Anda di halaman 1dari 3

BAB ENAM

Metode Penetapan Awal Ramadhan

A. Berita Gembira Dengan Tibanya Bulan Ramadhan


Adalah Rasulullah n memberi kabar gembira kepada para sahabat nya dengan
tibanya bulan Ramadhan. Dari Abu Hurairah a bah wasanya Nabi n bersabda:
‫قَد َجا َء ُك ْم َش ْه ُر َ َر َم َضا َن ْ َش ْه ٌر ُم َب َا َر ٌك ا ْف َ َ َت َض ا ُل ْع َليْك ْم‬
َ‫غل َو ُت‬
ِْْ‫م ح َي‬
‫ِْه أبْ َوا ُب ا َل‬$ ْ‫َل ّن ِة َو ُي َ ْ ْغل ُق ِف َي‬
َ‫ح ِفي ِه أبْ َ َوا َ ٌُب ا‬
َ‫يفت‬
‫ص َيا َم ُه‬
ِ‫في ِه الش َيا ِط ُي ِفي ِه ْللة خ ٌي ِم ْن أل ِف شه ٍر َم ْن ُح ِر َم خ ُيها فقد‬
‫ح ِرم‬
“Sungguh telah datang kepada kalian bulan Ramadhan, bulan yang penuh
berkah. Allah mewajibkan puasa atas kalian di dalamnya. Pada bulan ini pintu-
pintu surga dibuka, pintu-pin tu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di
dalam bulan ini ada sebuah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Barang
siapa tercegah dari kebaikannya maka sungguh dia tercegah untuk
mendapatkannya.
Al-Hafizh Ibnu Rajab berkata: “Sebagian ulama mengatakan bahwa hadits ini
adalah dalil bolehnya mengucapkan selamat antara sebagian manusia kepada
yang lain berhubungan dengan datangnya bulan Ramadhan.68 Bagaimana
mungkin seorang mukmin tidak ber gembira dengan dibukanya pintu surga?!
Bagaimana tidak bergembi ra orang yang berbuat dosa dengan ditutupnya
pintu neraka?! Bagai mana mungkin orang yang berakal tidak bergembira
dengan suatu waktu yang saat itu setan dibelenggu, waktu mana yang bisa
menye rupai waktu semacam ini?”

B. Penetapan Awal Ramadhan


Awal bulan Ramadhan ditentukan dengan dua cara:70
Pertama. Terlihatnya hilal71 bulan Ramadhan sekalipun yang melihatnya
hanya satu orang yang adil,72 berdasarkan haditsnya Ibnu Umar d, dia berkata:
‫ تَ َرا َءى ا ّال ُس الْ ِه َل َل فَأ َ ْخ َب ُت َر ُسو َل ا ِل‬n ‫ْيت ُه فَصا َم ُه‬
ُ َ‫أ ّن َرأ‬
‫وأ َم َر ا ّال َس بِص َيا ِم ِه‬
“Orang-orang sedang mengamati hilal. Aku mengabari Rasulullah bahwa aku
melihatnya. Beliau kemudian berpuasa dan menyuruh orang-orang agar ikut
berpuasa bersama beliau.”
Kedua. Jika hilal tidak terlihat karena suatu sebab—misalnya mendung—maka
bulan Sya’ban digenapkan 30 hari. Dasarnya ialah hadits Abu Hurairah a,
bahwasanya Rasulullah n bersabda:
‫ك ِملوا ِع ّد َة‬
َ ‫ك ْم فَأ‬

‫ن ُغ ّم َعلَ ْي‬
ِ‫ فَإ‬،‫ط ُروا ِل ُر ْؤ َي ِت ِه‬
ُ‫ف‬ ْ َ‫ َوأ‬،‫صو ُموا ِل ُر ْؤ َي ِت ِه‬
َ ‫ش ْع َبا َن‬
‫ث َل ِث َي‬

“Berpuasalah kalian karena melihat hilal dan berbukalah (ber hari raya) karena
melihat hilal. Jika awal bulan samar bagi ka lian maka genapkanlah bulan
Sya’ban hingga tiga puluh hari.”
Imam at-Tirmidzi v mengatakan: “Para ahli ilmu telah menegas kan untuk
beramal dengan kandungan hadits ini. Mereka mengata kan: ‘Persaksian satu
orang bisa diterima untuk penentuan awal pu asa.’ Inilah pendapat yang dipilih
oleh Ibnul Mubarak, Syafi’i, Ah mad, dan orang-orang Kufah. Dan tidak ada
perselisihan antara ahli ilmu bahwa jika untuk berbuka (berhari raya) tidak
diterima kecuali persaksian dari dua orang.’”
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa metode dalam penentuan
awal puasa Ramadhan adalah dengan terlihatnya hilal.
Jika hilal tidak terlihat, maka dengan menyempurnakan bilangan bulan
Sya’ban menjadi 30 hari. Inilah cara mudah dalam penentuan awal Ramadhan
yang selayaknya diamalkan oleh seluruh kaum muslimin. Barang siapa
menyangka bahwa dia mengetahui masuk nya awal bulan Ramadhan dengan
cara selain yang telah ditetapkan oleh agama sungguh dia telah bermaksiat
kepada Allah dan Rasul- Nya. Contohnya adalah orang yang mengatakan
wajibnya menggu nakan metode hisab77 dalam penentuan awal Ramadhan,
atau wajib berpegang dengan kalender. Perkara semacam ini tidak bisa diketa
hui oleh setiap orang, apalagi metode hisab mengandung kemung kinan salah.
Cara dan metode semacam ini memberatkan umat padahal Allah mengatakan:
﴿ ‫َرج‬
ٍ ‫﴾ۚ و َما َج َع َل ع ََل ْي ُ ْك ِف ا ّلي ِن ِم ْن َح‬
Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan.
(QS. al-Hajj [22]: 78)
Maka, yang wajib bagi seluruh kaum muslimin adalah mencu kupkan diri
dengan apa yang telah disyari’atkan oleh Allah dan Ra sul-Nya. Marilah kita
tinggalkan segala fanatisme golongan karena itu semua hanya akan
menjauhkan kita dari menerima kebenaran. Marilah kita munculkan dalam hati
kita rasa ingin mencari kebenar an meskipun hal itu harus bertentangan
dengan sesuatu yang selama ini kita yakini.
Catatan. Barang siapa menyaksikan hilal seorang diri maka dia tidak boleh
berpuasa kecuali bersama manusia umum nya.Dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah n bersabda:

‫ي ْو َم‬ َ ‫صو ُمو َن َوالْ ِف ْط ُر‬


َ ‫ي ْو َم ُت ْف ِط ُرو َن َوا َل ْض َح‬
َ‫ي ْو َم ت‬
َ ‫ال ّص ْو ُم‬
‫تُض ّحو َن‬
“Hari puasa adalah ketika kalian semua berpuasa. Hari raya Idul Fithri adalah
ketika kalian semua berhari raya Idul Fithri. Dan hari raya Idul Adha, adalah
ketika kalian semua berhari raya Idul Adha.”
Imam at-Tirmidzi mengatakan: “Sebagian ahli ilmu menaf sirkan hadits ini,
bahwa puasa dan berhari raya itu bersama jama’ah dan umumnya manusia.”
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Barang siapa yang melihat hilal
Ramadhan seorang diri dan persaksiannya tertolak, maka tidak wajib baginya
puasa dan orang lain pun demikian.”

Anda mungkin juga menyukai