Anda di halaman 1dari 14

INTEGRITAS: Jurnal Antikorupsi, 6 (1) 1-14

e-ISSN/p-ISSN: 2615-7977/2477-118X
DOI: https://doi.org/10.32697/integritas.v6i1.408
©Komisi Pemberantasan Korupsi

Penguatan Pendidikan Antikorupsi


Perspektif Esensialisme

Sumaryati, Siti Murtiningsih, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani


Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Gadjah Mada, Universitas Gadjah Mada

sumaryati@ppkn.uad.ac.id, stmurti@ugm.ac.id, septiana.dm@ugm.ac.id

Abstract
Indonesia scored 40 points out of 100 and ranked 85th out of 180 surveyed countries on the 2019
Corruption Perceptions Index (CPI). One of the efforts to increase the index score is by preventing
corruption, including through anti-corruption education. Anti-Corruption Education has a
strategic role in preventing corruption, so efforts are needed to strengthen it. This article
examines the strengthening of Anti-Corruption Education from the perspective of essentialism,
namely the periodic review of material by all stakeholders, the strengthening of concepts and
methodologies, the formulation of values hierarchies, strengthening the synergy of chess center
education, the formulation of scientific fields, and community cultural reform. The conclusion is
that the Corruption Eradication Commission and stakeholders must conduct regular Anti-
Corruption Education material reviews; recommend scientific to the Indonesian Ministry of
Research and Technology for Higher Education as the implementation in Higher Education; and
every educational institution strengthens with the Anti-Corruption Literacy Movement and/or
the formation of extracurricular Anti-Corruption Student Communities.

Keywords: Anti-Corruption Education, Essentialism, Strengthening

Abstrak
Indonesia meraih skor Indeks Persepsi Korupsi 40 dari maksimal 100 dan berada pada
urutan ke-85 dari 180 negara yang disurvei pada tahun 2019. Salah satu upaya meningkatkan
skor indeks tersebut adalah dengan melakukan pencegahan korupsi, antara lain melalui
Pendidikan Antikorupsi (PAK). Pendidikan Antikorupsi memiliki peran strategis dalam
pencegahan korupsi, sehingga perlu dilakukan upaya penguatannya. Artikel ini mengkaji
penguatan Pendidikan Antikorupsi dari perspektif esensialisme, yaitu peninjauan materi
secara berkala oleh semua pemangku kepentingan, penguatan konsep dan metodologi,
perumusan hierarkhi nilai-nilai, penguatan sinergi catur pusat pendidikan, perumusan
bidang keilmuan, dan reformasi budaya masyarakat. Kesimpulannya adalah KPK bersama
stakeholder harus melakukan kajian materi Pendidikan Antkiorupsi secara berkala;
merekomendasikan keilmuannya kepada Kementrian Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi
Indonesia sebagai implementasinya di Perguruan Tinggi; dan setiap lembaga pendidikan
memperkuat dengan Gerakan Literasi Antikorupsi dan/atau pembentukan ekstrakurikuler
Komunitas Pelajar Antikorupsi.

Kata Kunci: Pendidikan Antikorupsi, Esensialisme, Penguatan

1
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

Pendahuluan penyelenggara masyarakat, bangsa,


Fenomena tindak pidana korupsi negara, dan sektor swasta. Upaya kuratif
dalam berbagai bidang kehidupan sudah yang dilakukan melalui pemberian
bukan merupakan hal yang baru. hukuman, perlu dibarengi dengan upaya
Demikian juga dengan perilaku koruptif, preventif, seperti menanamkan,
sudah sering terjadi di dalam kehidupan menumbuhkan, melatihkan, dan
keseharian. Bahkan, ironisnya, seseorang mengimplementasikan sikap antikorupsi.
terkadang tidak mengetahui bahwa Upaya pemberantasan korupsi tidak
perbuatan yang dilakukannya termasuk akan maksimal, apabila pandangan-
perilaku koruptif. Selain itu, terdapat pandangan, asumsi-asumsi, kebiasaan,
beberapa pandangan yang berkembang di perilaku-perilaku koruptif tidak
masyarakat, misalnya mengenai diluruskan. Pola pikir menentukan pola
perbuatan yang merugikan orang itu hati dan pola tindak seseorang. Ponijan
diperbolehkan, asal tidak banyak dan tidak Law mengatakan perhatikan pikiran,
sering. Pandangan lainnya, seperti karena pikiran akan menjadi ucapan,
perbuatan tidak baik dapat dihapuskan perhatikan ucapan, karena ucapan akan
atau ditutupi dengan perbuatan baik menjadi tindakan, perhatikan tindakan
berikutnya. Sebagian masyarakat kita juga karena tindakan akan menjadi kebiasaan,
masih memberikan penghargaan atau perhatikan kebiasaan karena kebiasaan
penghormatan kepada seseorang yang akan menjadi karakter, perhatikan
telah berbuat tidak baik atau salah, karena karakter karena karakter akan merubah
kedudukan atau pengaruhnya di garis hidup kita. Hidupnya, majunya,
lingkungan masyarakatnya. sejahteranya, bahagianya, masyarakat
Beberapa praktik di atas merupakan Indonesia, sangat ditentukan oleh pola
faktor penyebab masih banyaknya pikir masyarakat Indonesia. Terjadinya
perbuatan menyimpang dari standar korupsi, sangat ditentukan oleh pola pikir
normatif, termasuk tindakan korupsi dan masyarakat. Berdasarkan hal tersebut,
perilaku koruptif. Pada tahun 2019, skor maka diperlukan upaya untuk merubah
Corruption Perception Indeks (CPI) atau pola piker atau mindset masyarakat
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia tentang korupsi dan koruptor.
berada pada angka 40 dari skor tertinggi Pendidikan diakui sebagai strategi
100, dan menempati urutan ke-85 dari paling mudah dan jitu untuk merubah,
180 negara yang disurvei paling tidak mengarahkan mindset
(www.transparency.org/cpi). Skor ini seseorang. Ahmad D Marimba dalam
meningkat dua poin apabila dibandingkan Teguh Wangsa Gandhi HW (2016: 64),
dengan CPI 2018, yakni dari skor 38 menyatakan bahwa pendidikan adalah
menjadi 40. Sedangkan peringkatnya bimbingan atau pimpinan secara sadar
mengalami kenaikan 4 tingkat, yakni dari oleh pendidik terhadap perkembangan
89 menjadi 85. Sedangkan di kawasan Asia jasmani dan rohani peserta didik menuju
Tenggara, Indonesia menempati peringkat terbentuknya kepribadian utama. M.
ke-4. Kamal Hasan dalam Teguh Wangsa Gandhi
Pada kenyataanya, korupsi HW (2016: 64), menyatakan pendidikan
berdampak di hampir semua bidang sebagai suatu proses yang komphrehensif
penting penyelenggaraan masyarakat, dari pengembangan kepribadian manusia
bangsa, negara, dan swasta. Oleh karena secara keseluruhan, yang meliputi
itu, upaya pemberantasan dan pencegahan intelektual, spiritual, emosi, dan fisik. Ali
korupsi juga harus melibatkan semua unit Asraf, dalam Teguh Wangsa Gandhi

