Anda di halaman 1dari 16

JURNAL

MANAJEMEN KEUANGAN PUBLIK MKP


ANALISIS PERBANDINGAN PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH INDONESIA
DALAM RISIKO PEMBIAYAAN DEFISIT

Raditya Hendra Pratama,


Politeknik Keuangan Negara STAN
Alamat Korespondensi: h3ndra@pknstan.ac.id

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


External fund (loans) is one important instrument of financing deficit
Diterima Pertama in Government of Indonesia’s budget policy. The other instruments are
17-07-2017 Government Obligation and Syariah Obligation called Sukuk. This
paper aimed to explain the risks related to the loans and compared it
Dinyatakan Diterima to other instruments. The risks assessed are related to legal risk,
23-10-2017 market risk, and interest rate risk. With a better understanding
regarding the risks hopefully will provide a better debt management
KATA KUNCI: as well.
e-Government, defisit, debt, risiko
Pinjaman luar negeri merupakan salah satu instrumen dalam
KLASIFIKASI JEL: portofolio pembiayaan defisit Pemerintah Indonesia. Instrumen
H110 , H620 , H630 pembiayaan defisit lainnya yaitu dengan penerbitan obligasi negara
atau disebut juga dengan Surat Utang Negara (SUN), dan telah
diterbitkan pula satu instrumen yang merupakan bentuk lain dari
surat utang tetapi dengan basis Syariat Islam bernama Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) atau dikenal juga dengan nama Sukuk.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko-risiko yang terdapat
pada instrumen pembiayaan defisit melalui pinjaman luar negeri
pemerintah untuk kemudian dapat diketahui perbandingannya
dengan instrumen pembiayaan defisit lainnya. Dengan diversifikasi
pada portofolio utang yang ada, Pemerintah Indonesia memerlukan
pengelolaan yang dilakukan dengan penuh kehati-hatian dan
kecermatan untuk meminimalkan risiko. Aspek penelitian yang
digunakan adalah risiko risiko hukum, risiko pasar, dan risiko tingkat
bunga yang terdapat pinjaman luar negeri Pemerintah Indonesia.

Halaman 11
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 12

1. PENDAHULUAN lainnya yaitu dengan penerbitan obligasi negara atau


disebut juga dengan Surat Utang Negara (SUN), dan
1.1. Latar Belakang sejak tahun 2008 telah diterbitkan pula satu instrumen
Menurut kamus Bahasa Indonesia pinjaman baru yang merupakan bentuk lain dari surat utang
berarti sesuatu berupa uang atau barang (atau benda tetapi dengan basis syariah Islam bernama Surat
lain) milik orang lain yang harus dikembalikan, Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dikenal juga
sedangkan utang berarti menggunakan uang atau dengan nama Sukuk yang diambil dari bahasa Arab dan
barang orang lain dengan kewajiban mengembalikan merupakan jamak dari kata sakk, yang diterbitkan
apa yang telah diterima, sehingga dalam penulisan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian
penelitian ini kedua kata tersebut memiliki makna penyertaan terhadap Aset SBSN, baik dalam mata
yang sama. Meski menghasilkan berbagai persepsi uang rupiah maupun valuta asing.
baik yang pro maupun yang kontra, tidak bisa kita Strategi terhadap pengelolaan risiko utang
pungkiri bahwa dengan keterbatasan sumber-sumber berarti membuat pilihan-pilihan atas instrumen-
pembiayaan dalam negeri, pinjaman luar negeri instrumen yang ada sehingga membentuk
pemerintah telah menjadi salah satu sumber penting karakteristik pembiayaan yang diinginkan apakah akan
pembiayaan pembangunan nasional. menggunakan bentuk pinjaman luar negeri, bentuk
Sejak awal pemerintahan pada masa Orde Baru obligasi negara, maupun obligasi syariah. Juga menjadi
hingga pemerintahan pada akhir 1990-an, pinjaman pertimbangan apakah akan menggunakan sumber dari
luar negeri merupakan primadona dan menjadi pilihan dalam negeri maupun luar negeri, dengan mata uang
utama dalam pembiayaan defisit APBN jika asing (valas) atau rupiah, dan yang tidak kalah penting
dibandingkan dengan sumber pembiayaan defisit adalah pertimbangan beban pengembalian utang yang
lainnya. Karenanya pinjaman luar negeri menjadi terus di dalamnya terdapat unsur bunga untuk instrumen
meningkat dan terakumulasi dalam jumlah besar. Bila non-syariah.
pada tahun 1966 jumlahnya baru mencapai US$ 2.0 Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis
milyar, kemudian pada awal tahun 2016 jumlah merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan
pinjaman luar negeri terakumulasi menjadi hampir judul “Analisis Perbandingan Portofolio Utang
senilai US$ 52 milyar. Kondisi ini didasarkan pada Pemerintah Indonesia Dalam Risiko Pembiayaan
pertimbangan bahwa untuk jangka waktu yang Defisit”.
panjang, pasar modal di Indoensia pada saat-saat itu
masih belum berkembang (underdeveloped), sehingga 1.2. Tujuan Penelitian
sangat sulit untuk menghimpun sumber pembiayaan Pengelolaan atas utang pemerintah bisa meliputi
domestik. banyak hal seperti pengelolaan administratif,
Hal yang perlu untuk diwaspadai adalah penatausahaan dokumen, pengelolaan sumber daya
pertimbangan bahwa pembiayaan keuangan negara manusia, dan salah satu yang terpenting adalah
melalui pinjaman luar negeri dapat menimbulkan pengelolaan/manajemen risiko.
beban fiskal dan neraca pembayaran yang mempunyai Tujuan penelitian ini terbatas untuk mengetahui
implikasi yang luas terhadap rakyat, termasuk generasi risiko hokum, risiko pasar, dan risiko tingkat bunga
yang akan datang. Hal ini mendorong kepentingan yang terdapat pada instrumen pembiayaan defisit
publik untuk melakukan kontrol atas kebijakan melalui utang pemerintah dan kemudian
pemerintah dalam pengadaan dan pengelolaan membandingkan setiap risiko dari masing-masing
pinjaman luar negeri. instrumen pembiayaan yang telah ditentukan.
Pengelolaan pinjaman luar negeri perlu dilakukan Untuk itu, penelitian ini bertujuan menjawab
secara sangat selektif, untuk menjamin terpenuhinya pertanyaan terkait “Bagaimanakah Risiko Pada Utang
financing gap dan ketahanan fiskal yang Yang Digunakan Oleh Pemerintah Untuk Pembiayaan
berkesinambungan yang sesuai dengan kondisi Defisit”.
ekonomi makro. Selain itu, penetapan biaya yang
paling rendah dan tepat, penentuan kebijakan yang
didasarkan pada prinsip-prinsip pemerintahan yang 2. KERANGKA TEORI
baik yang meliputi efisiensi, efektifitas, transparansi, Pengertian Keuangan Negara menurut pasal 1
dan akuntabilitas, serta pengelolaan yang dilakukan ayat 1 UU nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan
dengan penuh kehati-hatian dan kecermatan untuk Negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang
meminimalkan risiko, merupakan prasyarat lain bagi dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik
terselenggaranya pengelolaan pinjaman yang lebih berupa uang maupun berupa barang yang dapat
baik. dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan
Di samping pinjaman luar negeri, terdapat hak dan kewajiban tersebut.
diversifikasi beberapa alternatif instrumen Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pembiayaan defisit yang tersusun dalam portofolio Keuangan Negara adalah segala sesuatu yang dapat
pinjaman pemerintah. Instrumen pembiayaan defisit dinilai dengan uang yang berkaitan dengan hak dan
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 13

