allah , sebenarnya (malaikat itu) adalah hamba-hamba yang dimuliakan. Mereka
itu tidak mendahului-nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintah-
nya.” (qs.al-anbiya’:26-27).
Dan Allah berfirman:
         
“mereka tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-nya kepada
mereka dan mereka selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (qs.at-tahrim:6).
Beriman kepada malaikat secara global ini wajib hukumnya atas setiap muslim dan
muslimah. Wajib atas mereka mempelajari dan meyakininya, dan tidak ada alasan untuk tidak
mengetahuinya.
Adapun beriman kepada malaikat secara terperinci mencakup hal-hal berikut:
1. Asal kejadian mereka.
Allah menciptakan para malaikat dari cahaya, mencipatakan jin dari api dan anak cucu
adam dari tanah liat, dan Allah telah menciptakan malaikat terlebih dahulu sebelum
menciptakan adam alaihis salam. Dalam sebuah hadits disebutkan:
)) ‫صفَ لَ ُك ْم‬ َ ِ‫ َو ُخل‬،‫َار‬
َ ‫ق آ َد ُم ِم َّما َو‬ ٍ ‫ج ِم ْن ن‬ ِ ‫الجانُّ ِم ْن َم‬
ٍ ‫ار‬ َ ‫ق‬ َ ِ‫ َو ُخل‬،‫ت ْال َمالَئِ َكةُ ِم ْن نُوْ ٍر‬
ِ َ‫(( ُخلِق‬
“malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari api dan diciptakan anak adam
dari apa yang telah dijelaskan kepadamu (yaitu tanah).” (hr. Muslim).
2. Jumlah malaikat
Malaikat adalah makhluk yang tidak ada seorangpun mampu menghitung jumlah mereka
kecuali Allah , karena begitu banyaknya, tidak ada satu tempat pun dengan jarak empat jari di
langit kecuali disitu ada malaikat yang senantiasa bersujud atau berdiri, sebagaimana baitul
makmur di langit ketujuh setiap hari dimasuki tujuh puluh ribu malaikat, kemudian mereka
tidak (dapat) kembali masuk lagi, karena begitu banyaknya. Pada hari kiamat akan
didatangkan neraka, baginya tujuh puluh ribu tali kendali, setiap tali kendali ditarik oleh tujuh
puluh ribu malaikat. Allah berfirman:
       
“dan tidak ada yang mengetahui tentara tuhanmu melainkan dia sendiri.” (qs.al-
muddatsir:31).
Dan dalam sebuah hadis rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ‫اج ٌد َو َرا ِك ٌع‬ ِ ْ‫ َما ِف ْيهَا َمو‬،َّ‫ق أَ ْن تَئِط‬
ٌ َ‫ض ُع قَد ٍَم إِالَّ َوفِ ْي ِه َمل‬
ِ ‫ك َس‬ َّّ ‫ت ال َّس َما ُء َو ُح‬
ِ َّ‫((أَط‬
“langit merintih kelelahan, dan sewajarnya dia merintih, tidak ada satu tempat selebar
tapak kaki di langit melainkan disitu ada malaikat yang senantiasa sujud dan ruku’.” (hr.
Bukhari dan muslim).
Tentang baitul makmur rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ٍ َ‫((يَ ْد ُخلُهُ ِف ْي ُكلِّ يَوْ ٍم َس ْبعُوْ نَ أَ ْلفَ َمل‬
)) ‫ك الَ يَعُوْ ُدوْ نَ إِلَ ْي ِه‬
“setiap hari dimasuki tujuh puluh ribu malaikat, mereka tidak kembali (masuk) lagi.” (hr.
Bukhari & muslim).
Dalam hadits lain rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ٍ َ‫ َم َع ُكلِّ ِز َم ٍام َس ْبعُوْ نَ أَ ْلفَ َمل‬،‫((ي ُْؤتَى بِ َجهَنَّ َم يَوْ َمئِ ٍ‚ذ لَهَا َس ْبعُوْ نَ أَ ْلفَ ِز َم ٍام‬
))‫ك‬
“akan didatangkan neraka jahannam pada hari itu, padanya terdapat tujuh puluh ribu
tali kendali, beserta setiap tali kendali tujuh puluh ribu malaikat (yang menariknya).” (hr.
Muslim).
Begitu banyak jumlah malaikat, dari dua dalil di atas kira-kira terhitung empat ribu
sembilan ratus juta malaikat, bagaimana dengan yang tidak disebutkan jumlahnya, maha suci
Allah yang telah menciptakan dan mengaturnya dan dialah yang tahu berapa jumlah mereka.
1. Nama-nama malaikat
Seorang muslim wajib beriman dengan nama-nama malaikat, baik yang disebutkan oleh
Allah dalam al-qur’an maupun yang disebutkan rasulullah dalam sunahnya. Dan yang paling
mulia di antara mereka ada 3 malaikat:
a. Jibril atau disebut juga jibrail, dia adalah ruhul qudus yang bertugas
menyampaikan wahyu (dengannya hati menjadi hidup) kepada rasul-rasul Allah ..
a. Mikail atau disebut juga mikal, dan bertugas untuk menurunkan hujan
(dengannya bumi menjadi tumbuh) sesuai dengan perintah Allah .
a. Israfil bertugas untuk meniup terompet sebagai tanda akhir dari kehidupan dunia
dan awal kehidupan akhirat. Yang dengannya jasad-jasad hidup kembali.
1. Sifat-sifat malaikat
Malaikat adalah makhluk hakiki, memiliki fisik yang hakiki, mempunyai sifat-sifat baik
khalqiyah (bentuk tubuh) maupun khuluqiyah (kepribadian), diantaranya adalah:
a. Malaikat mempunyai tubuh dan fisik yang besar. Allah ciptakan mereka dalam
bentuk yang besar lagi kuat, sesuai dengan besarnya tugas yang dipikulkan kepada mereka di
langit dan di bumi.
a. Malaikat mempunyai sayap. Allah ciptakan untuk mereka sayap, ada yang dua,
tiga, empat atau lebih dari itu, sebagaimana rasulullah shallAllah u alaihi wasallam pernah
menyaksikan malaikat jibril dalam rupa aslinya, memiliki 600 sayap sampai menutupi ufuk.
Allah berfirman:
         
           
“segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-
masing (ada yang) dua, tiga dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-nya apa yang
dikehendaki-nya.” (al-fathir:1).
b. Malaikat itu tidak butuh kepada makanan dan minuman. Allah ciptakan mereka
tidak butuh kepada makan dan minum, begitu juga mereka tidak kawin dan tidak
berketurunan.
c. Malaikat mempunyai akal dan hati, mereka berbicara dengan Allah dan Allah
berbicara dengan mereka, sebagaimana pula mereka berbicara dengan nabi adam alaihis
salam dan nabi-nabi lainnya.
d. Malaikat mampu berubah bentuk dari rupa aslinya. Allah subhanahu wataala
telah memberikan kemampuan kepada mereka untuk merubah bentuk menjadi manusia laki-
laki. Ini merupakan jawaban atas pendapat kelompok penyembah berhala yang meyakini
bahwa malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah . Dan kita tidak mengetahui
bagaimana caranya mereka berubah rupa dan kita sangat sulit untuk membedakan mereka
dengan manusia kala mereka berubah rupa sebagai manusia.
e. Malaikat itu mati. Di hari kiamat semua malaikat akan mati termasuk malaikat
pencabut nyawa, kemudian mereka dibangkitkan kembali untuk melaksanakan tugas-tugas
yang telah dibebankan Allah kepada masing-masing mereka.
f. Ibadah malaikat. Para malaikat melakukan ibadah kepada Allah dengan
berbagai macam ibadah, seperti: shalat, do’a, tasbih, ruku’, sujud, rasa takut kepada Allah ,
cinta dan sebagainya.

Sifat-sifat ibadah malaikat:


1. Kontiniu dan terus-menerus tanpa ada putus.
1. Semata-mata ikhlas karena Allah subhanahu wataala.
1. Senantiasa mentaati perintah Allah dan jauh dari kemaksiatan, karena mereka
terpelihara dari dosa dan maksiat.
1. Tawadhu’ (rendah diri) kepada Allah , disertai dengan banyak ibadah.
Allah berfirman:
      
“mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (qs.al-anbiya’:20).

1. Tugas-tugas malaikat
Malaikat mengemban berbagai tugas mulia, yang telah dibebankan Allah subhanahu wataala
kepada mereka, di antara mereka:
1. Bertugas memikul arsy.
2. Bertugas menyampaikan wahyu kepada para rasul.
3. Bertugas menjaga surga dan neraka.
4. Bertugas untuk mengatur awan, hujan, dan tumbuh-tumbuhan.
5. Bertugas menjaga gunung.
6. Bertugas meniup sangkakala.
7. Bertugas sebagai pencatat amalan manusia.
8. Bertugas menjaga manusia, apabila Allah hendak mentaqdirkan sesuatu atas
orang tersebut maka malaikat meninggalkannya dan terjadilah apa yang dikehendaki oleh
Allah subhanahu wataala.
9. Bertugas menyertai manusia dan mendo’akannya dengan kebaikan.
10. Bertugas menjaga janin, meniupkan ruh kepada manusia, menulis taqdir
rezkinya, amalannya dan nasibnya celaka atau bahagia.
11. Bertugas mencabut nyawa manusia ketika mati.
12. Bertugas sebagai penanya dalam kubur.
13. Ada yang bertugas menyampaikan salam kepada nabi muhammad shallAllah u
alaihi wasallam dari umatnya.
Maka dari itu tidak perlu berziarah ke kuburan nabi sekedar untuk mengucapkan salam,
tapi cukup mengucapkan shalawat dan salam kepadanya dari tempat ia tinggal, karena di sana
ada malaikat yang bertugas menyampaikan salam tersebut kepada nabi shallAllah u alaihi
wasallam, dan maksud dianjurkan ziarah ke masjid nabawi adalah untuk melakukan shalat di
dalamnya.
Dan masih banyak lagi tugas-tugas malaikat selain yang disebutkan. Di antara dalil-dalil
yang menerangkan tugas-tugas di atas sebagai berikut:
Allah berfirman:
        
    
“(malaikat-malaikat) yang memikul arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya
bertasbih memuji tuhannya dan memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman.”
(qs.ghafir:7).
Allah berfirman:
           
“barangsiapa yang menjadi musuh jibril, maka jibril itu telah menurunkan al-qur’an ke
dalam hatimu dengan izin Allah .” (qs.al-baqarah:97).
Dan firman Allah :
         
   
“alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang dzalim (berada)
dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil
berkata): keluarkanlah nyawamu.” (qs.al-an’am:93).

6. Hak-hak malaikat terhadap manusia


1. Beriman kepada mereka.
2. Mencintai, mengagungkan mereka, dan menyebut-nyebut keutamaan mereka.
3. Haram hukumnya mencaci atau menghina mereka.
4. Menjauhi apa yang mereka benci, karena malaikat merasa tersakiti dari apa saja
yang menyakiti manusia.

Hikmah beriman kepada malaikat:


1. Sebagai bukti keimanan seseorang, karena tidak sah iman seseorang tanpa
beriman kepada malaikat.
2. Menyadarkan kita akan kebesaran, keagungan dan kekuasaan Allah subhanahu
wataala, karena kebesaran makhluk adalah sebagai bukti kebesaran penciptanya.
3. Dengan mengetahui sifat-sifat, keadaan dan tugas-tugas malaikat akan
menambah keimanan dalam hati seorang muslim.
4. Akan timbul rasa tenang dan aman pada diri orang mukmin, karena Allah telah
menetapkan untuk setiap mereka malaikat yang senantiasa menyertai mereka.
5. Akan menambah rasa cinta kepada mereka, karena mereka melaksanaan ibadah
secara sempurna, dan mereka mendo’akan ampunan untuk orang-orang mukmin.
6. Membangkitkan rasa benci terhadap perbuatan-perbuatan maksiat.
7. Membuahkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wataala, atas perhatian-nya
terhadap hamba-nya, dengan menugaskan malaikat untuk menjaga manusia dan mencatat
semua amalan mereka serta kemaslahatan-kemaslahatan mereka yang lain.
Rukun ketiga
Beriman dengan kitab-kitab Allah

Beriman dengan semua kitab yang diturunkan kepada para rasul merupakan rukun
ketiga dari rukun iman yang enam. Allah telah mengutus para rasul dengan membawa
kebenaran yang nyata, dan dia turunkan bersama mereka kitab-kitab sebagai rahmat bagi
hamba-nya dan sekaligus sebagai petunjuk bagi mereka demi tercapainya kebahagiaan
hidup dunia dan akhirat, dan sebagai pedoman hidup dan hakim antara mereka dalam
masalah-masalah yang mereka perselisihkan.
Allah berfirman:
       
     
“sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka alkitab dan neraca (keadilan)
supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.” (qs.al-hadid:25).
Dan firman-nya:
         
           
“manusia itu adalah umat yang satu, (setelah timbul perselisihan) maka Allah
mengutus para nabi, sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah
menurunkan bersama mereka kitab dengan benar untuk memberi keputusan di antara
manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan.” (qs.al-baqarah:213).

1. Hakikat beriman kepada kitab


Beriman kepada kitab berarti membenarkan secara mutlak bahwa Allah mempunyai
kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-rasul-nya dan kitab-kitab tersebut merupakan
kalam Allah yang hakiki, ia merupakan cahaya dan petunjuk, semua kandungannya
merupakan kebenaran, kejujuran dan keadilan yang wajib diikuti dan dilaksanakan. Dan
tidak ada yang mengetahui jumlahnya kecuali Allah subhanahu wataala.
Allah berfirman:
      
“dan Allah telah berbicara kepada musa dengan langsung.” (qs.an-nisa’:164).
Dan firman-nya:
           
“dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan
kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah .” (qs.at-
taubah:6).
2. Hukum beriman kepada kitab-kitab
Seorang muslim wajib beriman kepada semua kitab yang diturunkan kepada rasul-
rasul Allah , bahwasanya Allah telah berfirman dengan kitab itu dengan sesungguhnya,
dan kitab-kitab tersebut bukanlah makhluk, barangsiapa mengingkari itu semua atau
sebagiannya maka ia telah kafir.
Allah berfirman:
        
           
         
“wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan rasul-nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada rasul-nya serta kitab yang Allah
turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah , malaikat-malaikat-nya,
kitab-kitab-nya, rasul-rasul-nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah
sesat sejauh-jauhnya.” (qs.an-nisa’:136).
Dan dalam ayat lain:
        
“dan al-qur’an itu adalah kitab yang kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah
dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.” (qs.al-an’am:155).

3. Kebutuhan manusia kepada kitab-kitab dan hikmah diturunkanya:


1. Di antara hikmah diturunkannya kitab-kitab adalah sebagai pedoman bagi umat
manusia dalam mengenal agamanya.
2. Diturunkannya kitab-kitab adalah sebagai hakim yang adil dalam semua
permasalahan yang diperselisihkan manusia.
3. Diturunkan al-qur’an adalah untuk menjaga kemurnian agama islam setelah
wafatnya rasulullah shallAllah u alaihi wasallam.
4. Diturunkan kitab-kitab adalah sebagai hujjah Allah subhanahu wataala
terhadap makhluk-nya (di hari kiamat nanti), tidak ada alasan bagi manusia untuk mengelak di
hadapan Allah nanti ketika mereka diadili bahwa belum datang petunjuk kepada mereka.
Allah berfirman:
         
         

“manusia adalah umat yang satu (setelah timbul perselisihan) maka Allah mengutus
para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan
bersama mereka kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan.” (qs.al-baqarah:213).

4. Cara beriman kepada kitab-kitab


Beriman kepada kitab-kitab ada dua cara: global dan terperinci.
Adapun beriman secara global yaitu: mengimani bahwa Allah subhanahu wata’ala
telah menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul-nya.
Adapun secara rinci yaitu beriman kepada kitab-kitab yang nama-namanya telah
disebutkan Allah dalam al-qur’an seperti taurat, injil, zabur, suhuf ibrahim dan musa,
serta beriman bahwa Allah mempunyai kitab-kitab lain yang diturunkan kepada para
nabi, tidak ada yang mengenal nama-nama dan jumlah kitab-kitab tersebut kecuali
Allah .
Dan kitab-kitab tersebut diturunkan untuk mewujudkan tauhid, dengan mengesakan
Allah subhanahu wata’ala dalam ibadah, mewujudkan amal yang shaleh, mencegah dari
perkara-perkara syirik dan berbuat kerusakan di muka bumi. Maka pada hakikatnya misi
da’wah para rasul adalah satu, sekalipun berbeda dalam beberapa rincian syariat dan
hukum.
Beriman dengan kitab-kitab berarti mengakui turunnya kepada para rasul yang
terdahulu, sedangkan beriman kepada al-qur’an berarti mengakui dan membenarkan serta
mengikuti kandungannya. Allah berfirman:
           
    
“rasul telah beriman kepada al-qur’an yang diturunkan kepadanya dari tuhannya,
demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah , para
malaikat-nya, kitab-kitab-nya, para rasul-nya.” (qs.al-baqarah:285).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
          
 
“ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-nya.” (qs.al-a’raf:3).

Keistimewaan al-qur’an dari kitab-kitab sebelumnya:


1. Semua lafadz dan maknanya serta hakikat alam dan ilmiah yang dikandungnya
adalah mukjizat.
2. Al-qur’an merupakan kitab samawiyah yang terakhir, dengannya ditutup kitab-
kitab sebelumnya, sebagai-mana rasulullah shallAllah u alaihi wasallam adalah penutup bagi
para nabi sebelumnya.
3. Sesungguhnya Allah telah menjamin kemurnian al-qur’an, dengan menjaganya
dari penyelewengan dan perubahan, berbeda dengan kitab-kitab sebelumnya, telah banyak
terjadi penyelewengan dan perubahan di dalamnya.
4. Al-qur’an adalah sebagai pembenar terhadap kitab-kitab sebelumnya.
5. Al-qur’an menasakh (menghapus) semua kitab-kitab sebelumnya.
Allah berfirman:
          
     
“al-qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat akan tetapi membenarkan (kitab-kitab)
yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi
kaum yang beriman.” (qs.yusuf:111).

5. Menerima berita kitab-kitab terdahulu


Kita meyakini bahwa semua berita yang telah diwahyukan Allah kepada para rasul
yang terdapat dalam kitab-kitab terdahulu adalah sesuatu yang haq tidak diragukan
kebenarannya. Tetapi bukan berarti kita harus menerima semua kandungan kitab tersebut
yang ada di tangan ahli kitab pada zaman sekarang, karena isi kitab-kitab tersebut sudah
banyak yang diubah dan diselewengkan, sehingga tidak sesuai lagi dengan aslinya,
sebagaimana yang telah diturunkan Allah kepada rasul-rasul-nya dahulu.
Di antara isi kitab-kitab terdahulu yang kita ketahui dengan yakin, apa yang telah
diberitakan Allah dalam al-qur’an, seperti: seseorang tidak akan memikul dosa orang
lain, bahwasanya manusia tidak akan memperoleh kecuali apa yang telah dia usahakan,
dan dia akan mendapatkan balasan secara sempurna dari usahanya itu.
Allah berfirman:
             
             
       
“ataukah belum diberitakan kepadanya apa yang ada dalam lembaran-lembaran
musa, dan lembaran-lembaran ibrahim yang selalu menyempurnakan janji, yaitu
bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan
bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,
dan bahwasanya usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan
diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (qs.an-najm:36-41).
Dan di antaranya apa yang terdapat dalam firman Allah :
          
        
“tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan
akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal, sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam
kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) kitab-kitab ibrahim dan musa.” (qs.al-a’la:16:19).
Adapun sikap kita terhadap hukum-hukum kitab-kitab terdahulu adalah: apa yang
terdapat dalam al-quran wajib bagi kita menerima dan beribadah dengannya, adapun apa
yang ada pada kitab-kitab terdahulu kita lihat terlebih dahulu, apabila bertentangan
dengan syariat kita, maka tidak boleh diamalkan, bukan berarti ia bathil, akan tetapi hal
itu haq dan hanya berlaku pada zamannya, dan telah dinasakh (dihapus) dengan syariat
kita. Apabila sesuai dengan syariat kita, berarti itu adalah haq, dan syariat kita telah
membuktikan akan keabsahannya.
6. Kitab-kitab samawi yang tersebut dalam al-qur’an dan sunah.
1. Al-qur’an al-karim
Al-qur’an adalah kalam (firman) Allah yang diturunkan kepada nabi muhammad
shallAllah u alaihi wasallam penutup para nabi dan rasul. Al-qur’an merupakan kitab
samawi yang terakhir diturunkan. Allah subhanahu wataala telah menjamin untuk
memeliharanya dari penyelewengan dan perubahan, dan Allah menjadikannya sebagai
nasikh (penghapus) bagi kitab-kitab sebelumnya.
Allah berfirman:
        
“sesungguhnya kami lah yang menurunkan al-qur’an dan sesungguhnya kami benar-
benar memeliharanya.” (qs.al-hijr: 9).
Dan firman Allah :
         
          
“dan kami telah menurunkan kepadamu al-qur’an dengan membawa kebenaran,
membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelum-nya)
dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka
menurut apa yang Allah turunkan.” (qs.al-maidah: 48).
2. Taurat
Taurat adalah kitab yang diturunkan Allah kepada nabi musa alaihis salam. Allah
jadikan sebagai petunjuk dan cahaya, yang merupakan sumber hukum bagi para nabi bani
israil dan ulama-ulama mereka.
Dan taurat yang wajib kita beriman kepadanya adalah kitab taurat yang Allah
turunkan kepada nabi musa alaihis salam, bukan taurat yang sudah diselewengkan yang
ada pada ahli kitab di zaman sekarang.
Allah berfirman:
           
         

“sesungguhnya kami telah menurunkan kitab taurat di dalamnya ada petunjuk dan
cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itu diputuskan perkara-perkara orang
yahudi oleh nabi-nabi yang menyerahkan diri kepada Allah , oleh orang-orang alim
mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara
kitab-kitab Allah .” (qs.al-maidah:44).
2. Injil
Injil adalah kitab yang diturunkan Allah kepada nabi isa alaihis salam yang
membawa kebenaran, dan membenarkan kitab-kitab samawiyah sebelumnya.
Dan injil yang wajib kita beriman kepadanya adalah injil yang asli yang diturunkan
Allah langsung kepada nabi isa, bukan kitab injil yang sudah diselewengkan yang ada
pada ahli kitab sekarang.
Allah berfirman:
          
           
     
“dan kami iringkan jejak mereka (nabi-nabi bani israil) dengan isa putera maryam,
membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu: taurat, dan kami telah memberikan
kepadanya kitab injil, sedang di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi),
dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu kitab taurat, dan menjadi petunjuk serta
pengajaran untuk orang-orang yang bertaqwa.” (qs.al-maidah:46).
Dan di antara kandungan taurat dan injil adalah kabar gembira tentang kedatangan
dan kerasulan muhammad shallAllah u alaihi wasallam, sebagaimana terdapat dalam
firman Allah subhanahu wata’ala:
       
        
        
   
“yaitu orang-orang yang mengikut rasul nabi yang ummi yang (namanya) mereka
dapati tertulis dalam taurat dan injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka
mengerjakan yang ma’ruf dan melarang dari mengerjakan yang mungkar dan
menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala
yang buruk dan membuang dari mereka beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka.” (qs.al-a’raf:157).
4. Zabur
Kitab zabur diturunkan kepada nabi dawud alaihis salam, dan yang wajib kita imani
adalah kitab zabur yang Allah turunkan kepada nabi daud, bukan yang sudah
diselewengkan oleh orang-orang yahudi.
Allah berfirman:
    
“dan kami berikan zabur kepada dawud.” (an-nisa’:163).
5. Suhuf (lembaran-lembaran) ibrahim dan musa.
Yaitu suhuf (lembarang-lembaran) yang diturunkan Allah kepada nabi ibrahim dan
musa, akan tetapi suhuf tersebut telah hilang dan tidak diketahui sedikitpun
kandungannya kecuali apa yang terdapat dalam al-qur’an dan sunah, seperti firman Allah
:
             
             
       
“ataukah belum diberitakan kepada apa yang ada dalam lembaran-lembaran musa
dan lembaran-lembaran ibrahim yang selalu menyempurnakan janji? Yaitu bahwasanya
seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, dan bahwasanya seorang
manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya, dan bahwasanya
usahanya itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya), kemudian akan diberi balasan
kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.” (qs.an-najm:36-41).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
           
  
“sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal, sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam lembaran-lembaran yang dahulu yaitu suhuf ibrahim dan
musa.” (qs.al-a’la:17-19).
Rukun ketiga
Beriman kepada rasul-rasul

1. Beriman kepada rasul-rasul


Beriman kepada rasul adalah salah satu rukun iman, dimana tidak sah iman seseorang
tanpa beriman kepada para rasul.
Maksud beriman kepada rasul adalah: meyakini secara pasti bahwa Allah
subhanahu wataala mempunyai rasul-rasul, mereka sengaja dipilih Allah untuk
menyampaikan risalah-nya. Barangsiapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan
barangsiapa yang mengingkarinya maka tersesat. Dan mereka para rasul telah
menyampaikan semua yang telah diturunkan Allah kepada mereka secara jelas. Mereka
telah menunaikan semua amanah, membimbing umat dan berjuang di jalan Allah
dengan sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak ada sedikitpun isi risalah yang
diganti atau diubah atau disembunyikan mereka. Kita wajib beriman dengan semua rasul
baik yang disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul yang datang
pasti membawa berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul yang datang
sesudahnya membenarkan rasul-rasul sebelumnya.
Allah berfirman:
          
         
           
“katakanlah (hai orang-orang beriman) kami beriman kepada Allah dan apa yang
diturunkan kepada kami, dan apa yang diturunkan kepada ibrahim, ismail, ishaq, ya’qub
dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada musa dan isa serta apa yang
diberikan kepada nabi-nabi dari tuhannya. Dan kami tidak membedakan seorangpun di
antara mereka dan kami hanya tunduk patuh kepada-nya.” (qs.al-baqarah:136).
Barangsiapa yang mendustakan salah seorang rasul maka berarti dia mendustakan
Allah subhanahu wataala yang telah membenarkan rasul-nya, begitu juga barangsiapa
yang durhaka kepada seorang rasul maka berarti dia telah durhaka kepada Allah
subhanahu wataala yang telah menyuruh untuk mentaatinya. Allah berfirman:
          
         
          
 
“sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-nya dan bermaksud
memperbedakan antara keimanan kepada Allah dan rasul-nya, dengan mengatakan:
kami beriman kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain), serta
(bermaksud dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian
(iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang menghinakan.” (an-
nisa’:150-151).
2. Hakikat kenabian
Kenabian merupakan perantara antara Allah dan makhluk dalam menyampaikan
syari’at-nya, dan status kenabian merupakan hak prerogatif Allah subhanahu wataala
dimana dialah yang menentukan siapa yang dia kehendaki untuk mendapatkan derajat
kenabian, tidak ada usaha atau pilihan dari seorang hamba untuk mendapatkan status
tersebut. Allah berfirman:
             
“Allah memilih utusan-utusan-nya dari malaikat dan dari manusia, sesungguhnya
Allah maha mendengar lagi maha melihat.” (qs.al-haj:75).
Jadi status kenabian sifatnya adalah pemberian bukan sesuatu yang bisa diusahakan,
tidak bisa diperoleh dengan banyak berbuat ketaatan atau ibadah, tidak pula berdasarkan
pilihan atau permohonan dari nabi, akan tetapi kenabian semata-mata adalah pilihan dari
Allah subhanahu wata’ala. Allah berfiman:
          
“Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-nya dan memberi
petunjuk kepada agama-nya orang yang kembali (kepada-nya).” (qs.asy-syuura:13).

3. Hikmah diutusnya para rasul


Di antara hikmah diutusnya para rasul:
i. Mengeluarkan manusia dari menyembah sesama manusia kepada menyembah
tuhan manusia. Dan membebaskan manusia dari belenggu penghambaan diri kepada sesama
makhluk menuju kemerdekaan penghambaan diri kepada Allah . Allah berfiman:
      
“dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh
alam.” (qs.al-anbiya: 107).
ii. Memperkenalkan kepada manusia tentang hakikat dan tujuan Allah
menciptakan makhluk, yaitu untuk beribadah hanya kepada-nya, dan mengesakan-nya, yang
mana hal itu tidak bisa diketahui kecuali melalui para rasul yang telah dipilih oleh Allah di
antara makhluk-nya, dan Allah istimewakan mereka dari semua makhluk. Allah berfirman:
             
“dan sesungguhnya kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
sembahlah Allah saja dan jauhilah taghut itu.” (qs.an-nahl:36).
iii. Untuk menegakkan hujjah atas manusia dengan mengutus para rasul, supaya
tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah Allah .
Allah berfirman:
          
      
“(mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (qs.an-nisa’:165).
iv. Menjelaskan kepada manusia tentang beberapa perkara ghaib yang tidak bisa
dijangkau oleh akal, seperti nama-nama dan sifat-sifat Allah , mengenal para malaikat, berita
tentang hari kiamat dan lainnya.
v. Sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia, karena Allah telah
membekali mereka dengan akhlak yang mulia, serta menjaga mereka dari terjerumus kepada
syahwat dan syubhat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
         
“mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah , maka ikutilah
petunjuk mereka.” (qs.al-an’am:90).
Dan dalam ayat lain:
       
“sesungguhnya telah ada pada diri mereka (rasul-rasul Allah ) itu suri tauladan yang
baik bagimu.” (qs.al-mumtahanah:6).
vi. Memperbaiki, membersihkan dan mensucikan jiwa-jiwa manusia, dan
memperingatkannya dari hal-hal yang akan merusaknya. Allah berfirman:
          
    
“dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul di antara mereka,
yang membacakan ayat-ayat-nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan
kepada mereka kitab dan hikmah (as sunah).” (qs.al-jum’ah:2).
Dan rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ُ ُ ‫((إِنَّ َما ب ُِع ْث‬
ِ َ‫َار َم األَ ْخال‬
)) ‫ق‬ ِ ‫ت أِل تَ ِّم َم َمك‬
“bahwasanya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (hr. Ahmad
dan hakim).

