e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v6i1.408
©Komisi Pemberantasan Korupsi
Abstract
Indonesia scored 40 points out of 100 and ranked 85th out of 180 surveyed countries on the 2019
Corruption Perceptions Index (CPI). One of the efforts to increase the index score is by preventing
corruption, including through anti-corruption education. Anti-Corruption Education has a
strategic role in preventing corruption, so efforts are needed to strengthen it. This article
examines the strengthening of Anti-Corruption Education from the perspective of essentialism,
namely the periodic review of material by all stakeholders, the strengthening of concepts and
methodologies, the formulation of values hierarchies, strengthening the synergy of chess center
education, the formulation of scientific fields, and community cultural reform. The conclusion is
that the Corruption Eradication Commission and stakeholders must conduct regular Anti-
Corruption Education material reviews; recommend scientific to the Indonesian Ministry of
Research and Technology for Higher Education as the implementation in Higher Education; and
every educational institution strengthens with the Anti-Corruption Literacy Movement and/or
the formation of extracurricular Anti-Corruption Student Communities.
Abstrak
Indonesia meraih skor Indeks Persepsi Korupsi 40 dari maksimal 100 dan berada pada
urutan ke-85 dari 180 negara yang disurvei pada tahun 2019. Salah satu upaya meningkatkan
skor indeks tersebut adalah dengan melakukan pencegahan korupsi, antara lain melalui
Pendidikan Antikorupsi (PAK). Pendidikan Antikorupsi memiliki peran strategis dalam
pencegahan korupsi, sehingga perlu dilakukan upaya penguatannya. Artikel ini mengkaji
penguatan Pendidikan Antikorupsi dari perspektif esensialisme, yaitu peninjauan materi
secara berkala oleh semua pemangku kepentingan, penguatan konsep dan metodologi,
perumusan hierarkhi nilai-nilai, penguatan sinergi catur pusat pendidikan, perumusan
bidang keilmuan, dan reformasi budaya masyarakat. Kesimpulannya adalah KPK bersama
stakeholder harus melakukan kajian materi Pendidikan Antkiorupsi secara berkala;
merekomendasikan keilmuannya kepada Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi
Indonesia sebagai implementasinya di Perguruan Tinggi; dan setiap lembaga pendidikan
memperkuat dengan Gerakan Literasi Antikorupsi dan/atau pembentukan ekstrakurikuler
Komunitas Pelajar Antikorupsi.
1
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
2
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
HW(2016: 63) menyatakan pendidikan Maka kajian PAK secara mendasar, dapat
diartikan sebagai upaya melatih perasaan dilakukan dari aspek filsafat pendidikan.
murid-murid sehingga sikap, tindakan, Salah satu pemikiran dalam filsafat
keputusan, atau pendekatan mereka pendidikan adalah esensialisme. Kajian ini
terhadap segala jenis pengetahuan berupaya mendapatkan wawasan tentang
dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sadar bagaimana PAK dapat dikembangkan
akan nilai etika. menurut pemikiran esensialisme.
Dengan demikian, agar seseorang 1. Rumusan Masalah
memiliki pola pikir, pola hati, dan pola Artikel ini bermaksud mengkaji apakah
tindak antikorupsi, diperlukan adanya pemikiran esensialisme tentang
Pendidikan Antikorupsi (PAK). Kebijakan pendidikan terimplementasi dalam
PAK diatur dalam UU No. 19 Tahun 2019 PAK, dan bagaimana upaya penguatan
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, PAK dari perspektif esensialisme.
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 2. Tujuan Kajian
tentang Percepatan Pemberantasan Tujuan kajian ini menemukan dan
Korupsi, dan Peraturan Presiden mendeskrispsikan implementasi
(Perpres) Nomor 54 tahun 2018 tentang pemikiran esensialisme tentang
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi. pendidikan dalam PAK, dan
PAK bertujuan untuk pembentukan menemukan upaya penguatan PAK dari
pengetahuan dan pemahaman mengenai perspektif esensialisme.
berbagai bentuk korupsi dan aspek- 3. Metode Penelitian
aspeknya, perubahan persepsi dan sikap Model penelitian ini adalah penelitian
terhadap korupsi, dan pembentukan kualitatif. Bahan penelitian terdiri dari
keterampilan dan kecakapan baru yang bahan utama, berupa referensi tentang
dibutuhkan untuk melawan korupsi (Eko PAK, dan bahan pendukung yang
Handoyo, 2013: 43-44). Tujuan PAK berupa referensi tentang esensialisme.
