Anda di halaman 1dari 15

Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:

Metode Analytical Hierarchy Process


(Lokot Zein Nasution)

Hasil Penelitian

STRATEGI PENGEMBANGAN SUKUK KORPORASI DI INDONESIA:


METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

(STRATEGY OF COORPORATION SUKUK DEVELOPMENT IN


INDONESIA: ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS METHOD)

Lokot Zein Nasution


Pusat Kebijakan Sektor Keuangan, Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI
Gedung R.M Notohamiprodjo, Jl. DR. Wahidin No. 1 Jakarta 10710
Email: lokot.nasution@yahoo.com

Diterima: 11 Januari 2017; Direvisi: 18 April 2017; Disetujui: 20 April 2017

ABSTRAK
Dalam skala global, laju pertumbuhan sukuk korporasi berjalan sangat pesat. Namun, tren
perkembangan di tingkat domestik berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, penelitian ini
berusaha menemukan akar masalah serta strategi pengembangan sukuk korporasi di
Indonesia. Berdasarkan metode analisis akar masalah, penelitian ini menemukan tiga aspek
utama penghambat laju pertumbuhan sukuk di Indonesia, yaitu: (i) akibat karakteristik sukuk
yang belum banyak dipahami oleh pelaku pasar; (ii) akibat persoalan dari sisi supply; dan (iii)
akibat persoalan dari sisi demand. Akar persoalan fase pertama terdiri dari lima faktor, yaitu:
(i) biaya penerbitan sukuk masih mahal; (ii) terbatasnya likuiditas sukuk di pasar sekunder; (iii)
karakteristik struktur sukuk yang kompleks; (iv) kompleksnya dokumen penerbitan sukuk; dan
(v) rendahnya variasi akad sukuk. Akar persoalan fase kedua terdiri dari lima faktor, yaitu: (i)
kurangnya pemahaman dari investor akan karakter sukuk; (ii) kurangnya pemahaman dari
emiten akan karakter sukuk; (iii) belum terpetakannya basis investor; (iv) standar akuntansi
masih belum jelas; dan (v) rendahnya variasi akad. Sementara akar persoalan fase ketiga
terdiri dari empat faktor, yaitu: (i) belum tersedianya profesi penunjang dalam pasar sukuk; (ii)
rendahnya sosialisasi dan edukasi atas informasi mengenai persukukan; (iii) belum tersedianya
industri pendukung; dan (iv) terbatasnya kualitas SDM para pelaku sukuk. Berdasarkan aanlisa
Analytical Hierarchy Process (AHP), usulan strategi pengembangan terdiri dari tiga saran
prioritas, yaitu: (i) membuat regulasi mengenai profesi penunjang di pasar sukuk; (ii) membuat
regulasi sosialisasi dan edukasi mengenai instrumen sukuk; dan (iii) menyediakan industri
pendukung atas pasar sukuk. Hasil ini dapat menjadi acuan dalam rangka menciptakan strategi
yang tepat untuk mendorong pengembangan sukuk korporasi dalam jangka panjang.

Kata kunci: karakteristik sukuk, persoalan supply, persoalan demand

ABSTRACT

On a global scale, the growth rate of corporate sukuk goes great. However, the trend of
development at the domestic level is running very slowly. Therefore, this research succeeded in
finding the root of the problem and the development strategy of corporate sukuk in Indonesia.
Based on the results of sukuk not yet drawn much by market participants; (i) due to problems
from supply side; and (ii) due to problems from side requests. The first root, namely: (i) the
cost of issuance of sukuk is still expensive; (ii) limited sukuk liquidity in the secondary market;
(iii) characteristics of complex sukuk structures; (iv) the complexity of the sukuk document;
and (v) low variation of sukuk contract. The root of the second phase event consists of five
factors, namely: (i) investor's understanding of the sukuk character; (ii) the value of the issuer
of the sukuk character; (iii) unpublished investor base; (iv) accounting standards are still
unclear; And (v) low variation of contract. Meanwhile, due to: (i) the unavailability of supporting
profession in the sukuk market; (Ii) the lack of socialization and education on information about
the association; (iii) unavailability of supporting industries; and (iv) the limited quality of human
resources of the sukuk principals. Based on the Analytical Hierarchy Process (AHP) analysis,
namely: (i) establishing regulation concerning the supporting profession in the sukuk market;
(ii) to make regulation of socialization and education concerning sukuk instruments; and (iii)
provide supporting industries for the sukuk market. These results can serve as a reference in

13
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

strategies for strengthening appropriate strategies to foster sukuk development over the long
term

Keywords: sukuk characteristic, supply problems, demands problems

PENDAHULUAN tahun terakhir hanya sebesar 16,1%,


Dalam skala global, keuangan berbasis berbanding jauh dengan total sukuk negara dan
syariah tumbuh sangat pesat. Pertumbuhan obligasi konvensional yang mencapai 94,63%.
asetnya diperkirakan mencapai di atas 2 triliun Nilai emisi sukuk korporasi masih kalah
USD, dan market share lembaga keuangan jauh dengan sukuk negara dan juga dengan nilai
syariah diperkirakan di atas angka 3%, bahkan emisi obligasi konvensional korporasi. Kondisi
akan terus tumbuh signifikandi tahun-tahun ini diperkuat oleh Rahmany (2010), bahwa
mendatang. Menurut Nugroho (2015), pasar penerbitan sukuk memang menunjukkan
keuangan syariah global diperkirakan naik peningkatan, tetapi sukuk korporasi masih
sekitar 25 persen setiap tahunnya. Salah satu sangat rendah, berbanding terbalik dengan
bentuk instrumen keuangan syariah yang sukuk negara. OJK (2016) juga mengungkapkan
banyak diterbitkan adalah sukuk. Sukuk telah bahwa sejak awal diterbitkannya sukuk
diterima secara universal, bukan saja di korporasi pada tahun 2002 hingga akhir 2015,
kawasan Timur Tengah atau negara-negara market share terhadap pasar obligasi
berbasis muslim, tetapi juga Eropa, Amerika, konvensional dan sukuk masih belum mencapai
dan Asia. Sukuk menjadi alternatif bagi para 5%.
pihak yang membutuhkan pembiayaan dan Padahal di level global, penerbitan sukuk
investasi. Investor juga menangkap peluang lebih didominasi oleh jenis sukuk korporasi
sukuk atas dasar basis syariah sebagai investasi (IIFM, 2013). Pada tahun 2008, nilai emisi sukuk
yang menguntungkan. korporasi mencapai USD 1.180 Juta, bandingkan
Perkembangan total emisi sukuk secara dengan sukuk negara yang hanya USD 800 Juta.
global mulai tahun 2001 hingga tahun 2012 Kemudian pada tahun 2012 yang total nilai
mengalami peningkatan yang signifikan. Jika emisi sukuk korporasi mencapai USD 8.280 Juta,
dihitung mulai tahun 1996 hingga 2013, total padahal nilai emisi sukuk negara hanya USD
sukuk yang telah diterbitkan di dunia mencapai 3.950 Juta. Kondisi domestik dan perbandingan
488.2 milyar USD (OJK, 2015). Beberapa negara dengan tingkat global di atas mengindikasikan
utama dengan rata-rata porsi terbesar sebagai bahwa terdapat masalah tertentu yang
penerbit sukuk mulai tahun 1996-2013 adalah menghambat pertumbuhan sukuk korporasi di
Malaysia (65,6%), Uni Arab Emirat (12,2%), dan Indonesia. Secara teoritis, beberapa
Saudi Arabia (6,2%). Sementara Indonesia di permasalahan sukuk korporasi muncul dari
urutan keenam (3,3%), setelah Qatar (4,4%) dan faktor internal perusahaan, faktor eksternal
Bahrain (3,8%). Meski perkembangan sukuk (pasar), dan kondisi regulasi. Ketiganya
global cukup signifikan dan Indonesia berada di mempengaruhi tingkat supply dan demand
urutan keenam, tetapi perkembangan sukuk di sehingga menentukan tingkat pertumbuhan
Indonesia sebenarnya masih sangat jauh sukuk korporasi. Mengingat pasar sukuk
dibandingkan obligasi konvensional. Hal ini korporasi sebenarnya mempunyai potensi yang
diperkuat oleh Fatah (2011), bahwa meski besar, akan tetapi masih dihadapkan pada
mempunyai potensi dan prospek yang baik, pertumbuhan yang relatif lambat, maka
perkembangan sukuk di Indonesia sebenarnya penelitian ini berupaya untuk menganalisis
dapat dikategorikan sangat lambat. permasalahan yang muncul sebagai penghambat
Sukuk yang perkembangannya sangat pertumbuhan sukuk korporasi. Analisis
lambat adalah sukuk korporasi. Selama kurun permasalahan sangat penting dalam rangka
waktu lima tahun terakhir (2011-2015), total menciptakan strategi yang tepat untuk
sukuk korporasi mengalami perkembangan mendorong pengembangan sukuk korporasi di
yang cenderung lambat dan berbanding terbalik Indonesia.
dengan total sukuk negara dan obligasi Berdasarkan latar belakang di atas, maka
konvensional. Pada tahun 2011, nilai sukuk penelitian ini mempunyai tujuan pada dua hal,
korporasi yang beredar sebesar Rp. 6,12 triliun, yaitu: a) menguraikan faktor-faktor penghambat
dan hanya naik sedikit menjadi Rp. 7,11 triliun laju pertumbuhan sukuk korporasi di Indonesia;
pada tahun 2015. Bandingkan dengan nilai total dan, b) merumuskan strategi dan kebijakan yang
sukuk negara dan obligasi konvensional yang tepat bagi pengembangan sukuk korporasi di
beredar pada tahun 2011 sebesar Rp. 114,97 Indonesia. Rumusan strategi dan kebijakan ini
triliun dan melonjak tajam menjadi Rp. 223,46 dipecah menjadi dua sub-tujuan, yaitu: a)
triliun pada tahun 2015. Dengan demikian, laju mengevaluasi respon supply dan demand sukuk
pertumbuhan sukuk korporasi selama lima korporasi; dan, b) merumuskan rekomendasi

