Anda di halaman 1dari 5

Nama : Vinka Ratnasari

Prodi : Pend Matematika / 2019


Nim : 1104190011

Assalamualaikum wr wb
Berikut adalah opini saya terkait dampak negatif adanya COVID-19

Wabah COVID-19, Apa Dampak Negatifnya ?

Dunia saat ini sedang digemparkan dengan merebaknya virus corona yang telah
menjadi pandemi global. Berawal dari kota Wuhan, China, virus yang kemudian
dikenal dengan nama covid-19 ini mewabah di berbagai berbagai negara hingga di
Indonesia dan langkah-langkah preventif yang dilakukan tentu akan menimbulkan
perubahan yang signifikan terhadap kehidupan masyarakat di Indonesia maupun
di dunia. Lantas, bagaimana dampak dari pandemi corona ini yang tentu
membekas dalam kehidupan masyarakat, atau bahkan menimbulkan kondisi yang
tak lagi sama dengan sebelumnya. Berikut adalah pendapat saya akan dampak
negatif di daerah Tuban karena adanya virus corona atau covid-19
1. Dampak diterapkannya lockdown guna mencegah penyebaran covid-19
Dalam memerangi pandemi covid-19, berbagai negara di dunia telah
menerapkan beberapa kebijakan, salah satunya adalah lockdown. Ditinjau dari sisi
positif, lockdown memiliki keuntungan seperti kontrol dan penanganan wabah
yang lebih optimal, pencegahan transmisi hingga membantu pelacakan terhadap
suspect COVID-19. Tetapi lockdown juga memiliki sisi negatif seperti kecemasan
yang memicu panic buying terutama pada barang-barang pokok seperti makanan
hingga peralatan medis seperti masker dan hand sanitizer. Jika stok semakin
menipis maka kelangkaan bisa terjadi dan ujung-ujungnya harga naik secara gila-
gilaan.
Di Tuban maupun dikota kota lain di Indonesia, orang berbondong bondong
membeli masker, sehingga masker menjadi langka dan semakin mahal, banyak
opnum-opnum yang memanfaatkan situasi ini dengan menaikkan harga masker
maupun kebutuhan pokok lainnya demi mendapatkan keuntungan. Lockdown
juga berpotensi besar membuat orang-orang berbondong-bondong menarik
uangnya dari bank dan lebih memilih menyimpannya dalam bentuk cash. Jika ini
terjadi tentu likuditas perbankan akan jadi kering kerontang. Ini jelas bahaya besar
bagi perekonomian.
Opsi lockdown ini bagaikan 'makan buah si malakama'. Dimakan ibu mati,
tak dimakan bapak mati. Jika lockdown dilakukan, perekonomian terancam, jika
tidak di lockdown jutaan nyawa jadi taruhan.

2. Dampak Pandemi Corona Terhadap Dunia Pendidikan


Dampak pandemi Virus Corona kini mulai sudah merambah ke dunia
pendidikan. Pemerintah Pusat hingga Pemerintah Daerah mengeluarkan kebijakan
untuk meliburkan seluruh lembaga pendidikan. Hal tersebut dilakukan sebagai
upaya pencegahan meluasnya penularan Virus Corona (Covid-19). Karena
diliburkan, banyak mahasiswa maupun peserta didik yang harus menjalani
pembelajaran sistem daring atau sistem online dan tugas atau pr yang semakin
menumpuk di tambah lagi kurang adanya penjelasan materi dari guru, dan guru
hanya memberi materi berupa tulisan jarang memberi materi berupa lisan dan
bahkan hanya memberi tugas saja.
3. Bertambahnya Pengangguran
Banyak pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) dan
dirumahkan sudah mencapai 2,8 juta karena wabah corona ini. Sejumlah
perusahaan sekarang sedang mengalami tekanan hebat akibat penyebaran wabah
virus corona. Tekanan hebat salah satunya dialami oleh pengusaha di sektor
perhotelan.
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut 1.266 hotel tutup
karena penyebaran wabah corona ini. Dari situasi itu, ada lebih dari 150 ribu
karyawan yang terdampak. Pekerja hotel di PHK karena perusahaan sedang
mengalami kesulitan ekonomi karena tidak ada yang berkunjung maupun
menginap di hotel, dan pihak hotel tersebut tidak bisa memenuhi gaji pekerjanya
sehingga pekerja terpaksa di PHK

4. Penurunan Omzet Pengusaha


Pengusaha pengusaha lain juga mengalami dampak dari wabah corona ini.
Seperti usaha ternak ikan lele keluarga saya yang mengalami penurunan omzet
karena sepinya pembeli dan terpaksa menjual ikan lele lebih murah dari biasanya.
Dan semua pengusaha pasti mengalami penurunan omzet karena sepinya pembeli
maupun sepinya pengunjung, dan ada pula yang terpaksa menutup usaha atau
perusahaannya karena penurunan omzet ataupun karena krisis ekonomi dan
bahkan karena perusahaan merugi.