2
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

HW(2016: 63) menyatakan pendidikan Maka kajian PAK secara mendasar, dapat
diartikan sebagai upaya melatih perasaan dilakukan dari aspek filsafat pendidikan.
murid-murid sehingga sikap, tindakan, Salah satu pemikiran dalam filsafat
keputusan, atau pendekatan mereka pendidikan adalah esensialisme. Kajian ini
terhadap segala jenis pengetahuan berupaya mendapatkan wawasan tentang
dipengaruhi oleh nilai spiritual dan sadar bagaimana PAK dapat dikembangkan
akan nilai etika. menurut pemikiran esensialisme.
Dengan demikian, agar seseorang 1. Rumusan Masalah
memiliki pola pikir, pola hati, dan pola Artikel ini bermaksud mengkaji apakah
tindak antikorupsi, diperlukan adanya pemikiran esensialisme tentang
Pendidikan Antikorupsi (PAK). Kebijakan pendidikan terimplementasi dalam
PAK diatur dalam UU No. 19 Tahun 2019 PAK, dan bagaimana upaya penguatan
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi, PAK dari perspektif esensialisme.
Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 2. Tujuan Kajian
tentang Percepatan Pemberantasan Tujuan kajian ini menemukan dan
Korupsi, dan Peraturan Presiden mendeskrispsikan implementasi
(Perpres) Nomor 54 tahun 2018 tentang pemikiran esensialisme tentang
Strategi Nasional Pencegahan Korupsi. pendidikan dalam PAK, dan
PAK bertujuan untuk pembentukan menemukan upaya penguatan PAK dari
pengetahuan dan pemahaman mengenai perspektif esensialisme.
berbagai bentuk korupsi dan aspek- 3. Metode Penelitian
aspeknya, perubahan persepsi dan sikap Model penelitian ini adalah penelitian
terhadap korupsi, dan pembentukan kualitatif. Bahan penelitian terdiri dari
keterampilan dan kecakapan baru yang bahan utama, berupa referensi tentang
dibutuhkan untuk melawan korupsi (Eko PAK, dan bahan pendukung yang
Handoyo, 2013: 43-44). Tujuan PAK berupa referensi tentang esensialisme.
memiliki tiga domain, yaitu kognitif, Langkah penelitian, tahap pertama
afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif inventarisasi data dengan studi
menekankan pada kemampuan mengingat pustaka, dipaparkan dalam bentuk
dan mereproduksi informasi yang telah quotasi, paraphrase, dan pemadatan.
dipelajari, yang berupa kombinasi cara Tahap kedua, analisis kritis dengan
kreatif atau mensintesis ide dan materi metode hermeneutika, melalui unsur-
baru. Aspek afektif menekankan pada unsur metodis deskripsi, pemahaman,
aspek emosi, sikap, apresiasi, nilai, atau interpretasi, induktif, dan heuristik.
sampai pada level menerima atau menolak
sesuatu. Adapun aspek psikomotorik, Tinjauan Teoritis
menekankan pada tujuan melatih Kebijakan Pendidikan Antikorupsi
kecakapan dan keterampilan. Korupsi harus diberantas sampai
Kajian PAK secara lebih mendasar dengan akarnya, karena jika
sangat perlu dilakukan, sebagai upaya pemberantasan korupsi hanya dilakukan
penguatan PAK itu sendiri, sehingga pada permukaannya saja, maka korupsi
mendapatkan tanggapan, apresiasi secara tetap terjadi silih berganti. Sedangkan
lebih serius, baik dari pemerintah maupun pemberantasan korupsi sampai akarnya,
lembaga terkait. Kajian mendasar tersebut dapat mencegah tumbuh dan terjadinya
adalah kajian PAK dari perspektif filsafat. korupsi, sehingga pada masa berikutnya
Hal ini disebabkan PAK lebih cenderung korupsi tidak terjadi lagi. Penindakan
termasuk di dalam bidang pendidikan. korupsi secara hukum, diibaratkan seperti