kewajiban negara serta memiliki ruang lingkup yang 4. Risiko Tingkat Bunga yaitu risiko yang disebabkan
berkaitan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban oleh pergerakan tingkat bunga di
tersebut. pasar.
Ruang lingkup Keuangan Negara menurut pasal 2
5. Risiko Likuiditas yaitu risiko yang disebabkan oleh
UU Nomor 17 tahun 2003 meliputi :
ketidakmampuan untuk mengakomodasi
i. Hak negara untuk memungut pajak,
berkurangnya pasiva/ liabilities.
mengeluarkan dan mengedarkan uang, dan
melakukan pinjaman; 6. Risiko Operasional yaitu risiko yang disebabkan
ii. Kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas oleh pelanggaran atas ketentuan ketentuan
layanan umum pemerintahan negara dan internal.
membayar tagihan pihak ketiga;
7. Risiko Hukum yaitu risiko yang disebabkan oleh
iii. Penerimaan negara;
ketidakcukupan (inadequacy) atau kesalahan
iv. Pengeluaran negara;
dalam pemberian pendapat hukum maupun
v. Penerimaan daerah;
dokumentasi hukum.
vi. Pengeluaran daerah;
vii. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola 8. Risiko Reputasi yaitu risiko yang disebabkan oleh
sendiri atau oleh pihak lain berupa uang, surat kegagalan di dalam operasional khususnya
berharga, pinjaman barang, serta hak-hak lain kegagalan dalam memenuhi ketentuan-ketentuan
yang dapat dinilai dengan uang, termasuk hukum.
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan
2.2. Pinjaman Negara
negara/perusahaan daerah;
Pemerintah perlu melakukan kegiatan-kegiatan
viii. Kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
pemerintah dalam rangka penyelenggaraan tugas
Kegiatan-kegiatan tersebut harus ditunjang dengan
pemerintahan dan/atau kepentingan umum;
pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan
ix. Kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan
penerimaan pemerintah.
menggunakan fasilitas yang diberikan
Jika penerimaan pemerintah dalam APBN tidak
pemerintah.
mencukupi untuk menutup pengeluarannya, maka
dibutuhkan sumber-sumber lain berupa pinjaman
Dengan demikian berarti bahwa Keuangan
yang berasal dari dalam dan luar negeri (pinjaman
Negara dapat dikelola langsung oleh pemerintah dan
negara). Pinjaman negara memainkan peranan
dapat pula dipisahkan pengelolaannya. Juga dapat
penting dalam pengelolaan keuangan negara. Dalam
dikatakan bahwa melakukan pinjaman adalah hak
kaitannya dengan keuangan negara, pinjaman negara
negara dan dikelola langsung oleh pemerintah.
adalah salah satu kewajiban pemerintah. The World
Keuangan negara secara periodik tercermin
Bank, Global Development Finance (2002)
dalam APBN, sedangkan APBN kita menggunakan
mendefinisikan pinjaman negara sebagai berikut:
sistem anggaran defisit.
“…the sum of all domestic and external obligation
2.1. Jenis-jenis Risiko
of public debtors which include the central
Menurut Core Principle for Effective Banking government and its agencies, states, provinces or
Supervision (Basel Core principles) di dalam similar political subdivision including their agencies
Compendium of documents produced by the Basel and autonomous public bodies state enterprise and
Committee on Banking Supervision (2000), jenis-jenis subsidiaries in which they have joint ownership with
risiko menurut dokumen tersebut adalah: the private sector and a major shareholding….”
1. Risiko Kredit yaitu risiko (munculnya kerugian) 2.3. Beban Pinjaman Dalam Negeri Dan Pinjaman
yang disebabkan oleh kegagalan counterparty Luar Negeri
(debitur) dalam melaksanakan kewajiban-
Pinjaman negara sebagai sumber pembiayaan
kewajibannya sesuai yang disyaratkan oleh
pembangunan bisa jadi lebih baik jika dibandingkan
kontrak/perjanjian.
dengan penarikan pajak. Dengan penarikan pajak
2. Risiko Negara (Country Risk), yaitu risiko yang berarti pendapatan masyarakat yang siap dibelanjakan
disebabkan oleh kondisi lingkungan ekonomi, akan berkurang. Hal ini tentu saja menurunkan tingkat
sosial, politik dari negara asal counterparty konsumsi yang berarti akan menurunkan permintaan
(debitur). Risiko ini muncul dalam transaksi atas barang dan jasa.
pinjaman lintas negara.
Jika pembangunan dibiayai dari pinjaman negara,
3. Risiko Pasar yaitu risiko (munculnya kerugian) laju pertumbuhan ekonomi tidak akan terhambat
yang disebabkan oleh pergerakan pasar. kecuali jika persyaratan untuk pinjaman tersebut
sangat memberatkan. Yang harus dicermati adalah
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 14

beban yang timbul dari adanya pinjaman tersebut. Pembayaran bunga dan cicilan utang untuk
Menurut Sumiyarto (2007:23), beban pinjaman dapat pinjaman dalam negeri hanya berupa pemindahan
berupa: kekayaan dari satu kelompok kepada kelompok lain di
negara yang sama. Pinjaman dalam negeri tidak akan
1) Untuk Pinjaman Dalam Negeri
mengurangi kesejahteraan masyarakat suatu negara.
Secara makro tidak ada beban langsung yang
Pinjaman yang berasal dari luar negeri akan
timbul dari pinjaman dalam negeri karena aliran
disertai bunga dan biaya lain yang akan dipikul oleh
kekayaan hanya terjadi dalam masyarakat suatu
generasi yang akan datang. Mereka akan dipungut
negara.
pajak untuk membayar utang yang dibuat pada masa
Beban tidak langsung yang timbul dari pinjaman kini. Sehingga kita harus memindahkan kekayaan
dalam negeri adalah pajak yang digunakan untuk generasi yang akan datang ke luar negeri untuk
membayar pinjaman dalam negeri tersebut yang pada mengembalikan pinjaman.
akhirnya akan mempengaruhi produksi dan konsumsi
3) Tersedianya Dana Dari Pinjaman Dalam Negeri
masyarakat.
Faktor ketersediaan dana dari dalam negeri
2) Untuk Pinjaman Luar Negeri
merupakan salah satu alasan mengapa negara-negara
Beban langsung dari pinjaman luar negeri adalah berkembang meminjam ke luar negeri. Di samping itu
adanya cicilan dari pokok pinjaman dan bunga atas pinjaman luar negeri bisa lebih menguntungkan
pinjaman yang harus dibayar dalam periode tertentu. daripada pinjaman dalam negeri.
Disamping itu ada biaya lain yang harus dibayarkan
Dari berbagai pertimbangan di atas, pemerintah
kepada negara pemberi pinjaman seperti legal fee,
harus lebih cermat dalam memilih sumber
management fee, dan commitment fee.
pembiayaan. Meskipun saat ini diupayakan komposisi
Beban tidak langsung dari pinjaman luar negeri pinjaman lebih ditekankan pada pinjaman dalam
adalah pengaruh yang terjadi dalam bidang produksi negeri, namun pinjaman luar negeri masih mempunyai
dan konsumsi melalui pungutan pajak yang digunakan peranan yang sangat penting dalam membiayai defisit
untuk membayar pokok dan bunga pinjaman tersebut. anggaran. Alasan pemerintah masih menggunakan
Pungutan pajak akan mengurangi kemampuan pinjaman luar negeri tersebut adalah:
produksi dan konsumsi masyarakat.
a). Ketersediaan dana. Terdapat banyak negara
2.4. Pemilihan Antara Pinjaman Luar Negeri Atau maupun lembaga asing yang memberikan
Dalam Negeri pinjaman serta jenis pembiayaan yang lebih
bervariasi. Hal ini memungkinkan pemerintah
Pinjaman dalam negeri dan luar negeri
untuk memilih pinjaman yang paling
mempunyai karakteristik yang berbeda. Jika
menguntungkan dengan risiko terendah.
perbedaan tersebut hanya dari sumber atau asal
pinjaman, tentu tidak sulit untuk menentukan pilihan b). Pinjaman luar negeri biasanya berbentuk valuta
pinjaman mana yang akan dipakai untuk membiayai asing, yang dapat digunakan untuk impor dan
defisit anggaran. Menurut Sumiyarto (2007:24), stabilitas neraca pembayaran.
beberapa pertimbangan yang berhubungan dengan
c). Pinjaman luar negeri pada umumnya memiliki
sifat pinjaman yang diterima yaitu antara lain:
maturity (jangka waktu pengembalian utang)
1) Masa Penerimaan Pinjaman yang cukup panjang.
Pinjaman dalam negeri akan menyebabkan Dengan uraian di atas, maka jelas bahwa
jumlah kekayaan yang berada di tangan swasta pinjaman negara adalah setiap penerimaan negara
berkurang sebesar jumlah pinjaman kepada baik dari dalam maupun luar negeri, berupa mata
pemerintah karena tidak ada aliran dana yang masuk. uang rupiah maupun valas yang menimbulkan
Akibatnya pendapatan sektor swasta pada masa-masa kewajiban untuk mengembalikan dengan segala
berikutnya akan berkurang karena tingkat investasi persyaratannya sebagaimana yang telah disepakati.
mereka juga berkurang.
2.5. Instrumen Utang Pemerintah
Sedangkan pinjaman luar negeri akan
Mengacu pada UU Nomor 24 Tahun 2002, bab III
menyebabkan aliran kekayaan ke negara peminjam.
pasal 4 yang menyatakan bahwa SUN diterbitkan
Hal ini tidak mengurangi kekayaan yang ada pada
untuk tujuan membiayai defisit APBN; UU Nomor 1
masyarakat sehingga pendapatan sektor swasta masih
Tahun 2004, bab V, pasal 38 ayat 1 yang menyatakan
bisa meningkat di masa mendatang.
Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang
2) Masa Pembayaran Kembali Pinjaman diberi kuasa atas nama Menteri Keuangan untuk
mengadakan utang negara atau menerima hibah yang
berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 15

sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam ii. Diupayakan persyaratan selunak mungkin,
UU APBN; dan UU Nomor 19 Tahun 2008, bab III pasal sehingga beban yang ditimbulkan tidak terlalu
4 yang menyatakan bahwa SBSN diterbitkan dengan memberatkan.
tujuan untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan iii. Pengadaannya tidak disertai dengan ikatan politik.
Belanja Negara termasuk membiayai pembangunan iv. Pengadaannya harus dikaitkan dengan
proyek, maka dapat diketahui bahwa instrumen kemampuan pemerintah untuk membayar
pinjaman Indonesia terdiversifikasi ke dalam Pinjaman kembali.
Luar Negeri, SUN, dan SBSN.
Sedangkan menurut Soedjaswikno (2008:4),
Gambar 1: Posisi Utang Pemerintah karakteristik pinjaman luar negeri adalah:
i. Penerimaan negara dalam bentuk devisa maupun
devisa yang dirupiahkan.
ii. Diperoleh dari pemberi pinjaman luar negeri
dengan kewajiban membayar kembali.
iii. Memiliki persyaratan dan perikatan dalam proses
pengadaannya.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa
pinjaman luar negeri memiliki kewajiban
pengembalian dan persyaratan dalam proses
pengadaannya, sehingga tidak dapat dijadikan sebagai
sumber pembiayaan yang utama.
Menurut Munawar (2005:7), pinjaman luar
negeri di Indonesia secara umum dikelompokan
berdasar sumber pinjaman dan syarat pengembalian
yaitu:
1) Menurut Sumber atau Asalnya
*sumber: www.djppr.keenkeu.go.id status pada tanggal 31 Mei 2017 i. Negara asing (bilateral), baik yang tergabung
dalam CGI (Consultative Group on Indonesia)
A. Pinjaman Luar Negeri maupun tidak.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 10 tahun ii. Lembaga multilateral.
2011 tentang Tata Cara Pengadaaan Pinjaman Luar iii. Lembaga keuangan dan lembaga non keuangan
Negeri Dan Penerimaan Hibah mendefinisikan: asing
iv. Lembaga keuangan non asing.
“Pinjaman luar negeri adalah setiap
pembiayaan melalui utang yang diperoleh 2) Menurut Syarat Pengembaliannya
Pemerintah dari Pemberi Pinjaman Luar Negeri i. Pinjaman lunak (Soft Loan) adalah pinjaman
yang diikat oleh suatu perjanjian pinjaman dan yang masa pengembaliannya sekitar 25 tahun
tidak berbentuk surat berharga negara, yang atau lebih, termasuk grace period 7 tahun atau
harus dibayar kembali dengan persyaratan lebih dengan tingkat bunga yang rendah yaitu
tertentu” maksimal 3,5% per tahun.
Sedangkan yang dimaksud dengan pemberi ii. Fasilitas Kredit Ekspor (Credit Export
pinjaman luar negeri menurut Peraturan Pemerintah Facilities/FKE) adalah pinjaman berupa kredit
nomor 10 tahun 2011 adalah kreditor yang yang berasal dari negara pengekspor dengan
memberikan pinjaman kepada Pemerintah. Sehingga jaminan dari pemerintahnya. Persyaratan yang
secara garis besar dapat dipahami bahwa pinjaman diajukan, yaitu dengan persyaratan yang lebih
luar negeri adalah setiap penerimaan dari luar negeri mahal dari pinjaman lunak namun biasanya
yang menimbulkan kewajiban untuk mengembalikan lebih ringan dari pinjaman komersial. dengan
beserta segala persayaratannya sebagaimana yang masa pengembalian antara delapan sampai
telah disepakati. sepuluh tahun. FKE bersifat tied-loan yaitu
sebagian besar kredit yang diberikan digunakan
Menurut Munawar (2005:3), secara umum
untuk mengimpor barang dari negara pemberi
pinjaman luar negeri mempunyai karakteristik sebagai
kredit.
berikut:
FKE sendiri terdiri dari dua macam, yaitu:
i. Keberadaaannya hanya sebagai pelengkap, dan
bukan merupakan sumber utama pembiayaan. a. Supplier Credit adalah pinjaman yang
diberikan kepada supplier dan dananya
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 16

berasal dari bank/lembaga keuangan di mengembangkan instrumen pembiayaan berbasis


negara supplier, kemudian dana tersebut syariah.
dipinjamkan ke negara pengimpor.
Menurut UU Republik Indonesia nomor 19 tahun
b. Buyer’s credit adalah pinjaman yang
2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN),
diberikan kepada pembeli (pengimpor) dan
atau dapat disebut Sukuk atau Sukuk Negara, adalah
dananya disediakan oleh bank/ lembaga
surat berharga negara yang diterbitkan berdasarkan
keuangan di negara pengekspor, yang
prinsip syariah, sebagai bukti atas bagian penyertaan
kemudian dibayarkan kepada supplier untuk
terhadap Aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah
membiayai barang/jasa yang diimpor dari
maupun valuta asing. SBSN diterbitkan dengan tujuan
negara yang bersangkutan.
untuk membiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara termasuk membiayai pembangunan proyek.
3) Pinjaman Komersial adalah pinjaman yang
diperoleh dari perbankan atau lembaga keuangan Menurut Penjelasan Umum UU nomor 19 tahun
internasional dalam bentuk devisa dengan syarat 2008 tentang SBSN, selain untuk memenuhi
komersial sesuai dengan keadaan pasar kebutuhan pembiayaan APBN, penerbitan instrumen
pembiayaan berbasis syariah juga diperlukan dalam
4) Pinjaman campuran adalah pinjaman yang terdiri rangka pengembangan pasar keuangan syariah dalam
atas dua atau lebih pinjaman, sebagai contoh: negeri, antara lain untuk: (i) memperkuat dan
i. campuran pinjaman lunak dengan hibah atau meningkatkan peran sistem keuangan berbasis syariah
dengan kredit ekspor di dalam negeri; (ii) menciptakan benchmark
ii. campuran antara pinjaman lunak, hibah dan instrumen keuangan syariah, baik di pasar keuangan
fasilitas kredit ekspor syariah domestik maupun internasional; (iii)
mengembangkan alternatif instrumen investasi, baik
B. Surat Berharga Negara bagi investor dalam negeri maupun luar negeri yang
mencari instrumen keuangan berbasis syariah
Surat Utang Negara (SUN) adalah surat berharga
(syariah-compliant instruments); dan (iv) mendorong
yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang
pertumbuhan pasar keuangan syariah di Indonesia.
Rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran
bunga dan pokoknya oleh negara, sesuai dengan masa Masih menurut penjelasan UU SBSN, konsep
berlakunya keuangan Islam didasarkan pada prinsip moralitas dan
keadilan. Oleh karena itu, sesuai dengan dasar
SUN dan pengelolaannya diatur dalam UU Nomor
operasionalnya yakni syariah Islam yang bersumber
24 Tahun 2002 tentang SUN. UU Nomor 24 Tahun
dari Al Qur’an dan Hadist serta Ijma, instrumen
2002 memberi kepastian bahwa:
pembiayaan syariah harus selaras dan memenuhi
i. Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan prinsip syariah, yaitu antara lain transaksi yang
tertentu. dilakukan oleh para pihak harus bersifat adil, halal,
ii. Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok thayyib, dan maslahat. Selain itu, transaksi dalam
SUN yang jatuh tempo. keuangan Islam sesuai dengan syariah harus terbebas
iii. Jumlah SUN yang akan diterbitkan setiap tahun dari unsur larangan berikut: (1) Riba, yaitu unsur
anggaran harus memperoleh persetujuan DPR bunga atau return yang diperoleh dari penggunaan
dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan uang untuk mendapatkan uang (money for money); (2)
Bank Indonesia. Maysir, yaitu unsur spekulasi, judi, dan sikap untung-
iv. Perdagangan SUN diatur dan diawasi oleh untungan; dan (3) Gharar, yaitu unsur ketidakpastian
instansi berwenang. yang antara lain terkait dengan penyerahan, kualitas,
v. Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas kuantitas, dan sebagainya. Karakteristik lain dari
terhadap penerbitan oleh pihak yang tidak penerbitan instrumen keuangan syariah yaitu
berwenang dan atau pemalsuan SUN. memerlukan adanya transaksi pendukung (underlying
transaction), yang tata cara dan mekanismenya
C. Surat Berharga Syariah Negara bersifat khusus dan berbeda dengan transaksi
keuangan pada umumnya. Oleh karena itu, mengingat
Sebagaimana halnya negara-negara berkembang
instrumen keuangan berdasarkan prinsip syariah
lainnya, kondisi perekonomian nasional juga masih
sangat berbeda dengan instrumen keuangan
ditandai adanya keterbatasan daya dukung APBN dan
konvensional, untuk keperluan penerbitan instrumen
rendahnya partisipasi aktif masyarakat dalam
pembiayaan syariah tersebut perlu adanya
menggerakkan pembangunan sektor ekonomi. Hal
pengaturan secara khusus, baik yang menyangkut
tersebut, telah mendorong pemerintah untuk lebih
instrumen maupun perangkat yang diperlukan.
meningkatkan sumber-sumber penerimaan dalam
rangka pembiayaan APBN, antara lain dengan Salah satu bentuk instrumen keuangan syariah
yang telah banyak diterbitkan baik oleh korporasi
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 17