14
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

kebijakan peraturan kepada Menteri Keuangan pertumbuhan sukuk korporasi seharusnya


untuk mengembangkan sukuk korporasi di sebanding dengan sukuk negara atau dengan
Indonesia. obligasi korporasi, karena potensi pasarnya
sangat tinggi. Bahkan di tingkat global, sukuk
METODE korporasi lebih mendominasi daripada sukuk
Penelitian ini menggunakan pendekatan negara.
deskriptif evaluatif, yang bertujuan untuk Menemukan faktor-faktor permasalahan
mengumpulkan informasi mengenai status suatu lambatnya pertumbuhan sukuk korporasi
gejala yang ada, yaitu keadaan menurut apa diperoleh melalui data primer dengan
adanya pada saat penelitian dilakukan (Tobin penyebaran kuesioner dan dilanjutkan dengan
et.al, 2003). Gejala yang dimaksud adalah diskusi dalam rangka cross check dan
persoalan lambatnya pertumbuhan sukuk pendalaman informasi. Metode penentuan
korporasi di Indonesia, sangat diametral dengan informan dilakukan dengan menggunakan
sukuk negara dan obligasi korporasi. Kondisi purposive samping, yaitu mengambil (dengn
sekarang ini kemudian akan dievaluasi menentukan kriteria tertentu) informan yang
berdasarkan ketepatan kondisi yang ideal, yakni ahli atau kompeten di bidang sukuk, baik
berdasarkan acuan teoritis. Dalam kondisi ideal, sebagai praktisi maupun regulator.

Tabel 1. Kategori Responden dan Daftar Nama Responden


No Kategori Responden Daftar Nama Responden
1. Ditjen Pajak, Kementerian Keuangan, RI
1 Investor sukuk korporasi
2. DJPPR, Kementerian Keuangan, RI
Emiten yang sudah 3. OJK
2
menerbitkan sukuk korporasi 4. PT. Indosat, Tbk (Persero)
5. PT. PLN (Persero)
Emiten yang belum 6. PT. PELINDO II (Persero)
3
menerbitkan sukuk korporasi
7. BPJS Ketenagakerjaan
OJK 8. PT. Bank Central Asia, Tbk
4
(Otoritas Jasa Keuangan) 9. PT. XL Axiata, Tbk
DJPPR (Ditjen Pengelolaan 10. PT. Adira Dinamika Multifince, Tbk
5
Pembiayaan dan Risiko) 11. PT. Mandiri Sekuritas
12. PT. Maybank Indonesia, Tbk
6 Penjamin emisi efek 13. PT. Maybank GMT Asset Management
14. PT. Mybank Kim Eng
7 Ditjen pajak 15. PT. Danareksa Investment Management

Responden praktisi maupun regulator 2. Langkah kedua, peneliti melakukan analisis


dalam penelitian ini dibedakan menjadi tujuh deskripsi tahap awal sebagai bahan diskusi
kriteria dan 16 daftar responden, yaitu menggali dengan masing-masing responden.
informasi melalui kuesioner dan diskusi pada
3. Langkah ketiga, peneliti berkunjung ke
masing-masing responden di atas dilakukan
masing-masing responden untuk melakukan
dengan sistematika sebagai berikut:
kegiatan diskusi. Fungsi diskusi ini sangat
1. Langkah pertama, peneliti menggali
penting dalam memperdalam (indepth) dan
informasi dari masing-masing responden,
menggali informasi melalui beragam
dirancang kuesioner yang dalam
pertanyaan terbuka.
penyusunanannya dibedakan menjadi tiga
4. Langkah keempat, peneliti melakukan
aspek pertanyaan, yaitu aspek internal
analisis tahap kedua. Fungsi analisis tahap
perusahaan, aspek eksternal perusahaan, dan
kedua adalah mengakomodasi dua analisis
aspek regulasi. Aspek internal perusahaan
sekaligus, yakni analisis deskripsi tahap awal
menyangkut lingkungan institusi atau
dan pendalaman informasi melalui diskusi
perusahaan yang bersangkutan baik emiten
yang sudah dilakukan.
maupun investor, aspek eksternal
Ada dua metode yang dipakai dalam
perusahaan adalah kondisi pasar atau
analisis tahap kedua sebagaimana disebutkan
kondisi diluar kendali perusahaan, dan aspek
dalam pin 4 di atas, yaitu: (i) Teknik Analisis
regulasi menyangkut beberapa peraturan
Akar Masalah (Root Cause Analysis); dan (ii)
terkait dengan sukuk korporasi.
Teknik AHP (Analytic Hierarchy Process).