3
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

menebang pohon, tidak sampai pada kesadaran moral dalam melawan perilaku
pengambilan akarnya. Sehingga dalam korupsi. Menurut Muhammad Nuh dalam
waktu berikutnya justru dapat tumbuh bukunya Agus Wibowo (2013: 38),
tunas-tunas baru pada batang yang masih menyatakan “PAK bertujuan untuk
tersisa. Kelebihan penindakan secara menciptakan generasi muda yang
hukum, dapat ditarget dan hasilnya bermoral baik dan berperilaku
langsung dapat dilihat (misal uang negara antikoruptif”. Haryono Umar yang dikutip
dapat dikembalikan, pelaku dipenjara, oleh Agus Wibowo (2013: 38),
pelaku didenda), namun kelemahannya menyatakan bahwa PAK untuk
tidak dapat secara tuntas memberantas membangun karakter anak sejak dini, agar
korupsi untuk waktu berikutnya. tidak melakukan korupsi. Mental
Sedangkan pencegahan korupsi antikorupsi harus diterapkan sejak dini,
menyentuh sampai dengan akarnya, selanjutnya dalam beberapa tahun ke
antara lain melalui pendidikan, yaitu PAK. depan dapat tumbuh generasi-generasi
PAK sebagai salah upaya yang antikorupsi. Pembelajaran PAK
pemberantasan korupsi yang bersifat diupayakan mampu merangsang
preventif, sebagai pelengkap upaya kemampuan intelektual anak didik dalam
pemberantasan korupsi secara kuratif. membentuk rasa keingintahuan, sikap
PAK diatur dalam Undang-Undang No.19 kritis, dan berani berpendapat tentang
Tahun 2019, dimana tugasnya antikorupsi. Maka pembelajaran PAK lebih
dilaksanakan oleh Direktorat Pendidikan tepat menggunakan pendekatan yang
dan Pelayanan Masyarakat (Dikyanmas), sifatnya terbuka, dialogis, dan diskursif.
yang merupakan bagian penting dari Tujuan PAK untuk melahirkan
Kedeputian Bidang Pencegahan Komisi generasi yang berjiwa antikorupsi,
Pemberantasan Korupsi Indonesia (KPK). mencakup tiga aspek kejiwaan manusia,
Direktorat Pendidikan dan Pelayanan aspek kognitif (akal), aspek afektif (rasa),
Masyarakat di bawah koordinasi dan aspek konatif (karsa). Tujuan PAK
Kedeputian Bidang Pencegahan KPK ini, adalah adanya pengetahuan tentang
memperkuat tugas KPK dalam melakukan korupsi dan antikorupsi, adanya rasa tidak
tindakan pencegahan tindak korupsi. PAK suka dengan korupsi, dan suka dengan
mutlak diperlukan untuk memperkuat antikorupsi, serta adanya usaha untuk
pemberantasan korupsi yang sudah selalu bersikap, bertindak, berperilaku
dilakukan (reformasi sistem, reformasi antikorupsi. Mencermati tujuan PAK
kelembagaan, dan penegakan hukum). tersebut, berarti PAK merupakan hal yang
Menurut Azhra (2006: viii), PAK sangat penting. Wibowo (2013: 41-43),
merupakan upaya reformasi kultur politik menyebutkan beberapa alasan atau
melalui sistem pendidikan untuk argumen pentingnya PAK diberikan dalam
melakukan perubahan kultural yang pendidikan formal. Pertama, dunia
berkelanjutan, sekaligus untuk pendidikan, khususnya lembaga
mewujudkan budaya pemerintah yang pendidikan pada umumnya memiliki
baik melalui pendidikan. seperangkat pengetahuan untuk
PAK adalah usaha sadar dan memberikan pencerahan terhadap
terencana untuk mewujudkan proses berbagai kesalahpahaman dalam usaha
belajar mengajar yang kritis terhadap pemberantasan korupsi. Kedua, lembaga
nilai-nilai antikorupsi. PAK menekankan pendidikan memiliki jaringan yang kuat.
pada aspek kognitif atau pengetahuan, Melalui lembaga pendidikan, PAK
pembentukan karakter (afektif), dan diharapkan menjadi gerakan yang masif,

4
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

dan Indonesia mampu menekan korupsi. diidealismekan oleh mahasiswa, juga


Ketiga, para koruptor mayoritas alumni seluruh masyarakat Indonesia. Perlunya
perguruan tinggi. Dalam hal ini maka PAK diberikan di perguruan tinggi, baik
sangat penting diberikan pembekalan sebagai mata kuliah tersendiri maupun
keilmuan tentang korupsi melalui PAK. terintegrasi dengan mata kuliah lain,
Kebijakan PAK yang dilakukan oleh bertujuan untuk memberikan
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pengetahuan dan mentransformasikan
disambut positif oleh Kementerian mahasiswa sebagai agen antikorupsi, yang
Pendidikan dan Kebudayaan Republik memiliki kompetensi dan komitmen moral
Indonesia. Dalam Peraturan Menteri yang tinggi (Azra, 2006: viii). PAK di
Pendidikan Nasional Republik Indonesia pendidikan tinggi, dapat dintegrasikan
Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila,
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan
Menengah, substansi materi PAK Agama, Bahasa Indonesia, Ilmu Sosial
dirumuskan dalam kurikulum kelas V Dasar, Ilmu Budaya Dasar, KKN, atau dapat
semester 1, kelas VIII semester 1, dan dijadikan mata kuliah tersendiri.
kelas X semester 1. Upaya ini diharapkan Mengacu pada beberapa buku PAK,
dapat memberikan landasan moral dan materi yang dikembangkan dalam PAK
sosial kepada siswa agar mereka memiliki meliputi pengertian korupsi, penyebab
kebiasaan berperilaku antikorupsi. Dalam korupsi, jenis dan bentuk korupsi, urgensi
American Journal of Applied Sciences Edisi dan pengertian PAK, metode
12 Vol 6 (2015: 445.451), Kokom pembelajaran antikorupsi, prinsip-prinsip
Komalasari dan Didin Saripudin, PAK, dan nilai-nilai antikorupsi. Selain itu
menyatakan bahwa implementasi materi dipelajari juga lembaga-lembaga
PAK diselipkan dalam mata pelajaran PKN, antikorupsi di Indonesia, sejarah
dalam semua mata pelajaran, atau juga pemberantasan korupsi, strategi
melalui kultur sekolah. Dinyatakan juga pemberantasan korupsi di berbagai
pentingnya pendidikan antikorupsi, untuk negara, partisipasi masyarakat dalam
menanamkan nilai dan membiasakan pemberantasan korupsi, integrasi PAK,
sikap antikorupsi, karena persoalan manajemen PAK, meluruskan
korupsi terkait dengan mentalitas dan kesalahpahaman pengampunan dosa,
nilai-nilai. Lembaga pendidikan diyakini strategi pemberantasan korupsi dalam
juga sebagai tempat terbaik untuk perspektif agama, dan langkah-langkah
menyebarkan dan menanamkan nilai dan memulai pemberantasan korupsi. Secara
sikap antikorupsi terkait dengan praktik lebih khusus dan rinci nilai-nilai yang
korupsi tersebut. dipelajari, diajarkan, dan dibiasakan
Demikian juga dengan PAK di dalam PAK meliputi integritas, kejujuran,
perguruan tinggi dipandang sangat kepedulian, kemandirian, tanggung jawab,
penting. Hal tersebut disebabkan kerja keras, kesederhanaan, keberanian,
mahasiswa sebagai mitra pemerintah dan keadilan, optimisme, dan kebersyukuran
penerus estafet pembangunan, sangat (Wibowo, 2013: 45, Handoyo, 2013: 35-
penting untuk diperkuat idealismenya. 42, KPK, 2011: 75-81).
Dalam diri mahasiswa menurut Saidi
(1989: 27) terdapat tiga dimensi yang Konsep Esensialisme tentang
harus diasah secara berkelanjutan, yaitu Pendidikan
intelektual, jiwa muda, dan idealisme. Esensialisme dimengerti sebagai
Sikap antikorupsi merupakan sikap yang reaksi kedua terhadap progresivisme pada

