Anda di halaman 1dari 31

STASE KEPERAWATAN JIWA

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN JIWA DENGAN MASALAH

HALUSINASI PENDENGARAN PADA TN. P

Nama : Enjel Mandey, S.Kep


NIM : 20014104021

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

MANADO 2020
KASUS (MASALAH UTAMA)
Masalah utama dalam laporan ini yaitu Perilaku Kekerasan
PROSES TERJADINYA MASALAH
Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara
fisik maupun psikologis.Berdasarkan definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukan
secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan.
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain (Damaiyanti dan
Iskandar, 2012).
Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Teori Biologik
1) Neurologic factor, beragam komponen dari sistem syaraf seperti synap,
neurotransmitter, dendrite, axon terminalis mempunyai peran memfasilitasi atau
menghambat rangsangan dan pesan-pesan yang akan memengaruhi sifat agresif.
Sistem limbik sangat terlibat dalam menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan
respons agresif.
2) Genetic factor, adanya faktor gen yang diturunkan melalui orang tua, menjadi potensi
perilaku agresif. Menurut riset Kazuo Murakami (2007) dalam gen manusia terdapat
dormant (potensi) agresif yang sedang tidur dan akan bangun jika terstimulasi oleh
faktor eksternal.
3) Cyrcardian Rhytm (irama sirkadian tubuh), memegang peranan pada individu.
Menurut penelitian pada jam-jam tertentu manusia mengalami peningkatan cortisol
terutama pada jam-jam sibuk seperti menjelang masuk kerja dan menjelang
berakhirnya pekerjaan sekitar jam 9 dan jam 13. Pada jam tertentu orang lebih mudah
terstimulasi untuk bersikap agresif.
4) Biochemistry factor (faktor biokimia tubuh) seperti neurotransmitter di otak
(epinephrine, norepinephrin, dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan
dalam penyampaian informasi melalui sistem persyarafan dalam tubuh, adanya
stimulus dari luar tubuh yang dianggap mengancam atau membahayakan akan
dihantar melalui impuls neurotransmitterke otak dan meresponnya melalui serabut
efferent. Peningkatan hormon androgen dan norepinephrin serta penurunan serotonin
dan GABA pada cairan cerebrospinal vertebra dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya perilaku agresif.
5) Brain Area disorder, gangguan pada sistem limbik dan lobus temporal, sindrom otak
organik, tumor otak, trauma otak, penyakit ensepalitis, epilepsi ditemukan sangat
berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan (Yosep, 2013)
b. Teori Psikologik
1) Teori Psikoanalisa: Agresivitas dan kekerasan dapat dipengaruhi oleh riwayat tumbuh
kembang seseorang (life span story). Teori ini menjelaskan bahwa adanya
ketidakpuasan fase oral antara usia 0-2 tahun dimana anak tidak mendapat kasih
sayang dan pemenuhan kebutuhan air susu yang cukup cenderung mengembangkan
sikap agresif dan bermusuhan setelah dewasa sebagai kompensasi adanya
ketidakpercayaan pada lingkungannya. Tidak terpenuhinya kepuasaan dan rasa aman
dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang
rendah.Perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara
terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak
kekerasan.
2) Imitation, modeling, and information processing theory: Menurut teori ini perilaku
kekerasan bisa berkembang dalam lingkungan yang menolelir kekerasan.Adanya
contoh, model dan perilaku yang ditiru dari media atau lingkungan sekitar
memungkinkan individu meniru perilaku tersebut.
3) Learning theory: Perilaku kekerasan merupakan hasil belajar individu terhadap
lingkungan terdekatnya.Ia mengamati bagaimana respons ayah saat menerima
kekecewaan dan mengamati bagaimana respons ibu saat marah. Ia juga belajar bahwa
dengan agresivitas lingkungan sekitar menjadi peduli, bertanya, menanggapi, dan
menganggap bahwa dirinya eksis dan patut untuk diperhitungkan (Yosep, 2013).
2. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan dengan:
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas seperti dalam
sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai
seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan keluarga (Yosep, 2013).
C. Rentang Respon Marah
1. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut, respon adaptif:
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman
ahli
d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
e. Hubungan sosial adalah proses suatu hubungan interaksi dengan orang lain dan
lingkungan
2. Respon Maladapif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon tidak
normal (maladaptif) meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah kelainan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak
diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial
b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang
dimanifestasikan dalam bentuk fisik
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur (Damaiyanti dan
Iskandar, 2012)
D. Tanda dan Gejala
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang
b. Mata melotot/pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
f. Jalan mondar-mandir
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat denga kata-kata kotor
e. Suara keras
f. Ketus
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, rasa terganggu, dendam dan jengkel, tidak
berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain, menyinggung
perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual (Yosep, 2013).
E. Penatalaksanaan
1. Medis
Obat-obatan yang biasa diberikan kepada pasien dengan marah atau perilaku kekerasan
adalah:
a. Antianxiety dan sedative hypnotics. Obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi yang
akut.Benzodiazepine seperti Lorazepam dan Clonazepam sering digunakan dalam
kedaruratan psikiatrik untuk menenangkan perlawanan klien.Tapi obat ini tidak
direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu lama karena dapat menyebabkan
kebingungan dan ketergantungan, juga bisa memperburuk symptom depresi.
b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan yang
berkaitan dengan kecemasan dan depresi.
c. Antidepressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol implusif dan perilaku
agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood. Amitriptyline dan Trazodone,
menghilangkan agresifitas yang berhubungan dengan cedera kepala dan gangguan
mental organik.
d. Lithium efektif untuk agresif karena manic
e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan (Yosep, 2007).
2. Tindakan Keperawatan
Cara yang dapat dilakukan keluarga dalam mengatasi marah klien adalah:
a. Berteriak, menjerit, memukul
Terima marah klien, diam sebentar, arahkan klien untuk memukul barang yang tidak
mudah rusak seperti bantal dan kasur.
b. Bantu klien latihan relaksasi misalnya latihan fisik maupun olahraga
Latihan pernafasan 2x/hari, tiap kali 10 kali tarikan dan hembuskan nafas.
c. Bantu melalui humor
Jaga humor tidak menyakiti orang, observasi ekspresi muka orang yang menjadi
sasaran dan diskusi cara umum yang sesuai (Keliat dkk, 2002)
Daftar Pustaka