maupun negara adalah surat berharga berdasarkan iii. Sementara itu, jenis SBSN sesuai dengan akad
prinsip syariah, atau secara internasional dikenal yang digunakan, antara lain:
dengan istilah Sukuk. Instrumen keuangan syariah ini iv. SBSN Ijarah;
berbeda dengan surat berharga konvensional. v. SBSN Musyarakah;
Perbedaan yang prinsip antara lain surat berharga vi. SBSN Mudharabah;
berdasarkan prinsip syariah menggunakan konsep vii. SBSN Istishna;
Imbalan bukan bunga sebagaimana dikenal dalam viii. SBSN dengan akad lain/kombinasi sepanjang
instrumen keuangan konvensional dan diperlukannya sesuai dengan prinsip syariah.
sejumlah tertentu aset yang digunakan sebagai dasar
untuk melakukan transaksi dengan menggunakan
2.6. Risiko Pinjaman Atau Utang
Akad berdasarkan prinsip syariah.
Istilah risiko memiliki berbagai definisi. Menurut
Instrumen pembiayaan berbasis syariah pada
Jurnal Akuntansi Pemerintah (2006:82) risiko adalah
dasarnya berlandaskan pada prinsip moralitas dan
kemungkinan kejadian atau keadaan yang dapat
keadilan yang bersifat universal dengan dasar
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran
operasionalnya berupa syariah Islam, yang sumber
organisasi. Dalam Jurnal Akuntansi Pemerintah
utamanya berasal dari Al Qur'an dan Hadist, serta
(Vaughan, 2006:83) juga dikemukakan definisi lain dari
sumber pendukung lain berupa Ijma, Qiyas, dan
risiko yaitu Risk is the chance of loss (Risiko adalah
Ijtihad. Oleh karena itu, penerbitan dan
kemungkinan kerugian). Chance of loss berhubungan
pengelolaannya juga harus senantiasa selaras dan
dengan suatu exposure (keterbukaan) terhadap
memenuhi prinsip-prinsip syariah, yaitu antara lain
kemungkinan kerugian.
transaksi yang dilakukan oleh para pihak harus bersifat
adil, halal, thayyib, dan maslahat, serta senantiasa Jadi risiko pinjaman negara merupakan
terbebas dari berbagai unsur larangan dalam syariah kemungkinan timbulnya kerugian negara di kemudian
seperti riba (usury), gharar (uncertainty) dan maysir hari diakibatkan sesuatu hal terkait dengan pinjaman
(gambling). yang dilakukan.
Instrumen pembiayaan syariah dapat berupa Sedangkan menurut Batuparan (2001:3),
pinjaman berbasis syariah dalam bentuk kredit diantara jenis-jenis risiko yang ada adalah:
pembiayaan baik bersifat bilateral, multilateral,
i. Risiko hukum, yaitu risiko yang disebabkan oleh
maupun komersial, serta pinjaman secara langsung
ketidakcukupan (inadequacy) atau kesalahan
kepada investor melalui mekanisme pasar keuangan
dalam pemberian pendapat hukum maupun
dengan penerbitan surat berharga berbasis syariah
dokumentasi hukum.
atau sukuk. UU nomor 19 tahun 2008 tentang SBSN
ii. Risiko pasar, yaitu risiko yang disebabkan oleh
menjelaskan bahwa pada dasarnya sukuk adalah surat
pergerakan harga di pasar.
berharga yang tidak jauh berbeda dengan obligasi
iii. Risiko tingkat bunga, yaitu risiko yang
konvensional, namun sukuk memiliki karakteristik
disebabkan oleh pergerakan tingkat bunga di
khusus antara lain (i) merupakan bagian kepemilikan
pasar.
yang tidak terbagi (undivided ownership share) atas
aset/proyek/jasa tertentu; (ii) imbalan (return) yang 2.7. Pengelolaan Utang
diberikan kepada pemegang sukuk bukan berupa
Menurut Suminto (International Monetary Fund
bunga (interest), melainkan pembayaran sewa (rent)
and World Bank, 2006:1), yang dimaksud dengan
atau imbalan (fee) atas penggunaan manfaat aset,
pengelolaan pinjaman adalah proses penyusunan dan
tambahan margin atau mark up atas harga pokok
pelaksanaan strategi untuk mengelola utang
penjualan, atau bagi hasil atas pendapatan atau
pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan
keuntungan (revenue sharing/profit sharing) dari
penggunaan dana, mencapai tujuan yang berkaitan
kegiatan usaha; dan (iii) keharusan adanya real asset
dengan biaya dan risiko serta untuk memenuhi tujuan
yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
lain yang telah ditetapkan.
transaksi (underlying asset) dalam rangka penerbitan
sukuk. Pengelolaan pinjaman yang baik sangat
diperlukan oleh suatu negara. Pemerintah suatu
Sesuai dengan UU No. 19 Tahun 2008, SBSN yang
negara harus memberikan perhatian yang besar
dapat diterbitkan oleh pemerintah adalah dalam
terhadap utang, baik yang dilakukan oleh swasta
bentuk:
maupun pemerintah agar pengelolaan pinjaman
i. SBSN dengan warkat (scrip); dan dengan menjadi lebih efektif.
bentuk tanpa warkat (scripless).
Pengelolaan pinjaman yang baik menurut Asian
ii. SBSN yang dapat diperdagangkan di pasar
Development Bank (2005) meliputi hal-hal sebagai
sekunder; dan SBSN yang tidak dapat
berikut:
diperdagangkan di pasar sekunder.
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 18

i. Penyusunan Anggaran dan Peraturan Hukum berubah-ubah. Untuk itu diperlukan kebijakan
Untuk menghindari jumlah pinjaman yang tidak pengelolaan yang efektif.
terkendali, maka yang berhak melakukan
vi. Kerangka Pengelolaan Risiko
pinjaman hanya orang atau badan yang
Kerangka tersebut bertujuan untuk memudahkan
mempunyai otorisasi yang cukup. Pinjaman yang
pengelola utang untuk mengidentifikasi dan
akan dilakukan harus diotorisasi dan tercantum
mengelola perkiraaan biaya dan risiko yang akan
dalam anggaran suatu negara. Selain itu
terjadi akibat pinjaman. Selain itu, pengelola
diperlukan pula peraturan yang secara tegas
utang juga harus memperhatikan adanya
mengatur pinjaman yang dilakukan oleh negara
kewajiban yang diestimasi (contingent liabilities)
tersebut, sehingga mempunyai dasar hukum yang
dalam membuat keputusan yang berhubungan
kuat dan dapat dijadikan acuan.
dengan pinjaman.
ii. Transparansi dan Predictability
vii. Menciptakan Pasar yang Efisien untuk Instrumen
Tujuan dari kebijakan pengelolaan pinjaman harus
Keuangan Pemerintah
jelas dan dipublikasikan kepada masyarakat.
Hal ini bisa dilakukan dengan mendiversifikasi
Tujuannya antara lain untuk membiayai defisit
instrumen portofolio, pengembangan pasar
anggaran atau untuk membiayai suatu proyek dan
perdana dan sekunder instrumen keuangan
meminimalkan cost of borrowing. Untuk
pemerintah.
mengurangi ketidakpastian, diusahakan
mendapatkan pinjaman yang membebankan Untuk utang jangka menengah dan jangka
biaya terendah. Disamping itu dibuat pula panjang, prosedur pengelolaan pinjaman menurut
rencana pinjaman secara periodik. ADB (2005) adalah sebagai berikut:
iii. Akuntansi i. Penandatanganan Agreement
Pengelolaan pinjaman harus diakuntansikan Setiap pinjaman yang dilakukan harus
dalam double-entry system yang memungkinkan berdasarkan pada persetujuan kedua belah pihak,
adanya sisi debit dan kredit untuk setiap transaksi. yang tertuang dalam perjanjian (Agreement).
Perjanjian tersebut harus ditandatangani oleh
Selain itu, menurut Bank Dunia (2002),
pejabat yang berwenang.
pengelolaan utang juga harus memperhatikan
pedoman sebagai berikut: ii. Pencatatan Transaksi
Setiap transaksi pinjaman harus dicatat, yang
i. Tujuan Pengelolaan Utang dan Koordinasi
meliputi kontrak, penarikan, tanggal jatuh tempo,
Tujuan pengelolaan utang adalah untuk
pembayaran, penjadualan utang, pembatalan dan
memastikan bahwa utang dan pembayarannya
perubahan syarat-syarat pinjaman.
dilakukan pada biaya yang terendah dengan
tingkat risiko yang terkecil. Pengelola utang, iii. Pelaporan Utang
pembuat kebijakan fiskal dan bank sentral harus Sistem pelaporan untuk utang harus dibuat sesuai
memahami bahwa kebijakan yang dibuat akan dengan kebutuhan antara lain analisis makro,
saling terkait satu sama lain sehingga dalam monitoring anggaran, serta negosiasi dengan
perumusan kebijakan, mereka harus saling pemberi pinjaman.
berkoordinasi dan menghindari tumpang tindih
iv. Akuntansi
fungsi.
Pengelolaan pinjaman diakuntansikan dalam
ii. Transparansi dan Akuntabilitas double-entry system. Akuntansi yang diterapkan
Pembagian tugas, peran dan tujuan yang jelas unit harus sesuai dengan standar akuntansi yang
pengelola utang, adanya proses yang terbuka berlaku.
dalam penyusunan dan pelaporan, dan
menyediakan informasi yang cukup kepada
masyarakat mengenai kebijakan pengelolaan 3. METODE PENELITIAN
utang. Penelitian ini direncanakan untuk menggunakan
iii. Akuntabilitas pengelola utang. metode kualitatif, dengan melakukan penelitian
iv. Institusi secara bertahap untuk mendapatkan data-data yang
v. Strategi Pengelolaan Utang relevan untuk digunakan dalam analisis serta
Setiap risiko yang dihadapi oleh pemerintah harus perbandingan risiko utang pemerintah.
dipantau dan dievaluasi secara hati-hati. 3.1. Pengumpulan Data
Pengelola utang harus mengelola risiko yang Karena ruang lingkup penelitian ini adalah
berhubungan dengan valuta asing dan tingkat mengenai utang luar negeri (foreign debt) dan surat
bunga. Hal ini karena tingkat bunga yang berlaku berharga negara (obligasi) sebagai instrumen
serta nilai tukar mata uang bergerak dinamis dan pembiayaan defisit anggaran Pemerintah Indonesia,
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 19

maka dalam memperoleh dan mengumpulkan data potensi frekuensi terjadinya dan pada dampak yang
yang digunakan sebagai bahan penulisan skripsi ini ditimbulkan dari risiko ini.
sumber data diperoleh dari laporan pemerintah yang
Tabel 1: Matriks Pengembangan Instrumen Penelitian
dapat dipublikasikan, nota dinas (bukan rahasia
Negara), Prosedur Operasional Kerja (SOP),
Agreement / Perjanjian Perikatan, Undang-undang,
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan,
Modul, dan artikel lain yng relevan dengan
menggunakan dua metode yaitu:

1. Observasi
Penulis melakukan pengumpulan data di
lapangan dengan mengunjungi objek penelitian untuk
melaksanakan studi langsung sehingga dapat
melakukan hal-hal yang menunjang pengolahan data
menjadi informasi yang akurat sehingga dapat
mendukung penulisan penelitian.