15
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

1. Teknik Analisis Akar Masalah (Root Cause dan kuantitatif (Saaty, 1993). Aspek kualitatif
Analisis) dengan mendefinisikan persoalan dan
Metode Root Cause Analisis atau disingkat hierarkinya, sementara aspek kuantitatif dengan
RCA dipilih karena sering terjadi megekspresikan penilaian dan preferensi secara
perbincangan mengenai masalah lambatnya ringkas dan padat. Penggunaan prinsip AHP
pertumbuhan sukuk korporasi. Akan tetapi, secara sistematis adalah sebagai berikut: a)
perbincangan ini seringkali tidak Prinsip menyusun hierarki yang
menghasilkan solusi karena akar masalah menggambarkan dan menguraikan secara
tidak dapat ditemukan secara komprehensif. hierarki, yaitu memecah persoalan menjadi
Oleh karena itu, penggunaan RCA sangat unsur yang terpisah-pisah; dan, b) Prinsip
penting untuk menemukan akar masalah konsistensi logis yang terdiri dari dua hal, yaitu:
penyebab lambatnya pertumbuhan sukuk (i) bahwa pemikiran atau objek yang serupa
korporasi di Indonesia. Metode RCA dikelompokkan menurut homogenitas dan
diarahkan pada landasan teoritis relevansinya; dan (ii) bahwa intensitas relasi
sebagaimana yang dikemukakan dalam BAB antar gagasan atau antar objek yang didasarkan
II, yaitu: a) Problem emiten; b) Problem pada kriteria tertentu saling membenarkan
investor; c) Problem penunjang; dan, d) secara logis.
Problem pasar AHP mengukur konsistensi menyeluruh
Landasan teoritis ini kemudian dari berbagai pertimbangan melalui rasio
dikembangkan berdasakan isu-isu empiris konsistensi. Nilai rasio konsistensi harus 10
lambatnya pertumbuhan sukuk korporasi di persen atau kurang (CR≤0,1). Jika lebih dari
Indonesia, yaitu: a) Isu ketidakjelasan 10%, pertimbangan itu mungkin agak acak dan
perpajakan pada sukuk korporasi; b) Isu mungkin perlu diperbaiki. Pengukuran rasio
lemahnya sosialisasi dan edukasi mengenai konsistensi (CR) adalah sebagai berikut:
sukuk; c) Isu terkait dengan biaya penerbitan
sukuk; d) Isu mengenai rendahnya SDM
perusahaan maupun investor yang memahami
sukuk; dan, e) Isu regulasi mengenai sukuk yang
dianggap belum jelas. Secara teknis, RCA dalam CR : Consistencyy Ratio
penelitian ini dilakukan dengan menganalisis CI : Consistency Index
hasil jawaban dari tiap-tiap kuesioner. Teknis RI : Random Index
analisis RCA dilakukan dengan tahapan sebagai
berikut: a) Mengidentifikasikan masalah utama Pengolahan data pada AHP dapat menggunakan
yang dihadapi oleh penjamin emisi, regulator, satu responden ahli, misalkan dalam penelitian
pihak emiten, dan pihak investor dalam ini cukup dengan OJK saja. Namun hal ini tidak
kaitannya dengan kegiatan yang berhubungan dapat menjangkau akan kebutuhan ahli yang
dengan sukuk korporasi; b) Mengidentifikasikan multidisipliner. Oleh karena itu dalam penelitian
faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah ini dilakukan dengan lebih dari 1 (satu) ahli
tersebut; c) Mengelompokkan sebab-sebab dan yang multidisipliner. Hasil gabungan tersebut
mengidentifikasikan tingkatan penyebab; d) selanjutnya diolah dengan prosedur AHP.
Mengidentifikasikan faktor penyebab Setelah dilakukan pengolahan melalui program
munculnya permasalahan; e) Menentukan expert choice, kemudian dapat ditemukan hasil
harapan yang ingin diraih untuk mengatasi urutan skala prioritas untuk mencapai sasaran
permasalahan; f) Memprioritaskan penyebab “penentuan prioritas dalam menjalankan
permasalahan yang paling mendesak; dan, g) kebijakan pengembangan sukuk korporasi di
Memprioritaskan harapan yang paling efektif Indonesia”. Urutan skala prioritas ini sesuai
dan realistis untuk dicapai. dengan nilai atau bobot dari masing-masing
alternatif dan kriteria serta besarnya konsistensi
2. Teknik Analytical Hierarchy Process (AHP) gabungan berdasarkan hasil running. Apabila
Teknik AHP dipilih karena tujuan dari besarnya rasio konsistensi tersebut ≤0,1 maka
AHP sendiri adalah menentukan prioritas keputusan yang diambil oleh para responden
kebijakan. AHP dalam penelitian ini bertujuan untuk menentukan skala prioritas cukup
untuk merekomendasikan sebuah strategi konsisten. Jika dikatakan cukup konsisten, maka
kebijakan yang tepat dalam mengembangkan skala prioritas tersebut dapat
sukuk korporasi di Indonesia. AHP merupakan diimplementasikan.
suatu metode pengambilan keputusan yang
sederhana dan fleksibel, yang menampung HASIL DAN PEMBAHASAN
kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu Analisis faktor-faktor yang menjadi
masalah dengan memasukkan aspek kualitatif penghambat pengembangan sukuk korporasi

16
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

terjaring melalui penybaran kuesioner pada Tabel 2 dilakukan melalui sistematika sebagai
masing-masing responden. Sebagaimana berikut:
dijelaskan dalam landasan teoritis, 1. Mengkoding jawaban dengan jumlah
permasalahan yang menjadi penghambat frekuensi terbanyak atau dengan skor
pertumbuhan sukuk di Indonesia secara garis tertinggi dari masing-masing responden;
besar dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu: (i)
2. Hasil koding kemudian dikelompokkan
lingkungan internal perusahaan; (ii) lingkungan
eksternal perusahaan; dan (iii) aspek regulasi. dalam satu tabel lalu dipilih masuk kategori
Ketiga aspek ini menjadi kerangka fikir untuk mana saja, apakah lingkungan internal
menelaah jawaban dari masing-masing perusahaan, eksternal perusahaan, atau
responden. Jawaban dari semua responden lingkungan regulasi;
dirangkum dalam Tabel 2, dimana jawaban dari 3. Setelah dilakukan pengelompokkan
masing-masing responden cukup bervariasi, masing-masing kategori dari semua
tetapi juga ada yang seragam. Rangkuman dalam responden, dan hasilnya kemudian
menemukan akar masalah sebagaimana dalam dimasukkan dalam satu rangkuman
sebagaimana dalam Tabel 2.

Tabel 2. Rangkuman Akar Masalah Penghambat Pertumbuhan Sukuk Korporasi dari


Masing-Masing Kategori Responden

Faktor Emiten yang Emiten yang


Penghambat Sudah Belum Penjamin
No Investor Ditjen Pajak
Sukuk Menerbitkan Menerbitkan Emisi
Korporasi Sukuk Sukuk
1. Belum 1. Cost of fund 1. Biaya terkait
mengetetahui (imbalan penerbitan
Faktor mengenai sukuk kepada sukuk
Lingkungan sebagai investor)
1 ----- -----
Internal kompelemen dari
Perusahaan obligasi
konvensional

1. Ketersediaan 1. Belum adanya 1. Kondisi 1. Likuiditas


informasi mengenai industri industri transaksi di
pasar modal syariah pendukung keuangan pasar
masih terbatas lainnya seperti syariah sekunder
2. Terbatasnya tafakul, domestik masih
likuiditas di pasar reksadana belum terbatas
sekunder syariah, berkembang 2. Potensi
multifinance pesat dan rendahnya
syariah dan belum pasar dalam
lain-lain mendukung menyerap
Faktor
untuk sukuk
Lingkungan
2 menerbitkan 3. Belum -----
Eksternal
sukuk terpetakann
Perusahaan
2. Belum ya basis
tersedianya investor
profesi pada akad-
penunjang tertentu
pasar modal
yang
kompeten di
bidang pasar
modal syariah

1. Peraturan mengenai 1. Perlakuan 1. Perlakuan 1. Perlakuan 1. Kendala


sukuk masih belum perpajakan atas perpajakan perpajakan pengenaa
jelas sukuk masih atas sukuk atas sukuk n PPN
2. Masih kurangnya belum jelas masih belum masih atas
sosialisasi dan 2. Variasi akad dan jelas belum jelas pengaliha
edukasi mengenai struktur sukuk 2. Belum n hak
Faktor
3 akad-akad kepada masih terbatas jelasnya manfaat
Regulasi
investor peraturan atas
3. Masih lemahnya OJK yang underlyin
standar akuntansi mengatur g asset
yang mengatur penerbitan 2. Belum
tentang sukuk sukuk optimalny
4. Masih rendahnya 3. Masih a

17
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

Faktor Emiten yang Emiten yang


Penghambat Sudah Belum Penjamin
No Investor Ditjen Pajak
Sukuk Menerbitkan Menerbitkan Emisi
Korporasi Sukuk Sukuk
akad dan kompleksny sosialisasi
keberagaman a dan
produk syariah dokumentas edukasi
5. Perlakuan i penerbitan mengenai
perpajakan atas sukuk akad-
sukuk masih belum 4. Sempitnya akad
jelas keterbukaa sukuk
n informasi 3. Belum
yang jelasnya
dipersyarat standar
kan terkait akuntansi
penerbitan yang
sukuk mengatur
tentang
sukuk
Sumber: Data penelitian diolah (2016)