Damaiyanti, M., & Iskandar (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Helena, N (2005). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta :
EGC.
Keliat, B.A., dkk (2002). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.
NANDA – International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta :
EGC.
Yosep (2013). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama.
Yosep (2007). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Inisial : Tn.Paul (P) Tanggal Pengkajian : 17/11/2020
Umur : 17 tahun Informan : Tn. P
2. Keadaan Klien
Klien datang ke psikiatri mengalami periode penarikan diri dan isolasi di kamarnya selama
seminggu, tepat setelah sekolah, dan sebagian besar hari selama akhir pekan. Klien juga
melaporkan kecurigaan dan persepsi yang menyimpang. klien terlalu sibuk dengan tidur
berlebihan dan terlambat ke sekolah, dan merasa sangat tertekan karena dia akan mulai
mendengar suara-suara lagi yang menyuruhnya untuk melukai dirinya sendiri.
Pada saat ditepelon dengan sang ibu melaporkan bahwa klien sangat agresif, melempar
barang, dan berteriak tanpa motif yang jelas.
3. Faktor Presipitas
Ibu klien mengatakakan bahwa klien sangat agresif, membanting barang dan berteriak
tanpa motif yang jelas. Klien juga mengatakan klien menolak untuk bersekolah karna dia
khawatir bahwa gurunya akan menjelek-jelekkan dia didepan teman-temannya. Perilaku
klien tiba-tiba mulai berubah dan mengambil tindakan tanpa memikirkan konsekuensinya
4. Faktor Predisposisi
Menurut ayah tiri klien, klien memiliki ambisi menjadi bintang rock dan sangat egois dan
banyak menuntut pada ibunya. Klien terlalu banyak menuntut untuk memenuhi
kebutuhannya dan mengamuk jika tidak mengikuti tuntutannya.
Klien
a) Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu  Ya ☐Tidak
Klien berprestasi di sekolah dan berpartisipasi dalam olahraga dan Pramuka sampai dia
mulai mendengar suara-suara pada usia 13 tahun. klien mengatakan ditangkap karena
memukul kepala pengantar pizza dengan wajan karena suara-suara memerintahkannya
untuk mencuri pizza dan mobil pengantar pizza. Setelah kejadian ini, Paul dibawa oleh
orang tuanya ke rumah sakit jiwa selama 6 minggu dan dipantau dengan obat antipsikotik
Risperdal 75 mg.
b) Jenis Aniaya