2. Telaah Dokumen
Telaah dokumen dilakukan dengan membaca 4. HASIL PENELITIAN
dan memahami berbagai dokumen, kebijakan,
Dari hasil observasi dan penelaahan dokumen
catatan, laporan, literatur, artikel-artikel lain yang
yang diperoleh selama penelitian, dihasilkan beberapa
berhubungan dengan materi skripsi, peraturan
poin penting berikut ini.
perundangan, dan sumber lainnya untuk dijadikan
dasar pembahasan masalah. 4.1. Faktor-faktor Yang Berpengaruh Terhadap
Risiko
3.2. Tahapan Penelitian
Dari telaah dokumen perjanjian pinjaman dan
Data yang diperoleh dengan rentang waktu
dokumen lain yang terkait, peraturan yang
tertentu akan dianalisis secara sederhana untuk
berlaku serta observasi di lapangan, diperoleh
kemudian dimasukkan dalam tabel matriks dan
faktor yang mempengaruhi risiko sebagaimana
dilakukan skoring untuk mengetahui risiko yang ada
disebutkan dalam Compendium of documents
pada masing-masing instrumen beserta klasifikasi
produced by the Basel Committee on Banking
risiko yang melekat pada masing-masing instrumen
Supervision (2000) dan juga oleh Batuparan
tersebut sehingga dapat memudahkan dalam
(2001) dan yang relevan dan melekat pada
melakukan penilaian dan kemudian menentukan
instrumen utang.
pilihan terbaik atas alternatif instrumen pembiayaan
yang dimiliki. Pembahasan dibatasi sesuai dengan jenis risiko
yang ditentukan sebelumnya yaitu risiko hukum,
Setiap risiko yang melekat akan diberikan risiko pasar, dan risiko tingkat bunga dengan
diberikan penilaian untuk masing-masing instrumen. penjelasan diuraikan sebagaimana berikut.
i. Untuk risiko hukum, akan dilakukan analisis
A. Risiko Hukum
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh, dalam
hal ini adalah pihak yang melakukan perikatan Risiko hukum merupakan risiko yang
hukum, hukum yang dipilih sebagai dasar berkaitan dengan peraturan dan sanksi atas
perikatan, dan dokumen perikatan hukum. pelanggaran aturan tersebut. Dalam hal ini, peraturan
dan sanksi sebagaimana dimaksud akan berlaku pada
ii. Untuk risiko pasar akan dilakukan analisis dengan perikatan perjanjian terhadap pinjaman yang
melihat penggunaan country risk classification dilakukan. Menurut sudut pandang penulis dengan
dan penerbitan dalam valas. berdasarkan pengalaman dan pendapat dari beberapa
sumber, terdapat beberapa faktor utama yang akan
iii. Risiko tingkat bunga akan dianalisis dengan mempengaruhi risiko hukum dalam perikatan
melihat pengenaan bunga dan variasi jenis bunga perjanjian utang tersebut. Faktor-faktor yang dianggap
yang digunakan. paling berpengaruh tersebut dan akan menjadi bagian
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Setelah tingkat risiko masing-masing diketahui,
1) Pihak-pihak Yang Melakukan Perikatan
akan digunakan skor/skala. Dalam skor/skala ini akan
Pihak-pihak yang melakukan perikatan ini dapat
digunakan lima interval penilaian berdasarkan pada
berupa pribadi, badan hukum, maupun pemerintah
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 20

yang dalam hal perikatan perjanjian utang ini 2) Pergerakan Nilai-nilai Yang Terjadi di Pasar
memiliki kedudukan khusus sebagai sovereign Pasar keuangan adalah sesuatu yang sangat
party (pihak yang memiliki kedaulatan). dinamis. Banyak sekali faktor yang berpengaruh
dan saling mempengaruhi di sana. Dengan kondisi
2) Hukum Yang Memayungi Perikatan Perjanjian
yang sangat dinamis dan ruang lingkup yang
Hukum perikatan perjanjian memiliki wilayah yang
demikian luas, penulis mencoba melihat faktor
sangat luas. Oleh karena itu masing-masing
yang dapat digunakan sebagai bagian dari
perikatan perjanjian yang dilakukan oleh pihak-
penelitian ini adalah pergerakan nilai tukar mata
pihak yang berkepentingan masing-masing
uang dan pergerakan country risk classification.
memilih batasan-batasan hukum yang akan
menjadi payung perjanjian yang mengikat mereka.
C. Risiko Tingkat Bunga
Hukum yang dapat dijadikan payung dalam
perikatan ini dapat berupa hukum nasional, hukum Risiko tingkat bunga adalah risiko terkait
internasional, hukum agama, atau hukum adat dengan perubahan naik turun suku bunga perbankan.
sekalipun. Masing-masing pilihan hukum akan Bunga merupakan biaya utama yang pasti dikeluarkan
memberikan perlindungan dan konsekuensi yang dalam perjanjian pinjaman non-syariah, hal ini
sangat bervariasi, namun demikian pemilihan dikarenakan pihak pemberi pinjaman memang
mengenai hukum mana yang akan digunakan, berusaha mencari keuntungan terbesar melalui
mutlak menjadi hak pihak-pihak yang melakukan tingkat bunga tersebut. Dalam penelitian ini, risiko
perikatan untuk memilih dan menyepakati. terhadap tingkat bunga ini diasumsikan dipengaruhi
oleh faktor berikut:
3) Dokumen Perikatan Perjanjian
Setelah pihak-pihak yang melakukan perikatan dan 1) Dikenakan Bunga atau Tidak
hukum yang menjadi payung perikatan perjanjian, Pengenaan bunga atau tidak dalam hal ini sangat
maka dokumen perikatan perjanjian menjadi hal erat dengan jenis utang yang dilakukan. Jika
yang tidak kalah penting. Dalam dokumen menggunakan prinsip konvensional (atau dikenal
perikatan perjanjian inilah ditegaskan masing- juga dengan prinsip riba), maka terdapat
masing hak dan kewajiban serta konsekuensi dari pengenaan dari salah satu jenis bunga, sedangkan
pihak-pihak yang melakukan perikatan. jika menggunakan prinsip syariah, maka
pengenaan bunga ini tidak diperbolehkan sehingga
B. Risiko Pasar dengan demikian tidak terdapat pengenaan bunga
sama sekali.
Risiko pasar adalah risiko yang sangat erat
kaitannya dengan dinamika pasar. Dalam hal perikatan 2) Jenis pengenaan bunga yang dipilih
perjanjian pinjaman ini, pasar yang dimaksud dapat Jenis bunga yang dipilih akan sangat menentukan
bersifat sangat luas baik dalam skala nasional maupun beban biaya yang ditanggung pada masa depan.
internasional. Pengaruh pasar akan sangat signifikan Ada bunga yang bersifat tetap/flat/fixed, yaitu
dalam perikatan ini, dan faktor utama yang menjadi tingkat bunga dengan nilai tetap yang besarnya
titik berat adalah sebagai berikut: telah disepakati di awal. Dengan pengenaan bunga
ini maka pergerakan suku bunga di pasar tidak akan
1) Daya Serap Pasar Terhadap Komitmen Utang
banyak mempengaruhi beban yang dibayarkan,
Setiap komitmen utang yang akan dilakukan oleh
hanya saja nilai yang dibayarkan bisa menjadi lebih
pemerintah sangat bergantung dengan
tinggi atau lebih rendah dibandingkan dengan suku
kemampuan pasar memenuhi kebutuhan
bunga yang terjadi di pasar pada waktu yang akan
pemerintah melalui komitmen utang yang
datang. Sedangkan jenis pengenaan bunga yang
ditawarkan. Setiap pembiayaan defisit memang
lainnya adalah bunga mengambang/floating, yaitu
berarti akan menggantungkan sumber pembiayaan
pengenaan tingkat bunga yang disepakati metode
eksternal karena pembiayaan yang diperlukan
perhitungannya tetapi untuk besarannya akan
tidak dapat dipenuhi dari dana pemerintah.
bergantung pada tingkat bunga di pasar sehingga
Dengan keadaan demikian ini berarti pembiayaan
besarnya dapat berubah-ubah dan tidak dapat
defisit yang dilakukan pemerintah sangat
dipastikan sebelumnya.
bergantung dengan seberapa besar pasar mampu
menyerap dari keseluruhan komitmen yang 4.2. Pengukuran Risiko
ditawarkan. Apabila pasar memiliki daya serap Setiap risiko yang melekat akan diberikan
rendah, ini berarti kebutuhan pembiayaan yang diberikan penilaian untuk masing-masing instrumen.
direncanakan memiliki potensi risiko untuk tidak i. Untuk risiko hukum, akan dilakukan analisis
dapat dipenuhi sehingga juga akan menghambat terhadap faktor-faktor yang berpengaruh, dalam
rencana pembangunan. hal ini adalah pihak yang melakukan perikatan
hukum, hukum yang dipilih sebagai dasar
perikatan, dan dokumen perikatan hukum.
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 21