5
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

tahun 1930-an. Esensialisme menilai materi pelajaran dan pengajaran, (4)


praktik progresivisme telah melahirkan pendidikan sebagai persiapan kerja dan
pendidikan yang gagal, sebagai akibat dari kewarganegaraan, dan (5) pelestarian
adanya pemahaman pendidikan sebagai fungsi akademik sekolah.
usaha belajar tanpa penderitaan. Hal ini Terdapat beberapa pemikiran dari
senada dengan Binti Maunah (2009: 207) esensialisme tentang pendidikan, yaitu
yang menyatakan bahwa esensialisme tentang dasar pendidikan, tujuan
modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan, kurikulum pendidikan, model
pendidikan yang memprotes skeptisisme dan metode pendidikan, serta peran guru.
dan sinisme gerakan progresivisme Dalam hal landasan dasar pendidikan,
terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam esensialisme menyatakan, berdasarkan
warisan budaya/sosial. Perbedaan antara pada pengembangan manusia selalu
esensialisme dengan progresivisme terletak berada di bawah azas ketetapan dan
pada dasar pijakan pendidikan. natural, maka pendidikan harus dibina
Progresivisme menyatakan pendidikan atas dasar nilai-nilai yang kukuh dan tahan
berpijak pada hal yang fleksibel, terbuka lama, agar memberikan kejelasan dan
pada perubahan, toleran, dan tidak terkait kestabilan arah bangunannya. Joe Park
dengan doktrin tertentu. Sedangkan dalam Muhmidayeli (2013: 170),
esensialisme berpandangan pendidikan menyatakan eksistensi pendidikan mudah
harus berpijak pada nilai-nilai yang goyah dan tidak memiliki arah yang jelas,
memilki kejelasan, tertata jelas dan tahan jika pendidikan bersifat fleksibel dan
lama, yang memberikan kestabilan terbuka pada perubahan, toleran, tidak
(Barnadib, 1985: 38, Zuhairini, 1991: 21). berkaitan dengan doktrin dan norma yang
Nilai yang memenuhi kriteria tersebut universal. Nilai-nilai yang mempunyai tata
adalah nilai yang berasal dari kebudayaan yang jelas dan telah teruji oleh waktu,
dan filsafat yang sudah ada sejak empat diperlukan agar pendidikan memiliki
abad sebelumnya, yaitu kebudayaan di tujuan yang jelas dan kukuh (Barnadib,
masa renaissance. 1976: 26). Nilai-nilai tersebut, dapat
Upaya yang disarankan oleh ditemukan dan dipilih dari nilai-nilai yang
esensialisme untuk meningkatkan telah secara terus-menerus tumbuh dan
pendidikan adalah pengujian ulang materi berkembang, kemudian disepakati
yang terdapat dalam kurikulum, bersama oleh masyarakat, sebagai
melakukan pembedaan program sekolah pedoman bersikap dan bertindak oleh
menjadi esensial dan non-esensial, dan masyarakat tersebut.
kembali mengukuhkan otoritas pendidik Menurut paham esensialisme,
dalam proses pembelajaran (Kneller, pendidikan bertujuan agar anak-anak
1971: 56-57). Secara keseluruhan Gerald didiknya kelak mampu hidup di dalam
L. Gutek (1997: 269), menyatakan masyarakatnya (Barnadib, 1976: 38-40).
esensialisme adalah teori pendidikan yang Menurut pemikiran esensialisme, sekolah
melihat fungsi utama sekolah menjadi berfungsi untuk mentransformasikan
pelestarian dan transmisi unsur-unsur kemampuan generatif/keterampilan dan
dasar budaya manusia. Penekanannya: (1) disiplin intelektual, yang berarti sekolah
kembali ke mata pelajaran yang sistematis, telah mengabadikan warisan budaya.
(2) belajar sebagai penguasaan Sekolah menjadi agen keberlanjutan
keterampilan dasar dan pengetahuan, (3) budaya dan stabilitas. Hal tersebut
guru sebagai wakil budaya yang matang disampaikan oleh Gerald L. Gutek (1997:
dan seseorang yang kompeten dalam 268):

6
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

”For the Essentialist, the school has “Essentialism has a well-defined


the specific function of transmitting curricular orientation. Essentialists
to the young certain generative skills assert that the curriculum should
and certain general intellectual provide students with a differentiated
disciplines. By transmitting these and organized learning experience
skills and subjects, the school rather than with an undifferentiated
perpetuates the cultural heritage. experience that students must
Conservatives would concur with organize themselves. The most
Essentialists that the school is to be effective and efficient mode of
an agency of cultural continuity and providing a differentiated
stability”. educational experience is the subject-
matter curriculum in which each
Binti Maunah (2009: 208), juga
subject or intellectual discipline is
menyatakan bahwa tujuan pendidikan
organized, separately from other
adalah menyampaikan warisan budaya
subjects. Further, each subject is
dan sejarah melalui kumpulan inti
organized according to carefully
pengetahuan. Dapat disimpulkan tujuan
arranged principles of scope and
pendidikan menurut esensialisme adalah
sequence.”
membina kesadaran manusia akan alam
semesta dan dunianya untuk membentuk Selain itu kurikulum meliputi empat
kesadaran spirituil menuju Tuhannya, hal, yaitu universum, sivilasi, kebudayaan,
pengenalan warisan budaya masa lampau, dan kepribadian, demikian pendapat J.
menumbuhkan kemampuan Donald Butler (1951: 242-244) mengacu
mendisiplinkan diri, agar anak-anak pada Bogoslousky. Universum merupakan
didiknya kelak mampu hidup di dalam pengetahuan yang bersifat kodrati, yaitu
masyarakatnya dan menyesuaikan diri pengetahuan yang menjelaskan latar
dengan lingkungan dalam pola stimulus belakang semua manifestasi kehidupan
dan respon. manusia. Sivilasi adalah karya yang
Selanjutnya pemikiran esensialisme dihasilkan manusia, yang menjadikan
tentang kurikulum pendidikan adalah manusia mampu mengawasi
kurikulum hendaknya memuat ilmu lingkungannya dan memenuhi
pengetahuan, kesenian, dan segala yang kebutuhannya. Kebudayaan adalah karya
dapat menggerakkan kehendak manusia manusia, yang berupa filsafat, kesenian,
(Butler, 1951: 330-335). Kurikulum kesusastraan, agama, dan penilaian
pendidikan diharapkan memuat hal-hal manusia kepada lingkungan. Kepribadian,
yang mengembangkan akal, rasa, dan dalam arti pembentukan kepribadian yang
kehendak manusia. Pengalaman belajar sesuai dengan kepribadian ideal.
yang berbeda dan terorganisir, Kurikulum diusahakan mampu
diharapkan dapat diperoleh siswa sesuai mengembangkan secara harmonis dan
dengan tingkatan masing-masing. Cara organis unsur fisik, fisiologis, emosional,
yang paling mudah untuk mewujudkan hal dan intelektual manusia secara
tersebut adalah disusunnya kurikulum keseluruhan.
yang berbeda di setiap tingkatan Esensialisme menyatakan bahwa
pendidikan. Hal tersebut disampaikan anak didik disiapkan supaya dapat berfikir
oleh Gerald L. Gutek (1997: 268) sebagai dan berbuat sebagaimana seharusnya.
berikut: Maka pengetahuan atau materi pelajaran
disusun sedemikian sistematis, sehingga