Aniaya fisik ☐ Tidak ☐ Ya


Aniaya seksual ☐ Tidak ☐ Ya
Penolakan ☐ Tidak ☐ Ya
Kekerasan dalam rumah tangga ☐ Tidak ☐ Ya
Tindakan kriminal ☐ Tidak  Ya
Jelaskan : klien mengatakan ditangkap karena memukul kepala pengantar pizza dengan
wajan karena suara-suara memerintahkannya untuk mencuri pizza dan mobil pengantar
pizza.
Masalah keperawatan : Halusinasi pendengaran

5. Fisik
a) Tanda vital : TD: 120/80mmHg N:98x/menit S: 36,5°C P: 20x/menit
b) Ukur : TB: 168 BB: 50
c) Keluhan fisik : ☐ Ya  Tidak

b.) Konsep Diri

Gambaran diri :
Identitas : Klien berjenis kelamin laki.
Peran : Klien tumbuh sebagai anak tunggal dalam sebuah keluarga
dengan ibu dan ayah tirinya dan sebagai siswa. Klien menolak
untuk bersekolah melaporkan bahwa dia khawatir bahwa gurunya
keluar untuk menjemputnya dan bahwa ada rencana untuk
mendiskreditkannya di sekitar teman-temannya. Klien berprestasi
di sekolah dan berpartisipasi dalam olahraga dan Pramuka sampai
dia mulai mendengar suara-suara pada usia 13 tahun.
Ideal diri : klien menggambarkan dirinya tidak berdaya dalam menangani
urusannya sendiri dan sulit mempercayai bahwa orang tuanya tidak
akan membawanya ke rumah sakit lagi. Karena pengobatannya, dia
memiliki libido rendah dan tidak tertarik pada hubungan romantis.
Harga diri : klien mengalami penurunan kemampuan untuk mengalami
kesenangan, yang membuatnya menjadi lebih menantang dan
menjauh. Dia mengalami kurangnya kesenangan dan minat
sepanjang hari, dan sangat sulit berempati dengan perasaan orang
lain. Dia mengalami penarikan diri dan isolasi di kamarnya selama
seminggu, tepat setelah sekolah, dan sebagian besar hari selama
akhir pekan.
Masalah Keperawatan: Halusinasi pendengaran, isolasi sosial
c.) Hubungan Sosial

Orang yang berarti : Klien sulit berempaty dengan orang lain


Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain: Klien mengatakan kurang mampu
dalam menjalin hubungan dengan orang lain
Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial
d.) Spiritual

Nilai dan keyakinan : klien mengatakan percaya kepada Tuhan Yesus


Kegiatan Ibadah : klien melakukan ibadah
Masalah Keperawatan :

6. Status Mental
a) Penampilan

☐ Tidak rapi ☐ Penggunaan pakaiaan tidak sesuai


☐ Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan:
Masalah : tidak ada masalah keperawatan
b) Pembicaraan

☐ Cepat ☐ Keras ☐ Gagap ☐ Inkoheren


☐ Apatis ☐ Lambat ☐ Membisu ☐ Tidak mampu memulai
Jelaskan:
Masalah Kepeawatan:
c) Aktivitas motorik
☐ Lesu ☐ Tegang ☐ Gelisah ☐ Agitasi
☐ Tik ☐ Grimasen ☐ Tremor ☐ Kompulsif
Jelaskan: Klien tampak lesu dan tidak bersemangat ketika akan diwawancarai
Masalah Keperawatan: Hambatan Komunikasi Verbal
d) Alam perasaan

 Putus asa ☐ Ketakutan ☐ sedih ☐Khawatir ☐Gembira berlebihan


Jelaskan:
e) Afek

 Datar ☐ Tumpul ☐ Labil ☐ Tidak sesuai


Jelaskan: Masalah Keperawatan:

f) Interaksi selama wawancara

☐ Bermusuhan ☐ Tidak kooperatif ☐ Mudah tersinggung


☐ Kontak mata (-) ☐ Defensif ☐ Curiga
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

g) Persepsi

 Pendengaran ☐ Penglihatan ☐Perabaan


☐Pengecapan ☐Penghidu
Jelaskan: Klien mengalami gangguan presepsi pendengaran yang mengatakan untuk
menyakiti dirinya sendiri.
Masalah Keperawatan: Halusinasi Pendengaran

h) Proses pikir

☐ Sirkumtansial ☐Tangensial ☐ Kehilangan asosiasi


☐ Flight of idea ☐ Bloking ☐ Pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan:
Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan

i) Isi pikir

☐ Obsesi ☐ Fobia ☐ Hipokondria


☐ Depersonalisasi ☐ Ide yang terkait ☐Pikiran magis
Waham
☐ Agama ☐ Somatik ☐ Kebesaran
☐ Curiga ☐Nihilistik ☐ Sisip pikir
☐ Siar pikir ☐ Kontrol pikir
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

j) Tingkat kesadaran

☐ Bingung ☐ Sedasi ☐ Stupor


Disorientasi
☐ Waktu ☐ Tempat ☐ Orang
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

k) Memori

☐ Gangguan daya ingat jangka panjang ☒ Gangguan daya ingat jangka pendek
☐ Gangguan daya ingat saat ini ☐ Konfabulasi
Jelaskan: Klien tidak memiliki gangguan pada memori.
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

l) Tingkat konsentrasi berhitung

☐ Mudah beralih ☐ Tidak mampu konsentrasi


☐ Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:

m) Kemampuan penilaian
☐ Gangguan ringan ☐ Gangguan bermakna
Jelaskan: Klien tidak memiliki gangguan dalam penilaian
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
n) Daya tilik diri

☐ Mengingkari penyakit yang diderita ☐ Menyalahkan hal-hal diluar dirinya


Jelaskan: Klien tidak memiliki gangguan pada daya tilik diri
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

7. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif
☐ Biacara dengan orang lain ☐ Minum alkohol
☐ Mampu menyelesaikan masalah ☐ Reaksi lambat/berlebih
☐ Teknik relaksasi ☐ Bekerja berlebihan
☐ Aktivitas konstruktif  Menghindar
☐ Olahraga  Mencederai diri
☐ Lainnya ☐ Lainnya
Jelaskan:
Masalah Keperawatan: ketidakefektifan mekanisme koping

8. Masalah Psikososial dan Lingkungan

☐ Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik


 Masalah berhubungan dengan lingkungan
 Masalah dengan pendidikan.
☐ Masalah dengan pekerjaan, spesifik
☐ Masalah dengan perumahan, spesifik
☐ Masalah ekonomi, spesifik
☐ Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik
☐ Masalah lainnya, spesifik
Jelaskan:
Masalah Keperawatan: Hambatan Interaksi Sosial, isolasi sosial

9. Pengathuan Kurang Tentang

☐ Penyakit jiwa ☐ Sistem pendukung ☐ Faktor presipitasi


☐ Penyakit fisik ☐ Koping ☐ Obat-obatan
☐ Lainnya
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan


Pada Orang Lain Efek

Perilaku Kekerasan
Core Problem

Cause/ Penyebab
Halusinasi

Gangguan Perilaku
Kondisi Terkait
ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


Data Subjektif : Mendengar suara Resiko Perilaku
- Ibu klien juga mengatakan bahwa klien yang menyuruh Kekerasan
sangat agresif, melempar barang, dan untuk imenyakiti
berteriak tanpa motif yang jelas orang lain
- Klien mengatakan mengalami kesulitan
untuk mengungkapkan perasaannya dan
bertindak sebagai upaya untuk
mendapatkan perhatian.
Data Objektif :
- Klien tampak tegang

Data Subjektif :
- Klien mengatakan merasa sangat tertekan Gangguan
karena dia akan mulai mendengar suara- Presepsi Halusinasi
suara lagi yang menyuruhnya untuk Pendengaran
melukai dirinya sendiri.
Data Objektif :
- Klien tampak tidak berdaya mengatasi
masalah kesehatannya

Data Subjektif
- Klien mengalami periode penarikan diri Ketidakmampuan
dan isolasi di kamarnya selama menjalin Isolasi Sosial
seminggu, tepat setelah sekolah, dan hubungan yang
sebagian besar hari selama akhir pekan. memuaskan
Data Objektif :
- Klien tampak menjauh
INTERVENSI KEPERAWATAN

Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan Intervensi
1. Perilaku Kekerasan Setelah dilakukan tindakan SP 1 p
keperawatan diharapkan klien 1. Mendiskusikan penyebab
menunjukan perubahan dengan marah/kekerasan pasien
hasil: 2. Mendiskusikan tanda dan gejala
 Verbalisasi ancaman kepada marah/kekerasan
orang lain menurun 3. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang
 Perilaku kekerasan menurun biasa dilakukan pada saat marah (verbal,
terhadap orang lain, terihadap diri sendiri,
dan lingkungan)
4. Mendiskusikan akibat perilakunya
5. Melatih mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik: tarik nafas dalam, pukul
kasur/bantal, kegiatan fisik
6. Memasukkan ke jadwal kegiatan harian
SP 2 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian
dalam mengontrol PK secara fisik
2. Memberikan pendidikan kesehatan
tentang penggunaan obat secara teratur
dalam mengontrol perilaku marah
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
jadwal kegiatan harian
SP 3 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian
mencegah Pk dengan patuh minum obat
2. Melatih cara social Untuk
mengekspresikan marah: (bicara yang baik:
meminta, menolak dan mengungkapkan rasa
marahnya kepada sumber)
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal
kegiatan harian
SP 4 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian
mencegah PK dengan cara spiritual
2. Melatih De-enskalasi: curhat, tulis
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal
kegiatan harian
SP 5 p
1. Mendiskusikan jadwal kegiatan harian
mencegah PK dengan De-enskalasi
2. Melatih cara spiritual Untuk mencegah
PK
3. Menganjurkan memasukkan ke jadwal
kegiatan harian
STRATEGI PELAKSANAAN

TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke I (satu)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien tenang, kooperatif dan klien mampu menjawab semua pertanyaan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
Klien mampu membina hubungan saling percaya
4. Tindakan Keperawatan SP 1 :
a. Klien mampu mengidentifikasi penyebab marah
b. Klien mampu mengidentifikasi tanda gejala perilaku kekerasan
b. Klien mampu mengidentifikasi yang biasa dilakukan
c. Klien mampu mengidentifikasi akibat perilaku marah
d. melatih cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara fisik : memukul bantal dan
menarik nafas dalam
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi ?”, “Perkenalkan saya perawat Enjel , saya perawatn yang bertugas di ruang
ini dari jam 07.00 sampai jam 14.00. Nama Tn siapa? dan senang dipanggil apa? ”
b. Evaluasi/validasi :
“Bagaimana perasaan Tn. P saat ini?”
c. Kontrak
“Baiklah, pagi ini kita akan berbincang-bincang mengenai perasaan marah yang saat ini Tn.
P rasakan dan cara mengontrol marah ”. “Tn. P maunya dimana?”
“Berapa lama Tn. P mau kita berbincang-bincang? bagaimana kalau 15 menit?”.