ii. Untuk risiko pasar akan dilakukan analisis dengan 4.2.1. Risiko Hukum
melihat penggunaan country risk classification
Tabel 4: Perbandingan Risiko Hukum
dan penerbitan dalam valas.
iii. Risiko tingkat bunga akan dianalisis dengan Rata
Jenis Pemicu Tingkat
melihat pengenaan bunga dan variasi jenis bunga Risiko Skor -rata
Instrumen Risiko Risiko
Skor
yang digunakan.
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Setelah dilakukan observasi dan telaah dokumen Sangat
Faktor 1 5
Tinggi
akan diperoleh faktor-faktor yang mempengaruhi
Sangat
masing-masing risiko, dan kemudian dipetakan dalam Faktor 2 5
Tinggi
bentuk table sehingga diketahui apakah diperoleh Sangat
Faktor 3 5
adanya indikasi risiko dari masing-masing insrumen. Tinggi
Faktor 4 Tinggi 4
Tabel 2: Pemetaan Risiko
Sangat
Faktor 5 5
Pinjaman Tinggi
4.9
Luar Negeri Sangat
Faktor 6 5
Tinggi
Sangat
Faktor 7 5
RISIKO Tinggi
HUKUM Sangat
Faktor 8 5
Selanjutnya dilakukan pengukuran risiko tersebut Tinggi
Klausul 1 Sangat
pada masing-masing instrumen utang dengan (9) Tinggi
5
menggunakan penilaian terhadap beberapa aspek Klausul 2 Sangat
5
yaitu: (10) Tinggi
Faktor 1 Rendah 2
1) Untuk risiko hukum, akan dilakukan analisis Surat Utang
1.5
Negara Sangat
terhadap faktor-faktor yang berpengaruh, dalam Faktor 2
Rendah
1
hal ini adalah pihak yang melakukan perikatan Surat 1.0
hukum, hukum yang dipilih sebagai dasar Berharga Sangat
Faktor 1 1
perikatan, dan dokumen perikatan hukum,. Syariah Rendah
Negara
2) Untuk risiko pasar akan dilakukan analisis dengan
melihat penggunaan country risk dan jumlah
penerbitan dalam valas yang terjadi dalam A. Risiko Pinjaman Luar Negeri
beberapa periode dengan menggunakan data Pinjaman luar negeri memiliki aspek hukum yang
pada Departemen Keuangan. terbilang sangat kompleks jika dibandingkan dengan
3) Risiko tingkat bunga akan dianalisis dengan dua instrumen lainnya. Hal-hal yang menyebabkannya
melihat pengenaan bunga dan variasi jenis bunga adalah beberapa fakta yang diperoleh penulis dari
yang digunakan. penelitian yang dilakukan dengan hasil bahwa pihak-
Setelah tingkat risiko masing-masing diketahui, akan pihak yang melakukan perikatan pada pengadaan
digunakan skoring dengan menggunakan skala likert. pinjaman luar negeri terdiri dari Borrower yang
Dalam skoring ini akan digunakan lima interval merupakan tim Delegasi Republik Indonesia (DELRI)
penilaian berdasarkan pada potensi frekuensi dan merupakan gabungan dari instansi-instansi
terjadinya dan pada dampak yang ditimbulkan dari pemerintah yang merupakan stakeholders, di pihak
risiko ini. lain adalah pihak Lender yang merupakan pemberi
pinjaman dan dapat berupa negara, lembaga
keuangan internasional, maupun bank komersial
Tabel 3: Skoring Risiko berskala internasional.
Jenis Risiko Instrumen Tingkat Risiko Skor Hukum yang memayungi perjanjian pinjaman
(1) (2) (3) (4) luar negeri terdiri dari dua sisi. Sisi yang pertama
Risiko Hukum a. Pinjaman Luar Negeri Sangat Sangat Tinggi =5
tinggi/tinggi/sedang/ Tinggi =4 adalah hukum yang berlaku internal pada masing-
b.Surat Utang Negara
rendah/sangat rendah Sedang =3 masing pihak baik Borrower maupun Lender.
c. Surat Berharga Syariah Negara Rendah =2
Sangat Rendah =1 Sedangkan ketika telah memasuki ranah perjanjian
Risiko Pasar pinjaman yang tertuang dalam loan agreement, maka
Risiko Tingkat Bunga akan dipilih satu hukum yang diterima oleh dunia
internasional untuk menjadi payung ketika terjadi
dispute/sengketa.
Dokumen perikatan perjanjian yang digunakan
dalam perikatan perjanjian pinjaman luar negeri
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 22

adalah loan agreement. Di dalam loan agreement ini tentang Surat Utang Negara, sehingga wilayah hukum
terdapat banyak sekali klausul hukum yang saling yang mengatur pengelolaannya tertap berada di
mengikat dengan konsekuensi yang sangat tinggi. lingkup Republik Indonesia. Namun demikian berikut
akan disajikan beberapa kondisi yang dapat memicu
Dengan memperhatikan kondisi di atas, selama
risiko, yaitu:
proses penelitian penulis menemukan beberapa faktor
dan klausul dalam loan agreement yang berpotensi Pihak-pihak yang melakukan perikatan pada
memicu risiko yaitu: Surat Utang Negara adalah pemerintah Republik
Indonesia dengan publik/investor yang tidak terbatas
1) Counterpart telah berskala internasional dengan
selama mereka mampu menampung dana yang
legal officer yang telah menguasai bidang hukum.
memadai untuk mengikuti lelang SUN, sehingga
2) Unsur DELRI terdiri dari berbagai instansi yang nantinya melalui Primary Dealers SUN yang dilelang
tidak semua instansi memiliki legal office/bureau. dapat terdistribusikan kepada mereka.
3) Perwakilan DELRI yang memiliki pengetahuan Hukum yang memayungi perjanjian Surat Utang
hukum hanya berasal dari Biro Hukum Negara adalah UU Nomor 24 Tahun 2002 tentang
Kementerian Keuangan. Surat Utang Negara, dengan demikian keseluruhan
penyelesaian hukum akan mengacu pada hukum
4) Pemerintah tidak menggunakan jasa
nasional.
pengacara/ahli hukum bertaraf internasional
karena biaya yang sangat tinggi. Dokumen perikatan perjanjian yang digunakan
dalam Surat Utang Negara lebih merupakan peraturan
5) Aturan hukum Indonesia yang tetap harus
perundangan dalam negeri dengan tidak menerbitkan
dijadikan acuan oleh DELRI, sedangkan pihak
dokumen perjanjian tambahan, sehingga semua
counterpart pada umumnya tidak dapat menerima
peraturan yang tertuang dalam peraturan
penerapan aturan hukum Indonesia.
perundangan tersebutlah yang menjadi acuan hukum
6) Pihak counterpart akan mengusulkan hukum dari satu-satunya.
negara di luar Indonesia yang dapat diterima secara
Dengan melihat kondisi di atas, selama proses
internasional, bahkan awalnya mereka juga akan
penelitian penulis menemukan beberapa faktor yang
mengajukan hukum negara mereka.
dapat memicu risiko sebagai berikut:
7) Hukum yang paling sering digunakan sebagai
1) Hukum yang digunakan adalah peraturan
alternatif adalah hukum Inggris atau hukum
perundangan yang berlaku di Indonesia saja.
Prancis.
2) Pendapat hukum yang diperlukan hanya terbatas
8) Adanya mekanisme arbitrase dalam hal terjadi pada hukum internal Indonesia.
sengketa antar pihak yang mengikat perjanjian.
C. Risiko Surat Berharga Syariah Negara
9) Klausul Events of Default memuat keadaan/
kejadian yang menurut pandangan Pemberi Risiko hukum pada Surat Berharga Syariah
Pinjaman mungkin dialami oleh Penerima Negara memiliki tingkat yang paling rendah
Pinjaman, yang dapat dikatagorikan sebagai dibandingkan dengan instrumen lainnya. Hal ini
pelanggaran janji, yang memberi hak pada Pemberi disebabkan hukum tertinggi yang menjadi acuan
Pinjaman untuk menghentikan pinjaman dan/atau dalam pengelolaan SBSN adalah Al-Qur’an dan Hadist
mempercepat masa berlaku pinjaman dengan yang kemudian dituangkan secara operasionalnya
meminta Penerima Pinjaman menyelesaikan dalam UU Nomor 19 Tahun 2008 tentang Surat
kewajiban yang jatuh tempo. Berharga Syariah Negara, sehingga hukum tertinggi
yang digunakan sebagai acuan adalah hukum syariat
10) Klausul Waiver of Immunity pelepasan kekebalan
yaitu Syariat Islam, dengan demikian terdapat
hukum dari Republik Indonesia selaku sovereign
kepastian hukum yang sangat tinggi karena telah
party atau negara yang berdaulat, sehingga
bersifat tetap dan tidak berubah, sedangkan wilayah
kedudukannya menjadi sama dengan badan
hukum yang mengatur pengelolaannya tertap berada
hukum lainnya yang dapat dituntut di muka
di lingkup Republik Indonesia. Namun demikian
hukum/pengadilan.
berikut akan disajikan beberapa hal yang berkaitan
dengan tingkat risiko, yaitu:
B. Risiko Surat Utang Negara
Pihak yang melakukan perikatan adalah
Risiko hukum pada Surat Utang Negara memiliki
pemerintah Republik Indonesia dengan Special
tingkat yang lebih lunak dibandingkan dengan
Purpose Vehicle yang nantinya akan meneruskan akad
pinjaman luar negeri. Hal ini disebabkan hukum
dengan investor. SPV adalah pihak ketiga yang menjadi
tertinggi yang menjadi acuan dalam pengelolaan Surat
perantara pemerintah dengan investor namun
Utang Negara adalah UU Nomor 24 Tahun 2002
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 23