7
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

mampu diterima secara normatif, seperti dengan budaya gerakan literasi. Nilai-nilai
mempelajari nilai-nilai hidup kebudayaan penting untuk membawa
(Barnadib,1985: 58). Materi yang disusun manusia menjadi beradab (Gandhi, 2016:
dalam kurikulum pendidikan, menurut 163).
esensialisme meliputi materi yang bersifat Guru berperan sebagai teladan atau
tetap dan materi yang berubah. contoh dalam pengawalan nilai-nilai dan
Para essensialist menekankan penguasaan pengetahuan atau gagasan-
implementasi pengetahuan dasar 3R, gagasan (Maunah, 2009: 209). Peran guru
reading, writing, dan arithmetics menjadi sangat penting mengingat
(membaca, menulis, dan berhitung). Tiga pendidikan dalam pandangan esensialisme
materi tersebut dipandang sebagai bertugas menjadikan subjek-subjek
pengetahuan dasar yang sangat didiknya memiliki kemampuan untuk
ditekankan dalam esensialisme. merealisasikan potensi-potensinya,
Esensialisme juga berupaya mengajar menjadi subjek-subjek yang mampu
siswa dengan berbagai pengetahuan menyesuaikan diri dengan lingkungan
sejarah, pengetahuan akademis, kehidupannya, dan menjadi subjek-subjek
patriotisme, dan pengembangan karakter yang mandiri dalam menghadapi problem
(Gandhi HW, 2016: 161-162). kehidupannya (Kneller, 1971: 59-60).
Metode tradisional, yaitu mental Gerald L. Gutek (1997: 269),
dicipline method, merupakan metode yang mendeskripsikan peran guru sebagai
paling cocok untuk mencapai tujuan berikut.
pendidikan (Muhmidayeli, 2013: 172). “For Essentialists, like the traditional
Mental discipline method yaitu suatu philosophies and the Conservative
metode yang menggunakan pendekatan ideology, the teacher is an academic
psikologi pendidikan yang mengutamakan authority figure. The teacher is to be
latihan berfikir logis, teratur, terus- a specialist in the content of the
menerus, sistematis, menyeluruh, menuju subject matter and be skilled in
latihan penarikan kesimpulan yang baik organizing it for instructional
dan komphrehensif. Binti Maunah (2009: purposes. While the Essentialist
208), juga menyatakan metode utama teacher speaks with the sense of
adalah latihan mental, misalnya melalui authority that knowledge brings, this
diskusi, pemberian tugas, dan penguatan should not be confused with
penguasaan pengetahuan. Orstein, Allan C authoritarianism. Defenders of
dan Levine, Daniel U (1985: 198) intellectual disciplines such as Arthur
menyatakan “The method of instruction Bestor argue that the liberal
should center on regular assignments, knowledge that they contain and
homework, recitations, and frequent testing convey is the best guarantee for
and evaluation”, yang maksudnya metode preserving both academic freedom in
pengajaran harus berpusat pada tugas the school and civil liberties in
rutin, pekerjaan rumah, pembacaan, dan society”.
pengujian serta evaluasi secara berkala.
Mengacu pendapat Gerald L. Gutek
Metode latihan mental ini sebagai upaya
tersebut, maka guru adalah tokoh otoritas
agar kemampuan mendisiplinkan diri
akademis. Guru memahami dengan betul
dapat dicapai (Maunah, 2009: 207).
dan benar isi materi pelajaran dan
Metode berikutnya adalah literasi. Hal ini
terampil dalam mengaturnya untuk tujuan
diungkapkan oleh Bagley, yang
pembelajaran. Guru betul-betul menguasai
menyatakan esensialisme selalu terkait