4. Tugas para rasul


Rasul-rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wataala mempunyai tugas-tugas yang sangat
mulia, di antaranya:
1. Menyampaikan syari’ah (ajaran agama) dan mengajak manusia untuk beribadah
hanya kepada Allah , serta meninggalkan bentuk-bentuk ibadah kepada selain-nya. Allah
berfirman:
            
  
“(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah . Mereka takut
kepada-nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah ,
dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (qs.al-ahzab:39).
1. Menjelaskan semua permasalahan agama yang diturunkan Allah . Allah berfirman:
         
 
“dan kami turunkan kepadamu al-qur’an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan.”
(qs.an-nahl:44).
1. Membimbing manusia kepada kebaikan dan memperingatkan mereka dari
kejahatan, serta membawa kabar gembira tentang adanya pahala dan mengingatkan mereka
akan adanya siksa. Allah berfirman:
    
“(mereka kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi
peringatan.” (qs.an-nisa’:165)
1. Memperbaiki kondisi umat manusia, dengan memberikan tauladan yang baik, baik
dalam perkataan maupun perbuatan.
1. Menegakkan syari’at Allah serta mempraktekkannya ditengah-tengah ummat
manusia.
1. Memberikan kesaksian atas umat mereka pada hari kiamat bahwa mereka telah
menyampaikan semua misi yang mereka emban secara jelas.Allah berfirman:
             
“maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila kami mendatangkan seorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan kami mendatangkan kamu (muhammad) sebagai saksi atas mereka
itu (sebagai umatmu).” (qs.an-nisa’:41).
5. Islam agama semua nabi
Islam adalah agama semua nabi dan rasul. Allah berfirman:
       
“sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah islam” (qs.ali imran: 19).
Semua nabi dan rasul mengajak umat manusia untuk beribadah hanya kepada Allah
subhanahu wataala dan memberantas semua bentuk ibadah kepada selain-nya, sekalipun berbeda
syariat dan hukum-hukum mereka, akan tetapi mereka sepakat pada asas tauhid. Rasulullah
shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ٍ َ‫((األَ ْن ِبيَا ُء إِ ْخ َوةٌ ِل َعال‬
))‫ت‬
“semua nabi itu adalah saudara sebapak, berlainan ibu (asal agama mereka satu yaitu tauhid,
sekalipun berbeda rincian syariatnya).” (hr. Bukhari).
6. Para rasul adalah manusia biasa yang tidak mengetahui hal-hal yang ghaib
Mengetahui hal-hal gaib merupakan sifat ketuhanan, bukan sifat para nabi, karena mereka
adalah manusia sebagaimana halnya manusia yang lain. Mereka makan, minum, beristri, tidur,
sakit dan lelah. Allah berfirman:
          
   
“dan kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan
makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (qs.al-furqan: 20).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
          
“dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu dan kami
memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.” (qs.ar-ra’d:38).
Dan mereka juga mengalami apa yang dialami manusia lain, seperti merasa sedih, gembira,
bekerja keras, semangat dan lainnya, hanya saja Allah subhanahu wataala telah memilih mereka
untuk menyampaikan agama-nya. Mereka tidak mengetahui hal-hal gaib kecuali apa yang telah
diberitahukan Allah kepada mereka. Allah berfirman:
             
        
“(dia adalah tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-nya, maka sesungguhnya
dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat) di muka dan di belakang.” (qs.al-jin:26-27).
7. Para rasul adalah ma’sum (terpelihara dari perbuatan dosa).
Guna mengemban misi yang amat besar yaitu menyampaikan risalah agama kepada ummat,
maka Allah benar-benar memilih di antara hamba-hamba-nya yang paling istimewa yang
mempunyai akhlak dan kepribadian yang sempurna, selain itu Allah memelihara mereka dari
perbuatan dosa besar serta menjauhkan mereka dari sifat-sifat tidak baik, para ulama sepakat
bahwa semua rasul itu ma’sum (tidak pernah salah) dalam menyampaikan risalah agama Allah .
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
             
      
“hai rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari tuhanmu, dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (qs.al-maidah:67).
Dan Allah berfirman:
            
“yaitu orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah , mereka takut kepada-nya
dan tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah .” (qs.al-ahzab:39).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
           
  
“supaya dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-
risalah tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-nya meliputi apa yang ada pada mereka, dan dia
menghitung segala sesuatu satu persatu.” (qs.al-jin:28).
Apabila ada di antara rasul yang melakukan dosa kecil yang tidak berhubungan dengan risalah
yang disampaikan, maka Allah subhanahu wata’ala langsung menegurnya dan merekapun segera
bertaubat dan kembali kepada-nya, sehingga dosa-dosa kecil tersebut seolah-olah tidak ada terjadi,
dengan demikian mereka menempati derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Demikianlah Allah subhanahu wataala mengkhususkan nabi-nabi-nya dengan mengarunia
mereka akhlak, sifat-sifat mulia serta mensucikan mereka dari segala hal yang bisa menodai
kehormatan dan kedudukan mereka sebagai nabi.
8. Jumlah nabi dan rasul
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa rasul-rasul Allah berjumlah sekitar 300 sampai 319.
Hal itu dikatakan oleh rasulullah shallAllah u alaihi wasallam ketika beliau ditanya tentang
berapa jumlah rasul. Beliau mengatakan: “tiga ratus lima belas banyaknya.” (hr. Hakim).
Adapun jumlah nabi lebih banyak dari itu. Di antara mereka ada yang dikisahkan Allah
kepada kita dalam al-quran, dan di antara mereka ada yang tidak dikisahkan. Allah telah
menyebutkan nama-nama 25 nabi dan rasul dalam al-qur’an.
Allah berfirman:
            
“dan (kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah kami kisahkan tentang mereka
kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak kami kisahkan tentang mereka kepadamu.” (qs.an-
nisa:164).
Dan Allah berfirman:
            
              
            
           
           
        
“dan itulah hujjah kami yang kami berikan kepada ibrahim untuk menghadapi kaumnya.
Kami tinggikan siapa yang kami kehendaki beberapa derajat. Sesungguhnya tuhanmu maha
bijaksana lagi maha mengetahui. Dan kami telah menganugerahkan ishak dan ya’qub kepada-
nya. Kepada keduanya masing-masing telah kami beri petunjuk, dan kepada nuh sebelum itu
(juga) telah kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya (nuh) yaitu daud,
sulaiman, ayyub, yusuf, musa dan harun. Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-
orang yang berbuat baik. Dan zakaria, yahya, isa dan ilyas. Semuanya termasuk orang-orang
yang shaleh. Dan ismail, alyasa’, yunus dan luth masing-masing kami lebihkan derajatnya di atas
umat (di masanya). (dan kami lebihkan pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka,
keturunan mereka dan saudara-saudara mereka. Dan kami telah memilih mereka (untuk menjadi
nabi-nabi dan rasul-rasul) dan kami menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (qs.al-an’am:83-
87).
Demikian pula Allah subhanahu wata’ala telah melebihkan derajat sebagian nabi-nabi di
atas sebagian yang lain, sebagaimana dalam firman-nya:
        
“dan sesungguhnya telah kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas sebagian (yang lain).”
(qs.al-isra’: 55).
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala juga melebihkan sebagian rasul-rasul atas sebagian
yang lain, dalam firman-nya:
        
“rasul-rasul itu kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.” (qs.al-baqarah:
253).
Dan yang paling utama di antara mereka adalah rasul-rasul ulul azmi. Mereka adalah nuh,
ibrahim, musa, isa dan nabi kita muhammad shallalahu alaihi wasallam. Allah berfirman:
         
“maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati (ulul ‘azmi)
dari rasul-rasul telah bersabar.” (qs.al-ahqaf : 35).
Dan Allah berfirman:
           
       
“dan (ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri),
dari nuh, ibrahim, musa dan isa putera maryam, dan kami telah mengambil dari mereka
perjanjian yang teguh.” (qs.al-ahzab : 7).
Dan muhammad shallalahu alaihi wasallam adalah rasul terbaik dan penutup para nabi serta
imamnya orang-orang yang bertaqwa, pemimpin seluruh anak cucu adam dan imam para nabi jika
mereka berkumpul, dan pembicara mereka jika dalam utusan, pemilik maqam terpuji yang
diimpikan oleh orang-orang terdahulu ataupun yang akan datang, pemegang panji pujian dan
pemilik telaga di surga, pemberi syafaat manusia di hari kiamat, pemilik wasilah dan keutamaan,
Allah mengutusnya dengan membawa syariat dien yang paling utama, dan dia menjadikan
umatnya sebagai umat terbaik dari seluruh umat manusia, dan Allah menghimpun untuknya dan
umatnya segala keutamaan dan kebaikan yang belum pernah diberikan untuk umat sebelumnya
dan mereka adalah umat paling akhir penciptaannya, akan tetapi paling awal dibangkitkan.
Rasul shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ٍّ ‫ت َعلَى األَ ْن ِبيَا ِء ِب ِس‬
((‫ت‬ ْ ُ‫))ف‬
ُ ‫ضِّل‬
“aku diberikan enam kelebihan atas seluruh para nabi.” (hadits riwayat muslim).
Beliau juga bersabda:
َ ‫((أَنَا َسيِّ ُد َولَ ِد آ َد َم يَوْ َم ال ِقيَا َم ِة َو ِبيَ ِديْ ِل َوا ُء‬
‫ َو َما ِم ْن نَ ِب ٍّي يَوْ َم ِئ ٍ‚ذ آ َد َم فَ َم ْن ِس َواهُ ِإالَّ تَحْ تَ ِل َوا ِئ ْي يَ‚‚وْ َم‬.‫الح ْم ِد َوالَ فَ ْخ َر‬
))‫القِيَا َم ِة‬
“saya pemimpin anak adam di hari kiamat dan di tanganku lah panji pujian, tanpa
kesombongan. Tidak seorang nabipun di hari itu mulai dari adam dan yang datang sesudahnya,
kecuali pasti berada di bawah panjiku di hari kiamat.” (hr. Ahmad dan tirmidzi).
Dan rasul yang terbaik setelah rasulullah shallAllah u alaihi wasallam adalah ibrahim alaihis
salam khalil rahman (kekasih yang maha pemurah). Kedua rasul inilah sebaik-baik rasul ulul azmi,
kemudian yang berikutnya adalah tiga rasul yang lain.
9. Mukjizat para nabi
Allah memperkuat rasul-rasul-nya dengan tanda-tanda yang agung dan mukjizat-mukjizat
yang mengagumkan sebagai hujjah ataupun kebutuhan (ketika diperlukan). Seperti al-qur’an al-
karim, terbelahnya bulan, tongkat yang berubah menjadi ular, penciptaan burung dari tanah dan
lain sebagainya.
Mukjizat yang melebihi batas kewajaran manusia adalah merupakan bukti kenabian yang
benar, dan karamah adalah merupakan bukti benarnya kesaksian dengan kenabian yang benar.
Allah berfirman:
     
“sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata.” (qs.al-hadid:25).
Rasul shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ُ‫ت َما آ َمنَ َعلَى ِم ْثلِ ِه البَ َش ُر َوإِنَّ َما َكانَ الَّ ِذيْ أُوْ تِ ْيتُ‚هُ َوحْ يً‚‚ا أَوْ َح‚ اه‬
ِ ‫(( َما ِم ْن نَ ِب ٍّي ِمنَ األَ ْن ِبيَا ِ‚ء إِالَّ َوقَ ْد أُوْ تِ َي ِمنَ اآليَا‬
)) ‫إِلَ َّي فَأَرْ جُو أَ ْن َأ ُكوْ نَ أَ ْكثَ َرهُ ْم تَا ِبعًا يَوْ َم ال ِقيَا َم ِة‬
“tidak ada seorang nabipun kecuali pasti telah diberikan mu’jizat yang tidak cukup untuk
mengimankan manusia. Sesungguhnya yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan
kepadaku, dan aku berharap menjadi (nabi) yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.”
(muttafaq alaih).
10. Beriman kepada kenabian muhammad shallAllah u alaihi wasallam.
Beriman kepada kenabian rasulullah muhammad shallAllah u alaihi wasallam merupakan
salah satu pokok keimanan yang sangat penting, yang tidak mungkin iman seseorang sah kecuali
dengan beriman kepada kenabiannya.
Allah berfirman:
          
“dan barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan rasul-nya maka sesungguhnya kami
menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang bernyala-nyala.” (qs.al-fath:13).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ َّ‫ت أَ ْن أُقَاتِ َل الن‬
)) ‫اس َحتَّى يَ ْشهَ ُدوْ ا أَ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هللا َوأَنِّ ْي َرسُوْ ُل هللا‬ ُ ْ‫(( أُ ِمر‬
“aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada tuhan
yang berhak disembah melainkan Allah dan (bersaksi) bahwa aku adalah rasulullah.” (hr.
Muslim).
Dan iman kepada rasulullah shallAllah u alaihi wasallam tidak sempurna kecuali jika
terpenuhi hal-hal berikut:
Pertama: ma’rifah (mengenal) rasulullah muhammad shallAllah u alaihi wasallam.
Beliau adalah muhammad bin abdullah bin abdul muthalib bin hasyim, hasyim dari suku
quraisy, quraisy dari arab dan arab dari keturunan nabi ismail bin ibrahim alaihis salam.
Beliau dikaruniai umur 63 tahun, diantaranya 40 tahun sebelum kenabian dan 23 tahun
mengemban risalah sebagai nabi dan rasul.
Kedua: membenarkan segala yang diberitakannya, mentaati seluruh perintahnya dan
menjauhi semua larangannya dan beribadah kepada Allah sesuai dengan apa yang
disyariatkannya.
Ketiga: meyakini bahwa beliau adalah rasulullah untuk semua makhluk, baik jin atapun
manusia, maka tidak ada jalan lain bagi siapapun kecuali harus mengikuti beliau. Allah ta’ala
berfirman:
         
“katakanlah: “hai manusia sesungguhya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.”
(qs.al-a’raf : 158).
Keempat: mengimani risalahnya, dan bahwa beliau adalah nabi terbaik serta penutup para
nabi. Allah berfiman:
       
“…tetapi dia adalah rasulullah dan penutup nabi-nabi.” (qs.al-ahzab : 40).
Dan meyakini bahwa beliau adalah khalil ar-rahman (kekasih yang maha pemurah),
pemimpin seluruh manusia, pemilik syafa’at agung, yang diistimewakan dengan wasilah yang
merupakan derajat tertinggi di surga, pemilik telaga di surga dan umatnya adalah sebaik-baik
umat. Allah ta’ala berfirman:
      
“kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (qs.ali imran: 110).
Dan umatnya adalah penghuni surga terbanyak serta risalahnya sebagai penghapus
risalah-risalah sebelumnya.
Kelima: sesungguhnya Allah telah memperkuat beliau dengan mu’jizat terbesar dan ayat
terjelas, yaitu al-qur’an al-karim kalamullah (firman Allah ), yang dijaga dari perubahan dan
pergantian. Allah ta’ala berfirman:
            
       
“katakanlah: “sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa al-qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (qs.al-isra’:88)
Dan firman-nya yang lain:
        
“sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-qur’an, dan sesungguhnya kami benar-
benar memeliharanya.” (qs.al-hijr :9).
Keenam: mengimani bahwasanya rasulullah shallAllah u alaihi wasallam telah
menyampaikan risalah islam, menyampaikan amanah, menasehati umat, tidak ada suatu
kebaikanpun kecuali telah beliau tunjukkan kepada umatnya dan menganjurkan untuk
melaksanakannya, dan tiada suatu keburukanpun kecuali sudah beliau larang dan peringatkan
umat daripadanya. Allah berfirman:
           
   
“sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (qs.at-taubah:128).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ِّ‫(( َما ِم ْن نَبِ ٍّي بَ َعثَهُ هللاُ فِ ْي أُ َّم ٍة قَ ْبلِ ْي إِالَّ َكانَ َحقًّا َعلَ ْي ِه أَ ْن يَ ُد َّل أُ َّمتَهُ َعلَى خَ ي ِْر َما يَ ْعلَ ُمهُ َوي َُح ِّذ ُر أُ َّمتَهُ ِم ْن َشر‬
))‫َما يَ ْعلَ ُمهُ لَهُ ْم‬
“tidaklah Allah mengutus seorang nabi kepada suatu umat, kecuali wajib baginya untuk
menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang dia ketahui dan memperingatkan mereka dari
kejelekan yang dia ketahui.” (hr. Muslim).
Ketujuh: mencintai beliau shallAllah u alaihi wasallam dan mengedepankan kecintaan
kita kepada beliau di atas mencintai diri dan semua makhluk. Mengagungkan, menghormati,
memuliakan, menghargai dan mentaati beliau. Karena semuanya ini adalah merupakan hak
beliau yang telah diwajibkan Allah dalam al-quran. Maka mencintai beliau berarti mencintai
Allah dan mentaati beliau berarti mentaati Allah . Allah berfirman:
            
   
“katakanlah: “jika kamu (benar-benar) mencintai Allah , ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha pengampun lagi maha
penyayang.” (qs.ali imran: 31).
Dan rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) َ‫اس أَجْ َم ِعيْن‬
ِ َّ‫((الَ ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى أَ ُكوْ نَ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َولَ ِد ِه َو َوالِ ِد ِه َوالن‬
“tidak sempurna iman seseorang diantara kamu hingga ia lebih mencintai aku daripada
anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia.”(muttafaq alaih)
Kedelapan: memperbanyak salawat dan salam untuk beliau. Sesungguhnya orang yang
bakhil adalah orang yang tidak mengucapkan salawat apabila disebut nama beliau. Allah
berfirman:
           
   
“sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-nya bershalawat untuk nabi. Hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya.” (al-ahzab:56).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
((‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه بِهَا َع ْشرًا‬ ِ ‫صلَّى َعلَ َّي َو‬
َ ً‫اح َدة‬ َ ‫)) َم ْن‬
“barangsiapa yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah akan bershalawat
kepadanya sebanyak sepuluh kali.” (hr. Muslim).
Sangat diperintahkan bersalawat kepada beliau pada beberapa tempat, diantaranya ketika
tasyahud dalam shalat, qunut, shalat janazah, khutbah jumat, setelah adzan, ketika masuk
masjid dan keluar darinya, ketika berdoa dan ketika nama beliau disebut dan lainnya.
Kesembilan: sesungguhnya rasulullah shallAllah u alaihi wasallam dan seluruh nabi
hidup di sisi tuhan mereka, dengan kehidupan alam barzakh yang lebih mulia dan lebih tinggi
daripada kehidupan para syuhada. Tetapi kehidupan mereka itu tidak seperti kehidupan di
dunia ini, kita tidak ketahui hakikatnya, dan kita tidak meniadakan kata mati dari mereka.
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
((‫ض أَ ْن تَأْ ُك َل أَجْ َسا َد األَ ْن ِبيَا ِء‬
ِ ْ‫))إِنَّ هللاَ َح َّر َم َعلَى األَر‬
“sesungguhnya Allah mengharamkan kepada bumi untuk memakan jasad para nabi.”
(hr. Abu dawud dan nasa’i).
Dan sabda beliau yang lain:
))‫َي أَ ُر َّد َعلَ ْي ِه ال َّسالَ َم‬
ْ ‫(( َما ِم ْن ُم ْس ِل ٍم يُ َسلِّ ُم َعلَ َّي ِإالَّ َر َّد هللاُ َعلَ َّي رُوْ ِح ْي ك‬
“tidak seorang muslimpun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali pasti Allah
mengembalikan ruhku supaya aku menjawab salamnya.” (hr. Abu dawud).
Kesepuluh: termasuk bentuk penghormatan kepada beliau: tidak mengangkat suara di
hadapan beliau ketika masih hidup, demikian juga ketika memberi salam di hadapan
kuburnya. Allah berfirman:
          
          
 
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara
nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya
(suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak terhapus pahala
amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (al-hujurat:2).
Penghormatan kepada beliau setelah wafat seperti penghormatan kepada beliau di waktu
hidup, maka kita wajib menghormati beliau seperti halnya para generasi shahabat radhiAllah
u anhum dulu menghormati beliau. Karena mereka adalah generasi yang paling taat kepada
beliau dan paling jauh dari menyelisihi beliau, dan paling jauh dari berbuat bid’ah dalam
agama Allah .
Kesebelas: mencintai para shahabat, keluarga dan istri-istri beliau dengan menunjukkan
kesetiaan kita kepada mereka, dan tidak menghina, mencaci serta menuduh mereka dengan
hal-hal negatif. Karena sesungguhnya Allah telah meridhai mereka dan memilih mereka
sebagai sahabat nabi-nya shallAllah u alaihi wasallam serta telah mewajibkan kepada umat
ini untuk membela dan mencintai mereka. Allah berfirman
       
     
“orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk islam) di antara orang-
orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah
ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah .” (qs.at-taubah:100).
Rasullullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ِ ‫ق أَ َح ُد ُك ْم ِم ْث َل أُ ُح ٍد َذهَبًا َما بَلَ َغ ُم َّد أَ َح ِد ِه ْم َوالَ ن‬
))ُ‫َص ْيفَه‬ َ َ‫((الَ تَ ُسبُّوْ ا أَصْ َحابِ ْي فَ َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه لَوْ أَ ْنف‬
“janganlah kamu mencaci shahabatku, karena demi yang jiwaku ada di tangan-nya
seandainya salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar gunung uhud maka
tidak akan bisa menyamai (pahala) satu mud dari yang mereka infakkan atau separonya.”
(hr. Bukhari).
Dan dianjurkan kepada generasi setelah mereka untuk memohonkan ampunan bagi
mereka dan berdoa kepada Allah agar menjauhkan rasa dengki dalam hati terhadap mereka.
Allah berfirman:
         
         
    
“dan orang-orang yang datang sesudah mereka (muhajirin dan anshar), mereka berdoa:
“ya tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih
dahulu dari kami dan janganlah engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap
orang-orang yang beriman; ya tuhan kami, sesungguhnya engkau maha penyantun lagi maha
penyayang.” (qs.al-hasyr:10).
Kedua belas: menghindari ghuluw (berlebihan dalam memuji) beliau, karena justru itu
sangat menyakiti beliau. Karena beliau telah memperingatkan umatnya agar tidak terjerumus
pada ghuluw dan melampaui batas dalam memuji, menyanjungnya dan menempatkan beliau
melebihi dari yang telah ditempatkan oleh Allah . Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam
bersabda:
ْ ُ‫ (( الَ ت‬: ‫ال‬
‫طرُوْ نِ ْي َك َم‚ا‬ َ ْ‫ الَ أُ ِحبُّ أَ ْن تَرْ فَعُوْ نِ ْي فَو‬،ُ‫(( إِنَّ َما أَنَا َع ْب ٌد فَقُوْ لُوْ ا َع ْب ُد هللاِ َو َرسُوْ لُه‬
ِ ‫ق َم ْن‬
َ َ‫ـزلَتِ ْي )) َوق‬
)) ‫ارى ابْنَ َمرْ يَ َم‬ َ ‫ص‬ َ َّ‫ت الن‬ ْ َ‫أ‬
ِ ‫ط َر‬
“sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka katakanlah hamba Allah dan rasul-nya, aku
tidak suka kalian mengangkatku melebihi derajatku yang sebenarnya.” Dan beliau juga
bersabda: “janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana kaum nasrani
berlebihan dalam memuji putra maryam.” (hr. Bukhari).
Dan tidak diperbolehkan berdoa kepada beliau, memohon pertolongan kepadanya, thawaf
di kuburnya atau bernadzar dan menyembelih karenanya, karena ini semua adalah syirik. Dan
Allah sangat melarang mengarahkan ibadah kepada selain-nya.
Demikian pula sebaliknya, tidak menghormati nabi shallAllah u alaihi wasallam, dengan
merendahkannya, menghina atau mengejeknya adalah perbuatan murtad (keluar dari islam)
dan kafir kepada Allah . Allah berfirman
          
    
“katakanlah: “apakah dengan Allah , ayat-ayat-nya dan rasul-nya kamu selalu berolok-
olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman.” (at-taubah:
65-66).
Kecintaan yang benar kepada rasul-nya shallAllah u alaihi wasallam adalah kecintaan
yang mendorong untuk meneladani beliau, mengikuti sunah-sunahnya dan meninggalkan apa
saja yang bertentangan dengan jalannya. Allah berfirman:
            
   
“katakanlah: jika kamu benar-benar mencintai Allah , maka ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu Allah maha pengampun lagi maha penyayang.”
(qs.ali imran:31).
Maka wajib bagi kita untuk tidak berlebihan atau sangat kurang dalam mengagungkan
rasulullah shallAllah u alaihi wasallam. Tidak boleh diberikan kepadanya sifat-sifat
ketuhanan, akan tetapi tidak juga dikurangi kedudukannnya dan haknya untuk dihormati dan
dicintai, bukti yang paling menonjol adalah mengikuti syariatnya, berjalan di atas petunjuknya
dan meneladaninya.
Ketiga belas: iman kepada rasulullah shallAllah u alaihi wasallam tidak akan terwujud
kecuali dengan membenarkannya dan mengamalkan risalah yang dibawanya. Inilah makna
ketaatan kepadanya. Mentaatinya berarti mentaati Allah , dan maksiat kepadanya berarti
maksiat kepada Allah .
Maka beriman kepada beliau baru terwujud dengan membenarkan dan mengikutinya
shallAllah u alaihi wasallam.

Rukun kelima
Beriman kepada hari akhirat

1. Beriman kepada hari akhirat:


Yaitu: meyakini akan berakhirnya kehidupan dunia ini dan setelah itu akan memasuki
alam lain, dimulai dengan kematian dan kehidupan alam kubur untuk kemudian
terjadinya hari kiamat dan selanjutnya adalah kebangkitan (dari kubur), dikumpulkan di
padang mahsyar dan diputuskan ke surga atau neraka.
Iman kepada hari akhirat merupakan salah satu rukun iman yang tidak sempurna
keimanan seseorang tanpanya, barangsiapa yang mengingkarinya maka dia telah kafir.
Allah berfirman:
         
      
“bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah dan hari
kemudian.” (qs.al-baqarah:177).
Ketika jibril datang kepada rasulullah dan bertanya: “beritahukan kepadaku tentang
iman? Beliau menjawab: “kamu beriman kepada Allah , para malaikat-nya, kitab-kitab-
nya, para rasul-nya, hari akhirat, dan kamu mengimani taqdir baik ataupun buruk.”(hr.
Muslim).
Termasuk yang wajib diimani, adalah mengimani mukaddimah-mukaddimah
datangnya hari akhir ini sebagaimana yang diberitakan oleh rasulullah shallAllah u
alaihi wasallam berupa tanda-tanda hari kiamat.
Para ulama telah membagi tanda-tanda datangnya hari kiamat ini kepada dua macam:
Pertama: tanda-tanda kecil, yaitu yang menunjukkan dekatnya hari kiamat. Dan itu
banyak sekali, sebagian besarnya telah terjadi.
Diantaranya: diutusnya rasulullah shallAllah u alaihi wasallam, disia-siakannya
amanah, dihiasnya masjid untuk menjadi kebanggaan, perlombaan para penggembala
dalam mendirikan bangunan, memerangi yahudi dan membunuh mereka, semakin
pendeknya waktu, kurangnya amal, munculnya berbagai fitnah, banyaknya pembunuhan,
dan tersebarnya zina serta maksiat. Allah berfirman:
     
“telah dekat (datangnya) hari kiamat dan telah terbelah bulan.” (qs.al-qamar:1).
Kedua: tanda-tanda besar, yaitu yang terjadi menjelang saat-saat terjadinya kiamat,
dan mengingatkan mulai terjadinya. Dan ini ada sepuluh tanda, dan belum satupun yang
muncul.
Kesepuluh tanda itu adalah: munculnya mahdi, keluarnya dajjal, turunnya isa alaihi
salam dari langit sebagai hakim yang adil lalu dia menghancurkan salib, membunuh
dajjal dan babi, menghentikan jizyah dan menghukumi dengan syariat islam, munculnya
ya’juj dan ma’juj yang akan didoakan oleh isa dengan kehancuran maka merekapun mati,
terjadi tiga gerhana, satu di timur, satu di barat dan satu di jazirah arab, asap yaitu:
keluarnya asap besar dari langit yang menyelimuti manusia dan menutupi pandangan
mereka, diangkatnya al-qur’an dari bumi ke langit, terbitnya matahari dari barat,
munculnya binatang aneh dan berkobarnya api besar dari adn yang menggiring manusia
ke bumi syam sebagai tanda besar yang paling terakhir.
Imam muslim meriwayatkan dari hudzaifah bin usaid al-ghifari radhiAllah u anhu,
bahwasanya beliau berkata:
‫ إِنَّهَ‚‚ا لَ ْن تَقُ‚‚وْ َم‬:‫‚ال‬ َّ ‫ ن َْذ ُك ُر‬:‫ال‬
َ ‚َ‫الس‚ا َعةَ ق‬ َ َ‫ال َما تَ َذا َكرُوْ نَ ؟ ق‬َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َونَحْ نُ نَتَ َذا َك ُر فَق‬
َ ‫ق النَّبِ ُّي‬ُ َّ‫((ثُ َّم يَت ََحق‬
،‫س ِم ْن َم ْغ ِربِهَ‚ا‚ َونُ‚ ُزوْ ِل ِعي َْس‚ى ب ِْن َم‚‚رْ يَ َم‬ َّ ‫ َوطُلُ‚‚وْ َع‬،َ‫ َوالدَّابَّة‬،‫َّال‬
ِ ‫الش‚ ْم‬ َ ‫ َوال َّدج‬، َ‫ الدُّخَ ان‬: ‫ فَ َذك ََر‬.‫ت‬ ٍ ‫َحتَّى تَرَوْ ا قَ ْبلَهَا َع ْش َر آيَا‬
‫آخ َر َذلِكَ نَا ٌر ت َْخ‚ ُر ُج‬ ِ ‫ َو‬،‫ب‬ ِ ‫ َوخَ َسفٌ ِب َج ِزي َْر ِة ال َع َر‬،‫ب‬ ِ ‫ َوخَ َسفٌ ِبال َم ْغ ِر‬،‫ق‬ ِ ‫ خَ َسفٌ ِبال َم ْش ِر‬:‫ف‬ ٍ ْ‫‚ َوثَالَثَةَ ُخسُو‬،‫َويَأْجُوْ َج َو َمأْجُوْ َج‬
]‫َر ِه ْم)) [رواه مسلم‬ ِ ‫اس إِلَى َمحْ ش‬َ َّ‫َط ُر ُد الن‬ ْ ‫ِم ْن اليَ َم ِن ت‬
“suatu ketika nabi datang dan kami sedang mudzakarah (saling mengingatkan ilmu),
beliau bertanya: “apa yang sedang kalian bicarakan?” Mereka menjawab: “kami sedang
membicarakan hari kiamat.” Beliau berkata: “sesungguhnya kiamat itu tidak datang
sebelum munculnya sepuluh tanda.” Kemudian beliau menyebut: asap, dajjal, binatang,
terbitnya matahari dari barat, turunnya isa putra maryam, ya’juj, tiga gerhana: satu
terjadi di timur, satu di barat dan satu di jazirah arab, dan yang terakhir adalah
keluarnya api dari yaman yang menggiring manusia menuju tempat berkumpul mereka.
(hr. Muslim).
Dalam hadits lain beliau bersabda:
‫ َوتَ ْكثُ ‚ ُر‬،‫ص ‚ َحاحً ا‬
ِ ‫‚ال‬
َ ‚‫ْطي ال َم‬ َ ‫آخ‚ ِر أُ َّمتِ ْي ال َم ْه‚ ِديُّ يَ ْس ‚قِ ْي ِه هللاُ ال َغي‬
ِ ‫ َويُع‬،ُ‫ َوتُ ْخ‚ ِر ُج األَرْ ضُ نَبَاتَ ‚ه‬،‫ْث‬ ِ ‫(( يَ ْخ‚ ُر ُج فِ ْي‬
))‫ يَ ْعنِي ِح َججً ا‬،‫ أَوْ ثَ َمانِيًا‬،‫ يَ ِعيْشُ َس ْبعًا‬،ُ‫ َوتَعْظُ ُم األُ َّمة‬،ُ‫اشيَة‬
ِ ‫ال َم‬
“akan keluar di akhir umatku nanti al-mahdi yang akan Allah turunkan untuknya
hujan, hingga bumipun mengeluarkan tumbuhannya, yang memberinya harta yang
melimpah, binatang ternak berkembang biak, umat ini menjadi banyak, dia akan hidup
selama tujuh atau delapan, yaitu tahun. (hr. Hakim).
Dalam riwayat lain juga disebutkan bahwa tanda-tanda ini akan datang berturut-turut
sebagaimana berurutannya mutiara di untaian kalung, jika satu tanda telah muncul akan
diikuti oleh tanda-tanda yang lain. Jika semua tanda itu sudah muncul semua maka
terjadilah kiamat.
Yang dimaksud dengan sa’ah (hari kiamat) adalah hari keluarnya manusia dari kubur
dengan perintah tuhan mereka untuk dihisab, maka orang-orang yang baik akan mendapat
kenikmatan, sedangkan mereka yang jahat akan diadzab. Allah berfirman:
          
“(yaitu) pada hari mereka keluar dari kubur dengan cepat seakan-akan mereka
pergi dengan segera kepada berhala-berhala (sewaktu di dunia).” (al-ma’arij:43).
Hari ini disebutkan dalam al-qur’an dengan beberapa nama. Diantaranya adalah:
yaumul qiyamah (hari kiamat), al-qori’ah, yaumul hisab (hari perhitungan amal),
yaumu din (hari pembalasan), ath-thamah (malapetaka yang sangat besar), al-waqi’ah,
al-haqqaah (yang pasti terjadi), ash-shakhah (suara yang memekakkan), al-ghasyiah
(hari pembalasan) dan sebagainya.
Nama yaum qiyamah terdapat pada firman Allah :
     
“aku bersumpah dengan hari kiamat.” (qs.al-qiyamah:1).
Nama al-qori’ah dalam firman Allah :
     
“hari kiamat, apakah hari kiamat itu?” (qs.al-qori’ah:
1-2).
Nama yaumul hisab dalam firman Allah :
            
 
“sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan mendapat azab yang
berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.” (shad:26).
Nama yaumud din terdapat dalam firman Allah :
         
“dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka.
Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan.” (qs.al-infithar:14-15).
Nama ath-thammah ada dalam firman Allah :
     
“maka apabila malapetaka yang besar (hari kiamat) telah datang.” (qs.an-
naziat:34).
Nama al-waqi’ah terdapat dalam firman Allah :
    
“apabila terjadi hari kiamat.” (qs.al-waqiah:1).
Nama al-haqqah terdapat firman Allah :
     
“hari kiamat, apakah hari kiamat itu?” (qs.al-haqqah:1-2).
Nama ash-shakhah terdapat dalam firman Allah :
    
“dan apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua).”
(qs.'abasa: 33).
Nama al-ghasyiah terdapat dalam firman Allah :
     
“sudah datangkah kepadamu berita (tentang) hari pembalasan?” (qs.al-ghasyiah:1).