2. Kerja
“Apa yang meyebabkan Tn.P bisa marah, Nah ceritakan apa yang dirasakan Tn.P saat marah
?”, saat Tn. Paul marah apa ada perasaan tegang ,kesal,tegang,menegepalkan tangan,mondar
mandir ?”. “atau mungkin ada hal lain yang dirasakan ?”. “Apa ada tindakan saat Tn. P saat
sedang marah seperti,memukul,membanting?”...“membanting dan berteriak!”, “terus apakah
setelah melakukan tindakan tadi masalah yang dialami selesai?”
“Apa akibat dari tindakan yang telah dilakukan di rumah ?”......ya saya mengalami
hubungan yang tidak baik dengan ayah tiri saya.......terus apalagi?”........dan akhirnya dibawa
ke rumah sakit jiwa !”.
“nah, sekarang kita akan belajar mengontrol perilaku Tn. P saat sedang marah”
“jika Tn. P sedang marah dan rasanya ingin membanting barang Tn. P dapat mengganti
dengan memukul bantal. Ini cara agar Tn. P tidak akan menyakiti orang lain, dan jika Tn. P
rasanya ingin berteriak maka Tn. P bisa lakukan teknik relaksasi nafas dalam”
“sekarang kita belajar teknik relaksasi nafas dalam yah,, pertama tarik nafas melalui hidung
kemudian tahan selama 3 detik dan hembuskan secara perlahan melalui mulut. Cara ini
untuk membuat perasaan Tn. P lebih tenang dan rileks sehingga ini dapat mengontrol emosi
Tn. P saat Tn. P sedang marah”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Tn. P setelah berbincang-bincang tentang perasaan marah yang Tn. P
rasakan?”
b. Evaluasi Obyektif
“coba Tn. P sebutkan kembali cara yang dapat mengontrol perilaku saat Tn. P sedang
marah”
“iya benar sekali Tn. P”
C. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita akan bercakap cakap lagi tentang cara mengekspresikan rasa
yang marah yang benar?”
2) Tempat
“Tn. P maunya dimana kita bercakap-cakap?”, “baiklah, nanti kita bercakap-cakap di teras
rumah yahh”
“Kalau begitu sebelum saya permisi apakah ada yang ingin Tn. P tanyakan?”
“Baik kalau begitu saya permisi dulu yahh..”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke II (dua)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. klien sudah mampu mengontrol perilaku saat sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. klien mampu mengekspresikan rasa marah
4. Tindakan Keperawatan SP 2
- mengevaluasi jadwal kegiatan harian
- memberikan pendidikan tentang penggunaan obat dengan teratur
- memasukkan ke jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Tn. P? masih ingat nama sayakan?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Tn. P saat ini? Apakah sudah lebih rileks?”
“bagus sekali Tn. P”
“boleh saya lihat kembali jadwal kegiatan harian yang sudah Tn. P masukan?”
“wah.. bagus sekali Tn. P sudah memasukan kegiatan dalam jadwal kegiatan hariannya”
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, pagi ini kita akan bercakap cakap tentang minum obat dengan
teratur dan memasukan kegiatan yang telah dilakukan ke dalam jadwal kegiatan harian”
“Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap cakap di ruang tamu yahh”
2. Kerja
“Obat jenis apa yang Tn. P minum?”, “ya, bagus”.
“jadi begini ya Tn. P, obat yang dimum tadi adalah obat Risperdal, nah obat ini dapat
mengontrol perilaku Tn. P karna dalam obat ini terdapat senyawa kimia. Keseimbangan
senyawa kimia di otak dapat menjaga kestabilan emosi dan kemamampun untuk berpikir secara lebih
jernih.” Obat ini digunakan untuk menangani gangguan perilaku. Oleh sebab itu Tn. P harus
meminum obat dengan teratur yah supaya emosi dan perilaku Tn. P dapat terkontrol”
“Nahh, Tn. P seperti yang sudah saya sampaikan kemarin untuk memasukan kegiatan yang
sudah Tn. P lakukan ke dalam jadwal kegiatan harian yahh..”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Tn. P setelah tau tentang jenis dan manfaat obat yang diminum?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba Tn. P sebutkan kembali jenis dan manfaat obat yang diminum?”
“iya,, benar sekali Tn. P”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita akan bercakap cakap lagi tentang cara mengekspresikan rasa
yang marah yang benar?”
2) Tempat
“Tn. P maunya dimana kita bercakap-cakap?”
“baiklah, nanti kita bercakap-cakap di teras rumah yahh”
Kalau begitu sebelum saya permisi apakah ada yang ingin Tn. P tanyakan?, “Baik kalau
begitu saya permisi dulu yahh..”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke III (tiga)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. klien sudah mampu mengontrol perilaku saat sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. klien mampu mengekspresikan rasa marah
4. Tindakan Keperawatan SP 3
- mengevaluasi jadwal kegiatan harian
- melatih untuk mengekspresikan marah yang benar
- memasukkan ke jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat siang, Tn. P?
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Tn. P saat ini? Apakah Tn. P sudah merasa lebih baik?”
“bagus sekali Tn. P”
“Tn. P sudah melakukan apa saja? boleh saya lihat kembali jadwal kegiatan harian yang
sudah Tn. P masukan?”
“bagus sekali Tn. P sudah meminum obat yah rupanya dan telah memasukan kegiatan dalam
jadwal kegiatan hariannya”
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, hari ini kita akan bercakap cakap tentang cara
mengekspresikan rasa marah dengan benar yah”