8
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

materi ajar. Menurut Arthur Bestor dari ketiga hal tersebut, maka selanjutnya
pengetahuan yang mampu dikuasai terwujud seseorang yang memiliki watak
dengan benar dan disampaikan dengan antikorupsi. Seseorang dengan watak
jelas oleh guru, merupakan jaminan antikorupsi selanjutnya terdapat
terbaik untuk melestarikan kebebasan kesadaran bahwa suatu saat akan kembali
akademis di sekolah dan kebebasan sipil di kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran
masyarakat. pentingnya menjaga kelestarian alam
untuk generasi berikutnya, kesadaran
Penelitian Terdahulu saling hormat-menghormati, kesadaran
Kajian ini merupakan salah satu pentingnya kepedulian bersama,
bagian dari tugas akhir penulis pada kesadaran pentingnya pengendalian diri,
program doktoral di program studi Ilmu dan kesadaran untuk hidup berdampingan
Filsafat Universitas Gadjah Mada dengan lainnya.
Yogyakarta. Penelitian tersebut berjudul Ketiga, dalam hal kurikulum, PAK
“PAK dalam Perspektif Esensialisme dan mampu mengembangkan secara harmonis
Relevansinya dengan Pendidikan Karakter dan organis unsur fisik, emosional, dan
Bangsa”. Di dalamnya dikaji tentang apa intelektual manusia secara keseluruhan.
hakikat PAK, bagaimana PAK dalam Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik,
perspektif esensialisme, dan bagaimana dalam PAK semua diperhatikan dan
relevansi PAK dengan pendidikan karakter dikembangkan. Penguatan pemahaman
bangsa Indonesia. materi tentang korupsi dan antikorupsi
untuk pengembangan aspek kognitif.
Pembahasan Bermain peran, bedah film, membuat film
Implementasi Pemikiran Esensialisme pendek, membuat lagu, membuat cerita
dalam Pendidikan Antikorupsi pendek (cerpen), membuat kartun
Berikut ini dipaparkan hasil kajian bertemakan antikorupsi, sebagai upaya
beberapa pemikiran esensialisme dalam pengembangan aspek afektif/emosional,
PAK. Pertama, dalam hal landasan dasar sehingga seseorang kemudian suka dan
PAK perspektif esensialisme, PAK harus merasa butuh terhadap antikorupsi.
berdasarkan pada nilai-nilai yang berasal Berbagai aktivitas berupa rencana aksi
dari warisan budaya masyarakat yang antikorupsi maupun gerakan antikorupsi,
bersifat tetap dan telah teruji. Dalam hal sebagai bentuk penguatan aspek
ini kebijakan PAK berdasarkan pada psikomotorik/ fisik.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Dalam kurikulum PAK juga telah
Pancasila berasal dari nilai-nilai yang memuat empat aspek kurikulum. Aspek
tumbuh berkembang dalam adat-istiadat, universum, dipenuhi adanya materi
budaya, agama, dan kesepakatan bangsa tentang korupsi dan integritas, faktor
Indonesia. Nilai-nilai Pancasila secara penyebab korupsi, dampak masif korupsi,
material maupun formal telah teruji dalam perkembangan tindak pidana korupsi,
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan serta nilai dan prinsip antikorupsi. Aspek
bernegara. silivasi, dipenuhi dengan adanya materi
Kedua, dalam hal tujuan, PAK tentang tindak pidana korupsi dalam
bertujuan membentuk dan melahirkan perundang-undangan, gerakan kerja sama
manusia yang memiliki kesatuan dan dan instrumen internasional pencegahan
kesesuaian antara pola pikir antikorupsi, korupsi, dan gerakan kerja sama dan
pola hati antikorupsi, dan pola instrumen nasional pencegahan korupsi.
tindak/sikap antikorupsi. Atas kesesuaian Aspek kebudayaan, dipenuhi dengan

9
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

materi tentang upaya pemberantasan pertanggungjawaban. Nilai sikap meliputi


korupsi, korupsi dan pelayanan publik, keadilan, keberanian, dan kepedulian.
mahasiswa dalam upaya pencegahan Nilai etos kerja meliputi kerja keras,
korupsi, dan model pembelajaran mata kemandirian, dan optimisme. Semua nilai
kuliah antikorupsi. Aspek kepribadian, tersebut bermuara pada nilai integritas.
dipenuhi dengan adanya materi tentang Dengan demikian materi tentang nilai-
nilai antikorupsi, prinsip PAK, dan nilai PAK, telah ada pengelompokannya.
mahasiswa dalam upaya pencegahan PAK telah mengimplementasikan
korupsi. pemikiran tentang pengetahuan dasar
PAK juga telah membagi materi reading, writing, dan arittmetic (membaca,
pembelajaran dalam dua kelompok, menulis, dan berhitung), yang disebut
materi inti dan materi tambahan. Materi dengan 3R. Hal ini didasarkan pada
inti terdiri dari pengertian korupsi, kesadaran bahwa salah satu sebab
penyebab korupsi, jenis dan bentuk terjadinya korupsi adalah ketidaktahuan
korupsi, urgensi dan pengertian PAK, masyarakat akan korupsi. Pengetahuan
metode pembelajaran antikorupsi, dan dasar membaca, diimplementasikan KPK
nilai-nilai antikorupsi. Materi tambahan, dalam bentuk penyediaan media atau
meliputi lembaga-lembaga antikorupsi di bahan bacaan tentang korupsi. Media dan
Indonesia, sejarah pemberantasan bahan bacaan yang menopang
korupsi, strategi pemberantasan korupsi pembelajaran antikorupsi berupa
di berbagai negara, partisipasi masyarakat permainan/game, buku dongeng, film, dan
dalam pemberantasan korupsi, integrasi e-learning. Bahan bacaan tentang korupsi
PAK, manajemen PAK, meluruskan disajikan oleh KPK melalui Anti-corruption
kesalahpahaman pengampunan dosa, Learning Centre http://aclc.kok.go.id. KPK
strategi pemberantasan korupsi dalam mengimplementasikan pengetahuan dasar
perspektif agama, dan langkah-langkah menulis, dilakukan dengan tiga cara,
memulai pemberantasan korupsi. Materi pertama pendekatan dengan penerbit
utama yang sangat inti adalah materi (bekerja sama dengan Ikatan Penerbit
tentang nilai-nilai PAK. Materi inilah yang Indonesia (IKAPI) pada tahun 2016 untuk
membedakan PAK dengan model atau menerbitkan dan menggelar pameran
jenis pendidikan karakter lainnya. Nilai- buku-buku dengan isi tentang
nilai antikorupsi terbagi menjadi dua, nilai antikorupsi). Kedua, pendekatan dengan
utama, dan nilai positif pendukung kampus, dalam bentuk penerbitan jurnal
perilaku antikorupsi. Nilai utama meliputi Integritas. Ketiga, pendekatan melalui
integritas, kejujuran, kedisiplinan, dan lomba-lomba akademis bertemakan
pertanggungjawaban. Nilai-nilai positif tentang korupsi dan antikorupsi. Dalam
pembentuk perilaku antikorupsi adalah hal pengetahuan dasar berhitung, yang
kerja keras, kepedulian, kesederhanaan, identik dengan matematika,
kemandirian, optimisme, dan implementasinya dalam PAK adalah nilai-
kebersyukuran. Di dalam publikasi KPK nilai matematika, seperti nilai keteraturan,
melalui Anti-corruption Learning Centre ketegasan, kesesuaian, kedisiplinan, dalam
http://aclc.kpk.go.id/materi/sikap/antikor aktivitas keseharian.
upsi/info/grafis/nilai-nilai/antikorupsi, PAK telah mengimplementasikan
nilai-nilai antikorupsi dikelompokkan mental discipline method. Metode ini
menjadi tiga, yaitu: nilai inti, nilai sikap, melatih dan mengajak masyarakat berfikir
dan nilai perilaku. Nilai inti meliputi logis, teratur, dan ajeg, sehingga mampu
kejujuran, kedisiplinan, dan memiliki kemandirian berfikir, dan lebih