2. Cara beriman kepada hari akhirat


Beriman kepada hari akhirat memiliki dua cara; global dan terperinci.
Adapun secara global yaitu: kita mengimani adanya satu hari dimana Allah
mengumpulkan pada hari itu seluruh manusia, mulai dari adam sampai manusia paling
terakhir, masing-masing mereka akan mendapatkan balasan amalannya, sebagian menjadi
penghuni surga dan sebagian lagi masuk neraka. Allah berfirman:
           
“katakanlah: “sesungguhnya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang
kemudian, benar-benar akan dikumpulkan di waktu tertentu pada hari yang dikenal.”
(qs.al-waqi’ah:49-50).
Sedangkan iman secara terperinci adalah: mengimani secara mendetail setiap
peristiwa sesudah kematian yang mencakup hal-hal berikut ini:
Pertama: fitnah kubur
Yaitu: ketika mayit ditanya sesudah dikuburkan, tentang tuhannya, agamanya dan nabinya
muhammad shallAllah u alaihi wasallam. Maka Allah memantapkan orang-orang beriman
dengan jawaban yang mantap, sebagaimana yang tercantum dalam sebuah hadits ketika mayit
ditanya ia mampu menjawab dengan mengatakan:
))‫صلَّى هللا َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫اإل ْسالَ ُم َونَ ِب ِّي ُم َح َّم ٌد‬
ِ ‫ َو ِد ْينِي‬،ُ‫((رب َِّي هللا‬
َ
“tuhanku adalah Allah , agamaku adalah islam dan nabiku adalah muhammad
shallAllah u alaihi wasallam.” (muttafaq alaih).
Untuk itu wajib bagi kita beriman kepada adanya pertanyaan dua malaikat itu, bentuk
pertanyaannya, bagaimana mukmin akan menjawab dan bagaimana munafik akan menjawab,
sebagaimana yang tertera dalam hadits-hadits rasulullah shallAllah u alaihi wasallam.
Kedua: siksa kubur dan kenikmatannya
Wajib beriman kepada adanya adzab kubur dan kenikmatannya, bahwasanya kubur itu
bisa berupa lubang neraka atau salah satu taman surga. Kubur adalah persinggahan pertama
untuk menuju akhirat, barangsiapa yang selamat padanya maka yang sesudahnya akan lebih
mudah, dan barangsiapa yang tidak selamat maka yang sesudahnya akan lebih sulit.
Barangsiapa yang mati berarti telah datang kiamatnya.
Kenikmatan dan adzab kubur dirasakan oleh ruh dan jasad, dan kadang-kadang hanya ruh
yang merasakannya. Adzab kubur ditimpakan untuk orang-orang yang dzalim dan
kenikmatannya dianugerahkan untuk orang mukmin yang benar.
Mayit akan disiksa di alam barzakh atau diberi kenikmatan, baik mayit itu dikubur
ataupun tidak. Seandainya mayit itu dibakar, tenggelam atau dimakan binatang buas atau
burung, maka pasti ia akan merasakan adzab atau kenikmatan tersebut. Allah berfirman:
         
     
“kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
kiamat. (dikatakan kepada malaikat): “masukkan fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang
sangat keras.” (qs.al-mukmin:46).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ِ ‫ت هللاَ أَ ْن يُ ْس ِم َع ُك ْم ِم ْن َع َذا‬
)) ‫ب القَب ِْر‬ ُ ْ‫(( فَلَوْ الَ أَ ْن الَ تَدَافَنُوْ ا لَ َدعَو‬
“kalau saja kalian tidak saling menguburkan, pasti aku memohon kepada Allah agar
memperdengarkan kepada kalian adzab kubur.” (hr muslim).
Ketiga: tiupan sangkakala
Sangkakala adalah terompet berbentuk tanduk yang akan ditiup oleh isrofil alihis salam,
pada tiupan pertama seluruh makhluk menjadi mati kecuali yang dikehendaki Allah untuk
tetap hidup, tiupan kedua seluruh makhluk sejak Allah menciptakan dunia ini hingga
terjadinya kiamat, bangkit dari kubur mereka. Allah berfirman:
               
       
“dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang mati di langit dan di bumi kecuali
siapa yang dikehendaki Allah . Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba
mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing).” (az-zumar:68).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ َّ‫ ثُ َّم الَ يَ ْبقَى أَ َح‚ ٌد إِال‬،‫(( ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ ِف ْي الصُّ وْ ِر فَالَ يَ ْس َم ُعهُ أَ َح ٌد إِالَّ أَصْ غَى ِل ْيتًا َو َرفَ َع ِل ْيتً‚‚ا‬
ِ ‚‫ ثُ َّم يُ ْن‬،َ‫ص‚ ِعق‬
ُ‫‚ز ُل هللا‬
)) َ‫ ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فَ ْي ِه أُ ْخ َرى فَإ ِ َذا هُ ْم قِيَا ٌم يَ ْنظُرُوْ ن‬،‫اس‬ ِ َّ‫ُت ِم ْنهُ أَجْ َسا ُد الن‬
‚ُ ‫ فَتَ ْنب‬،َّ‫ال َمطَ َر الطِّل‬
“kemudian sangkakala pun ditiup, maka tidak seorangpun yang mendengar kecuali
mendengarkannya dan mengangkat lehernya, kemudian semuanya mati, lalu Allah
menurunkan hujan gerimis, maka tubuh-tubuh manusia tumbuh kembali, kemudian ditiupkan
lagi sangkakala itu, maka tiba-tiba mereka semua berdiri menyaksikan.”(hr muslim).
Keempat: kebangkitan
Yaitu: Allah menghidupkan semua yang mati, ketika ditiupkan sangkakala yang kedua
kalinya, maka manusia-pun berdiri menuju Allah tuhan semesta alam. Apabila Allah telah
mengizinkan untuk ditiupnya sangkakala dan kembalinya ruh ke jasad, pada waktu itu seluruh
manusia bangkit dari kubur mereka dan berjalan dengan cepat menuju tempat berkumpul
dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, tidak dikhitan, dan tidak membawa apa-apa.
Masa berkumpul ini cukup lama, sementara matahari sangat dekat jaraknya, dan ditambah
kadar panasnya. Keringat manusia menggenang karena dahsyatnya masa menunggu ini, ada
yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggang, ada
yang sampai dada, ada yang sampai pundak dan ada yang tenggelam oleh keringat, itu semua
tergantung amal mereka.
Kebangkitan dari kubur pasti akan terjadi, berdasarkan dalil al-quran dan sunnah, realita
dan akal:
Adapun al-quran dan sunnah: maka ayat-ayat yang berbicara tentang hal itu banyak
sekali, demikian juga hadits-hadits shahih yang menunjukkan kebenarannya. Allah
berfirman:
     
“katakanlah: tidak demikian, demi tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan.”
(qs.at-taghabun:7).
Dalam firman-nya yang lain:
       
“sebagaimana kami telah memulai penciptaan pertama begitulah kami akan
mengulanginya.” (qs.al-anbiya: 104).
Dalam sebuah hadits rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ َّ‫ ثُ َّم الَ يَ ْبقَى أَ َح‚ ٌد إِال‬،‫(( ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فِ ْي الصُّ وْ ِر فَالَ يَ ْس َم ُعهُ أَ َح ٌد إِالَّ أَصْ غَى ِل ْيتًا َو َرفَ َع لِ ْيتً‚‚ا‬
ِ ‚‫ ثُ َّم يُ ْن‬،َ‫ص‚ ِعق‬
ُ‫‚ز ُل هللا‬
)) َ‫ ثُ َّم يُ ْنفَ ُخ فَ ْي ِه أُ ْخ َرى فَإِ َذا هُ ْم ِقيَا ٌم يَ ْنظُرُوْ ن‬،‫اس‬
ِ َّ‫ُت ِم ْنهُ أَجْ َسا ُد الن‬ُ ‫ فَتَ ْنب‬-‫ال َمطَ َر كَأَنَّهُ الطِّلُّ أَوْ الظِّلُّ –شك الراوي‬
“kemudian ditiuplah sangkakala, maka tidak seorangpun yang mendengar kecuali dia
mendengarkan dan mengangkat lehernya, kemudian tidak seorangpun yang tersisa kecuali
pasti mati, kemudian Allah menurunkan hujan gerimis, atau permulaan musim hujan -
perawi ragu – maka tumbuhlah (bangkitlah) tubuh-tubuh manusia, kemudian ditiupkan lagi
maka tiba-tiba mereka berdiri menyaksikan.” (hr. Muslim).
Dan Allah berfirman:
           
       
“ia berkata : siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang sudah hancur
luluh, katakanlah: ia akan dihidupkan oleh tuhan yang menciptakannya kali yang pertama.
Dan dia maha mengetahui tentang segala makhluk.” (qs.yasin:79).
Adapun secara realita: Allah telah memperlihatkan kepada para hamba-nya bagaimana
menghidupkan orang yang sudah mati di dunia ini, sebagaimana yang tercantum dalam surat
al-baqarah yang memaparkan lima contoh. Yaitu: kaum nabi musa yang Allah hidupkan
kembali setelah mereka mati, salah seorang bani israil yang terbunuh, kaum yang keluar dari
rumah-rumah mereka lari dari kematian, seseorang yang melalui suatu desa dan kisah burung
dan nabi ibrahim alihis salam.
Adapun secara akal: bisa dilihat dari dua sisi:
1. Sesungguhnya Allah ta’ala pencipta langit, bumi dan seisinya. Dia
menciptakannya tanpa ada contoh sebelumnya, zat yang sanggup menciptakan sesuatu tanpa
ada contoh sebelumnya berarti dia sanggup mengembalikannya.
1. Bumi yang tadinya mati, beku dan tidak ada kehidupan, lalu Allah menurunkan
hujan kepadanya, maka bumi itu menjadi hijau dan tumbuh padanya berbagai macam
tumbuhan yang indah. Orang yang sanggup menghidupkan bumi setelah matinya, berarti
sanggup pula menghidupkan orang-orang yang sudah mati.
Kelima: pengumpulan, perhitungan dan pembalasan
Kita mengimani bahwa jasad-jasad ini akan dikumpulkan, akan ditanya dan dihitung
amalnya dengan adil dan diberikan kepada makhluk balasan atas amalannya. Allah ta’ala
berfirman:
      
“dan kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak kami tinggalkan seorangpun dari
mereka.” (qs.al-kahfi:47).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
         
           
“adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab dari sebelah kanannya, maka dia
berkata: “ambillah, bacalah kitabku (ini). Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya
aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang
diridhai.” (qs.al-haqqah:19-21).
Dan firman Allah :
          
     
“dan adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitab dari sebelah kirinya, maka
dia berkata: wahai alangkah baiknya kiranya tidak diberikan kepadaku kitabku (ini).” (qs.al-
haaqqah: 25-26).
Hasyr (berkumpul) adalah: digiring dan dikumpulkan-nya manusia ke padang mahsyar
untuk dihisab.
Perbedaan antara hasyr dan ba’ts (dibangkitkan) adalah, bahwa dibangkitan itu
mengembalikan setiap ruh ke jasadnya, sedangkan hasyr adalah menggiring mereka yang
dibangkitkan menuju tempat berkumpul (padang mahsyar).
Adapun hisab (perhitungan) dan jaza’ (pembalasan) adalah: dimana Allah menghadirkan
setiap hamba ke hadapan-nya dan diperlihatkan kepada mereka semua amal yang dulu pernah
mereka lakukan.
Adapun orang-orang mukmin yang bertakwa, mereka dihisab dengan hanya diperlihatkan
seluruh amalnya hingga mereka mengetahui kasih sayang Allah kepada mereka dengan
menutupi amalan (yang jelek) di dunia dan mengampuninya di akhirat. Mereka dikumpulkan
berdasarkan tingkat keimanan, mereka disambut malaikat yang membawa kabar gembira
dengan surga, dan mengamankan mereka dari rasa takut dan dari kedahsyatan hari yang sulit
itu, maka wajah merekapun putih bersinar, berseri-seri, tertawa dan bergembira-ria.
Adapun orang-orang yang mendustakan (agama) dan berpaling (dari jalan yang benar)
akan dihisab dengan perhitungan yang sulit dan mendetail, akan dihitung semua amal mulai
dari yang besar sampai yang sekecil-kecilnya. Mereka akan diseret dengan wajah-wajah
mereka, sebagai penghinaan bagi mereka dan balasan atas apa yang telah mereka lakukan dan
dustakan.
Yang pertama kali dihisab pada hari kiamat adalah umat nabi kita muhammad shallAllah
u alaihi wasallam, diantara mereka tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab dan
tanpa diadzab dikarenakan kesempurnaan tauhid mereka. Mereka itulah yang pernah
disebutkan ciri-cirinya oleh nabi:
)) َ‫((الَ يَ ْستَرْ قُوْ نَ َوالَ يَ ْكتَوُوْ نَ َوالَ يَتَطَيَّرُوْ نَ َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُوْ ن‬
“mereka yang tidak meminta diruqyah (dimantra dengan do’a), tidak berobat dengan
cara kaiy (dengan besi panas), tidak percaya pada khurafat burung dan kepada tuhan
mereka, mereka bertawakal.”
Di antara mereka adalah shahabat yang bernama ukasyah bin mihsan radhiAllah u anhu.
Adapun amalan yang berhubungan dengan hak Allah yang pertama dihisab adalah salat,
dan amal yang berhubungan dengan hak manusia yang pertama dihisab adalah permasalahan
darah (pembunuhan).
Keenam: haudh (telaga di surga)
Kita mengimani adanya telaga nabi shallAllah u alaihi wasallam, yaitu telaga yang besar
dan tempat minum yang mulia, airnya mengalir dari sungai al-kautsar dari dalam surga yang
hanya akan diminum oleh orang-orang beriman dari umat muhammad shallAllah u alaihi
wasallam.
Sebagian dari ciri-cirinya: airnya lebih putih dari susu, lebih dingin dari es, lebih manis
dari madu, lebih wangi dari kesturi, sangat luas, lebar dan panjangnya sama, dari ujung ke
ujung jarak perjalanan selama sebulan, padanya terdapat dua saluran air yang memanjang dari
surga, gelas-gelasnya lebih banyak dari jumlah bintang-bintang di langit, dan barangsiapa
yang meminumnya tidak akan pernah haus selamanya.
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َّ ‫ َو ِكيْزَ انُ ‚هُ َكنُ ُج‚‚وْ ِم‬،‫ك‬
‫ َم ْن‬،‫الس ‚ َما ِء‬ ْ َ‫ َما ُؤهُ أَ ْبيَضُ ِمنَ اللَّبَ ِن َو ِر ْي ُحهُ أ‬،‫ض ْي َم ِسي َْرةُ َشه ٍْر‬
ِ ‚ ‫طيَبُ ِمنَ ال ِم ْس‬ ِ ْ‫(( حَو‬
)) ‫ظ َمأ ُ َأبَدًا‬
ْ َ‫ب ِم ْنهُ فَالَ ي‬
َ ‫َر‬
ِ ‫ش‬
“telagaku luasnya sepanjang perjalanan sebulan, airnya lebih putih dari susu, wanginya
melebihi kesturi, gelasnya seperti jumlah bintang-bintang di langit, barangsiapa yang
meminumnya tidak akan pernah haus selamanya.” (hr. Bukhari).
Ketujuh: syafa’at
Ketika manusia sedang mengalami kesulitan yang luar biasa di tempat penantian untuk
dihisab ditambah sangat panjangnya masa penantiaan, mereka mencari orang yang bisa
memberi syafa’at di hadapan tuhan mereka untuk membebaskan mereka dari kesulitan dan
rasa takut pada hari itu. Semua rasul ulul azmi menolak untuk memberi syafa’at, hingga
mereka sampai kepada rasul terakhir muhammad shallAllah u alaihi wasallam yang mana
Allah telah mengampuni seluruh dosa-dosanya di masa lalu ataupun yang akan datang.
Maka berdirilah beliau di tempat yang mulia yang didambakan oleh semua orang terdahulu
dan sekarang serta nampaklah kedudukan beliau yang agung dan derajat yang tinggi.
Kemudian bersujudlah beliau di bawah arsy dan Allah mengilhamkan kepadanya pujian-
pujian untuk memuji-nya dan mengagungkan-nya, lalu beliau meminta izin tuhannya dan
beliaupun diizinkan untuk memberi syafa’at kepada hamba-hamba untuk melepaskan mereka
dari kesulitan dan kegelisahan yang tidak sanggup mereka pikul.
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ْ ، َ‫ق نِصْ فَ األُ ُذ ِن فَبَ ْينَ َما هُ ْم َك َذلِك‬
‫اس‚تَغَاثُوْ ا ِب‚‚آ َد َم ثُ َّم ِب‚إِب َْرا ِه ْي َم‬ ُ ‫س تَ ْدنُو يَوْ َم القِيَا َم ِة َحتَّى يَ ْبلُ َغ ْال َع َر‬ َ ‫(( إِنَّ ال َّش ْم‬
،‫ب‬ ِ ‫ فَيَ ْم ِش‚ي َحتَّى يَأْ ُخ‚ َذ بِ َح ْلقَ‚ ِة البَ‚‚ا‬،‫‚ق‬ ِ ‚‫ضى بَيْنَ الخَ ْل‬ َ ‫ فَيَ ْشفَ ُع ِليُ ْق‬،‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫ثُ َّم بِ ُموْ َسى ثُ َّم بِ ِع ْي َسى ثُ َّم بِ ُم َح َّم ٍد‬
)) ‫الج ْم ِع ُكلُّهُ ْم‬ َ ‫فَيَوْ َمئِ ٍذ يَ ْب َعثُهُ هللاُ َمقَا ًما َمحْ ُموْ دًا يَحْ َم ُدهُ أَ ْه ُل‬
“sesungguhnya matahari pada hari kiamat sangat dekat hingga ada yang keringatnya
sampai di tengah telinga, ketika mereka dalam keadaan seperti itu mereka mencari
pertolongan kepada adam kemudian ibrahim kemudian musa kemudian isa kemudian
muhammad shallAllah u alaihi wasallam, beliaulah yang memberikan syafa’at untuk
dipercepat putusan hukum antara makhluk, kemudian beliau berjalan hingga memegangi
gagang pintu, maka hari itulah Allah menempatkannya di maqam mahmuda (tempat yang
mulia) yang dimuliakan oleh seluruh yang hadir.” (hr. Bukhari).
Syafa’at 'udzma (syafa’at agung) ini hanya dikhususkan untuk rasulullah shallAllah u
alaihi wasallam saja. Selain itu beliau juga akan memberikan syafa’at-syafa’at lain, yaitu:
1. Syafa’at beliau untuk ahli surga agar diizinkan bagi mereka memasukinya.
Dalilnya adalah sabda beliau:
ُ ْ‫ بِكَ أُ ِمر‬:ُ‫ فَيَقُوْ ل‬،ٌ‫ ُم َح َّمد‬:ُ‫ فَأَقُوْ ل‬:‫ال‬
َ‫ت ال‬ َ َ‫ َم ْن أَ ْنتَ ؟ ق‬: ُ‫الخَازن‬
ِ ‫ فَيَقُوْ ُل‬،ُ‫الجنَّ ِة يَوْ َم القِيَا َم ِة فَأَ ْستَ ْفتِح‬
َ ‫اب‬َ َ‫(( آتِي ب‬
)) َ‫أَ ْفتَ ُح أِل َ َح ٍد قَ ْبلَك‬
“aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat nanti, lalu aku minta dibukakan pintunya.
Penjaganya pun bertanya: siapa kamu? Aku menjawab: muhammad, dan penjaga itu
berkata: aku telah diperintahkan untuk tidak membukakan pintu ini bagi siapapun sebelum
kamu.” (hr. Muslim).
1. Syafa’at beliau untuk suatu kaum yang seimbang antara kebaikan dan kejelekan
mereka untuk bisa masuk surga. Ini adalah pendapat sebagian ulama’ tetapi tidak ada satupun
hadits shahih yang bisa dijadikan sandaran.
1. Syafa’at beliau untuk suatu kaum yang diputuskan untuk masuk neraka, agar
mereka tidak jadi memasukinya. Dalilnya adalah keumuman sabda beliau:
)) ‫(( َشفَا َع ِت ْي أِل َ ْه ِل ْال َكبَا ِئ ِر ِم ْن أُ َّم ِت ْي‬
“syafa’atku untuk para pelaku dosa besar dari umatku.” (hr. Abu dawud).
1. Syafa’at beliau untuk mengangkat derajat para penghuni surga di dalam surga.
Dalilnya dalah sabda beliau:
)) َ‫(( اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ أِل َبِ ْي َسلَ َمةَ َوارْ فَ ْع د ََر َجتَهُ ِف ْي ال َم ْه ِديِّيْن‬
“ya Allah ampunilah abu salamah dan angkatlah derajatnya menjadi orang-orang
yang diberi hidayah.” (hr. Muslim).
1. Syafa’at beliau untuk suatu kaum agar mereka masuk surga tanpa dihisab
terlebih dahulu dan tanpa diazab. Dalilnya hadits ukasyah bin mihsan tentang tujuh puluh ribu
orang yang akan masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab, rasulullah berdo’a untuknya: “ya
Allah , jadikanlah dia termasuk dalam golongan mereka.” (muttafaq alaih).
1. Syafa’at beliau untuk para pelaku dosa besar agar tidak masuk neraka. Dalilnya
hadits rasul:
)) ‫(( َشفَا َعتِ ْي أِل َ ْه ِل ال َكبَائِ ِر ِم ْن أُ َّمتِ ْي‬
“syafa’atku untuk pelaku dosa besar dari umatku.” (hr. Abu dawud).
dan dalam hadis yang lain:
)) ‫الجهَنَّ ِميِّي َ‚ْن‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَيَ ْد ُخلُوْ ن‬
َ َ‫الجنَّةَ يُ َس َّموْ ن‬ ِ َّ‫(( يَ ْخ ُر ُج قَوْ ٌم ِمنَ الن‬
َ ‫ار ِب َشفَا َع ِة ُم َح َّم ٍد‬
“akan keluar suatu kaum dari neraka dengan syafa’at muhammad shallAllah u alaihi
wasallam, kemudian mereka masuk surga. Mereka dinamakan jahannamiyyin.” (hr. Bukhari).
1. Syafa’at beliau untuk meringankan adzab dari orang yang seharusnya diazab
keras, seperti syafa’at beliau untuk pamannya abu thalib. Dalilnya hadits rasul:
)) ُ‫ار يَ ْبلُ ُغ َك ْعبَ ْي ِه يَ ْغلِي ِم ْنهُ ِد َما ُغه‬
ِ َّ‫اح ِمنَ الن‬
ٍ ‫ض‬ َ ‫(( لَ َعلَّهُ تَ ْنفَ ُعهُ َشفَا َعتِ ْي يَوْ َم ْالقِيَا َم ِة فَيُجْ َع ُل فِ ْي‬
َ ْ‫ضح‬
“mudah-mudahan syafa’atku bisa meringankan siksanya di hari kiamat, untuk diletakkan
di neraka yang paling atas dimana api sampai menyentuh dua mata kakinya, yang membuat
otaknya mendidih.” (muttafaq alaih).
Syafa’at di sisi Allah tidak dibenarkan kecuali dengan dua syarat:
1. Ridha Allah terhadap pemberi dan penerima syafa’at.
1. Izin Allah kepada seseorang untuk memberi syafa’at.
Allah berfirman:
      
“dan mereka tiada memberi syafa’at melainkan kepada orang yang diridhai Allah .”
(qs.al-anbiya’:28).
Dalam firman-nya yang lain:
       
“tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi-nya tanpa izin-nya.” (qs.al-baqarah:255).
Kedelapan: mizan (timbangan amal).
Mizan itu haq, wajib diimani adanya, mizan itu adalah timbangan yang diletakkan
oleh Allah untuk menimbang amal manusia di hari kiamat, untuk kemudian
membalasnya sesuai dengan amalnya. Timbangan ini hissi (dapat dilihat dengan panca
indra), mempunyai dua sisi timbangan dan bagian yang melintang, untuk menimbang
amal atau buku catatan amal atau sipelaku amal itu sendiri. Ketiga-tiganya mungkin
ditimbang, tetapi yang menjadi ukuran berat atau tidak adalah amal, bukan pelakunya
atau buku catatan tersebut. Allah berfirman:
          
            
“kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah
dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun
pasti akan kami mendatangkan (pahala)nya dan cukuplah kami sebagai pembuat
perhitungan.” (qs.al-anbiya’:47).
Dalam firman-nya yang lain:
         
         
   
“maka barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang
yang beruntung. Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-
orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari ayat-ayat
kami.” (qs.al-a’raf: 8-9).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) َ‫ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ تَ ْمأَل ُ ال ِميْزَ ان‬،‫ان‬
ِ ‫اإل ْي َم‬ ْ ‫الطهُوْ ُر ش‬
ِ ‫َط ُر‬ ُّ ((
“kebersihan setengah dari iman dan alhamdulillah memenuhi timbangan.”(hr.
Muslim).
Beliau juga bersabda:
ْ ‫ات َواألَرْ ضُ لَ َو ِس َع‬
)) ‫ت‬ َ ‫ض ُع ال ِميْزَ انُ يَوْ َم ْال ِقيَا َم ِة فَلَوْ ُو ِزنَ ِف ْي ِه ال َّس َم‬
ُ ‫او‬ َ ْ‫(( يُو‬
“akan diletakkan timbangan pada hari kiamat, kalaulah langit dan bumi ditimbang
niscaya akan cukup.” (hr. Hakim).
Kesembilan: shirath
Kita mengimani adanya shirath, yaitu jembatan yang dipasang di atas neraka
jahannam dengan jalan yang sangat menakutkan, semua manusia akan melewatinya untuk
menuju ke surga. Di antara mereka ada yang melaluinya dengan sekejap mata, ada pula
yang melaluinya secepat kilat, ada yang seperti angin, ada yang seperti burung, ada yang
secepat lari kuda, ada juga yang berlari, atau berjalan, ada pula yang merangkak, dan ada
yang diseret, semuanya berjalan sesuai dengan amalnya hingga seseorang yang berjalan
dengan sinar yang hanya sebesar ibu jari kakinya. Di antara mereka ada yang diambil
kemudian dilempar ke dalam neraka, barangsiapa yang dapat melewati shirath ini, maka
ia masuk surga.
Orang yang pertama kali menyeberang shirath ini adalah nabi kita muhammad
shallAllah u alaihi wasallam, kemudian diikuti oleh umatnya. Hari itu tidak ada yang
angkat bicara kecuali para rasul, dan do’a para rasul hari itu adalah: “ya Allah
selamatkan, selamatkan.” Neraka jahannam memiliki besi-besi ranjau (hanya Allah
yang mengetahui jumlahnya), terletak di kanan kiri shirath yang akan menarik siapa yang
Allah kehendaki ke dalamnya.
Sifat-sifat shirath: lebih tajam dari pedang, lebih halus dari rambut, licin, tidak ada
kaki yang dapat tetap berjalan di atasnya kecuali dengan izin Allah , diletakkan di tempat
yang gelap, dan dikirimkan amanah dan rahim (kekerabatan) berdiri di samping kiri
kanan shirath untuk menjadi saksi siapa saja yang menjaganya atau yang
mengabaikannya. Allah berfirman:
             
      
“dan tidak ada seorangpun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu
bagi tuhanmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami akan
menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zalim di
dalam neraka dalam keadaan berlutut.”(qs.maryam:71-72).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ُ‫(( َويُضْ َربُ الصِّ َراطُ بَيْنَ ظَه َْران َْي َجهَنَّ َم فَأ َ ُكوْ نُ أَنَا َوأُ َّمتِ ْي أَو ََّل َم ْن ي ُِج ْي ُزه‬
“shirath diletakkan diatas neraka jahannam, maka aku dan umatkulah yang kali
pertama akan melewatinya.” (hr. Muslim).
Dalam sabda beliau yang lain:
)) ‫ فَأ َ ُكوْ نَ أَو ََّل َم ْن ي ُِج ْي ُز َو ُدعَا ُء الرُّ س ُِل يَوْ َمئِ ٍذ اللَّهُ َّم َسلِّ ْم َسلِّ ْم‬... ‫((ويُضْ َربُ ِج ْس ُر َجهَنَّ َم‬
َ
“akan dipasang jembatan jahannam … maka akulah orang pertama yang
melewatinya dan do’a para rasul hari itu adalah: ya Allah selamatkan, selamatkan.”
(muttafaq alaih).
Abu sa’id al-khudriy radhiAllah u anhu pernah berkata: “aku pernah mendengar
bahwa jembatan itu lebih halus dari rambut dan lebih tajam dari pedang.” (hr. Muslim).
Rasulullah shallAllah u alaihi wa sallam juga bersabda:
‫ ثُ َّم‬،‫ْح‬ ْ ‚‫ فَيَ ُم‚‚رُّ أَ َّولُ ُك ْم َك‬،ً‫اط يَ ِم ْينً‚ا‚ َو ِش‚ َماال‬ ِ ‫(( َوتُرْ َس ُل األَ َمانَةُ َوالر‬
ِ ‫ثُ َّم َك َم‚‚رِّ ال‚‚رِّ ي‬...‫ق‬ ِ ْ‫‚البَر‬ ِ ‫َّح ُم فَتَقُوْ ُم َعلَى َجنَبَ ْي الصِّ َر‬
،‫ْجزَ أَ ْع َما ُل ْال ِعبَ‚‚ا ِد‬ ِ ‫ َحتَّى تَع‬،‫ َربِّ َسلِّ ْم َسلِّ ْم‬:ُ‫اط يَقُوْ ل‬ ِ ‫ َونَبِيُّ ُك ْم قَائِ ٌم َعلَى الصِّ َر‬،‫ تُجْ زَ ى بِ ِه ْم أَ ْع َمالُهُ ْم‬،‫ال‬ ِ ‫َك َمرِّ الطَّي ِْر َو َش ِّد الرِّ َح‬
‫ت بِ‚ ِه‬ ْ ‫‚ر‬ َ ‚‫اط َكالَلِيْبُ ُم َعلَّقَ‚ةٌ َم‚‚أْ ُموْ َرةٌ‚ بِأ َ ْخ‚ ِذ َم ْن أُ ِم‬ ِ ‫الص‚ َر‬ ِّ ‫ َو َعلَى َحافَت َْي‬:‫ال‬ َ َ‫َحتَّى يَ ِج ْي َء ال َّر ُج ُل فَالَ يَ ْست َِط ْي ُع ال َّسي َْر إِالَّ زَ حْ فًا ق‬
‚ٌ ْ‫َاج َو َم ْك ُدو‬
ِ َّ‫س ِف ْي الن‬
)) ‫ار‬ ٍ ‫فَ َم ْخ ُدوْ شٌ ن‬
“dan dikirimlah amanah dan rahim (kekerabatan) untuk berdiri di atas shirath pada
sebelah kanan dan kiri, maka orang pertama di antara kamu lewat bagaikan kilat …
kemudian seperti kecepatan angin, kemudian berikutnya seperti kecepatan burung dan
kecepatan orang yang lagi musafir, semuanya mendapatkan balasan sesuai dengan
amalnya. Dan nabi kalian berdiri di atas shirath dengan berkata: ya Allah selamatkan,
selamatkan. Hingga amal-amal para hamba sudah tidak sanggup lagi (menolong),
hingga datang seseorang yang sudah tak sanggup lagi berjalan kecuali dengan
merangkak.”
Kemudian beliau berkata: “dan di sebelah kanan dan kiri shirath terdapat kalalib (besi-besi
ranjau) yang digantungkan dan diperintahkan untuk mengambil orang-orang tertentu, maka ada
yang tercabik-cabik tetapi ia selamat dan ada yang dilempar ke dalam neraka.” (hr. Muslim).
Kesepuluh: qintharah (tempat pemberhentian antara surga dan neraka).
Kita wajib mengimani bahwa jika orang-orang mukmin sudah berhasil melewati
shirath, mereka akan berhenti di qintharah. Yaitu sebuah tempat di antara surga dan
neraka, di mana orang-orang mukmin akan dihentikan di sini setelah berhasil melewati
shirath dan selamat dari neraka, untuk diputuskan permasalahan yang terjadi di antara
mereka (kezaliman-kezaliman yang terjadi antara mereka di dunia) sebelum mereka
memasuki surga. Manakala mereka sudah bersih dan suci maka baru diizinkan untuk
memasuki surga.
Rasulullah shallAllah u alaihi wa sallam bersabda:
ْ ‫ْض َمظَالِ َم كَان‬
‫َت‬ ِ ‫ْض ِه ْم ِم ْن بَع‬ ِ ‫ فَيُ ْقتَصُّ ِلبَع‬،‫ار‬ ِ َّ‫ار فَيُحْ بَسُوْ نَ َعلَى قِ ْنطَ َر ٍة بَيْنَ ْال َجنَّ ِة َوالن‬ِ َّ‫(( يَ ْخلَصُ ال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ ِمنَ الن‬
َ ‫ فَ َوالَّ ِذيْ نَ ْفسُ ُم َح َّم ٍد ِبيَ ِد ِه أَل َ َح‚ ُدهُ ْم أَ ْه ‚دَى ِب َم ْن ِـ ِزلِ ِه فِ ْي‬،‫بَ ْينَهُ ْ‚م ِف ْي ال ُّد ْنيَا َحتَّى إِ َذا هُ ِذبُوْ ا َونُقُّوْ ا أُ ِذنَ لَهُ ْم فِ ْي ُد ُخوْ ِل ْال َجنَّ ِة‬
‫الجنَّ ِة‬
)) ‫ـز ِل ِه َكانَ ِف ْي ال ُّد ْنيَا‬
ِ ‫ِم ْنهُ ِب َم ْن‬
“ketika orang-orang mukmin itu sudah selamat melewati neraka, mereka dihentikan
di sebuah tempat yang terletak antara surga dan neraka, maka diselesaikanlah
permasalahan (kezaliman-kezaliman) yang dulu pernah ada di antara mereka di dunia,
hingga manakala mereka sudah dibersihkan dan disucikan, baru diizinkan untuk
memasuki surga, maka demi yang jiwa muhammad ada di tangan-nya, salah seorang
dari mereka lebih tahu dengan tempat tinggalnya di surga daripada tempat tinggalnya
sewaktu di dunia.” (hr. Bukhari).
Kesebelas: surga dan neraka.
Kita mengimani bahwasanya surga itu benar adanya demikian juga neraka, dan
bahwasanya keduanya sudah ada, tidak akan pernah rusak dan punah, bahkan
keberadaannya abadi. Begitu juga kenikmatan ahli surga tidak akan pernah habis dan
hilang. Siksaan ahli neraka yang telah diputuskan oleh Allah untuk kekal di dalamnya
tidak akan pernah habis dan berhenti.
Adapun orang-orang yang bertauhid maka mereka akan keluar dari nereka dengan
syafa’at orang-orang yang memberi syafa’at dan atas rahmat Allah yang maha
penyayang.
Surga adalah tempat mulia yang Allah sediakan untuk orang-orang bertaqwa pada
hari kiamat nanti. Di dalamnya ada sungai-sungai yang mengalir, kamar-kamar yang
megah, dan istri-istri yang cantik. Di dalamnya terdapat apa saja yang diinginkan oleh
jiwa dan disenangi oleh mata memandang, kenikmatannya tidak pernah dilihat mata,
tidak pernah didengar telinga dan tidak pernah terdetik di hati manusia. Kenikmatannya
tidak akan pernah habis dan punah. Mereka akan kekal dalam kenikmatan tersebut tanpa
ada hentinya. Tempat untuk meletakkan sebuah cemeti di sana lebih baik dari dunia dan
seisinya. Wanginya bisa dicium dari jarak perjalanan 40 tahun. Kenikmatan yang paling
besar adalah ketika orang-orang mukmin bisa melihat tuhan mereka secara langsung
dengan mata kepala mereka.
Adapun orang-orang kafir, mereka tidak akan dapat melihat tuhan. Barang siapa yang
mengingkari penglihatan orang-orang mukmin akan tuhan mereka berarti dia telah
menyamakan antara orang-orang mukmin dengan orang-orang kafir dalam hal ini.
Surga itu ada seratus tingkatannya, antara satu tingkatan dengan tingkatan yang
lainnya bagaikan antara langit dan bumi. Tingkatan surga tertinggi adalah firdaus ‘a’la
dimana atapnya adalah arsy Allah yang maha pengasih. Surga firdaus memiliki delapan
pintu, jarak antara dua sisi setiap pintu seperti antara makkah dan hajar (terletak di
wilayah ahsa’ saudi arabia, berjarak lebih kurang 1300 km), dan akan datang suatu masa
dimana pintu tersebut akan penuh sesak karena banyaknya yang masuk. Tingkatan
terendah ahli surga adalah seperti dunia dan sepuluh kali lipatnya. Allah berfirman
tentang surga:
   