“Seperti kesepakatan kemarin kita bercakap cakap di teras rumah yahh”
2. Kerja
“Menurut Tn. P, bagaimana cara mengungkapkan marah yang benar, tentunya tidak
merugikan/ membahayakan orang lain?”
“Nah sekarang akan suster ajarkan satu persatu cara marah yang sehat”.
“yang pertama kita bisa ceritakan kepada orang lain yang membut kita kesal atau marah,
misalnya dengan mengatakan: saya marah dengan kamu!” maka hati kita akan sedikit lega”
“yang kedua dengan berdoa agar diberi kesabaran, tujuanya agar kita menjadi lebih tenang”
“yang ketiga dengan megalihkan rasa marah/jengkel kita dengan aktivitas, misalnya dengan
olahraga, membersihkan rumah, membereskan kamar sehingga energi kita menjadi
berkurang dan dapat mengurangi ketegangan”
“yang keempat meminta dan menolak dengan baik. Misalnya Tn. P meminta dengan baik
dengan nada suara yang rendah, misalnya Tn. P ingin meminta sesuatu pada Ibu Tn. P maka
Tn. P dabat berbicara lembut seperti ini “ibu tolong buatkan saya ini..” nanti disini biasakan
juga untuk meminta sesuatu dengan lembut yah. Kemudian menolak dengan baik. Jika ada
yang menyuruh Tn. P melakukan hal yang tidak Tn. P sukai maka Tn. P dapat menolak
dengan baik, Tn P bisa katakan “maaf saya tidak bisa melakukannya” coba Tn. P praktekkan
bagaimana cara meminta dan menolak dengan baik?”
“bagus sekali.. memang seperti itu Tn.P”
“Nahh, Tn. P seperti yang sudah saya sampaikan kemarin untuk memasukan kegiatan yang
sudah Tn. P lakukan ke dalam jadwal kegiatan harian yahh.”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“bagaimana perasaannya setelah berlatih cara marah yang sehat?”
b. Evaluasi Obyektif
“coba Tn. P sebutkan cara apa saja yang dapat dilakukan untuk mengekspresikan rasa
marah?”
“iya,, benar sekali Tn. P”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita akan bercakap cakap lagi tentang cara mengontrol marah
dengan cara yang lain lagi?”
2) Tempat
“Tn. P maunya dimana kita bercakap-cakap?”
“baiklah,,, kalau begitu kita bertemu disini lagi”
Kalau begitu sebelum saya permisi apakah ada yang ingin Tn. P tanyakan?, “Baik kalau
begitu saya permisi dulu yahh..”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke IV (empat)
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
Klien mampu mengekspreisikan rasa marah dengan melakukan aktivitas membereskan
tempat tidur
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. klien mampu mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
b. klien mampu mengambil keputusan untuk mengontrol perilaku kekerasan
4. Tindakan Keperawatan SP 4
a. mendiskusikan dengan klien untuk mencegah perilaku kekerasan dengan cara spiritual
b. mendiskusikan dengan klien mengambil keputusan untuk mengontrol perilaku kekerasan
c. memasukkan ke jadwal kegiatan harian
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Tn. P? masih ingat nama saya ?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Tn. P saat ini? Bagaimana dengan latihan-latihan yang sudah
dilakukan? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?
“bagus sekali”
c. Kontrak
“bagaimana kalau kita latihan cara lain untuk mengontrol marah, yaitu dengan ibadah?”
“dimana Tn. P mau kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau ditempat biasa seperti kemarin?
“Tn. P maunya berapa lama kita bercakap-cakap? Baik, kalu begitu 15 menit yah”
2. Kerja
“coba Tn. P ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Tn. P lakukakan. Nah kalau Tn. P sedang
marah, Tn. P coba langsung duduk dan tarik nafas dalam. Jika tidak redah juga Tn. P boleh
rebahkan badan agar rileks. Tn. P juga boleh melakukan ibadah sendiri didalam kamar
dengan cara menyanyi membaca alkitab dan berdoa, karna hanya Tuhan yang mampu
memulihkan kita dalam segalah situasi yang sedang kita alami, setiap kali Tn. P ingin marah
Tn. P dapat mengucapkan doa agar membuat perasaan Tn. P lebih tenang dan merasa lega.”
“ada juga cara yang lain untuk dapat mengontrol perilaku Tn. P saat marah, misalnya Tn. P
melakukan curhat kepada orang terdekat misalnya kepada Ibu Tn. P atau Tn. P bisa
menuliskan perasaan marah Tn. P kedalam sebuah buku yang disediakan untuk meluapkan
emosi dan perasaan marah apabila Tn. P sedang ingin marah dan cara ini agar supaya Tn. P
tidak menyakiti orang lain”
“dan jangan lupa setelah melakukan kegiatan Tn. P harus memasukan dalam jadwal kegiatan
hariannya yah”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Tn. P setelah bercakap cakap tentang mengontrol perilaku Tn. P
dengan cara spiritual? Yang mana yang mau Tn. P lakukan?
b. Evaluasi Obyektif
“Coba sebutkan kembali bagaimana Tn. P akan melakukan ibadah sendiri apa yang harus
dilakukan saat Tn. P sedang marah?
“iya,, benar sekali Tn. P”
c. Kontrak
1) Topik
“kalau begitu bagaimana kalau besok kita lakukan latihan mengontrol perilaku Tn. P saat
sedang marah dengan beribadah?”
2) Tempat
“Tn. P maunya dimana kita bercakap-cakap?”
“baiklah, kita akan bercakap-cakap di ruang tamu besok yah”
Kalau begitu sebelum saya permisi apakah ada yang ingin Tn. P tanyakan?, “Baik kalau
begitu saya permisi dulu yahh..”
STRATEGI PELAKSANAAN
TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)
Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan ke V (lima)