Berdasarkan temuan akar masalah faktor- menjadikan emiten-non sukuk enggan


faktor penghambat pertumbuhan sukuk menerbitkan sukuk korporasi. Salah
korporasi di atas, kemudian dilakukan analisis satu responden dari emiten yang sudah
hierarki masalah. Analisis hierarki masalah ini menerbitkan sukuk mengatakan bahwa
bertujuan untuk mengelompokkan sebab-akibat salah satu faktor mahalnya biaya
sehingga dapat menemukan akar masalah dari penerbitan sukuk dibandingkan dengan
masing-masing faktor penghambat obligasi konvensional terletak pada
pertumbuhan sukuk korporasi. Analisis hierarki biaya wali amanat, opini DSN (Dewan
masalah dari bahan Tabel 2 dilakukan dengan Syariah Nasional), dan besaran
sistematika sebagai berikut: a) Melihat masalah pungutan dari OJK (Otoritas Jasa
masing-masing aspek, baik lingkungan internal Keuangan);
perusahaan, eksternal perusahaan, maupun c. Faktor ketiga adalah kekhawatiran
lingkungan birokrasi; b) Dari masalah masing- potensi pajak berganda, khususnya
masing aspek, dianalisis sebab-akibat, yakni pada jenis sukuk ijarah karena adanya
mana saja yang menjadi sebab, dan mana yang transfer manfaat atas underlying asset.
menjadi akibat; c) Analisis sebab-akibat ini Pengertian underlying asset adalah aset
dilakukan atas dasar informasi dari deskripsi yang dijadikan sebagai jaminan.
kuesioner dan pengetahuan yang didapat dari Kekhawatiran ini sebenarnya muncul
stui literatur kritis; dan, d) Kemudian dapat dari emiten yang belum menerbitkan
ditemukan hierarkis sebab-akibat sebagaimana sukuk. Sedangkan bagi emiten yang
dalam Gambar 1 berikut: sudah menerbitkan sukuk sebenarnya
Berdasarkan analisis bagan akar masalah tidak jadi persoalan karena pengenaan
sebagaimana Gambar 1, maka akar masalah pajak adalah sama dengan obligasi
penyebab lambatnya pertumbuhan sukuk konvensional, kecuali akad ijarah.
korporasi di Indonesia adalah sebagai berikut: Untuk akad lain tidak menimbulkan
1. Faktor Internal Perusahaan masalah, seperti akad mudharabah
a. Faktor pertama adalah terkait dengan karena tidak terkait dengan isu pajak
investor maupun emiten. Dari sisi berganda. Beberapa responden emiten
investor maupun emiten, faktor paling yang belum menerbitkan sukuk
besar adalah kurangnya pemahaman menyatakan bahwa isu pajak masih
mengenai sukuk sehingga menjadikan menimbulkan kesimpangsiuran
faktor demand maupun supply masih sehingga perlu dicermati implikasi dari
terbatas. Dari sisi investor, kekurang pajak berganda jika menggunakan
pahaman mengenai sukuk membuat struktur sukuk yang ada.
investor menjadi enggan untuk Bagaimanapun, isu pajak ini
menanamkan modalnya di instrumen berpengaruh terhadap sikap emiten
sukuk korporasi. Dari sisi emiten yang untuk menerbitkan sukuk. Sementara
belum menerbitkan sukuk, kurang bagi investor, isu pajak sebenarnya
pahamnya mengeni sukuk membuat tidak terjadi karena pajak untuk
perusahaan enggan menerbitkan sukuk; investor hanya dikenakan sekali.
b. Faktor kedua adalah biaya penerbitan Dengan demikian, meski isu pajak
sukuk yang masih tinggi, sehingga sebenarnya bukan persoalan, tetapi

18
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

masih terjadi kesimpangsiuran sehingga masih belum jelas. Meskipun menurut


membuat emiten yang belum Ditjen Pajak sudah jelas, namun
menerbitkan sukuk menjadi enggan sosialisasiya mungkin masih kurang
untuk menerbitkan sukuk; sehingga menjadikan emiten (terutama
d. Faktor pertama dan faktor kedua yang belum menerbitkan sukuk)
disebabkan oleh informasi mengenai maupun investor menganggap akan
yang dipersyaratkan atas penerbitan terjadi potensi pajak berganda; dan
sukuk masih asimetris, sehingga f. Berdasarkan faktor internal
menjadikan investor maupun emiten perusahaan, akar masalah lambatnya
masih kurang paham akan informasi pertumbuhan sukuk adalah akibat
pasar sukuk dan beberapa supply dan demand yang juga rendah.
komponennya. Informasi yang masih Rendahnya tingkat supply dan demand
asimetris ini disebabkan oleh masih ini dikarena dua akar masalah, yaitu: (i)
terbatasnya informasi pasar modal kurangnya sosialisasi dan edukasi
syariah. Harus diakui, sosialisasi dan mengenai akad-akad sukuk; dan (ii)
edukasi mengenai akad-akad sukuk perlakuan perpajakan masih belum
selama ini masih sangat terbatas; jelas.
e. Faktor ketiga disebabkan oleh
perlakuan perpajakan atas sukuk yang

Gambar 1. Akar Masalah Penghambat Pertumbuhan Sukuk Korporasi di Indonesia


Sumber: Data penelitian diolah (2016)
2. Faktor Eksternal Perusahaan b. Faktor kedua adalah terbatasnya
a. Faktor pertama adalah belum likuiditas di pasar sekunder. Hal ini
terpetakannya basis investor pada mengakibatkan investor akan berpikir
akad-akad tertentu. Hal ini ulang untuk membeli sukuk. Investor
mempengaruhi tingkat demand atas akan melirik instrumen investasi adalah
sukuk yang belum tergali, padahal bila ketika instrumen tersebut memiliki
dipetakan potensi pasarnya sangat secondary market yang likuid. Menurut
besar. Belum terpetakannya basis pandangan investor, pemerintah perlu
demand berpengaruh terhadap tingkat mendukung peningkatan likuiditas
supply yang terbatas; pasar sukuk;

