Anda di halaman 1dari 6

KELOMPOK 4

Nama Anggota Kelompok :

1. Alifia Latifani (P27226019004)


2. Kristiyan Winni Maulani (P27226019025)
3. Ratushania Widya Putri (P27226019037)

Tugas Pertemuan 3

Petanyaan :

1. Carilah sebuah pemberitaan kasus korupsi di media massa. Klipping berita tsb &
diskusikan bersama kelompok anda tentang dampak apa yang ditimbulkan kasus tsb.
Identifikasi dampak tsb berikut alasan-alasan saudara. Buatlah laporan tertulis dlm bentuk
word
2. Setelah saudara mengikuti materi tsb, kemukakan ide2 saudara tentang upaya lain yang
dapat dilakukan pemerintah & masyarakat agar korupsi dpt dicegah.
3. Lakukan identifikasi melalui sumber2 terpercaya : Pada tahun 2013 berapa koruptor yg
dihukum krn TPK ? Karena kasus apa?

Jawaban :

1. Kasus Korupasi Bantuan Sosial Pada Masa Pandemi Covid-19


Kasus Korupsi Bansos, Eks Pejabat Kemensos Adi Wahyono Dituntut 7 Tahun Penjara
Suara.com - Jaksa Penuntut Umum atau JPU dari Komisi Pemberantasan
Korupsi menuntut 7 tahun penjara terhadap eks Pejabat Pembuat Komitmen/PPK
Kementerian Sosial, Adi Wahyono sebagai terdakwa kasus korupsi bansos se-
Jabodetabek tahun 2020. Selain pidana penjara, Adi Wahyono harus membayar denda
sebesar Rp350 juta, subsider enam bulan kurungun penjara.
"Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa AW (Adi Wahyono) dengan pidana penjara
selama tujuh tahun dan denda Rp350 juta subsider enam bulan kurungan," kata Jaksa
KPK dalam pembacaan tuntutan di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta Pusat,
Jumat (13/8/2021).

Adapun hal memberatkan terhadap terdakwa Adi Wahyono, ia tidak mendukung


program pemerintah dalam memberantas korupsi.

"Perbuatan terdakwa dilakukan di masa bencana pandemi Covid-19," ujarnya.

Untuk hal meringankan, Adi Wahyono belum pernah dihukum penjara dan selama
persidangan berterus terang.

"Mengakui dan menyesali perbuatannya," ucap Jaksa.

Jaksa pun juga mempertimbangkan permohonan Justice Collaborator (JC) yang


diajukan oleh terdakwa Adi Wahyono. Salah satunya, kata Jaksa KPK, Adi Wahyono
telah mengembalikan uang yang telah dinikmatinya dalam korupsi bansos senilai
Rp208,4 juta. Uang itu telah dikirim melalui rekening KPK.

"Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penuntut umum berkesimpulan pemberian


status justice collaborator dapat diberikan pada Adi Wahyono karena telah memenuhi
kriteria," imbuhnya.

Dalam dakwaan Jaksa, terdakwa Matheus Joko Santoso dan Adi Wahyono menjadi
perantara eks Menteri Sosial Juliari P Batubara dalam pengumpulan sejumlah uang
dari vendor-vendor yang mengerjakan paket sembako mencapai Rp32,4 miliar.

Adapun pasal yang diterapkan Jaksa terhadap Matheus Djoko dan Adi Wahyono Pasal
12 huruf (b) Jo Pasal 18 UU Tipikor Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP Jo Pasal 64 ayat
(1) KUHP. Atau Kedua : Pasal 11 Jo Pasal 18 UU Tipikor Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. (Antara)

Diakses pada : Sabtu, 14 Agustus 2021 pukul 15:13 WIB


Diupload pada : Jum’at, 13 Agustus 2021 pukul 23:06 WIB

Dilansir dari : Suara.com

Sumber : https://www.suara.com/news/2021/08/13/230620/kasus-korupsi-
bansos-eks-pejabat-kemensos-adi-wahyono-dituntut-7-tahun-penjara