memiliki tiga domain, yaitu kognitif, Langkah penelitian, tahap pertama
afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif inventarisasi data dengan studi
menekankan pada kemampuan mengingat pustaka, dipaparkan dalam bentuk
dan mereproduksi informasi yang telah quotasi, paraphrase, dan pemadatan.
dipelajari, yang berupa kombinasi cara Tahap kedua, analisis kritis dengan
kreatif atau mensintesis ide dan materi metode hermeneutika, melalui unsur-
baru. Aspek afektif menekankan pada unsur metodis deskripsi, pemahaman,
aspek emosi, sikap, apresiasi, nilai, atau interpretasi, induktif, dan heuristik.
sampai pada level menerima atau menolak
sesuatu. Adapun aspek psikomotorik, Tinjauan Teoritis
menekankan pada tujuan melatih Kebijakan Pendidikan Antikorupsi
kecakapan dan keterampilan. Korupsi harus diberantas sampai
Kajian PAK secara lebih mendasar dengan akarnya, karena jika
sangat perlu dilakukan, sebagai upaya pemberantasan korupsi hanya dilakukan
penguatan PAK itu sendiri, sehingga pada permukaannya saja, maka korupsi
mendapatkan tanggapan, apresiasi secara tetap terjadi silih berganti. Sedangkan
lebih serius, baik dari pemerintah maupun pemberantasan korupsi sampai akarnya,
lembaga terkait. Kajian mendasar tersebut dapat mencegah tumbuh dan terjadinya
adalah kajian PAK dari perspektif filsafat. korupsi, sehingga pada masa berikutnya
Hal ini disebabkan PAK lebih cenderung korupsi tidak terjadi lagi. Penindakan
termasuk di dalam bidang pendidikan. korupsi secara hukum, diibaratkan seperti
3
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
menebang pohon, tidak sampai pada kesadaran moral dalam melawan perilaku
pengambilan akarnya. Sehingga dalam korupsi. Menurut Muhammad Nuh dalam
waktu berikutnya justru dapat tumbuh bukunya Agus Wibowo (2013: 38),
tunas-tunas baru pada batang yang masih menyatakan “PAK bertujuan untuk
tersisa. Kelebihan penindakan secara menciptakan generasi muda yang
hukum, dapat ditarget dan hasilnya bermoral baik dan berperilaku
langsung dapat dilihat (misal uang negara antikoruptif”. Haryono Umar yang dikutip
dapat dikembalikan, pelaku dipenjara, oleh Agus Wibowo (2013: 38),
pelaku didenda), namun kelemahannya menyatakan bahwa PAK untuk
tidak dapat secara tuntas memberantas membangun karakter anak sejak dini, agar
korupsi untuk waktu berikutnya. tidak melakukan korupsi. Mental
Sedangkan pencegahan korupsi antikorupsi harus diterapkan sejak dini,
menyentuh sampai dengan akarnya, selanjutnya dalam beberapa tahun ke
antara lain melalui pendidikan, yaitu PAK. depan dapat tumbuh generasi-generasi
PAK sebagai salah upaya yang antikorupsi. Pembelajaran PAK
pemberantasan korupsi yang bersifat diupayakan mampu merangsang
preventif, sebagai pelengkap upaya kemampuan intelektual anak didik dalam
pemberantasan korupsi secara kuratif. membentuk rasa keingintahuan, sikap
PAK diatur dalam Undang-Undang No.19 kritis, dan berani berpendapat tentang
Tahun 2019, dimana tugasnya antikorupsi. Maka pembelajaran PAK lebih
dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan tepat menggunakan pendekatan yang
dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas), sifatnya terbuka, dialogis, dan diskursif.