“disediakan untuk orang-orang bertakwa.” (qs.ali imran: 133).
Dan Allah juga berfirman tentang kekalnya ahli surga di dalamnya, dan ia tidak
akan pernah punah:
          
             
“balasan mereka di sisi tuhan mereka ialah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap
mereka dan merekapun ridha kepada-nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi
orang yang takut kepada tuhannya” (qs.al-bayyinah:8).
Adapun neraka: adalah tempat adzab, yang Allah sediakan untuk orang-orang kafir
dan yang berbuat maksiat. Di dalamnya terdapat berbagai macam siksaan dan beragam
hukuman. Penjaganya malaikat yang sangat kasar dan keras. Orang-orang kafir akan
kekal di dalamnya, makanan mereka zaqqum (sebuah pohon dalam neraka, buahnya
sangat pahit dan busuk baunya), dan minuman mereka hamim (air panas yang mendidih),
api dunia ini hanya merupakan satu bagian dari tujuh puluh bagian dari panasnya api
jahannam, api jahannam lebih panas enam puluh sembilan kali dari api dunia dimana
setiap bagiannya sama panasnya dengan api dunia atau lebih.
Neraka tidak akan pernah bosan membakar dan menerima orang-orang yang
dilemparkan ke dalamnya, bahkan ia senantiasa berkata: masih adakah tambahan? Neraka
memiliki tujuh pintu setiap pintunya memiliki bagian yang terpisah-pisah.
Allah berfirman tentang neraka:
   
“disediakan untuk orang-orang kafir.” (qs.ali imran:131).
Allah berfirman tentang kekekalan penghuni neraka di dalamnya, dan neraka itu
tidak akan pernah punah:
             
“sesungguhya Allah melaknati orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka
api yang menyala-nyala (neraka), mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.” (qs.al-
ahzab:64-65).
3. Hikmah beriman kepada hari akhirat
Beriman kepada hari akhirat mengandung banyak hikmah dan faedah, diantaranya:
1. Menimbulkan keinginan yang tinggi untuk melakukan ketaatan dan senantiasa
berusaha untuk itu demi mengharapkan pahala.
1. Menimbulkan rasa takut untuk melakukan kemaksiatan atau meridhai perbuatan
maksiat, karena takut akan siksaan pada hari tersebut.
1. Menghibur orang-orang yang mukmin karena kenikmatan dunia yang luput dari
mereka, lantaran mengharap kenikmatan akhirat dan pahalanya.
1. Beriman kepada hari kebangkitan merupakan pangkal kebahagiaan individu dan
masyarakat. Karena apabila manusia beriman bahwasanya Allah akan membangkitkan
seluruh makhluk setelah kematian mereka dan membalas seluruh amal mereka serta
mengambil hak orang yang didzalimi dari orang yang mendzalimi hingga dari binatang
sekalipun, maka ia akan istiqamah taat kepada Allah , dengan demikian akan lenyaplah
kejahatan dan akan tersebarlah kebaikan di masyarakat serta akan membahana keutamaan dan
ketenangan.
Rukun keenam:
Beriman kepada taqdir

1. Definisi taqdir dan urgensi beriman kepadanya:


Taqdir adalah: ketentuan Allah untuk seluruh yang ada sesuai dengan ilmu dan
hikmah-nya. Taqdir ini kembali kepada kudrat (kekuasaan) Allah , sesungguhnya dia
atas segala sesuatu maha kuasa, dan berbuat apa yang dikehendaki-nya.
Iman kepada taqdir merupakan bagian dari iman kepada rububiyah Allah
subhanahu wataala dan merupakan salah satu dari rukun iman yang tidak akan sempurna
keimanan seseorang tanpanya. Allah berfirman:
      
“sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (qs.al-qomar:
49).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ‫ِّس َو ْال َعجْ ِز‬
ِ ‫ أَوْ ال َكي‬،‫ِّس‬
ِ ‫َر َحتَّى ال َعجْ ِز َو ْال َكي‬ ْ ‫(( ُكلُّ ش‬
ٍ ‫َي ٍء بِقَد‬
“segala sesuatu sudah ditaqdirkan hingga orang yang lemah dan cerdik atau orang
cerdik dan lemah.” (hr. Muslim).
1. Tingkatan taqdir:
Tidak sempurna keimanan kepada taqdir kecuali dengan meyakini empat tingkatan:
Pertama: beriman kepada ilmu Allah yang azali, yang meliputi segala sesuatu. Allah
berfirman:
              
      
“apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja yang
ada di langit dan di bumi? Bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (lauh
mahfudz). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah .” (qs.al-hajj:70).
Kedua: beriman kepada penulisan ilmu Allah atas taqdir segala sesuatu di lauh mahfudz.
Allah berfirman:
        
“tiadalah kami alpakan sesuatupun di dalam al kitab.” (qs.al-an’am:38).
Rasulullah shallAllah u alaihi wa sallam bersabda:
)) ‫ض بِخَ ْم ِسيْنَ أَ ْلفَ َسنَ ٍة‬
َ ْ‫ت َواألَر‬ َ ُ‫ق قَب َْل أَ ْن يَ ْخل‬
ِ ‫ق ال َّس َم َوا‬ ِ ِ‫َب هللاُ َمقَا ِدي َْر الخَ الَئ‬
‚َ ‫(( َكت‬
“Allah telah menulis taqdir (ketentuan yang akan berlaku kepada) seluruh makhluk
sebelum dia menciptakan langit dan bumi lima puluh ribu tahun.” (hr. Muslim).
Ketiga: beriman kepada kehendak Allah yang pasti terlaksana dan kekuasaan-nya yang
menyeluruh. Allah berfirman:
         
“dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki
Allah , tuhan semesta alam.” (qs.at-takwir: 29).
Rasulullah shallAllah u alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang berkata kepada
beliau: “atas kehendak Allah dan kehendakmu”:
)) ُ‫(( أَ َج َع ْلتَنِ ْي هَّلِل ِ نِ ًّدا بَلْ َما شَا َء هللاُ َوحْ َده‬
“apakah kamu menjadikan aku sebagai sekutu bagi Allah ? Tetapi (katakanlah): hanya
atas kehendak Allah saja.” (hr. Ahmad).
Keempat: beriman bahwa Allah adalah pencipta segala sesuatu. Allah berfirman:
           
“Allah adalah pencipta segala sesuatu dan dia memelihara segala sesuatu.” (qs.az-
zumar: 62).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman:
     
“padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (qs.ash-
shaffat:96).
Rasululullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
)) ُ‫ص ْن َعتَه‬ َ ‫(( إِنَّ هللاَ يَصْ نَ ُع ُك َّل‬
ُ ‫صانِ ٍع َو‬
“sesungguhnya Allah lah yang menciptakan setiap orang yang bekerja dan
pekerjaannya itu.” (hr. Bukhari).
1. Macam-macam taqdir:
i. Taqdir umum untuk seluruh makhluk, dan Allah menulisnya di lauh mahfudz
lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.
ii. Taqdir sepanjang umur, yaitu setiap yang terjadi pada seorang hamba dari sejak
ditiupkan ruh kepadanya hingga akhir ajalnya.
iii. Taqdir tahunan, yaitu taqdir terhadap apa yang akan terjadi setiap tahun, ia
ditentukan pada malam lailatul qadar setiap tahun. Allah berfirman:
      
“pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (qs.ad-dukhan: 4).
iv. Taqdir harian, yaitu taqdir terhadap apa yang terjadi setiap hari, berupa mulia
dan hina, diberi dan tidak, hidup dan mati dan lain sebagainya. Allah berfirman:
            
“semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-nya. Setiap waktu dia
dalam kesibukan.” (qs.ar-rahman:29).
1. Aqidah salaf dalam masalah taqdir
Sesungguhnya Allah adalah pencipta segala sesuatu, pengatur dan pemiliknya, dia
telah mentaqdirkan semua ketentuan yang akan berlaku terhadap seluruh makhluk
sebelum menciptakan mereka, baik berupa ajal, rezki, amalan dan akhir dari kehidupan
mereka berupa kebahagiaan atau kesengsaraan, semuanya sudah tercatat di lauh mahfudz.
Segala apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi dan segala yang tidak dia kehendaki
tidak akan terjadi, dia mengetahui yang telah terjadi, yang sedang dan akan terjadi, kalau
seandainya terjadi dia tahu bagaimana akan terjadi. Dia maha kuasa atas segala sesuatu,
memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang dia
kehendaki. Dan setiap hamba memiliki keinginan dan kemampuan untuk berbuat
sebagaimana yang telah ditaqdirkan Allah bagi mereka, dengan keyakinan bahwa
seorang hamba tidak berkeinginan kecuali apabila Allah menginginkan. Allah
berfirman:
         
 
“dan orang –orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar-benar
akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami.” (qs.al-ankabut: 69).
Dan sesungguhnya Allah adalah pencipta seluruh hamba dan perbuatan mereka, dan
merekalah pelaku perbuatan tersebut. Maka tidak ada hujjah bagi siapapun yang
meninggalkan kewajiban atau melakukan hal yang diharamkan, tetapi Allah lah yang
memiliki hujjah yang benar atas hamba-nya. Boleh berhujjah dengan taqdir atas musibah
yang menimpa, bukan atas kejelekan dan dosa yang diperbuat. Sebagaimana yang pernah
disabdakan oleh rasul shallAllah u alaihi wasallam tentang hujjah musa kepada adam:
ْ‫ أَ ْنتَ ُموْ َس‚ى الَّ ِذي‬:‫‚ال لَ‚هُ آ َد ُم‬
َ ‚َ‫ فَق‬،‫الجنَّ ِة‬ ِ َ‫ أَ ْنتَ آ َد ُم الَّ ِذيْ أَ ْخ َر َج ْتك‬:‫ال ُموْ َسى‬
َ َ‫خَط ْيئَتُكَ ِمن‬ َ َ‫ فَق‬،‫(( ت ََحا َّج آ َد ُم َو ُموْ َسى‬
َ َ‫اصْ طَفَاكَ هللاُ بِ ِر َسالَتِ ِه َوبِ َكالَ ِم ِه ثُ َّم تَلُوْ ُمنِ ْي َعلَى أَ ْم ٍر قَ ْد قُد َِّر َعلَ َّي قَب َْل أَ ْن أُ ْخل‬
)) ‫ق فَ َح َّج آ َد ُم ُموْ َسى‬
“adam dan musa pernah saling berhujjah, musa berkata: kamu hai adam yang telah
diusir dari surga karena dosamu. Maka adampun berkata kepadanya: “kamu hai musa
yang telah Allah pilih dengan risalah-nya dan kalam-nya, kemudian kamu mencelaku
terhadap suatu urusan yang telah ditaqdirkan untukku sebelum aku diciptakan. Maka
adampun mengalahkan hujjah musa.” (hr. Muslim).
1. Perbuatan hamba.
Perbuatan yang Allah ciptakan di alam ini terbagi dua:
Pertama: perbuatan-perbuatan yang diberlakukan oleh Allah ta’ala terhadap makhluk-
nya, maka dalam hal ini tidak ada pilihan dan kehendak bagi seorangpun, tetapi semuanya atas
kehendak Allah . Seperti mematikan, menghidupkan, sakit dan sehat. Allah berfirman:
     
“padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat itu.” (qs.ash-
shaffat:96).
Dalam firman-nya yang lain:
          
“yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang
lebih baik amalnya.” (qs.al-mulk:2).
Kedua: apa yang dikerjakan oleh seluruh makhluk yang memiliki iradah (kehendak), hal
ini terjadi atas pilihan dan kehendak para pelakunya, karena Allah telah menjadikan hal itu
pada diri mereka. Allah berfirman:
      
“yaitu bagi siapa di antara kamu yang hendak menempuh jalan yang lurus.” (qs.at-
takwir:28).
Dan dalam firman-nya yang lain:
        
“maka barang siapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barang siapa yang
hendak (kafir) biarlah ia kafir.” (qs.al-kahfi:29).
Dengan demikian mereka akan dipuji atas perbuatan yang terpuji dan akan dicela atas
perbuatan yang tercela. Dan Allah tidak menghukum hamba, kecuali pada perbuatan yang
mana mereka memiliki pilihan dan kehendak di sana. Sebagaimana yang Allah firmankan:
     
“dan aku sekali-kali tidak menganiaya hamba-hamba-ku.” (qs.qaaf:29).
Dan manusia mampu membedakan antara perbuatan yang dilakukan karena pilihan
sendiri dan perbuatan yang terpaksa terjadi. Seseorang yang turun dari atap rumah dengan
tangga adalah merupakan perbuatan yang didasari kehendak, dan seseorang yang jatuh
dilemparkan oleh orang lain dari atap adalah merupakan perbuatan yang terpaksa terjadi.
1. Korelasi antara penciptaan Allah dan perbuatan hamba
Allah yang telah menciptakan hamba dan perbuatannya, serta memberinya kehendak dan
kemampuan, maka hamba adalah pelaku perbuatan yang sebenarnya, dan dialah yang
melangsungkannya; karena dia memiliki kehendak dan kemampuan. Jika dia beriman maka
itu adalah dengan kehendak dan kemauannya, dan jika dia kafir maka itu juga berdasarkan
kehendak dan kemauannya. Sebagaimana perkataan kita: buah ini dari pohon ini, tanaman ini
dari tanah ini; bermakna bahwa hal tersebut terjadi dari benda tadi dan juga dari Allah yang
telah menciptakan hal tersebut dari benda tadi. Maka tidak ada hal yang berlawanan di antara
keduanya, dengan demikian ada keselarasan antara syari’at Allah dan taqdir-nya. Allah
berfirman:
     
“padahal Allah lah yang menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.” (qs. Ash-
shaffat:96).
Dan firman-nya yang lain:
         
         
  
“adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup
serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan baginya (jalan)
yang sukar.” (qs.al-lail:5-10).
1. Kewajiban seorang hamba terhadap taqdir.
Seorang hamba memiliki dua kewajiban terhadap masalah taqdir:
Pertama: memohon pertolongan Allah untuk bisa melaksanakan perbuatan yang
diperintahkan dan menjauhi yang dilarang, juga berdo’a agar dimudahkan serta dijauhkan dari
kesulitan dan bertawakal kepada-nya serta memohon perlindungan kepada-nya. Dengan
demikian ia memiliki ketergantungan kepada Allah dalam usahanya untuk melakukan
kebaikan dan meninggalkan kejahatan. Rasulullah shallAllah u ‘alahi wa sallam bersabda:
: ْ‫ص‚‚‚‚‚‚ابَكَ َش‚‚‚‚‚‚ ْي ٌء فَالَ تَقُ‚‚‚‚‚‚ل‬ َ َ‫ْج‚‚‚‚‚‚ ْز َوإِ ْن أ‬َ ‫اس‚‚‚‚‚‚ت َِع ْن ِباهللِ َوالَ تَع‬
ْ ‫ُ‚‚‚‚‚‚ك َو‬
‚َ ‫(( اِحْ‚‚‚‚‚‚ ِرصْ َعلَى َم‚‚‚‚‚‚ا يَ ْنفَع‬
ُ ‫لَوْ أَنِّ ْي فَ َع ْل‬
ِ َ‫ فَإِنَّ لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْيط‬،‫ قَد ََّر هللاُ َو َما شَا َء فَ َع َل‬: ْ‫ت َك َذا َو َك َذا لَ َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُل‬
))‫ان‬
“berusahalah untuk sesuatu yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada
Allah dan jangan kamu lemah, dan jika kamu ditimpa suatu musibah maka jangan kamu
berkata: kalau saja saya berbuat begitu dan begini maka pasti hasilnya akan begini dan
begitu. Tetapi katakanlah: Allah telah mentaqdirkannya dan apa yang dia kehendaki pasti
akan dia lakukan. Karena sesungguhnya berandai-andai akan membuka amal setan.”
Kedua: harus bersabar menerima apa yang telah ditaqdirkan dan tidak gelisah, serta
mengetahui bahwa hal itu dari Allah supaya ia rela dan pasrah. Serta mengetahui bahwa apa
yang akan menimpanya pasti terjadi, dan apa yang tidak akan menimpanya juga pasti tidak
menimpanya. Sebagaimana sabda nabi:
ِ ‫صابَكَ لَ ْم يَ ُك ْن لِي ُْخ ِطئَكَ َو َما أَ ْخطَأَكَ لَ ْم يَ ُك ْن لِي‬
)) َ‫ُص ْيبَك‬ َ َ‫(( َوا ْعلَ ْم أَنَّ َما أ‬
“dan ketahuilah bahwa apa yang akan menimpamu pasti akan terjadi dan apa yang tidak
akan menimpamu juga pasti tidak akan menimpamu.”
1. Ridha dengan qadha dan qadar
Ridha terhadap taqdir adalah suatu keharusan; karena itu merupakan kesempurnaan
ridha dengan rububiyah Allah . Maka setiap mukmin harus ridha dengan qadha’ Allah ;
karena perbuatan Allah dan qadha’-nya semua baik dan adil serta hikmah, barangsiapa
yang dirinya meyakini bahwa apa saja yang akan menimpanya tidak akan meleset dan apa
yang tidak akan menimpanya pasti tidak akan menimpanya, dia akan terlepas dari rasa
bingung dan ragu-ragu serta kegelisahan, dan kegoncangan dalam hidupnya pun akan
lenyap. Maka dia tidak akan bersedih atas apa yang luput darinya, dan tidak takut dengan
masa depannya, dengan demikian dia akan menjadi manusia paling bahagia, memiliki
jiwa yang paling baik dan mempunyai pikiran yang paling tenang.
Barangsiapa yang menyadari bahwa ajalnya sudah ditentukan, rezkinya sudah
dibatasi, rasa takut tidak akan menambah umurnya, dan kekikiran tidak akan menambah
rezkinya, karena semuanya telah dicatat, maka dia akan bersabar atas segala musibah
yang menimpa, dan beristighfar atas segala dosa dan kemaksiatan yang telah dilakukan,
serta ridha dengan taqdir Allah , dengan demikian dia telah menggabungkan antara
mentaati perintah Allah dan bersabar terhadap segala musibah. Allah berfirman:
              
    
“tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin
Allah ; dan barang siapa yang beriman kepada Allah , nicaya dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya. Dan Allah maha mengetahui segala sesuatu.” (qs.at-
taghabun:11).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
        
“maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar dan
mohonlah ampunan untuk dosamu.” (qs.al-mukmin: 55).
1. Hidayah ada dua macam:
Pertama: hidayah bimbingan dan arahan kepada kebenaran, ini untuk semua makhluk.
Hidayah inilah yang sanggup dilakukan oleh para rasul dan pengikut mereka. Allah
berfirman:
      
“dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
(qs.asy-syura:52).
Kedua: hidayah taufik dan tastbit (keteguhan hati) dari Allah . Hidayah ini adalah
anugerah dan karunia dari Allah untuk hamba-hamba-nya yang bertakwa. Hidayah ini hanya
dimiliki oleh Allah , tidak ada yang sanggup memberikannya kecuali dia. Allah berfirman:
            
“sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah lah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-nya.” (qs.al-
qashash:56).
10. Iradah (kehendak) di dalam kitab Allah ada dua macam:
Pertama: iradah kauniyah qadariyah, yaitu kehendak yang meliputi semua yang ada, apa
saja yang Allah kehendaki pasti akan terjadi, dan apa yang tidak dikehendaki-nya pasti tidak
akan terjadi. Iradah ini memastikan terjadinya apa yang dimaksud, tetapi tidak berarti hal
tersebut pasti dicintai dan diridhai, kecuali jika berhubungan dengan iradah syar’iyyah. Allah
berfirman:
          
“barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya
dia melapang-kan dadanya untuk (memeluk agama) islam.” (qs.al-an’am:125).
Kedua: iradah diniyah syar’iyah, yaitu kecintaan terhadap suatu yang dimaksud dan
terhadap pelakunya serta ridha kepada mereka, tetapi tidak berarti hal yang dimaksud tersebut
pasti terjadi, kecuali jika dibarengi dengan iradah kauniyah. Allah berfirman:
         
“Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
(al-baqarah:185).
Iradah kauniyah lebih umum, karena setiap segala yang dimaksud secara syar’i yang
terjadi berarti hal tersebut dikehendaki secara kauniyah, dan tidaklah setiap yang
dimaksudkan secara kauni yang terjadi berarti dimaksudkan secara syar’i.
Iman abu bakar radhiAllah u anhu misalnya, terjadi padanya dua iradah. Sedangkan
contoh yang terjadi padanya iradah kauniyah saja walaupun dimaksudkan juga secara
iradah syar’iyah adalah imannya abu jahal. Maka walaupun Allah menghendaki
terjadinya kemaksiatan secara taqdir dan menginginkannya secara kauniyah, tetapi dia
tidak menginginkannya secara syar’iyah dan dien, Allah tidak menyukainya dan tidak
memerintahkannya. Bahkan dia membenci, dan melarangnya serta mengancam
pelakunya. Semua itu masuk dalam taqdirnya.
Adapun ketaatan dan keimanan, maka Allah mencintai dan memerintahkannya
bahkan menjanjikan untuk pelakunya pahala dan balasan yang baik. Seseorang tidak akan
berbuat maksiat kepada Allah subhanahu wataala kecuali atas kehendak-nya, tidak ada
yang terjadi kecuali atas kehendak-nya, firman-nya:
     
“dan dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-nya.” (qs.az-zumar:7).
Juga firman-nya:
     
“dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (qs.al-baqarah:205).
11. Sebab-sebab yang dapat menolak taqdir.
Allah subhanahu wata’ala menjadikan beberapa hal yang mampu menolak
terjadinya taqdir dan mengangkatnya, yaitu berupa do’a, sadaqah, obat-obatan, kehati-
hatian dan tekad, karena hakikat semuanya itu adalah qadha’ dan taqdir Allah hingga
kepandiran dan kepintaran.
12. Masalah taqdir adalah rahasia Allah pada makhluknya.
Pernyataan bahwa taqdir adalah merupakan rahasia Allah pada makhluk-nya,
terbatas pada aspek yang tersembunyi pada qadar. Hakikat dari segala sesuatu tidak ada
yang mengetahuinya kecuali Allah semata, dan tidak dapat diketahui oleh manusia,
seperti bahwasanya Allah menyesatkan, memberi petunjuk, menghidupkan, mematikan,
memberi, menahan. Sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah shallAllah u ‘alaihi
wa sallam:
)) ‫(( إِ َذا ُذ ِك َر ْالقَ َد ُر فَأ َ ْم ِس ُكوْ ا‬
“jika disebut tentang taqdir maka diamlah kalian.” (hr. Muslim).
Adapun aspek-aspek lain dari taqdir, berupa hikmahnya yang besar, tingkatannya,
derajatnya dan dampaknya, semua ini termasuk hal yang bisa dijelaskan kepada manusia
dan boleh diketahuinya, karena taqdir adalah salah satu dari rukun iman yang harus
diketahui dan dipelajari. Sebagaimana yang disabdakan oleh rasulullah shallAllah u
‘alaihi wa sallam ketika menjelaskan rukun-rukun iman kepada jibril:
)) ‫(( هَ َذا ِجب ِْر ْي ُل أَتَا ُك ْم يُ َعلِّ ُم ُك ْ‚م ِد ْينَ ُك ْم‬
“ini adalah jibril yang datang kepada kamu untuk mengajarkan agama kamu.” (hr.
Muslim).
13. Beralasan dengan taqdir.
Ilmu Allah ta’ala terhadap apa yang akan terjadi merupakan hal yang gaib, tidak ada
yang tahu kecuali dia, tidak seorangpun di antara hamba yang mengetahuinya, maka tidak
ada alasan bagi seseorang untuk berhujjah dengan taqdir, dan tidak boleh meninggalkan
amal dengan bersandar kepada taqdir. Taqdir tidak bisa dijadikan oleh seorang hamba
sebagai hujjah atas Allah , juga atas sesama makhluk, karena kalau seseorang boleh
beralasan dengan taqdir atas kejahatan yang dia lakukan, maka orang yang dzalim tidak
bakal akan dihukum, orang musyrik tidak akan dibunuh, tidak akan ada penegakan
hukum, dan si dzalim tidak bisa dilarang dari kedzalimannya, dan ini adalah kerusakan
nyata dan berbahaya bagi agama dan kehidupan dunia.
Kita katakan kepada yang beralasan dengan taqdir: kamu tidak mempunyai ilmu yang
pasti bahwa kamu termasuk ahli surga atau neraka, kalau kamu mempunyai ilmu itu kita
tidak akan memerintahkanmu dan tidak melarangmu, tetapi beramAllah semoga Allah
memberikan taufik-nya kepadamu dan menjadikanmu termasuk ahli surga.
Sebagian sahabat berkata setelah mendengar hadist-hadist tentang taqdir: “sekarang
saya lebih bersungguh-sungguh (beribadah) dibandingkan dahulu.”
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda ketika ditanya tentang beralasan
dengan taqdir: “beramAllah , karena setiap kalian akan dimudahkan untuk menuju
taqdirnya (apa yang telah ditentukan untuknya), barangsiapa yang dicatat sebagai orang
yang bahagia dia akan dimudahkan untuk beramal amalan orang yang akan bahagia,
dan barang siapa yang dicatat sebagai orang yang celaka dia akan dimudahkan untuk
mengerjakan perbuatan orang yang celaka. Kemudian beliau membaca:
         
          
 
“adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah ) dan bertakwa, dan
membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka kami kelak akan menyiapkan
baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya
cukup serta mendustakan pahala yang terbaik, maka kelak kami akan menyiapkan
baginya (jalan) yang sukar.” (qs.al-lail:5-10).
14. Melakukan sebab (ikhtiyar).
Hal-hal yang menimpa seorang hamba ada dua:
Pertama: hal yang mungkin diselesaikan (ada jalan keluarnya) maka janganlah dia lemah
dalam berusaha untuk mencari penyelesaiannya.
Kedua: hal yang tidak mungkin dia cari penyelesaiannya (jalan keluarnya), maka dalam
hal ini dia tidak perlu gelisah. Karena Allah subhanahu wata’ala mengetahui seluruh
musibah sebelum ia terjadi, dan ilmu Allah tentang musibah itu bukan berarti dialah yang
telah menjatuhkan hamba tersebut ke dalam musibah, akan tetapi musibah itu terjadi karena
sebab yang menyebabkan terjadinya musibah tersebut. Kalau musibah itu menimpanya karena
dia mengabaikan sebab-sebab dan faktor-faktor yang akan membuat dia terlindung dari
musibah dan hal itu diperintahkan dalam agama, maka dialah yang bersalah karena tidak
berusaha mewujudkan sebab-sebab yang akan melindunginya dari musibah tersebut. Adapun
musibah yang dia sendiri tidak sanggup mengatasinya maka dia bisa ditolerir.
Mengusahakan sebab tidak berlawanan dengan taqdir dan tawakal bahkan ia
termasuk dalam bagiannya. Akan tetapi jika taqdir telah terjadi, maka dia wajib ridha dan
berserah diri, serta kembali kepada perkataan:
)) ‫(( قَد ََّر هللاُ َو َما شَا َء فَ َع َل‬
“Allah telah mentaqdirkan, apa yang dia kehendaki pasti terjadi.”
Adapun sebelum taqdir itu terjadi, maka tugas seorang hamba adalah berusaha untuk
menjalani sebab yang masyru’, dan menolak taqdir dengan taqdir. Para nabi dulu juga
mengusahakan sebab dan sarana yang akan melindungi mereka dari musuh-musuh
mereka, padahal mereka itu diperkuat dengan mu’jizat dan penjagaan dari Allah .
Demikian juga rasulullah shallAllah u alaihi wasallam sebagai pemimpin orang-orang
yang bertawakal, berusaha untuk mengambil sebab walaupun beliau adalah orang yang
paling kuat tawakkalnya. Allah berfirman:
           
   
“dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi
dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan perisapan itu) kamu
menggentarkan musuh Allah dan musuhmu.” (qs.al-anfal: 60).
Dalam ayat lain Allah berfirman :
           
    
“dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala
penjuru dan makanlah sebahagian dari rezki-nya. Dan hanya kepada-nyalah kamu
(kembali setelah) dibangkitkan.” (qs.al-mulk:15).
Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
ِ‫اس ‚ت َِع ْن ِباهلل‬ ‚َ ‚‫اِحْ ِرصْ َعلَى َما يَ ْنفَ ُع‬،ٌ‫ْف َوفِ ْي ُكلٍّ خَ ْير‬
ْ ‫‚ك َو‬ ِ ‫(( ال ُم ْؤ ِمنُ القَ ِويُّ خَ ْي ٌر َوأَ َحبُّ ِإلَى هللاِ ِمنَ ال ُم ْؤ ِم ِن الض َِّعي‬
: ْ‫ص‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚ابَكَ َش‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚ ْي ٌء فَالَ تَقُ‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚ل‬ َ َ‫ْج‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚‚ ْز َوإِ ْن أ‬
َ ‫َوالَ تَع‬
ُ ‫لَوْ أَنِّ ْي فَ َع ْل‬
ِ َ‫ فَإِنَّ لَوْ تَ ْفتَ ُح َع َم َل ال َّش ْيط‬،‫ قَد ََّر هللاُ َو َما شَا َء فَ َع َل‬: ْ‫ت َك َذا َو َك َذا لَ َكانَ َك َذا َو َك َذا َولَ ِك ْن قُل‬
))‫ان‬
“mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang
lemah dan pada masing-masing ada kebaikan, berusahalah untuk apa saja yang
bermanfaat bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah dan janganlah kamu lemah.
Dan jika kamu ditimpa sesuatu musibah maka jangan kamu berkata: seandainya aku
berbuat begini pasti akan begini dan begitu, akan tetapi katakanlah: Allah telah
mentaqdirkan, apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi, karena berandai-berandai itu
membuka amalan setan.” (hr. Muslim).
15. Hukum bagi yang menginkari taqdir.
Barangsiapa yang menginkari taqdir, sungguh ia telah menginkari salah satu landasan
pokok syari’ah dan ia telah kafir karenanya. Sebagian ulama’ salaf berkata: “debatlah
qadariyah dengan ilmu, jika mereka mengingkarinya maka mereka telah kafir, dan jika
mereka mengakuinya maka mereka membantah.”
16. Hikmah beriman kepada taqdir
Beriman kepada taqdir membuahkan hasil dan dampak yang baik untuk umat dan
individu, diantaranya:
1. Akan membuahkan berbagai macam amal saleh dan sifat yang terpuji, seperti
ikhlas, tawakal, rasa takut dan pengharapan kepada Allah , berbaik sangka kepada-nya, sabar
dan tabah, menghilangkan rasa putus asa, ridha dengan Allah , hanya bersyukur kepada Allah
, dan senang dengan karunia dan rahmat-nya, tawadhu’ kepada-nya, meninggalkan
kesombongan dan keangkuhan, mendorong untuk berinfak di jalan kebaikan karena tsiqah
(percaya) kepada Allah , berani, qana’ah (menerima yang ada) dan memiliki harga diri, tekad
yang tinggi, tegas, kesungguhan dalam segala permasalahan, bersikap menengah dalam suka
atau duka, selamat dari hasad dan penolakan, bebasnya akal dari khurafat dan berbagai
kebatilan, kelapangan jiwa dan ketenangan hati.
1. Seorang mukmin dengan taqdir akan berjalan dalam hidupnya di atas jalan
kebenaran, nikmat tidak akan membuat dia menjadi sombong, dan musibah tidak akan
membuat dia berputus asa serta meyakini bahwa segala kesulitan yang menimpanya adalah
merupakan taqdir dan ujian dari Allah , dengan demikian dia akan bersabar dan tabah dan
tidak akan gelisah.
1. Beriman kepada taqdir, melindunginya dari sebab-sebab yang menjerumuskan
kepada kesesatan dan suul khatimah (pengakhiran hidup yang jelek), karena taqdir membuat
seseorang senantiasa bersungguh-sungguh untuk istiqamah, memperba-nyak amal saleh dan
menjauhi kemaksiatan dan penyebab kehancuran.
1. Menumbuhkan pada jiwa orang-orang beriman keteguhan hati dan keyakinan
yang mantap disamping mengusahakan sebab dalam menghadapi musibah dan berbagai
kesulitan. Rasulullah shallAllah u alaihi wasallam bersabda:
َ َ‫ ِإ ْن أ‬،‫ْس َذلِكَ ِإالَّ ِل ْل ُم ْؤ ِم ِن‬
،ُ‫صابَ ْتهُ َسرَّا ُء َشك ََر فَ َكانَ خَ يْرً ا لَه‬ َ ‫(( ع ََجبًا أِل َ ْم ِر ال ُم ْؤ ِم ِن إِنَّ أَ ْم َرهُ ُكلَّهُ لَهُ خَ ْي ٌر َولَي‬
)) ُ‫صبَ َر فَ َكانَ خَ يْرً ا لَه‬ َ ‫ضرَّا ُء‬ َ َ‫َوإِ ْن أ‬
َ ُ‫صابَ ْته‬
“sungguh mengherankan urusan seorang mukmin, sesungguhnya semua urusannya baik
dan hal itu tidak dimiliki kecuali oleh mukmin, jika ia mendapatkan nikmat ia bersyukur dan
itu baik buat dia, dan jika mendapatkan musibah ia bersabar maka hal itupun baik untuknya.
(hr. Muslim).