19
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

c. Berdasarkan faktor pertama dan faktor mengenai sukuk masih belum jelas,
kedua permasalahan eksternal termasuk sistem akuntansi yang
perusahaan di atas, akar masalah dibuat.
dikarenakan dua hal, yaitu: (i) belum Berdasarkan beberapa faktor
tersedianya profesi penunjang pasar permasalahan ketiga aspek di atas, maka dapat
modal yang kompeten di bidang pasar ditemukan bahwa akar masalahnya terletak
modal syariah; dan (ii) belum adanya pada tiga faktor, yaitu: (i) kurangnya sosialisasi
industri pendukung seperti tafakul, dan edukasi mengenai akad-akad sukuk; (ii)
reksadana syariah, multifinance syariah perlakuan perpajakan dipandang masih belum
dan lain-lain; dan jelas; dan (iii) peraturan mengenai sukuk masih
d. Masalah belum tersedianya profesi belum jelas.
penunjang danbelum adanya industri Strategi kebijakan pengembangan sukuk
pendukung disebabkan peraturan korporasi didasarkan pada analisis akar masalah
mengenai sukuk masih belum jelas. sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya.
Kalaupun asumsikan sudah jelas, tetapi Berdasarkan analisis akar masalah, maka perlu
aspek sosialisasi kepada stakeholders dibuat formula strategi kebijakan yang spesifik
sukuk masih sangat kurang. yang didapat dari persepsi masing-masing
3. Faktor Regulasi kategori responden. Merumuskan kebijakan
a. Faktor pertama penghambat yang dapat mendorong pengembangan sukuk
pertumbuhan sukuk yang terkait korporasi adalah melalui metode Analytic
dengan regulasi adalah masih Hierarchy Process (AHP). Metode ini
kompleksnya dokumentasi penerbitan menggunakan beberapa kriteria yang
sukuk. Hal ini dapat berpengaruh menanyakan faktor-faktor paling berpengaruh,
terhadap total biaya penerbitan sukuk. sehingga didapatkan referensi atau acuan
Tingginya biaya akibat kompleksitas perbaikan rekomendasi kebijakan pada masing-
dokumentasi karena menyangkut masing faktor yang paling berpengaruh.
dokumen-dokumen perjanjian yang Kategori responden yang dipilih dalam metode
harus dibuat oleh notaris dan AHP adalah penjamin emisi, investor, dan
konsultan hukum; emiten (emiten yang sudah menerbitkan sukuk
b. Faktor kedua adalah masih rendahnya dan emiten yang belum menerbitkan sukuk).
variasi akad dan struktur sukuk. Sementara dari pihak regulator sebagai acuan
Padahal, yang dibutuhkan oleh investor dalam menjelaskan rekomendasi kebijakan yang
adalah banyaknya variasi akad dan bersifat deskriptif.
struktur sukuk karena akan 1. Pemilihan Prioritas Keputusan Penjamin
memberikan pilihan bagi investor yang Emisi
ingin berinvestasi; Terdapat beberapa faktor yang mendorong
c. Faktor pertama dan faktor kedua ini keputusan penjamin emisi untuk melakukan
diakibatkan oleh belum jelasnya penjaminan sukuk korporasi, yaitu: (i)
standar akuntansi yang mengatur ketersediaan SDM (direksidan/ atau pejabat
tentang sukuk. Selama ini, penyusunan satu level di bawah direksi) yang memahami
standar akuntansi yang mengatur tentang hal-hal yang bertentangan dengan
tentang sukuk masih belum jelas prinsip syariah; (ii) besarnya fee
sehingga belum memberikan pedoman penjaminan penerbitan sukuk; (iii) variasi
yang jelas dan baku sesuai dengan akad dan struktur sukuk di Indonesia; (iv)
karakteristik sukuk sebagai efek ketersediaan informasi mengenai pasar
syariah. Misalkan, akad mudharabah modal syariah; (v) tersedianya profesi dan
dan musyarakah tidak memerlukan lembaga penunjang pasar modal yang
underlying asset dan imbal hasil tidak mengerti prinsip syariah; (vi) basis investor
tetap tergantung hasil. Akad ini yang lebih luas dibandingkan dengan
mengalami kesulitan dalam menyusun penerbitan efek lainnya; (vii) perlakuan
sistem akuntansi. Demikian juga perpajakan atas sukuk; (viii) tingkat
kadangkala terjadi perbedaan persaingan dalam penjaminan emisi sukuk;
perhitungan bagi hasil antara emiten dan (ix) potensi pasar dalam menyerap
dan investor; dan sukuk. Dengan melakukan perhitungan nilai
d. Persoalan belum jelasnya standar bobot kriteria menggunakan software expert
akuntansi yang mengatur tentang choice versi 11.0, didapatkan hasil sebagai
sukuk disebabkan oleh peraturan berikut:

20
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

Tabel 3. Bobot Kriteria Prioritas Keputusan Penjamin Emisi yang Ikut Serta dalam
Penjaminan Penerbitan Sukuk Korporasi
Nilai Manfaat Bobot Kriteria Prioritas
Ketersediaan SDM (Direksi dan/atau pejabat satu level di bawah
direksi) yang memahami tentang hal-hal yangbertentangan dengan 0,082 3
prinsip syariah
Besarnya fee kepada penjamin emisi penerbit sukuk 0,109 2
Variasi akad dan struktur sukuk di Indonesia 0,082 3
Ketersediaan informasi mengenai pasar modal syariah 0,109 2
Tersedianya Profesi dan Lembaga Penunjang Pasar Modal yang
0,109 2
mengerti prinsip syariah
Basis investor yang lebih luas dibandingkan dengan penerbitan
0,127 1
efek lainnya
Perlakuan perpajakan atas Sukuk 0,127 1
Tingkat persaingan dalam penjaminan emisi sukuk 0,127 1
Potensi pasar dalam menyerap Sukuk 0,127 1

Penentuan prioritas proses keputusan perpajakan atas sukuk; dan (ix) perkiraan
penjamin emisi yang ikut serta dalam risiko atas sukuk yang dibeli berdasarkan
penjaminan penerbitan sukuk korporasi dengan nilai kurs. Dengan melakukan perhitungan
berdasarkan hasil AHP dapat diketahui bahwa nilai bobot kriteria menggunakan software
terdapat 4 prioritas, yaitu: (i) potensi pasar expert choice versi 11.0, didapatkan hasil
dalam menyerap sukuk; (ii) tingkat persaingan sebagai berikut.
dalam penjaminan emisi sukuk; (iii) perlakuan Penentuan prioritas proses keputusan
perpajakan atas sukuk; dan (iv) basis investor untuk menjadi investor pada sukuk korporasi
yang lebih luas dibandingkan dengan penerbitan dengan berdasarkan hasil AHP dapat diketahui
efek lainnya. Keempatnya mempunyai bobot bahwa prioritas utama dalam penelitian ini
kriteria masing-masing yang sama, yakni adalah: (i) perlakuan perpajakan atas sukuk; (ii)
sebesar 0,127. Kesemua prioritas ini variasi akad dan struktur sukuk yang ada di
mempunyai nilai atau bobot yang sama, Indonesia; dan (iii) ketersediaan informasi
sehingga tidak ada prioritas urutan 1 sampai 4 mengenai pasar modal syariah. Masing-masing
karena keempatnya adalah berbobot sama. Oleh ini mempunyai bobot kriteria sebesar 0,157.
karena itu, prioritas kebijakan yang harus Oleh karena itu, prioritas kebijakan yang harus
dilakukan bila mengacu dari perspektif dilakukan bila mengacu dari pendekatan
penjamin emisi adalah: (i) pentingnya investor adalah: (i) kejelasan undang-undang
menciptakan pasar sukuk yang kondusif; (ii) perpajakan atas sukuk; (ii) regulasi yang bisa
adanya regulasi yang jelas dalam mengatur mengembangkan variasi akad dan struktur
tingkat persaingan dalam penjaminan emisi sukuk; dan (iii) regulasi yang bisa
sukuk; (iii) adanya kejelasan dan sosialisasi yang mendiseminasi informasi pasar modal syariah.
baik mengenai pajak atas sukuk; dan (iv) adanya 3. Pemilihan Prioritas Keputusan Emiten yang
insentif kebijakan dalam mendorong tingkat Sudah Menerbitkan Sukuk
demand. Terdapat beberapa faktor yang
2. Pemilihan Prioritas Keputusan Investor mendorong keputusan emiten untuk
Terdapat beberapa faktor yang mendorong menerbitkan sukuk korporasi, yaitu: (i)
keputusan untuk menjadi investor pada adanya ketentuan bahwa aset/ kegiatan
sukuk korporasi, yaitu: (i) membeli sukuk usaha yang mendasari penerbitan sukuk
merupakan substitusi (pengganti) dari tidak bertentangan dengan prinsip syariah;
obligasi konvensional; (ii) membeli sukuk (ii) keterbukaan informasi yang
merupakan komplementer (pelengkap) dari dipersyaratkan terkait dengan penerbitan
obligasi konvensional; (iii) membeli sukuk sukuk; (iii) ketentuan penyampaian hasil
dilakukan ketika tren investor banyak pemeringkatan sukuk setiap tahun ; (iv)
membeli sukuk; (iv) membeli sukuk penggunaan dana hasil penerbitan sukuk
dilakukan ketika industri keuangan syariah harus sesuai dengan karakteristik akad
berkembang pesat; (v) peningkatan citra syariah; (v) sumber pendapatan yang tidak
(image) perusahaan mempengaruhi bertentangan dengan prinsip syariah yang
pembelian sukuk; (vi) ketersediaan menjadi dasar bagi hasil, margin, atau fee
informasi mengenai pasar modal syariah; bagi pemegang sukuk; (vi) ketentuan
(vii) variasi akad dan struktur sukuk yang mengenai penanggung jawab
ada di Indonesia; (viii) perlakuan perwaliamanatan yang mengerti hal-hal

21
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

yang bertentangan dengan prinsip syariah perhitungan nilai bobot kriteria


di pasar modal; (vii) biaya penerbitan menggunakan software expert choice versi
sukuk; (viii) kebijakan perusahaan dalam 11.0 didapatkan hasil sebagai berikut.
pendanaan (financing) ; dan (ix) perlakuan
perpajakan atas sukuk. Dengan melakukan