sekaligus memutus jalur transaksi pemerintah dengan maka pembiayaan yang dapat diperoleh dari pinjaman
investor, dengan demikian pemerintah hanya luar negeri ini akan langsung mengacu pada nominal
melakukan akad/perjanjian dengan SPV dan tidak kebutuhan pelaksanaan proyek, sedangkan
berhubungan dengan investor. Selain itu, dalam persentase pemenuhannya berkisar antara 85%-100%
pemberian pendapat hukum juga telah menggunakan dari kebutuhan pembiayaan, bergantung kepada jenis
jasa konsultan. pinjaman dan terms and condition yang disepakati.
Pemenuhan sampai dengan 100% ini dapat dilakukan
Tidak terdapat risiko hukum pada acuan hukum
karena kondisi keuangan dari pasar memang
yang digunakan karena berpegang pada prinsip syariah
memungkinkan. Sebagai contoh, bank komersial yang
yang memberikan kepastian dan bersifat tetap,
menjadi lender biasanya memiliki modal yang sangat
sedangkan sifat sovereignity pemerintah juga masih
besar dan memang berinvestasi dalam pinjaman
tetap berlaku sehingga jaminan pemerintah dianggap
komersial.
zero risk.
Pergerakan nilai di pasar yang sangat
Tidak dibuat dokumen perjanjian tambahan
berpengaruh pada pinjaman luar negeri adalah
selain sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan
pergerakan nilai tukar mata uang asing seperti US
perundangan.
Dollar, Euro, GBP, dan Yen.
Dengan melihat kondisi di atas, maka penulis
Selain itu, juga terdapat pergerakan country risk
mendapatkan faktor risiko hukum yang sangat rendah
classification yang berpengaruh terhadap pengenaan
pada SBSN yaitu pemberian pendapat hukum
premi asuransi (credit risk premium) yang diterpakan
berkaitan dengan hukum agama, namun telah
oleh para pemberi pinjaman untuk mengantisipasi
dikonsultasikan dengan konsultan hukum
terjadi kegagalan bayar oleh peminjam terkait dengan
4.2.2. Risiko Pasar keadaan domestik, seperti tingkat inflasi, kondisi
keamanan, dan faktor lain yang dianggap berpengaruh
Tabel 5: Perbandingan Risiko Pasar
terhadap kondisi moneter serta perekonomian secara
Rata- umum. Menurut data yang diperoleh dalam
Jenis Pemicu Tingkat
Risiko Skor rata penelitian, Indonesia mendapatkan penilaian country
Instrumen Risiko Risiko
Skor risk yang dilakukan oleh OECD dengan nilai pada
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
kisaran 4 (interval 1-7).
Sangat
Faktor 1 1
Rendah Dengan melihat kondisi di atas, selama proses
Pinjaman Sangat
Luar Negeri Faktor 2 5 3.0 penelitian penulis menemukan beberapa faktor yang
Tinggi
dapat memicu risiko sebagai berikut:
Faktor 3 Sedang 3
RISIKO 1) Dengan kondisi keuangan yang stabil, para
PASAR Surat Utang Faktor 1 Rendah 2
2.5 pemberi pinjaman (lender) mampu memenuhi
Negara Faktor 2 Sedang 3 kebutuhan pembiayaan dengan kisaran 85% -
Surat 100%.
Berharga Sangat 2) Penggunaan mata uang asing dengan proporsi
Faktor 1 1 2.0
Syariah Rendah
yang mencapai di atas 91%.
Negara
3) Penggunaan country risk dalam penetapan biaya
premi asuransi (credit risk premium).
A. Risiko Pinjaman Luar Negeri
Pinjaman luar negeri memiliki pasar yang cukup B. Risiko Surat Utang Negara
besar dan sangat kuat untuk dapat menyerap
Surat Utang Negara memiliki pasar yang sangat
komitmen pinjaman luar negeri pemerintah.
terbuka, namun demikian hal ini menjadikan Surat
Konsistensi ini disebabkan oleh investor dari pasar
Utang Negara secara umum tidak terlalu memilih siapa
yang menjadi sasaran pinjaman luar negeri adalah
yang akan menjadi sasaran pemasarannya. Oleh
negara atau setidaknya lembaga keuangan dan bank
karena itu tidak dapat diketahui kondisi keuangan dari
komersial yang bertaraf internasional. Dengan
investor yang akan menjadi peserta lelang SUN, karena
keadaan yang demikian, penulis menemukan
bisa berasal dari lembaga keuangan internasional
beberapa fakta sebagai berikut:
sampai dengan ibu rumah tangga dengan kondisi
Pasar keuangan yang menjadi target/sasaran keuangan yang sangat bervariasi. Dengan melihat
komitmen utang pemerintah pada pinjaman luar kondisi tersebut, penulis mengangkat beberapa fakta
negeri adalah negara, lembaga keuangan internasional sebagai berikut:
atau bank komersial bertaraf internasional
Pasar keuangan yang menjadi sasaran
sebagaimana telah disebutkan beberapa contoh pada
pemasaran SUN adalah masyarakat secara umum,
pembahasan sebelumnya. Dalam pengamatan penulis,
sehingga tidak dapat dipastikan bahwa pasar telah siap
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 24

menyerap keseluruhan komitmen yang ditargetkan Dengan melihat kondisi di atas, selama proses
oleh pemerintah. Walaupun demikian tetap terbuka penelitian penulis menemukan beberapa hal pemicu
kemungkinan seluruh komitmen utang pemerintah risiko yang dapat ditemukan, di antaranya adalah:
terserap oleh pasar, hanya saja ketika terjadi
1) Bunga merupakan biaya pokok yang menjadi
perubahan selera dan daya beli pasar, maka risiko
salah satu imbal prestasi yang diminta oleh
tidak terserapnya penawaran menjadi terbuka lebar.
pemberi pinjaman.
Surat Utang Negara tidak mengenal pengenaan 2) Tingkat bunga yang digunakan sangat bervariasi,
country risk, sehingga tidak terpengaruh. Perubahan dari yang menggunakan tingkat bunga tetap
yang akan berdampak signifikan justru pada selera dan sampai dengan tingkat bunga yang variabel.
daya beli pasar. Namun demikian, dengan 3) Pengenaan variabel rate dengan double rate
diterbitkannya SUN dalam mata uang asing, maka (basis rate + spread).
pergerakan nilai tukar juga mempengaruhi potensi
risiko yang terjadi dalam penerbitan SUN B. Risiko Surat Utang Negara
Dengan melihat kondisi di atas, selama proses Surat Utang Negara juga mengenal pengenaan
penelitian penulis menemukan beberapa faktor yang tingkat bunga. Sama seperti pinjaman luar negeri yang
dapat memicu risiko sebagai berikut: menggunakan tingkat bunga tetap dan variabel namun
dengan penggunaan perhitungan rate yang lebih
1) Walaupun ada kondisi di mana terjadi
sederhana. Sehingga dengan demikian risiko yang
oversubscribed, namun selera dan daya beli pasar
dimiliki juga sedikit berbeda. Berikut beberapa hal
akan sangat menentukan pemenuhan target
yang dapat mempengaruhi risiko tingkat bunga, yaitu:
penerbitan SUN.
2) Penerbitan sebagian SUN menggunakan mata Pada Surat Utang Negara, dengan metode
uang asing. konvensional (bukan syariah) pemberian bunga
merupakan unsur utama dalam perhitungan imbal
C. Risiko Surat Berharga Syariah Negara balik yield to maturity yang dijanjikan kepada investor
selain curent yield.
Pasar utama yang menjadi sasaran pemasaran
SBSN adalah umat muslim. Dengan jumlah penganut Terdapat perhitungan tingkat bunga dengan
Islam terbesar di dunia, potensi yang ada di pasar menggunakan fixed rate ada pula yang menggunakan
memang sangat besar, namun perlu dipertimbangkan variabel rate, dan beberapa hal pemicu risiko yang
bagaimana merubah kecenderungan pasar untuk dapat ditemukan di antaranya adalah:
beralih dari produk konvensional kepada produk
1) Bunga merupakan biaya pokok yang menjadi
syariah mengingat market share yang masih kecil.
salah satu imbal prestasi kepada investor.
Penerbitan Sukuk dalam mata uang US Dollar 2) Penerbitan SUN dengan menggunakan variable
membuka pengaruh kondisi perekonomian pasar rate.
internasional terhadap perekonomian domestik
khususnya pengaruh nilai tukar US Dollar terhadap C. Risiko Surat Berharga Syariah Negara
pembiayaan yang diperoleh dari sukuk global yang
Risiko tingkat bunga tidak terdapat pada Surat
terbit.
Berharga Negara (zero risk), hal ini dikarenakan SBSN
Dengan melihat kondisi di atas, selama proses tidak menggunakan sistem pemberian bunga sebagai
penelitian penulis menemukan beberapa faktor yang imbal hasil.
dapat memicu risiko sebagai berikut:
Tabel 5: Perbandingan Risiko Tingkat Bunga
1) Masyarakat Indonesia dengan jumlah umat Islam Rata-
Jenis Pemicu Tingkat
terbesar di dunia, dan kondisi market share untuk Risiko
Instrumen Risiko Risiko
Skor rata
produk syariat yang masih kecil. Skor
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
2) Penerbitan SBSN Global dalam mata uang asing.
Sangat
Faktor 1 5
Tinggi
4.2.3. Risiko Tingkat Bunga Pinjaman
Faktor 2 Tinggi 4 4.7
Luar Negeri
A. Risiko Pinjaman Luar Negeri Faktor 3
Sangat
5
Tinggi
Pinjaman luar negeri memiliki risiko tingkat RISIKO
Sangat
TINGKAT Faktor 1 5
bunga yang sangat besar. Hal ini dikarenakan bunga Surat Utang Tinggi
BUNGA 4.5
Negara
(interest rate) adalah salah satu imbal prestasi yang Faktor 2 Tinggi 4
utama bagi pemberi pinjaman (lender). Selain itu Surat
terdapat jenis pengenaan tingkat bunga yang berbeda Berharga
Zero risk - - -
beda pada pinjaman luar negeri. Syariah
Negara
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 25