‫معنى اإلسالم واإليمان‬
Makna islam dan iman
Syaikh muhammad bin abdullah at tuwaijry

Editor
Eko haryanto abu ziyad

Makna islam dan iman


Tidak ada keberuntungan bagi umat manusia di dunia dan akhirat kecuali dengan
islam. Kebutuhan mereka terhadapnya melebihi kebutuhan terhadap makanan, minuman,
dan udara. Setiap manusia membutuhkan syari'at. Maka, dia berada di antara dua
gerakan: gerakan yang menarik kepada perkara yang berguna dan gerakan yang menolak
mara bahaya. Islam adalah penerang yang menjelaskan perkara yang bermanfaat dan
berbahaya.
Agama islam ada tiga tingkatan: islam, iman dan ihsan. Dan setiap tingkatan
mempunyai rukun.
Perbedaan di antara islam, iman dan ihsan
Islam dan iman bila disebutkan secara bersamaan, maka yang dimaksud dengan
islam adalah amal perbuatan yang nampak, yaitu rukun islam yang lima, dan pengertian
iman adalah amal perbuatan yang tidak nampak, yaitu rukun iman yang enam. Dan bila
hanya salah satunya (yang disebutkan) maka maksudnya adalah makna dan hukum
keduanya.
Ruang lingkup ihsan lebih umum daripada iman, dan iman lebih umum daripada
islam. Ihsan lebih umum dari sisi maknanya; karena ia mengandung makna iman.
Seorang hamba tidak akan bisa menuju martabat ihsan kecuali apabila ia telah
merealisasikan iman dan ihsan lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli ihsan adalah
segolongan ahli iman. Maka, setiap muhsin adalah mukmin dan tidak setiap mukmin
adalah muhsin.
Iman lebih umum daripada islam dari maknanya; karena ia mengandung islam.
Maka, seorang hamba tidak akan sampai kepada tingkatan iman kecuali apabila telah
merealisasikan islam dan iman lebih spesifik dari sisi pelakunya; karena ahli iman adalah
segolongan dari ahli islam (muslim), bukan semuanya. Maka, setiap mukmin adalah
muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin.

Pengertian islam
Islam adalah berserah diri kepada Allah ‫ سبحانه و تعالي‬dengan tauhid dan tunduk
kepada-nya dengan taat dan berlepas diri dari perbuatan syirik dan pelakunya.
Barangsiapa yang berserah diri kepada Allah ‫ سبحانه و تعالي‬saja, maka dia adalah seorang
muslim. Dan barangsiapa yang berserah diri kepada Allah ‫ سبحانه و تعالي‬dan yang lainnya,
maka dia adalah seorang musyrik. Dan barangsiapa yang tidak berserah diri kepada Allah
‫سبحانه و تعالي‬, maka dia seorang kafir yang sombong.
Rukun-islam
Rukun islam ada lima:
Dari ibnu umar ‫رضي هللا عنهما‬, ia berkata, "rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,
ِّ‫الص ‚اَل ِة َوإِيتَ‚‚ا ِء ال َّز َك‚‚ا ِة َو ْال َحج‬ ِ ‚َ‫س َش ‚هَا َد ِة أَ ْن اَل إِلَ ‚هَ ِإاَّل هَّللا ُ َوأَنَّ ُم َح َّمدًا َر ُس ‚و ُل هَّللا ِ َوإِق‬
َّ ‫‚ام‬ ٍ ‫بُنِ َي اإْل ِ ْس ‚اَل ُم َعلَى خَ ْم‬
َ‫َوصَوْ ِم َر َمضَان‬
'Islam dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tidak ada ilah (yang berhak
disembah) selain Allah dan muhammad adalah utusan Allah ‫سبحانه و تعالي‬, mendirikan
shalat, menunaikan zakat, berhaji, dan puasa ramadhan." muttafaqun 'alaih.1

Pengertian syahadah (laailaaha illAllah )


Manusia mengakui dengan lisan dan hatinya bahwa tidak ada yang berhak
disembah selain Allah ‫سبحانه و تعالي‬, dan sesembahan-sesembahan selain dia ‫سبحانه و تعالي‬,
maka ketuhanannya adalah batil dan ibadahnya juga batil. Kalimah syahadah tersebut
mengandung nafi (meniadakan/menolak) dan itsbat (menetapkan). (laa ilaaha), artinya
menolak semua yang disembah selain Allah ‫سبحانه و تعالي‬, (illAllah ) adalah menetapkan
ibadah kepada Allah ‫ سبحانه و تعالي‬saja, tidak ada sekutu bagi-nya dalam menyembah-
nya, seperti tidak ada sekutu bagi-nya dalam kerajaan-nya.

Pengertian syahadah (muhammad rasulullah)


Taat kepada nabi ‫ ص‚‚لي هللا علي‚‚ه وس‚‚لم‬dalam perintahnya, membenarkan beritanya,
menjauhi yang dilarangnya, dan dia tidak menyembah alah ‫ سبحانه و تعالي‬kecuali dengan
cara yang disyari'atkannya.

Iman
Iman: engkau beriman kepada Allah ‫سبحانه و تعالي‬, malaikat-nya, kitab-kitab-nya,
rasul-rasul-nya, hari kiamat, dan engkau beriman kepada qadar (ketentuan) baik dan
buruknya.
Iman adalah ucapan dan perbuatan. Ucapan hati dan lisan, dan amal hati, lisan dan
anggota tubuh, iman itu bertambah dengan taat dan berkurang dengan maksiat.

Cabang-cabang iman
Dari abu hurairah ‫رضي هللا عنه‬, ia berkata, "rasulullah ‫ صلي هللا علي‚‚ه وس‚‚لم‬bersabda,
'iman terbagi lebih dari tujuh puluh atau enam puluh cabang. Yang paling utama adalah
ucapan laailaa ha illAllah dan yang terendah adalah menyingkirkan gangguan dari
jalan. Dan sifat malu termasuk satu cabang dari iman." hr. Muslim2

1
HR. Bukhari no. 8 dan ini adalah lafazhnya dan Muslim no. 16
2
HR. Muslim no. 35
Tingkatan-tingkatan iman
Iman itu memiliki rasa, manis dan hakekat.
1. Adapun rasanya iman, maka nabi ‫ صلي هللا عليه وسلم‬menjelaskan dengan sabda-nya:
‫ض َي بِاهَّلل ِ َربًّا َوبِاإْل ِ سْاَل ِم ِدينًا َوبِ ُم َح َّم ٍد َر ُسواًل‬ ِ ‫ق طَ ْع َم اإْل ِ ي َم‬
ِ ‫ان َم ْن َر‬ َ ‫َذا‬
"yang merasakan nikmatnya iman adalah orang yang ridha kepada Allah sebagai
3
rabb (tuhan), islam sebagai agama, dan muhammad sebagai rasul." hr. Muslim
2. Adapun manisnya iman, maka nabi ‫ صلي هللا عليه وسلم‬menjelaskan dengan sabdanya:
ِ ‫ان أَ ْن يَ ُكونَ هَّللا ُ َو َر ُس‚ولُهُ أَ َحبَّ إِلَ ْي‚ ِه ِم َّما ِس‚ َواهُ َما َوأَ ْن ي ُِحبَّ ْال َم‚‚رْ َء اَل ي ُِحبُّهُ إِاَّل هَّلِل‬ ٌ ‫ثَاَل‬
ِ ‫ث َم ْن ُكنَّ فِي ِه َو َج َد َحاَل َوةَ اإْل ِ ي َم‬
ِ َّ‫َوأَ ْن يَ ْك َرهَ أَ ْن يَعُو َد فِي ْال ُك ْف ِر َك َما يَ ْك َرهُ أَ ْن يُ ْق َذفَ ِفي الن‬
‫ار‬
"ada tiga perkara, jika terdapat dalam diri seseorang, niscaya dia merasakan
nikmatnya iman: bahwa Allah dan rasul-nya lebih dicintainya dari apapun selain keduanya,
dia tidak mencintai seseorang kecuali karena Allah dan dia benci kembali kepada kekafiran
sebagaimana dia benci dilemparkan dalam api neraka." muttafaqun 'alaih.
3. Adapun hakekat iman, maka bisa didapatkan oleh orang yang memiliki hakekat agama.
Berdiri tegak memperjuangkan agama, dalam ibadah dan dakwah, berhijrah dan menolong,
berjihad dan berinfak.

a. Firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬:


َ‫ الَّ ِذين‬. َ‫ت َعلَ ْي ِه ْم َءايَاتُ‚هُ زَ ا َد ْتهُ ْم إِي َمانً‚‚ا َو َعلَى َربِّ ِه ْم يَت ََو َّكلُ‚‚ون‬
ْ َ‫ت قُلُ‚‚وبُهُ ْم َوإِ َذا تُ ِلي‬
ْ َ‫‚ر هللاُ َو ِجل‬َ ‚‫ِإنَّ َم‚‚ا ْال ُم ْؤ ِمنُ‚‚ونَ الَّ ِذينَ إِ َذا ُذ ِك‬
‫َري ٌم‬ ٌ ‫ات ِعن َد َربِّ ِه ْم َو َم ْغفِ َرةٌ‚ َو ِر ْز‬
ِ ‫قك‬ ٌ ‫ أُوْ لَئِكَ هُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُونَ َحقًّا لَّهُ ْم د ََر َج‬. َ‫صالَةَ َو ِم َّما َرزَ ْقنَاهُ ْم يُنفِقُون‬ َّ ‫يُقِي ُمونَ ال‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut
nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-nya,
bertambahalah iman mereka (karenanya) dan kepada rabblah mereka bertawakkal, (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rejeki yang kami
berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya.
Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi rabbnya dan ampunan serta
rejeki (nikmat) yang mulia. (qs. Al-anfaal :2-4)

b. Firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬:

3
HR. Muslim no. 34
‫َص‚رُوا أُوْ لَئِ‚‚كَ هُ ُم ْال ُم ْؤ ِمنُ‚‚ونَ َحقًّ‚‚ا لَّهُم‬ َ ‫يل هللاِ َوالَّ ِذينَ َء‬
َ ‫اووْ ا َون‬ َ ‫َوالَّ ِذينَ َءا َمنُ‚وا َوه‬
ِ ‫َ‚اجرُوا َو َجاهَ‚دُوا ِفي َس‚ ِب‬
‫َري ٌم‬ ٌ ‫َّم ْغفِ َرةٌ‚ َو ِر ْز‬
ِ ‫قك‬
Dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah , dan
orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-
orang muhajirin), mereka itulah orang-orang yang benar-benar beriman. Mereka
memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia. (qs. Al-anfal: 74)

c. Firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬:


َ‫هللا أُوْ الَ ِئ‚ك‬
ِ ‫يل‬ ِ ‫هلل َو َرسُو ِل ِه ثُ َّم لَ ْم يَرْ تَابُوا َو َجاهَدُوا ِبأ َ ْم َوا ِل ِه ْم َوأَنفُ ِس‚ ِه ْم ِفي َس‚ ِب‬
ِ ‫إِنَّ َما ْال ُم ْؤ ِمنُونَ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِبا‬
َ‫هُ ُم الصَّا ِدقُون‬
Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman
kepada Allah dan rasul-nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah , mereka itulah orang-orang yang benar. (qs. Al-
hujuraat :15)

Seorang hamba tidak bisa mencapai hakekat iman sehingga dia mengetahui bahwa
apapun yang menimpanya tidak akan luput darinya dan apapun yang luput darinya pasti
tidak akan menimpanya.

Kesempurnaan iman
Cinta yang sempurna kepada Allah ‫ س‚‚‚بحانه و تع‚‚‚الي‬rasul-nya memberikan
konsekuensi adanya sesuatu yang dicintainya. Apabila cinta dan bencinya hanya karena
Allah ‫سبحانه و تعالي‬, yang keduanya adalah amal ibadah hati, dan pemberian dan tidak
memberinya hanya karena Allah ‫سبحانه و تعالي‬, yang keduanya adalah amal ibadah badan,
niscaya hal itu menunjukkan kesempurnaan iman dan kesempurnaan cinta kepada Allah
‫سبحانه و تعالي‬.
Dari abu umamah ‫رضي هللا عنه‬, dari rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda, "barang
siapa cinta karena Allah , memberi karena Allah , dan melarang karena Allah ‫سبحانه و‬
4
‫تعالي‬, niscaya dia telah menyempurnakan iman." hr: abu daud

4
Hasan/ HR. Abu Daud no. 4681, Shahih Sunan Abu Daud no. 3915. Lihat, as-
Silsilah ash-Shahihah no 380
Termasuk perkara-perkara keimanan
 Cinta kepada rasulullah ‫صلي هللا عليه وسلم‬
dari anas bin malik ‫رضي هللا عنه‬, ia berkata, 'rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,
َ‫اس أَجْ َم ِعين‬
ِ َّ‫اَل ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى أَ ُكونَ أَ َحبَّ إِلَ ْي ِه ِم ْن َوا ِل ِد ِه َو َولَ ِد ِه َوالن‬
'Tidak beriman (sempurna) seseorang di antara kamu sehingga aku lebih
dicintainya dari pada ayahnya, anaknya, dan menusia sekalian." muttafaqun 'alaih.5
 Mencintai kaum anshar
dari anas ‫رضي هللا عنه‬, dari nabi ‫صلي هللا عليه وسلم‬, beliau bersabda,
‫ار‬
ِ ‫ص‬َ ‫اق بُ ْغضُ اأْل َ ْن‬
ِ َ‫ار َوآيَةُ النِّف‬
ِ ‫ص‬َ ‫ان حُبُّ اأْل َ ْن‬
ِ ‫آيَةُ اإْل ِ ي َم‬
"tanda iman adalah mencintai kaum anshar dan tanda kemunafikan adalah
membenci kaum anshar."muttafaqun 'alaih6
 Mencintai orang-orang yang beriman
dari abu hurairah ‫رضي هللا عنه‬, ia berkata, 'rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,
َّ ‫ا تَ ْد ُخلُونَ ْال َجنَّةَ َحتَّى تُ ْؤ ِمنُوا َواَل تُ ْؤ ِمنُوا َحتَّى ت ََح‚ ابُّوا أَ َواَل أَدُلُّ ُك ْم َعلَى َش‚ ْي ٍء إِ َذا فَ َع ْلتُ ُم‚‚وهُ‚ ت ََح‚ ابَ ْبتُ ْم أَ ْف ُش‚وا‬
‫الس‚اَل َم‬
‫بَ ْينَ ُك ْم‬
'kamu tidak bisa masuk surga sehingga kamu beriman, dan kamu tidak beriman
sehingga kaum saling mencintai. Maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang apabila
kaum lakukan niscaya kalian saling mencintai, tebarkanlah salam di antara kamu." hr.
Muslim7
 Mencintai saudaranya sesama islam
dari anas bin malik ‫رضي هللا عنه‬, dari nabi ‫صلي هللا عليه وسلم‬, beliau bersabda,
‫ار ِه َما ي ُِحبُّ لِنَ ْف ِس ِه‬ َ َ‫اَل ي ُْؤ ِمنُ أَ َح ُد ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ أِل َ ِخي ِه أَوْ ق‬
ِ ‫ال لِ َج‬
"tidak beriman (sempurna) seseorang kamu sehingga dia mencintai saudaranya –
atau tetangganya- apa yang dia cintai untuknya dirinya." muttafaqun a'alaih8
 Mencintai tetangga dan tamu, serta tidak bicara kecuali tentang yang baik
dari abu hurairah ‫رضي هللا عنه‬, dari rasulullah ‫صلي هللا عليه وسلم‬, beliau bersabda,
‫ارهُ َو َم ْن‬ َ ‚‫‚ر ْم َج‬ِ ‚‫ت َو َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ‚ ِر فَ ْليُ ْك‬
ْ ‫َم ْن َكانَ ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليَقُلْ خَ يْرً ا أَوْ لِيَصْ ُم‬
َ ‫َكانَ ي ُْؤ ِمنُ ِباهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَ ْليُ ْك ِر ْم‬
ُ‫ض ْيفَه‬
"barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik
atau diam. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaklah dia memuliakan tamunya." muttafaqun 'alaih.9
 Memerintahkan yang ma'ruf dan melarang yang mungkar

5
HR. al-Bukhari 15 dan ini adalah lafaznya, dan Muslim no. 44
6
HR. al-Bukhari no. 17 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 74
7
HR. Muslim no 54
8
HR. al-Bukhari no. 14 dan Muslim no. 45, ini adalah lafazhnya.
9
HR. al-Bukhari no (6018) dan Muslim no. 48 dan ini adalah lafazhnya.
dari abu sa'id al-khudri ‫رضي هللا عنه‬, ia berkata, "saya mendengar rasulullah ‫صلي‬
‫ هللا عليه وسلم‬bersabda,
ِ ‫ فَإِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِقَ ْلبِ ِه َو َذلِكَ أَضْ َعفُ ْا ِإل ْي َم‬،‫ فَإ ِ ْن لَ ْم يَ ْست َِط ْع فَبِلِ َسانِ ِه‬،‫َم ْن َرأَى ِم ْن ُك ْم ُم ْنكَراً فَ ْليُ َغيِّرْ هُ بِيَ ِد ِه‬
‫ان‬
'Barang siapa di antara kalian melihat yang mungkar (yang dilarang agama)
hendaklah ia merubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia
merubahnya) dengan lisannya. Jika ia tidak mampu, maka (hendaklah dia merubahnya
dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman." hr. Muslim.10
 Nasehat
dari tamim ad-darimi ‫رضي هللا عنه‬, bahwasanya nabi ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,
‫ هَّلِل ِ َو ِل ِكتَا ِب ِه َو ِل َرسُوْ ِل ِه َوألَ ِئ َّم ِة ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َوعَا َّم ِت ِه ْم‬: ‫ال‬
َ َ‫ قُ ْلنَا ِل َم ْن ؟ ق‬. ُ‫صي َْحة‬
ِ َّ‫ال ِّديْنُ الن‬
" agama adalah nasehat.' kami bertanya, 'untuk siapa?' beliau menjawab, 'untuk
Allah , kitab-nya, rasul-nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat islam secara
umum." hr. Muslim. 11
 Iman adalah amalan yang paling utama
Dari abu hurairah ‫رضي هللا عنه‬, sesungguhnya rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬ditanya:
َ َ‫يل ثُ َّم َما َذا ق‬
‫ال َحجٌّ َم ْبرُو ٌر‬ ِ ِ‫ال ْال ِجهَا ُد فِي َسب‬
َ ِ‫يل هَّللا ِ ق‬ َ ِ‫ال إِي َمانٌ بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه ق‬
َ َ‫يل ثُ َّم َما َذا ق‬ َ ‫أَيُّ ْال َع َم ِل أَ ْف‬
َ َ‫ض ُل فَق‬
'Apakah amalan yang paling utama?' beliau menjawab, 'iman kepada Allah dan
rasul-nya.' beliau ditanya lagi, 'kemudian apa?' beliau menjawab, 'jihad di jalan Allah ,
beliau ditanya lagi, 'kemudian apa?' beliau menjawab, 'haji yang mabrur." muttafaqun
'alaih.12

Iman bertambah dengan taat dan berkurang dengan perbuatan maksiat


1. Firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬
‫ب ْال ُم ْؤ ِمنِينَ لِيَ ْزدَادُوا إِي َمانا ً َّم َع إِي َمانِ ِه ْم‬
ِ ‫ه َُو الَّ ِذي أَنزَ َل ال َّس ِكينَةَ فِي قُلُو‬
Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mu'min
supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). (qs.
Al-fath :4)
2. Firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬
ْ ُ‫ُورةٌ فَ ِم ْنهُم َّمن يَقُو ُل أَيُّ ُك ْم زَ ا َد ْتهُ هَـ ِذ ِه إِي َمانا ً فَأَ َّما الَّ ِذينَ آ َمن‬
َ‫وا فَزَ ا َد ْتهُ ْم إِي َمانا ً َوهُ ْم يَ ْستَب ِْشرُون‬ ْ َ‫نزل‬ُ
َ ‫تس‬ ِ ‫َوإِ َذا َما أ‬
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik)
ada yang berkata :"siapa di antara kamu yang bertambah imannya dengan (turunnya)
surat ini?". Adapun orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedang
mereka merasa gembira. (qs. At-taubah :124)
3. Dari abu hurairah ‫رضي هللا عنه‬, bahwasanya rasulullah ‫ صلي هللا عليه وسلم‬bersabda,

10
HR. Muslim (49).
11
HR. Muslim 55.
12
HR. al-Bukhari no. 26 dan ini adalah lafazhnya, dan Muslim no 83.
َ ‚ُ‫ق َوه َُو ُم ْؤ ِمنٌ َواَل يَ ْش َربُ ْالخَ ْم َر ِحينَ يَ ْش َربُهَا َوه‬
‫‚و‬ ُ ‫ْر‬ ِ ‫اَل يَ ْزنِي ال َّزانِي ِحينَ يَ ْزنِي َوه َُو ُم ْؤ ِمنٌ َواَل يَس‬
ُ ‫ْر‬
ِ ‫ق ِحينَ يَس‬
ٌ‫ُم ْؤ ِمن‬
"tidak berzina orang yang berzina saat berzina sedangkan dia dalam keadaan
beriman. Tidak mencuri orang yang mencuri saat dia mencuri sedangkan dia dalam
keadaan beriman. Dan tidak meminum arak (orang yang meminumnya) saat dia
meminum sedangkan dia dalam keadaan beriman." muttafaqun 'alaih.13
4, dari anas bin malik ‫رضي هللا عنه‬, dari nabi ‫ص‚لي هللا علي‚ه وس‚لم‬, beliau bersabda,
"akan keluar dari neraka orang yang pernah berkata: 'tiada ilah (yang berhak disembah)
selain Allah ' dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat rambut. Akan keluar dari
neraka orang yang pernah berkata: 'tiada ilah (yang berhak disembah) selain Allah '
dan di hatinya ada kebaikan seberat biji gandum. Dan akan keluar dari neraka orang
yang pernah berkata:'tiada ilah (yang berhak disembah) selain Allah ' dan di dalam
hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atom)." dan dalam satu riwayat: 'iman' di tempat
'kebaikan'.

Amal perbuatan orang kafir yang dilakukannya sebelum islam:


1. Apabila orang kafir masuk islam, kemudian ia berbuat baik, maka segala keburukan
diampuni untuknya, karena firman Allah ‫سبحانه و تعالي‬:
ِ ‫ت ُسنَّةُ األَ َّو ِل‬
‫ين‬ ْ ‫ض‬ ْ ‫ُوا‚ يُ َغفَرْ لَهُم َّما قَ ْد َسلَفَ َوإِ ْن يَعُود‬
َ ‫ُوا فَقَ ْد َم‬ ْ ‫ُوا إِن يَنتَه‬
ْ ‫قُل لِلَّ ِذينَ َكفَر‬
Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu :"jika mereka berhenti (dari
kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang
sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka)
sunnah (Allah terhadap) orang-orang dahulu". (qs. Al-anfaal :38)
2. Dan segala amal kebaikan (yang dilakukannya semasa kufur) diberikan pahala kepadanya,
berdasarkan riwayat bahwa hakim bin hizam ‫ رضي هللا عنه‬bertanya kepada rasulullah ‫صلي هللا‬
‫عليه وسلم‬:
‫ص‚لَّى هَّللا ُ َعلَيْ‚ ِه َو َس‚لَّ َم‬ َ َ‫ث بِهَ‚ا فِي ْال َجا ِهلِيَّ ِة هَ‚لْ ِلي فِيهَ‚ا ِم ْن َش‚ ْي ٍء فَق‬
َ ِ ‫‚ال لَ‚هُ َر ُس‚و ُل هَّللا‬ ُ ‫أَ َرأَيْتَ أُ ُم‚ورً ا ُك ْن‬
ُ َّ‫ت أَت ََحن‬
‫أَ ْسلَ ْمتَ َعلَى َما أَ ْسلَ ْفتَ ِم ْن خَ ي ٍْر‬
'Bagaimana pendapatmu terhadap beberapa perkara (kebaikan) yang pernah saya
lakukan di masa jahiliyah, apakah ada balasannya untuk saya?' rasulullah ‫صلي هللا عليه وسلم‬
bersabda kepadanya:'kamu masuk islam bersama kebaikan yang pernah kamu lakukan."
muttafaqun 'alaih.14
3. Dan (sebaliknya) barang siapa yang masuk islam, kemudian melakukan dosa, maka dia
disiksa dengan (dosa) pertama dan yang terakhir. Berdasarkan sabda nabi ‫صلي هللا عليه وسلم‬:
'barang siapa yang berbuat di masa islam, niscaya tidak disiksa karena perbuatan buruk

13
HR. al-Bukhari no. 2475 dan Muslim no. 57 dan ini adalah lafazhnya.
14
HR. al-Bukhari no. 1436 dan Muslim no. 123 dan ini adalah lafazhnya.
yang dia lakukan di masa jahiliyah. Dan barang siapa yang berbuat kejahatan di masa
sesudah islam, niscaya dia disiksa karena (dosa) yang pertama dan terakhir." muttafaqun
'alaih.15

Islam dan iman:


Apa bedanya....?16
Syaikh muhammad bin shalih al-utsaimin ‫رحمه هللا‬
Pertanyaan:
Apa definisi iman itu & apa perbedaannya antara iman & islam ?

Jawab:
Islam dalam pengertiannya secara umum adalah menghamba (beribadah) kepada
Allah dengan cara menjalankan ibadah-ibadah yang disyari'atkan-nya sebagaimana yang
dibawa oleh para utusan-nya sejak para rasul itu diutus hingga hari kiamat.
Ini mencakup apa yang dibawa oleh nuh ‫ عليه السالم‬berupa hidayah dan kebenaran,
juga yang dibawa oleh musa ‫عليه السالم‬, yang dibawa oleh isa ‫ عليه السالم‬dan juga mencakup
apa yang dibawa oleh ibrahim ‫ عليه الس‚‚الم‬imamul hunafa' (pimpinan orang-orang yang
lurus), sebagaimana diterangkan oleh Allah dalam berbagai ayat-nya yang menunjukkan
ّ
bahwa syari'at-syari'at terdahulu seluruhnya adalah islam kepada Allah ّ‫عزوجل‬.
Sedangkan islam dalam pengertiannya secara khusus setelah diutusnya nabi
muhammad ‫ صلي هللا عليه وسلم‬adalah ajaran yang dibawa oleh beliau. Karena ajaran beliau
menasakh (menghapus) seluruh ajaran yang sebelumnya, maka orang yang mengikutinya
menjadi seorang muslim dan orang yang menyelisihinya bukan muslim karena ia tidak
menyerahkan diri kepada Allah , akan tetapi kepada hawa nafsunya.
Orang-orang yahudi adalah orang-orang muslim pada zamannya nabi musa ‫علي‚‚ه‬
‫السالم‬, demikian juga orang-orang nashrani adalah orang-orang muslim pada zamannya

15
HR. al-Bukhari no. 50 dan Muslim 8 dan ini adalah lafazhnya.
16
Sumber: www.assunnah.or.id
nabi isa ‫عليه السالم‬. Namun ketika telah diutus nabi muhammad ‫صلي هللا عليه وسلم‬, kemudian
ia mengkufurinya, maka mereka bukan jadi orang muslim lagi.
Oleh karena itu tidak dibenarkan seseorang berkeyakinan bahwa agama yang
dipeluk oleh orang-orang yahudi dan nashrani sekarang ini sebagai agama yang benar dan
diterima di sisi Allah sebagaimana dienul islam.
Bahkan orang yang berkeyakinan seperti itu berarti telah kafir dan keluar dari dienul
islam, sebab Allah ta'ala berfirman.

‫إِنَّ ال ِّدينَ ِع ْن َد هَّللا ِ اإْل ِ سْاَل ُم‬


"sesungguhnya dien yang diterima di sisi Allah hanyalah islam". (ali-imran : 19)
ُ‫َو َم ْن يَ ْبت َِغ َغي َْر اإْل ِ سْاَل ِم ِدينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل ِم ْنه‬
" barangsiapa mencari suatu dien selain islam, maka tidak akan diterima (dien itu)
daripadanya". (ali-imran : 85)

Islam yang dimaksudkan adalah islam yang dianugrahkan oleh Allah kepada
muhammad ‫ صلي هللا عليه وسلم‬dan umatnya. Allah berfirman.

‫يت لَ ُك ُم اإْل ِ سْاَل َم ِدينًا‬


ُ ‫ض‬ ‚ُ ‫ت لَ ُك ْم ِدينَ ُك ْم َوأَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم ِن ْع َم ِتي َو َر‬ ُ ‫ْاليَوْ َم أَ ْك َم ْل‬
"pada hari ini telah ku sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah ku-cukupkan
kepada nikmat-ku, dan telah ku-ridhai islam itu jadi agamamu". (al-maidah : 3)
 
Ini adalah nash yang amat jelas yang menunjukkan bahwa selain umat ini, setelah
diutusnya nabi muhammad ‫صلي هللا عليه وسلم‬, bukan pemeluk islam. Oleh karena itu, agama
yang mereka anut tidak akan diterima oleh Allah dan tidak akan memberi manfaat pada
hari kiamat. Kita tidak boleh menilainya sebagai agama yang lurus. Salah besar orang
yang menilai yahudi dan nashrani sebagai saudara, atau bahwa agama mereka pada hari
ini sama pula seperti yang dianut oleh para pendahulu mereka.
Jika kita katakan bahwa islam berarti menghamba diri kepada Allah ta'ala dengan
menjalankan syari'at-nya, maka dalam artian ini termasuk pula pasrah atau tunduk
kepada-nya secara zhahir maupun batin. Maka ia mencakup seluruh aspek ; aqidah,
amalan maupun perkataan. Namun jika kata islam itu disandingkan dengan iman, maka
islam berarti amal-amal perbuatan yang zhahir berupa ucapan-ucapan lisan maupun
perbuatan anggota badan. Sedangkan iman adalah amalan batiniah yang berupa aqidah
dan amal-amalan hati.
Perbedaan istilah ini bisa kita lihat dalam firman Allah ta'ala.
‫ت اأْل َ ْع َرابُ َءا َمنَّا قُلْ لَ ْم تُ ْؤ ِمنُوا َولَ ِك ْن قُولُوا أَ ْسلَ ْمنَا َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل اإْل ِ ي َمانُ ِفي قُلُو ِب ُك ْم‬
ِ َ‫قَال‬
"orang-orang arab badui itu berkata : 'kami telah beriman'. Katakanlah (kepada
mereka) : 'kamu belum beriman, tetapi katakanlah, 'kami telah tunduk, karena iman itu
belum masuk ke dalam hatimu". (al-hujurat : 14)
Mengenai kisah nabi luth, Allah ta'ala berfirman.

