Abstract
The main tasks of the Indonesia National Police was mandated by the law & regulation namely
maintain of public orderliness and security, enforce the law and provide protection, safeguard,
and public service. For implementation of the law enforcement, The Indonesia National Police
was authorised by the law & regulation for conducting preliminary investigation and
investigation of all forms of criminal acts including the criminal act of corupption. This paper
will discuss the problem of the role of the National Police in combating corruption in Indonesia,
as well as how the strategy to eradicate corruption in Indonesia. The criminal acts of corruption
that have occurred in Indonesia have permeated to all life sectors and cause a disaster for
national economy. Therefore, in the context of eradicating the criminal act of corruption needs
the extraordinary law enforcement, implement optimally, efficiently, professionally and
modernly.
Abstrak
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana amanat Undang-Undang yaitu
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan
perlindungani, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat,. Untuk melaksanaan tugas
dibidang penegakan hukum, Polri diberi wewenang untuk melakukan Penyelidikan dan
Penyidikan terhadap semua tindak pidana, termasuk perkara tindak pidana korupsi. Tulisan ini
akan membahas permasalahan peran Polri dalam memberantas korupsi di Indonesia, serta
bagaimana strategi pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Pembahasan
menunjukkan bahwa orupsi di Indonesia telah merasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat,
membawa bencana terhadap perekonomian nasional. Untuk itu dalam rangka pemberantasan
tindak pidana korupsi perlu dilakukan penegakan hukum yang luar biasa, dilaksanakan secara
optimal dan profesional serta modern.
314
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
315
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
316
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
317
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
(1) KUHAP adalah sebagai berikut: 1) peran polisi dalam bekerja, yaitu
Menerima laporan atau pengaduan dari meliputi: (1) Penegak Hukum
seseorang tentang adanya tindak pidana; (Pemberantas kejahatan); (2)
2) Melakukan tindakan pertama pada Pemelihara ketertiban (Penjaga
saat di tempat kejadian; 3) Menyuruh ketenangan); (3) Pelayanan masyarakat
berhenti seorang tersangka dan (bantuan masyarakat) (Indarti, 2018, p.
memeriksa tanda pengenal diri 8).
tersangka; 4) Melakukan penangkapan, Menurut Muladi, luasnya cakupan
penahanan, penggeledahan, dan peran polisi sebenarnya merupakan
penyitaan; 5) Melakukan pemeriksaan perpaduan antara konsep authoritative
dan penyitaan surat; 6) Mengambil sidik intervention yang merupakan usaha
jari dan memotret seseorang; 7) yang setiap saat dan secara rutin
Memanggil orang untuk didengar dan dilakukan oleh polisi dalam rangka
diperiksa sebagai tersangka atau saksi; memelihara ketertiban dan keamanan
8) Mendatangkan orang ahli yang dalam masyarakat dan konsep symbolic
diperlukan dalam hubungannya dengan justice yang menekankan pada peran
pemeriksaan perkara; 9) Mengadakan polisi dalam menunjukkan adanya tata
penghentian penyidikan; 10) hukum yang harus dihormati. Secara
Mengadakan tindakan lain menurut demonstratif, peran ini akan terlihat bila
hukum yang bertanggung jawab. diterapkan kepada pelaku tindak pidana.
Tugas dan tanggung jawab Sebagai aparat penegak hukum dalam
penyidik adalah membuat berita acara, menjalankan fungsinya polisi wajib
menyerahkan berkas perkara kepada memahami azas-azas hukum, yaitu
penuntut umum, dimana Penyerahan sebagai berikut (Muladi, 2002, p. 27):
berkas perkara ini dilakukan yaitu pada 1) Asas legalitas, dalam melaksanakan
tahap pertama penyidik hanya tugasnya sebagai penegak hukum wajib
menyerahkan berkas perkara. Pada tunduk pada hukum; 2) Asas
tahap kedua, dalam hal penyidikan kewajiban, merupakan kewajiban polisi
sudah dianggap selesai, penyidik dalam menangani permasalahan dalam
menyerahkan tanggung jawab atas masyarakat yang bersifat diskresi,
tersangka dan barang bukti kepada karena belum diatur dalam hukum; 3)
penuntut umum. Asas partisipasi, dalam rangka
Dalam melaksanakan perannya mengamankan lingkungan masyarakat
sebagaimana tertuang dalam Pasal 14 polisi mengkoordinasikan pengamanan
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Swakarsa untuk mewujudkan ketaatan
tentang Kepolisian Negara Republik hukum di kalangan masyarakat; 4) Asas
Indonesia, pada dasarnya Polisi tidak preventif, selalu mengedepankan
hanya berperan sebagai penegak hukum tindakan pencegahan daripada
yang merupakan salah satu komponen penindakan (represif) kepada
dalam sistem peradilan pidana, tetapi masyarakat; 5) Asas subsidiaritas,
juga berperan dalam memelihara melakukan tugas instansi lain agar tidak
keamanan dan ketertiban masyarakat menimbulkan permasalahan yang lebih
serta berperan sebagai Pelindung, besar sebelum ditangani oleh instansi
Pengayom dan Pelayan masyarakat yang membidangi.
(Indarti, 2018, p. 8). Sebagai penyelidik dan penyidik
Cakupan peran yang dimainkan utama terhadap semua bentuk
polisi dalam melaksanakan kontrol kejahatan, termasuk kejahatan yang
sosial demikian bukan saja bersifat merugikan keuangan negara (korupsi),
represif tetapi juga preemtif dan dalam pelaksanaan tugasnya Polri
preventif. Ada tiga kategori fungsional dituntut untuk mampu mengetahui
318
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Tabel 2.
Kasus Tindak Pidana Korupsi yang Diungkap Polri Tahun 2015 s.d. 2017
319
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
320
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
321
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
322
Masalah-Masalah Hukum, Jilid 49 No.3, Juli 2020, Halaman 314-323 p-ISSN : 2086-2695, e-ISSN : 2527-4716
Muladi, M. (2002). Demokratisasi, hak asasi Setiawan, M. A. (1999). Kajian Kritis Teori-
manusia, dan reformasi hukum di Teori Pembenaran Pemidanaan. Jurnal
Indonesia. Jakarta: Habibie Center. Hukum IUS QUIA IUSTUM, 6(11), 97–
107.
Rahardi, P. (2007). Hukum kepolisian:
323