Dampak Yang Ditimbulkan Dari Kasus Korupsi Bantuan Sosial

a. Mahalnya harga jasa dan pelayanan publik


Praktek korupsi menciptakan ekonomi biaya yang tinggi, yang membebankan
pelaku ekonomi. Kondisi ekonomi biaya tinggi ini berimbas pada mahalnya
harga jasa dan pelayanan publik, karena harga yang ditetapkan harus dapat
menutupi kerugian pelaku ekonomi akibat besarnya modal yang dilakukan
karena penyelewengan yang mengarah ke tindak korupsi
b. Pengetasan kemiskinan berjalan lambat
Lemahnya koordinasi dan pendataan, pendanaan, dan lembaga. Karena korupsi,
permasalahan kemiskinan itu sendiri akhirnya akan membuat masyarakat sulit
mendapatkan akseske lapangan kerjayang disebabkan latar belakang
pendidikan, sedangkan untuk membuat pekerjaan sendiri banyak terkendala
oleh kemampuan, masalah teknisi dan pendanaan.
c. Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin
Rakyat miskin lebih mendahulukan mendapatkan bahan pokok untuk hidup
daripada untuk sekolah yang semakin menyudutkan karena mengalami
kebodohan. Jasa pendidikan, kesehatan, rumah layak huni, informasi, hukum
dan sebagainya sulit diakses untuk masyarakat miskin. Akses untuk
mendapatkan pekerjaan yang layak menjadi sangat terbatas, yang pada akhirnya
rakyat miskin tidak mempunyai pekerjaan dan selalu dalam kondisi.
d. Meningkatnya angka kriminalitas
Menurut Transparency International, korupsi dan kualitas serta kuantitas sangat
berkaitan. Rasionya, ketika korupsi meningkat, angka kejahatan yang terjadi
juga ikut meningkat. Sebaliknya, ketika korupsi berhasil dikurangi, maka
kepercayaan masyarakatterhadap penegakan hukum (law encofercement) juga
meningkat.
e. Solidaritas sosial semakin langka
Masyarakat merasa tidak mempunyai pegangan yang jelas untuk menjalankan
kehidupannya sehari-hari. Ketidakjelasan masa depan serta himpitan hidup
yang semakin kuat membuat sifat kebersamaan dan kegotong-royongan yang
selama ini dilakukan menjadi langka.
f. Demoralisasi
Masyarakat menjadi semakin individualis. Mementingkan dirinya sendiri dan
keluarganya saja. Mengapa masyarakat melakukan hal ini? Karena memang
sudah tidak ada lagi kepercayaan kepada pemerintah, sistem, hukum bahkan
antar masyarakat sendiri.

2. Upaya yang dilakukan Masyarakat dan Pemerintah dalam Mencegah Korupsi

 Akhiri Impunitas
Penegakan hukum yang efektif sangat penting untuk memastikan para
koruptor dihukum dan memutus siklus impunitas, atau kebebasan dari hukuman atau
kerugian. Pendekatan penegakan hukum yang sukses harus didukung oleh kerangka
hukum yang kuat, cabang penegakan hukum dan sistem pengadilan yang independen
dan efektif. Sedangkan masyarakat sipil sendiri dapat mendukung proses tersebut
dengan melakukan inisiatif tertentu seperti kampanye yang dilakukan secara bijak,
dan tetap memperhatikan hukum. Pasalnya menghukum pihak yang terlibat korupsi
adalah komponen vital dari setiap upaya anti korupsi yang efektif.
 Mereformasi dan administrasi public dan manajemen keuangan
Reformasi yang berfokus pada peningkatan manajemen keuangan dan
memperkuat peran lembaga audit di banyak negara telah mencapai dampak yang lebih
besar daripada hanya melakukan di  sektor publik dalam mengendalikan korupsi.
Bahkan salah satu reformasi tersebut merupakan pengungkapan informasi anggaran,
yang dimana upaya ini dilakukan untuk mencegah pemborosan dan penyalahgunaan
sumber daya. Misalnya, dengan melakukan transparansi dan partisipatif , dimana cara
ini juga melatih masyarakat setempat untuk mengomentari anggaran yang diusulkan
pemerintah daerah mereka. Namun harus diakui cara ini belum bisa diterapkan di
banyak negara, karena ada dampak yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan.
 Mengenali jenis korupsi
Korupsi tidak hanya menyangkut suap, tapi juga bicara mengenai masyarakat
ekonomi lemah, yang masih sering menjadi sumber daya yang perannya belum
maksimal di tengah suatu ngara. Itulah mengapa sangat penting untuk memahami
berbagai jenis korupsi untuk mengembangkan respons yang cerdas, dan sesuai dengan
kebutuhan negara tersebut.
 Memaksimalkan kekuatan masyarakat
Kontribusi masyarakat di setiap aspek bagian negara yang masih relevan,
dapat membantu pemerintahan. Untuk itu dalam hal ini sangat perlu untuk melakukan
identifikasi prioritas, masalah, dan menemukan solusi. Setiap kontribusi yang
diberikan masyarakat akan sangat bermanfaat untuk kemajuan suatu negara, meskipun
hanya dapat dilakukan dalam skala kecil. Misalnya saja dengan melakukan inisiatif
pemantauan masyarakat dalam beberapa kasus berkontribusi pada deteksi korupsi,
mengurangi kebocoran dana, meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan publik.
 Menutup celah Internasional
Salah satu yang menyebabkan korupsi susah untuk dilacak adalah saat pejabat
publik melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di negara lain. Sehingga
sangat perlu bagi pusat keuangan untuk memiliki sistem yang maju, dan mampu
menghentikan transaksi gelap yang terjadi.
 Memanfaatkan teknologi
Contohnya KPK membuat aplikasi LHKPN (Laporan Harta Keuangan
Penyelenggara Negara) yang wajib diisi oleh semua Penyelenggara Negara. Hal ini
dilakukan oleh KPK sebagai bentuk tranparansi public, sehingga masyarakat juga
dapat mengetahui perkembangan kekayaan para penyelenggara Negara.  Tujuan
lainnya adalah sebagai kontrol dan salah satu mekanisme untuk menilai kejujuran dan
integritas penyelenggara negara. Alhasil, jika ada di antara masyarakat yang
mendapatkan ketidakcocokan antara data pelaporan yang termuat di aplikasi dengan
apa yang terjadi di lapangan, mereka dapat melaporkannya melalui Pengaduan
Masyarakat KPK atau kontak layanan LHKPN.