Tabel 4. Bobot Kriteria Prioritas Keputusan untuk Menjadi Investor pada Sukuk Korporasi
Bobot Priorita
Nilai Manfaat
Kriteria s
Membeli Sukuk merupakan substitusi (pengganti) dari obligasi konvensional 0,069 3
Membeli Sukuk merupakan komplementer (pelengkap) dari obligasi
konvensional 0,147 2
Membeli sukuk dilakukan ketika tren investor banyak membeli Sukuk 0,074 6
Membeli sukuk dilakukan ketika industri keuangan syariah berkembang pesat 0,075 5
Peningkatan citra (image) perusahaan mempengaruhi pembelian Sukuk 0,078 4
Ketersediaan informasi mengenai pasar modal syariah 0,157 1
Variasi akad dan struktur Sukuk yang ada di Indonesia 0,157 1
Perlakuan perpajakan atas Sukuk 0,157 1
Perkiraan risiko atas sukuk yang dibeli berdasarkan nilai kurs 0,087 3

Tabel 5. Bobot Kriteria Prioritas Keputusan Emiten untuk Menerbitkan Sukuk Korporasi
Bobot
Nilai Manfaat Prioritas
Kriteria
Adanya ketentuan bahwa aset/ kegiatan usaha yang mendasari penerbitan
0,106
sukuk tidak bertentangan dengan prinsip syariah 3
Keterbukaan informasi yang dipersyaratkan terkait dengan penerbitan Sukuk 0,106 3
Ketentuan penyampaian hasil pemeringkatan sukuk setiap tahun 0,106 3
Penggunaan dana hasil penerbitan Sukuk harus sesuai dengan karakteristik
0,106
Akad Syariah 3
Sumber pendapatan yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah yang
0,106
menjadi dasar bagi hasil, margin, atau fee bagi pemegang sukuk 3
Ketentuan mengenai penanggungjawab perwaliamanatan yang mengerti hal-
0,106
hal yang bertentangan dengan prinsip syariah di pasar modal 3
Biaya penerbitan Sukuk 0,106 3
Kebijakan perusahaan dalam pendanaan (financing) 0,145 1
Perlakuan perpajakan atas Sukuk 0,111 2

Penentuan prioritas proses keputusan Terdapat beberapa faktor yang mendorong


emiten untuk menerbitkan sukuk korporasi keputusan emiten yang belum menerbitkan
dengan berdasarkan hasil AHP dapat diketahui sukuk korporasi, yaitu: (i) penerbitan sukuk
bahwa prioritas utama dalam penelitian ini merupakan substitusi (pengganti) dari
adalah: (i) kebijakan perusahaan dalam penerbitan obligasi konvensional; (ii)
pendanaan (financing) dengan bobot kriteria penerbitan sukuk merupakan
sebesar 0,145; dan (ii) perlakuan perpajakan komplementer (pelengkap) dari penerbitan
atas sukuk dengan bobot kriteria sebesar 0,111. obligasi konvensional; (iii) penerbitan
Oleh karena itu, prioritas kebijakan yang harus sukuk dilakukan ketika banyak perusahaan
dilakukan bila mengacu dari perspektif emiten yang menerbitkan sukuk; (iv) penerbitan
yang sudah menerbitkan sukuk adalah: (i) sukuk dilakukan ketika industri keuangan
menyediakan regulasi yang dapat menjadi syariah berkembang pesat; (v) penerbitan
insentif bagi perusahaan untuk menerbitkan sukuk dilakukan ketika saham perusahaan
sukuk; dan (ii) melalui perlakuan perlakuan di pasar under value; (vi) ketersediaan SDM
perpajakan yang tepat. (direksi dan/ atau pejabat satu level di
4. Pemilihan Prioritas Keputusan Emiten yang bawah direksi) yang memahami tentang hal-
Belum Menerbitkan Sukuk hal yang bertentangan dengan prinsip

22
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

syariah; (vii) ketersediaan profesi informasi mengenai pasar modal syariah;


penunjang pasar modal yang kompeten di (xiv) sosialisasi kepada pelaku pasar
bidang pasar modal syariah; (viii) mengenai pasar modal syariah; (xv) variasi
peningkatan citra (image) perusahaan di akad dan struktur sukuk yang ada di
mata investor dan masyarakat lainnya; (ix) Indonesia; dan (xiv) perlakuan perpajakan
diversifikasi basis investor; (x) biaya atas sukuk. Dengan melakukan perhitungan
penerbitan sukuk; (xi) tingkat bunga dan nilai bobot kriteria menggunakan software
risk free rate (SUN/SBSN); (xii) kelebihan expert choice versi 11.0, didapatkan hasil
likuiditas pasar; (xiii) ketersediaan sebagai berikut.

Tabel 6. Bobot Kriteria Prioritas Keputusan Emiten untuk Menerbitkan Sukuk Korporasi
Bobot
Nilai Manfaat Prioritas
Kriteria
Penerbitan Sukuk merupakan substitusi (pengganti) dari penerbitan
0,048
obligasi konvensional 8
Penerbitan Sukuk merupakan komplementer (pelengkap) dari penerbitan
0,048
obligasi konvensional 8
Penerbitan sukuk dilakukan ketika banyak perusahaan yang menerbitkan
0,056
sukuk 5
Penerbitan sukuk dilakukan ketika industri keuangan syariah berkembang
0,078
pesat 1
Penerbitan Sukuk dilakukan ketika saham perusahaan di pasar undervalue 0,016 9
Ketersediaan SDM (Direksi dan/atau pejabat satu level di bawah direksi)
0,049
yang memahami tentang hal-hal yang bertentangan dengan prinsip syariah 7
Ketersediaan profesi penunjang pasar modal yang kompeten di bidang
pasar modal syariah 0,076 2
Peningkatan citra (image) perusahaan di mata investor dan masyarakat 0,055
lainnya 6
Diversifikasi basis investor 0,076 2
Biaya penerbitan sukuk 0,076 2
Tingkat bunga dan risk free rate (SUN/SBSN) 0,076 2
Kelebihan likuiditas pasar 0,076 2
Ketersediaan informasi mengenai pasar modal syariah 0,068 4
Sosialisasi kepada pelaku pasar mengenai pasar modal syariah 0,073 3
Variasi akad dan struktur Sukuk yang ada di Indonesia 0,055 6
Perlakuan perpajakan atas Sukuk 0,076 2

Penentuan prioritas proses keputusan pasar sukuk yang kondusif. Bila


emiten yang belum menerbitkan sukuk mengacu pada analisis akar
korporasi berdasarkan hasil AHP dapat masalah, kebijakan ini dapat
diketahui bahwa prioritas utama dalam diciptakan melalui semua faktor.
penelitian ini adalah penerbitan sukuk Dari aspek internal perusahaan: (i)
dilakukan ketika industri keuangan syariah pemerintah harus bisa melakukan
berkembang pesat dengan bobot kriteria sosialisasi dan edukasi yang baik
sebesar 0,078. Oleh karena itu, yang diperlukan mengenai sukuk; (ii) pemerintah
calon emiten sukuk sebenarnya adalah kejelasan harus bisa memberikan insentif
kondisi industri pasar keuangan syariah. kebijakan dengan cara mengatur
Kejelasan ini harus diperkuat dengan regulasi biaya penerbitan sukuk agar lebih
yang jelas dan model sosialisasi serta edukasi murah; dan (iii) koordinasi
yang tepat. Berdasarkan hasil analisis AHP, kebijakan dengan Ditjen Pajak. Dari
maka didapat kesimpulan prioritas kebijakan aspek eksternal perusahaan,
berdasarkan masing-masing kategori responden kebijakan yang harus dilakukan
adalah sebagai berikut: adalah: (i) melakukan penelitian
1. Perspektif penjamin emisi pemetaan basis investor pada akad-
a. Prioritas kebijakan yang pertama akad sukuk; dan (ii) mengatasi
adalah pentingnya menciptakan persoalan likuiditas sukuk di pasar