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien
a. klien sudah mampu mengontrol perilaku saat sedang marah
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
3. Tujuan Khusus
a. klien mampu mengontrol perilaku kekerasan dengan cara spiritual
4. Tindakan Keperawatan SP 2
- melatih klien melakukan kegiatan spiritual untuk mengontrol perilaku saat sedang marah
B. STRATEGI KOMUNIKASI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Orientasi
a. Salam terapeutik
“Selamat pagi, Tn. P? masih ingat dengan saya kan?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaaan Tn. P saat ini? Apakah Tn. P masih belum dapat mengontrol perilaku
saat sedang marah?”
“kegiatan apa saja yang sudah Tn. P lakukan?”
“boleh saya lihat kembali jadwal kegiatan harian yang sudah Tn. P masukan?”
“wah.. bagus sekali Tn. P sudah melakukan teknik nafas dalam dan sudah berani berbicara
dengan lembut dengan Ibu Tn. P. Tn. P juga sudah memasukan kegiatan dalam jadwal
kegiatan hariannya”
c. Kontrak
“Seperti kesepakatan kemarin, hari ini kita akan berlatih cara untuk mengontrol perilaku Tn.
P saat sedang marah dengan beribadah”
“apa kita sudah boleh mulai sekarang?”
“Tn. P maunya di ruang tamukan? Kalau begitu mari kita keruabg tamu”
2. Kerja
“kita mulai saja yah Tn. P kita akan lakukan bersama-sama yah, pertama kita siapkan alkitab
dan kita akan memulai untuk beribadah. Sebelumnya kita akan buka dengan bernyanyi dan
berdoa”
“Tn. P mau request lagu apa?
“oh iya mari kita menyanyi Ku Mau Cinta Yesus Selamanya…..”
“sekarang kita akan berdoa dan doa akan Tn. P lakukan sendiri, Tn. P dapat berdoa sendiri
dapat di mulai dengan berterimakasih dan mengucapkan rasa syukur dengan apa yang Tn. P
punya saat ini dan bersyukur dengan apapun yang Tn. P alami saat ini. Dan terlebih untuk
tetap berserah dan menyerahkan setiap kehidupan kita kepada Sang Pencipta. Agar kita
selalu diberikan kekuatan dan kemampuan dalam menghadapi setiap pergumulan kita”
harapan Tn. P. Tn. P tinggal mengatakan apa yang menjadi keinginan Tn. P di dalam doa
baik itu untuk orang tua Tn. P tetapi juga untuk Tn. P sendiri”
“kita mulai doanya yah…amiinn”
“sekarang kita akan membaca alkitab dalam kitab…..”
“bagus sekali Tn. P sudah dapat membaca alkitab dengan baik”
“terakhir kita akan tutup dengan berdoa”
“doa tutupnya kita lakukan bersama dan Tn. P akan tetap berdoa sendiri yah dengan
mengucapkan setiap harapan dan keinginan Tn. P baik itu kepada keluarga Tn. P tetapi juga
untuk Tn. P sendiri”
“mari kita mulai doanya...amiin”
“Nahh, sekarang kita sudah selaseai melakukan ibadah meskipun singkat tapi percaya
bahwa kita pasti mendapatkan kekuatan yang baru membuat pikiran kita semakin lega dan
semakin diberi kesabaran. Tn. P bisa melakukan ini sendiri yah..”
“Nah, seperti yang sudah saya sampaikan kemarin untuk memasukan kegiatan yang sudah
Tn. P lakukan ke dalam jadwal kegiatan harian yahh..”
3. Terminasi
a. Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan Tn. P setelah beribadah tadi?”
b. Evaluasi Obyektif
“Coba Tn. P jelaskan apa saja yang sudah kita lakukan tadi?”
“iya,, benar sekali Tn. P”
c. Kontrak
1) Topik
“Bagaimana kalau besok kita akan ketemu dan akan evaluasi apa yang sudah kita lakukan
beberapa hari ini?”
2) Tempat
“Tn. P maunya dimana kita bercakap-cakap?”
“baiklah, nanti kita bercakap-cakap di teras rumah yahh”
“Kalau begitu sebelum saya permisi apakah ada yang ingin Tn. P tanyakan?, “Baik kalau
begitu saya permisi dulu yahh..”

Anda mungkin juga menyukai