10
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

mampu bertanggungjawab. Implementasi penguatan PAK sangat perlu dilakukan.


di sekolah dalam bentuk diskusi kelas, Berikut beberapa alternatif penguatan
studi kasus, skenario sistem PAK dalam perspektif esensialisme.
pengembangan, kuliah umum, diskusi film, a. Peninjaun dan perumusan kurikulum
laporan investigasi, eksplorasi tematik, PAK dalam pendidikan formal,
prototipe, pembuktian kebijakan informal, dan nonformal. Pentingnya
pemerintah, alat-alat pendidikan, peninajuan dan perumusan kurikulum
pembelajaran keterampilan menulis untuk tiga ranah penyelenggara
terpadu, dan pembelajaran keterampilan pendidikan ini adalah agar terdapat
pemecahan masalah sosial. Implementasi kesamaan persepsi tentang PAK,
di masyarakat dengan pengabdian sehingga terdapat kesinambungan
masyarakat, pembinaan desa binaan, dan pola pikir dan pola tindak oleh tri
Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik. pusat pendidikan. Dalam hal ini, yang
Implementasi dalam keluarga melalui menjadi sangat penting untuk
kegiatan parenting, keteladanan, dirumuskan dan dilaksanakan
pembiasaan, dan penyusunan konsensus bersama adalah tentang materi
bersama. pembelajaran PAK, metode, strategi,
Peran guru dalam PAK sangat media pembelajaran PAK, dan
penting. Guru telah berperan aktif perangkat evaluasi pembelajaran PAK.
mengkondisikan dirinya sebagai agen Nilai-nilai antikorupsi selanjutnya
pengetahuan antikorupsi (dengan dapat dikembangkan secara
belajar), sebagai teladan (memberikan kolaboratif dan berkesinambungan
contoh-contoh perilaku antikoruptif), dan oleh tiga pusat pendidikan tersebut.
sebagai evaluator (memberikan Saling memperkuat antara ketiga
pengarahan, penilaian, dan apresiasi pusat pendidikan, menjadi sebuah
kepada pembelajar). Meskipun masih keniscayaan agar tujuan PAK, semakin
terdapat kendala, belum cukupnya hari semakin dirasakan
pengetahuan guru tentang korupsi, kemanfaatannya.
antikorupsi, metode, dan strategi b. Memberikan penguatan aspek
pembelajaran/pendidikan nilai pengetahuan, metode, media, dan
antikorupsi. strategi pembelajaran PAK kepada
pengelola dan pelaku tri pusat
Penguatan PAK dalam Perspektif pendidikan, terlebih kepada para guru.
Esensialisme Hal ini penting, karena menurut
PAK diharapkan mampu membantu esensialisme, guru menjadi penentu
melahirkan sosok-sosok manusia keberhasilan siswa, kompetensi,
Indonesia yang berjiwa antikorupsi. Yaitu pengetahuan, keterampilan, dan
manusia yang menjadikan nilai-nilai perilaku guru merupakan salah satu
antikorupsi sebagai pola pikir, pola hati, sumber belajar.
dan pola tindak dalam semua aktivitasnya, c. Perumusan hierarkhi nilai-nilai PAK
sehingga terwujud manusia, masyarakat, berdasarkan usia. Hierarkhi nilai-nilai
bangsa, dan negara yang memiliki harkat antikorupsi, memudahkan pemetaan
martabat yang luhur dan terpuji. Manusia materi pembelajaran, model
yang mampu mewujudkan unsur-unsur pembelajaran, metode, media, dan
kodrati kemanusiaannya. Mengingat evaluasi pembelajaran PAK, sehingga
pentingnya PAK untuk keselamatan prinsip keberlanjutan PAK terjaga,
bangsa dan negara Indonesia, maka menarik, dan aktual. Sesuai dengan