23
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

sekunder. Dari aspek regulasi yaitu: yang bisa dilakukan harus bersifat
(i) pemerintah harus bisa mengatur komprehensif sebagaimana
dokumen penerbitan sukuk yang penjelasan 1 poin (a).
efektif dan efisien; dan (ii) b. Prioritas kedua adalah adanya
membuat ragam variasi akad dan kejelasan perlakuan perpajakan
struktur sukuk. yang tepat. Kebijakan untuk dapat
b. Prioritas kedua adalah tuntutan mengakomodasi hal ini adalah
regulasi yang jelas dalam mengatur sebagaimana penjelasan 1 poin c.
tingkat persaingan dalam 4. Perspektif emiten yang belum
penjaminan emisi sukuk. menerbitkan sukuk
c. Prioritas ketiga adalah tuntutan Dari perspektif emiten yang belum
adanya kejelasan mengenai regulasi menerbitkan sukuk hanya ada satu
pajak atas sukuk. Persoalan pajak prioritas kebijakan, yaitu tuntutan
terfokus pada sukuk ijarah yang kejelasan kondisi industri pasar
menimbulkan PPN dan PPh. Oleh keuangan syariah. Kejelasan ini harus
karena itu, Ditjen Pajak dan diperkuat dengan regulasi yang jelas
Kementerian Keuangan harus dan model sosialisasi serta edukasi yang
menemukan solusi perpajakan yang tepat. Untuk menciptakan kejelasan
tepat. kondisi industri pasar keuangan
d. Prioritas keempat adalah tuntutan syariah, maka kebijakan yang dilakukan
adanya insentif kebijakan dalam harus komprehensif sebagaimana
mendorong tingkat demand. dalam penjelasan 1 poin a.
Mendorong insentif kebijakan ini
dapat dilakukan melalui kebijakan KESIMPULAN
yang komprehensif sebagaimana 1. Lambatnya laju pertumbuhan sukuk
dijelaskan dalam poin (a). korporasi disebabkan oleh tiga aspek,
2. Perspektif investor yaitu: (i) lingkungan internal perusahaan,
a. Prioritas kebijakan yang pertama baik emiten maupun investor; (ii)
adalah tuntutan adanya kejelasan lingkungan eksternal perusahaan atau
undang-undang perpajakan atas kondisi pasar; dan (iii) lingkungan regulasi.
sukuk. Oleh karena itu, yang harus a. Dari sisi lingkungan intenal perusahaan,
dilakukan adalah sebagaimana faktor penyebabnya adalah: (i)
dalam penjelasan 1 poin (c) kurangnya pemahaman mengenai
b. Prioritas kedua adalah tuntutan sukuk; (ii) biaya penerbitan sukuk
adanya regulasi yang dapat masih tinggi; dan (iii) kekhawatiran
mengembangkan variasi akad dan akan potensi pajak berganda;
struktur sukuk. Kebijakan untuk b. Dari sisi lingkungan ekstenal, faktor
bisa mendorong hal ini bisa penyebabnya adalah: (i) belum
dilakukan melalui kejelasan terpetakannya basis investor pada
pembuatan standar akuntansi yang akad-akad tertentu; dan (ii) masih
mengatur tentang sukuk. terbatasnya likuiditas di pasar
c. Prioritas ketiga adalah tuntutan sekunder;
adanya regulasi yang bisa c. Dari lingkungan regulasi, faktor
mendiseminasikan informasi pasar penyebabnya adalah: (i) masih
modal syariah kepada investor. kompleksnya dokumentasi penerbitan
Kebijakan yang harus dilakukan sukuk; dan (ii) masih rendahnya variasi
untuk menciptakan hal ini adalah akad dan struktur sukuk; dan
melalui prosedur sosialisasi dan d. Dari ketiga pesoalan lingkungan di atas,
edukasi mengenai sukuk yang akar masalah yang menyebabkan
harus dirancang oleh pemerintah. lambatnya pertumbuhan sukuk adalah:
3. Perspektif emiten yang sudah (i) kurangnya sosialisasi dan edukasi
menerbitkan sukuk mengenai akad-akad sukuk; (ii)
a. Prioritas pertama yang menjadi perlakuan perpajakan yang masih
tuntutan oleh emiten yang terbatas; dan (iii) peratuan mengenai
menerbitkan sukuk adalah sukuk masih belum jelas.
pemerintah harus bisa menciptakan 2. Persoalan yang menjadi penyebab dari
insentif bagi perusahaan untuk ketiga aspek lingkungan, baik internal
menerbitkan sukuk. Tuntutan ini maupun eksternal dan regulasi,
bersifat umum, sehingga kebijakan berimplikasi pada respon supply dan

24
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

demand yang lambat. Memperbaiki ketiga b. Membuat kerjasama dalam bentuk nota
lingkungan tersebut sangat penting dalam kesepahaman (MoU) dengan asosiasi-
menumbuhkan insentif bagi peningkatan asosiasi pelaku pasar modal dan Bursa
supply dan demand sukuk korporasi; Efek Indonesia untuk memasukkan
3. Strategi pengembangan sukuk materi mengenai pasar modal
diorientasikan pada perspektif masing- syariah.Pelaku khususnya ditujukan
masing pelaku, baik penjamin emisi, kepada paraemiten yang belum pernah
investor, maupun emiten yang sudah menerbitkan sukuk mengenai peraturan-
menerbitkan sukuk maupun yang belum. peraturan terkait keterbukaan informasi
Prioritas kebijakan dari keempatnya adalah dalam rangka meningkatkan pemahaman
sebagai berikut: prinsip-prinsip syariah dalam penerbitan
a. Perspektif penjamin emisi, urutan sukuk;
prioritas kebijakannya adalah: (i) c. Memasukkan materi pasar modal syariah
menciptakan pasar sukuk yang dalam Ujian Standar Profesi dan
kondusif; (ii) regulasi harus jelas dalam Pendidikan Berkelanjutan bagi Profesi di
mengatur tingkat persaingan dalam Pasar Modal. Diharapkan dapat
penjaminan emisi sukuk; (ii) adanya terselenggaranya Pendidikan Profesi
kejelasan mengenai regulasi pajak atas Lanjutan untuk seluruh profesi penunjang
sukuk; dan (iv) harus adanya insentif pasar modal dan ahli syariah; dan
kebijakan dalam mendorong tingkat d. Membuat program diskusi dengan
demand; perusahaan/lembaga yang berpotensi
b. Perspektif investor, urutan prioritas menerbitkan sukuk. Oleh karena itu,
kebijakannya adalah: (i) harus adanya harus ada program rutin diskusi dengan
kejelasan peraturan perundangan manajer investasi dan asosiasi dalam
perpajakan atas sukuk; (ii) adanya rangka mendorong penerbitan sukuk
regulasi yang bisa mengembangkan korporasi.
variasi akad dan struktur sukuk; dan 2. Memperjelas peraturan mengenai sukuk
(iii) adanya regulasi yang dapat korporasi dalam meningkat kondisi pasar
mendiseminasikan informasi pasar sukuk yang ideal. Untuk melaksanan strategi
modal syariah kepada investor; kebijakan ini, maka harus dilakukan
c. Perspektif emiten yang sudah beberapa langkah strategis, diantaranya:
menerbitkan sukuk, urutan prioritas a. Dibutuhkan komitmen bersama baik OJK,
kebijakannya adalah: (i) pemerintah Kementerian Keuangan dan Ditjen Pajak
harus bisa menciptakan insentif bagi menyelesaikan peraturan mengenai pajak
perusahaan untuk menerbitkan sukuk; sukuk;
dan (ii) adanya kejelasan perlakuan b. Membuat penerbitan aturan mengenai
perpajakan yang tepat; dan; status hak dan kewajiban setiap pihak
d. Perspektif emiten yang belum atas underlying asset. Oleh karena itu,
menerbitkan sukuk, prioritas harus dibuat regulasi terkait status dak
kebijakannya adalah adanya kejelasan dan kewajiban setiap pihak atas
kondisi industri pasar keuangan syariah underlying asset;
melalui regulasi dan model sosialisasi c. Meningkatkan likuditas sukuk di pasar
serta edukasi. sekunder melalui tersedianya
infrastruktur yang mendorong likuiditas
REKOMENDASI sukuk; dan
Strategi untuk mendorong pengembangan d. Pembuatan regulasi mengenai manajer
sukuk korporasi di Indonesia mengacu pada tiga investasi syariah. Oleh karena itu, perlu
akar masalah lambatnya pertumbuhan sukuk dibuat aturan terkait lembaga penunjang
korporasi di Indonesia. Beberapa strategi yang di pasar modal syariah dan perusahaan
perlu ditempuh pemerintah adalah sebagai efek syariah.
berikut: 3. Memperjelas peraturan mengenai sukuk
1. Meningkatkan sosialisasi dan edukasi korporasi untuk mereduksi masih
mengenai akad-akad sukuk korporasi. Untuk kompleksnya dokumentasi penerbitan sukuk
melaksanan strategi kebijakan ini, maka dan untuk memperkaya variasi akad dan
harus dilakukan beberapa langkah strategis, struktur sukuk. Untuk melaksanan strategi
diantaranya: kebijakan ini, maka harus dilakukan
a. Membuat peraturan mengenai format beberapa langkah strategis, diantaranya:
sosialisasi dan edukasi yang tepat a. Mendorong terselenggaranya Sertifikasi
mengenai akad-akad sukuk; Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM); dan