yang merupakan bagian penting dari Tujuan PAK untuk melahirkan
Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi generasi yang berjiwa antikorupsi,
Pemberantasan Korupsi Indonesia (KPK). mencakup tiga aspek kejiwaan manusia,
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan aspek kognitif (akal), aspek afektif (rasa),
Masyarakat di bawah koordinasi dan aspek konatif (karsa). Tujuan PAK
Kedeputian Bidang Pencegahan KPK ini, adalah adanya pengetahuan tentang
memperkuat tugas KPK dalam melakukan korupsi dan antikorupsi, adanya rasa tidak
tindakan pencegahan tindak korupsi. PAK suka dengan korupsi, dan suka dengan
mutlak diperlukan untuk memperkuat antikorupsi, serta adanya usaha untuk
pemberantasan korupsi yang sudah selalu bersikap, bertindak, berperilaku
dilakukan (reformasi sistem, reformasi antikorupsi. Mencermati tujuan PAK
kelembagaan, dan penegakan hukum). tersebut, berarti PAK merupakan hal yang
Menurut Azhra (2006: viii), PAK sangat penting. Wibowo (2013: 41-43),
merupakan upaya reformasi kultur politik menyebutkan beberapa alasan atau
melalui sistem pendidikan untuk argumen pentingnya PAK diberikan dalam
melakukan perubahan kultural yang pendidikan formal. Pertama, dunia
berkelanjutan, sekaligus untuk pendidikan, khususnya lembaga
mewujudkan budaya pemerintah yang pendidikan pada umumnya memiliki
baik melalui pendidikan. seperangkat pengetahuan untuk
PAK adalah usaha sadar dan memberikan pencerahan terhadap
terencana untuk mewujudkan proses berbagai kesalahpahaman dalam usaha
belajar mengajar yang kritis terhadap pemberantasan korupsi. Kedua, lembaga
nilai-nilai antikorupsi. PAK menekankan pendidikan memiliki jaringan yang kuat.
pada aspek kognitif atau pengetahuan, Melalui lembaga pendidikan, PAK
pembentukan karakter (afektif), dan diharapkan menjadi gerakan yang masif,
4
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
5
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
6
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
7
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
mampu diterima secara normatif, seperti dengan budaya gerakan literasi. Nilai-nilai
mempelajari nilai-nilai hidup kebudayaan penting untuk membawa
(Barnadib,1985: 58). Materi yang disusun manusia menjadi beradab (Gandhi, 2016:
dalam kurikulum pendidikan, menurut 163).
esensialisme meliputi materi yang bersifat Guru berperan sebagai teladan atau
tetap dan materi yang berubah. contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan
Para essensialist menekankan penguasaan pengetahuan atau gagasan-
implementasi pengetahuan dasar 3R, gagasan (Maunah, 2009: 209). Peran guru
reading, writing, dan arithmetics menjadi sangat penting mengingat
(membaca, menulis, dan berhitung). Tiga pendidikan dalam pandangan esensialisme
materi tersebut dipandang sebagai bertugas menjadikan subjek-subjek
pengetahuan dasar yang sangat didiknya memiliki kemampuan untuk
ditekankan dalam esensialisme. merealisasikan potensi-potensinya,
Esensialisme juga berupaya mengajar menjadi subjek-subjek yang mampu
siswa dengan berbagai pengetahuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sejarah, pengetahuan akademis, kehidupannya, dan menjadi subjek-subjek
patriotisme, dan pengembangan karakter yang mandiri dalam menghadapi problem
(Gandhi HW, 2016: 161-162). kehidupannya (Kneller, 1971: 59-60).
Metode tradisional, yaitu mental Gerald L. Gutek (1997: 269),
dicipline method, merupakan metode yang mendeskripsikan peran guru sebagai
paling cocok untuk mencapai tujuan berikut.
pendidikan (Muhmidayeli, 2013: 172). “For Essentialists, like the traditional
Mental discipline method yaitu suatu philosophies and the Conservative
metode yang menggunakan pendekatan ideology, the teacher is an academic
psikologi pendidikan yang mengutamakan authority figure. The teacher is to be
latihan berfikir logis, teratur, terus- a specialist in the content of the
menerus, sistematis, menyeluruh, menuju subject matter and be skilled in
latihan penarikan kesimpulan yang baik organizing it for instructional
dan komphrehensif. Binti Maunah (2009: purposes. While the Essentialist
208), juga menyatakan metode utama teacher speaks with the sense of
adalah latihan mental, misalnya melalui authority that knowledge brings, this
diskusi, pemberian tugas, dan penguatan should not be confused with
penguasaan pengetahuan. Orstein, Allan C authoritarianism. Defenders of
dan Levine, Daniel U (1985: 198) intellectual disciplines such as Arthur
menyatakan “The method of instruction Bestor argue that the liberal
should center on regular assignments, knowledge that they contain and
homework, recitations, and frequent testing convey is the best guarantee for
and evaluation”, yang maksudnya metode preserving both academic freedom in
pengajaran harus berpusat pada tugas the school and civil liberties in
rutin, pekerjaan rumah, pembacaan, dan society”.
pengujian serta evaluasi secara berkala.