11
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

tingkat perkembangan kemampuan ilmuwan, tentang indikator-indikator


belajar manusia, yaitu dimulai dari hal- perilaku koruptif beserta upaya
hal yang konkrit menuju hal-hal yang antisipasinya.
bersifat abstrak. Supaya penddikan g. Reformasi budaya. Reformasi budaya
antikorupsi dapat memberikan dasar- dengan mengemas ulang atau
dasar yang lehih baik, maka memformat ulang budaya dan
seyogyanya dimulai dari nilai-nilai kebiasaan yang ada dalam masyarakat
yang relatif lebih konkrit dalam atau organisasi, yang sebenarnya
kehidupan sehari-hari, menuju pada merupakan bibit perilaku korupsi.
nilai-nilai yang lebih bersifat abstrak.
d. Gerakan literasi antikorupsi untuk Kesimpulan
semua masyarakat. Literasi Esensialisme sebagai salah satu
antikorupsi di sekolah, dengan cara aliran pemikiran dalam filsafat
mewajibkan kepada siswa untuk pendidikan, memiliki beberapa konsep
membaca buku, artikel, berita tentang pemikiran tentang bagaimana sebuah
korupsi, melalui media cetak ataupun kebijakan pendidikan dapat kokoh dan
internet, secara berkala dan kuat. PAK dalam kebijakan dan
berkelanjutan. Hasil membaca implementasinya telah sesuai dengan
ditindaklanjuti dengan dituliskan pemikiran esensialisme, meskipun
dalam karya tulis, bisa berupa opini, terdapat beberapa hal yang belum optimal.
cerita, buku, sajak, puisi, syair, maupun Dalam PAK telah memiliki dasar yang
karya ilmiah. sistematis dan teruji, bertujuan
e. Penguatan sinergi antara sekolah, mengembangkan semua unsur kodrati
keluarga, masyarakat, instansi manusia, memuat empat unsur kurikulum,
pemerintah, dan lembaga-lembaga telah mengimplementasikan tiga
swadaya masyarakat dalam PAK. PAK pengetahuan dasar (membaca, menulis,
yang dilakukan oleh KPK seolah-olah berhitung), metode pembelajaran telah
masih sendirian, belum didukung mengembangkan sikap kritis, dan
secara komphrehensif dan sinergis mengoptimalkan peran guru dalam
dari lembaga lainnya secara optimal. pembelajaran.
Korupsi adalah masalah atau Berdasarkan kajian PAK dari
kejahatan luar biasa, maka perspektif esensialisme, penguatan PAK
pencegahannya juga harus dilakukan dilakukan dengan peninjaun dan
secara luar biasa. Perlu adanya perumusan materi PAK, memberikan
program bersama, komitmen bersama, penguatan aspek pengetahuan, metode,
langkah yang sama, dan evaluasi media, dan strategi pembelajaran PAK
bersama. Dibutuhkan sinergi dengan kepada pengelola dan pelaku tri pusat
lembaga penyiaran, dalam hal pendidikan, perumusan hierarkhi nilai-
penayangan media-media PAK di layar nilai antikorupsi, gerakan literasi
kaca secara rutin. antikorupsi, penguatan sinergi antara
f. Disiapkan PAK bidang keilmuan. sekolah, keluarga, masyarakat, instansi
Pentingnya PAK untuk setiap bidang pemerintah, dan lembaga-lembaga
keilmuan supaya PAK langsung swadaya masyarakat, guru, orang tua,
dikaitkan dengan persoalan-persoalan pemimpin, dan tokoh masyarakat,
nyata di bidang ilmu masing-masing. dirintisnya PAK bidang keilmuan, dan
Selain itu makna PAK dapat secara reformasi budaya masyarakat.
langsung mampu membekali para

12
Penguatan Pendidikan Antikorupsi Perspektif Esensialisme

Saran Ellis, Arthur K, et all. (1986). Introduction


Berdasarkan hasil pembahasan di to the Foundation of Education.
atas, saran dan masukan yang dapat Second Edition Prentice Hall. New
Jersey.
disampaikan adalah sebagai berikut:
a. KPK bersama stakeholder melakukan Gandhi, Teguh. Wangsa HW. (2016).
kajian materi PAK secara berkala; Filsafat Pendidikan, Mazhab-
b. KPK merekomendasikan PAK Mazhab Filsafat Pendidikan. Ar-
keilmuan (misalnya: PAK Ilmu Hukum, Ruzz Media. Yogyakarta.
PAK Ilmu Politik, PAK Ilmu
Pendidikan) kepada Kementrian Riset Gutek, Gerald L. (1997). Philosophical and
Ideological Perspectives on
dan Teknologi Pendidikan Tinggi
Education. Loyola University.
Indonesia sebagai implementasi PAK Chicago.
di Perguruan Tinggi;
c. Setiap lembaga pendidikan Handoyo, Eko. (2013). PAK. Penerbit
memperkuat PAK dengan Gerakan Ombak. Yogyakarta.
Literasi Antikorupsi dan/atau
pembentukan ekstrakurikuler J. Donald Buttler. (1966). Idealism in
Education. Harper dan Row. New
Komunitas Pelajar Antikorupsi.
York.

Referensi Jalaluddin dan Abdulloh Idi. (1997).


Allan C, Orstein and Levine, Daniel U. Filsafat Pendidikan, Manusia,
(1985). An Introduction to the Filsafat dan Pendidikan. Penerbit
Foundations of Education. Gaya Media Prtama. Jakarta.
Honghton Mifflin Company.
Boston. Klitgaard, Robert, Ronald Maclean-Abaroa
dan Lindsey Parris. (2005).
Azra, Azyumardi. (2006). Kata Pengantar Penuntun Pemberantasan Korupsi
PAK Mengapa Penting”, dalam dalam Pemerintahan Daerah.
Karlina Helmanita dan Sukron Terjemahan Masri Maris. Yayasan
Kamil (ed). PAK di Perguruan Obor Indonesia. Jakarta.
Tinggi. CSRC UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta. Kneller, George Frederick. (1967).
Foundations of Education. Wiley.
Barnadib, Imam. (1985). Filsafat New York.
Pendidikan (Pengantar mengenai
Sistem dan Metode). Yayasan Kneller, George Frederick. (1971).
Penerbit FIP IKIP. Yogyakarta. Introduction to Philosophy of
Education. Jhon Willey Sons Inc.
Barnadib, Imam. (1988). Ke Arah New York.
Perspektif Baru Pendidikan.
Depdikbud Direktorat Jenderal Komalasari, Kokom dan Saripudin, Didin.
Pendidikan Tinggi Proyek (2015). American Journal of
Pengembangan Lembaga Applied Sciences 2015(6): 445-451.
Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Jakarta. Komisi Pemberantasan Korupsi. (Tahun).
Pahami Dulu Baru Lawan. KPK.
Barnadib, Imam. (1994). Filsafat Jakarta.
Pendidikan, Sistem dan Metode.
Andi Offset. Yogyakarta. Komisi Pemberantasan Korupsi. (2006).
Memahami untuk Membasmi. KPK.
Jakarta.

13
Sumaryati, Siti Murtiningsih, Septiana Dwi Putri Maharani

Komisi Pemberantasan Korupsi. (2016). Muhmidayeli. (2013). Filsafat Pendidikan.


Kajian Kristalisasi Nilai-nilai Refika Aditama. Bandung.
Antikorupsi (Draft hasil FGD)
dengan konsultan Ade Iva Murty. Saidi, Ridwan. (1989). Mahasiswa dan
KPK. Jakarta. Lingkaran Politik. Mapindo
Mulathama. Jakarta.
Majelis Tarjih dan Tajdid PP
Muhammadiyah. (2006). Fikih Wibowo, Agus. (2013). PAK di Sekolah.
Antikoupsi. Pusat Studi Agama dan Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Peradaban (PSAP. Jakarta.
Zuhairini. (1992). Filsafat Pendidikan
Maunah, Binti. (2009). Landasan Islam. Bumi Aksara. Jakarta.
Pendidikan. Teras. Yogyakarta.

14

Anda mungkin juga menyukai