َ‫ت ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمين‬


ٍ ‫ فَ َما َو َج ْدنَا فِيهَا َغي َْر بَ ْي‬. َ‫فَأَ ْخ َرجْ نَا َم ْن َكانَ ِفيهَا ِمنَ ْال ُم ْؤ ِمنِين‬
" lalu kami keluarkan orang-orang yang beriman yang berada di negeri kaum luth
itu. Dan kami tidak mendapati di negeri itu, kecuali sebuah rumah dari orang-orang
yang berserah diri". (adz-dzariyat : 35-36)

Di sini terlihat perbedaan antara mukmin dan muslim. Rumah yang berada di negeri
itu zhahirnya adalah rumah yang islami, namun ternyata di dalamnya terdapat istri luth
yang menghianatinya dengan kekufurannya. Adapun siapa saja yang keluar dari negeri itu
dan selamat, maka mereka itulah kaum beriman yang hakiki, karena keimanan telah
benar-benar masuk ke dalam hati mereka.
Perbedaan istilah ini juga bisa kita lihat lebih jelas lagi dalam hadits umar bin
khattab ‫رضي هللا عنه‬, bahwa jibril pernah bertanya kepada nabi ‫ صلي هللا عليه وسلم‬mengenai
islam dan iman. Maka beliau menjawab : "islam adalah engkau bersaksi bahwa tiada ilah
selain Allah dan bersaksi bahwa muhammad adalah utusan Allah , menegakkan shalat,
menunaikan zakat, puasa ramadhan dan berhaji ke baitullah". Mengenai iman beliau
menjawab : "engkau beriman kepada Allah , para malaikat-nya, kitab-kitab-nya, utusan-
utusan-nya, hari akhir, serta beriman dengan qadar yang baik dan yang buruk". (hr.
Bukhari dan muslim)
Walhasil, pengertian islam secara mutlak adalah mencakup seluruh aspek agama
termasuk iman. Namun jika istilah islam itu disandingkan dengan iman, maka islam
ditafsirkan dengan amalan-amalan yang zhahir yang berupa perkataan lisan dan perbuatan
anggota badan. Sedangkan iman ditafsirkan dengan amalan-amalan batiniah berupa
i'tiqad-i'tiqad dan amalan hati.
Filsafat ketuhanan (teologi)
Teologi (bahasa yunani θεος, theos, "], tuhan", dan λογια, logia, "kata-kata,"
"ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama,
spiritualitas dan tuhan (lih. Bawah, "teologi dan agama-agama lain di luar agama
kristen").
Teologi/te·o·lo·gi/ /téologi/ n pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah ,
dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama berdasarkan pada kitab suci) (cek:
https://kbbi.web.id/teologi)
Istilah teologi, dalam bahasa yunani adalah "theologia". ... Aliran pemikiran stois
yang didirikan oleh zeno (kira-kira 335-263 sm.) Memiliki pandangan "teologi natural
atau rasional", yang disebut oleh aristoteles, dengan istilah "filsafat teologi", sebutan
yang merujuk kepada filsafat teologi secara umum atau metafisika.20 jan 2011
Teologi sistematika (han) sistematis teologi adalah disiplin teologi kristen yang
merumuskan tertib, rasional, dan koheren rekening doktrin-doktrin iman kristen.
Subdisciplines yang dogmatics, etika dan filsafat agama.
Dalam kamus bahasa indonesia w.j.s. poerwardamita arti kata teologi pengetahuan
tentang tuhan, dasar-dasar kepercayaan kepada tuhan dan agama berdasarkan pada kitab-
kitab suci. Selanjutnya dalam kamus filsafat di sebutkan teologi secara sederhana yaitu
suatu studi engenai pertayaan tentang tuhan dan hubungannya dengan dunia realitas.
Dalam pengertian yang lebih luas, teologi merupkan salah satu cabang dari filsafat atau
bidang khusus inquiri filosofi tentnag tuhan (runes,1953:317).
Kata teologi berasal dari kata theos yang artinya tuhan dan logos yang artinya ilmu
atau pengetahuan. Jadi teologi adalah pengetahuan tentang tuhan(donder,2006:4).
Menurut maulana dkk,mengemukakan bahwa teologi secara arfiah berarti teori atau study
tentang tuhan. Dalam praktek, istilah ini dipakai untuk kumpulan doktrin (ajaran) dari
kelompok keagamaan tertentu atau pemikiran individu. Teologi atau dalam bahasa
sansekertanya brahmawidya atau brahma tattwa jnana adalah ilmu tentang tuhan (pudja,
1984:14).
Pada abad pertengahan, teologi merupakan subyek utama di sekolah-sekolah
universitas dan biasa disebut sebagai “the queen of the sciences”. Dalam hal ini ilmu
filsafat merupakan dasar yang membantu pemikiran dalam teologi.
Pengerian teologi menurut beberapa ahli yaitu sebagai berikut:
A.       Menurut william l. Resse, teologi berasal dari bahasa inggris yaitu
theologyada lah pemikiran tentang ketuhanan.
B.      Menurut william ockham, teologi adalah disiplin ilmu yang membicarakan
kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu pengetahuan.
C.       Di dalam the new oxford illustrated dictionary (1978:1736) pengertian
teologi dinyatakan sebagai berikut: science ofreligion, study of god or gods, esp. Of
attributes and relations with man etc.; yang berarti ilmu agama, studi tentang tuhan yang
maha esa atau para dewa, teristimewa tentang atribut-nya dan hubungannya dengan
manusia, dan sebagainya.
D.      Adian dalam jurnal perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan (2001:52)
menyatakan teologi adalah pengetahuan yang illahi.
Istilah teologi, dalam bahasa yunani adalah "theologia". Istilah yang berasal dari
gabungan dua kata "theos, Allah " dan "logos, logika". Arti dasarnya adalah suatu catatan
atau wacana tentang, para dewa atau Allah . Bagi beberapa orang yunani, syair-syair
seperti karya homer dan hesiod disebut "theologoi". Syair mereka yang menceritakan
tentang para dewa yang dikategorikan oleh para penulis aliran stoa (stoic) ke dalam
"teologi mistis". Aliran pemikiran stois yang didirikan oleh zeno (kira-kira 335-263 sm.)
Memiliki pandangan "teologi natural atau rasional", yang disebut oleh aristoteles, dengan
istilah "filsafat teologi", sebutan yang merujuk kepada filsafat teologi secara umum atau
metafisika.

Teologi adalah: pengetahuan metodis, sistematis dan koheren tentang seluruh kenyataan
berdasarkan iman. Secara sederhana, iman dapat didefinisikan sebagai sikap manusia
dihadapan Allah , yang mutlak dan yang kudus, yang diakui sebagai sumber segala
kehidupan di alam semesta ini. Iman itu ada dalam diri seseorang antara lain melalui
pendidikan (misalnya oleh orang tua), tetapi dapat juga melalui usaha sendiri, misalnya
dengan cermat merenungkan hidupnya di hadapan sang pemberi hidup itu. Dalam hal ini
Allah dimengerti sebagai realitas yang paling mengagumkan dan mendebarkan.
Tentulah dalam arti terakhir itu berteologi adalah berfilsafat juga.

Iman adalah sikap batin. Iman seseorang terwujud dalam sikap, perilaku dan
perbuatannya, terhadap sesamanya dan terhadap lingkungan hidupnya. Jika iman yang
sama (apapun makna kata "sama" itu) ada pada dan dimiliki oleh sejumlah atau
sekelompok orang, maka yang terjadi adalah proses pelembagaan. Pelembagaan itu
misalnya berupa (1) tatacara bagaimana kelompok itu ingin mengungkapkan imannya
dalam doa dan ibadat, (2) tata nilai dan aturan yang menjadi pedoman bagi penghayatan
dan pengamalan iman dalam kegiatan sehari-hari, dan (3) tatanan ajaran atau isi iman
untuk dikomunikasikan (disiarkan) dan dilestarikan. Jika pelembagaan itu terjadi, lahirlah
agama. Karena itu agama adalah wujud sosial dari iman.

Sebagai ilmu, teologi merefleksikan hubungan Allah dan manusia. Manusia berteologi
karena ingin memahami imannya dengan cara lebih baik, dan ingin
mempertanggungjawabkannya: "aku tahu kepada siapa aku percaya" (2tim 1:12). Teologi
bukan agama dan tidak sama dengan ajaran agama. Dalam teologi, adanya unsur
"intellectus quaerens fidem" (akal menyelidiki isi iman) diharapkan memberi sumbangan
substansial untuk integrasi akal dan iman, iptek dan imtaq, yang pada gilirannya sangat
bermanfaat bagi hidup manusia masa kini.

Meski dalam hal-hal tertentu terjadi hubungan timbal balik yang cukup baik antara
teologi dan filsafat, bukan berarti keduanya bisa terus berjalan harmonis. Yang sering
muncul justru perbedaan-perbedaan, ketegangan dan pertentangan, bahkan itu terjadi
sejak awal. Setidaknya ini bisa dilihat pada perdebatan antara antara abu sa`id al-syirafi
(893-979 m) seorang teolog muktazilah dengan abu bisyr matta (870-940 m), guru filsafat
al-farabi yang beraliran nestorian, sebagaimana yang dikemukakan oliver leaman, adalah
bukti nyata akan hal itu, meski isi perdebatan tersebut sebenarnya baru menyangkut
persoalan bahasa dan logika.

Ketegangan teologi dan filsafat semakin kentara dan menonjol ketika pada masa al-farabi
yang ahli filsafat paripatetik menempatkan teologi (juga yurisprodensi) pada rangking
bawah setelah ilmu-ilmu filsafat, dalam hierarki ilmu yang disusunnya. Al-farabi
menyusun hierarki ilmunya terdiri atas ilmu-ilmu filsafat; metafisika, matematika, ilmu-
ilmu fisika /kealaman dan ilmu politik. Teologi dan fiqh ditempatkan dalam urutan paling
bawah dan sebagai su-bagian ilmu politik. Alasannya, secara metodologis, pengambilan
kesimpulan teologi tidak didasarkan atas prinsip-prinsip logika yang benar dan teruji
secara rasional, sehingga tidak bisa dipertanggung jawabkan. Atau, menurut al-farabi,
teologi tidak bisa memberi pengetahuan yang menyakinkan, tapi baru pada tahap
mendekati keyakinan, sehingga ia hanya cocok untuk konsumsi masyarakat awam,
masyarakat non-filosofis dan bukan selainnya.

Penempatan posisi dan serangan yang dilakukan al-farabi sebagai ahli filsafat terhadap
teologi ini memberikan dampak serius bagi perkembangan kedua kelompok pemikiran
diatas, minimal telah menaikan pamor filsafat dalam percaturan pemikiran islam yang
sebelumnya masih dicurigai dan diabaikan. Kenyataannya, klasifikasi dan hierarki ilmu
al-farabi ini banyak dianut dan berpengaruh besar pada tokoh filsafat berikutnya, seperti
ibn sina (980-1037 m), ibn tufail (w. 1186 m) dan ibn rusyd (1126-1198), dan ibn
khaldun (1332-1406). Dalam muqaddimah-nya, ibn khaldun membagi ilmu-ilmu menjadi
dua bagian; ilmu-ilmu rasional (al-`ulûm al-aqliyah) dan ilmu-ilmu religius (al-`ulûm al-
naqliyah). Yang termasuk ilmu rasional adalah logika, matematika, fisika dan metafisika,
sedang bagian ilmu religius adalah ilmu tafsir, ilmu hadis, ilmu fiqh, teologi, tasawuf dan
tabir mimpi. Disini, teologi hanya lebih baik daripada tabir mimpi dan tasawuf dimana
yang disebut dua terakhir ini lebih merupakan bentuk keahlian dan implementasi daripada
sebuah ilmu.

Puncak ketegangan teologi dan filsafat terjadi pada masa al-ghazali (1058-1111 m), yakni
ketika ia sebagai wakil kaum teolog (mutakallimîn) menyerang pemikiran filsafat,
khususnya pemikiran filsafat al-farabi (870-950 m) dan ibn sina (980-1037 m), lewat
tulisannya dalam tahâfut al-falâsifat yang diulangi lagi dalam al-munqid min al-dlalâl.
Meski isi serangan tersebut lebih diarahkan pada persoalan metafisika daripada logika,
karena al-ghazali sendiri mengakui pentingnya logika dalam penjabaran ajaran-ajaran
agama, bahkan bidikan al-ghazali sebenarnya lebih tepat diarahkan pada pemikiran
filsafat yunani purba, seperti thales (545 sm), anaximandros (547 sm), anaximenes (528
sm) dan heraklitos (480 sm), bukan metafisika islam sendiri, sehingga tuduhannya
terhadap pemikiran al-farabi dan ibn sina tidak tepat, tetapi serangan tersebut telah
memberikan dampak dan gaung yang demikian besar dalam soal hubungan teologi dan

filsafat.(cek: https://www.kompasiana.com/anitawardana
/550070d3a333113072510d03 /filsafat-dan-teologi)
Pada mulanya teologi merupakan istilah yang digunakan oleh para pemikir kristen
untuk menunjukkan suatu disiplin ilmu yang membahas hal tuhan dan ketuhanan. 
Terminologi teologi telah menjadi disiplin ilmu yang diakui oleh para pakar atau ilmuwan
dan secara aksiologis atau manfaat dalam penerapannya telah meluas ke seluruh dunia.
Disiplin ilmu teolgi menjadi demikian sangat berarti, karena kebeadaannya telah
memenuhi tiga persyaratan sebagai sebuah ilmu pengetahuan, yakni: (1) syarat ontologis
atau objeknya jelas, (2) syarat epistemologis (procedure), dan (3) syarat aksiologis
(makna atau manfaat). Karena keabsahan dan keakuratan dari disiplin ilmu teologi
tersebut, maka epistemologi teologi telah menjadi pola, patokan, rujukan dalam
berteologi dari semua agama tanpa menyadari bahwa terminologi teologi setiap agama
tidak persis sama (donder, 2006:15)
(cek: https://suryawanhindudharma.wordpress.com/dukuments/pengertian-
teologi/)
Tritunggal

doktrin kristen atau kristiani tentang tritunggal atau trinitas (kata latin yang
secara harfiah berarti "tiga serangkai", dari kata trinus, "rangkap tiga")[1] menyatakan
bahwa Allah adalah tiga pribadi[2] atau hipostasis[3] yang sehakikat (konsubstansial)
—bapa, putra (yesus kristus), dan roh kudus—sebagai "satu Allah dalam tiga
pribadi ilahi". Ketiga pribadi ini berbeda, namun merupakan satu "substansi, esensi, atau

kodrat" (homoousios).[4] dalam konteks ini, "kodrat" adalah apa dia, sedangkan

"pribadi" adalah siapa dia.[5][6][7]

Menurut misteri sentral dari keyakinan kristen pada umumnya ini, hanya ada
satu Allah dalam tiga pribadi: kendati berbeda satu sama lain dalam hubungan asal

(sebagaimana dinyatakan dalam konsili lateran iv, "adalah Allah yang


memperanakkan, putra yang diperanakkan, dan roh kudus yang dihembuskan") dan
hubungan satu sama lain, namun ketiganya dinyatakan satu dalam semua yang lain,

setara, sama kekalnya, dan konsubstansial, serta masing-masing adalah Allah ,


seutuhnya dan seluruhnya.[8] karenanya seluruh karya penciptaan dan rahmat dipandang
sebagai satu operasi tunggal secara bersama-sama pada keseluruhan tiga pribadi ilahi,
dengan kekhususan masing-masing pribadi, sehingga segalanya berasal "dari bapa",

"melalui putra", dan "dalam roh kudus".[9]

Para bapa gereja memandang elemen-elemen perjanjian lama seperti


penampakan tiga orang kepada abraham di dalam kitab kejadian, bab/pasal 18, sebagai
pertanda tritunggal, namun mereka memandang perjanjian baru sebagai suatu dasar
untuk mengembangkan konsep tritunggal. Teks perjanjian baru paling berpengaruh yang
dianggap menyiratkan ajaran tritunggal adalah matius 28:19, yang mengamanatkan untuk
membaptis "dalam nama bapa dan [putra] dan roh kudus". Permenungan, pewartaan, dan
dialog, mengarah pada perumusan doktrin yang dirasakan sesuai dengan data-data yang

terdapat di dalam alkitab. Ikhtisar yang paling sederhana mengenai doktrin ini
dirumuskan pada abad ke-4, umumnya berkaitan dengan penolakan terhadap apa yang
dipandang tidak selaras dengan keyakinan umum kristen. Elaborasi lebih jauh berlanjut

pada abad-abad berikutnya.[10]

Kitab suci tidak memuat kata tritunggal,[11] ataupun secara eksplisit


memformulasikan doktrin tritunggal. Sebaliknya, menurut teologi kristen, kitab suci
"memberikan kesaksian" tentang kegiatan suatu pribadi Allah yang hanya dapat
[12]
dipahami dari segi trinitaris. doktrin ini baru memiliki bentuk definitifnya pada akhir

abad ke-4.[13] selama periode peralihan, dikemukakan beragam solusi tentatif, baik yang

lebih ataupun yang kurang memuaskan. [14] trinitarianisme dikontraskan dengan posisi-

posisi nontrinitaris yang mencakup binitarianisme (satu substansi dalam dua


pribadi), unitarianisme (satu substansi dalam satu pribadi, dapat dianalogikan dengan
interpretasi yahudi mengenai shema dan keyakinan muslim dalam tauhid),
pentakostalisme keesaan ataupun modalisme (satu substansi yang bermanifestasi
dalam tiga aspek terpisah).
Etimologi
Kata "tritunggal" (bahasa inggris: trinity) berasal dari kata latin trinitas, yang
berarti "yang nomor tiga, tiga serangkai". Kata benda abstrak tersebut terbentuk dari kata

sifat trinus (tiga masing-masing, rangkap tiga),[15] sebagaimana kata unitas merupakan
kata benda abstrak yang terbentuk dari unus (satu).
Kata yang sesuai dalam bahasa yunani adalah τριάς, yang artinya "satu set dari
tiga" atau "yang nomor tiga".[16] catatan pertama terkait penggunaan kata yunani ini

dalam teologi kristen adalah oleh teofilus dari antiokhia pada sekitar tahun 179. Ia
menulis:[17][18]
Dengan cara demikian juga ketiga hari sebelum [terciptanya] penerang, terdapat

tanda-tanda trinitas [τριάδος], dari Allah , dan firman-nya, dan kebijaksanaan-


nya. Dan yang keempat adalah tanda manusia, yang membutuhkan terang, sehingga
demikianlah terdapat Allah , firman, kebijaksanaan, manusia.[19]

tertullianus, seorang teolog latin yang menulis pada awal abad ke-3, dianggap
sebagai orang pertama yang menggunakan kata-kata latin terkait "trinitas", [20] "pribadi"

dan "substansi",[21] untuk menjelaskan bahwa bapa, putra, dan roh kudus adalah "satu

dalam esensi—bukan satu dalam pribadi".[22]


Sejarah
Para bapa gereja pra-nicea menegaskan keilahian kristus dan berbicara
mengenai "bapa, putra, dan roh kudus", meskipun bahasa mereka tidak sama dengan yang
digunakan doktrin tradisional ini sebagaimana diformalkan pada abad ke-4. Kalangan
yang menganut paham trinitas memandang hal itu sebagai elemen-elemen dari doktrin

terkodifikasi.[24] ignatius dari antiokhia memberikan dukungan awal bagi paham


trinitas sekitar tahun 110,[25] mendesak umat untuk taat kepada "kristus, dan kepada bapa,

dan kepada roh".[26] yustinus martir (100 – kr. 165) juga menulis, "dalam nama Allah ,
bapa dan tuhan alam semesta, dan juruselamat kita yesus kristus, dan roh kudus". [27] bapa

gereja pertama yang tercatat menggunakan kata "trinitas" adalah teofilus dari
antiokhia yang menulis pada akhir abad ke-2. Ia mendefinisikan trinitas sebagai Allah ,
firman-nya (logos), dan kebijaksanaan-nya (sofia)[28] dalam konteks diskusi mengenai
tiga hari pertama penciptaan. Pembelaan pertama atas paham trinitas terjadi pada awal
abad ke-3 oleh salah seorang bapa gereja awal yang bernama tertulianus. Ia secara
eksplisit mendefinisikan trinitas sebagai bapa, putra, dan roh kudus serta membela teologi

trinitaris dalam upayanya melawan paham "praxean". [29] st. Yustinus dan klemens dari
aleksandria menggunakan trinitas dalam berbagai doksologi mereka, dan juga st.
Basilius dalam penerangan cahaya sore hari.[30]
Formulasi awal lainnya, dan sudah lebih filosofis, mengenai trinitas (tanpa

menggunakan istilah tersebut) dikaitkan dengan seorang pengajar gnostik bernama


valentinius (hidup kr. 100 – kr. 160) yang, menurut teolog abad ke-4 bernama
marcellus dari ancyra, adalah "orang pertama yang merenungkan gagasan tentang
tiga entitas subsisten (hipostasis), dalam sebuah karya yang ia beri judul tentang ketiga
kodrat". Eksegesis mazhab valentinian yang sangat alegoris cenderung menafsirkan
bagian-bagian kitab suci yang relevan sebagai penegasan suatu keilahian yang, dengan

cara tertentu, adalah rangkap tiga. Injil filipus valentinian, yang bertarikh sekitar masa
tertulianus, mendukung rumusan trinitaris. Bagaimanapun, terlepas dari kemungkinan
pengaruhnya pada doktrin yang kemudian terbentuk sepenuhnya, mazhab valentinus

ditolak dan dipandang sesat oleh kalangan kristen ortodoks.

Kendati terdapat banyak perdebatan mengenai apakah keyakinan dari para rasul
sekadar diartikulasikan dan dijelaskan dalam pengakuan iman trinitaris, [31] atau terkorup

dan digantikan dengan keyakinan baru,[32][33] para akademisi mengakui bahwa pengakuan
iman itu sendiri dibuat sebagai tanggapan atas perbedaan pendapat mengenai kodrat bapa,
putra, dan roh kudus. Butuh waktu beberapa abad untuk menyelesaikan kontroversi
tersebut.
Perkembangan paling signifikan diartikulasikan selama empat abad pertama oleh

para bapa gereja[31] sebagai tanggapan terhadap adopsionisme, sabellianisme, dan


arianisme. Adopsionisme merupakan keyakinan bahwa yesus adalah seorang manusia
biasa, terlahir dari yusuf dan maria, yang menjadi kristus dan putra Allah saat yesus

dibaptis. Pada tahun 269, sinode antiokhia mengutuk paulus dari samosata karena
teologi adopsionis yang ia kemukakan, dan juga mengutuk istilah homoousios
(ὁμοούσιος, "dari hakikat yang sama") karena ia menggunakannya.[34]
Sabellianisme mengajarkan bahwa bapa, putra, dan roh kudus pada esensinya
adalah satu dan sama, hanya perbedaan verbal, mendeskripsikan aspek-aspek atau peran-

peran berbeda dari suatu hakikat tunggal.[35] akibat pandangannya ini, sabellius

diekskomunikasi di roma sekitar tahun 220 karena bidah.


Pada abad ke-4, arius, sebagaimana dipahami sesuai tradisi, [note 1] mengajarkan
bahwa bapa telah ada sebelum putra yang, menurut kodrat, bukan Allah tetapi lebih
kepada seorang makhluk yang dapat berubah yang dianugerahi martabat menjadi "putra

Allah ".[36] pada tahun 325, konsili nicea mengadopsi kredo nicea yang
mendeskripsikan kristus sebagai "Allah dari Allah , terang dari terang, Allah benar

dari Allah benar, diperanakkan, bukan dijadikan, sehakikat dengan bapa". [37][38] kredo
(syahadat atau pengakuan iman) tersebut menggunakan istilah homoousios (dari satu
substansi) untuk mendefinisikan hubungan antara bapa dan putra. Setelah perdebatan

selama lebih dari lima puluh tahun, homoousios diakui sebagai ciri khas ortodoksi, dan
dikembangkan lebih lanjut menjadi formula "tiga pribadi, satu hakikat".
athanasius (293–373), yang hadir di konsili tersebut sebagai salah seorang
asisten dari uskup aleksandria, menyatakan bahwa para uskup terpaksa menggunakan

terminologi ini,[39] yang tidak terdapat dalam kitab suci, karena frasa biblika yang

menjadi preferensi mereka untuk digunakan diklaim oleh kaum arian untuk dapat
ditafsirkan dalam arti yang dipandang sesat oleh para uskup. [40] selain itu, makna dari

"ousia" dan "hipostasis" saling tumpang tindih sehingga "hipostasis" bagi beberapa
kalangan berarti "esensi" dan bagi kalangan lainnya berarti "pribadi".
Pengakuan iman dari konsili nicea hanya menyinggung sedikit tentang roh kudus.
[41]
doktrin keilahian dan kepribadian roh kudus dikembangkan oleh athanasius dalam

beberapa dekade terakhir hidupnya.[42] ia membela dan memperbaiki formula nicea. [41]

pada akhir abad ke-4, di bawah kepemimpinan basilius dari kaisarea, gregorius
dari nyssa, dan gregorius dari nazianzus (bapa-bapa kapadokia), doktrin ini
telah secara substansial mendapatkan bentuknya sebagaimana adanya saat ini.[41]
Mengenai trinitas, gregorius dari nazianzus mengatakan, "sejenak saya
membayangkan yang esa, saya diterangi kesemarakan yang tiga; sejenak saya
memperlainkan ketiganya, saya dihantar kembali ke dalam yang esa. Ketika saya berpikir
tentang salah satu dari yang tiga, saya berpikir tentang dia sebagai yang segala, dan kedua
mata saya berlinang-linang, dan bagian terbesar dari apa yang saya pikirkan luput dari
ingatan. Saya tidak mampu memahami keagungan yang esa itu sedemikian demi
menyandangkan keagungan yang lebih besar pada yang lainnya. Ketika saya
mengkontemplasikan yang tiga bersama-sama, saya melihat hanya satu suluh, dan tidak

mampu membagi ataupun menakar terang yang tak terbagi."[43]

devosi kepada trinitas berpusat di biara-biara perancis di tours dan aniane tempat
santo benediktus mendedikasikan gereja biara tersebut kepada trinitas pada tahun 872.
[44]
hari-hari perayaan baru dilembagakan pada tahun 1091 di biara cluny dan pada
tahun 1162 di canterbury; resistensi kepausan berlanjut hingga tahun 1331.[45]
Rumusan pembaptisan trinitaris
Dalam injil sinoptik, pembaptisan yesus seringkali diinterpretasikan sebagai
salah satu manifestasi dari ketiga pribadi trinitas: "sesudah dibaptis, yesus segera keluar
dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan ia melihat roh Allah seperti burung
merpati turun ke atas-nya, lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: 'inilah
anak-ku yang kukasihi, kepada-nyalah aku berkenan.'" mat. 3:16–17
baptisan umumnya

diberikan dengan rumusan trinitaris, "dalam nama bapa dan [putra] dan roh kudus". mat.
28:19
kalangan trinitaris mengidentifikasi nama ini dengan iman kristen yang melaluinya
baptisan merupakan inisiasi, sebagaimana contohnya diperlihatkan dalam pernyataan

basilius agung (330–379): "kita wajib untuk dibaptis dalam kata-kata yang telah kita
terima, dan untuk mengakukan iman dalam kata-kata yang di dalamnya kita telah

dibaptis." konsili konstantinopel i (381) juga menyampaikan, "inilah iman baptisan


kita yang mengajarkan kita untuk percaya dalam nama bapa, putra, dan roh kudus.
Menurut iman ini terdapat satu ketuhanan, kuasa, dan hakikat dari bapa, dari putra, dan
dari roh kudus." matius 28:19 dapat digunakan untuk mengindikasikan bahwa
pembaptisan dikaitkan dengan formula ini sejak dekade paling awal keberadaan gereja.
Kelompok-kelompok nontrinitaris, misalnya pentakostal keesaan, menolak
pandangan kalangan trinitaris tentang baptisan. Bagi mereka, rumusan dalam kitab kisah

para rasul mendefinisikan dan menegaskan bahwa semua pertimbangan, yang serupa, [46]
lainnya harus digunakan dalam nama yesus kristus. Untuk alasan ini, mereka seringkali
berfokus pada pembaptisan dalam kisah para rasul. Mereka yang memberikan penekanan
besar pada pembaptisan dalam kisah para rasul sering juga mempertanyakan autentisitas

matius 28:19 dalam bentuknya yang sekarang. Kebanyakan akademisi kritik teks
perjanjian baru menerima autentisitas bagian tersebut, karena tidak ditemukan manuskrip
varian mengenai rumusan tersebut, dan bentuk yang sekarang dari bagian itu ditegaskan

dalam didache[47] dan karya-karya patristik lainnya dari abad ke-1 dan ke-2: ignatius,
[48]
tertullianus,[49] hippolitus,[50] siprianus,[51] dan gregorius thaumaturgus.[52]
Mengenai matius 28:19, gerhard kittel menyatakan:
Hubungan rangkap tiga [dari bapa, putra, dan roh kudus] ini segera menemukan

ekspresi tetap dalam formula triadik [sic] di 2 kor. 13:14 dan di 1 kor. 12:4–6. Bentuk
tersebut pertama-tama ditemukan dalam formula pembaptisan di matius 28:19; did., 7. 1
dan 3....[j]elas bahwa bapa, putra, dan roh kudus di sini bertautan dalam suatu hubungan

rangkap tiga yang tak terpisahkan.[53]


Monoteisme fundamental
Kekristenan, yang timbul dari yudaisme, merupakan salah satu agama
monoteistik. Dalam perjanjian baru, konsep trinitaris tidak pernah menjadi " triteisme"

(tiga Allah ) atau bahkan dua. [54] Allah adalah esa, dan bahwa Allah adalah satu
hakikat tunggal dinyatakan dengan jelas dalam alkitab:
 shema dari kitab suci ibrani: "dengarlah, hai orang israel: tuhan itu Allah kita, tuhan itu
esa!"ul. 6:4
 Perintah pertama dari sepuluh perintah Allah —"jangan ada padamu Allah lain di
ul. 5:7
hadapan-ku."
 Dan "beginilah firman tuhan, raja dan penebus israel, tuhan semesta alam: akulah yang
terdahulu dan akulah yang terkemudian; tidak ada Allah selain dari pada-ku."yes. 44:6
 Dalam perjanjian baru: "... Tuhan Allah kita, tuhan itu esa."mrk. 12:29
Menurut pandangan trinitaris, bapa dan putra dan roh kudus berbagi satu esensi,
substansi, atau hakikat yang sama. Penegasan sentral dan krusial mengenai iman kristen
adalah bahwa terdapat satu juruselamat, Allah , dan satu keselamatan, dimanifestasikan
dalam yesus kristus, yang dapat diakses hanya karena roh kudus. Allah perjanjian lama
masih sama dengan Allah perjanjian baru. Dalam kekristenan, pernyataan-pernyataan
mengenai satu Allah tunggal dimaksudkan untuk membedakan pemahaman ibrani dari

pandangan politeistik, yang memandang kuasa ilahi dimiliki bersama oleh beberapa
hakikat yang dapat saling berselisih paham dan terlibat konflik antara satu dengan yang
lainnya.
Satu Allah sebagai tiga pribadi
Dalam doktrin trinitaris, Allah hadir sebagai tiga pribadi atau hipostasis, tetapi

satu hakikat, memiliki satu kodrat ilahi tunggal. [55] anggota-anggota trinitas sama dalam
kesetaraan dan kekekalan, satu dalam esensi, kodrat, kuasa, tindakan, dan kehendak.