5. Tenaga Medis Mengalami Kelelahan Fisik Dan Mental


Tenaga medis baik dokter maupun perawat merupakan garda terdepan dalam
‘peperangan’ melawan virus corona. Mereka melakukan pekerjaan yang tidak bisa
dilakukan oleh jutaan orang awam. Mereka memiliki keahlian, pengetahuan, dan
keterampilan yang mumpuni untuk mengatasi pasien-pasien yang terinfeksi virus
corona.
Jumlah pasien corona yang meningkat setiap harinya memaksa para tenaga
medis untuk bekerja ekstra keras. Hal ini jelas menimbulkan kelelahan baik secara
fisik maupun psikis. Mereka pun terancam mengalami stres, sakit hati, frustasi,
bahkan depresi. Kondisi tersebut diperparah dengan minimnya ketersediaan
peralatan medis yang dibutuhkan untuk melindungi diri seperti masker dan APD
(Alat Pelindung Diri). Padahal merekalah kelompok yang paling rentan tertular
virus tersebut. Benar saja, tak sedikit dokter dan perawat yang terinfeksi virus
corona dan sebagian di antaranya gugur saat bertugas.
Duka yang dirasakan para tenaga medis tentu bukan hanya kehilangan teman
sejawat dan ketakutan terinfeksi, tetapi juga harus jauh dari keluarga. Kebanyakan
mereka tidak berani pulang dan lebih memilih untuk tetap tinggal di rumah sakit.
Mereka memposisikan diri sebagai carrier (pembawa virus) yang berisiko
menularkan kepada keluarganya.

6. Perubahan Dalam Berinteraksi Dan Bersosialisasi


Penularan virus corona terjadi dari cairan yang keluar saat bersin atau batuk.
Ketika virus dalam cairan tersebut menempal pada media seperti meja, baju,
kertas, dan lainnya, mereka mampu bertahan dalam hitungan jam bahkan hari.
Oleh sebab itu, sejak merebaknya virus corona terjadi perubahan sosial dalam
masyarakat Tuban maupun masyarakat Indonesia berkenaan dengan cara
berinteraksi.
Masyarakat Tuban dan masyarakat lainnya kini menghindari jabat tangan,
cipika cipiki atau mencium pipi kanan dan kiri, berpelukan, bahkan untuk
berbicara pun mereka menjaga jarak minimal satu meter. Hal ini jelas di luar
kebiasaan masyarakat dalam bersosialisasi dan menjalin keakraban. Jika sebelum
adanya virus corona, masyarakat begitu mudahnya saling bersentuhan secara
umum. Namun, kini tidak lagi.
7. Penurunan Penggunaan Transportasi Umum
Penyediaan transportasi umum massal oleh setiap pemangku negara yang
bertujuan untuk memfasilitasi mobilitas publik dan mengurangi kemacetan serta
polusi. Sebelum virus corona ini muncul, transportasi massal memang benar-
benar dimanfaatkan masyarakat untuk mencapai tempat tujuan lebih cepat tanpa
terjebak macet. Setiap harinya pengguna transportasi massal baik bus maupun
kereta api lokal selalu dipadati penumpang. Artinya, dalam satu armada bus atau
gerbong kereta terdapat kerumunan massa.
Kini masyarakat Tuban dan masyarakat lainnya terutama saya juga takut
untuk menggunakan transportasi umum massal seperti bus dan angkutan. Sebab,
risiko penularan virus corona tinggi, di mana banyak orang-orang berkumpul
dalam satu armada transportasi, sehingga tidak memungkinkan adanya physical
distancing (jaga jarak).

Demikian opini saya terkait dampak negatif adanya COVID-19

Wassalamualaikum wr wb

Anda mungkin juga menyukai