5. KESIMPULAN DAN SARAN melalui peningkatan kesiapan proyek (project


readiness).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 3) Peningkatan kualitas negosiasi loan agreement
dilakukan, dengan segala keterbatasan yang ada, maka a. Meningkatkan kemampuan dalam aspek
penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: hukum sehingga dapat menurunkan tingkat
1) Utang yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia risiko.
terdiversifikasi menjadi tiga instrumen utang dan b. Melakukan benchmarking dengan instrumen
secara keseluruhan memiliki risiko dengan lainnya.
tingkat risiko sedang. 4) Risk Management
2) Pada pinjaman luar negeri melekat risiko hukum, a. Currency swap untuk mengurangi konsentrasi
risiko pasar dan risiko tingkat bunga. Pinjaman risiko pada satu jenis mata uang.
luar negeri memiliki tingkat risiko tertinggi dan b. Interest rate swap untuk mengurangi risiko
dengan angka nilai rata-rata risiko sangat tinggi. utang.
3) Pada Surat Utang Negara melekat risiko hukum, c. Mengurangi Stok Pinjaman Luar Negeri
risiko pasar dan risiko tingkat bunga. Surat Utang melalui Debt Swap.
Negara memiliki tingkat risiko lebih rendah dari d. Mengutamakan fixed rate.
pinjaman luar negeri dan lebih tinggi dari Surat e. Restruturisasi utang dilakukan dengan
Berharga Syariah Negara, serta dengan angka memperhatikan profil utang dari
nilai rata-rata risiko lebih rendah dari pinjaman berbagai perspektif
luar negeri dan lebih tinggi dari Surat Berharga 5) Koordinasi Antar Unit pengelola Utang
Syariah Negara. a. Menyusun Standard Operating Procedure.
4) Pada Surat Berharga Syariah Negara melekat b. Peningkatan Kapasitas & Sarana Prasarana.
risiko hukum, risiko pasar dan tidak terdapat c. Meningkatkan capacity building sesuai
risiko tingkat bunga. Surat Berharga Syariah dengan international best practice.
Negara memiliki tingkat risiko terendah dan 6) Monitoring dan Evaluasi
dengan angka nilai rata-rata risiko sangat rendah. a. Pengukuran kinerja proyek yang dibiayai
dengan pinjaman luar negeri diikuti tindakan
Kemudian dengan melihat kondisi riil yang untuk mengantisipasi kegagalan proyek.
dihadapi saat penelitian, dan sejalan dengan keinginan b. Membatalkan/mengalihkan (reallocating)
penulis untuk memberikan sumbangsih dalam pinjaman luar negeri yang tidak terserap
pengelolaan utang yang lebih baik, maka beberapa karena keterlambatan suatu proyek untuk
saran yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai proyek lainnya yang membutuhkan
berikut: pendanaan.
1) Pemilihan First Line Financing Policy
a. Melihat struktur risiko yang dimiliki, maka 6. IMPLIKASI DAN KETERBATASAN
Pembiayaan defisit melalui Surat Berharga
Dengan telah dilakukannya penelitian ini,
Syariah Negara (sukuk) perlu mendapat
diharapkan pemerintah dapat lebih tepat dalam
tempat pada first line financing policy. Selain
memilih instrument utang yang digunakan dalam
risiko yang melekat sangat rendah, potensi
pembiayaan defisit dengan memperhatikan risiko-
pasar yang sangat potensial menjadi faktor
risiko yang melekat pada masing-masing instrument
yang perlu dipertimbangkan.
tersebut.
b. Pemilihan pinjaman luar negeri, meskipun
risiko yang melekat sangat tinggi, namun Penelitian ini dibatasi oleh waktu penelitian,
karena kemampuan lender dalam biaya, ruang lingkup, serta metode yang digunakan.
menyediakan dana pinjaman berkisar antara Untuk melengkapi penelitian ini, selanjutnya dapat
85% - 100% maka masih dijadikan alternatif dilakukan penelitian dengan metode dan framework
untuk kebutuhan yang mendesak. lainyang dianggap relevan.

2) Cost Minimization
a. Meminjam dengan persyaratan lunak dengan
tingkat bunga di bawah tingkat bunga
komersial dan dengan jangka waktu yang
panjang.
b. Mengurangi porsi pinjaman komersial dan
kredit ekspor serta hanya dilakukan dengan
selektif untuk kebutuhan yang mendesak.
c. Optimalisasi sumber-sumber pinjaman luar
negeri yang berasal dari kerja sama bilateral
PERBANDINGAN RISIKO PORTOFOLIO UTANG PEMERINTAH Jurnal Manajemen Keuangan Publik
INDONESIA DALAM PEMBIAYAAN DEFISIT Vol.1, No.2, (2017), Hal.11-26
Raditya Hendra Pratama
Halaman 26

DAFTAR PUSTAKA (REFERENCES) Munawar, Dungtji, Drs. Diktat Teknis Substantif Dasar
Tk.I Pengelolaan PHLN dan PPHLN, Jakarta 2005
Arif, Bahtiar, Muchlis, dan Iskandar. Akuntansi
Pemerintahan. Jakarta: Salemba Empat, 2002. Musgrave, A. Richard, Peggy B. Musgrave. Keuangan
Negara dalam Teori dan Prkatek. Jakarta:
Amaroeddin, Drs. Hubungan Keuangan Pusat dan Erlangga, 1991
Daerah: Jakarta 2001
Sidik, Machfud, Dr. Dana Alokasi Umum. Jakarta:
Batuparan, Dilan S. Kerangka Kerja Risk Management. Kompas 2002
Jakarta: BEI 2001
Soedjaswikno. Pengelolaan Pinjaman Luar Negeri,
Basel Committee on Banking Supervision. Core Jakarta 2008
Principles for Effective Banking
Supervision. Basel 2000 Sumiyarto. Pinjaman dan Hibah Luar Negeri , Jakarta
2007
Davey, Kenneth. Financing Regional Government:
International Practices and their Relevance to the Sumiyarto. Glossary Pinjaman dan Hibah Luar Negeri ,
Third World, Institute of Local Government Jakarta 2007
Studies, the University of Birmingham
Suparmoko.Keuangan Negara Dalam Teori dan
Departemen Keuangan. Jurnal Akuntansi Pemerintah Praktek.Yogyakarta : BPFE 1987
vol. 2, nomor: 1. Jakarta 2006
The World Bank (Bank Dunia).Global Development
Departemen Keuangan. Mengenal Sukuk Instrumen Finance. 2002
Investasi & Pembiayaan Berbasis Syariah, Jakarta
2009

Departemen Keuangan - Direktorat Jenderal


Pengelolaan Utang. Perkembangan Utang
Negara (pinjaman Luar Negeri & Surat Utang
Negara),. Update 28 Februari 2009

Departemen Keuangan - Direktorat Jenderal


Pengelolaan Utang. Perkembangan Utang
Negara (pinjaman Luar Negeri & Surat Utang
Negara). Edisi 15 Juni 2009

Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar


Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta : Balai
Pustaka 2001

Marcus, B. Kane. Essentials of Investments 7th Edition.


Mc Graw-Hill: 2008

Anda mungkin juga menyukai