Sebagaimana dinyatakan dalam kredo athanasius, bapa tidak diciptakan, putra tidak
diciptakan, dan roh kudus tidak diciptakan, dan ketiganya adalah kekal (abadi) tanpa awal

mula.[56] "bapa dan putra dan roh kudus" bukan nama-nama bagian yang berbeda dari
[57]
Allah , tetapi satu nama Allah karena terdapat tiga pribadi di dalam Allah sebagai

satu entitas.[58] ketiganya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Masing-masing pribadi
dipahami memiliki kodrat atau esensi yang identik, bukan sekadar kodrat-kodrat yang

memiliki kemiripan.[59]
Bagi kalangan trinitaris, penekanan pada kata "kita" di kejadian 1:26 adalah
mengenai pluralitas dalam ketuhanan, dan kejadian 1:27 berbicara mengenai persekutuan
dalam esensi ilahi. Salah satu kemungkinan interpretasi atas kejadian 1:26 adalah bahwa
relasi Allah dalam trinitas tercermin dalam manusia melalui relasi yang ideal antara
suami dan istri, dua pribadi yang menjadi "satu daging", sebagaimana dijelaskan

kemudian dalam penciptaan hawa di bab selanjutnya.kej. 2:18-24


Perikoresis
perikoresis (dari kata yunani yang berarti "berputar", "penyelubungan") adalah
suatu istilah yang digunakan oleh beberapa teolog untuk mendeskripsikan hubungan
antara anggota-anggota trinitas. Kata latin yang setara untuk istilah tersebut adalah
circumincessio. Konsep ini merujuk pada yohanes 14–17 sebagai dasarnya, yang
menuliskan peristiwa-peristiwa yesus mengajar para murid perihal makna kepergian-nya.
Kata yesus, ia pergi kepada bapa demi kepentingan mereka; sehingga ia dapat datang
kepada mereka ketika "penolong yang lain" diberikan kepada mereka. Kemudian, kata
yesus, para murid akan tinggal di dalam diri-nya, sebagaimana dia tinggal di dalam bapa
dan bapa tinggal di dalam dia, serta bapa di dalam mereka. Menurut teori perikoresis, hal
seperti itu dapat terjadi karena pribadi-pribadi trinitas "saling mengandung satu sama lain,
sehingga yang satu secara permanen menyelubungi, dan secara permanen diselubungi

oleh, yang lain yang tetap ia selubungi" ( hilarius dari poitiers, mengenai trinitas 3:1).
[60]

Perikoresis secara efektif meniadakan gagasan bahwa Allah terdiri dari bagian-

bagian, namun adalah suatu keberadaan yang sederhana. Hal itu juga selaras dengan
doktrin yang menyebutkan bahwa persekutuan seorang kristen dengan putra di dalam
kemanusiaan-nya menghantarnya ke dalam persekutuan dengan dia yang terkandung di

dalam dirinya sendiri; dalam kata-kata rasul paulus, "seluruh kepenuhan ke-Allah an"
dan bukan suatu bagian (lihat pula: pengilahian (kristiani)). Perikoresis menyajikan
suatu figur intuitif tentang apa yang dapat dimaknai dari hal itu. Putra, firman yang kekal,
berasal dari kekekalan tempat kediaman Allah ; putra merupakan "rumah bapa",
sebagaimana putra berdiam di dalam bapa dan roh, sehingga ketika roh di-"berikan",
maka dapat terjadi seperti kata yesus, "aku tidak akan meninggalkan kamu sebagai yatim
piatu. Aku datang kembali kepadamu."yoh. 14:18
Menurut perkataan yesus, mereka yang telah menikah tidak lagi dua dalam
pengertian tertentu tetapi bergabung menjadi satu. Oleh karena itu, para teolog ortodoks
juga memandang hubungan pernikahan antara seorang pria dan seorang wanita sebagai
salah satu contoh persekutuan suci tersebut. "sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging."kej. 2:24 "demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena
itu, apa yang telah dipersatukan Allah , tidak boleh diceraikan manusia."mat. 19:6
Hubungan asal dari kekekalan
Trinitarianisme menegaskan bahwa putra "diperanakkan" ( bahasa inggris:
begotten, atau "dilahirkan") dari bapa dan roh dihembuskan (bahasa inggris: proceeds,
atau "berasal dari") bapa, tetapi bapa "tidak diperanakkan ataupun dihembuskan".
Argumen mengenai apakah roh berasal dari bapa saja, atau dari bapa dan putra,

merupakan salah satu katalis terjadinya skisma besar, dalam hal ini berkaitan dengan
penambahan klausa filioque oleh pihak barat ke dalam pengakuan iman nicea.
Gereja katolik roma mengajarkan bahwa, dalam pengertian kata kerja latin
procedere (yang belum tentu mengindikasikan awal mula dan karenanya bersesuaian
dengan proses "melalui"), bukan dalam pengertian kata kerja yunani ἐκπορεύεσθαι (yang

mengimplikasikan awal mula), [61] roh "berasal" dari bapa dan putra. Gereja ortodoks
timur, yang mengajarkan bahwa roh "berasal" dari bapa saja, tidak memberikan
pernyataan apa pun perihal klaim perbedaan makna kedua kata itu, satu yunani dan satu

latin, sementara keduanya sama-sama diterjemahkan sebagai "berasal dari" ( bahasa

inggris: proceeds). Gereja ortodoks timur berkeberatan atas klausa filioque dengan
alasan eklesiologis dan teologis, dengan pandangan bahwa "dari bapa" berarti "dari bapa
saja".
Bahasa tersebut kerap dianggap menyulitkan karena, apabila digunakan berkenaan
dengan manusia atau makhluk ciptaan lainnya, maka akan mengimplikasikan waktu dan
perubahan; sedangkan ketika digunakan dalam konteks ini tidak untuk dimaknai bahwa
terdapat awal, perubahan hakikat, ataupun proses dalam satuan waktu. Putra

diperanakkan (atau "dilahirkan"), dan roh dihembuskan, dalam kekekalan. Agustinus


dari hippo menjelaskan, "tahun-tahun milik-mu adalah satu hari, dan hari milik-mu
bukan setiap hari, tetapi hari ini; karena hari ini milik-mu tidak menghasilkan hari esok,
juga tidak mengikuti hari kemarin. Hari ini milik-mu adalah kekekalan; karenanya
engkau memperanakkan yang sama-kekal, kepada siapa engkau mengatakan, 'engkau
telah kuperanakkan pada hari ini.'mzm. 2:7"
Sebagian besar kelompok protestan yang menggunakan pengakuan iman tersebut
juga menyertakan klausa filioque. Penggunaannya yang dianggap kontroversial itu

termuat dalam beberapa pengakuan iman: pengakuan iman westminster 2.3,


pengakuan iman baptis london 2.3, dan pengakuan iman augsburg lutheran
1:1–6.
Ekonomi dan imanensi trinitas
Istilah "trinitas imanen" berfokus pada siapa Allah ; istilah "trinitas ekonomis"
berfokus pada apa yang Allah lakukan.
Menurut katekismus gereja katolik:
Bapa-bapa gereja membedakan antara teologi (theologia) dan ekonomi
(oikonomia). "teologi" mengacu pada misteri kehidupan terdalam Allah di dalam
tritunggal mahakudus; "ekonomi" mengacu pada semua karya yang dengannya Allah
menyatakan diri dan mengomunikasikan kehidupan-nya. Melalui oikonomia, theologia
dinyatakan kepada kita; namun, sebaliknya, theologia menerangi seluruh oikonomia.
Karya Allah menyingkapkan siapa dia dalam diri-nya sendiri; misteri keberadaan-nya
yang terdalam mencerahkan pemahaman kita atas semua karya-nya. Hubungan antar
pribadi manusia memiliki keserupaan: seorang manusia menyatakan dirinya dalam
perbuatannya, dan semakin kita mengenal seseorang, semakin kita memahami

perbuatannya.[62]
Para teolog pra-nicea berpendapat bahwa segala sesuatu yang dilakukan trinitas
dikerjakan bersama-sama oleh bapa, putra, dan roh kudus dalam satu kesatuan kehendak.
Ketiga pribadi trinitas selalu berkarya tanpa terpisahkan, karena selalu merupakan karya
dari satu Allah . Kehendak putra tidak dapat berbeda dengan kehendak bapa karena
merupakan kehendak bapa. Ketiganya memiliki satu kehendak sebagaimana ketiganya

memiliki satu hakikat, sebab ketiganya adalah satu Allah . Menurut phillip cary, sama
sekali tidak akan ada trinitas seandainya terdapat hubungan komando dan kepatuhan

antara bapa dan putra, melainkan tiga tuhan.[63] mengenai hal itu st. Basilius mengatakan,
"ketika kemudian ia mengatakan, 'aku berkata-kata bukan dari diri-ku sendiri', dan lagi,
'aku menyampaikannya sebagaimana yang difirmankan oleh bapa kepada-ku', dan 'firman
yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-ku, melainkan dari bapa yang mengutus aku',
dan pada bagian lain, 'aku melakukan segala sesuatu seperti yang diperintahkan bapa
kepada-ku', ini bukan karena ia tidak memiliki maksud intensional ataupun kuasa inisiasi,
bukan juga karena ia harus menunggu indikasi-kunci yang telah dipastikan sebelumnya,
sehingga ia menggunakan bahasa semacam ini. Tujuan dia adalah menyampaikan
kejelasan bahwa kehendak-nya sendiri terhubung dengan persatuan yang tak terpisahkan
dengan bapa. Jangan kemudian kita memahami apa yang disebut 'perintah' sebagai suatu
mandat yang harus ditaati yang disampaikan oleh organ-organ bicara, dan memberi
perintah kepada putra, seperti kepada subordinasi, mengenai apa yang dia harus lakukan.
Sebaliknya, dalam pengertian yang tepat tentang ketuhanan, mari kita melihat suatu
transmisi kehendak, seperti pantulan sebuah objek di cermin, berlalu tanpa indikasi waktu

dari bapa kepada putra."[64]


atanasius dari aleksandria menjelaskan bahwa putra dan bapa adalah satu
kekekalan dalam hakikat/kodrat, putra menjadi subordinasi bapa secara sukarela dan

temporal dalam pelayanan inkarnasi-nya.[65] menurutnya, karakteristik-karakteristik


manusia tersebut tidak untuk ditelusuri kembali ke dalam trinitas yang kekal. Demikian

pula bapa-bapa kapadokia menegaskan bahwa tidak ada ketidaksamaan oikonomi di


dalam trinitas. Kata basilius, "kita memandang operasi dari bapa, putra, dan roh kudus
adalah satu dan sama, tidak dalam aspek yang menunjukkan perbedaan atau variasi; dari

identitas operasi ini kita tentu menyimpulkan kesatuan kodrat."[66]


Teori tradisional "apropriasi" mencakup penghubungan sejumlah nama, kualitas,
ataupun operasi pada salah satu dari pribadi trinitas, namun, bukan mengesampingkan
yang lainnya, tetapi dalam preferensi pada yang lainnya. Teori tersebut dibentuk oleh

para bapa latin dari abad ke-4 dan ke-5, khususnya hilarius dari poitiers, agustinus,
dan leo agung. Pada abad pertengahan, teori tersebut secara sistematis diajarkan oleh
para akademisi seperti bonaventura.[67]
roger e. Olson mengatakan kalau sejumlah teolog evangelikal memegang
pandangan bahwa terdapat suatu hierarki otoritas dalam trinitas dengan putra sebagai
subordinasi bapa: "injil yohanes membuat hal ini jelas karena yesus berulang kali

menyebutkan bahwa ia datang untuk melakukan kehendak bapa." [68] namun, olsen
mengingatkan bahwa hierarki dalam "trinitas ekonomis" perlu dibedakan dari "trinitas
imanen". Ia mengutip para bapa kapadokia, "bapa adalah sumber atau 'mata air' keilahian
di dalam ketuhanan; putra dan roh memperoleh keilahian mereka dari bapa dalam
kekekalan (sehingga tidak ada pertanyaan tentang ketidaksetaraan kodrat). Analogi
favorit mereka adalah matahari beserta panas dan cahayanya. Tidak ada yang
membayangkan matahari tanpa panas dan cahayanya, namun matahari merupakan sumber

dari keduanya."[68]

benjamin b. Warfield melihat suatu prinsip subordinasi dalam "modus


operandi" trinitas, namun juga enggan menganggap hal yang sama pada "modus
subsistensi" dalam kaitan antara satu dengan yang lainnya. Sambil mengingatkan bahwa
adalah wajar untuk melihat suatu subordinasi dalam fungsi sebagai cerminan suatu
subordinasi serupa dalam substansi, ia mengemukakan bahwa hal ini mungkin merupakan
hasil dari "...suatu kesepakatan oleh pribadi-pribadi trinitas—suatu 'perjanjian'
sebagaimana itu disebut secara teknis—yang karenanya suatu fungsi berbeda dalam karya

penebusan diemban oleh masing-masing."[69]


Aspek politis
richard e. Rubenstein mengatakan bahwa konstantinus agung dan hosius
dari korduba penasihatnya menyadari akan perlunya gereja yang ditetapkan secara ilahi
yang di dalamnya otoritas gereja, dan bukan individu, mampu menentukan keselamatan

individu, sehingga mereka mendukung rumusan nicea homoousion.[70] menurut


eusebius, konstantinus mengusulkan istilah homoousios pada konsili nicea, kendati
kebanyakan akademisi meragukan kalau konstantinus memiliki pengetahuan terkait hal
tersebut dan mereka menganggap bahwa kemungkinan besar hosius yang telah

mengusulkan istilah tersebut kepadanya. [71] di kemudian hari konstantinus mengubah


pandangannya mengenai kaum arian, yang menentang rumusan nicea, dan mendukung

para uskup yang menolak rumusan tersebut, [72] sebagaimana dilakukan oleh beberapa
penerusnya, sementara kaisar pertama yang dibaptis dalam keimanan nicea adalah

teodosius agung (kaisar dari tahun 379 sampai 395).[73]


Latar belakang dalam alkitab
Dari perjanjian lama, gereja perdana mempertahankan keyakinan bahwa
Allah adalah satu.[74] perjanjian baru tidak menggunakan kata τριάς (trinitas)[75]
ataupun secara eksplisit mengajarkan doktrin trinitaris nicea, tetapi terdapat beberapa
bagian yang menggunakan pola rangkap dua dan rangkap tiga untuk berbicara mengenai

Allah . Bagian-bagian yang memuat pola rangkap dua misalnya rom. 8:11, 2 kor. 4:14,
gal. 1:1, ef. 1:20, 1 tim. 1:2, 1 pet. 1:21, dan 2 yoh. 1:13. Bagian-bagian yang
merujuk pada ketuhanan dengan pola rangkap tiga misalnya mat. 28:19, 1 kor. 6:11 dan
12:4dst., gal. 3:11–14, ibr. 10:29, dan 1 pet. 1:2. Bagian-bagian tersebut menyajikan
materi yang dengannya kalangan kristen mengembangkan doktrin trinitas. [74] refleksi oleh

gereja perdana terhadap bagian-bagian seperti amanat agung: "karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-ku dan baptislah mereka dalam nama bapa dan
[putra] dan roh kudus"mat. 28:19 dan berkat oleh rasul paulus: "kasih karunia tuhan yesus
kristus, dan kasih Allah , dan persekutuan roh kudus menyertai kamu sekalian",2 kor. 13:14
bersama dengan shema yisrael yahudi: "dengarlah, hai orang israel: tuhan itu Allah
kita, tuhan itu esa!"ul 6:4[76] menuntun gereja perdana untuk membahas apakah bapa, putra,
dan roh kudus adalah "satu" atau "esa". Belakangan, referensi yang beragam akan Allah ,
yesus, dan roh yang termuat dalam perjanjian baru disistematisasi ke dalam satu trinitas—
satu Allah yang hidup dalam tiga pribadi dan satu substansi—untuk menentang
kecenderungan yang dipandang sesat seputar keterkaitan di antara ketiganya dan untuk

membela gereja terhadap tuduhan pemujaan dua atau tiga Allah .[77]
Beberapa akademisi membantah gagasan bahwa dukungan terhadap trinitas dapat
ditemukan dalam alkitab, dan berpendapat bahwa doktrin tersebut lebih merupakan hasil

dari interpretasi teologis daripada menyuarakan eksegesis kitab suci.[78][79] konsep ini
diungkapkan dalam tulisan-tulisan awal sejak awal abad ke-2, dan para akademisi yang
lain meyakini bahwa cara perjanjian baru berulang kali berbicara mengenai bapa, putra,
dan roh kudus seperti demikian menghendaki pembaca agar menerima pemahaman

trinitaris.[54]

comma johanneum, 1 yohanes 5:7, merupakan teks yang dipertentangkan yang


menyatakan: "sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam surga: bapa, firman dan
roh kudus; dan ketiganya adalah satu." namun, bagian ini tidak dianggap sebagai bagian

dari teks asli,[80] dan kebanyakan akademisi bersepakat bahwa frasa tersebut merupakan

suatu glosa (catatan tambahan).[81]


Yesus sebagai Allah
injil yohanes telah dipandang secara khusus bertujuan menekankan keilahian
yesus, menghadirkan yesus sebagai logos, pra-eksisten dan ilahi, dari kata-kata
pertamanya, "pada mulanya adalah firman; firman itu bersama-sama dengan Allah dan

firman itu adalah Allah ."yoh. 1:1[82] injil yohanes berakhir dengan pernyataan tomas bahwa
20:28[77]
ia percaya yesus adalah Allah , "ya tuhanku dan Allah ku!" yoh. tidak ada
kecenderungan yang signifikan di antara para akademisi modern untuk menyangkal

bahwa yohanes 20:28 mengidentifikasi yesus dengan Allah . [83] yohanes juga

menggambarkan yesus sebagai agen penciptaan alam semesta.[84]


Terdapat juga beberapa kemungkinan dukungan biblika akan keilahian yesus di

dalam injil sinoptik. Injil matius, sebagai contoh, memuat kutipan kata-kata yesus,
"semua telah diserahkan kepada-ku oleh bapa-ku." mat. 11:27
hal ini serupa dengan injil
yohanes, yang menuliskan kalau yesus berkata, "segala sesuatu yang bapa punya, adalah
aku punya."yoh 16:15
ayat-ayat tersebut biasa digunakan untuk membela kemahakuasaan
yesus, memiliki segala kuasa, serta kemahatahuan yesus, memiliki segala kebijaksanaan.
Beberapa ungkapan dalam surat-surat paulus juga ditafsirkan sebagai hal-hal
yang mengaitkan keilahian dengan yesus. Sebagai contoh: "karena di dalam dialah telah
diciptakan segala sesuatu, yang ada di surga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan
yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik pemerintah, maupun
penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh dia dan untuk dia" kol. 1:16
dan "sebab dalam
[kristuslah] berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allah an", kol. 2:9 serta dalam
klaim rasul paulus bahwa ia diutus "bukan karena manusia, juga bukan oleh seorang
manusia, melainkan oleh yesus kristus dan Allah , bapa."gal. 1:1[85]
Beberapa kalangan mengemukakan bahwa yohanes menyajikan suatu hierarki
ketika mengutip yesus yang mengatakan, "bapa lebih besar dari pada aku", yoh. 14:28 suatu

pernyataan yang digunakan sebagai perbantahan oleh kelompok nontrinitaris seperti


arianisme.[86] namun, para bapa gereja seperti agustinus dari hippo berpendapat
bahwa pernyataan tersebut adalah untuk dipahami sebagai yesus yang berbicara dalam

rupa seorang manusia biasa.[87]


Roh kudus sebagai Allah
Seiring dengan hilangnya kontroversi arian, pembahasan beralih dari keilahian
yesus ke kesetaraan roh kudus dengan bapa dan putra. Di satu sisi, sekte

pneumatomaki menyatakan bahwa roh kudus merupakan pribadi yang lebih rendah
daripada bapa dan putra. Di sisi lain, bapa-bapa kapadokia berpendapat bahwa roh
kudus merupakan pribadi yang setara dengan bapa dan putra.
Meskipun teks utama yang digunakan untuk membela keilahian roh kudus adalah

matius 28:19, para bapa kapadokia seperti basilius agung memberikan argumen dari
bagian lainnya seperti "tetapi petrus berkata: 'ananias, mengapa hatimu dikuasai iblis,
sehingga engkau mendustai roh kudus dan menahan sebagian dari hasil penjualan tanah
itu? Selama tanah itu tidak dijual, bukankah itu tetap kepunyaanmu, dan setelah dijual,
bukankah hasilnya itu tetap dalam kuasamu? Mengapa engkau merencanakan perbuatan

itu dalam hatimu? Engkau bukan mendustai manusia, tetapi mendustai Allah .'"kis. 5:3–4[88]
Bagian lain yang dikutip para bapa kapadokia misalnya: "oleh firman tuhan langit
telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-nya segala tentaranya." mzm. 33:6
berdasarkan
pemahaman mereka, karena "nafas" dan "roh" dalam bahasa ibrani sama-sama tertulis "
‫"( "רּו ַח‬ruach"), mazmur 33:6 mengungkapkan peranan putra dan roh kudus sebagai para

rekan-pencipta. Menurut mereka,[88] karena Allah yang suci dapat menciptakan


makhluk-makluk suci seperti para malaikat, putra dan roh kudus tentunya adalah Allah .
Argumen lain yang digunakan para bapa kapadokia untuk membuktikan bahwa
roh kudus adalah kodrat yang sama dengan bapa dan putra yaitu: "siapa gerangan di
antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia
sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang
terdapat di dalam diri Allah selain roh Allah ." 1 kor. 2:11 mereka beralasan bahwa bagian
ini membuktikan kalau roh kudus memiliki relasi yang sama dengan Allah sebagaimana

roh di dalam diri seseorang bagi orang tersebut.[88]


Para bapa kapadokia juga mengutip, "tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah
bait Allah dan bahwa roh Allah diam di dalam kamu?" 1 kor. 3:16 dan beralasan bahwa
adalah suatu penghujatan bagi suatu kodrat yang lebih rendah untuk mendiami bait Allah

, dengan demikian membuktikan bahwa roh kudus setara dengan bapa dan putra.[89]
Mereka juga memadukan frasa "hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh
tuannya"yoh. 15:15 dengan 1 korintus 2:11 dalam suatu upaya untuk memperlihatkan bahwa

roh kudus bukan hamba Allah , dan karenanya setara.[90]


Pneumatomaki menentang para bapa kapadokia dengan mengutip, "bukankah
mereka semua adalah roh-roh yang melayani, yang diutus untuk melayani mereka yang
harus memperoleh keselamatan?"ibrani 1:14 dengan argumen bahwa roh kudus tidak berbeda

dari roh-roh malaikat yang lain yang diciptakan. [91] para bapa gereja tidak setuju, mereka
mengatakan bahwa roh kudus lebih tinggi derajatnya daripada para malaikat, karena roh
kudus adalah pribadi yang memberikan prapengetahuan untuk bernubuat 1 kor. 12:8–10

sehingga para malaikat dapat memberitahukan peristiwa yang akan datang.[88]


Penggunaan kata "paraclete" (yunani: parakletos) bagi roh kudus dalam yohanes
14:16, yang dapat diterjemahkan sebagai penolong, perantara, pembimbing, atau

pelindung,[92] serta tindakan dan esensi roh kudus yang dikarakterisasi dengan kebenaran,

sebagaimana ketiga pribadi trinitas dikaitkan dengan kebenaran (lih. Ayat 17), [93]
digunakan sebagai argumen-argumen bahwa roh kudus adalah pribadi ilahi; terutama
karena yesus menyebut roh kudus sebagai "penolong yang lain", yang dengan cara
tersebut mengungkapkan bahwa roh kudus sama dengan diri-nya sendiri dalam konteks

penolong manusia.[94]
Paralel perjanjian lama
perjanjian lama juga diinterpretasikan memberi pertanda trinitas, [95] dengan
menyebut firman Allah ,mzm 33:6 roh-nya,yes. 61:1 dan hikmat,ams. 9:1 serta narasi-narasi seperti
18[96]
penampakan ketiga orang kepada abraham.kej. bagaimanapun, secara umum
terdapat kesepakatan di antara para akademisi kristen trinitaris bahwa mengorelasikan
gagasan-gagasan tersebut secara langsung dengan doktrin trinitaris kemudian adalah di

luar intensi dan semangat perjanjian lama.[97][98]


Beberapa bapa gereja meyakini bahwa pengetahuan tentang misteri ini diberikan
kepada para nabi dan orang-orang suci perjanjian lama, dan bahwa mereka
mengidentifikasi utusan ilahi dalam kejadian 16:7, 21:17, 31:11, keluaran 3:2 dan hikmat

dalam kitab-kitab hikmat dengan putra, dan "roh tuhan" dengan roh kudus. [97] bapa gereja

yang lain, misalnya gregorius nazianzen, berpendapat dalam orasi-orasi karyanya


bahwa penyataan atau pengungkapan tersebut terjadi secara bertahap, mengklaim bahwa
bapa dinyatakan secara terbuka di dalam perjanjian lama, tetapi putra hanya samar-samar,
karena "tidaklah aman, sewaktu ketuhanan bapa belum diakui, secara terang-terangan

memproklamirkan putra".[99]
Kejadian 18–19 diinterpretasikan oleh kalangan kristen sebagai salah satu teks

trinitaris.[100] narasi tersebut dianggap mengisahkan tuhan yang menampakkan diri


kepada abraham, yang dikunjungi oleh tiga orang. kej. 18:1–2 kemudian dalam kejadian 19,

"kedua malaikat" mengunjungi lot di sodom. Interaksi antara abraham di satu sisi dan
tuhan/tiga orang/kedua malaikat di sisi lainnya merupakan suatu teks menarik bagi

mereka yang percaya pada satu Allah dalam tiga pribadi. Yustinus martir, dan juga
yohanes calvin, menafsirkannya bahwa abraham dikunjungi oleh Allah , yang

didampingi oleh dua malaikat.[101] yustinus menganggap bahwa Allah yang


mengunjungi abraham berbeda dengan Allah yang tetap berada di dalam surga, tetapi
tetap diidentifikasi sebagai Allah (monoteistik). Yustinus mencocokkan Allah yang
mengunjungi abraham dengan yesus, pribadi kedua trinitas.
agustinus berpandangan lain, ia menyatakan bahwa ketiga orang yang
mengunjungi abraham adalah ketiga pribadi trinitas.[101] ia tidak melihat indikasi bahwa
para pengunjung tersebut tidak setara, sebagaimana yustinus menafsirkannya. Dan dalam
kejadian 19 dua dari pengunjung lot disapa olehnya dalam bentuk tunggal: "kata lot

kepada mereka: 'janganlah kiranya demikian, tuanku.'"kej. 19:18[101] agustinus melihat bahwa
lot menyapa mereka sebagai satu kesatuan ("tuanku") karena mereka merupakan satu

substansi tunggal, kendati dalam pluralitas pribadi.[note 2]

Menurut emanuel swedenborg, ketiga malaikat yang menampakkan diri


kepada abraham merepresentasikan trinitas, tetapi trinitas dari satu hakikat: yang ilahi itu
sendiri, manusia ilahi, dan hembusan ilahi. Satu hakikat yang direpresentasikan itu
diindikasikan oleh fakta bahwa ketiganya disebut dalam bentuk tunggal sebagai tuhan.
[102]
alasan mengapa hanya dua dari para malaikat tersebut yang pergi mengunjungi
sodom dan gomora adalah karena mereka mewakili manusia ilahi dan hembusan ilahi,
serta mereka memiliki aspek-aspek penghakiman yang ilahi, sebagaimana yesus
menyatakannya bahwa semua penghakiman dipercayakan oleh bapa kepada putra. yoh.
5.22[103]
ketiga malaikat menampakkan diri kepada abraham sebagai tiga orang, namun
dipandang sebagai suatu representasi simbolis trinitas, yang tidak seharusnya diartikan
secara harfiah sebagai tiga pribadi berbeda. Dalam perjanjian lama, swedenborg
mendapati referensi langsung yang paling awal akan suatu tritunggal dalam keilahian
pada kisah perjumpaan musa dengan tuhan di dalam kitab keluaran yang menyatakan,
"berjalanlah tuhan lewat dari depannya dan berseru: "tuhan, tuhan, Allah penyayang dan

pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-nya dan setia-nya."kel. 34:6[104]

Beberapa kalangan kristen menginterpretasikan berbagai teofani atau


penampakan malaikat tuhan sebagai pengungkapan seorang pribadi yang berbeda
dengan Allah , namun tetap disebut Allah .[105] interpretasi seperti demikian setidaknya

dapat ditemukan mulai dari masa yustinus martir dan melito dari sardis, serta
mencerminkan ide-ide yang telah terkandung dalam karya tulis filo.[106] semua teofani
dalam perjanjian lama karenanya dipandang sebagai kristofani, masing-masing
merupakan "penampakan prainkarnasi mesias".[107]
Penggambaran artistik
Trinitas paling sering diperlihatkan dalam karya seni kristen dengan roh kudus
direpresentasikan oleh seekor burung merpati, sebagaimana tercantum dalam kisah injil
mengenai pembaptisan yesus, yang hampir selalu ditampilkan dengan sayap-sayap
terkembang. Namun, terdapat beberapa penggambaran menggunakan tiga figur manusia

pada hampir sepanjang periode seni.[108]


Bapa dan putra biasanya dibedakan dengan usia, dan kemudian dengan
busana/jubah, tetapi tidak selalu demikian. Penggambaran bapa yang lazim sebagai

seorang pria yang lebih tua dengan janggut putih kemungkinan bersumber dari yang
lanjut usianya dalam alkitab, yang seringkali dikutip demi membela representasi yang
terkadang kontroversial ini. Bagaimanapun, dalam ortodoksi timur yang lanjut usianya
umumnya dipahami sebagai Allah putra, bukan Allah bapa (lihat di bawah)—beberapa

gambar bizantin awal yang menampilkan kristus sebagai yang lanjut usianya, [109] tetapi
ikonografi ini menjadi jarang terlihat. Ketika bapa digambarkan dalam karya seni, ia
terkadang ditampilkan dengan suatu halo yang berbentuk seperti segitiga sama sisi,
bukan lingkaran. Putra seringkali ditampilkan di sebelah kanan bapa. kis. 7:56 ia terkadang

direpresentasikan dengan suatu simbol—biasanya anak domba ( agnus dei)—atau pada


crucifix, sehingga bapa adalah satu-satunya figur manusia yang ditampilkan dalam
ukuran penuh. Dalam seni abad pertengahan awal, bapa terkadang direpresentasikan
dengan suatu tangan yang timbul dari awan dengan sikap memberi berkat, misalnya
dalam adegan-adegan pembaptisan yesus. Belakangan, di barat, singgasana kerahiman
(atau "takhta kasih karunia") menjadi suatu penggambaran yang umum. Dalam gaya ini,

bapa (kadang-kadang dalam posisi duduk di atas takhta) ditampilkan sedang menyokong
crucifix[110] atau, belakangan, putra tersalib yang terkulai, mirip pietà (jenis ini di jerman

dibedakan sebagai not gottes)[111] dengan kedua tangan-nya terentang, sementara sang
merpati melayang di atas atau di antara bapa dan putra. Popularitas subjek ini berlanjut
setidaknya sampai abad ke-18.
Pada akhir abad ke-15, berbagai representasi yang lebih besar, selain takhta
kerahiman, secara efektif dibakukan: suatu figur yang lebih tua dengan jubah polos
menunjukkan bapa, putra dengan torso yang sebagian telanjang untuk memperlihatkan

luka-luka sengsara-nya, serta sang merpati di atas atau di sekitar bapa dan putra. Dalam
representasi-representasi sebelumnya, baik bapa (khususnya) maupun putra seringkali
mengenakan mahkota dan jubah yang kompleks. Terkadang bapa sendiri yang

mengenakan mahkota, atau bahkan tiara kepausan.


Trinitas paling sering diperlihatkan dalam karya seni kristen dengan roh kudus
direpresentasikan oleh seekor burung merpati, sebagaimana tercantum dalam kisah injil
mengenai pembaptisan yesus, yang hampir selalu ditampilkan dengan sayap-sayap
terkembang. Namun, terdapat beberapa penggambaran menggunakan tiga figur manusia

pada hampir sepanjang periode seni.[108]


Bapa dan putra biasanya dibedakan dengan usia, dan kemudian dengan
busana/jubah, tetapi tidak selalu demikian. Penggambaran bapa yang lazim sebagai

seorang pria yang lebih tua dengan janggut putih kemungkinan bersumber dari yang
lanjut usianya dalam alkitab, yang seringkali dikutip demi membela representasi yang
terkadang kontroversial ini. Bagaimanapun, dalam ortodoksi timur yang lanjut usianya
umumnya dipahami sebagai Allah putra, bukan Allah bapa (lihat di bawah)—beberapa

gambar bizantin awal yang menampilkan kristus sebagai yang lanjut usianya, [109] tetapi
ikonografi ini menjadi jarang terlihat. Ketika bapa digambarkan dalam karya seni, ia
terkadang ditampilkan dengan suatu halo yang berbentuk seperti segitiga sama sisi,
bukan lingkaran. Putra seringkali ditampilkan di sebelah kanan bapa. kis. 7:56 ia terkadang

direpresentasikan dengan suatu simbol—biasanya anak domba ( agnus dei)—atau pada


crucifix, sehingga bapa adalah satu-satunya figur manusia yang ditampilkan dalam
ukuran penuh. Dalam seni abad pertengahan awal, bapa terkadang direpresentasikan
dengan suatu tangan yang timbul dari awan dengan sikap memberi berkat, misalnya
dalam adegan-adegan pembaptisan yesus. Belakangan, di barat, singgasana kerahiman
(atau "takhta kasih karunia") menjadi suatu penggambaran yang umum. Dalam gaya ini,

bapa (kadang-kadang dalam posisi duduk di atas takhta) ditampilkan sedang menyokong
crucifix[110] atau, belakangan, putra tersalib yang terkulai, mirip pietà (jenis ini di jerman

dibedakan sebagai not gottes)[111] dengan kedua tangan-nya terentang, sementara sang
merpati melayang di atas atau di antara bapa dan putra. Popularitas subjek ini berlanjut
setidaknya sampai abad ke-18.
Pada akhir abad ke-15, berbagai representasi yang lebih besar, selain takhta
kerahiman, secara efektif dibakukan: suatu figur yang lebih tua dengan jubah polos
menunjukkan bapa, putra dengan torso yang sebagian telanjang untuk memperlihatkan

luka-luka sengsara-nya, serta sang merpati di atas atau di sekitar bapa dan putra. Dalam
representasi-representasi sebelumnya, baik bapa (khususnya) maupun putra seringkali
mengenakan mahkota dan jubah yang kompleks. Terkadang bapa sendiri yang

mengenakan mahkota, atau bahkan tiara kepausan.