25
Inovasi Vol. 14 No. 1, Mei 2017: 13-27

b. Regulasi terkait dengan ahli syariah yang Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah, 2007,
melakukan kegiatan di pasar sukuk. Oleh Mengenal Instrumen Investasi dan Pembiayaan
karena itu, harus dibuat aturan terkait berbasis Syariah, Depkeu: Jakarta.
ahli syariah di pasar modal.
Fatah, D.A. 2011. Perkembangan obligasi syariah
4. Diperlukan penelitian lanjutan mengenai hal- (sukuk) di indonesia: analisis peluang dan tantangan.
hal sebagai berikut: Innovatio, X (2), hal. 281-301.
a. Format sosialisasi dan edukasi yang tepat
mengenai akad-akad sukuk; FTSE Global Market. 2016. Is This The Face of
b. Pengaturan skema perpajakan sukuk Tomorrow’s Investor?. Issue 78, September.
korporasi. Aspek perpajakan penting
berkenaan bagi emiten yang sudah Global Research-gcc. 2012. Sukuks-A New Dawn of
menerbitkan sukuk korporasi, tidak Islamic Finance Era. (Online,
mengalami permasalahan terhadap http://www.globalnv.net/research/Sukuk-
012008.pdf), diakses tanggal 16 Juni 2016.
pengenaan pajak. Bagi emiten yang belum
menerbitkan, ada kehawatiran pengenaan IIFM. 2016. Sukuk Report A Comprehensive Study Of
double tax; The Global Sukuk Market (5th Edition). Bahrain:
c. Kontrak perwaliamanatan sukuk; Author.
d. Supply dan demand sukuk korporasi.
Mengingat terjadi ketidak seimbangan IIFM. 2013. Sukuk Report A Comprehensive Study Of
antara supply dan demand di pasar The Global Sukuk Market (3th ed.). Bahrain: Author.
sekunder yang tidak likuid, terutama di
Indriani, D. 2009. Tinjauan Hukum Pajak
sisi supply; dan
Pertambahan Nilai Sukuk Ijarah Korporat di Pasar
e. Pengembangan metodologi pemeringkat Modal Indonesia. Makalah Disampaikan dalam
sukuk. Lembaga pemeringkat di Kegiatan MES Goes to Campus “Pengembangan Sukuk
Indonesia hanya dua yaitu PT. Sebagai Instrumen Investasi: Jakarta.
Pemeringkat Efek Indonesia dan PT. Fitch
Ratings Indonesia. Metodologi Jarkasih, M& Rusydiana, A.S. 2009. Perkembangan
pemeringkat sukuk sangat penting karena Pasar Sukuk: Perbandingan Indonesia, Malaysia, dan
terdapat perbedaan karakteristik antara Dunia. Jurnal Bisnis dan Ekonomi: Antisipasi,
sukuk dan obligasi. Terkait dengan hal Universitas Sanata Dharma, Vol. 1, No.2.
tersebut, pelaku pasar yang terlibat dalam
Kurniawati, D.D. 2015. Analisis Perkembangan Sukuk
pemeringkatan mengharapkan adanya (Obligasi Syariah) dan Dampaknya Bagi Pasar Modal
panduan yang terstandar mengenai Syariah. Universitas Negeri Surabaya: Surabaya.
pemeringkatan sukuk, karena selama ini
metode pemeringkatan antara sukuk dan Nugroho, M.T. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang
obligasi adalah sama. Mempengaruhi Fluktuasi Harga Sukuk Ijarah
Korporasi di Indonesia (Studi Kasus Tahun 2011-2015).
UCAPAN TERIMAKASIH Tesis Diterbitkan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Penulis mengucapkan terima kasih Universitas Indonesia: Jakarta.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan). 2014. Memperkuat
kepada Mitra Bestari Jurnal Inovasi yang telah
Fundamental Perekonomian Melalui Inklusi Keuangan.
memberikan rekomendasi perbaikan bagi Annual Report 2014: Jakarta.
tulisan ini.
OJK (Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Roadmap Pasar
REFERENSI Modal Syariah 2015-2019: Membangun Sinergi untuk
BPS. 2016. Data Pertumbuhan Ekonomi dan Pasar Modal Syariah yang Tumbuh, Stabil, dan
Pendapatan Per Kapita Indonesia. Berkelanjutan. Direktorat Pasar Modal Syariah
Otoritas Jasa Keuangan: Jakarta.
Dewan Syariah Nasional. 2004. Fatwa No
41.DSN/MUI/IX/2004 Tantang Obligasi Syariah Ijarah. OJK (Otoritas Jasa Keuangan. 2015. Kajian Faktor-
faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan
_____ Dewan Syariah Nasional. 2004. Fatwa No Permintaan Sukuk. Direktorat Pasar Modal Syariah
40/DSN/MUI/IX/2004 Tentang Pasar Modal dan OJK: Jakarta.
Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Pasar
Modal. Rahmany, F. 2010. Penerbitan Sukuk Korporasi Masih
Rendah. (Online
Dewi, N. 2011. Mengurai masalah pengembangan http://www.seputarforex/news.com), diakses tanggal
sukuk korporasi indonesia menggunakan analytic 20 Juni 2016.
network process. TAZKIA, Islamic Finance& Business
Review, Vol. 6 (2), hal. 138-167. Saaty, T.L. 1993. Decision making with the analytic
hierarchy process. International Journal Services
Sciences, 1 (1).

26
Strategi Pengembangan Sukuk Korporasi di Indonesia:
Metode Analytical Hierarchy Process
(Lokot Zein Nasution)

Soemitra, A. 2010. Bank dan Lembaga Keuangan


Syariah. Kencana Media Grup: Jakarta.
Tobin, G.A., Begley, Cecily M. 2003. Methodological
Rogour Within a Qualitative Framework. Journal of
Advanced Nursing. 48 (4), hal. 388-396.

Tim Studi Minat Emiten di Pasar Modal Kementerian


Keuangan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Minat Emiten dalam Menerbitkan Sukuk di Pasar
Modal. Departemen Keuangan Republik Indonesia,
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga
Keuangan: Jakarta.

Utaminingsih, S. 2008. Perlakuan Perpajakan Atas


Transaksi Obligasi Syariah (Sukuk) Ijarah. Jurusan
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah: Jakarta.
Zawya Thomson Reuters. 2016. Sukuk Monitor
(Online http://www.zawya.com), diakses tanggal 15
Juni 2016.

Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang PPH dan Peraturan Pelaksanaannya.
Kementerian Keuangan Republik Indonesia,
Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Penyuluhan,
Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun


2009 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1983 Tentang Pajak Pertambahan
Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas
Barang Mewah.

27

Anda mungkin juga menyukai