3. Kasus Korupsi Pada Tahun 2013

Menurut ICW (Indonesia Corruption Watch) diketahui bahwa hasil pemantauan


terhadap penanganan kasus korupsi oleh aparat penegak hukum selama 2013, terpantau
560 kasus korupsi dengan jumlah tersangka 1271 orang dan potensi kerugian negara
sebesar 7,3 Triliun rupiah. Jika dibandingkan dengan pemberantasan korupsi tahun
sebelumnya, terjadi peningkatan pada sisi jumlah kasus dan penetapan tersangka, namun
menunjukkan penurunan pada kerugian negara. Selama 3 tahun terakhir, pemberantasan
korupsi masih belum bergeser dari sektor infrastruktur, keuangan daerah dan pendidikan.

Tersangka korupsi masih didominasi kalangan pegawai Pemda/kementrian (557


tersangka), direktur/pegawai swasta (274 tersangka), kepala dinas (108 tersangka),
direktur/pejabat/ Pegawai BUMN/D (85 tersangka), dan anggota DPR/D (62 tersangka).
Menariknya, khusus di Semester II tahun 2013, dari 228 yang ditetapkan tersangka,
39,03% merupakan penyelenggara pengadaan barang dan jasa seperti panitia lelang, PPK,
PPTK dll. Aktor berlatar belakang kepada daerah dan anggota DPR/D meningkat. Tahun
2013, kepala daerah 35 tersangka dan anggota DPR/D 62 tersangka. Tahun 2012, kepala
daerah 34 tersangka, dan anggota DPR/D 38 tersangka. Terdapat korporasi yang menjadi
tersangka kasus korupsi (IM2). Pada pengadilan tingkat pertama dihukum membayar
uang pengganti Rp 1,3 triliun. Namun, pada tingkat banding divonis bebas.

Diakses pada : Sabtu, 14 Agustus 2021 pukul 22.00 WIB


Dilansir dari : ICW (Indonesia Corruption Watch)
https://antikorupsi.org/sites/default/files/dokumen/Tren%2520Pemberantasan
%2520Korupsi%25202013.pdf

Identifikasi Kasus Korupsi Tahun 2013

Pemberantasan korupsi tahun 2013 menunjukkan peningkatan secara kuantitas dan


kualitas. Aparat hukum masih fokus menangani kasus sektor pengeluaran/ belanja negara.
Sedangkan korupsi pada sektor penerimaan belum mendapat perhatian. Ada problem
serius dalam proses sistem pengadaan barang dan jasa. Sulit mempercayakan
pemberantasan korupsi di daerah pada kepala daerah, mengingat banyaknya kepala
daerah yang menjadi tersangka. Korupsi di sektor pendidikan masih mengkhawatirkan
dan selalu masuk 3 besar tempat terjadinya korupsi.

KPK harus kembali fokus pada kasus dugaan korupsi sektor sumber daya alam dan
sektor-sektor strategis lainnya. Upaya yang dapat dilakukan KPK untuk mencegah tindak
pidana korupsi di Indonesia yaitu dengan perkuat fungsi kooridinasi dan supervisi, agar
kepolisian dan kejaksaan bisa makin optimal, memberdayakan aktor-aktor potensial di
dalam pemerintahan untuk memperkuat pencegahan korupsi. Kepolisian dan kejaksaan
harus meningkatkan kinerja, khususnya pada penganganan kasus korupsi di daerah.
Selain itu perlu ada keseriusan dalam melakukan reformasi birokrasi di tingkat daerah.

Anda mungkin juga menyukai