Nontrinitarianisme
Nontrinitarianisme (atau antitrinitarianisme) mengacu pada sistem keyakinan
kristiani yang menolak doktrin trinitas dengan alasan tidak berdasar pada kitab suci.
Pandangan-pandangan nontrinitaris sangat beragam berkenaan dengan kodrat Allah ,

yesus, dan roh kudus. Beberapa pandangan nontrinitaris, seperti adopsionisme,


monarkianisme, dan arianisme, telah ada sebelum definisi resmi doktrin trinitas pada
konsili nicea (325), konsili konstantinopel i (381), dan konsili efesus (431).[112]
setelah kemenangan akhir ortodoksi kekristenan di konstantinopel pada tahun 381,
arianisme tersingkir dari kekaisaran dan mempertahankan kedudukannya di antara suku-

suku teutonik. Namun, ketika suku franka menganut katolisisme pada tahun 496,
paham tersebut menghilang secara bertahap. [113] nontrinitarianisme di kemudian hari

diperbaharui dalam gnostisisme yang dianut kaum katar pada abad ke-11 sampai
abad ke-13, pada abad pencerahan abad ke-18, dan dalam beberapa kolompok yang
timbul selama gerakan kebangunan rohani kedua abad ke-19.
Beberapa denominasi atau kelompok nontrinitaris modern misalnya
kristadelfian, sains kristen, gereja yesus kristus dari orang-orang suci
zaman akhir, iglesia ni cristo, saksi-saksi yehuwa, pentakostal keesaan,
gereja Allah hari ketujuh, dan persekutuan kristen universalis unitarian.
Pandangan islam
islam memandang yesus sebagai salah seorang nabi, namun tidak ilahi,[114] dan
Allah harus benar-benar tak terbagi (suatu konsep yang disebut tauhid).[115] beberapa
ayat dari al-qur'an digunakan untuk memandang bahwa doktrin trinitas adalah
penghujatan.[116][117]
Katakanlah, "dia-lah Allah , yang maha esa; Allah adalah tuhan yang bergantung
kepada-nya segala sesuatu; dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan; dan tidak ada
seorang pun yang setara dengan dia."
— al-qur'an, surah 112 (al-ikhlas), ayat 1–4[118]
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan, "bahwasanya Allah salah
satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selain
tuhan yang esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-
orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih.
— al-qur'an, surah 5 (al-ma’idah), ayat 73[119]
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "hai isa putra maryam, adakah kamu
mengatakan kepada manusia, "jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah ?"
isa menjawab, "maha suci engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan
hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah engkau telah
mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada pada diri engkau. Sesungguhnya engkau maha mengetahui perkara yang
gaib-gaib."
— al-qur'an, surah 5 (al-ma’idah), ayat 116[120]
Terdapat beragam interpretasi atas ayat-ayat tersebut oleh para akademisi modern.
[121][122]
ayat 5:73 diinterpretasikan sebagai suatu kritik yang mungkin ditujukan pada
literatur siria yang menyebut yesus sebagai "yang ketiga dari yang tiga" ("the third of the
three" menurut terjemahan inggris atas surah 5:73) dan dengan demikian menolak

pandangan bahwa yesus adalah ilahi.[123]


Edward hulmes menuliskan:
Penafsiran al-qur'an tentang ortodoksi trinitaris sebagai keyakinan di dalam bapa,
putra, dan perawan maria, kemungkinan lebih karena suatu pengenalan akan peran yang

diberikan oleh umat kristen setempat (lih. Koliridianisme) kepada maria sebagai ibu
dalam arti khusus daripada suatu kesalahpahaman akan perjanjian baru itu sendiri.[124]
Terdapat juga perbedaan pendapat mengenai apakah ayat tersebut seharusnya

diartikan secara harfiah.[125] sebagai contoh, thomas menyatakan bahwa ayat 5:116 tidak
untuk dilihat sebagai uraian keyakinan sesungguhnya yang diakukan, tetapi lebih kepada

memberikan contoh syirik (mengklaim keilahian atas sesuatu selain Allah ) dan suatu
"peringatan terhadap devosi berlebihan kepada yesus dan penghormatan akan maria
yang melampaui batas, suatu pengingat yang terkait dengan tema sentral al-qur'an bahwa
hanya ada satu Allah dan dia saja yang harus disembah." [121] ketika dibaca dalam
pengertian ini, maka dapat dipahami sebagai suatu teguran, "terhadap pengilahian yesus
yang diberikan di bagian lain di dalam al-qur'an dan suatu peringatan terhadap
pengilahian maria secara virtual dalam konsili-konsili gereja abad kelima bahwa ia adalah

'pembawa-Allah '."[121]
Pandangan lain
Sesuai tradisinya, yudaisme mempertahankan suatu tradisi monoteisme dengan
mengesampingkan kemungkinan adanya tritunggal.[114]
Catatan tambahan
1. ^ sedikit sekali tulisan-tulisan arius yang masih terlestarikan hingga sekarang. Tulisan
yang ada saat ini kebanyakan berupa kutipan-kutipan dari para lawannya yang
mencerminkan pandangan mereka tentang apa yang ia katakan. Tidak ditemukan satu pun
agenda atau kelompok arian, tetapi lebih kepada beragam kritik seputar rumusan nicea
dari perspektif-perspektif berbeda. (lih. Williams, rowan. Arius spck (2nd edn, 2001)
p.95ff & pp.247ff)
2. ^ agustinus memiliki pengetahuan bahasa yunani yang buruk, dan tidak memiliki
pengetahuan tentang bahasa ibrani. Sehingga ia mempercayai septuaginta lxx, yang
membedakan κύριοιkej. 19:2 ('tuan-tuan', bentuk jamak vokatif) dengan κύριε kej. 19:18 ('tuan',
bentuk tunggal vokatif), meski dalam bentuk verbal bahasa ibrani, ‫אדני‬-‫( נא‬na-adoni),
sama persis untuk kedua kasus tersebut.
Referensi dan catatan
1. ^ oxford dictionaries
2. ^ the family bible encyclopedia, 1972 p. 3790
3. ^ see discussion in  herbermann, charles, ed. (1913). "person". Catholic
encyclopedia. New york: robert appleton company.
4. ^ definition of the fourth lateran council quoted in catechism of the catholic
church, 253
5. ^ "frank sheed, ''theology and sanity''". Ignatiusinsight.com. Diakses
tanggal 3 november 2013.
6. ^ "understanding the trinity". Credoindeum.org. 16 may 2012. Diakses
tanggal 16 aug 2016.
7. ^ "baltimore catechism, no. 1, lesson 7" . Quizlet.com. Diakses tanggal 3
november 2013.
8. ^ coppens, charles, s.j. (1903). A systematic study of the catholic religion.
St. Louis: b. Herder.
9. ^ "catechism of the catholic church, 253–267: the dogma of the holy
trinity".
10. ^ "trinity, doctrine of" in the oxford dictionary of the christian church (oxford
university press 2005 isbn 978-0-19-280290-3)
11. ^ matt slick, "the word trinity is not found in the bible"
12. ^ mcgrath alister e. Christian theology: an introduction blackwell, oxford
(2001) p.321
13. ^ mcgrath, alister e. Christian theology: an introduction blackwell, oxford
(2001) p.324
14. ^ kelly, j.n.d. early christian doctrines a & g black (1965) p. 88
15. ^ "lewis and short: ''trinus''". Perseus.tufts.edu. Diakses tanggal 2 january
2012.
16. ^ liddell & scott, a greek-english lexicon. Entry for τριάς, retrieved 19
december 2006
17. ^ theophilus of antioch, to autolycus, ii.xv (retrieved on 19 december 2006).
18. ^ w.fulton in the "encyclopedia of religion and ethics"
19. ^ aboud, ibrahim (fall 2005). Theandros an online journal of orthodox
christian theology and philosophy. 3, number 1.
20. ^ "against praxeas, chapter 3". Ccel.org. 1 june 2005. Diakses tanggal 2
january 2012.
21. ^ against praxeas, chapter 2 and in other chapters
22. ^ history of the doctrine of the trinity. Accessed 15 september 2007.
23. ^ see elizabeth lev, "dimming the pauline spotlight; jubilee fruits", 2009
24. ^ "orthodox outlet for dogmatic enquiries: on god". Oodegr.com. Diakses
tanggal 2 january 2012.
25. ^ eusebius of caesarea, church history iii.36
26. ^ "st. Ignatius of antioch to the magnesians (shorter recension), roberts-
donaldson translation". Earlychristianwritings.com. Diakses tanggal 3 november
2013.
27. ^ "first apology, lxi". Ccel.org. 13 july 2005. Diakses tanggal 3 november
2013.
28. ^ theophilus, apologia ad autolycum, book ii, chapter 15
29. ^ tertullian against praxeas
30. ^ mulhern, philip f. (1967) "trinity, holy, devotion", in new catholic
encyclopedia. Prepared by an editorial staff at the catholic university of america. New
york:mcgraw-hill, 14. 306
31. ^ a b bingham, jeffrey, "ht200 class notes", dallas theological seminary, (2004).

32. ^ the encyclopedia americana (1956), vol. Xxvii, p. 294l


33. ^ nouveau dictionnaire universel (paris, 1865–1870), vol. 2, p. 1467.
34. ^ "catholic encyclopedia: article:''paul of samosata''" . Newadvent.org. 1
february 1911. Diakses tanggal 2 january 2012.
35. ^ chadwick, henry. The early church pelican/penguin (1967) p.87
36. ^ "arianism" in cross, f.l. & livingstone, e.a. (eds) the oxford dictionary of the
christian church (1974)
37. ^ creeds of christendom
38. ^ greek texts of 325 and 381
39. ^ "athanasius, bishop of alexanria, theologian, doctor".
Justus.anglican.org. Diakses tanggal 2 january 2012.
40. ^ "athanasius: de decretis or defence of the nicene definition,
introduction, 19". Tertullian.org. 6 august 2004. Diakses tanggal 2 january 2012.
a b c
41. ^ "trinity". Britannica encyclopaedia of world religions. Chicago:
encyclopædia britannica. 2006.
42. ^ on athanasius, oxford classical dictionary, edited by simon hornblower and
antony spawforth. Third edition. Oxford; new york: oxford university press, 1996.
43. ^ gregory of nazianzus, orations 40.41
44. ^ mulhern, 306.
45. ^ mulhern, p.306
46. ^ matius 28:19
47. ^ 7:1, 3 online
48. ^ epistle to the philippians, 2:13 online
49. ^ on baptism 8:6 online, against praxeas, 26:2 online
50. ^ against noetus, 1:14 online
51. ^ seventh council of carthage online
52. ^ a sectional confession of faith, 13:2 online
53. ^ kittel, 3:108.
a b
54. ^ stagg, frank. New testament theology. Broadman press, 1962. Isbn 978-0-
8054-1613-8, pp. 38 ff.
55. ^ grudem, wayne a. 1994. Systematic theology an introduction to biblical
doctrine. Leicester, england: inter-varsity press. Page 226.
56. ^ "athanasian creed". Ccel.org. Diakses tanggal 2 january 2012.
57. ^ barth, karl, and geoffrey william bromiley. 1975. The doctrine of the word of
god prolegomena to church dogmatics, being volume i, 1. Edinburgh: t. & t. Clark. Pages
348–9.
58. ^ thomas, and anton charles pegis. 1997. Basic writings of saint thomas aquinas.
Indianapolis, indiana: hackett pub. Pages 307–9.
59. ^ for 'person', seerichard de smet, a short history of the person, available in
brahman and person: essays by richard de smet, ed. Ivo coelho (delhi: motilal
banarsidass, 2010).
60. ^ "npnf2-09. Hilary of poitiers, john of damascus | christian classics
ethereal library". Ccel.org. 13 july 2005. Diakses tanggal 2 january 2012.
61. ^ pontifical council for promoting christian unity: the greek and the latin
traditions regarding the procession of the holy spirit (scanned image of the english
translation on l'osservatore romano of 20 september 1995); also text with greek letters
transliterated and text omitting two sentences at the start of the paragraph that it
presents as beginning with "the western tradition expresses first ..."
62. ^ catechism of the catholic church, §236
63. ^ phillip cary, priscilla papers vol. 20, no. 4, autumn 2006
64. ^ "basil the great, de spiritu sancto, npnf, vol 8" . Ccel.org. 13 july 2005.
Diakses tanggal 2 january 2012.
65. ^ athanasius, 3.29 (p. 409)
66. ^ basil "letters", npnf, vol 8, 189.7 (p. 32)
67. ^ sauvage, george. "appropriation." the catholic encyclopedia vol. 1. New
york: robert appleton company, 1907. 20 october 2016
68. ^ a b olsen, roger e., "is there hierarchy in the trinity?", patheos, december
8, 2011
69. ^ warfield, benjamin b., "trinity", § 20, the question of subordination, the
international standard bible encyclopaedia, vol. 5, (james orr, ed.), howard-
severance company, 1915, pp.3020-3021
70. ^ rubinstein, richard. When jesus became god, the struggle to define christianity
during the last days of rome. Hlm. 64.
71. ^ the oxford handbook of early christian studies, oup oxford, 2008,
hlm. 432
72. ^ n.s.gill, "the arian controversy and the council of nicea"
73. ^ philip schaff, history of the christian church. Volume iii. Nicene and
post-nicene christianity, fifth edition revised, §27
a b
74. ^ rusch, william g. (1980). "introduction". Dalam rusch, william g. The
trinitarian controversy. Minneapolis: fortress press(perlu berlangganan). Hlm. 2.
75. ^ "neither the word trinity nor the explicit doctrine appears in the new
testament ... The new testament established the basis for the doctrine of the
trinity"(encyclopædia britannica online: article trinity).
76. ^ "trinity". Britannica.com. Diakses tanggal 2 january 2012.
77. ^ a b the oxford companion to the bible (ed. Bruce metzger and michael coogan)
1993, p. 782–3.
78. ^ mcgrath, alister e.understanding the trinity. Zondervan, 9789 isbn 0-310-
29681-1
79. ^ harris, stephen l. Understanding the bible. Mayfield publishing: 2000. Pp.
427–428
80. ^ see, for instance, the note in 1john 5:7–8-1 jn 5:7–8.
81. ^ bruce m. Metzger, the text of the new testament: its transmission, corruption,
and restoration, 2d ed. Oxford university, 1968 p.101
82. ^ "the presentation of jesus in john's gospel" . Bbc.co.uk. Diakses tanggal 2
january 2012.
83. ^ brown, raymond e. The anchor bible: the gospel according to john (xiii–xxi),
pp. 1026, 1032
84. ^ hoskyns, edwyn clement (ed davey f.n.) the fourth gospel faber & faber, 1947
p.142 commenting on "without him was not any thing made that was
made."templat:bibleref2c
85. ^ st. Paul helps us understand truths about jesus archived 20090326160834
at www.dioceseduluth.org error: unknown archive url
86. ^ simonetti, manlio. "matthew 14–28." new testament volume 1b, ancient
christian commentary on scripture. Intervarsity press, 2002. Isbn 978-0-8308-1469-5
87. ^ st. Augustine of hippo,de trinitate, book i, chapter 3.
88. ^ a b c d st. Basil the great,on the holy spirit chapter 16.

89. ^ st. Basil the great, on the holy spirit chapter 19.
90. ^ st. Basil the great, on the holy spirit chapter 21.
91. ^ "catholic encyclopedia: article ''pneumatomachi''". Newadvent.org. 1
june 1911. Diakses tanggal 2 january 2012.
92. ^ new jerusalem bible, standard edition published 1985, introductions and notes
are a translation of those that appear in la bible de jerusalem—revised edition 1973,
bombay 2002; footnote to joh 14:16.
93. ^ zondervan niv (new international version) study bible, 2002, grand rapids,
michigan, usa; footnote to joh 14:17.
94. ^ trinity—see "3 the holy spirit as a person".
95. ^ lihat kitab kebijaksanaan salomo#interpretasi mesianis oleh kalangan
kristen
96. ^ the oxford dictionary of the christian church (oxford university press, 2005
isbn 978-0-19-280290-3), article trinity, doctrine of the
a b
97. ^ "catholic encyclopedia: article ''the blessed trinity''" . Newadvent.org.
1 october 1912. Diakses tanggal 2 january 2012.
98. ^ "encyclopedia of religion", vol. 14, p.9360, on trinity
99. ^ gregory nazianzen, orations, 31.26
100. ^ for the two chapters as a single text, see letellier, robert. Day in mamre,
night in sodom: abraham and lot in genesis 18 and 19. Brill publishers: 1995.isbn
978-90-04-10250-7 pp.37ff. Web: 9 january 2010
a b c
101. ^ "francis watson, abraham's visitors, the journal of scriptural
reasoning, number 2.3, september 2002". Etext.lib.virginia.edu. Diakses tanggal 2
january 2012.
102. ^ swedenborg, emanuel. Heavenly arcana, 1749–58. Rotch edition. New york:
houghton, mifflin and company, 1907, in the divine revelation of the new jerusalem
(2012), n. 2149, 2156, 2218.
103. ^ swedenborg, n. 2319–2320.
104. ^ swedenborg, n. 10617.
105. ^ the trinity in the old testament archived 20101209095120 at
www.biblicalresources.info error: unknown archive url
106. ^ larry w. Hurtado, lord jesus christ: devotion to jesus in earliest
christianity. Wm. B. Eerdmans publishing, 2005 isbn 0-8028-3167-2 pp. 573–578
107. ^ "baker's evangelical dictionary of biblical theology: ''angel of the
lord''". Studylight.org. Diakses tanggal 2 january 2012.
108. ^ see below and g schiller, iconography of christian art, vol. I, 1971, vol ii,
1972, (english trans from german), lund humphries, london, figs i;5–16 & passim, isbn
0-85331-270-2 and isbn 0-85331-324-5
109. ^ cartlidge, david r., and elliott, j.k.. Art and the christian apocrypha, pp. 69–72
(illustrating examples), routledge, 2001, isbn 0-415-23392-5, isbn 978-0-415-23392-
7, google books
110. ^ g schiller, iconography of christian art, vol. Ii, 1972, (english trans from
german), lund humphries, london, figs i;5–16 & passim, isbn 0-85331-270-2 and isbn
0-85331-324-5, pp. 122–124 and figs 409–414
111. ^ g schiller, iconography of christian art, vol. Ii, 1972, (english trans from
german), lund humphries, london, figs i;5–16 & passim, isbn 0-85331-270-2 and isbn
0-85331-324-5, pp. 219–224 and figs 768–804
112. ^ von harnack, adolf (1 march 1894). "history of dogma". Diakses tanggal
15 june 2007. [in the 2nd century,] jesus was either regarded as the man whom god hath
chosen, in whom the deity or the spirit of god dwelt, and who, after being tested, was
adopted by god and invested with dominion, (adoptionist christology); or jesus was
regarded as a heavenly spiritual being (the highest after god) who took flesh, and again
returned to heaven after the completion of his work on earth (pneumatic christology)
113. ^ cross, f.l. (1958). The oxford dictionary of the christian church. London: oup,
p. 81.
a b
114. ^ glassé, cyril; smith, huston (2003). The new encyclopedia of islam.
Rowman altamira. Hlm. 239–241. Isbn  0759101906.
115. ^ encyclopedia of the qur'an. Thomas, david. 2006. Volume v: trinity.
116. ^ qur'an 3:79–80 (terjemahan by shakir)
117. ^ qur'an 112:1–4 (terjemahan by shakir)
118. ^ qur'an 112:1–4 (terjemahan by shakir)
119. ^ qur'an 5:73 (terjemahan by shakir)
120. ^ qur'an 5:116 (terjemahan by shakir)
121. ^ a b c david thomas, trinity, encyclopedia of the qur'an

122. ^ mun'im sirry (1 may 2014). Scriptural polemics: the qur'an and other
religions. Oxford university press.
123. ^ s. Griffith: christians and christianity.
124. ^ edward hulmes: qur'an and the bible, the; entry in the oxford companion to
the bible.
125. ^ mun'im sirry (1 may 2014). Scriptural polemics: the qur'an and other
religions. Oxford university press. Hlm. 47.
Referensi lain
 Routledge encyclopedia of philosophy online, on trinity, link
Bacaan lanjutan
 Emery, gilles, o.p.; levering, matthew, ed. (2012). The oxford handbook of the trinity.
Isbn  978-0199557813.
 Holmes, stephen r. (2012). The quest for the trinity: the doctrine of god in scripture,
history and modernity. Isbn  9780830839865.
 Dolezal, james. "trinity, simplicity and the status of god's personal relations" ,
international journal of systematic theology 16 (1) (2014): 79–98.
 fiddes, paul, participating in god : a pastoral doctrine of the trinity (london: darton,
longman, & todd, 2000).
 Harris, b.p. (2006). Understanding the trinity. An encouragement to abide in the
doctrine in both faith and practice (pdf).
 Johnson, thomas k., "what difference does the trinity make?" (bonn: culture and science
publ., 2009).
 La due, william j., the trinity guide to the trinity (continuum international publishing
group, 2003 isbn 1-56338-395-0, isbn 978-1-56338-395-3).
 Letham, robert (2004). The holy trinity : in scripture, history, theology, and worship.
Isbn  9780875520001.
 o'collins, gerald (1999). The tripersonal god: understanding and interpreting the
trinity. Isbn  9780809138876.
 olson, roger e.; hall, christopher a. (2002). The trinity. Isbn  9780802848277.
 phan, peter c., ed. (2011). The cambridge companion to the trinity. Isbn  978-0-521-
87739-8.
 So, damon w. K., jesus' revelation of his father: a narrative-conceptual study of
the trinity with special reference to karl barth . (milton keynes: paternoster, 2006).
Isbn 1-84227-323-x.
 Hillar, marian, from logos to trinity. The evolution of religious beliefs from pythagoras to
tertullian. (cambridge university press, 2012).
 Tuggy, dale (summer 2014), "trinity (history of trinitarian doctrines)" , stanford
encyclopedia of philosophy
 Feazell, j. And morrison, m. (2013). You're included — complete list of trinitarian
conversations, 108 interviews with 25 theologians: ray s. Anderson, douglas a.
Campbell, elmer colyer, gerrit scott dawson, cathy deddo, gary w. Deddo, gordon fee,
trevor hart, george hunsinger, christian kettler, c. Baxter kruger, john e. Mckenna, jeff
mcswain, steve mcvey, paul louis metzger, paul molnar, roger newell, cherith fee
nordling, robin parry, andrew purves, andrew root, alan torrance, david torrance, robert
t. Walker, william paul young. 4th ed. Ebook grace communion international, pp. 1–
1279.
 webb, eugene, in search of the triune god: the christian paths of east and west
(columbia, mo: university of missouri press, 2014)
(cek: https://id.wikipedia.org/wiki/tritunggal)
Teologi apofatis
Teologi apofatis, atau dikenal juga sebagai teologi negatif, via negativa atau via

negationis, adalah suatu teologi yang berusaha menjelaskan tuhan yang maha baik
dengan hanya berbincang mengenai apa yang tidak mungkin dikatakan mengenai

kebaikan sempurna, yaitu tuhan.[1] lawan pandangan ini adalah teologi katafatik.
Sebuah contoh dapat ditarik dari pernyataan teolog john scotus erigena (abad
ke-9): "kita tidak tahu apa itu tuhan. Tuhan, sendirinya, tidak mengetahui siapa diri-nya,
karena tuhan bukanlah sesuatu. Secara literal, tuhan bukanlah sesuatu, karena ia
bersifat melampaui keberadaan (being)."
Singkatnya, teologi negatif adalah sebuah usaha untuk menjelaskan pengalaman
relijius dan bahasa mengenai yang maha baik melalui pemisahan, dan dengan demikian
mengetahui tuhan bukanlah apa dan tidak tuhan adalah apa. Tradisi apofatis seringkali,

meskipun tidak selalu, dihubungkan dengan pendekatan mistisisme, yang menekankan


pada pengalaman spontan atau terpelajari seorang individual untuk menggapai realita
surgawi hingga melampaui batas-batas persepsi biasa. Pengalaman demikian seringkali
tidak dibantu oleh struktur agama terorganisir tradisional atau permainan peran
terkondisikan dan sikap defensif dari pihak lain.
Deskripsi tuhan secara apofatik
Teologi negatif berpandangan bahwa pengalaman ilahiah itu tak terlukiskan; suatu
pengalaman mengenai kesucian yang hanya dapat dikenali atau diingat secara abstrak.
Lebih jelasnya, manusia tidak dapat menjelaskan esensi kebaikan sempurna yang
berbeda-beda bagi tiap individu dengan kata-kata. Manusia juga tidak mampu
mendefinisikan kompleksitas besar ilahi dalam hubungannya terhadap seluruh bidang
realita. Sebagai hasilnya, seluruh penjelasan akan menjadi tidak sahih dan konseptualisasi
harus dihindari. Pada akhirnya yang dihasilkan adalah adalah sebuah kondisi di mana
pengalaman ilahiah tidak terdefinisikan berdasarkan definisinya sendiri.
 Baik keberadaan maupun ketiadaan sebagaimana dimengerti dalam jagad fisik tidak
berlaku pada tuhan. Sang ilahi itu abstrak bagi sang individu, melampaui ada maupun
tiada, dan melampaui konseptualisasi mengenai itu semua (tidak dapat dikatakan bahwa
tuhan ada, dalam penginderaan biasa untuk kata "ada"; tidak dapat dikatakan pula bahwa
tuhan tiada).
 Tuhan itu terhitung secara ilahiah (tidak dapat diklaim bahwa tuhan itu satu, dua, atau
jenis keberadaan lainnya.)
 Tuhan tidak bodoh (tidak dapat dikatakan bahwa tuhan bijaksana, karena kata tersebut
mengimplikasikan bahwa manusia mengetahui apa arti kebijaksanaan dalam bentuk
ilahiah; manusia hanya mengetahui apa yang dipercayai sebagai kebijaksanaan dalam
konteks budayanya yang terbatas).
 Tuhan tidak jahat (mengatakan bahwa tuhan dapat dideskripsikan dengan kata "baik"
membatasi tuhan pada apa yang dianggap sebagai kelakuan baik oleh individu maupun
kelompok manusia.)
 Tuhan bukanlah sebuah ciptaan (tapi lebih jauh daripada itu manusia tidak dapat
menjelaskan bagaimana tuhan itu ada atau beroperasi dengan hubungannya pada seluruh
kemanusiaan.)
 Tuhan tidak dijelaskan dengan ruang dan lokasi.
 Tuhan tidak terbatas secara konseptual kepada asumsi-asumsi mengenai waktu.
 Meskipun pada intinya teologi apofatis menolak pemahaman secara teologis sebagai jalan
menuju tuhan, beberapa orang menjadikannya sebagai latihan intelektual dengan cara
mendeskripsikan tuhan berdasarkan apa yang bukan tuhan. Tentu harus diketahui bahwa
karena pengalaman keagamaan (atau kesadaran mengenai sesuatu yang suci dan
disucikan) tidak dapat disarikan menjadi bentuk pengalaman manusia yang lain, suatu
pemahaman abstrak terhadap pengalaman keagamaan tidak dapat digunakan sebagai

bukti bahwa diskursus atau praksis keagamaan tidak bisa memiliki nilai. [2] dalam teologi
apofatis, negasi teisme juga mensyaratkan negasi ateismenya yang berdampingan apabila

metode dialektis yang digunakannya berintegritas.[3]


Dalam buddhisme
 Buddhisme juga menjawab pertanyaan-pertanyaan yang mungkin dilabel sebagai
pertanyaan teologis. Pendekatan apofatis banyak ditemukan di dalam filsafat buddhisme.
 Menurut naskah buddhis awal, sang buddha menolak untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan tertentu mengenai proposisi metafisis yang dikenal sebagai empatbelas
jawaban tidak terjawab (kanon pali menulis hanya sepuluh). Pertanyaan-
pertanyaan ini berhubungan dengan topik-topik tertentu seperti atta (diri/jiwa), asal-
usul alam semesta, dan kehidupan setelah kematian. Sang buddha menjelaskan
bahwa dia tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan tertentu karena pertanyaan tersebut
tidak memiliki guna dalam pengejaran nirwana; ia bahkan berkata, "vaccha, ‘pandangan

spekulatif’ merupakan sesuatu yang telah disingkirkan oleh tathagata." [4] dalam
kesempatan lain, sang buddha menggarisbesarkan empat jawaban yang cocok untuk

pertanyaan: iya atau tidak, analisis, pertanyaan balik, dan tidak menjawab pertanyaan. [5]

 Dalam bukunya berjudul the silence of god: the answer of the buddha, raimundo
panikkar menganalisa empatbelas pertanyaan tidak terjawab tersebut dalam konteks
dialog kristen-buddhis, dan berkesimpulan bahwa posisi sang buddha dapat dijelaskan
dengan paling baik sebagai "apofatisme transendental", yaitu posisi di mana yang
transenden (dalam kasus ini, nirwana) dijelaskan melalui negasi.
Dalam tradisi kristen
Baik yahudi maupun kristen adalah agama-agama yang berdasar pada wahyu.
Tuhan memiliki sifat-sifat tertentu yang dipasangkan secara positif pada diri-nya. Kitab
sucinya diwahyukan; dalam kata lain, tuhan merepresentasikan diri-nya melalui kitab

suci. Sebagai contoh: kristen mengajarkan bahwa logos merupakan inkarnasi. Tipe
pemikiran ini disebut teologi katafatis.
tertullian mengatakan bahwa, "yang infinit hanya dapat diketahui dirinya sendiri.
Ini adalah yang memberikan kita penggambaran mengenai tuhan, meskipun ia berada di
luar seluruh konsepsi kita. Ketidakmampuan kita untuk meraih dia tetap memberikan kita
sedikit ide atas apa dia itu. Dia diberikan kepada pikiran kita dalam kebesaran-nya yang

transenden, yang pada saat yang bersamaan diketahui dan tidak diketahui."[6]
Santo cyril dari yerusalem menyatakan dalam homilinya: "karena kita tidak
menjelaskan apa itu tuhan tetapi mengakui secara jujur bahwa kita tidak memiliki
pengetahuan yang eksak mengenai-nya. Karena di dalam apa yang berhubungan dengan

tuhan, mengakui bahwa kita tidak tahu adalah pengetahuan terbaik."[7]

Para bapa-bapa kapadokia pada abad ke-4 menyatakan bahwa mereka percaya
kepada tuhan, tetapi mereka tidak percaya bahwa tuhan ada dengan penginderaan yang
sama dengan benda-benda lainnya. Lebih jelas, mereka menyatakan bahwa semua hal
yang ada (eksis; exists) diciptakan, namun sang pencipta sendiri melampaui keberadaan

(eksistensi; existence). Esensi tuhan seluruhnya tidak dapat dijangkau manusia; manusia

hanya dapat mengetahui tuhan via energi-nya.


Pengaruh teologi apofatis terasa sangat kuat dalam karya-karya pseudo-
dionysius areopagite dan maximus sang syahid. (pseudo-dionysus dikutip 1.760
kali oleh thomas aquinas dalam karya summa theologica).[8]
Teologi negatif juga memainkan peranan yang penting dalam sejarah kristen,
misalnya dalam karya-karya klemens dari alexandria. Tiga teolog lainnya yang
mementingkan teologi negatif demi mencapai pengertian ortodoks mengenai tuhan adalah

gregorius dari nyssa, john chrysostom, dan santo basil yang agung. Yohanes
dari damaskus menggunakan teologi negatif ketika ia menulis bahwa pernyataan-
pernyataan positif mengenai tuhan "tidak" membukakan "sifat tuhan, namun hal-hal yang

melingkupi sifat tuhan". Teologi negatif tetap menjadi penting dalam ritus timur.
Pernyataan-pernyataan apofatis penting bagi banyak teolog modern dalam kristen
ortodoks.
Dalam teologi ortodoks, teologi apofatis dianggap lebih tinggi nilainya dibanding
teologi katafatis. Meskipun aquinas menganggap bahwa teologi positif dan negatif harus
dilihat sebagai lawan dialektis sebagaimana tesis dan antitesis menghasilkan sintesis,

namun vladimir lossky, mendasarkan pandangannya pada pembacaan karya dionysius


dan maximus konfesor, bahwa teologi positif selalu lebih rendah dibanding teologi

negatif.[9] ini disampaikan dalam pengertian bahwa mistisisme adalah ekspresi terhebat
dari teologi dogmatis.[10]
Teologi negatif juga memiliki peranan dalam gereja katolik barat, meskipun
sifatnya lebih merupakan perlawanan terhadap arus tradisi teologi positif/katafatis yang

lebih umum dalam gereja tersebut. Sebagai contoh adalah teolog seperti meister
eckhart dan san juan de la cruz.
karen armstrong dalam bukunya the case for god (2009) menemukan sebuah
arus balik teologi apofatis dalam teologi posmodern.[11]
Menurut seorang kolaborator jangka panjangnya yaitu lee hoinacki, ivan illich,
sang sejarawan dan kritikus sejarah, dapat dipandang sebagai seorang teolog apofatis. Ini
disampaikannya dalam sebuah esai yang dipublikasikan untuk mengingat illich berjudul
"why philia?"
Dalam filsafat yunani
Sang penyair yunani kuno hesiod menuliskan dalam versinya mengenai kelahiran

para dewa dan penciptaan alam semesta bahwa chaos melahirkan dewa-dewi asal: eros,
gaia (bumi) dan tartarus, yang kemudian melahirkan erebus (kegelapan) dan nyx
(malam). Plato melanjutkan silsilah ini di dalam timaeus, bahwa dewa-dewi titan dan
olympian dilahirkan oleh langit dan bumi. Meski demikian, plato tidak mengungkapkan

sebuah teologi negatif. Forma kebaikan plato (yang oleh beberapa komentator
seringkali disamakan dengan forma kesatuan) bukannya tidak dapat diketahui melainkan

merupakan objek tertinggi ilmu pengetahuan.[12]

plotinus merupakan filsuf pertama yang mengungkapkan teologi negatif. Ia


mengungkapkannya dalam versinya mengenai neoplatonisme (meskipun mungkin ia
sudah punya pendahulu dalam tradisi neophytagoreanisme dan platonisme
tengah). Dalam tulisannya ia menyamakan kebaikan di dalam republik (sebagai sebab
dari forma-forma lainnya) dengan kesatuan yang ada di dalam hipotesis pertama di
bagian kedua parmenides (137c-142a), yang disimpulkan bukan sebagai objek
pengetahuan, pendapat, maupun persepsi. Dalam ennead plotinus menulis: "pemikiran
kita tidak dapat menggapai kesatuan sepanjang imaji lain tetap aktif di dalam jiwa . . .
Demi mencapai tujuan ini, kamu harus membebaskan jiwamu dari seluruh hal-hal
eksternal dan berbalik memasuki dirimu sendiri, dengan tak lagi bersandar pada apa yang
ada di luar sana, dan membersihkan pikiranmu dari forma-forma ideal sebagaimana kamu
membersihkan dirimu dari objek-objek inderawi, dan melupakan bahkan dirimu sendiri,
dan dengan demikian kamu dapat melihat kesatuan."
Dalam hinduisme
Pergerakan apofatis dalam hinduisme dapat dilihat dalam karya-karya
shankara, seorang filsuf dari aliran filsafat india adwaita wedanta, dan bhartrihari,
seorang ahli tatabahasa. Shankara berpandangan bahwa sang nomenon transenden,
brahman, direalisasikan melalui penegasian setiap fenomenon termasuk bahasa. Di
sisi lain, bhartrihari berpandangan bahwa bahasa memiliki baik dimensi fenomenal

maupun nomenal, dan dimensi nomenal inilah yang memanifestasikan brahman. [13]
Referensi
1. ^ nicholas bunnin and jiyuan yu. "negative theology : the blackwell dictionary of western
philosophy : blackwell reference online". Diakses 2010-08-18.
2. ^ lonergan, bernard (1972), "method in theology", new york, n.y.:seabury press, isbn 0-
8164-2204-4
3. ^ buckley, michael j. (2004), "denying and disclosing god: the ambiguous progress of
modern atheism", new haven, c.t.: yale university press, p. 120ff, isbn 0-300-09384-5
4. ^ majjhima nikaya 72, aggivacchagotta sutta
5. ^ anguttara nikaya 4.42
6. ^ tertullian, apologeticus, § 17
7. ^ cyril, archbishop of jerusalem (c. 335), "catechetical homilies, vi §2", in schaff,
philip, nicene and ante-nicene fathers (2nd series) vii, peabody, mass.: hendrickson
publishers, inc. (published 1994), p. 33, retrieved 2008-02-01
8. ^ ware, kallistos (1963), the orthodox church, london: penguin group, p. 73, isbn 0-14-
020592-6
9. ^ lossky, the mystical theology of the eastern churchp. 26
10. ^ lossky, the mystical theology of the eastern churchp. 9
11. ^ la times: jack miles. Faith and belief: 'the evolution of god' by robert wright and 'the
case for god' by karen armstrong
12. ^ republik, 508d--e, 511b, 516b
13. ^ coward, harold g. And foshay, toby. Derrida and negative theology. State university of
new york, 1992. P. 21. Isbn 0-7914-0964-3.
(cek: https://id.wikipedia.org/wiki/teologi_apofatis)

Anda mungkin juga menyukai