Mengacu pendapat Gerald L. Gutek
Metode latihan mental ini sebagai upaya
tersebut, maka guru adalah tokoh otoritas
agar kemampuan mendisiplinkan diri
akademis. Guru memahami dengan betul
dapat dicapai (Maunah, 2009: 207).
dan benar isi materi pelajaran dan
Metode berikutnya adalah literasi. Hal ini
terampil dalam mengaturnya untuk tujuan
diungkapkan oleh Bagley, yang
pembelajaran. Guru betul-betul menguasai
menyatakan esensialisme selalu terkait
8
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
materi ajar. Menurut Arthur Bestor dari ketiga hal tersebut, maka selanjutnya
pengetahuan yang mampu dikuasai terwujud seseorang yang memiliki watak
dengan benar dan disampaikan dengan antikorupsi. Seseorang dengan watak
jelas oleh guru, merupakan jaminan antikorupsi selanjutnya terdapat
terbaik untuk melestarikan kebebasan kesadaran bahwa suatu saat akan kembali
akademis di sekolah dan kebebasan sipil di kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran
masyarakat. pentingnya menjaga kelestarian alam
untuk generasi berikutnya, kesadaran
Penelitian Terdahulu saling hormat-menghormati, kesadaran
Kajian ini merupakan salah satu pentingnya kepedulian bersama,
bagian dari tugas akhir penulis pada kesadaran pentingnya pengendalian diri,
program doktoral di program studi Ilmu dan kesadaran untuk hidup berdampingan
Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan lainnya.
Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul Ketiga, dalam hal kurikulum, PAK
“PAK dalam Perspektif Esensialisme dan mampu mengembangkan secara harmonis
Relevansinya dengan Pendidikan Karakter dan organis unsur fisik, emosional, dan
Bangsa”. Di dalamnya dikaji tentang apa intelektual manusia secara keseluruhan.
hakikat PAK, bagaimana PAK dalam Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik,
perspektif esensialisme, dan bagaimana dalam PAK semua diperhatikan dan
relevansi PAK dengan pendidikan karakter dikembangkan. Penguatan pemahaman
bangsa Indonesia. materi tentang korupsi dan antikorupsi
untuk pengembangan aspek kognitif.
Pembahasan Bermain peran, bedah film, membuat film
Implementasi Pemikiran Esensialisme pendek, membuat lagu, membuat cerita
dalam Pendidikan Antikorupsi pendek (cerpen), membuat kartun
Berikut ini dipaparkan hasil kajian bertemakan antikorupsi, sebagai upaya
beberapa pemikiran esensialisme dalam pengembangan aspek afektif/emosional,
PAK. Pertama, dalam hal landasan dasar sehingga seseorang kemudian suka dan
PAK perspektif esensialisme, PAK harus merasa butuh terhadap antikorupsi.
berdasarkan pada nilai-nilai yang berasal Berbagai aktivitas berupa rencana aksi
dari warisan budaya masyarakat yang antikorupsi maupun gerakan antikorupsi,
bersifat tetap dan telah teruji. Dalam hal sebagai bentuk penguatan aspek
ini kebijakan PAK berdasarkan pada psikomotorik/ fisik.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kurikulum PAK juga telah
Pancasila berasal dari nilai-nilai yang memuat empat aspek kurikulum. Aspek
tumbuh berkembang dalam adat-istiadat, universum, dipenuhi adanya materi
budaya, agama, dan kesepakatan bangsa tentang korupsi dan integritas, faktor
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila secara penyebab korupsi, dampak masif korupsi,
material maupun formal telah teruji dalam perkembangan tindak pidana korupsi,
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan serta nilai dan prinsip antikorupsi. Aspek
bernegara. silivasi, dipenuhi dengan adanya materi
Kedua, dalam hal tujuan, PAK tentang tindak pidana korupsi dalam
bertujuan membentuk dan melahirkan perundang-undangan, gerakan kerja sama
manusia yang memiliki kesatuan dan dan instrumen internasional pencegahan
kesesuaian antara pola pikir antikorupsi, korupsi, dan gerakan kerja sama dan
pola hati antikorupsi, dan pola instrumen nasional pencegahan korupsi.
tindak/sikap antikorupsi. Atas kesesuaian Aspek kebudayaan, dipenuhi dengan
9
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
10
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
11
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
12
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme
13
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani
14